IMPLEMENTASI KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM
PENANGGULANGAN BEREDARNYA MIRAS
(Studi Kasus di Sukoharjo)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
ELFIRA NOOR RIZKY
C.100.140351
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
IMPLEMENTASI KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM
PENANGGULANGAN BEREDARNYA MIRAS
(Studi Kasus di Sukoharjo)
Abstrak
Peredaran miras yang ada di Indonesia semakin memperhatinkan. Salah
satunya peredaran minuman keras sendiri di daerah Sukoharjo, apalagi rumah
produksi yang berada di daerah Sukoharjo tepatnya di Bekonang. Masalah
utama dengan peredaran miras di masyarakat yang sampai sekarang masih
ada saja penjual melakukan penjualan miras secara ilegal. Padahal sudah di
jelaskan dalam Perda No 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian
Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol bahwa di daerah Sukoharjo
peredaran miras sendiri adalah harusnya nol persen. Tetapi dengan masih
adanya penjual dan pembeli dari minuman keras maka selaknya Kepolisian
sebagai salah satu aparat penegak hukum yang ada di Indonesia melakukan
tugas dan kewenangannya dalam mencegah supaya masyarakat itu sendiri
supaya tidak menjual dan membeli miras. Karena peraturan mengenai miras
sendiri dalam Undang-Undang tentunya tugas utama Kepolisian untuk
mencegah penanggulangan miras tanpa adanya izin maupun mengupayakan
agar tidak terjadi pelanggran hukum yang ada.
Kata Kunci : Minuman Keras, Kepolisian, penanggulangan
Abstract
The circulation of alcohol in Indonesia is increasingly concerned. One of the
circulation of own liquor in Sukoharjo area, let alone production house
located in Sukoharjo precisely in Bekonang. The main problem with the
circulation of alcohol in the community that until now there are still sellers
do the sale of alcoholic illegally. Whereas already described in the
Regulation No. 7 of 2012 on Supervision, Control of Circulation, and Sales of
Alcoholic Beverages that in Sukoharjo area circulation of alcohol itself is
supposed to be zero percent. But with still sellers and buyers of liquor then
the Police Com as one of the law enforcement agencies in Indonesia to do
their duty and authority in preventing the community itself so as not to sell
and buy alcohol. Because the regulations on alcohol itself in the Act of course
the main task of the Police to prevent alcohol prevention without permission
or attempt to prevent the existing legal violations.
Keywords: Liquor, Police, countermeasures
2
1. PENDAHULUAN
Hukum hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat untuk menjaga
kepentingan masyarakat sehingga dapat terwujudnya perlindungan hukum,
keadilan, ketertiban, dan ketentraman bagi masyarakat. Salah satu aparat yang
bertugas untuk keamanan negara adalah Kepolisian. Dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang berbunyi :
“Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Polisi sebagai salah satu aparat penengak keamanan negara, memiliki
peran yang sangat penting. Peran polisi, dalam Pasal 5 Undang–Undang
Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
berbunyi :
(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang
merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Salah satu tugas polisi dalam upaya untuk menjaga keamanan di
masyarakat adalah dimana upaya polisi dalam menanggulangi beredarnya
minuman keras. Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol
tetapi bukan obat, meliputi minuman keras golongan A, minuman keras
golongan B dan minuman keras golongan C.1 Minuman keras golongan A
adalah minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 1% (satu persen)
sampai dengan 5% (lima persen).2 Minuman keras golongan B adalah
minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 5% (lima persen) sampai
1Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77
tentang Minuman Keras. 2Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77
tentang Minuman Keras.
3
dengan 20% (dua puluh persen).3 Minuman keras golongan C adalah
minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen)
sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).4
Penggunaan alkohol yang berlebihan akan memberikan banyak efek
negatif, terutama bagi kesehatan juga dapat terjadi tindak kriminal.
Penyalahgunaan minuman keras akan membawa dampak yang tidak baik buat
kesehatan fisik dan psikis seseorang. Menurut Anang (2000) akibat atau
dampak dari penyalahgunaan zat adiktif bagi pengguna adalah sebagai
berikut: (a) kepribadian rusak, (b) tingkah laku (bohong, manipulasi), (c) pola
pikir khas, (d) pelanggaran norma dan fisik (gemeteran, siang tidur malam
begadang).5 Dalam prakteknya Kepolisian yang seharusnya menegakkan
aturan mengenai miras tidak maksimal dalam pelaksanaannya di daerah
Sukoharjo.
2. METODE
Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala tertentu dengan jalan menganalisnya.
2.1 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
empiris, yaitu secara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan
masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk
kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer
di lapangan.6
3Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77
tentang Minuman Keras. 4Pasal 1 ayat (5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77
tentang Minuman Keras. 5 Peggy Lusita, 2015, Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan Remaja di Desa
Kali Kecamatan pineleng Kabupaten Minahasa, dalam https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/holistik/article/view/8671 diakses pada Minggu, 4 Maret 2018 17.16. 6 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hal. 53
4
2.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif,
penelitian dekriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang
tampak.7 Jadi tujuannya untuk untuk menberikan data secara sistematis dan
menyeluruh tentang penanggulangan dan upaya polisi terhadap beredarnya
miras ilegal di masyarakat.
2.3 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi kepolisian Sukoharjo.
Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan sesuai penelitian yang penulis
susun sehingga memudahkan penulis dalam pencarian data.
2.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang
secara langsung diambil dari lokasi penelitian dan wawancara secara
langsung kepada polisi Sukoharjo.
b. Data Sekunder
Data sekunder ini antara lain menyangkut dikumen-dokumen resmi,
buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.8
Data sekunder terdiri dari:
1) Bahan hukum primer berupa:
a) Peraturan Menteri RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang
Minuman Keras.
b) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
7 Soejono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 23
8 Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Gafindo
Persada, hal. 30
5
2) Bahan hukum sekunder, meliputi referensi atau kepustakan berupa
buku literatur, artikel, makalah-makalah ataupun literatur karya
ilmiah yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti oleh
penulis.
3) Bahan hukum yang menunjang bahan-bahan sekunder seperti medi
internet, kamus hukum dan kamus bahasa.
2.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pustaka.
Wawancara dilakukan dengan pihak Kepolisian Resort Sukoharjo,
sedangkan metode pustaka dilakukan dengan mencari, menginventarisasi,
mempelajari peraturan perundang-undangan, dan peraturan-peraturan
hukum yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
2.6 Metode Analisis Data
Analisis data pada penulisan hukum ini dilakukan melalui pendekatan
kualitatif yaitu data dibuat dalam kata-kata atau kalimat dan dari data
kualitatif, dengan metode berfikir induktif yaitu pola berfikir yang mendasar
pada hal-hal yang bersifat khusus, kemudian ditariklah kesimpulan yang
bersifat umum.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Upaya Kepolisian Resort Sukoharjo dalam Melakukan
Penanggulangan Beredarnya Miras Ilegal di Masyarakat
Menurut D. Simons yang menganut pendirian/aliran monistis, unsur-
unsur tindak pidana (strafbaar feit): (1) perbuatan manusia, (2) diancam
dengan pidana; (3) melawan hukum; (4) dilakukan dengan kesalahan; dan
(5) dilakukan oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab.
D. Simons membedakan unsur-unsur tindak pidana menjadi unsur
objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif dalam tindak pidana meliputi:
(1) perbuatan orang; (2) akibat yang kelihatan dari perbuatan itu; (3)
mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti di
muka umum (openbaar) pada Pasal 181 KUHP. Sementara itu, unsur
6
subjektif dalam tindak pidana itu mencakup: (1) orang yang mampu
bertanggung jawab; (2) adanya kesalahan (dolus ataupun culpa).9
Kewenangan Kepolisian diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu:
“Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a.
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum;
dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.”
Fungsi kepolisian seperti diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun
2002 adalah menjalankan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam
tugas penegakan hukum selain perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat.10
Kemudian dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu:
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya;
h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia;
9Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2015, Hukum Pidana, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Hal. 115 10
Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi), Yogyakarta,
Laksbang Mediatama, Hal. 27
7
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”
Sudah ada penjelasan mengenai minuman keras menurut Pasal 1
angka 8 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012
tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman
Beralkohol yaitu:
“Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang
diproses dari barang hasil pertanian yang mengandung karbohidrat
dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik
dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran
minuman ethanol yang berasal dari fermentasi.”
Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan
Penjualan Minuman Beralkohol yaitu:
“Ciu atau sebutan lain dan/atau yang sejenisnya adalah cairan dengan
kandungan etanol di bawah 70 % (tujuh puluh persen) yang
disalahgunakan sebagai minuman beralkohol, diproduksi di daerah, tidak
memiliki izin edar dan dikenal oleh masyarakat.”
Pengawasan, pengendalian peredaran dan penjualan minuman
beralkohol diselenggarakan dengan berasaskan: (a) Pengayoman, (b)
kemanusiaan, (c) Bhinneka Tunggal Ika, (d) keadilan, (e) kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, (f) ketertiban dan kepastian
hukum.11
Pengawasan, pengendalian peredaran, dan penjualan minuman
beralkohol bertujuan untuk:
11
Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,
Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
8
a. Melakukan penertiban minuman beralkohol yang beredar di masyarakat
dan untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban umum.
b. Memberikan dasar hukum bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan
pengawasan, pengendalian peredaran, penjualan dan penggunaan
minuman beralkohol di daerah dalam rangka melindungi dan menjaga
ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c. Memberikan dasar hukum bagi aparatur penegak hukum di daerah
untuk melaksanakan penertiban, penindakan dan pemberian sanksi
terhadap pelanggaran peredaran dan penjualan minuman beralkohol.
d. Memberikan dasar hukum bagi perizinan penjualan minuman
beralkohol.
e. Memberikan pembinaan dan pengawasan atas peredaran, penjualan, dan
penggunaan minuman beralkohol di daerah.
f. Membatasi peredaran minuman beralkohol sampai lingkup terkecil.12
Permasalahan mengenai minuman keras di Indonesia semakin
memprihatinkan, hal tersebut dapat dilihat dari banyak korban yang
meninggal dunia akibat minuman keras baik yang karena dosis tinggi
maupun karena minuman keras campuran atau yang lebih sering disebut
oplosan. Penjual minuman keras yang mengedarkan minuman keras
banyak yang tidak memiliki izin usaha untuk menjual minuman keras. Izin
tidak dimiliki oleh penjual dikarenakan berbagai hal seperti prosedur yang
rumit dan biaya yang tidak murah menjadi alasan para penjual minuman
keras tidak memiliki izin. Penjual minuman keras untuk bertahan hidup
harus mengandalkan usahanya dari jualan minuman keras. Mereka dengan
atau tanpa rasa bersalah dan nekat menjual minuman keras tanpa izin yang
dampak buruknya membahayakan konsumen. Segala tindakan dari penjual
minuman keras seyogyanya telah dipertegas dalam suatu peraturan
perundang-undangan, bahwa suatu tindakan hanya sah apabila dilakukan
menurut atau berdasarkan aturan hukum tertentu. Ketentuan-ketentuan
12
Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,
Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.
9
hukum hanya dapat dikesampingkan dalam hal kepentingan umum benar-
benar menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum akan melanggar
dasar-dasar keadilan yang berlaku dalam masyarakat.13
Peredaran miras mulai begitu marak di beberapa daerah. Pemerintah
dalam kebijakannya mulai melakukan upaya pencegahan, yang dimana
tentunya mengupayakan melalui salah satu aparat penegak hukum yang
ada di Indonesia. Polri sebagai salah satu aparat yang memiliki kewajiban
untuk mencegah adanya peredaran miras yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu aparat kepolisian berupaya melakukan upaya
penanggulangan secara maksimal melalui tiga cara yaitu: (a) langkah
preventive berupa sosialisasi ke sekolah-sekolah dan komunitas yang
rawan mengkonsumsi minuman tersebut, (b) dengan melakukan
pertemuan lintas sektoral dengan tokoh-tokoh masyarakat membahas
bahaya miras dan penanggulangannya, (c) upaya lainnya dengan
mengawasi penjualan bahan-bahan atau zat kimia yang dijual di apotek
atau toko kimia yang rawan disalah gunakan. Khususnya, yang digunakan
sebagai campuran miras oplosan.14
Menurut AA. Gede Oka sebagai polisi Polres Sukoharjo yang di
wawancarai oleh Penulis, beliau menyatakan bahwa masih ada peredaran
miras di Sukoharjo. Miras yang dicari ada dua jenis yang pertama
minuman keras yang paling populer di Sukoharjo yaitu ciu. Meskipun ciu
itu bukan minuman, namun masyarakat luas sudah mengenal bahwa ciu itu
minuman keras, meskipun itu bukan minuman tetapi dibenak masyarakat
sudah mengakar itu minuman keras.
Namun peredaran Miras di Sukoharjo tersebut telah sesuai dengan
peraturan daerah atau perda Sukoharjo mengenai minuman keras No. 7
Tahun 2012 itu untuk Sukoharjo. Namun ada tempat-tempat tertentu yang
13
C.J.N Versteden, 1994, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D. Tjeenk Willink, Alpena
an den Rij, hal. 15 14
Damanhuri Zuhri & Riga Nurul, Tanggulangi Masalah Miras dan Oplosan, dalam
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/04/nhn82g-tanggulangi-masalah-miras-
dan-oplosan diakses Minggu, 15 Juli 2018 05.23 WIB
10
di perbolehkan karena telah mendapatkan izin seperti pub, cafe dan hotel-
hotel berbintang yang memang sudah ada izin khususnya SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan). Kalau di tempat-tempat seperti pub, cafe dan hotel-
hotel berbintang itu standart kadar alkoholnya yang resmi dan di sana
tidak ada ciu.
Ciu dilarang karena yang pertama ciu itu bukan minuman. Yang
kedua kadar alkoholnya belum terdeteksi karena belum dicek di
laboratorium oleh penjualnya. Maka dari itu ciu sangat dilarang, ciu
sendiri peredarannya di Sukoharjo sebenarnya tidak begitu banyak, cuma
produksinya ada di Sukoharjo. Jadi oleh perajin dijual di luar wilayah
dengan cara mengelabui pembeli dengan mengatakan itu adalah minuman
beralkohol. Karena antara menjual alkohol dengan ciu berbeda tipis,
karena ciu tidak di cek di laboratarium dan bentuknya hampir sama
dengan alkohol.
Rumah produksi miras masih ada di wilayah Sukoharjo, padahal jelas
undang-undang menyatakan hal tersebut tidak di perbolehkan. Menurut
AA. Gede Oka rumah produksi miras di Sukoharjo berizin resmi, namun
izinnya berupa penyulingan alkohol. Pemilik rumah produksinya tidak
bisa ditangkap karena sudah ada izinnya, namun jika ada izin yang disalah
gunakan polisi akan menanganinya. Penyalahgunaan yang dimaksud
adalah ketika Ciu tersebut sudah dijual sebelum menjadi alkohol.
Upaya Kepolisian dalam menanggulangi peredaran miras di
Sukoharjo adalah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat
melalui media sosial dan pengajian dengan menghadirkan ustadz-ustadz
yang menghimbau masyarakat agar menjauhi minuman keras. Karena
pada dasarnya peredaran miras tersebut masih terjadi karena adanya
permintaan dari masyarakat, ketika ada permintaan maka akan ada
penawaran dari penjual. Ketika masyarakat sudah bisa disadarkan maka
produksi miraspun akan lebih mudah untuk diatasi. Namun menyadarkan
masyarakat bukanlah hal yang mudah, karena dimanapun tempatnya
11
dinamika masyarakat seperti itu memang sudah ada dari zaman nenek
moyang dan sulit untuk diatasi.
AA. Gede Oka menyatakan bahwa dalam menangani peredaran miras
di Sukoharjo kepolisian telah melaksanakannya dengan maksimal, rata-
rata peredaran yang sudah di amankan Polres Sukoharjo setiap tahunnya di
musnahkan. Rata-rata Polres Sukoharjo setiap tahunnya memusnahkan
hampir diatas 1000 liter. Minuman keras tersebut di buang ke sawah atau
ke keselokan dengan cara dibikin lubang terlebih dahulu supaya tidak
mencemari air yang ada. 15
3.2 Hambatan yang Dihadapi Kepolisian Resort Sukoharjo dalam
Menanggulangi Beredarnya Miras Ilegal
Masyarakat Sukoharjo menginginkan pihak Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) dalam menjalankan tugasnya tidak bersifat
militeristik yakni menggunakan senjata melawan musuh masyarakat, tetapi
yang diinginkan masyarakat adalah Polri bisa lebih berperan sebagai sosok
hukum yang hidup yang bertugas melindungi, mengayomi, dan melayani
masyarakat serta bertindak berdasarkan hukum yang berlaku. Dengan kata
lain Polisi di seluruh dunia senjatanya adalah hukum (peraturan
perundang-undangan) dan perlu adalah pasal-pasalnya sehingga musuh
yang dilawan mudah dilumpuhkan karena polisi paham benar senjata apa
yang harus digunakan dan kapan dapat melumpuhkan lawan (penjahat),
serta bagaimana melumpuhkan dengan menggunakan peluru hukum agar
terpenuhi unsur-unsur kejahatan yang dilakukan oleh penjahat berdasarkan
pasal-pasal yang dituduhkan.16
Pekerjaan polisi sehari-hari adalah melakukan penyelidikan dan
penyidikan atas terjadinya tindak pidana atau dalam kata lain adalah untuk
memerangi kejahatan (fighting crime) yang secara universal telah menjadi
15
AA.Gede Oka, Polisi Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 05 Mei 2018, pukul 10:30 16
Op.Cit, Pudi Rahardi, Hal. 1
12
tugas dari kepolisian di seluruh dunia.17
Bisa dikatakan tidak ada
hambatan yang dimiliki oleh Polisi ketika menjalankan tugas, kewenangan
dan perannya sebagai salah satu aparat penagak hukum. Tetapi jika dilihat
secara pandangan yang ada di lapangan masih ada banyak hambatan yang
dimiliki polisi ataupun bisa dikatakan ada celah yang dimiliki masyarakat
dalam melakukan perbuatan melawan hukum. Ketika Polisi dari perannya
sebagai pelindung, pengayom, pelayan dan penegak hukum tidak malah
melindungi masyarakatnya tetapi malah melindungi kepentingan para
penguasa maupun membiarkan mereka yang telah melanggar hukum bebas
tanpa adanya hukuman maupun penegakan hukum secara telat, sesuai
dengan yang telah ada di dalam Undang-Undang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan AA.
Gede Oka Polres Sukoharjo menyatakan bahwa hambatan dalam
menangani peredaran miras di Sukoharjo adalah sebenarnya tidak ada
hambatan yang dimiliki polisi dalam penegakan hukum. Tetapi upaya
Kepolisian Sukoharjo yang telah secara maksimal melakukan penegakan
hukum dan melakukan tugas, kewenangan dan fungsinya sebagai salah
satu aparat penegak hukum. Tentu ada beberapa hambatan yang terjadi
akibat ketidak sadaran dari masyarakat sendiri. Telah banyak upaya yang
dilakukan Polisi Sukoharjo sendiri sebelum terjadinya sebuah pelanggaran
hukum, tetapi tetap saja ada penyelewengan yang dilakukan masyarakat.
Faktor utama sendiri adalah masyarakat memilih jalan pintas untuk
melakukan sesuatu seperti bagaimana masyarakat sudah dilarang dan
diberikan pemberitahuan mengenai pelarangan penjualan miras maupun
pembelian miras yang tidak ada kejelasan izinnya. Tetapi tetap saja
masyarakat seperti pura-pura tidak tahu, melakukan penyelewengan dan
maupun melakukan pelanggaran yang ada.18
Melihat kenyataan yang ada di lapangan dimana masih jelas terlihat
bahwa masih ada hambatan yang dimiliki Kepolisian Resort Sukoharjo
17
Ibid, Hal. 274 18
AA. Gede Oka, Polisi Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 05 Mei 2018, pukul 10:30
13
dalam penanggulangan peredaran miras yang ada di masyarakat. Jadi
terdapat ketidakpatutan masyarakat dalam hukum yang ada dalam
Undang-Undang. Secara maksimal Kepolisian Resort Sukoharjo untuk
mencegah terjadinya peredaran, tetapi tetap saja penyakit masyarakat yang
tidak patut terhadap hukum. Yang menimbulkan pelanggaran hukum
masih terus terjadi di masyarakat. Tentunya hal tersebut karena belum
adanya kesadaran yang besar di dalam diri masyarakat bahwa pentingnya
tidak melanggar hukum yang ada. Maupun rasa acuh dari masyarakat yang
sudah tau ada seseorang yang melanggar perbuatan hukum dengan
menjual dan membeli miras yang tanpa izin. Penjualan ciu yang
seharusnya tida untuk diminum tetapi mereka yang tau ada sekelompok
masyarakat yang membeli lalu meminuman ciu itu sendiri tetap dibiarkan.
Tanpa melaporkan hal tersebut ke Kepolisian Resort Sukoharjo.
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap peraturan
daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian
Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol serta hasil wawancara
dengan Kepolisian Resort Sukoharjo, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: Pertama peraturan daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012
tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman
Beralkohol yang secara jelas telah menjelaskan bahwa kawasan Sukoharjo
peredaran miras adalah nol persen. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan
masih ada peredaran miras yang ada di Sukoharjo dengan adanya miras
yang salah satunya adalah ciu yang mengandung alkohol yang jumlah
kadar alkoholnya belum dilakukan penelitian ke laboratarium oleh penjual
yang menjualnya secara ilegal. Kedua hambatan kepolisian sendiri dalam
penanggulangan miras adalah dimana ketidak patutan masyarakat sendiri
terhadap hukum yang telah ada, apalagi di Undang-Undang telah
mengaturnya.
14
4.2. Saran
Pertama saran kepada pemerintah hendaknya lebih tegas dalam
penegakan hukum untuk menanggulangi peredaran miras. Kedua saran
kepada kepolisian sebagai salah satu aparat penegak hukum hendaknya
semakin meningkatkan sosialisasi dalam penanggulangan beredarnya
miras yang ada dimasyarakat, supaya tidak ada lagi yang menjual dan
membeli minuman keras tersebut. Ketiga saran kepada masyarakat supaya
tidak melanggar larangan yang telah ada di dalam peraturan perundang-
undangan dengan menjual dan membeli minuman keras yang secara jelas
di peraturan daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,
Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol menjelaskan
nol persen untuk peredaran miras di kawasan Sukoharjo.
4.3. PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan karya
ilmiah ini kepada pertama Alm papa yang penulis yakin walaupun alam
kita telah berbeda tetapi beliau pasti tetap menjaga dan mengawasi penulis
diatas sana. Untuk mama yang selalu mendukung, mendoakan dan tanpa
hentinya selalu memberikan semangat. Kedua kepada Ivon Noor Rizky
dan Aditya Firmansyah yang selama ini memberikan semangatnya dan
dukungan. Terima kasih untuk senyum dan tawamu yang menghibur untuk
ponakan penulis Haidar dan Syifa. Terakhir penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu
atas dukungan mereka, bantuan serta dorongan dari mereka mungkin karya
ilmiah ini belum terselesaikan. Salam cinta dan sayang untuk kalian dari
penulis yang masih memiliki banyak kekurangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta: Raja Gafindo Persada.
Versteden, C.J.N , 1994, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D.
Tjeenk Willink, Alpena an den Rij.
Soejono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2015, Hukum Pidana, Surakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung:
Alfabeta.
Rahardi, Pudi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi),
Yogyakarta, Laksbang Mediatama.
JURNAL
Zuhri, Damanhuri dan Riga Nurul, Tanggulangi Masalah Miras dan
Oplosan, dalam https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/04/nhn82
g-tanggulangi-masalah-miras-dan-oplosan diakses Minggu, 15 Juli
2018 05.23 WIB.
Lusita, Peggy, 2015, Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada
Kehidupan Remaja di Desa Kali Kecamatan pineleng Kabupaten
Minahasa, dalam
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/8671
diakses pada Minggu, 4 Maret 2018 17.16 WIB
UNDANG-UNDANG
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang Minuman Keras.
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman
Beralkohol.