implementasi kewenangan kepolisian dalam …eprints.ums.ac.id/66683/10/naskah publikasi.pdf ·...

19
IMPLEMENTASI KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN BEREDARNYA MIRAS (Studi Kasus di Sukoharjo) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : ELFIRA NOOR RIZKY C.100.140351 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: others

Post on 16-Nov-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM

PENANGGULANGAN BEREDARNYA MIRAS

(Studi Kasus di Sukoharjo)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Mencapai Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

ELFIRA NOOR RIZKY

C.100.140351

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

i

ii

iii

1

IMPLEMENTASI KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM

PENANGGULANGAN BEREDARNYA MIRAS

(Studi Kasus di Sukoharjo)

Abstrak

Peredaran miras yang ada di Indonesia semakin memperhatinkan. Salah

satunya peredaran minuman keras sendiri di daerah Sukoharjo, apalagi rumah

produksi yang berada di daerah Sukoharjo tepatnya di Bekonang. Masalah

utama dengan peredaran miras di masyarakat yang sampai sekarang masih

ada saja penjual melakukan penjualan miras secara ilegal. Padahal sudah di

jelaskan dalam Perda No 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian

Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol bahwa di daerah Sukoharjo

peredaran miras sendiri adalah harusnya nol persen. Tetapi dengan masih

adanya penjual dan pembeli dari minuman keras maka selaknya Kepolisian

sebagai salah satu aparat penegak hukum yang ada di Indonesia melakukan

tugas dan kewenangannya dalam mencegah supaya masyarakat itu sendiri

supaya tidak menjual dan membeli miras. Karena peraturan mengenai miras

sendiri dalam Undang-Undang tentunya tugas utama Kepolisian untuk

mencegah penanggulangan miras tanpa adanya izin maupun mengupayakan

agar tidak terjadi pelanggran hukum yang ada.

Kata Kunci : Minuman Keras, Kepolisian, penanggulangan

Abstract

The circulation of alcohol in Indonesia is increasingly concerned. One of the

circulation of own liquor in Sukoharjo area, let alone production house

located in Sukoharjo precisely in Bekonang. The main problem with the

circulation of alcohol in the community that until now there are still sellers

do the sale of alcoholic illegally. Whereas already described in the

Regulation No. 7 of 2012 on Supervision, Control of Circulation, and Sales of

Alcoholic Beverages that in Sukoharjo area circulation of alcohol itself is

supposed to be zero percent. But with still sellers and buyers of liquor then

the Police Com as one of the law enforcement agencies in Indonesia to do

their duty and authority in preventing the community itself so as not to sell

and buy alcohol. Because the regulations on alcohol itself in the Act of course

the main task of the Police to prevent alcohol prevention without permission

or attempt to prevent the existing legal violations.

Keywords: Liquor, Police, countermeasures

2

1. PENDAHULUAN

Hukum hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat untuk menjaga

kepentingan masyarakat sehingga dapat terwujudnya perlindungan hukum,

keadilan, ketertiban, dan ketentraman bagi masyarakat. Salah satu aparat yang

bertugas untuk keamanan negara adalah Kepolisian. Dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang berbunyi :

“Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

Polisi sebagai salah satu aparat penengak keamanan negara, memiliki

peran yang sangat penting. Peran polisi, dalam Pasal 5 Undang–Undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

berbunyi :

(1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan

dalam negeri.

(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang

merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1).

Salah satu tugas polisi dalam upaya untuk menjaga keamanan di

masyarakat adalah dimana upaya polisi dalam menanggulangi beredarnya

minuman keras. Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol

tetapi bukan obat, meliputi minuman keras golongan A, minuman keras

golongan B dan minuman keras golongan C.1 Minuman keras golongan A

adalah minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 1% (satu persen)

sampai dengan 5% (lima persen).2 Minuman keras golongan B adalah

minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 5% (lima persen) sampai

1Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77

tentang Minuman Keras. 2Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77

tentang Minuman Keras.

3

dengan 20% (dua puluh persen).3 Minuman keras golongan C adalah

minuman keras dengan kadar etanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen)

sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).4

Penggunaan alkohol yang berlebihan akan memberikan banyak efek

negatif, terutama bagi kesehatan juga dapat terjadi tindak kriminal.

Penyalahgunaan minuman keras akan membawa dampak yang tidak baik buat

kesehatan fisik dan psikis seseorang. Menurut Anang (2000) akibat atau

dampak dari penyalahgunaan zat adiktif bagi pengguna adalah sebagai

berikut: (a) kepribadian rusak, (b) tingkah laku (bohong, manipulasi), (c) pola

pikir khas, (d) pelanggaran norma dan fisik (gemeteran, siang tidur malam

begadang).5 Dalam prakteknya Kepolisian yang seharusnya menegakkan

aturan mengenai miras tidak maksimal dalam pelaksanaannya di daerah

Sukoharjo.

2. METODE

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala tertentu dengan jalan menganalisnya.

2.1 Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

empiris, yaitu secara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan

masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk

kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer

di lapangan.6

3Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77

tentang Minuman Keras. 4Pasal 1 ayat (5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 86/Men.Kes/Per/IV/77

tentang Minuman Keras. 5 Peggy Lusita, 2015, Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan Remaja di Desa

Kali Kecamatan pineleng Kabupaten Minahasa, dalam https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php

/holistik/article/view/8671 diakses pada Minggu, 4 Maret 2018 17.16. 6 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hal. 53

4

2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif,

penelitian dekriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang

tampak.7 Jadi tujuannya untuk untuk menberikan data secara sistematis dan

menyeluruh tentang penanggulangan dan upaya polisi terhadap beredarnya

miras ilegal di masyarakat.

2.3 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi kepolisian Sukoharjo.

Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan sesuai penelitian yang penulis

susun sehingga memudahkan penulis dalam pencarian data.

2.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang

secara langsung diambil dari lokasi penelitian dan wawancara secara

langsung kepada polisi Sukoharjo.

b. Data Sekunder

Data sekunder ini antara lain menyangkut dikumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.8

Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer berupa:

a) Peraturan Menteri RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang

Minuman Keras.

b) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

7 Soejono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 23

8 Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Gafindo

Persada, hal. 30

5

2) Bahan hukum sekunder, meliputi referensi atau kepustakan berupa

buku literatur, artikel, makalah-makalah ataupun literatur karya

ilmiah yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti oleh

penulis.

3) Bahan hukum yang menunjang bahan-bahan sekunder seperti medi

internet, kamus hukum dan kamus bahasa.

2.5 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pustaka.

Wawancara dilakukan dengan pihak Kepolisian Resort Sukoharjo,

sedangkan metode pustaka dilakukan dengan mencari, menginventarisasi,

mempelajari peraturan perundang-undangan, dan peraturan-peraturan

hukum yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

2.6 Metode Analisis Data

Analisis data pada penulisan hukum ini dilakukan melalui pendekatan

kualitatif yaitu data dibuat dalam kata-kata atau kalimat dan dari data

kualitatif, dengan metode berfikir induktif yaitu pola berfikir yang mendasar

pada hal-hal yang bersifat khusus, kemudian ditariklah kesimpulan yang

bersifat umum.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Upaya Kepolisian Resort Sukoharjo dalam Melakukan

Penanggulangan Beredarnya Miras Ilegal di Masyarakat

Menurut D. Simons yang menganut pendirian/aliran monistis, unsur-

unsur tindak pidana (strafbaar feit): (1) perbuatan manusia, (2) diancam

dengan pidana; (3) melawan hukum; (4) dilakukan dengan kesalahan; dan

(5) dilakukan oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab.

D. Simons membedakan unsur-unsur tindak pidana menjadi unsur

objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif dalam tindak pidana meliputi:

(1) perbuatan orang; (2) akibat yang kelihatan dari perbuatan itu; (3)

mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti di

muka umum (openbaar) pada Pasal 181 KUHP. Sementara itu, unsur

6

subjektif dalam tindak pidana itu mencakup: (1) orang yang mampu

bertanggung jawab; (2) adanya kesalahan (dolus ataupun culpa).9

Kewenangan Kepolisian diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu:

“Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a.

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum;

dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.”

Fungsi kepolisian seperti diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun

2002 adalah menjalankan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam

tugas penegakan hukum selain perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat.10

Kemudian dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu:

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

tugas kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia;

9Sudaryono & Natangsa Surbakti, 2015, Hukum Pidana, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Hal. 115 10

Pudi Rahardi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi), Yogyakarta,

Laksbang Mediatama, Hal. 27

7

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”

Sudah ada penjelasan mengenai minuman keras menurut Pasal 1

angka 8 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012

tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman

Beralkohol yaitu:

“Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang

diproses dari barang hasil pertanian yang mengandung karbohidrat

dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik

dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,

menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran

minuman ethanol yang berasal dari fermentasi.”

Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo

Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan

Penjualan Minuman Beralkohol yaitu:

“Ciu atau sebutan lain dan/atau yang sejenisnya adalah cairan dengan

kandungan etanol di bawah 70 % (tujuh puluh persen) yang

disalahgunakan sebagai minuman beralkohol, diproduksi di daerah, tidak

memiliki izin edar dan dikenal oleh masyarakat.”

Pengawasan, pengendalian peredaran dan penjualan minuman

beralkohol diselenggarakan dengan berasaskan: (a) Pengayoman, (b)

kemanusiaan, (c) Bhinneka Tunggal Ika, (d) keadilan, (e) kesamaan

kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, (f) ketertiban dan kepastian

hukum.11

Pengawasan, pengendalian peredaran, dan penjualan minuman

beralkohol bertujuan untuk:

11

Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,

Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

8

a. Melakukan penertiban minuman beralkohol yang beredar di masyarakat

dan untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban umum.

b. Memberikan dasar hukum bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan

pengawasan, pengendalian peredaran, penjualan dan penggunaan

minuman beralkohol di daerah dalam rangka melindungi dan menjaga

ketentraman dan ketertiban masyarakat.

c. Memberikan dasar hukum bagi aparatur penegak hukum di daerah

untuk melaksanakan penertiban, penindakan dan pemberian sanksi

terhadap pelanggaran peredaran dan penjualan minuman beralkohol.

d. Memberikan dasar hukum bagi perizinan penjualan minuman

beralkohol.

e. Memberikan pembinaan dan pengawasan atas peredaran, penjualan, dan

penggunaan minuman beralkohol di daerah.

f. Membatasi peredaran minuman beralkohol sampai lingkup terkecil.12

Permasalahan mengenai minuman keras di Indonesia semakin

memprihatinkan, hal tersebut dapat dilihat dari banyak korban yang

meninggal dunia akibat minuman keras baik yang karena dosis tinggi

maupun karena minuman keras campuran atau yang lebih sering disebut

oplosan. Penjual minuman keras yang mengedarkan minuman keras

banyak yang tidak memiliki izin usaha untuk menjual minuman keras. Izin

tidak dimiliki oleh penjual dikarenakan berbagai hal seperti prosedur yang

rumit dan biaya yang tidak murah menjadi alasan para penjual minuman

keras tidak memiliki izin. Penjual minuman keras untuk bertahan hidup

harus mengandalkan usahanya dari jualan minuman keras. Mereka dengan

atau tanpa rasa bersalah dan nekat menjual minuman keras tanpa izin yang

dampak buruknya membahayakan konsumen. Segala tindakan dari penjual

minuman keras seyogyanya telah dipertegas dalam suatu peraturan

perundang-undangan, bahwa suatu tindakan hanya sah apabila dilakukan

menurut atau berdasarkan aturan hukum tertentu. Ketentuan-ketentuan

12

Pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,

Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

9

hukum hanya dapat dikesampingkan dalam hal kepentingan umum benar-

benar menghendaki atau penerapan suatu aturan hukum akan melanggar

dasar-dasar keadilan yang berlaku dalam masyarakat.13

Peredaran miras mulai begitu marak di beberapa daerah. Pemerintah

dalam kebijakannya mulai melakukan upaya pencegahan, yang dimana

tentunya mengupayakan melalui salah satu aparat penegak hukum yang

ada di Indonesia. Polri sebagai salah satu aparat yang memiliki kewajiban

untuk mencegah adanya peredaran miras yang ada di masyarakat.

Oleh karena itu aparat kepolisian berupaya melakukan upaya

penanggulangan secara maksimal melalui tiga cara yaitu: (a) langkah

preventive berupa sosialisasi ke sekolah-sekolah dan komunitas yang

rawan mengkonsumsi minuman tersebut, (b) dengan melakukan

pertemuan lintas sektoral dengan tokoh-tokoh masyarakat membahas

bahaya miras dan penanggulangannya, (c) upaya lainnya dengan

mengawasi penjualan bahan-bahan atau zat kimia yang dijual di apotek

atau toko kimia yang rawan disalah gunakan. Khususnya, yang digunakan

sebagai campuran miras oplosan.14

Menurut AA. Gede Oka sebagai polisi Polres Sukoharjo yang di

wawancarai oleh Penulis, beliau menyatakan bahwa masih ada peredaran

miras di Sukoharjo. Miras yang dicari ada dua jenis yang pertama

minuman keras yang paling populer di Sukoharjo yaitu ciu. Meskipun ciu

itu bukan minuman, namun masyarakat luas sudah mengenal bahwa ciu itu

minuman keras, meskipun itu bukan minuman tetapi dibenak masyarakat

sudah mengakar itu minuman keras.

Namun peredaran Miras di Sukoharjo tersebut telah sesuai dengan

peraturan daerah atau perda Sukoharjo mengenai minuman keras No. 7

Tahun 2012 itu untuk Sukoharjo. Namun ada tempat-tempat tertentu yang

13

C.J.N Versteden, 1994, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D. Tjeenk Willink, Alpena

an den Rij, hal. 15 14

Damanhuri Zuhri & Riga Nurul, Tanggulangi Masalah Miras dan Oplosan, dalam

https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/04/nhn82g-tanggulangi-masalah-miras-

dan-oplosan diakses Minggu, 15 Juli 2018 05.23 WIB

10

di perbolehkan karena telah mendapatkan izin seperti pub, cafe dan hotel-

hotel berbintang yang memang sudah ada izin khususnya SIUP (Surat Izin

Usaha Perdagangan). Kalau di tempat-tempat seperti pub, cafe dan hotel-

hotel berbintang itu standart kadar alkoholnya yang resmi dan di sana

tidak ada ciu.

Ciu dilarang karena yang pertama ciu itu bukan minuman. Yang

kedua kadar alkoholnya belum terdeteksi karena belum dicek di

laboratorium oleh penjualnya. Maka dari itu ciu sangat dilarang, ciu

sendiri peredarannya di Sukoharjo sebenarnya tidak begitu banyak, cuma

produksinya ada di Sukoharjo. Jadi oleh perajin dijual di luar wilayah

dengan cara mengelabui pembeli dengan mengatakan itu adalah minuman

beralkohol. Karena antara menjual alkohol dengan ciu berbeda tipis,

karena ciu tidak di cek di laboratarium dan bentuknya hampir sama

dengan alkohol.

Rumah produksi miras masih ada di wilayah Sukoharjo, padahal jelas

undang-undang menyatakan hal tersebut tidak di perbolehkan. Menurut

AA. Gede Oka rumah produksi miras di Sukoharjo berizin resmi, namun

izinnya berupa penyulingan alkohol. Pemilik rumah produksinya tidak

bisa ditangkap karena sudah ada izinnya, namun jika ada izin yang disalah

gunakan polisi akan menanganinya. Penyalahgunaan yang dimaksud

adalah ketika Ciu tersebut sudah dijual sebelum menjadi alkohol.

Upaya Kepolisian dalam menanggulangi peredaran miras di

Sukoharjo adalah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat

melalui media sosial dan pengajian dengan menghadirkan ustadz-ustadz

yang menghimbau masyarakat agar menjauhi minuman keras. Karena

pada dasarnya peredaran miras tersebut masih terjadi karena adanya

permintaan dari masyarakat, ketika ada permintaan maka akan ada

penawaran dari penjual. Ketika masyarakat sudah bisa disadarkan maka

produksi miraspun akan lebih mudah untuk diatasi. Namun menyadarkan

masyarakat bukanlah hal yang mudah, karena dimanapun tempatnya

11

dinamika masyarakat seperti itu memang sudah ada dari zaman nenek

moyang dan sulit untuk diatasi.

AA. Gede Oka menyatakan bahwa dalam menangani peredaran miras

di Sukoharjo kepolisian telah melaksanakannya dengan maksimal, rata-

rata peredaran yang sudah di amankan Polres Sukoharjo setiap tahunnya di

musnahkan. Rata-rata Polres Sukoharjo setiap tahunnya memusnahkan

hampir diatas 1000 liter. Minuman keras tersebut di buang ke sawah atau

ke keselokan dengan cara dibikin lubang terlebih dahulu supaya tidak

mencemari air yang ada. 15

3.2 Hambatan yang Dihadapi Kepolisian Resort Sukoharjo dalam

Menanggulangi Beredarnya Miras Ilegal

Masyarakat Sukoharjo menginginkan pihak Kepolisian Negara

Republik Indonesia (Polri) dalam menjalankan tugasnya tidak bersifat

militeristik yakni menggunakan senjata melawan musuh masyarakat, tetapi

yang diinginkan masyarakat adalah Polri bisa lebih berperan sebagai sosok

hukum yang hidup yang bertugas melindungi, mengayomi, dan melayani

masyarakat serta bertindak berdasarkan hukum yang berlaku. Dengan kata

lain Polisi di seluruh dunia senjatanya adalah hukum (peraturan

perundang-undangan) dan perlu adalah pasal-pasalnya sehingga musuh

yang dilawan mudah dilumpuhkan karena polisi paham benar senjata apa

yang harus digunakan dan kapan dapat melumpuhkan lawan (penjahat),

serta bagaimana melumpuhkan dengan menggunakan peluru hukum agar

terpenuhi unsur-unsur kejahatan yang dilakukan oleh penjahat berdasarkan

pasal-pasal yang dituduhkan.16

Pekerjaan polisi sehari-hari adalah melakukan penyelidikan dan

penyidikan atas terjadinya tindak pidana atau dalam kata lain adalah untuk

memerangi kejahatan (fighting crime) yang secara universal telah menjadi

15

AA.Gede Oka, Polisi Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 05 Mei 2018, pukul 10:30 16

Op.Cit, Pudi Rahardi, Hal. 1

12

tugas dari kepolisian di seluruh dunia.17

Bisa dikatakan tidak ada

hambatan yang dimiliki oleh Polisi ketika menjalankan tugas, kewenangan

dan perannya sebagai salah satu aparat penagak hukum. Tetapi jika dilihat

secara pandangan yang ada di lapangan masih ada banyak hambatan yang

dimiliki polisi ataupun bisa dikatakan ada celah yang dimiliki masyarakat

dalam melakukan perbuatan melawan hukum. Ketika Polisi dari perannya

sebagai pelindung, pengayom, pelayan dan penegak hukum tidak malah

melindungi masyarakatnya tetapi malah melindungi kepentingan para

penguasa maupun membiarkan mereka yang telah melanggar hukum bebas

tanpa adanya hukuman maupun penegakan hukum secara telat, sesuai

dengan yang telah ada di dalam Undang-Undang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan AA.

Gede Oka Polres Sukoharjo menyatakan bahwa hambatan dalam

menangani peredaran miras di Sukoharjo adalah sebenarnya tidak ada

hambatan yang dimiliki polisi dalam penegakan hukum. Tetapi upaya

Kepolisian Sukoharjo yang telah secara maksimal melakukan penegakan

hukum dan melakukan tugas, kewenangan dan fungsinya sebagai salah

satu aparat penegak hukum. Tentu ada beberapa hambatan yang terjadi

akibat ketidak sadaran dari masyarakat sendiri. Telah banyak upaya yang

dilakukan Polisi Sukoharjo sendiri sebelum terjadinya sebuah pelanggaran

hukum, tetapi tetap saja ada penyelewengan yang dilakukan masyarakat.

Faktor utama sendiri adalah masyarakat memilih jalan pintas untuk

melakukan sesuatu seperti bagaimana masyarakat sudah dilarang dan

diberikan pemberitahuan mengenai pelarangan penjualan miras maupun

pembelian miras yang tidak ada kejelasan izinnya. Tetapi tetap saja

masyarakat seperti pura-pura tidak tahu, melakukan penyelewengan dan

maupun melakukan pelanggaran yang ada.18

Melihat kenyataan yang ada di lapangan dimana masih jelas terlihat

bahwa masih ada hambatan yang dimiliki Kepolisian Resort Sukoharjo

17

Ibid, Hal. 274 18

AA. Gede Oka, Polisi Polres Sukoharjo, Wawancara Pribadi, 05 Mei 2018, pukul 10:30

13

dalam penanggulangan peredaran miras yang ada di masyarakat. Jadi

terdapat ketidakpatutan masyarakat dalam hukum yang ada dalam

Undang-Undang. Secara maksimal Kepolisian Resort Sukoharjo untuk

mencegah terjadinya peredaran, tetapi tetap saja penyakit masyarakat yang

tidak patut terhadap hukum. Yang menimbulkan pelanggaran hukum

masih terus terjadi di masyarakat. Tentunya hal tersebut karena belum

adanya kesadaran yang besar di dalam diri masyarakat bahwa pentingnya

tidak melanggar hukum yang ada. Maupun rasa acuh dari masyarakat yang

sudah tau ada seseorang yang melanggar perbuatan hukum dengan

menjual dan membeli miras yang tanpa izin. Penjualan ciu yang

seharusnya tida untuk diminum tetapi mereka yang tau ada sekelompok

masyarakat yang membeli lalu meminuman ciu itu sendiri tetap dibiarkan.

Tanpa melaporkan hal tersebut ke Kepolisian Resort Sukoharjo.

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap peraturan

daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan, Pengendalian

Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol serta hasil wawancara

dengan Kepolisian Resort Sukoharjo, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut: Pertama peraturan daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012

tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman

Beralkohol yang secara jelas telah menjelaskan bahwa kawasan Sukoharjo

peredaran miras adalah nol persen. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan

masih ada peredaran miras yang ada di Sukoharjo dengan adanya miras

yang salah satunya adalah ciu yang mengandung alkohol yang jumlah

kadar alkoholnya belum dilakukan penelitian ke laboratarium oleh penjual

yang menjualnya secara ilegal. Kedua hambatan kepolisian sendiri dalam

penanggulangan miras adalah dimana ketidak patutan masyarakat sendiri

terhadap hukum yang telah ada, apalagi di Undang-Undang telah

mengaturnya.

14

4.2. Saran

Pertama saran kepada pemerintah hendaknya lebih tegas dalam

penegakan hukum untuk menanggulangi peredaran miras. Kedua saran

kepada kepolisian sebagai salah satu aparat penegak hukum hendaknya

semakin meningkatkan sosialisasi dalam penanggulangan beredarnya

miras yang ada dimasyarakat, supaya tidak ada lagi yang menjual dan

membeli minuman keras tersebut. Ketiga saran kepada masyarakat supaya

tidak melanggar larangan yang telah ada di dalam peraturan perundang-

undangan dengan menjual dan membeli minuman keras yang secara jelas

di peraturan daerah Sukoharjo No. 7 Tahun 2012 tentang Pengawasan,

Pengendalian Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol menjelaskan

nol persen untuk peredaran miras di kawasan Sukoharjo.

4.3. PERSANTUNAN

Penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan karya

ilmiah ini kepada pertama Alm papa yang penulis yakin walaupun alam

kita telah berbeda tetapi beliau pasti tetap menjaga dan mengawasi penulis

diatas sana. Untuk mama yang selalu mendukung, mendoakan dan tanpa

hentinya selalu memberikan semangat. Kedua kepada Ivon Noor Rizky

dan Aditya Firmansyah yang selama ini memberikan semangatnya dan

dukungan. Terima kasih untuk senyum dan tawamu yang menghibur untuk

ponakan penulis Haidar dan Syifa. Terakhir penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu

atas dukungan mereka, bantuan serta dorongan dari mereka mungkin karya

ilmiah ini belum terselesaikan. Salam cinta dan sayang untuk kalian dari

penulis yang masih memiliki banyak kekurangan.

15

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amirudin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: Raja Gafindo Persada.

Versteden, C.J.N , 1994, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samson H.D.

Tjeenk Willink, Alpena an den Rij.

Soejono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2015, Hukum Pidana, Surakarta:

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung:

Alfabeta.

Rahardi, Pudi, 2007, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi),

Yogyakarta, Laksbang Mediatama.

JURNAL

Zuhri, Damanhuri dan Riga Nurul, Tanggulangi Masalah Miras dan

Oplosan, dalam https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/04/nhn82

g-tanggulangi-masalah-miras-dan-oplosan diakses Minggu, 15 Juli

2018 05.23 WIB.

Lusita, Peggy, 2015, Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada

Kehidupan Remaja di Desa Kali Kecamatan pineleng Kabupaten

Minahasa, dalam

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/holistik/article/view/8671

diakses pada Minggu, 4 Maret 2018 17.16 WIB

UNDANG-UNDANG

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang Minuman Keras.

Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 7 Tahun 2012 tentang

Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman

Beralkohol.