Download - Konjungtivitis.pptx
Konjungtivitis
Merupakan peradangan konjungtiva atau selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata
Akut Kronis/Menahun
Gambaran klinis utama dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak mata bengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata terasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikuler.
KonjungtivitisAkut
Konjugtivitis Bakterial AkutDisebabkan oleh Streptokokus,
Corynebacterium diphtherica, Pseudomonas, Neisseria, dan Hemophilus.
Manifestasi klinis dapat berupa mukopurulen dan purulen.
Biasanya terjadi dari satu mata yang berpindah melalui mekanisme fomite.
Konjungtivitis bakterial akut terjadi tidak lebih dari 14 hari dan biasanya dapat sembuh sendiri.
Konjungtivitis Bakterial Hiperakut (Purulent)
Disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitidis.
Berdasarkan usia penderitanya, penyakit ini terbagi atas oftalmia neonatorum (usia 1-3 hari), konjungtivitis gonore infantum (>10 hari), dan konjungtivitis gonore adultorum.
Manifestasi klinis: radang konjungtiva akut disertai sekret purulen.
Sekret purulen padat, dapat disertai pendarahan subkonjungtiva dan konjungtivitis kemotik
Masa inkubasi 12 jam – 5 hariPada orang dewasa terdiri atas 3 stadium:
Infiltratif. Ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit saat perabaan. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal.
Supuratif. Terdapat sekret kental. Sekret kadang awalnya berupa serous yang kemudian menjadi kental. Pada orang dewasa, sekret tidak sekental pada oftalmia neonatorum.
Penyembuhan. Pada orang dewasa biasanya berlangsung selama 6 minggu, kadang disertai nyeri pada kelenjar preaurikul
Diagnosis pasti diperoleh melalui pemeriksaan sekret:Pewarnaan metilen biru diplokok di dalam sel
leukositPewarnaan Gram sel Gram negatif intra atau
ekstraselKultur apusan
Keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan kornea dan kebutaan
Terapi dapat berupa penisilin salep dan injeksi:Bayi 50.000 U/kgBB selama 7 hariSekret dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
air bersih atau garam fisiologis kemudian diberikan salep setiap ¼ jam.
Pengobatan dihentikan bila pemeriksaan mikroskopik 3 kali berturut-turut setiap hari menunjukkan negatif.
yang menempel di kornea, dapat menimbulkan penurunan visus atau melihat halo, lakrimasi, dan blefarospasme.
Konjungtivitis Bakterial Mukopurulen (Kataral) Akut
Disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Str. pneumoniae, and Haemophilus influenzae.
Disebut juga konjungtivitis akuta simplek atau pink eyes; menulat melalui kontak langsung dengan sekret. Dapat mengenai satu atau kedua mata.
Manifestasi klinis: terasa seperti ada pasir atau benda asing di mata,fotofobia, bila terdapat sekret
Pemeriksaan dapat didapatkan hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir sehingga terjadi blefarospasme terutama pada waktu bangun pagi, kemosis, dapat ditemukan pseudomembran dan pendarahan subkonjungtiva.
Dapa sembuh sendiri dalam 1 – 2 minggu, namun dapat menjadi kronis.
Terapi terutama pembersihan konjungtiva dan antibiotik sesuai.
Dapat menjadi tukak kataral marginal pada kornea atau keratitis superfisial.
Konjungtivitis Virus AkutDapat disebabkan oleh beberapa jenis
virus.Manifestasi klinis beragam, mulai dari yang
ringan (dapat sembuh sendiri), hingga berat.
Demam FaringokonjungtivaDisebabkan oleh adenovirus tipe 3,4 dan 7.Masa inkubasi 5-12 hari; menular selama
12 hari; bersifat epidemik.Manifestasi klinis: demam (38.3-40), nyeri
tenggorokan, hiperemia konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran. Pada kornea dapat terjadi Keratitis superfisial, dan/atau subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikel.
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatik karena dapat sembuh sendiri.
KeratokonjungtivitisDisebabkan oleh adenovirus 8 dan 19.Mudah menular (dan menjadi epidemi)
dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari.
Manifestasi klinis: mata berair berat, seperti kelilipan, pendarahan subkonjungtiva, folikel terutama pada konjungtiva inferior, terdapat pseudomembran, kelenjar preaurikuler membesar.
Gejala menurun 7-15 hari. Dapat diberikan antibiotik
untuk pencegahan infeksi sekunder atau steroid bila terdapat membran dan infiltrasi subepitel.
Konjungtivitis HerpetikHerpes SimpleksDisebabkan oleh virus Herpes Simplex;
sering dijumpai pada anak usia di bawah 5 tahun.
Manifestasi klinis: injeksi, iritasi, discar mukoid, nyeri, fotofobia ringan, tampak lesi herpetik pada kelopak mata, tampak pembengkakan kelenjar preaurikuler.
Dapat sembuh sendiri 7-14 hari tanpa pengobatan; namun diberikan antivirus untuk mencegah
infeksi mengenai kornea.
Konjungtivitis AlergiDisebabkan oleh reaksi alergi non infeksi,
dapat berupa tipe lambat atau cepat.Gejala umum: reaksi radang, papil besar
pada konjungtiva, datang musiman, gatal, silau berulang menahun.
Pemeriksaan mikroskopik ditemukan sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil.
Konjungtivitis Alergia. Konjungtivitis VermalDisebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
tipe I; bersifat rekuren.Merupakan penyakit rekuren yang
mengenai pasien usia muda: 3-25 tahun, rata-rata 10 tahun.
Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, rasa gatal berat, sekret gelatin yang berisi eosinofil atau granula eosinofilik, dapat menyebabkan keratitis, neovaskularisasi, dan tukak indolen.
Biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat alergi tertentu (eksema, hay fever, asma, dll).
Dapat sembuh sendiri tanpa terapi.Apabila dibutuhkan, terapi utama adalah
steroid topikal tetes atau salep. Dapat juga diberikan antihistamin dan desensitisasi (meskipun efeknya ringan). Vasokonstriktor mengurangi pemakaian steroid.
Dapat diberikan kompres dingin, natrium karbonat, dan obat vasokonstriktor.
Konjungtivitis Alergib. Konjungtivitis Akibat ObatDapat berupa iatrogenik atau Sindroma Steven
Johnson.Iatrogenik merupakan efek samping obat.
Biasanya terjadi pada penggunaan dipivefrin, miotics, idoxuridine, neomycin jangka panjang.
Sindroma Steven Johnson merupakan penyakit eritema multiform berat, disebabkan hipersensitivitas terhadap obat-obatan tertentu.
Manifestasi klinis: lesi eritema kulit, mata merah, demam, nyeri sendi, vesikel kulit, bula, stomatitis ulseratif, dapat terjadi penurunan visus.
Terapi utama pemberian steroid sistemik dan antibiotik untuk pencegahan infeksi sekunder, pembersihan sekret.