Download - Makalah APL Jadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia yang menggunakan sarana baik sarana transportasi, produksi atau
melakukan suatu kegiatan secara langsung maupun tak langsung dapat menimbulkan
pencemaran. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran air, tanah, maupun udara.
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/ atau
komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran dapat berupa pencemaran air, pencemaran udara, dan juga pencemaran
udara. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan,
dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran
udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat
bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Salah satu bentuk pencemaran dari industri adalah emisi pencemar ke udara. Emisi
udara pada industri tekstil diidentifikasi sebagai masalah pencemaran yang serius setelah
masalah limbah cair. Studi kualitatif dam kuantitatif pencemar udara yang diemisikan dari
proses tekstil telah banyak dipublikasikan, tetapi secara umum data emisi udara dari proses
produksi tidak dapat dipastikan karena adanya kesulitan dalam pengambilan conth, analisis
dan kuantifikasi pencemaran udara. Kesulitan dalam pengukuran pencemaran udara di daerah
industri dipengaruhi fakta bahwa emisi udara di daerah industri terutama di kawasan industri
tekstil relatif kompleks akibat penggunaan material yang bervariasi pada sumber pencemar.
Kesulitan dalam pengukuran tingkat pencemaran udara, khususnya di daerah industri
muncul akibat sumber pencemar yang dapat bersifat acak di lokasi pengukuran, khususnya
melalui emisi lepas (fugitive emission). Pada emisi lepas, pencemar meninggalkan sumber
pencemar tanpa diemisikan melalui lubang atau cerobong, misalnya debu, uap, kontainer
terbuka, dan kebocoran dari alat. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data pengukuran yang
representatif sangat diperlukan pemahaman terhadap karakteristik pencemar udara di lokasi
pengukuran.
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat
(illegal dumping).
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk untuk memberikan gambaran mengenai
pencemaran yang dianalisis menggunakan metode fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan
air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu
bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar
danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai
objek wisata.
Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga
mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai
pencemaran. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik
dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.
Analisis pencemaran air diukur berdasarkan karakteristik air berdasarkan suhu, warna,
dan bau.
2.1.1 Penetapan Suhu Air
Alat dan Bahan
Alat
Beaker glass, thermometer.
Bahan
Air
Prosedur
Sample dimasukkan ke dalam beaker glass
Ukur dengan menggunakan thermometer
Catat suhu yang ditunjukkan.
2.2.2 Penetapan Warna Air
Alat dan Bahan
Alat
Beaker glass, kuvet, colorimeter.
Bahan
Air
Prosedur
Menyiapkan alat dan bahan
Masukkan sampel ke dalam beaker glass
Masukkan sampel kedalam kuvet.
Menyalakan colorimeter, dan tunggu 15 menit.
Mengeset tombol skala absorbansi
Mengeset tombol panjang gelombang warna yang akan diukur (520 nm)
Meletakkan kuvet yang berisi blanko / akuades dan sampel ke dalam bagian
pembacaan alat colorimeter.
Mengkalibrasi alat dengan memposisikan alat pada angka nol.
Membaca skala warna sampel
Memasukkan dalam data pengamatan.
2.2.3 Penetapan Bau Air
Alat dan Bahan
Alat
Beaker glass.
Bahan
Air
Prosedur
Sample dimasukkan ke dalam beaker glass
Cium bau sampel dengan indera penciuman.
2.2.4 Penetapan Daya Hantar Listrik Air
Alat dan Bahan
Alat
Timbangan analitik, konduktimeter, labu ukur 1000 mL, termometer, beaker glasas
100 mL.
Bahan
Air suling / akuades dengan DHL < 1 jtmhos/cm, larutan baku KCl 0,01 M, larutan baku KCl 0,1 M, larutan baku KCl 0,5 M.
Prosedur
Kalibrasi Alat
Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25oC.
Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.
Tekan tombol kalibrasi.
Atur sampai menunjuk angka 1413 ìmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja
alat).
Prosedur Analisis
Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat
suhu contoh uji.
2.2.5 Analisis Total Suspended Solid
Alat dan Bahan
Alat
Spektrofotometer, beaker glass, blender, pipet, dan kuvet.
Bahan
Sampel limbah cair, akuades.
Prosedur
Tekan tombol power pada alat spektrofotometer.
Tekan nomor program 630 enter, layar akan menunjukkan dial pada 820 nm.
Atur panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 810 nm.
Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/L SUSP.SOLIDS.
Tuangkan sampel yang akan dianalisis dalam beaker glass 500 mL.
Sampel dimasukkan kedalam blender kemudian blender dengan kecepatan
tinggi selama 2 menit.
Tuangkan sampel yang telah di blender ke dalam beaker glass 500 mL.
Pipet 25 mL sampel kedalam kuvet (sebagai sampel)
Pipet 25 mL akuades kedalam kuvet (sebagai blanko).
Kuvet yang berisi blanko dimasukkan kedalam spektrofotometer dan ditutup.
Tekan ZERO, layar akan menampilkan 0. mg/L.SUSP.SOLIDS.
Kuvet diganti dengan kuvet yang berisi sampel ke dalam spektrofotometer dan
kemudian ditutup.
Tekan READ, catat hasil analisa TSS yang akan ditunjuk pada layar.
2.2 Analisis Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah masuknya limbah ke dalam tanah yang mengakibatkan
fungsi tanah turun (menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung
aktivitas manusia. Sumber-sumber pencemaran tanah dapat berasal dari domestik, industri
maupun pertanian.
Limbah domestik misalnya buangan dapur yang mengandung minyak/lemak bila
secara terus-menerus dibuang ke media tanah akan menyebabkan pori-pori tanah
tertutup dan tanah menjadi keras,
Limbah industri yang belum diolah bila dibuang ke media tanah juga akan merusak
tanah, misalnya limbah pabrik tahu yang bersifat asam akan merusak tanah,
Aktifitas pertanian berupa pemupukan dengan pupuk kimia buatan merupakan faktor
terbesar yang menyebabkan kerusakan struktur tanah pertanian. Tercemarnya tanah
pada akhirnya membawa dampak bagi manusia. Tanah pertanian yang telah
mengalami kerusakan (berubah struktur dan susunan kimiawinya) menjadi keras,
produktifitas lahan pun akan menurun (ditunjukkan dengan hasil panen yang semakin
menurun dari tahun ke tahun)
Analisis pencemaran tanah antara lain penetapan daya hantar listrik, penetapan tekstur
yakni cara pipet dan hidrometer.
2.2.1 Penetapan daya hantar listrik
Dasar penetapan
Nilai daya hantar listrik (DHL) mencerminkan kadar garam yang terlarut dS/M.
Peningkatan konsentrasi garam yang terlarut akan menaikkan nilai DHL larutan yang diukur
menggunakan alat elektrode platina.
Peralatan
Neraca analitik, Gelas kimia 100 ml, Gelas ukur 50 mL, mesin pengaduk, Botol
semprot 500 ml, dan Konduktometer dengan sel platina.
Pereaksi
Air bebas ion yang bebas CO2. Air bebas ion dididihkan dan dinginkan sebelum
digunakan untuk membuat pereaksi penetapan DHL.
Larutan baku NaCl 0,010 M atau KCl 0,010 M. Larutan ini memiliki daya hantar listrik
sebesar 1.413 μS cm-1. Timbang 0,5844 g NaCl p.a. yang telah dikeringkan pada 105oC
selama 2 jam atau 0,7455 g KCl p.a. yang telah dikeringkan pada 110oC selama 2 jam.
Masukan ke dalam labu ukur 1 L, larutkan dengan air bebas ion hingga 1 L.
Cara kerja
Timbang 10,00 g contoh tanah ke dalam botol kocok, tambahkan 50 ml air bebas ion.
Kocok dengan mesin pengaduk selama 30 menit. Ukur DHL suspensi tanah dengan
konduktometer yang telah dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan baca setelah
angka konstan. Setiap akan melakukan kalibrasi dan mengukur contoh sebaiknya elektrode
dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Nilai DHL ditunjukkan dalam satuan dS m-1
menggunakan 3 desimal.
Gambar. Alat konduktometer sel
platina
2.2.2 Penetapan tekstur
Penetapan tekstur cara Pipet
Dasar penetapan
Bahan organik dioksidasi dengan H2O2 dan garam-garam yang mudah larut
dihilangkan dari tanah dengan HCl yang telah dipanaskan. Bahan yang tersisa adalah mineral
yang terdiri atas pasir, debu dan liat. Pasir dapat dipisahkan dengan cara pengayakan basah,
sedangkan debu dan liat dipisahkan dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum
Stoke.
Peralatan
Gelas kimia 800 ml, Penyaring Berkefeld, Ayakan 50 mikron, Gelas ukur 500 ml, Pipet 20
ml, Pinggan aluminium, Gelas ukur 50 ml, Gelas ukur 200 ml, Stop watch, Oven, Penangas
listrik, dan Neraca analitik dengan ketelitian 4 desimal
Pereaksi
H2O2 30% dan 10%. H2O2 30% diencerkan tiga kali dengan air bebas ion.
HCl 2N. Encerkan 170 ml HCl 37% teknis dengan air bebas ion dan diencerkan hingga
1L.
Larutan Na4P2O7 4%. Larutkan 40 g Na4P2O7.10 H2O dengan air bebas ion dan
diencerkan hingga 1 L.
Cara kerja
Timbang 10,00 g contoh tanah < 2 mm, masukan ke dalam gelas kimia 800 ml,
ditambah 50 ml H2O2 10% kemudian dibiarkan semalam. Keesokan harinya ditambah 25 ml
H2O2 30% dipanaskan sampai tidak berbusa, selanjutnya ditambahkan 180 ml air bebas ion
dan 20 ml HCl 2N. Didihkan diatas penangas listrik selama kurang lebih 10 menit. Angkat
dan setelah agak dingin diencerkan dengan air bebas ion sampai 700 ml. Dicuci dengan air
bebas ion menggunakan penyaring Berkefield kemudian ditambah 10 ml larutan pereaksi
Na4P2O7 4%.
Pemisahan pasir
Suspensi tanah yang telah diberi pereaksi diayak dengan ayakan 50 mikron sambil
dicuci dengan air bebas ion. Filtrat ditampung dalam silinder 500 ml untuk pemisahan debu
dan liat. Butiran yang tertahan ayakan dipindahkan ke dalam pinggan aluminium yang telah
diketahui bobotnya dengan air bebas ion menggunakan botol semprot. Keringkan (hingga
bebas air) dalam oven pada suhu 105oC, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (berat
pasir = A g).
Pemisahan debu dan liat
Filtrat dalam silinder diencerkan menjadi 500 ml, diaduk selama 1 menit dan segera
dipipet sebanyak 20 ml ke dalam pinggan aluminium. Filtrat dikeringkan pada suhu 105oC
(biasanya 1 malam), didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (berat debu + liat + pereaksi
= B g).
Untuk pemisahan liat diaduk lagi selama 1 menit lalu dibiarkan selama 3 jam 30
menit pada suhu kamar. Suspensi liat dipipet sebanyak 20 ml pada kedalaman 5,2 cm dari
permukaan cairan dan dimasukkan ke dalam pinggan aluminium. Suspensi liat dikeringkan
dalam oven pada suhu 105oC, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (berat liat +
peptisator = C g).
Penetapan tekstur cara Hidrometer
Dasar penetapan
Penetapan tekstur cara hidrometer berdasarkan pengukuran berat jenis (BJ) suspensi
tanah. Kadar butiran tanah dapat diketahui dari selisih BJ suspensi dengan BJ cairan media.
Hidrometer yang digunakan dibuat khusus untuk pengukuran BJ suspensi tanah. Hidrometer
tipe 152 H memiliki pembagian skala yang dibuat langsung dalam satuan kadar partikel g L-1.
Peralatan
Neraca analitik, magnetik stirer, Silinder sedimentasi atau gelas ukur 500 ml,
Pengaduk khusus untuk suspensi, Alat hidrometer tanah tipe 152 H dan Timer atau
stopwatch.
Pereaksi
Larutan pendispersi natrium pirofosfat 4%. Larutkan 40,00 g Na4P2O7.10 H2O dengan
air bebas ion dan diencerkan hingga 1 L.
Cara Kerja
Dalam piala gelas 100 ml ditimbang 25,00 g contoh tanah halus < 2 mm ditambahkan
10 ml larutan pendispersi natrium pirofosfat. Dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
diencerkan dengan air bebas ion sampai isi 200 ml. Diaduk dengan stirer kecepatan tinggi
selama 5 menit. Setelah itu semuanya dipindahkan ke dalam gelas ukur 500 ml (lakukan
pembilasan), diencerkan dengan air bebas ion sampai isi 500 ml, diaduk dengan pengaduk
khusus dan dibiarkan semalam. Dengan cara yang sama, tetapi tanpa contoh, dibuat
penetapan blanko.
Gambar. Alat Hidrometer tanah tipe 152 H
Pengukuran fraksi campuran debu + liat
Keesokan harinya setiap suspensi tanah dalam gelas ukur diaduk selama 30 detik
dengan pengaduk. Setelah itu stopwatch disiapkan untuk pengukuran fraksi campuran debu
dan liat. Suspensi dihomogenkan dengan vortex (cukup 20 detik) setelah itu hidrometer tanah
segera dimasukkan ke dalam suspensi dengan perlahan dan hati-hati. Tepat 40 detik setelah
pengocokan, angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan suspensi dicatat
(Pembacaan 1).
Angka tersebut menunjukkan jumlah g fraksi campuran debu+liat per liter suspensi.
Larutan blanko juga diukur untuk koreksi suhu fraksi debu+liat.
Pengukuran fraksi liat
Suspensi tersebut dibiarkan selama 2 jam agar diperoleh suspensi liat dan segera
diukur dengan alat hidrometer. Angka skala hidrometer yang berimpit dengan permukaan
suspensi dicatat (Pembacaan 2). Angka tersebut adalah jumlah g fraksi liat dalam 1 L
suspensi. Larutan blanko juga diukur untuk koreksi suhu fraksi liat.
2.3 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan
fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran
udara disebabkan oleh partikel debu, asap kendaraan dan dari cerobong asap industri dan gas
kimia dari industri kimia. Sumber pencemaran udara dapat dogolongkan menjadi 2, yaitu :
a) Sumber bergerak. Pencemaran dari sumber bergerak, misalnya disebabkan oleh emisi
dari kendaraan bermotor, terutama bila pembakaran dalam mesin kendaraan tersebut
sudah tidak efisien.
b) Sumber tidak bergerak. Pencemaran dari sumber tidak bergerak, misalnya asap dari sisa
pembakaran pabrik.
Pengendalian pencemaran udara antara lain :
Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta mesin kendaraan yang
efisien.
Pengolahan limbah udara di pabrik, misalnya dengan menggunakan alat dust collector
yang dapat menangkap debu.
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat
pula disebabkan oleh ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan
industri dan teknologi yang ada.
Debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.
Debu partikulat terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% -
60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 μm atau dikenal dengan PM10.
Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10
dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan mengganggu
sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi
penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru,
sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 μm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu
serta menghalangi pandangan mata.
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran 0,1-5
atau ukuran 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan
berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral membentuk
jaringan parut (slicosis, anthrakosilikosis, asbestosis).
Partikel PM10 yang berdiameter 10 mikron memiliki tingkat kelolosan yang tinggi dari
saringan pernafasan manusia dan bertahan di udara dalam waktu cukup lama. Tingkat bahaya
semakin meningkat pada pagi dan malam hari karena asap bercampur dengan uap air. PM10
tidak terdeteksi oleh bulu hidung sehingga masuk ke paru-paru. Jika partikel tersebut
terdeposit ke paru-paru akan menimbulkan peradangan saluran pernapasan, gangguan
penglihatan dan iritasi kulit.
Dalam usaha mengurangi pencemaran lingkungan perlu diadakan pemantauan
kualitas udara secara terus-menerus. Dalam hal ini digunakan metode spektrometri pendar
sinar-x, karena metode tersebut mempunyai beberapa kelebihan di banding dengan metode
yang lain. Metode tersebut sering digunakan untuk analisis aerosol dan debu di udara.
2.3.1 Penetapan dengan spektrometer pendar sinar-x
Dasar metode spectrometer pendar sinar-x ialah pencacahan sinar-x yang dipancarkan
oleh suatu unsur akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat
dengan inti, oleh elektron pada orbital yang lebih luar. Pengisian kembali elektron pada
orbital K akan menghasilkan sinar-x deret K, deret L dan seterusnya. Setiap unsur akan
menghasilkan sinar-x dengan energi karakteristik.
Sifat tersebut digunakan sebagai dasar analisis kualitatif. Analisis kuantitatif
didasarkan pada perhitungan luas spectra yang dihasilkan oleh pulsa listrik akibat
terdeteksinya sinar-x oleh detector yang diperkuat denga penguat awal dan akhir. Untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan paket program perangkat lunak AXIL (Analysis
of X-ray Spectra by Iterative Least- Square Fitting) dan QAES (Quantitative Analysis of
Environmental Samples).
Bahan
Bahan yang digunakan yakni contoh debu udara yang di sampling secara berkala.
Sebagai standar digunakan logam murni Cu, Fe, Ni, Pb, Zn, Ti dan Sn serta standar acuan
dari IAEA yaitu soil-7.
Peralatan
Alat yang digunakan untuk menyedot debu ialah High volume air sampler.
Seperangkat XRF system sumber buatan ORTEC yang terdiri dari detector Pop-Top semi
konduktor Si(Li), tegangan tinggi -500 volt, penguat awal (Pre Amplifier), penguat akhir
(amplifier), pencacah salur ganda (MCA) MAESTRO, dan perangkat lunak QXAS-AXIL
yang dilengkapi dengan analisis kuantitatif QAES (Quantitative Analysis of Environmental
Samples). Sumber pengeksitasi yang digunakan ialah 109Cd dan 55Fe dengan aktivitas masing-
masing 20 mCi. Peralatan lain ialah pinset, cawan petri, timbangan analitik dan desikator.
Gambar. XRF( X-Ray Fluoroesence) dan penyedot
debu High Volume Air Sampler
Analisis
Analisis dilakukan secara spektrometri pendar sinar-x dengan cara meletakan contoh
debu yang sudah terdeposit pada kertas saring diatas permukaan detektor, lalu setiap contoh
dicacah selama 30 menit.
Gambar. Alat spektrometer pendar sinar-x
Teknik Pencacahan
Sebelum digunakan untuk pencacahan contoh, alat XRF lebih dulu dikalibrasi
menggunakan logam murni Cu, Fe, Ni, Pb dan Zn dengan sumber pengeksitasi 109Cd sedang
untuk unsur Si, S, Cl, K, Ca, dan Sc menggunakan oksidanya dan sumber radiasi yang
digunakan sebagai sumber pengeksitasi ialah 55Fe masing-masing mempunyai aktivitas 20
mCi Energi sinar-x dari unsur-unsur yang diukur.
BAB III
SIMPULAN
A. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Analisis pencemaran air
diukur berdasarkan karakteristik air berdasarkan suhu, warna, dan bau.
B. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah masuknya limbah ke dalam tanah yang mengakibatkan
fungsi tanah turun (menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak mampu lagi mendukung
aktivitas manusia. Analisis pencemaran tanah antara lain penetapan daya hantar listrik,
penetapan tekstur yakni cara pipet dan hidrometer.
C. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan
fungsi udara turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Analisis
dilakukan secara spektrometri pendar sinar-x dengan cara meletakan contoh debu yang sudah
terdeposit pada kertas saring diatas permukaan detektor, lalu setiap contoh dicacah selama 30
menit.