perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENYUSUN KALIMAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB NEGERI SLAWI
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
ITIT KHOPMINI
NIM. X 5209008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENYUSUN KALIMAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB NEGERI SLAWI
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh :
ITIT KHOPMINI
NIM. X 5209008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing II
Priyono, S.Pd.,M.Si. NIP. 19710902 2005011 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 13 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. …………………………..
Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag. …………………………..
Anggota I : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. .…………………………..
Anggota II : Priyono, S.Pd., M.Si. …………………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Itit Khopmini. ”PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENYUSUN KALIMAT SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB NEGERI SLAWI TAHUN 2010/2011”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dalam menyusun kalimat sederhana pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan metode Mind Mapping bagi anak tunagrahita kelas IV di SDLB Negeri Slawi tahun 2010/2011.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah siswa tunagrahita sedang Kelas IV semester II SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011 yang prestasi belajar menyusun kalimat sederhana mendapat nilai di bawah 60,00 yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan data menyusun kalimat sederhana menggunakan tes untuk memperoleh data prestasi belajar siklus I dan II. Teknik analisis data digunakan analisis desktiprif komparatif, yakni dengan membandingkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana antarsiklus, yang dianalisis adalah prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa sebelum menggunakan metode mind mapping dan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa setelah menggunakan metode mind mapping sebanyak dua siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal nilai menyusun kalimat sederhana, diketahui nilai rerata sebesar 50,00 seluruh siswa yang berjumlah 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00. Hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai menyusun kalimat sederhana sebesar 55,00, siswa yang mendapat nilai 60 terdapat 1 siswa dan 2 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00. Hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai menyusun kalimat sederhana sebesar 63,33, siswa yang mendapat nilai 60 terdapat 2 siswa dan tinggal 1 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode mind mapping dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Itit Khopmini. THE USAGE OF MIND MAPPING METHOD TO INCREASE THE STUDY ACHIEVEMENTIN ARRANGING A SIMPLE SENTENCES IN TEACHING INDONESIAN FOR MENTALLY RETARDED CLASS IV SDLB NEGERI SLAWI IN THE SCHOOL YEAR 2010/2011”. Skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, June 2011.
The aim of this research is to increase the study achievement in arranging a simple sentence in teaching Indonesia using mind mapping method for mentally retarded class IV in SLDB Negeri Slawi in the school year 2010/2011.
The research used is Class Action Research (CAR) that is study carried out by a teacher in my classroom where he or she teacher by stressing on the perfectness or increasing practice and process in teaching Indonesian. The subject of this study is mentally retarded of class IV semester II SDLB Negeri Slawi in the school year 2010/2011 who get score under 60,00 in arranging a simple sentence. They are three students used in collecting the data of arranging a simple sentences is a test, to get the data of the study achievement in the cycles I and II. To analyze the data this students study uses descriptive comparative analysis, namely by comparing the study achievements in arranging a simple sentence inter-cycles. This study analyzes the study achievements in arranging a simple sentence before using mind mapping method and the students study achievements is arranging a simple sentence after using mind mapping methode in this cycles.
The result of this study shows that the early data, the score of arranging a simple sentence, it is known that the average score is 50,00 all of the students consisting 3 persons, get the score under 60,00. This result of the test in the cycle I, it is known that the average score in arranging a simple sentences is 55,00. the student gets 60,00 and the others, two students, get less than 60,00 for then score. The result of the test in the cycle II, it is known that the average score in arranging a simple sentence is 63,33. Two students get more than 60,00 and the rest, one student get less than 60,00 for then score.
Based on the result of the study, it can be concluded that mind maping method can increase the study achievement in arranging a simple sentence in teaching Indonesian for mentally retarded class II SDLB Negeri Slawi in the school year 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan
ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.
( MarkTwain, Hitamputihkita’sWeblog)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
- Suami tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.
3. Drs. Gunarhadi, M.A.,Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes., selaku pembimbing I yang telah memberikan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Priyono, S.Pd.,M.Si., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Ery Mulyani, S.Pd., kepala SDLB Negeri Slawi yang telah memberikan ijin
tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa,
dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6
A. Kajian Tunagrahita .................................................................... 6
1. Pengertian Tunagrahita ....................................................... 6
2. Ciri-ciri Kejiwaan Anak Tunagrahita ................................. 6
3. Klasifikasi Tunagrahita ....................................................... 8
4. Karakter Anak Tunagrahita ................................................ 10
5. Penyebab Anak Tunagrahita ............................................... 11
6. Dampak Tunagrahita .......................................................... 13
7. Pelayanan Pendidikan ......................................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
B. Kajian Prestasi Belajar ............................................................... 15
1. Pengertian Belajar ............................................................... 15
2. Komponen-komponen Belajar ............................................ 16
3. Pengertian Prestasi Belajar .................................................. 17
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ........... 18
5. Evaluasi Belajar ................................................................... 20
C. Kajian Mind Mapping ............................................................... 21
1. Pengertian Mind Mapping ................................................... 21
2. Metode Mind Mapping ........................................................ 22
3. Tipe Pembelajaran Mind Mapping ..................................... 24
D. Kerangka Berpikir .................................................................... 28
E. Hipotesis Tindakan ................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 30
A. Setting Penelitian ...................................................................... 30
B. Subjek Penelitian ....................................................................... 31
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 31
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
E. Validitas Data ........................................................................... 34
F. Analisis Data ............................................................................. 34
G. Indikator Kinerja ........................................................................ 35
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 38
A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 38
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 46
C. Pembahaan Hasil Penelitian ...................................................... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53
A. Simpulan .................................................................................... 53
B. Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 30
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi sebagai Subjek Penelitian ............................................................................. 31
Tabel 3. Blue Print Instrumen Tes ................................................................ 33
Tabel 4. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Kondisi Awal ......................... 39
Tabel 5. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Siklus I ................................... 46
Tabel 6. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Siklus II ................................. 47
Tabel 7. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Setiap Siklus Menggunakan Metode Mind Mapping ........................................... 48
Tabel 8. Peningkatan Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Setiap Siklus ................................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 29
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Peningkatan Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Menggunakan Metode Mind Mapping ......................................... 48
Grafik 2. Peningkatan Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Setiap Siklus ................................................................................. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ....................................................... 57
Lampiran 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi Tahun Pelajaran 2010/2011 Sebagai Sampel Penelitian ......... 58
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen Menyusun Kalimat Sederhana ................. 59
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) ........................... 60
Lampiran 5. Naskah Soal Performance ....................................................... 69
Lampiran 6. Contoh Kartu Kata ................................................................... 71
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) ......................... 73
Lampiran 8. Naskah Soal Performance ....................................................... 82
Lampiran 9. Contoh Kartu Kata ................................................................... 84
Lampiran 10. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tuna- grahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi Pada Kondisi Awal ...... 87
Lampiran 11. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tuna- grahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi Pada Siklus I ................ 88
Lampiran 12. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tuna- grahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi Pada Siklus II .............. 89
Lampiran 13. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Mengetahui
Ketua Program PLB
Drs. Gunarhadi, M.A.,Ph.D. NIP. 19550210 19188203 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 2, 3 dan 4, serta Bab VI pasal 32
ayat 1, 2 dan 3 menyatakan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh layanan-
layanan pendidikan khusus. Untuk itu anak dengan berkebutuhan khusus perlu
diperhatikan dan diidentifikasikan dari berbagai kelompok anak pada umumnya,
mereka memerlukan pelayangan khusus.
Ada kemungkinan bahwa anak mengalami kelainan lebih dari satu jenis
(kelainan ganda). Hal ini yang lebih mendapatkan perhatian baik dari keluarga,
masyarakat dan pemerintah serta kalangan usaha dalam rangka ikut mencerdaskan
bangsa.
Begitu juga dengan anak tunagrahita pada umumnya memiliki hak dan kebutuhan untuk berkembang atau mengaktualisasikan potensinya sehingga dapat mandiri. Namun pemenuhan hal tersebut di atas mengalami hambatan karena keterbatasan fungsi kecerdasan intelektualnya yang berada di bawah usia kronologinya serta signifikan, karena itu anak tunagrahita memperlihatkan aktualisasi fungsi intelektual, kemampuan dalam perilaku adaptif di bawah usianya dan termanifestasi dalam masa perkembangannya.
Sebagai akibat dari ketiga hal tersebut di atas anak tunagrahita memiliki ciri khusus, permasalahnya dan kebutuhan layanan khusus agar ia dapat berkembang optimal sehingga akhirnya hidup layak. Ciri khusus anak tunagrahita: 1. sulit mempelajari hal-hal abstrak; 2. kurang konsentrasi; 3. cepat lupa; 4. kurang mampu mengikuti petunjuk ; 5. membutuhkan waktu belajar lama; 6. kurang mampu menjaga kesehatan; dan 7. kurang koordinasi motorik.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Anak-anak yang mengalami tuna mental atau tunagrahita walau
tergolong sub normal juga berhak mendapat pendidikan sebagaimana tertera
dalam pasal 31 ayat I UUD1945 bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran." Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mereka yang cacat
tanpa terkecuali berhak untuk mendapat pengajaran seperti anak normal.
Pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan yang diberikan pada anak
didik untuk berkembang menuju kemandirian .Untuk itu anak luar biasa dalam
usia sekolah (umur 6 tahun - 12 tahun) berhak untuk dibimbing menuju arah
mandiri. Untuk membimbing anak tunagrahita memerlukan cara yang tepat agar
anak dapat tercapai.
Anak luar biasa adalah anak yang mengalami kelainan dalam
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik, mental emosional maupaun sosialnya
bila dibandingkan dengan anak normal yang sebaya dengannya. Begitu juga
dengan anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki tingkat kecerdasan di
bawah anak normal sehingga memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai
dengan kelainannya agar dapat bekembang dengan optimal dan mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Keluarbiasaan anak tunagrahita merupakan salah satu masalah dalam
dunia pendidikan sehingga pelayanan bagi anak tunagrahita harus benar-benar
tepat agar masalah yang dihadapi segera teratasi. Harus disadari bahwa banyak
sekali faktor yang memegang peranan penting bagi keberhasilan anak tunagrahita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak tunagrahita dalam
belajar antara lain faktor dari dalam anak seperti tingkat kecerdasan, kemampuan
membaca, dan faktor dari luar seperti sarana dan prasarana yang menunjang
proses pembelajaran.
Dengan melihat keterbatasan kemampuan siswa dan hasil ulangan bahasa
Indonesia pada materi menyampaikan pesan yang didengar lewat telepon
menunjukkan rendahnya penguasaan siswa. Oleh sebab itu untuk meningkatkan
penguasaan meteri pelajaran, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16).
Bahasa, bagi sebagian orang, diperlakukan sekedar alat komunikasi.
Implikasinya adalah adanya kecenderungan yang lebih menekankan aspek
komunikasi daripada aspek lain yang sebenarnya juga penting dalam kaitannya
dengan bahasa. Harus diakui, manusia di mana pun, lebih banyak melakukan
komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan. Jadilah kemudian komunikasi lisan
dianggap jauh lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan
(Maman S. Mahayana, 2008: 1). Melalui bahasa manusia dapat saling
berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari
yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh
karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara
lisan mapun tertulis. Pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengajaran antara lain dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-hal yang dekat ke
yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum
diketahui, dan dari yang konkret ke yang abstrak.
Berdasarkan kenyataan yang ada, bahwa kondisi metode pembelajaran di
kalangan siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi dirasa masih sangat
minim, sehingga dalam proses pembelajarannya kebanyakan guru masih
menggunakan metode ceramah. Pemilihan metode ceramah masih dianggap
paling efektif untuk segala suasana oleh sebagian besar guru. Akibat dari model
pembelajaran seperti itu, aktivitas siswa masih pasif sehingga prestasinya rendah .
Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian
tindakan kelas pada siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi. Penelitian
tindakan kelas yang dirancang lebih menekankan pemahaman siswa melalui
metode mind mapping. Pemetaan Pikiran (bahasa Inggris Mind Mapping) adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu suatu metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan
menggunakan otak kanan dan otak kirinya secara simultan (Tony Buzan dalam
Joyce Wycoff, 2008: 56).
Dengan melihat gejala dan berbagai pemikiran di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: Penggunaan Metode
Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam Menyusun
Kalimat Sederhana Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Tunagrahita
Kelas IV SDLB Negeri Slawi Tahun 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah penggunaan metode mind mapping dapat meningkatkan
prestasi belajar dalam menyusun kalimat sederhana pada pembelajaran Bahasa
Indonesia bagi anak tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi Tahun 2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian pembelajaran yang dilakukan melalui perbaikan
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran, memotitivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia dan membantu guru berkembang secara professional. Semua aktifitas
dalam penelitian sebenarnya akan mengarah pada suatu tujuan secara jelas akan
memberikan arah yang jelas dan sistematis dalam mencapai tujuan itu sendiri.
Adapun tujuan penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar dalam
menyusun kalimat sederhana pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui
penggunaan metode Mind Mapping bagi anak tunagrahita kelas IV di SDLB
Negeri Slawi tahun 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian akan memberikan kegunaann tersendiri bagi penulis
khususnya dan bagi orang yang berkecimpung dalam suatu bidang tertentu, hal
ini akan memberikan arah dan kejelasan suatu penelitian yaitu agar tidak
menyimpang jauh dari masalah yang diteliti.
Manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah:
1. Manfaat bagi siswa.
a. Dapat dijadikan model bagi siswa dalam bersikap kritis; dan
b. Dapat menjadi evaluasi terhadap hasil kerjanya
2. Manfaat bagi guru.
a. Guru dapat berkembang secara profesional;
b. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan
pengetahuannya dan ketrampilannya; dan
c. Membuat guru lebih percaya diri.
3. Manfaat bagi sekolah.
a. Dapat meningkatkatkan kualitas pendidikan untuk siswa;
b. Dapat menanggulangi masalah sekolah terutama masalah belajar siswa;
c. Dapat memperbaiki kesalahan dalam pembelajaran;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan metal, keadaan ini dikenal
juga retardasi mental (mental retardation). American Asociation on Mental
Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM (www.ditplb.or.id:3) tunagrahita adalah
anak yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average),
yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang
menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian
Menurut Japan League for Mentally Retarded adalah ”lambannya fungsi
intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada
masa perkembangannya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun”
(Geniofam, 2010: 10). “Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan” (Satmoko Budi
Santoso, 2010: 130).
Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas,
maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah
mereka yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan
kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal
diperlukan pelayanan pendidikan secara khusus, karena kelainannya itu maka
mereka mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
2. Ciri-Ciri Kejiwaan Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bervariasi.
Menurut Munzayanah (2000: 24) bahwa:
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan ciri-
ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
a. Kondisi kecerdasan fungsional 1) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber
informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakan tanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.
2) Skala skor IQ kurang dari 75. b. Adaptasi tingkah laku
1) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasi performance individu dibandingkan dengan kelompok usia sebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budaya yang sama.
2) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilan adaptif.
c. Periode perkembangan 1) Sampai usia 21 atau di bawahnya. 2) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu tahun.
d. Performance dalam bidang pendidikan 1) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks arus
lingkungan. 2) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti
(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science). 3) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satu standart
penyimpangan di bawah rata-rata dari sampel standardisasi nasional. 4) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut oleh
data di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individu performance dan performance kelompok usia sebaya dari latar belakang budaya yang sama.
5) Asesmen dari akademik performance harus juga inklud terdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.
Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dibanding anak normal, karena
anak tunagrahita memiliki intelektual rendah dengan ciri-ciri: (1) keterhambatan
fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan
dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun
(Salim Choiri dan Munawir Yusuf, 2008:56). Lebih lanjut disebutkan bahwa anak
tunagrahita memiliki ciri-ciri fisik dan penampilan perkembangan bicara/bahasa
terlambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
tunagrahita adalah: 1) kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka
tidak dapat mengurus, 2) mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, 3)
mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, 4) masih dapat
mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, 5) mengalami
gangguan dalam sosialisasi, 6) iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa
keadilan, 7) bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, 8) sikap yang ingin
memisahkan diri atau menarik diri, 9) penyesuaian diri yang kaku dan labil, 10)
pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak
umur 12 tahun.
3. Klasifikasi Tunagrahita
Satmoko Budi Santoso (2010: 130) yang mengklasifikasikan anak
tunagrahita yaitu: “Berdasarkan pada tingkatan IQ (intelligen quotient).
Tunagrahita ringan (IQ = 51-70), tunagrahita sedang (IQ = 36-50), tunagrahita
berat (IQ = 20-35), dan tunagrahita sangat berat (IQ di bawah 20).”
Menurut American Association On Mental Retardtion dalam Special
Education in Ontario Schools (www.ditplb.or.id:3) anak tunagrahita
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Educable Pada kelompok ini anak masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas lima sekolah dasar.
b. Trainable Anak kelompok ini mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuan untuk mendpat pendidikan secara akademik.
c. Costodial Dengan pemberian latihan yang terus menerus, dapat melatih anak kelompok ini memahami tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif.
Penggolongan tunagrahita untuk Keperluan Pembelajaran menurut
B3PTKSM (www.ditplb.or.id:4) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar
(slow learner) dengan IQ 71-85;
b. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 51-70 atau
70;
c. Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 31-50 atau
50;
d. Tunagrahita butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan
IQ dibawah 25 atau 30.
Penggolongan Tunagrahita secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979
dalam B3PTKSM (www.ditplb.or.id:4) sebagai berikut :
a. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ 68-85),
b. Retardasi mental ringan (IQ 52-67),
c. Retardasi mental sedang (IQ 36-51),
d. Retardasi mental berat (IQ 20-35),
e. Retardasi mental sangat berat (IQ kurang dari 20), dan
f. Retardasi mental tak tergolongkan.
Penggolongan Tunagrahita secara Sosial-Psikologis terbagi menjadi dua
yaitu psikometrik dan perilaku adaptif. Berdasarkan kriteria psikometrik menurut
skala inteligensi Wechsler Kirk dan Gallagher 1979 dalam B3PTKSM
(www.ditplb.or.id:4) yaitu :
a. Retardasi mental ringan (mild mental retardion) dengan IQ 55-69,
b. Retardasi mental sedang (moderate mental retardion) dengan IQ 40-54,
c. Retardasi mental berat (severce mental tetardion) dengan IQ 20-39, dan
d. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardion) dengan IQ kurang
dari 20.
Berdasarkan klasifikasi dari beberapa ahli tersebut penulis akan meneliti
siswa penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ
antara 36-70. "Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita
yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih
memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun
hasilnya tidak maksimal" (Mohammad Efendi, 2006: 90).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2) menyesuaikan
diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3) keterampilan yang
sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. Kesimpulan anak
tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat dididik secara
minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
4. Karakter Anak Tunagrahita
Kerakteristik anak Tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery &
Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition (www.ditplb.or.id:5)
menyatakan:
a. Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempenyai kesulitan mempelajari
pengetahuan abstrak atau yang berkaitan dan selalu cepat lupa;
b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru;
c. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak Tunagrahita berat
d. Cacat fisik dan perkembangan gerak;
e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri;
f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim; dan
g. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus.
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam
(2010: 25-26), anak tunagrahita bisa diketahui jelas secara fisik, antara lain:
a. Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar; b. Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia; c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat; d. Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong); e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali); f. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Pendapat lain dikemukakan oleh Munzayanah (2000: 24) bahwa:
Karakteristik yang nampak serta banyak terjadi pada siswa penyandang tunagrahita adalah: rasa merusak sebagai dasar perkembangan, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
tunagrahita adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas, dalam pergaulan mereka
tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,
mengalami kesukaran berfikir abstrak, mereka berbicara lancar, mereka masih
dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami
gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan,
bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri,
penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun baru mencapai umur
kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun.
5. Penyebab Anak Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Genetik
1) Kerusakan atau kelainan Biokimiawi
2) Abnormalitas Kromosomal
3) Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya
adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ
antar 20-60 dan rata-rata mereka memiliki IQ 30-50
a) Pada masa sebelum kelahiran
(1) Infeksi Rubelia (cacar)
(2) Faktor Rhesus (Rh)
b) Pada saat kelahiran
Retardasi mental atau tunagrahita yang disebabkan oleh kejadian yang
terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak
nafas (asphyxia) dan lahir rematur.
c) Pada saat setelah lahir
Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan
pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya:
kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak
dapat menyebabkan tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Faktor sosio-kultural
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangan intelektual manusia.
Gangguan metabolisme atau nutrisi
1) Phenylketonuria yaitu gangguan pada metabolisme asam amino
2) Gangguan pada enzym Phenylketonuria Gargoylisme yaitu gangguan
metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak
3) Cretinisme yaitu gangguan pada hormon tiroid yang dikenal kerana
defisiensi yodium.
Menurut Grossman et al 1973 dalam B3PTKSM (www.ditplb.or.id:5)
menyatakan penyebab tunagrahita akibat dari :
1) Infeksi dan atau intoxikasi
2) Rudapaksa dan atau sebab fisik lain
3) Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi (nutrisi)
4) Penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir)
5) Akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir yang tidak diketahui
6) Akibat kelainan kromosomal
7) Gangguan pada waktu kehamilan
8) Gangguan pasca-psikiatrik atau gangguan jiwa berat
9) Peanguruh-pengaruh lingkungan
10) Kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.
Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi
pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut
Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui
jenjang sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma; 2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio; 5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin; 7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak
tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan
psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses
kelahiran tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan
pada waktu kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan,
gangguan metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Sebab lain adanya
predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan, dan
waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu
berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
6. Dampak Tunagrahita
Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan
sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah
dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.
Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalan dalam
melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf
perkembangan yang paling sederhana pun, anak tunagrahita seringkali tidak
mampu menyelesaikan dengan baik.
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan
sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98),
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. b. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. c. Kemampuan sosialisasinya terbatas. d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. e. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. f. Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.
Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan
mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas
sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku yang
kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu dilakukan
modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.
Dalam memberikan terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang terapis
harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan
humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi, ketulusan dan
kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi anak
tunagrahita. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik motifikasi
perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.
7. Pelayanan Pendidikan
a. Kelas Transisi
Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga
pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi
merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan
kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
b. Sekolah Khusus
Diberikan pada Sekolah Luar Biasa, dalam satu kelas maksimal 10
anak dengan pembimbing atau pengajar guru khusus dan teman sekelas
dianggap sama kemampuannya.
c. Pendidikan Terpadu
Diselenggarakan di sekolah reguler. Anak belajar bersama dengan
bimbingan guru reguler. Jika mempunyai kesulitan anak akan mendapatkan
bimbingan atau remidial dari guru pembimbing khusus dari SLB terdekat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Program Sekolah di Rumah
Program ini diselenggarakan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu
mengikuti pendidikan di sekolah karena keterbatasannya, misalnya sakit.
Program dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK)
atau terapis. Hal ni dilaksanakan atas kerja sama antara orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
e. Pendidikan Inklusi
Model ini menekan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi
anak dengan prinsip "Education for All". Layanan diselenggarakan pada
sekolah reguler. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih dalam tahap
rintisan.
f. Panti (griya) Rehabilitasi
Diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang
mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umunya
memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.
Program di panti lebih terfokus pada perawatan.
B. Kajian Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yang
mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara dinamis
dan membekas” (Winkel, 2001: 36). Lebih lanjut dinyatakan bahwa “belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku termasuk
juga perbaikan perilaku” (Oemar Hamalik, 2000:45).
Pengertian belajar menurut Hilgard (dalam Nasution, 2000: 35): “Learning
is the prosess by which an activity originates or is changed through training
procedures (Whether in the laboratory on in the naturalenvironment) as
distinguished from changes by factors not attributable to training.” (Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk
latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk
hasil belajar).
Pengertian belajar menurut Gagne yang dikutip Ngalim Purwanto (2002:
84), menyatakan bahwa:
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku melalui pengalaman
atau latihan dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut, menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Perubahan tersebut terjadi
akibat interaksi dengan lingkungannya, tidak terjadi karena pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau perubahan karena obat-
obatan.
2. Komponen-komponen Belajar
Adapun yang membentuk belajar-mengajar menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zein (2001: 48) melibatkan 7 komponen, yaitu: “siswa,
guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi.” Dari ketujuh komponen
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Siswa
adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi
pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Guru
adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar,
katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Tujuan
yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada
siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku itu mencakup
perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.
d. Isi pelajaran
adalah segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
e. Metode
yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapat informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan.
f. Media
adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.
g. Evaluasi
adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan
sekalaigus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar
mengajar.
Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan yang
merupakan suatu sistem.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) bahwa: “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.”
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2001: 70) yang
dimaksud prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam Nana
Sudjana, 2007: 22) bahwa: prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perenial
dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing
kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis
tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga
bisa memberikan kepuasan dan pemenuhan hasrat ingin tahu siswa.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk memahami kegiatan yang disebut belajar, maka perlu dilakukan
analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat di dalam
kegiatan belajar. ”Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses sudah
barang tentu harus ada yang diproses (masukana atau input), dan hasil dari
pemprosesan (keluaran atau output)” (Ngalim Purwanto, 2002: 106). Jadi dalam
hal ini dapat dianalisis kegiatan belajar itu dengan pendektan analisis sistem.
Dengan pendekatan sistem ini sekaligus dapat dilihat adanya beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar
mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim
Purwanto (2002: 73) sebagai berikut:
a. Faktor dari luar
1) Faktor lingkungan
Lingkungan yang berujud alam dan sosial. Lingkungan alam seperti
keadaan udara, suhu, kelembaban. Belajar dengan udara yang segar, akan
lebih baik hasilnya, bila dibandingkan dengan keadaan udara yang panas
dan pengap. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hubungan antara
individu dengan keluarga, pola asuh, maupun lingkungan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan
penggunaannya sudah direncanakan, sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti: gedung, perlengkapan belajar dan administrasi kelas
atau sekolah. Faktor ini diharapkan dapat membawa hasil belajar yang baik.
b. Faktor dari dalam
1) Faktor fisiologi
Kondisi fisiologi pada umunya, seperti kesehatan jasmani akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jasmani yang sehat, segar, akan
mudah menerima informasi dari guru. Lain halnya bagi siswa yang dalam
lesu dan sering mengantuk. Keadaan panca indera siswa, terutama
penglihatan dan pendengaran apabila terganggu, maka hasil belajarnya juga
kurang baik.
2) Faktor psikologis
Setiap manusia pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang
berbeda-beda, karena perbedaan itu juga mempengaruhi hasil belajar.
Faktor psikologis yang dianggap utama dalam pengaruhnya terhadap hasil
belajar adalah: a) bakat, b) minat, dan c) kecerdasan, d) motivasi, dan e)
kemampuan kognitif, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:.
a) Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar
seseorang. Apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakatnya, maka kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.
b) Minat
Kalau siswa tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan
akan berhasil dengan baik, sebaliknya bila siswa berminat mempelajari
sesuatu, maka hasilnya akan lebih baik.
c) Kecerdasan
Kecerdasan besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu. Orang yang cerdas pada umumnya lebih
mampu belajar, daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu,
sedangkan hasil pengukuran dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan perbandingan kecerdasan, yang terkenal dengan sebutan
Inteligence Quotient (IQ). Dengan memahami taraf IQ setiap siswa,
maka seorang guru dapat memperkirakan tindakan yang harus diberikan
kepada siswa secara tepat.
d) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Oleh karena itu, meningkatkan
motivasi belajar siswa menjadi bagian yang amat penting, dalam rangka
mencapai hasil belajar yang maksimal.
e) Kemampuan kognitif
Tujuan belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Namun pada umumnya pengukuran kognitif lebih
diutamakan dalam rangka menentukan keberhasilan belajar di sekolah.
Karena itu, kemampuan kognitif merupakan faktor penting dalam belajar
siswa.
5. Evaluasi Belajar
Untuk mengungkapkan dan mengukur hasil belajar membaca kalimat
sederhana harus dilakukan evaluasi. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi
menurut Moore (dalam Farida Rahim, 2007: 137) adalah suatu proses
pengumpulan, menganalisis data, mempertimbangkan dan membuat keputusan
tentang hasil belajar siswa. Sedangkan pengertian evaluasi menurut Winkel
(2001:313) sebagai berikut:
Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Anastasi yang dikutip Saiffudin Azwar (2001: 2) “evaluasi berarti
penilaian atau pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku.”
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar
merupakan penilaian yang standar terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pelajaran pada kurun waktu tertentu
dalam bentuk nilai (angka). Sedangkan evaluasi belajar bahasa Indonesia adalah
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia pada kurun waktu tertentu dalam
bentuk nilai (angka).
C. Kajian Mind Mapping
1. Pengertian Mind Mapping
Mind Mapping atau peta pikiran adalah sistem penyimpanan dan
penarikan data (informasi) yang sangat luar biasa yang terdapat di dalam otak kita
dan merupakan metode pencatatan yang mengakomodir berbagai informasi agar
mudah dicerna oleh otak. (Agan dan Aganwati, http://www.kaskus.us/
showthread.php?t=5868684, diakses tanggal 12 Maret 2011).
Pemetaan Pikiran (bahasa Inggris Mind Mapping) adalah yaitu suatu
metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak
kanan dan otak kirinya secara simultan (Tony Buzan dalam Joyce Wycoff, 2008:
56).
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Mind
Mapping adalah metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dalam
penyimpanan dan penarikan data (informasi) yang sangat luar biasa yang terdapat
di dalam otak kanan dan otak kiri yang mengakomodir berbagai informasi agar
mudah dicerna oleh otak
Secara umum mind mapping dapat diartikan sebagai suatu alternatif
pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran yang terputus-putus. Dalam arti,
mind mapping merupakan suatu cara berpikir yang menghubungkan satu subjek
dengan subjek yang lain kemudian menghimpunnya menjadi satu kesatuan yang
utuh. Secara khusus, mind mapping adalah suatu bentuk atau cara menempatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak secara
visualisasi.
Dengan mind mappping, setiap potong informasi baru yang kita masukan
ke otak kita otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di sana.
Semakin banyak ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala
kita, akan semakin mudah kita mengaitkan ke luar.
2. Metode Mind Mapping
Metode mengajar mind mapping merupakan salah satu komponen yang
harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode mengajar ini
merupakan cara atau tehnik yang digunakan guru dalam melakukan interasksi
dengan siswa pada saat proses pembelajaran.
a. Bepikir lurus
(Femi Olivia, 2008: 15)
b. Berpikir memencar
(Femi Olivia, 2008: 15)
Keterangan berfikir lurus :
1) Anak-anak ini gambar buah apa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Yang digunakan untuk membelah buah apel?
3) Bagaimana pisau itu?
Keterangan berfikir memencar .
1) Anak - anak ini gambar buah apa?
2) Apa rasanya buah apel?
3) Buah apel dimakan apa?
4) Pada tangkai buah apel ada apa?
Dari uraian di atas jelaslah bahwa mapping adalah cara pembelajaran
yang lebih merangsang kreatifitas siswa dengan melatih system kerja otak
kanan dan kiri secara sistematis. Selain itu menggunakan metode mind
mapping ini memudahkan anak dalam mengingat pelajaran disekolah karena
menggunakan gambar dan warna yang sangat disukai oleh anak
Penggunaan metode mengajar harus memperhatikan prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa.diantaranya:
1) Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin
tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran (curiosity).
2) Metode mengajar harus memungkinan dapat memberi peluang untuk
berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
3) Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan
masalah.
4) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk menguji kebenaran
sesuatu sikap skeptis.
5) Metode mengajar harus memungkingkan siswa untuk melakukan
penemuan, berinkuiri, terhadap sesuatu topik permasalahan.
6) Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
7) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri
(indipenden study).
8) Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara
bekerja sama.(cooperative learning).
9) Metode mengajar harus memungkinkan siwa untuk lebih termotivasi
dalam belajar .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi
prosesnya memiliki fungsi- fungsi sebagai berikut.
1) Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap
pembelajaran harus bertujuan, sehingga dalam proses pembelajaran akan
memerlukan suatu cara dan tehnik yang memungkinkan dapat mencapai
tujuan tersebut.
2) Sebagai gambaran aktivifas yang harus ditempuh oleh siswa dan guru
dalam dalam kegiatan pembelajaran. Tahapan-tahapan kegiatan belajar
mengajar pada dasarnya adalah proses atau prosedur penggunaan
metode-metode dengan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian
pembelajaran. Karakteristk metode mengajar dapat dijadikan
pertimbangan penilaian.
4) Sebaga bahan pertimbangan untuk menetukan bimbingan dalam kegiatan
pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu
diberikan bimbingan secara individu atau kelompok.
Memperhatikan beberapa prinsip dan fungsi metode mengajar di atas,
betapa metode mengajar ini sangat menemukan keberhasilan dalam mencapai
tujuan pembelajaran .oleh karena guru dalam melaksanakan pembelajaran
harus secara analisis dan fleksibel menentukan metode apa yang harus
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
(Winata Putra, 2001: 44).
3. Tipe Pembelajaran Mind Mapping
Menurut Tony Buzan yang dikutip Femi Olivia (2008:13), belajar dengan
gabungan dari creative thinking dan active learning, siswa akan belajar sambil
mencatat dan menggambar sekaligus merangsang kecerdasan majemuk anak
terutama kecerdasan visual spasial, verbal (linguistic, logis matematis, kinestik,
intrapersonal anak). Ada tiga macam tipe belajar atau cara seseorang menerima
informasi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tipe Visual
Siswa belajar melalui penglihan, mereka menyukai belajar atau
menerima informasi dengan melihat atau membaca. Ciri-cirinya siswa yang
tergolong tipe ini:
1) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
2) Lebih senang membaca sendiri daripada dibacakan oleh orang lain.
3) Senang membaca dan dapat membaca dengan cepat.
4) Dapat mengeja dengan baik dan dapat membayangkan kata-kata dalam
pikiran.
5) Mereka biasanya tidak terganggu oleh suara.
6) Berpenampilan rapi dan teratur.
7) Lebih memilih mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan dengan
kata-kata.
8) Mempunyai kebiasaan mencoret-coret pada saat bercakap-cakap di telepon
maupun dalam pertemuan-pertemuan.
9) Lebih menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik.
Mereka yang belajar secara visual pada umumnya akan berkata:
1) Saya lihat sekarang
2) Saya tahu gambarannya.
3) Hal itu terlihat benar untuk saya.
4) Saya dapat membayangkan hal tersebut.
5) Saya butuh untuk menyusunnya dalam sebuah perspektif.
b. Tipe Auditori
Siswa yang tergolong tipe ini belajar melalui pendengaran, mereka
menyukai belajar atau menerima informasi dengan cara mendengar atau
diterangkan secara lisan. Ciri-cirinya:
1) Lebih senang belajar dengan cara mendengarkan daripada membaca.
2) Lebih mudah mengingat apa yang diterangkan atau didiskusikan daripada
apa yang dilihat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Senang membaca dengan bersuara atau pada saat membaca menggerakkan
bibirnya.
4) Mudah terganggu oleh suara-suara berisik.
5) Biasanya merupakan pembicara yang cakap.
6) Senang berbicara dan berdiskusi.
7) Lebih menyukai musik dibandingkan dengan seni yang lain.
Mereka yang belajar secara auditorial pada umumnya akan berkata:
1) Hal itu kedengarannya benar.
2) Saya dengar apa yang kamu katakan.
3) Dengarkan saya.
4) Ada sesuatu yang mengatakan bahwa inilah jawabnya.
5) Saya dapat mendengar bahwa kamu tidak senang.
c. Tipe kinestetik
Tipe kinestetik belajar melalui gerakan atau sentuhan, mereka
menyukai belajar atau menerima informasi dengan banyak melakukan gerakan
atau menyentuhnya. Mereka tidak dapat duduk dengan tenang ketika belajar.
Ciri-cirinya:
1) Sewaktu belajar banyak bergerak dan tidak bisa diam di suatu tempat.
2) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama.
3) Bila berbicara dengan seseorang, ia akan berdiri mendekat ke orang yang
diajak berbicara.
4) Ketika membaca suka menggunakan jari atau pensil sebagai penunjuk.
5) Bila ingin menarik perhatian dari seseorang, ia akan menyentuh orang
tersebut.
6) Susah untuk mengingat ciri suatu tempat apabila tidak pernah berada
disana.
7) Menyukai bahasa isyarat atau gerak tubuh.
8) Lebih menyukai seni tari dibanding seni lain.
Mereka yang belajar secara kinestetik pada umumnya berkata:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Hal itu terasa benar.
2) Saya menemukan hal itu sulit ditangani.
3) Berikan saya sebuah contoh konkret.
4) Saya masih meraba-raba dalam gelap untuk hal itu.
5) Saya sudah memegang barang itu.
Hal itu bisa terjadi karena keterbatasan otak menerima semua
informasi .Itu bukan pembelajaran. Yang namanya belajar kita ingat terus apa
yang dipelajari. Karena kekurangan itu muncul berbagai metode yang intinya
membuat anak belajar dan mengingat dengan lebih baik salah satu bisa
ditangkis dengan melakukan mind mapping.
Menurut Tony Buzan yang dikutip Femi Olivia (2008:15) menawarkan
cara pembelajaran menggunakan gambar, symbol dan warna yang dipercaya
sangat disukai anak-anak
Kelebihan Mind Mapping :
1) Cara mudah menggali informasi dari dalam otak
2) Cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan ampuh
3) Cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek
4) Alat berfikir yang mengasyikkan karena membantu berfikir 2 kali lebih, 2
kali lebih cepat dan 2 kali lebih jernih dan dengan menyenangkan
Kelemahan mind mapping yaitu :
1) Dibutuhkan waktu yang lama untuk melihat hubungan satu ide ke ide yang
lain
2) Sulit mencari kata kunci atau kata yang pengingat penting
3) System mencatat pada umumnya adalah bertentangan dengan cara kerja
otak.
Manfaat Mind Mapping yaitu :
1) Menumbuhkan rasa percaya diri anak
2) Mengasah keaktifitas
3) Mengasah berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Mengasah rasa ingin tahu
5) Melatih konsentrasi.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada
hipotesis. Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut:
Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa tunagrahita
dipengaruhi oleh banyak hal. Faktor dari dalam dan dari luar diri yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Metode Mind Mapping merupakan
seperangkat pendukung meningkatkan menyusun kalimat sederhana mata
pelajaran bahasa Indonesia yang merupakan pengaruh faktor dari luar diri siswa.
Metode Mind Mapping merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikenal
di dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui metode Mind Mapping untuk memotivasi minat belajar menyusun
kalimat sederhana anak tunagrahita, selain itu juga dapat memberikan gambaran
tentang maksud dari kata-kata. Melalui metode Mind Mapping, guru dapat
memotivasi siswa dalam menyusun kalimat sederhana dalam bentuk yang lebih
konkrit untuk siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi tahun pelajaran
2010/2011 yang dalam pembelajaran menyusun kalimat sederhana mata pelajaran
bahasa Indonesia didukung dengan metode Mind Mapping siswa dapat menyusun
kalimat sederhana yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan metode Mind
Mapping.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka digambar bagan
kerangka berpikir sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya, mengenai bukti-bukti secara ilmiah. Hipotesis tindakan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Penggunaan metode mind
mapping dapat meningkatkan prestasi belajar dalam menyusun kalimat sederhana
pada pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak tunagrahita kelas IV SDLB Negeri
Slawi Tahun 2010/2011.”
Kondisi awal menyusun kalimat
sederhana
Menyusun kalimat sederhana siswa Tunagrahita kelas IV SDLB Negeri
Slawi rendah
Tindakan
Guru menerapkan
Metode Mind Mapping
Kondisi Akhir
Menyusun kalimat sederhana siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri
Slawi meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDLB
Negeri Slawi pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Perlakuan dilaksanakan di ruang khusus tapi masih di lingkungan sekolah
untuk menjaga situasi pembelajaran tetap alami seperti pelajaran sehari-hari.
Penelitian ini dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
No. U r a i a n Bulan - Minggu
Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Penyusunan Proposal
2 Perijinan
3 Penyusunan Instrumen
4 Pelaksanaan Penelitian
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7
Penyusunan Laporan
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa runagrahita
kelas IV SDLB Negeri Slawi yang memiliki prestasi belajar menyusun kalimat
sederhana yang belum tuntas belajarnya, yaitu dari ulangan harian mendapat nilai
kurang dari 60 yang berjumlah 3 siswa, yang terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1
siswa perempuan.
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi sebagai Subyek Penelitian
No Kode Siswa Jenis Kelamin
1 FH L
2 WM L
6 WH P
C. Data dan Sumber Data
Dalam yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana dan aktivitas guru dalam pembelajaran. Sumber data
penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa runagrahita kelas IV SDLB Negeri
Slawi sebagai subjek penelitian dan guru sebagai pelaksanaan penelitian tindakan.
Data yang berupa prestasi belajar menyusun kalimat sederhana diperoleh dengan
menggunakan tes setelah dalam proses pembelajaran menggunakan metode Mind
Mapping dan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan lembar
pengamatan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian
dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berorientasi pada permasalahan penelitian yaitu meningkatkan prestasi
belajar menyusun kalimat sederhana, maka teknik yang akan penulis gunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode tes.
1. Pengertian Tes
Tes memiliki beberapa pengertian menurut beberapa pendapat. Dari
literatur yang diperoleh pengertian tes dapat dijelaskan sebagai berikut:
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 223) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang
dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik
secara individu atau kelompok.
2. Macam-macam Tes
Tes terdiri dari berbagai bentuk sesuai dengan materi yang akan diberikan.
Bentuk-bentuk tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan
ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat
(Suharsimi Arikunto, 2006: 223).
3. Tes yang Digunakan
Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa diukur melalui tes.
Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal uraian yang
berjumlah 20 soal tes yang menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir
pembelajaran setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Blue Print Instrumen Tes
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Bentuk Soal/ Item Soal
Mempraktek-
kan menyam-
paikan pesan
sari telepon
Menyampaikan
pesan yang di-
terima melalui
telepon
1. Menerima Telepon Tertulis:
1, 2, 3
Perbuatan
11, 12, 13
2. Menuliskan pesan
melalui telepon
Tertulis:
4, 5, 6, 7
Perbuatan:
14, 15, 16, 17
3. Menyampaikan isi
pesan yang diterima
malalui telepon
Tertulis:
8, 9, 10
Perbuatan:
18, 19, 20
Jumlah 20
Materi tes menyusun kalimat sederhana meliputi: kemampuan iswa
dalam menyusun kalimat sederhana sesuai dengan soal tes yang diberikan guru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Skor penilaian:
Penentuan nilai ditentukan dengan rumus:
X Nilai = x 100 20
Keterangan:
Ni = Nilai Akhir
X = Skor akhir yang diperoleh (jawaban betul)
20 = Skor maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Validitas Data
Sebuah data penelitian dapat dikatakan valid apabila dapat mengungkap
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas data dapat
diketahui sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
validitas yang dimaksud. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data
antara lain adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data
dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi
untuk mengetahui prestasi belajar menyusun kalimat sederhana dan faktor
penyebabnya. Untuk itu peneliti membandingkan data hasil penelitian dari
berbagai metode antara lain dengan observasi, tes, diskusi dan dokumentasi.
Triangulasi data dilakukan dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil
metode pengumpulan data yang diperoleh melalui observasi, tes, diskusi dan
dokumentasi dengan memadukan hasil keempatnya. Dalam hal ini bertujuan
memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting)
F. Analisis Data
Analisis hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang
diperoleh pada penelitian tindakan kelas setiap siklus. Data berupa hasil tes
menyusun kalimat sederhana berupa skor tingkat kemampuan siswa dalam
menyusun kalimat sederhana. Data tersebut dianalisis secara diskriptif kuantitatif,
yang dianalisis adalah hasil nilai tes siswa setelah menggunakan metode Minf
Mapping sehingga hasilnya dapat mencapai batas keberhasilan yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Indikator Penelitian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah apabila siswa mendapat
nilai hasil belajar 60 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran menyusun
kalimat sederhana. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi
sekolah.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah
didesain dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.
Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas
konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu:
1. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Explorasi
1) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pengalaman siswa
menggunakan telepon.
2) Siswa memperhatikan penjelasan guru dan cara bertelepon.
b. Elaborasi
1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tata cara bertelepon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Siswa secara bergantian melaksanakan tugas dari guru untuk menerima
telepon.
3) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang isi pesan lewat telepon.
4) Siswa bergantian mengurutkan kartu-kartu kata menjadi kalimat.
c. Konfirmasi
1) Guru memberi penguatan hasil kerja siswa dalam menyusun kalimat
sederhana.
2) Guru memberi penegasan dan pemantapan materi pembelajaran.
2. Tindakan atau acting
Melaksanakan tindakan pembelajaran mengacu perencanaan tindakan atau
planning yang telah dibuat.
3. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Observasi
diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.
4. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi.
Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang
perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi
target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila
capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai target atau
bahkan melebihnya.
Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan
dalam gambar 2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seterusnya.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENYUSUN KALIMAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB NEGERI SLAWI
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
ITIT KHOPMINI
NIM. X 5209008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 5. Prosedur Penelitian
Siklus I
1 Persiapan 2 Diskripsi awal Menyusun kalimat sederhana siswa
rendah 3 Penyusunan Rencana
Tindakan a. Merencanakan pembelajaran melalui
metode Mind Mapping. b. Menentukan pokok bahasan. c. Mengembangkan skenario
pembelajaran. d. Menyiapkan sumber belajar. e. Mengembangkan faktor evaluasi. f. Mengembangkan faktor observasi.
4 Pelaksanaan Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada skenario pembelajaran.
5 Pengamatan Melakukan observasi dengan memakai format observasi.
6 Evaluasi / Refleksi a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
b. Melakukan pertemuan untuk mem-bahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan siklus berikutnya.
d. Evaluasi tindakan I. Siklus II
7 Perencanaan dan penyempurnaan tindakan
a. Atas dasar hasil siklus I, dilakukan penyempurnaan tindakan.
b. Pengamatan program tindakan II 8 Tindakan Pelaksanaan program tindakan II 9 Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
10 Evaluasi / Refleksi Evaluasi tindakan II ( berdasarkan indikator pencapaian )
Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana bagi anak tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi
seperti biasa. Materi meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana
pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Guru
mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas, mengabsen terlebih dan
melaksanakan apersepsi guna menggali pengetahuan awal siswa dalam rangka
upaya mengaitkan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang
merupakan salah satu metode yang biasa digunakan guru. Pembelajaran dimulai
dengan penjelasan tentang menyusun kalimat sederhana. Waktu yang digunakan
untuk menjelaskan materi pembelajaran prestasi belajar menyusun kalimat
sederhana, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
hal-hal yang belum jelas berkenaan dengan materi pembelajaran prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana telah diberikan. Pada kesempatan itu, tidak ada
siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai menyusun kalimat sederhana.
Siswa terkesan masih pasif seakan-akan hanya menerima begitu saja materi yang
dijelaskan oleh guru tanpa banyak memberikan tanggapan atau komentar.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun kalimat sederhana.
Siswa terlihat tidak segera mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Sebagian
besar siswa tampak membayangkan atau mengingat-ingat materi yang baru saja
diberikan guru yang disampaikan dengan metode ceramah, baru kemudian mereka
menyusun kalimat sederhana yang diingat. Selama siswa menyusun kalimat
sederhana apa yang ditugaskan kepadanya, guru tidak mengontrol mana siswa
yang pasif dalam menyusun kalimat sederhana. Guru tidak mengontrol atau
memberikan bimbingan kepada siswa.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi prestasi belajar menyusun
kalimat sederhana dilakukan hingga waktu yang dialokasikan berakhir. Guru
menyuruh menulis satu persatu. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan
atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran menyusun kalimat
sederhana bagi anak tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi yang telah diamati
tersebut, maka berikut ini dapat disajikan prestasi belajar menyusun kalimat
sederhana yang terkait dengan kondisi awal.
Tabel 4. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Kondisi Awal.
No. Urut Kode Subjek Nilai Keterangan*)
1 FH 50 Belum tuntas
2 WM 50 Belum tuntas
3 WH 50 Belum tuntas
Jumlah 150
Rerata Nilai Menyusun Kalimat 50,00
*) Batas tuntas (KKM) = 60 Sumber data: Lampiran 10 halaman 88.
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan bahwa
sebanyak 3 siswa memperoleh nilai di bawah 60. Nilai rerata 50,00. Data ini
menunjukkan bahwa pembelajaran menyusun kalimat sederhana bagi anak
tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi belum memenuhi batas tuntas yang
ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran menyusun
kalimat sederhana dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana yang masih
rendah, maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar
prestasi belajar menyusun kalimat sederhana dapat ditingkatkan. Inisiatif yang
diambil guru serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru
kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan metode mind
mapping dengan tujuan meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menyusun kalimat sederhana bagi siswa tunagrahita, serta aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa
Indonesia siklus I ini dirancang satu kali pertemuan. Alokasi waktu
pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup
ketentuan: kompetensi dasar, materi pokok, indikator, skrenario
pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem penilaian. (Lampiran 5
halaman 61).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
(1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa
digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk
lingkaran) sehingga guru dapat menggunakan metode mind mapping
dengan baik; (2) Mempersiapkan mind mapping sebagai metode
pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Motivasi
Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar.
Guru menampung semua jawaban siswa
b) Apersepsi
Tanya jawab menuju materi pembelajaran
Misalnya apa yang diceritakan pada gambar ini?
Bagaimana cara bertelepon?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c) Siswa mendengarkan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pengalaman siswa
menggunakan telepon
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru dan cara bertelepon
b) Elaborasi
(1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tata cara bertelepon
(2) Siswa secara bergantian melaksanakan tugas dari guru untuk
menerima telepon.
(3) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang isi pesan lewat telepon.
(4) Siswa bergantian mengurutkan kartu-kartu kata menjadi kalimat.
c) Konfirmasi
(1) Guru memberi penguatan hasil kerja siswa dalam menyusun kalimat
sederhana
(2) Guru memberi penegasan dan pemantapan materi pembelajaran
3) Kegiatan Akhir
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
b. Evaluasi tertulis.
c. Tindak lanjut.
d. Menginformasikan kegiatan remidi dan pemberian PR
c. Tes
Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa diukur melalui tes.
Setelah dilaksanakan pelaksanaan tindakan, siswa dites dengan menggunakan
soal uraian yang berjumlah 20 soal tes yang menitikberatkan pada segi
penerapan pada akhir pembelajaran siklus I.
Materi tes menyusun kalimat sederhana meliputi: kemampuan iswa
dalam menyusun kalimat sederhana sesuai dengan soal tes yang diberikan guru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Skor penilaian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Penentuan nilai ditentukan dengan rumus:
X Nilai = x 100 20
Keterangan:
Ni = Nilai Akhir
X = Skor akhir yang diperoleh (jawaban betul)
20 = Skor maksimal.
Berdasarkan hasil tes yang meliputi: kemampuan iswa dalam
menyusun kalimat sederhana sesuai dengan soal tes yang diberikan guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 88. d. Refleksi
Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa prestasi belajar menyusun
kalimat sederhana belum dapat mencapai ketuntasan belajar. Untuk
menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa
pentingnya pemanfaatan waktu.
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana dan jarangnya
tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru
disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan pentingnya metode mind
mapping untuk meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana
sehingga masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan
menyusun suku kata dan kata. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II
perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan
memperhatikan metode mind mapping yang ditunjukkan guru.
Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa
perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penggunaan metode mind mapping
yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman
terhadap peningkatan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana. Siswa
masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk bertanya masih
sangat kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Siklus II
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi pada
siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap manfaat metode mind
mapping. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa
Indonesia siklus II ini dirancang satu kali pertemuan. Alokasi waktu
pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup
penentuan: kompetensi dasar, materi pokok, indikator, skrenario
pembelajaran, media/sumber belajar, dan sistem penilaian. (Lampiran 7
halaman 74)
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:
(1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa
digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode mind mapping, kursi
diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga dalam
menggunakan metode mind mapping guru dapat melakukan dengan baik;
(2) Mempersiapkan metode mind mapping sesuai dengan materi
pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Metivasi
Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar.
Guru menampung semua jawaban siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Apersepsi
Tanya jawab menuju materi pembelajaran
Misalnya apa yang diceritakan pada gambar ini?
Bagaimana cara bertelepon?
c) Siswa mendengarkan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
(1) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pengalaman siswa
menggunakan telepon
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru dan cara bertelepon
b) Elaborasi
(1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tata cara bertelepon
(2) Siswa secara bergantian melaksanakan tugas dari guru untuk
menerima telepon.
(3) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang isi pesan lewat telepon.
(4) Siswa bergantian mengurutkan kartu-kartu kata menjadi kalimat.
c) Konfirmasi
(1) Guru memberi penguatan hasil kerja siswa dalam menyusun kalimat
sederhana
(2) Guru memberi penegasan dan pemantapan materi pembelajaran
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
b) Evaluasi tertulis.
c) Tindak lanjut.
d) Menginformasikan kegiatan remidi dan pemberian PR
c. Tes
Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana siswa diukur melalui tes.
Setelah dilaksanakan pelaksanaan tindakan, siswa dites dengan menggunakan
soal uraian yang berjumlah 20 soal tes yang menitikberatkan pada segi
penerapan pada akhir pembelajaran siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Materi tes menyusun kalimat sederhana meliputi: kemampuan iswa
dalam menyusun kalimat sederhana sesuai dengan soal tes yang diberikan guru
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Skor penilaian:
Penentuan nilai ditentukan dengan rumus:
X Nilai = x 100 20
Keterangan:
Ni = Nilai Akhir
X = Skor akhir yang diperoleh (jawaban betul)
20 = Skor maksimal.
Berdasarkan hasil tes yang meliputi: kemampuan iswa dalam
menyusun kalimat sederhana sesuai dengan soal tes yang diberikan guru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 89. d. Refleksi
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui bahwa siswa telah
memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus
menekankan pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana.
Semangat siswa meningkat dalam melakukan kegiatan menyusun
kalimat sederhana, dan siswa memberanikan bertanya pada guru, siswa paham
akan pentingnya bertanya kepada guru yang berkaitan dengan metode mind
mapping sehingga kesulitan yang dihadapi siswa ketika akan menyusun
kalimata sederhana dapat teratasi. Pada pembelajaran berikutnya guru lebih
menekankan kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan
kegiatan menyusun kalimat sederhana dengan memanfaatkan metode mind
mapping yang telah dipersiapkan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan
keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang
belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan
prestasi belajar menyusun kalimat sederhana untuk menyempurnakan
pemahaman terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa terus dibimbing
guru dan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya
kepada guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap metode mind mapping
yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar menyusun kalimat
sederhana.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Siklus I
Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana melalui metode mind
mapping pada Siklus I disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Siklus I.
No. Urut Kode Subjek Nilai Keterangan
1 FH 50 Belum tuntas
2 WM 60 Sudah tuntas
3 WH 55 Belum tuntas
Jumlah 165
Rerata Nilai Menyusun Kalimat 55,00
Sumber data: Lampiran 11 halaman 89.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai menyusun
kalimat sederhana 55,00, terdapat 1 siswa mendapat nilai 60,00 dan masih 2 siswa
yang belum tuntas, karena nilainya masih di bawah 60,00. Berdasarkan data
tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa agar
dapat memanfaatkan metode mind mapping dengan baik sehingga nilai yang
diperoleh dapat mencapai ketuntasan belajar.
2. Deskripsi Data Siklus II
Materi meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana pada
siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap pelaksanaan metode
mind mapping.Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana melalui metode mind
mapping pada Siklus II disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Menggunakan Metode Mind Mapping Siswa Tunagrahita Kelas IV SDLB Negeri Slawi pada Siklus II.
No. Urut Kode Subjek Nilai Keterangan
1 FH 55 Belum tuntas
2 WM 70 Sudah tuntas
3 WH 65 Sudah tuntas
Jumlah 190
Rerata Nilai Menyusun Kalimat 63,33
Sumber data: Lampiran 12 halaman 90.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai menyusun
kalimat sederhana sebesar 63,33, siswa yang mendapat nilai 60,00 atau lebih
(tuntas belajarnya) terdapat 2 siswa, dan masih 1 siswa yang belum tuntas karena
nilainya masih di bawah 60,00.
Berdasarkan hasil tes yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II,
dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran menyusun
kalimat sederhana melalui metode mind mapping, hasil yang dicapai siswa
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya
persentase hasil tes yang diperoleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 7. Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Setiap Siklus Menggunakan Metode Mind Mapping.
No. Kode Subjek Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 FH 50 50 55
2 WM 50 60 70
3 WH 50 55 60
JUMLAH 150 165 190
RATA-RATA 50,00 55,00 63,33
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
tabel perbandingan sebagai berikut:
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
FH WM WH
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 1. Peningkatan Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Menggunakan Metode Mind Mapping.
Dari hasil nilai rata-rata prestasi belajar menyusun kalimat sederhana
siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Slawi secara klasikal dari setiap
siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 8. Peningkatan Prestasi belajar menyusun kalimat sederhana Setiap Siklus
S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 50,00 -
Siklus I 55,00 5,00
Siklus II 63,33 8,33
Dari peningkatan nilai menyusun kalimat sederhana siswa tunagrahita
ringan kelas IV SDLB Negeri Slawi melalui penerapan metode mind mapping
secara klasikal dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
40
45
50
55
60
65
Prestasi Belajar Menyusun Kalimat
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 2. Peningkatan Prestasi Belajar Menyusun Kalimat Sederhana Sederhana Setiap Siklus
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rerata nilai menyusun
kalimat sederhana telah mencapai 63,33 dari 3 siswa terdapat 2 siswa mendapat
nilai 60,00 atau lebih dan tinggal 1 siswa yang belum tuntas. Siswa mendapat nilai
60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara individu telah
mencapai batas tuntas. Adanya 1 siswa yang belum tuntas, masih dapat
dimaklumi, karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
lain tingkat inteligensi, minat belajar, motivasi, bimbingan orang tua, dan lain-
lain. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa siswa
yang berinisial FH yang belum tuntas, karena pada waktu pelaksanaan penelitian
tindakan siswa tersebut sering sakit-sakitan dan dilihat dari riwayat kesehatan
yang ada, siswa tesebut menderita penyakit efilepsi sehingga secara psikis akan
mengganggu konsentrasi belajarnya. Tetapi dilihat dari hasil belajar yang
diperoleh terdapat peningkatan yang signifikan setiap siklusnya. Dalam arti bahwa
metode minf mapping memberikan kontribusi yang signifikan terehadap
peningkatan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data awal nilai menyusun kalimat sederhana belum mencapai
batas tuntas yang ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai
ketuntasan. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, secara klasikal telah mengalami
meningkatan tetapi secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar menyusun
kalimat sederhana.
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan pada siklus I dan II, dengan
upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran menyusun kalimat
sederhana menggunakan metode mind mapping, hasil yang dicapai siswa
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya
persentase hasil tes yang diperoleh siswa. Dari hasil nilai rata-rata prestasi belajar
menyusun kalimat sederhana siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri
Slawi secara klasikal dari setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian bila dihubungkan dengan kajian teori masih
relevan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tony Buzan yang dikutip Femi
Olivia (2008:15) menawarkan cara pembelajaran menggunakan gambar, simbol
dan warna yang dipercaya sangat disukai anak-anak. Metode Mind Mapping
memiliki beberapa kelebihan, antara lain: 1) cara mudah menggali informasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dalam otak, 2) cara baru untuk belajar dan berlatih dengan cepat dan ampuh, 3)
cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek, 4) alat
berfikir yang mengasyikkan karena membantu berfikir 2 kali lebih, 2 kali lebih
cepat dan 2 kali lebih jernih dan dengan menyenangkan.
Metode mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran yang
mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode mind
mapping dan kartu gambar dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat
sederhana. Metode mind mapping terdiri dari unsur abjad yang dipergunakan
untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan cara penggunaannya bisa
dengan diadakan permainan antara anak didik dengan guru. Selain itu bisa juga
bisa digunakan permainan antar sesama anak didik. Dengan metode mind
mapping anak-anak tertarik oleh adanya huruf-huruf yang berwarna-warni
sehingga merespon anak untuk bisa menyebutkan kata-kata yang mempunyai
huruf tertentu.
Metode mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran yang
praktis dan menarik bagi kalangan anak-anak. Metode Mind mapping merupakan
suatu alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran yang terputus-
putus, metode mind mapping suatu cara berpikir yang menghubungkan satu
subjek dengan subjek yang lain kemudian menghimpunnya menjadi satu kesatuan
yang utuh. Secara khusus, mind mapping adalah suatu bentuk atau cara
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak
secara visualisasi. Dengan mind mappping, setiap potong informasi baru yang kita
masukan ke otak kita otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di
sana. Semakin banyak ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam
kepala, akan semakin mudah mengaitkan ke luar.
Penggunaan metode Mind Mapping untuk memotivasi minat belajar
menyusun kalimat sederhana anak tunagrahita, selain itu juga dapat memberikan
gambaran tentang maksud dari kata-kata. Melalui metode Mind Mapping, guru
dapat memotivasi siswa dalam menyusun kalimat sederhana dalam bentuk yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lebih konkrit untuk siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Slawi tahun
pelajaran 2010/2011 yang dalam pembelajaran menyusun kalimat sederhana mata
pelajaran bahasa Indonesia didukung dengan metode Mind Mapping siswa dapat
menyusun kalimat sederhana yang lebih baik dibanding sebelum menerapkan
metode Mind Mapping.
Di samping memiliki beberapa kelebihan, metode mind mapping juga
memiliki beberapa kelemahan yaitu: 1) Dibutuhkan waktu yang lama untuk
melihat hubungan satu ide ke ide yang lain; 2) Sulit mencari kata kunci atau kata
yang pengingat penting; 3) Sistem mencatat pada umumnya adalah bertentangan
dengan cara kerja otak. Untuk mengatasinya maka untuk menghutungkan satu ide
ke ide yang lain dibuat media yang cukup jelas dan menarik bagi siswa, sehingga
siswa cepat tanggap terhadap hubungan yang dimaksud, untuk mengatasi kata
kunci, maka siswa dibimbing guru agar lebih kreatif memahami kalimat yang
akan disusun, dan untuk mengatasi sistem pencatatan yang kadang bertentangan
dengan kerja otak, maka siswa dibiasakan untuk sering berlatih menulis kalimat
sederhana, baik ketika di sekolah maupun ketika mengerjakan PR di rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode mind
mapping dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun kalimat sederhana dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri
Slawi tahun pelajaran 2010/2011.
B. Saran
1. Untuk Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab sekolah mengadakan sosialisasi berupa metode
mind mapping untuk menarik minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
menyusun kalimat sederhana.
2. Untuk Guru
Untuk guru yang akan mengajar kelas IV SDLB Negeri Slawi diharapkan
dapat menggunakan metode mind mapping secara maksimal, membimbing
siswa tunagrahita menggunakan kartu kata dalam menyusun kalimat
sederhana sesuai dengan tingkat kesulitan belajar siswa.
3. Untuk Siswa
a. Siswa yang belum optimal dalam menyusun kalimat sederhana, perlu
ditingkatkan melatih diri melalui metode mind mapping dengan
memanfaatkan alat peraga berupa kartu huruf dan kata, agar prestasi
belajar Bahasa Indonesia meningkat.
b. Siswa yang sudah optimal dalam menyusun kalimat sederhana diharapkan
lebih dapat mengoptimalkan penggunaan metode mind mapping agar bisa
mempertahankan prestasi belajar Bahasa Indonesia.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Peneliti lain
Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu
wacana untuk mengadakan penelitian lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
DAFTAR PUSTAKA
Agan dan Aganwati. 2011. Rahasia Toefl Dengan Metode Mind Mapping. http://www.kaskus.us/ showthread.php?t=5868684, diakses tanggal 12 Maret 2011).
Depdikbud. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Femi Olivia. 2008. Gembira Belajar Dengan Mind Mapping. Jakarta: PT. Elex Media Kumputindo.
Geniofam. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gerailmu.
Maman S. Mahayana. 2008. Bahasa Indonesia Kreatif. Jakarta: Penaku.
Margono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Munzayanah. 2000. Pendidikan Anak Tunagrahita. Surakarta: PLB-FKIP UNS.
Nana Sudjana. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2000. Didaktif Asas-asas Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Saifuddin Azwar. 2001. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salim Choiri, A. dan Munawir Yusuf, 2008. Pendidikan Luar Biasa / Pendidikan Khusus. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Modul pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Rayon 13 Surakarta.
Satmoko Budi Santoso. 2010. Sekolah Alternatif Mengapa Tidak ...?. Yogyakarta: Diva Press.
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research – CAR). Jakarta: Bumi Aksara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta Sistematika Proposal dan Pelaporannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Gramedia.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. 2001. Strategi Belajar Bengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tony Buzan. "Use both side your brain", Penerbit Ikon, 2008 (terjemahan) Joyce Wycoff, "Menjadi Superkreatif dengan Pemetaan Pikiran ". Jakarta: Kaifa.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara.
Winata Putra. 2001. Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
www.ditplb.or.id. Informasi Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita. Diakses tanggal 4 Pebruari 2011.