i
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PERHIMPUNAN AGRONOMI INDONESIA
(PERAGI)
Akselerasi Smart Farming di Era Industri 4.0 Bogor, 23 -24 September 2019
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2020
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PERHIMPUNAN AGRONOMI INDONESIA (PERAGI)
Akselerasi Smart Farming di Era Industri 4.0 Bogor, 23 – 24 September 2019
ISBN : 978-979-8451-98-0
PANITIA PELAKSANA
Ir. Syafaruddin, Ph.D. : Ketua Pantia
Ir. Gayatri K. Rana, M.Sc. : Wakil Ketua
Dr. Ir. Ahmad Junaedi : Wakil Ketua Bidang Acara, Makalah, dan
Persidangan
Dr. Ir. Sugiyanta : Ketua Panitia Bidang Pendanaan, Publikasi,
Dokumentasi
Dr. Ir. Retno SHM, M.Si : Ketua Panitia Bidang Akomodasi, Konsumsi,
dan Perlengkapan
Dr. Saefudin, SP., M.Si. : Sekretaris Panitia
Sudarsono, SE. : Seksi Skretariatan
Ir. Yusniarti : Bendahara
Dr. Taufik Ratule : Seksi Pendanaan
Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, M.Si. : Seksi Acara
Ir. Jelfina C. Allouw, M.Sc., Ph.D : Seksi Publikasi, Promosi, dan Dokumentasi
Dr. Ir. Gusmaini, M.Si : Seksi Makalah, Persidangan, dan Prosiding
Iim Rochimat, SE : Seksi Akomodasi dan Transportasi
Innawati, SE : Seksi Konsumsi
REVIEWER:
Dr. Ir. Gusmaini, M.Si
Dr. Saefudin, SP., M.Si
PENYUNTING
Dr. Ir. Gusmaini, M.Si (Budidaya) : Ketua
Dr. Ir. Retno Sri Hartati Mulyandari, M.Si (Sosek) : Anggota
Dr Ir. Trikoesoemaningtyas, M.Sc
(Pemuliaan/Bioteknologi)
: Anggota
Dr. Desta Wirnas (Pemuliaan/Bioteknologi) : Anggota
Dr. Dewi Sukma, SP., M.Si (Budidaya) : Anggota
Dr. Ir. Maya Melati, MS., M.Sc (Budidaya) : Anggota
Dr. Ir. Sukamto, M.Agr.Sc (Proteksi Tanaman) : Anggota
Dr. Heny Herawati (Pascapanen) : Anggota
Dr. Ir. Sri Hery Susilowati, MS (Sosek) : Anggota
Dr. Saefudin, SP., M.Si (Sosek) : Anggota
Dr. Rosa Yunita, M.Si (Bioteknologi) : Anggota
Sujianto, S. TP.,M.Agr.Mgt (Sosek) : Anggota
iii
EDITOR:
Adi Setiadi, MS
Hera Nurhayati, SP., MSc
Rismayani, SP., M.Agr
Indah Kurniasari, SP., MS
Sudarsono SE
Layout dan Desain Cover: Agus Budiharto
Bekerja Sama:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN
Dengan
PERHIMPUNAN AGRONOMI INDONESIA (PERAGI)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
Alamat Redaksi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 161111
Telp. 0251-8313083, Faks. 0251-8336194
e-mail: [email protected]
Website: Http://www.perkebunan.litbang.pertanian.go.id
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang
tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) yang
dibentuk sejak tahun 1977 telah banyak berkiprah dan menjadi mitra pemerintah dalam membangun
profesionalisme di bidang ilmu pertanian khususnya bidang agronomi.
Tahun 2019 adalah akhir dari periode Pengurus Pusat PERAGI periode 2016 – 2019, oleh karena
itu pada tanggal 23 – 24 September 2019 Peragi menggelar Kongres dan Seminar Nasional dengan
mengusung tema “Akselerasi Smart Farming di Era Industri 4.0”. Tema tersebut dipilih dengan alasan
untuk memberikan perhatian terhadap pertanian dan dunia perhimpunan profesi di bidang pertanian,
khususnya tentang akselerasi dalam cakupan budidaya di Era industri 4.0. Pelaksanan kongres dan
seminar nasional tersebut telah terlaksana dengan baik dan prosiding ini dapat diterbitkan.
Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) menyelenggarakan Seminar Nasional ini sebagai
salah satu ajang bagi para penggiat agronomi dan wirausaha maupun pelaku pembangunan bidang
pertanian untuk mempresentasikan hasil penelitian dan pengembangannya, sekaligus bertukar
informasi, pengalaman, dan memperdalam masalah penelitian, serta mengembangkan kerjasama yang
berkelanjutan. Seminar ini diikuti oleh berbagai pihak antara lain peneliti, dosen, pengusaha, teknisi,
petani, instansi pemerintah dan swasta, serta pemerhati pertanian Indonesia.
Salah satu output dari penyelenggaran Seminar Nasional ini adalah prosiding yang berisikan
artikel baik dari hasil penelitian maupun hasil kajian (review). Prosiding ini memuat sebanyak 96 artikel
yang terdiri dari berbagai kajian disiplin ilmu antara lain budidaya, pemuliaan/bioteknologi, proteksi
dan sosial ekonomi. Artikel dalam prosiding ini sudah melalui proses review, divaluasi, diedit serta
diperbaiki sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penulisan karya tulis ilmiah oleh penulis dan tim
editor.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Editor yang telah
bekerja sama dan bekerja keras dalam penyelesaian prosiding ini, serta kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi mendukung dan memfasilitasi penerbitan prosiding ini. Akhir kata semoga prosiding ini
dapat bermanfaat dan digunakan untuk kemajuan pertanian Indonesia. Semoga Allah SWT meridhai
dan memberkahi semua ikhtiar baik kita. Aamin ya Rabbal aalamiin.
Bogor, November 2020
Ketua Tim Editor,
Dr.Ir. Gusmaini,MSi.
vi
vii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................... v
Daftar Isi .............................................................................................................................................. vii
Sambutan Ketua Panitia ..................................................................................................................... xiv
Sambutan Ketua Umum PERAGI ...................................................................................................... xvi
Rumusan.............................................................................................................................................. xvii
Daftar Peserta ...................................................................................................................................... xix
MAKALAH UTAMA
SMART FARMING MENDUKUNG DAYA SAING PRODUK PERTANIAN INDONESIA
Andi Muhammad Syakir ................................................................................................................... 1
SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN INDONESIA ERA INDUSTRI 4.0
Arif Satria ............................................................................................................................................. 2
BIOTEKNOLOGI PERBENIHAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM LUMBUNG PANGAN
DUNIA
Antonius Suwanto .............................................................................................................................. 3
STRATEGI MENGANGKAT DAYA SAING PRODUK TEH INDONESIA
Iriana Ekasari ........................................................................................................................................ 4
KELOMPOK BUDIDAYA RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANYONG (Canna edulis Ker.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG
Endang Yuniastuti, Melinda Rosa Puspitasari, Sri Budiastuti, dan Marshelina Noor Indah
Delfianti ............................................................................................................................................... 5-9
KESESUAIAN JENIS SAYURAN YANG DITUMPANG SARIKAN DENGAN BAWANG
MERAH DI DATARAN TINGGI LEMBANG
Ika Cartika, Imas Rita Saadah, Novi Irawati, dan Catur Hermanto ............................................... 10-16
KARAKTERISASI RESPON AGRONOMI VARIETAS PADI PADA PENGATURAN POPULASI
TINGGI MENDUKUNG PERTANIAN PRESISI
Indra Gunawan, Swisci Margaret, Sujinah, Asep Maolana Yusup, dan Nurwulan Agustian ... 17-25
PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK HAYATI UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI
KENTANG OLAHAN VARIETAS MEDIANS
Meksy Dianawati, dan Kiki Kusyaeri Hamdani .............................................................................. 26-32
RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KACANG HIJAU TERHADAP
LAMA GENANGAN SETELAH BERBUNGA
Sri Ayu Dwi Lestari, dan Henny Kuntyastuti ................................................................................... 33-39
PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BAWANG MERAH DENGAN BERBAGAI
PERTUNASAN DAN UKURAN UMBI
Atin Yulyatin, Yati Haryati, dan Meksy Dianawati ......................................................................... 40-45
PRODUKTIVITAS TANAMAN DAN KELAYAKAN EKONOMI VARIETAS UNGGUL PADI
PADA SAWAH BUKAAN BARU DI PROVINSI BANGKA BELITUNG
Ahmadi, Sigit Puspito, Muzammil, dan Wahyu Wibawa ............................................................... 46-51
PERKECAMBAHAN BENIH MAKADAMIA (Macadamia integrifolia Maiden & Betche)
MENGGUNAKAN TEMPERATUR PENGERINGAN DAN PERENDAMAN SECARA
BERGILIR
Sunjaya Putra, dan Sumadi ................................................................................................................. 52-58
viii
DETEKSI KEMAMPUAN MELARUTKAN FOSFAT DAN IDENTIFIKASI MOLEKULER
ISOLAT CENDAWAN ENDOFIT ASAL PADI LOKAL PARE AMBO
Syamsia Syamsia, Abubakar Idhan, dan Amanda Patappari .......................................................... 59-63
PENGUJIAN VIGOR DAN VIABILITAS TIGA VARIETAS BENIH TEMBAKAU PADA
BERBAGAI MEDIA PERKECAMBAHAN BENIH
Taufiq Hidayat RS, dan Aprilia Ridhawati ....................................................................................... 64-71
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) DENGAN DOSIS SUBSTITUSI
PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI PADA HIDROPONIK RAKIT APUNG
Wiwin Cahyani, Endang Dwi Purbajanti, dan Didik Wisnu Widjajanto ...................................... 72-79
POTENSI APLIKASI DRONE DALAM PROSES SERTIFIKASI BENIH PADI
Ahmad Zamzami dan Candra Budiman ............................................................................................ 80-88
POTENSI PENGEMBANGAN BAWANG MERAH DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
CABAI DI LAHAN KERING KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Djoko Mulyono, Sulusi Prabawati, Wiwin Setyawati, dan Muji Rahayu ..................................... 89-96
TEKNOLOGI BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) BERBASIS LIMBAH
PERTANIAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN ZERO-WASTE
Endang S. Muliawati, Susilo H. Poromarto, Hadiwiyono, dan Rahmat N. Hidayat ..................... 97-103
VASE LIFE DAUN HANJUANG (Cordyline sp.) PADA PERLAKUAN KONSENTRASI
LARUTAN PULSING DAN PENYEMPROTAN AIR
Dimas Muhammad Thoifur, Ridwansyah Trisnanda Putra, Ray March Syahadat, dan Ismail
Saleh ....................................................................................................................................................... 104-107
PENGGUNAAN KONSORSIUM BAKTERI ENDOFIT UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
DAN MUTU ARTEMISIA
Gusmaini dan Hera Nurhayati ........................................................................................................... 108-114
EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI DAN JARAK TANAM PADA VARIETAS UNGGUL BARU
PADI GOGO DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN
Ikhwani dan Oky Dwi Purwanto ...................................................................................................... 115-121
EFEKTIVITAS INOKULASI BAKTERI RHIZOBIUM PADA BERBAGAI TINGKAT
KEKERINGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU
Eny Fuskhah, Endang Dwi Purbajanti, dan Syaiful Anwar ............................................................ 122-127
SISTEM IRIGASI BERBASIS TINGGI MUKA AIR UNTUK BUDIDAYA SAYURAN DI RUMAH
TANAMAN
Vita Ayu Kusuma Dewi, Budi Indra Setiawan, Roh Santoso Budi Waspodo, dan Liyantono .... 128-131
PENGARUH FREKUENSI PENGAIRAN DAN PERIODE STRESS AIR YANG
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GANDUM
Akhmad Zubaidi, Dwi Ratna Anugrahwati, I Ketut Ngawit, Nihla Farida, Nila Desti Lanora,
dan Resti Delina ................................................................................................................................... 132-137
UJI BEBERAPA MEDIA TUMBUH TERHADAP DAYA KECAMBAH 5 VARIETAS BENIH
KEDELAI
Agung Lasmono dan Endriani ............................................................................................................ 138-143
PERTUMBUHAN SETEK LADA PERDU (PIPER NIGRUM) DENGAN PEMBERIAN EKSTRAK
BAWANG MERAH SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH
Ismail Saleh dan Agum Sumawijaya ................................................................................................. 144-147
APLIKASI PUPUK HAYATI (BERBASIS NANO) PADA BUDIDAYA PADI VARIETAS
CIHERANG
Fahrizal Hazra, Fresinda Asri Wahyuning Wijaya, Dwi Andreas Santosa, dan Deni Sukmana . 148-153
APLIKASI KOMPOS YANG DIPERKAYA CANGKANG TELUR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAGODA (Brassica narinosa)
A.Y. Sihaloho, Sutarno, dan A. Darmawati ....................................................................................... 154-159
132 | Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019
PENGARUH FREKUENSI PENGAIRAN DAN PERIODE STRESS
AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN GANDUM
Akhmad Zubaidi*, Dwi Ratna Anugrahwati, I Ketut Ngawit, Nihla Farida, Nila Desti Lanora, dan
Resti Delina
Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Mataram
ABSTRAK
Tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di Indonesia serta mempunyai peluang untuk
pengembangannya, mulai dari dataran tinggi sampai dengan dataran rendah sekitar 400 m dpl. Upaya
pengadaptasian ini perlu ditindak-lanjuti dengan pengembangan teknologi budidaya, diantaranya pengairan yang
tepat. Pengairan merupakan salah satu faktor mendasar dalam mendapatkan hasil panenan maksimal dalam suatu
lahan pertanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas pemberian air dan periode stress air yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman gandum. Dua set percobaan dilaksanakan di glass house di Desa Perian
Lombok Timur, ketinggian 400 mdpl; percobaan pertamamenguji 3 intensitas pengairan pada 3 varietas gandum
Nias, Dewata, dan Sunstate, sedang percobaan ke-2 dilakukan dengan perlakuan stress air (tidak memberikan
pengairan) pada 7 periode pertumbuhan berbeda terhadap tanaman gandum varietas Dewata.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan intensitas pengairan walaupun tidak memberikan
pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun berpengaruh terhadap hasil dan komponen-
komponen hasil. Pengairan 3 kali dalam seminggu memberikan hasil lebih tinggi dari pengairan sekali seminggu
dan tidak beda nyata dengan pengairan 2 kali seminggu. Stress air saat tanaman memasuki fase generatif yaitu,
munculnya malai, pembungaan dan pengisisan biji, menyebabkan terjadinya penurunan hasil yang signifikan.
Kata kunci: gandum, hasil, Lombok, pengairan, pertumbuhan
PENDAHULUAN
Kondisi lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman gandum perlu dipelajari
dalam rangka pengembangan budidaya
gandum di Indonesia. Salah satu aspek yang
perlu dikaji adalah pengairan. Selain suhu yang
tinggi, kendala budidaya gandum di daerah
tropis termasuk Indonesia adalah kekeringan di
musim kemarau dan curah hujan yang tinggi di
musim hujan.
Tanaman dapat mengalami cekaman atau
stress air jika tanaman tidak mendapat pasokan
air. Irrigasi harus agar ketersediaan air sesuai
kebutuhan tanaman terpenuhi. Air diperlukan
dalam proses fotosintesis, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta pembesaran biji.
Pada tanah yang cukup lembab daya asimilasi
tanaman lebih tinggi daripada tanah yang
kering. Pada tanah kering, tanaman mudah
mengalami stress air.
Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan
sumber daya alam sehingga mampu
meningkatkan produksi tanaman. Salah satu
sasaran dari pengelolaan air adalah efisiensi
penggunaan air dan produksi tanaman yang
tinggi. Dalam hubungannya dengan
pengelolaan air untuk tanaman gandum,
pengelolaan agroklimat juga penting untuk
diperhatikan (Kilic & Yagbasanlar, 2010).
Ketersediaan air dalam jumlah yang tepat
menentukan produktivitas suatu tanaman.
Tanaman gandum membutuhkan air sekitar
450-650 mm per musim tanam (Aqil et al., 2016),
sebanding dengan kebutuhan air tanaman
sorghum (400-500 mm) (Wani et al., 2012; Aqil &
Bunyamin, 2016) dan jagung (500-600 mm)(Aqil
et al., 2007). Pengaruh pengairan yang terlalu
sedikit maupun terlalu banyak dapat
menurunkan produktivitas gandum (Kilic &
Yagbasanlar, 2010; Shao et al., 2013; Liuet al.,
2016). Tanaman gandum yang mengalami
kekurangan air yang ringan saja dapat
menyebabkan penurunan fotosintesa,
menurunnya konduktansi stomata (Gs) dan
evapotranspirasi (ET). Jika stress berlanjut maka
Pengaruh Frekuens i Pengairan dan Per iode Stress Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Has i l Tanaman Gandum (Akhmad Zuba id i , et a l .)
Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019 | 133
dapat menyebabkan konsentrasi CO2 antarsel
(Ci) meningkat yang menunjukkan penurunan
fotosintesa dari effek non stomata (Liu et al.,
2016). Sebaliknya, apabila tanaman mengalami
kelebihan air dapat menyebabkan terjadinya
penurunan fotosintesa dan perusakan organ
fotosintesa, juga penurunan evapotranspirasi
dan effisiensi penggunaan air (WUE) (Shao et al.,
2013). Keduanya, kekurangan atau kelebihan
air, dapat menurunkan produksi tanaman.
Stadia tumbuh tanaman juga
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam
beradaptasi terhadap ketersediaan air,
kebutuhan air dapat berbeda pada tiap stadia
tumbuh gandum (Akram, 2011; Wang et
al.,2013). Secara umum, kebutuhan air tanaman
gandum pada saat memasuki fase generatif
meningkat. Status air pada tanaman merupakan
hal yang penting untuk diketahui agar petani
dapat memberikan jumlah air berdasarkan
kebutuhannya. Dengan mengetahui jumlah
kebutuhan air tersebut, dapat direncanakan dan
ditentukan aplikasi pengairan yang sesuai.
Gandum merupakan tanaman yang tidak
memerlukan jumlah air yang banyak dalam
pertumbuhannya, tidak seperti padi, sehingga
gandum juga dapat diharapkan untuk
dibudidayakan pada lahan-lahan dengan
jumlah air terbatas. Pada beberapa
wilayah/negara dengan keterbatasan air, seperti
di Australia atau India, pemberian air setelah
perkecambaan pada gandum hanya dilakukan 2
kali selama musim pertumbuhannya, saat fase
vegetatif awal dan saat anthesis. Pada kasus
seperti ini, sering terjadi stres kekeringan pasca
anthesis atau saat perkembangan malai/biji. Jika
jumlah air tersedia lebih banyak maka
dilakukan juga pengairan pada fase vegetatif
akhir, menjelang heading. Demikian seterusnya,
jika ketersediaan air lebih memadai, maka
pengairan juga dilakukan setelah anthesis atau
pada fase perkembangan malai.
Belum tersedianya informasi tentang
hubungan perkembangan tanaman gandum
dengan ketersediaan air pada pertanaman
gandum di Indonesia, mendorong dilakukannya
percobaan ini. Percobaan dilakukan pada 2 set
percobaan yang bertujuan untuk mengetahui [1]
pengaruh intensitas pemberian air serta [2] fase-
fase kritis keterbatasan air pada tanaman
gandum, serta dampak ke 2 nya terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman gandum.
METODE
Percobaan dilaksanakan di rumah kaca di
Desa Perian, Kecamatan Montong Gading,
Kabupaten Lombok Timur. Waktu pelaksanaan
dimulai pada bulan Juni sampai dengan
September 2018. Percobaan pertama dilakukan
dengan perlakuan perbedaan frekuensi
pemberian air dan percobaan ke-2 dengan
perlakuan stress air pada fase pertumbuhan
yang berbeda. Benih gandum ditanam pada pot-
pot percobaan sesuai perlakuan.
Percobaan pertama yaitu pemberian air
dengan frekuensi berbeda dilakukan pada 3
varietas gandum, Nias, Dewata, dan Sunstate.
Pemberian air dilakukan dengan 1, 2, dan 3 kali
pemberian air dalam seminggu, dengan jumlah
pemberian air sesuai dengan kehilangan air
berdasarkan kapasitas lapang yang telah
dihitung sebelumnya. Percobaan dilakukan
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 ulangan.
Pada percobaan kedua, varietas yang
diperlakukan adalah varietas Dewata. Tanaman
diperlakukan stress air dengan tidak diberikan
pengairan ketika mencapai fase fase berikut
menurut Skala Zadoks/SZ (Zadoks et al., 1974):
[1]pada fase pertumbuhan bibit (skala 11, [2]
fase pertumbuhan anakan (SZ 21), [3] fase
pemanjangan batang (SZ 31), [4] fase bunting
(SZ 45), [5] fase keluarnya malai (SZ 55), [6]
pada saat anthesis (SZ 65) dan [7]fase awal
pengisian biji (SZ 71). Penghentian pemberian
air dilakukan dalam 3 kali jadwal pemberian air,
sehingga tanaman mengalami stress selama 10
hari pada setiap fase perlakuan. Pada perlakuan
[8]control, tanaman tidak diperlakukan dengan
stress air.
Penanaman benih dilakukan pada
polybag, 4 benih ditanam pada setiap polybag.
Saat tanam benih ditaburi Furadan untuk
menghindari hama semut. Polybag telah
disiapkan sebelumnya diisi tanah dan diberikan
air sampai kapasitas lapang. Kadar air kapasitas
lapang ini menjadi standar pemberian air setiap
perlakuan.
Pemeliharaan tanaman berupa
pemupukan, dengan Urea dan NPK, masing-
Pengaruh Frekuens i Pengairan dan Per iode Stress Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Has i l Tanaman Gandum (Akhmad Zuba id i)
134 | Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019
masing 1 g/polybag, pengendalian gulma
dilakukan secara manual, sedangkan
pengendalian hama dan penyakit tidak
dilakukan karena tidak ditemukan kasus hama
dan penyakit. Panen dilakukan sekitar 97 HST
setelah tanaman mencapai keriteria panen.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi
tanaman, fase pertumbuhan, berat brangkasan,
jumlah batang, serta hasil dan komponen-
komponen hasil, yaitu: jumlah malai, jumlah
spikelet, jumlah spikelet/malai, jumlah biji,
jumlah biji/spikelet, berat 100 biji dan berat biji.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan
analisis ragam pada taraf nyata 5%
menggunakan GenStat Statistical Program. Jika
ada perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf
5%.
HASIL
Perkembangan tanaman
Varietas Nias menunjukkan
perkembangan tanaman yang lebih cepat
dibanding Dewata dan Sunstate, karena
perbedaan genetis. Nias telah mencapai fase
pembungaan (Anthesis / SZ 65) pada umur 56
hari sementara pada umur yang sama Dewata
dan Sunstate masih pada stage keluarnya malai
(Head emergence / SZ 55) (Gambar 1).
Perbedaan perlakuan frekuensi pengairan
tidak menyebabkan perbedaan perkembangan
tanaman dari ke-3 varietas yang diuji (Gambar
1). Hal yang sama terlihat pada perlakuan stress
air pada fase berbeda untuk varietas Dewata,
pengamatan tanaman umur 84 hari tidak
menunjukkan perbedaan fase pertumbuhan
(Tabel 1).
Demikian pula dengan tinggi tanaman,
tidak ada perbedaan antara tanaman yang diberi
pengairan 1, 2, atau 3 kali dalam seminggu
(Gambar 2), maupun dengan perlakuan waktu
stress yang berbeda (Tabel 1). Nias, Dewata, dan
Sunstate sesuai dalam deskripsinya memiliki
tinggi tanaman yang semisal sehingga tidak
tampak berbeda pada pengamatan
perkembangan tinggi tanaman sampai dengan
akhir pengamatan (Gambar 2).
Hasil dan komponen hasil
Gambar 1: Fase pertumbuhan tanaman yang
ditunjukkan dengan Skala Zadoks
pada 3 varietas gandum dan 3
perbedaan frequensi pemberian air.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
30 40 50 60 70
Fase
Per
tum
buha
n
Hari setelah tanam
NIAS
DEWATA
SUNSTATE
0
10
20
30
40
50
60
70
80
30 40 50 60 70
Fase
Per
tum
buha
n
Hari setelah tanam
1X
2X
3X
Tabel 1. Tinggi Tanaman dan Fase Pertumbuhan tanaman gandum umur 12 minggu dengan
perlakuan stress air pada fase yang berbeda Perlakuan saat stress Tinggi Tanaman Fase Pertumbuhan
Kontrol 76,0 71,0 Fase 1 (SZ 11), Pertumbuhan bibit 72,6 70,0 Fase 2 (SZ 21), Pertumbuhan anakan 77,3 70,0 Fase 3 (SZ 31), Pemanjangan batang 75,8 70,5 Fase 4 (SZ 45), Bunting 78,3 70,0 Fase 5 (SZ 55), Munculnya bunga 74,6 70,5 Fase 6 (SZ 65), Anthesis 77,6 71,0 Fase 7 (SZ 71), Awal perkembangan biji 74,7 71,0
BNJ 5% ns ns
Gambar 2: Tinggi tanaman gandum varietas
Nias, Dewata dan Sunstate serta
tinggi tanaman dengan 3
frekuensi pengairan yang
berbeda.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
20 30 40 50 60 70 80 90
Tinggi
tana
man (
cm)
Hari setelah tanam
NIAS
DEWATA
SUNSTATE
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Tinggi
tana
man (
cm)
Hari setelah tanam
Sekali
2X
3X
Pengaruh Frekuens i Pengairan dan Per iode Stress Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Has i l Tanaman Gandum (Akhmad Zuba id i , et a l .)
Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019 | 135
Pada pengamatan hasil dan komponen
hasil, Dewata memiliki panjang malai lebih
panjang yang ditunjukkan dengan jumlah
spikelet/malai yang lebih banyak, 17,6
spikelet/malai, dibandingkan dengan Nias dan
Sunstate, 14,4 dan 13,6 spikelet/malai
berturutan. Dewata juga memiliki berat 100 biji
yang relatif lebih tinggi dari 2 varietas lainnya.
Akan tetapi kelebihan komponen-komponen
hasil tersebut tidak menyebabkan Dewata
memberikan hasil yang lebih tinggi, yang dapat
disebabkan oleh jumlah biji/spikelet yang lebih
sedikit (Tabel 2).
Jumlah biji/spikelet yang rendah
merupakan salah satu indikator kurangnya
keberhasilan penyerbukan/pembuahan gandum
di tropis seperti di Indonesia (Zubaidi, 2018a).
Perlakuan pengairan 3x dalam 1 minggu
memberikan hasil biji lebih tinggi dari
pengairan 1x,sedangkan pengairan 2x dan 3x
tidak memberikan perbedaan hasil, demikian
juga dengan pengairan 1x (Tabel 2). Kelebihan
dari pengairan yang lebih sering terlihat sejak
pembentukan anakan (jumlah anakan) yang
lebih banyak, kemudian pada berat brangkasan,
jumlah malai terbentuk, juga pada jumlah biji
dan berat biji yang lebih banyak (Tabel 2).
Rendahnya hasil pada pengairan yang lebih
jarang mungkin disebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan air bagi tanaman sehingga
menyebabkan menurunnya konduktansi
stomata (Gs) dan tersedianya CO2, sehingga
terjadi penurunan fotosintesa(Liu et al., 2016).
Perlakuan stress air pada fase-fase
perkembangan tanaman yang berbeda tampak
jelas bahwa stress air pada fase-fase reproduktif,
yaitu saat munculnya malai (Fase 5/ SZ 55),
pembungaan (Fase 6/ SZ 65), dan fase awal
Tabel 2. Hasil dan komponen-komponen hasil gandum pada perlakuan frekuensi pengairan yang
berbeda.
Perlakuan Jumlah
Batang BBK (g)
Jumlah
Malai
Jumlah
Spikelet/
Malai
Jumlah
biji
Jumlah
biji/
spikelet
Berat
biji (g)
Berat
100 biji
(g)
Varietas
Nias 8.8 14 7.1 14.4 173 1.7 5.26 3.05
Dewata 7.8 19.4 7.4 17.6 171 1.3 6.1 3.58
Sunstate 9.1 14.1 7.9 13.6 169 1.5 5.5 3.28
l.s.d. ns 3.52
2.24 0.3 - 0.29
Frequensi Pengairan
1 kali seminggu 7 12.3 6.1 14.4 138 1.5 4.64 3.35
2 kali seminggu 9.3 17.2 7.5 16.1 171 1.4 5.62 3.05
3 kali seminggu 9.4 17.9 8.8 15.1 204 1.6 6.59 3.28
l.s.d. 2.05 3.52 1.96 - 26.5 1.74
Grand Mean 8.6 15.8 7.5 15.2 171 1.5 5.62 3.3
Tabel 3. Hasil dan komponen-komponen hasil tanaman gandum varietas Dewata dengan
perlakuan stress air pada fase berbeda.
Perlaku-an BBK
(g)
Jumlah
Malai
Jumlah
Spikelet
Spike-let
/Malai
Jumlah
Biji
Biji /
Spike-
let
Berat Biji
(g)
Berat 100
Biji (g)
Kontrol 18.7 6.8 107.0 16.1 163.5 1.53 5.25 3.2
Fase 1 19.5 7.2 119.5 16.9 183.8 1.53 6.42 3.6
Fase 2 21.1 9.7 169.2 17.5 203.0 1.20 6.60 3.3
Fase 3 14.3 6.0 72.5 13.1 144.8 1.95 4.27 2.9
Fase 4 15.7 7.5 102.2 13.9 149.2 1.53 4.30 2.9
Fase 5 12.8 6.7 68.2 11.1 89.5 1.45 2.57 2.9
Fase 6 11.6 7.8 72.2 11.1 95.5 1.05 1.82 2.4
Fase 7 10.4 6.0 59.8 10.5 61.2 1.05 1.25 1.6
l.s.d. 6.45 ns 42.5 ns 72.6 ns 2.15 0.61
Grand
Mean
15.81 7.22 96.3 13.6 133.8 1.41 4.06 2.9
Pengaruh Frekuens i Pengairan dan Per iode Stress Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Has i l Tanaman Gandum (Akhmad Zuba id i)
136 | Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019
pengisian biji (Fase 7/ SZ 71), menyebabkan
penurunan hasil yang signifikan dibandingkan
tanpa perlakuan stress air, sementara perlakuan
stress air pada fase-fase vegetatif tidak
menunjukkan adanya tekanan terhadap hasil
(Tabel 3). Stadia tumbuh tanaman
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam
beradaptasi terhadap ketersediaan air,
kebutuhan air berbeda pada tiap stadia tumbuh
gandum (Akram, 2011; Wang et al., 2013).
Kebutuhan air tanaman gandum pada saat
memasuki fase reproduktif meningkat. Hal
inilah yang menyebabkan stress yang terjadi
pada saat tanaman mulai memasuki fase
reproduktif sangat menurunkan hasil secara
signifikan.
Penurunan hasil pada stress fase
reproduktif, disebabkan adanya penurunan
pada berat brangkasan kering, jumlah spikelet,
jumlah biji, dan jumlah biji/spikelet, serta pada
berat 100 biji. Penurunan hasil tersebut antara
lain dapat disebabkan oleh kegagalan
penyerbukan atau pembuahan yang terlihat dari
jumlah spikelet, jumlah biji serta jumlah
biji/spikelet yang rendah, serta keterbatasan
dalam pengisian biji (berat 100 biji lebih rendah).
Penurunan jumlah biji merupakan komponen
hasil yang sangat terkait dengan penurunan
hasil pada gandum (Dolferus et al., 2011;
Zubaidi et al., 2018b).
Penurunan hasil saat stress air pada fase
reproduktif, banyak dilaporkan pada berbagai
percobaan stres air pada tanaman gandum
selama beberapa dekade (Hochman, 1982;
Kobata et al., 1992; Acevedo et al., 2002).
Penurunan hasil diperparah jika penanaman
dilakukan pada daerah dengan suhu tinggi
seperti di tropis (Kaur & Behl, 2010; Akram,
2011).
SIMPULAN
1. Perbedaan frekuensi pengairan maupun
fase terjadinya stress air tidak memberikan
pengaruh bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
2. Pemberian pengairan 3 kali dalam seminggu
memberikan hasil lebih tinggi dari
pengairan sekali seminggu terutama
disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah biji
yang dihasilkan namun tidak berbeda nyata
dengan pengairan 2 kali seminggu.
3. Stress air saat tanaman memasuki fase
reproduktif yaitumunculnya malai,
pembungaan dan pengisian biji,
menyebabkan penurunan hasil yang
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Acevedo E, Silva P, & Silva H. (2002). Wheat
Growth and Physiology’. InCurtis B.C.,
Rajaram S., Gomez M.H. (Eds.) Bread
Wheat, Improvement and Production,
Food and Agriculture Organization of
the United Nations, Rome.
Akram M.(2011)Growth and yield components
of wheat under water stress of different
growth stages.Bangladesh J. Agril. Res.
36 (3): 455-
468DOI: https://doi.org/10.3329/bjar.v36
i3.9264
Aqil M, Firmansyah IU & Akil M (2007).
Pengelolaan air tanaman jagung. In
Hermanto, Suyamto & Sumarno (Eds.)
Jagung, teknik produksi dan
pengembangan. Departemen Pertanian
RI.
Aqil M, Yasin M, & Talanca AH (2016)
Kesesuaian Lahan dan Pengelolaan Air
pada Tanaman Gandum. in Praptana H
& Hermanto (Eds.) Gandum, Peluang
pengembanannya di Indonesia. IAARD
Press. 107-122
Dolferus R, Ji X, & Richard RA(2011). Abiotic
stress and control of grain number in
cereals. Plant Sci. 181: 331-
341DOI: 10.1016/j.plantsci.2011.05.015
Hochman ZVI(1982). Effect of water stress with
phasic development on yield of wheat
growm in semi arid environment. Field
Crop Res. 5: 51-67
Kaur V & Behl RK(2010). Grain yield in wheat as
affected by short periods of high
temperature, drought and their
interaction during pre- and post-
anthesis stages. Cereal Res. Com. 38:
514-
520.https://www.jstor.org/stable/2379034
4
Pengaruh Frekuens i Pengairan dan Per iode Stress Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Has i l Tanaman Gandum (Akhmad Zuba id i , et a l .)
Prosiding Seminar Nasional PERAGI 2019 | 137
Kilic H. & YagbasanlarT. (2010).The Effect of
Drought Stress on Grain Yield, Yield
Components and some Quality Traits of
Durum Wheat (Triticum turgidum ssp.
durum) Cultivars. Notulae Bot. Hort.
Agrobot. 38: 164-170 2010.
DOI: 10.15835/nbha3814274
Kobata T, Palta JA, Turner NC(1992). Rate of
development of post anthesis water
deficit and grain filling of spring wheat.
Crop Sci. 32: 1238-1242
Liu EK, Mei XR, Yan CR, Gong DZ, Zhang YQ,
(2016). Effects of water stress on
photosynthetic characteristics,
drymatter translocation and WUE in
two winter wheat genotypes
Agricultural Water Management, 167:
75-
85https://doi.org/10.1016/j.agwat.2015.12
.026
Shao GC, Lan JJ, Yu SE, Niu N, Guo RQ & She
DL (2013)Photosynthesis and growth of
winter wheat in response to
waterlogging at different growth stages.
Photosynthetica 51, 429–437
DOI:10.1007/s11099-013-0039-9
Wang J, Xu C, Gao S & Wang P. (2013). Effect of
Water Amounts Applied with Drip
Irrigation on Water Consumption
Characteristics and yield of Spring
Wheat in Xinjiang. Advance Journal of
Food Science and Technology. 5(9): 1180-
1185.doi:10.19026/ajfst.5.3079
Wani SP, Albrizio R & Vajja NR (2012).
Sorghum. In. Steuto P, Hsiao TC, Fereres
E & Raes D (Eds.) Crop yield response
to water. Food and Agriculture
Organization of the United Nations,
Rome. http://www.fao.org/3/a-
i2800e.pdf
Zadoks JC, Chang TT & Konzak CF. (1974). A
Decimal Code for the Growth Stages of
Cereals. Weed Research, 14, 415-421.
http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-
3180.1974.tb01084.x
Zubaidi A, Anugrahwati DR & Yakop UM,
(2018b). Pertumbuhan dan Hasil
Gandum pada Berbagai Kerapatan
Populasi dan Dosis Pemupukan Urea. J.
Agron. Indonesia, 46(3): 262-
268DOI: https://doi.org/10.24831/jai.v46i
3.20777
Zubaidi A, Ma’shum M, Gill G & McDonald GK.
(2018a). Wheat (Triticum aestivum)
Adaptation to Lombok Island Indonesia.
Agrivita,40 (3): 556–566.
DOI: http://doi.org/10.17503/agrivita.v40
i3.1637