draft laporan akhir-tambah data

213

Upload: azis-syahban

Post on 24-Oct-2015

119 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Proposal Teknis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas tersusunnya Laporan Antara ini. Laporan ini merupakan laporan tahap kedua dalam pekerjaan Penyusunan Studi Kelayakan Industri Unggulan Provinsi yang dilakukan oleh konsultan perencana Substansi Laporan Antara ini menjelaskan tentang latar belakang, tinjauan pusata, metodologi yang digunakan, pengumpulan data pendukung dan analisis terhadap kelayakan pengembangan industri unggulan provinsi di wilayah kajian

Besar harapan kami agar laporan ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Atas bantuan dan saran-saran yang telah diberikan, maka kami ucapkan terima kasih.

Bandung, Juni 2012

PT DAYA CIPTA DIANRANCANA

iKATA PENGANTARDaftar Isi

KATA PENGANTARiDaftar IsiiDaftar TabelivDaftar GAMBARv

BAB 1 PENDAHULUAN1-11.1Latar Belakang1-11.1Maksud dan Tujuan1-21.2Alasan Dilaksanakannya Kegiatan1-31.3Ruang Lingkup Kegiatan1-31.4Sistematika Pelaporan1-4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2-12.1Pembangunan Perekonomian Wilayah2-12.1.1Pengembangan Industri Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah2-12.1.2Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah2-22.1.3Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Daerah2-32.2Strategi pengembangan industri2-42.2.1Kriteria Pemilihan Industri Unggulan2-42.2.1Pengembangan industri dengan model klaster industri2-62.3Studi Kelayakan Investasi Di Bidang Industri2-82.3.1Pengertian Kelayakan Investasi2-102.3.2Kriteria Kelayakan2-102.3.3Tahap-tahap Proses Pelaksanaan Studi Kelayakan2-11

BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN3-13.1Kerangka Pikir Pelaksanaan Studi3-13.1.1Perlu dan pentingnya studi kelayakan3-13.1.2Pengertian layak dalam studi/analisis kelayakan investasi3-33.2Aspek-aspek Yang Dianalisis dan Kriteria Kelayakannya3-43.3Tahapan-tahapan Proses AnalisisKelayakan3-63.4Data yang dibutuhkan dan sumber datanya3-83.5Metode Pengolahan Data dan Analisis3-113.5.1Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran3-113.5.2Analisis Aspek Teknis dan Operasi3-133.5.3Analisis Aspek Organisasi dan Manajemen3-143.5.4Analisis Aspek Legal dan Lingkungan3-153.5.1Pengolahan Data dan Analisis Aspek Ekonomi dan Keuangan3-153.5.5Analisis Risiko3-173.5.6Perumusan Kesimpulan dan Rekomendasi3-17

BAB 4 PENGUMPULAN data PENDUKUNG studi KELAYAKAN4-14.1Data Umum Kondisi Wilayah Studi4-14.1.1Data Umum Kondisi Propinsi Sumatera Utara4-14.1.2Data Umum Kondisi Propinsi Sumatera Barat4-24.1.3Data Umum Kondisi Propinsi Kalimantan Barat4-24.1.4Data Umum Kondisi Propinsi Kalimantan Tengah4-34.2Industri Unggulan Propinsi di Masing-masing Wilayah Studi4-34.2.1Peta Panduan Pengembangan Industri di Masing-masing Wilayah4-34.2.1.1Sumatera Utara4-34.2.1.2Sumatera Barat4-54.2.1.3Kalimantan Barat4-94.2.1.4Kalimantan Tengah4-114.2.2Data Kondisi Industri Yang Akan Dikembangkan4-144.2.2.1Struktur Pohon Industri Masing-masing Industri4-144.1.1.1Data Kondisi Umum Industri Yang Akan Dikembangkan4-204.1.1.2Aspek teknis dan operasi dari industri yang akan dikembangkan4-394.2Data Untuk Analisis Kelayakan Industri Unggulan Sumatera Utara4-424.2.1Potensi Bahan Baku dan Bahan Penolong4-424.2.2Kondisi Kebutuhan dan Suplai Tenaga Listrik Untuk Industri4-444.2.3Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi4-454.2.4Dampak Lingkungan Dari Industri Yang Bersangkutan4-484.2.5Kondisi Ketersediaan Sumberdaya Manusia Pendukung4-494.2.6Aspek Hukum dan Kebijakan Yang Terkait4-524.3Data Untuk Analisis Kelayakan Industri Unggulan Sumatera Barat4-524.2.3Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Kakao4-524.2.4Potensi Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut4-544.2.5Potensi Pengembangan Industri Makanan Ringan4-584.2.6Ketersediaan Sumberdaya Manusia Untuk Industri di Sumatera Barat4-584.3Data Untuk Analisis Kelayakan Industri Unggulan Kalimantan Barat4-594.3.1Kondisi Ketersediaan Sumberdaya Manusia4-604.3.2Kondisi Kebutuhan dan Suplai Tenaga Listrik Untuk Industri4-614.3.3Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi4-614.4Data Untuk Analisis Kelayakan Industri Unggulan Kalimantan Tengah4-624.3.1Potensi Industri4-624.3.2Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi4-62

BAB 5 RENCANA ANALISIS SELANJUTNYA5-15.1Analisis Umum Terhadap Pengembangan IUP Yang Direncanakan5-15.1Analisis Kelayakan Pengembangan IUP Sumatera Utara5-15.1.1Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Karet di Sumatera Utara5-15.1.2Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Sawit di Sumatera Utara5-15.2Analisis Kelayakan Pengembangan IUP Sumatera Barat5-25.2.1Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Kakao di Sumatera Barat5-25.2.2Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Laut di Sumatera Barat5-25.2.3Kelayakan Pengembangan Industri Makanan Ringan di Sumatera Barat5-25.3Analisis Kelayakan Pengembangan IUP Kalimantan Barat5-35.3.1Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Karet di Kalimantan Barat5-35.3.2Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Sawit di Kalimantan Barat5-35.4Analisis Kelayakan Pengembangan IUP Kalimantan Tengah5-35.4.1Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Karet di Kalimantan Tengah5-35.4.2Kelayakan Pengembangan Industri Pengolahan Rotan di Kalimantan Tengah5-4

iiiDAFTAR ISIDaftar Tabel

Tabel 31Aspek Aspek Yang Dianalaisis Dan Kriteria Kelayakannya3-5Tabel 32 Jenis Data dan Sumber Data3-9Tabel 33 Jenis dan Sumber Data Per-Aspek3-10Tabel 34 Tabel Kesimpulan dan Rekomendasi3-18Tabel 41Perkembangan luas perkebunan karet alam nasional dan negara ANRPC4-20Tabel 42Perkembangan produksi karet alam nasional dan negara-negara ANRPC4-20Tabel 43Perkembangan Produksi Negara-negara produsen utama karet4-21Tabel 44Perkembangan jumlah ekspor karet alam nasional dan negara ANRPC4-22Tabel 45Perkembangan jumlah ekspor karet alam Indonesia4-22Tabel 46Perkembangan volume ekspor karet alam Indonesia4-22Tabel 47Perkembangan nilai ekspor karet alam Indonesia4-23Tabel 48Perkembangan Konsumsi Karet Indonesia Tahun 2006 2010 (Ribu Ton)4-23Tabel 49Perkembangan produksi, ekspor, impor, dan konsumsi karet dunia4-23Tabel 410Perkembangan konsumsi karet alam dan karet sintetis dunia4-23Tabel 411Perkembangan Konsumsi Karet Dunia Menurut Wilayah Th 2006- 20114-24Tabel 412Perkembangan Konsumsi Negara-negara produsen utama karet 200620114-25Tabel 413Perkembangan ekspor karet negara-negara produsen utama 2006 20114-25Tabel 414Perkembangan Impor Negara-negara produsen utama karet 2006 20114-26Tabel 415Perkembangan luas perkebunan sawit menurut status pengusahaan4-28Tabel 416Perkembangan luas perkebunan sawit di Indonesia4-28Tabel 417Perkembangan jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia4-28Tabel 418Perkembangan jumlah produksi CPO menurut status pengusahaan4-29Tabel 419Negara produsen utama minyak sawit dunia4-29Tabel 420Negara pengimpor utama minyak sawit dunia4-29Tabel 421Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke negara tujuan utama4-30Tabel 422Ekspor minyak sawit Indonesia menurut jenis komoditi4-30Tabel 423Ekspor CPO ( HS 151110) menurut pelabuhan muat4-30Tabel 424Impor minyak sawit menurut jenis komoditi4-30Tabel 425Industri (produk) yang mempergunakan bahan sawit4-31Tabel 426Distribusi luas areal hutan berotan dan potensinya4-31Tabel 427Beragam data produksi rotan lestari nasional menurut sumbernya masing-masing.4-32Tabel 428Industri (produk) yang mempergunakan bahan rotan4-33Tabel 429Ekspor Produk Rotan dari Indonesia4-33Tabel 430Data ekspor bahan baku dan produk rotan (kg)4-33Tabel 431Perkembangan luas perkebunan kakao nasional4-34Tabel 432Perkembangan jumlah produksi kakao nasional4-34Tabel 433Perkembangan produksi kakao dunia4-35Tabel 434Perkembangan Konsumsi Kakao Dunia4-35Tabel 435Perkembangan ekspor biji kakao Indonesia menurut negara tujuan utama4-35Tabel 436Ekspor Kakao Indonesia4-36Tabel 437Impor Kakao Indonesia berdasarkan4-37Tabel 438Industri (produk) yang memakai kakao/kakao olahan sebagai bahannya4-37Tabel 439Aspek Teknis Industri Pengolahan Kakao4-41Tabel 440Luas kebun kelapa sawit dan produksi Tandan Buah Segar Di Sumatera Utara4-42Tabel 441Perusahaan Industri Pengolah Minyak Cpo Di Sumatera Utara4-43Tabel 442Luas Kebun dan produksi Karet Di Sumatera Utara4-44Tabel 443Besarnya Daya Terpasang Pembangkit Listrik PLN 20104-45Tabel 444Panjang jalan Menurut Status di Provinsi Sumatera Utara Tahun 20104-47Tabel 445Arus Batang Menurut Pelabuhan DiUsahakan Tahun 20104-48Tabel 446Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 20104-50Tabel 447Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Berdasarkan Usia4-51Tabel 448Institusi Pengembangan Sdm Di Sumatera Utara4-52Tabel 449Perkembangan areal perkebunan kakao Sumatera Barat 2006-20084-53Tabel 450Produksi biji kakao Sumatera Barat Tahun 20084-53Tabel 451Perkembangan produksi perikanan laut di Sumatera Barat4-55Tabel 452Kondisi produksi perikanan laut di Sumatera Barat tahun 20084-55Tabel 453Produksi ikan menurut jenis, di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, yang potensial untuk industri pembekuan ikan4-55Tabel 454Produksi perikanan laut di Sumatera Barat tahun 2008 berdasarkan jenis ikan yang sesuai untuk industri pengalengan4-55Tabel 455Produksi perikanan laut di Sumatera Barat tahun 2008 berdasarkan jenis ikan yang sesuai untuk pengolahan pembekuan dan pengalengan4-56Tabel 456Produksi perikanan laut di Sumatera Barat tahun 2008 berdasarkan jenis ikan yang sesuai untuk pengolahan pengeringan/penggaraman4-56Tabel 457Ekspor ikan Tuna melalui Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus4-57Tabel 458Produksi ikan menurut jenis, di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus4-57Tabel 459Potensi bahan baku untuk industri kerupuk dan kue basah Sumatera Barat tahun 20074-58Tabel 460Potensi bahan untuk industri rendang, dendeng, dan yoghurt Sumatera Barat tahun 20074-58Tabel 461Potensi industri yang terdapat di provinsi Kalimantan Tengah4-62

viDAFTAR TABELDaftar GAMBAR

Gambar 21Model Generik Klaster Industri2-7Gambar 22Rangkuman Konsep Klaster Industri dan Kemanfaatannya2-8Gambar 23 Tahapan Studi Kelayakan Industri Unggulan2-11Gambar 31Kerangka pikir perlunya studi/analisis kelayakan industri3-3Gambar 32Tahapan Proses Analisis Kelayakan Industri I3-7Gambar 33Tahapan Proses Analisis Kelayakan Industri II3-8Gambar 34 Diagram Analisis Aspek Teknik dan Operasi3-14Gambar 35 Diagram Analisis Organisasi dan Manajemen3-14Gambar 36 Diagram Analisis aspek Legal dan Lingkungan3-15Gambar 41Pohon Industri Pengolahan Karet4-15Gambar 42Pohon Industri Pengolahan Kelapa Sawit4-16Gambar 43Pohon Industri Pengolahan Rotan4-17Gambar 44Pohon Industri Pengolahan Kakao4-18Gambar 45Pohon Industri Pengolahan Ikan4-19Gambar 46Perkembangan Harga Karet di India, Malaysia dan Thailand (US$/100 Kg) Sumber : berbagai sumber (diolah)4-27Gambar 47Struktur Penduduk Berdasarkan Usia di Provinsi Sumatera Barat4-59Gambar 48Struktur Penduduk Berdasarkan Usia di Provinsi Kalimantan Barat4-61

vDAFTAR GAMBAR

PENDAHULUAN

Latar BelakangIndustri nasional sebagai penggerak perekonomian harus mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat. Berbagai permasalahan kompleks diharapkan bukan menjadi faktor penghalang untuk meningkatkan peran industri nasional dalam pembangunan ekonomi melainkan sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing dan memperluas peranan industri nasional dalam perekonomian. Langkah awal dalam pembangunan industri salah satunya adalah menjaga kestabilan ekonomi. Selama ini pemerintah telah berhasil menjaga kestabilan ekonomi makro. Stabilitas nilai tukar, inflasi dan suku bunga merupakan jaminan awal untuk mengembangkan dan memperkuat industri.

Kebijakan pengembangan industri nasional telah diamanatkan pada Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008. Dalam Pasal 3 tercantum bahwa Pemerintah Provinsi menyusun peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi; dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota, serta Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian menetapkan peta panduan pengembangan industri unggulan Provinsi dan peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota. Selain hal di atas, kebijakan-kebijakan lainnya yang terkait dengan pengembangan industri antara lain yaitu:a) UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian Pasal 3 butir 7 yangmengamanatkan diperlukannya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka perwujudan wawasan nusantara. b) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 13 dan 14 yang mengamanatkan salah satu tugas dari urusan pemerintahan Propinsi dan Kabupaten/Kota adalah secara nyata meningkatkan potensi untuk kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. c) Peraturan Presiden RI No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Tahun 2004 2009 khususnya pada Bab 18 mengenai Peningkatan Daya Saing Industri Nasional menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan daya saing industri dengan melakukan pengembangan, penguatan struktur dan pengurangan kesenjangan industri di daerah. d) Peraturan Presiden RI Nomor. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional yang menjelaskan bahwa dalam rangka pencapaian sasaran jangka panjang pembangunan industri nasional yaitu Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru dan salah satu sasaran jangka menengah yang diharapkan yaitu meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan dilakukan melalui salah satu strategi operasionalisasinya yaitu dengan menumbuhkan Kompetensi Inti Industri Daerah.

Kemudian selain dari pada itu terdapat juga Roadmapatau peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi yang merupakan pedoman operasional bagi aparatur pemerintah Provinsi dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri di daerah dan merupakan pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di pusat dan pemerintah provinsi. Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Perindustrian akan melakukan kegiatan Jasa Konsultan Studi Kelayakan Industri Unggulan Provinsi yang akan dikembangkan di 4 provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

1.1 Maksud dan TujuanMaksud dari dilaksanakannya pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran kelayakan pengembangan industri unggulan provinsi, khususnya pengembangan industri unggulan di 4 provinsi yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini sesuai maksud yang diungkapkan diatas adalah teridentifikasinya tingkat kelayakan industri yang menjadiunggulan propinsi sehingga dapat diketahui apakah kompetensi inti industri di daerah tersebut dapat dibuat rencana pengembangannya atau tidak.

1.2 Alasan Dilaksanakannya KegiatanSebuah industri akan dapat berkembang dengan baik di suatu daerah apabila industri yang bersangkutan didukung oleh adanya potensi/ketersediaan berbagai macam sumberdaya yang sangat besar di daerah tersebut. Dengan demikian sebelum dapat disusun program-program pengembangan industri di daerah tersebut, terlebih dahulu perlu dikaji seberapa jauh sumberdaya yang ada mampu/layak untuk mendukung pengembangan industri tersebut. Hal ini lah yang menjadi alasan dari perlunya dilakukan kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggulan Provinsi ini. Hasil dari studi ini diharapkan nantinya dapat digunakan untuk melihat apakah kompetensi inti industri di masing-masing daerah dapat/layak dibuat rencana/progam pengembangannya atau tidak.

1.3 Ruang Lingkup KegiatanKegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi ini dilaksanakan dengan batasan ruang lingkup kajian sebagai berikut :

1) Kegiatan studi kelayakan dilakukan di 4 daerah/propinsi, yaitu; Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimatan Barat, dan Propinsi Kalimantan Tengah. Kajian dilakukan lebih khusus, yaitu hanya terhadap wilayah-wilayah kabupaten/kota yang menjadi wilayah pengembangan industri unggulan propinsi.2) Bidang/jenis industri yang dikaji kelayakannya adalah bidang/jenis industri yang telah dipilih menjadi Industri Unggulan Propinsi setempat, berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh unsur pemerintahan yang berwenang.3) Tingkat kelayakan industri yang dikaji dalam kegiatan studi kelayakan ini lebih menitik-beratkan pada kelayakan berdasarkan besarnya permintaan atas komoditas yang dihasilkan oleh industri yang bersangkutan, tingkat ketersediaan yang mencukupidari berbagai macam sumberdaya pendukung yang dibutuhkan untuk pengembangan industri yang bersangkutan, serta tingkat ketersediaan secara cukup berbagai sarana dan prasarana lainnya untuk pengembangan industri tersebut. Dengan demikian dalam studi kelayakan ini belum dilakukan analisis kelayakan secara mendalam dari aspek ekonomi dan keuangan, misalnya mengenai rincian kebutuhan modal untuk pengembangan industri yang bersangkutan, analisis biaya, analisis profitabilitas, dan lain-lain indikator-indikator keuangan yang biasa diperlukan oleh investor sebelum yang bersangkutan merealisasikan kegiatan investasinya. Hal ini karena hasil studi kelayakan ini akan lebih diarahkan untuk merumuskan program bantuan/fasilitasi kepada aparat di tingkat propinsi dan kabupaten/kota terkait dalam kegiatan pengembangan industri unggulan di daerah masing-masing.

1.4 Sistematika PelaporanSistematika pelaporan pada laporan antara Kegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi ini adalah :BAB 1PENDAHULUANPada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan, ruang lingkup kegiatan kegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah).

BAB 2TINJAUAN PUSTAPada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang terkait dengan kegiatan, diantaranya tinjauan tentang pembangunan ekonomi, strategi pengembangan ekonomim, studi kelayakan investasi dan lain sebagainya

BAB 3METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATANPada bab ini akan dibahas mengenai metodologi pelaksanaan kegiatan Kegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi diantaranya aspek analisis yang digunakan

BAB 4PENGUMPULAN DATA PENDUKUNG STUDI KELAYAKANPada bab ini akan dibahas mengenai gambaran data terkait dengan Kegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi diantaranya tentang data potensi industri, potensi produksi komoditas, industri unggulan dan lain sebagainya

BAB 5RENCANA ANALISIS SELANJUTNYAPada bab ini akan membasas mengenai rencana analisis yang akan di lakukan pada tahap penyusunan draft laporan akhir pada kegiatan Kegiatan Studi kelayakan Industri Unggulan Provinsi.

1-5PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Perekonomian Wilayah2.1.1 Pengembangan Industri Dan Pertumbuhan Ekonomi WilayahRahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Sementara itu potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

Telah diketahui bersama bahwa tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut. Oleh karena itu langkah-langkah berikut dapat dijadikan acuan dalam mempersiapkan strategi pengembangan potensi yang ada didaerah, sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing sektor2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk dikembangkan sertamencari factor-faktor penyebab rendahnya potensi sektor tersebut untuk dikembangkan.3. Mengidentifikasi sumberdaya (faktor-faktor produksi) yang ada termasuk sumberdaya manusianya yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan setiap sektor yang bersangkutan.4. Dengan model pembobotan terhadap variabel-variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor dan sub-sektor, maka akan ditemukan sektor-sektor andalan yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut dikembangkan didaerah yang bersangkutan.5. Menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sektor-sektorandalan yang diharapkan dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya (self propelling) secara berkelanjutan (sustainable development).

2.1.2 Sektor Potensial Dalam Pengembangan WilayahPersoalan pokok dalam pembangunan wilayah sering terletak pada sumberdaya dan potensi yang dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama Pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang tersedia dalam daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk pembangunan perekonomian wilayah. Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangun andalan semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan pada sektor-sektor utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan wilayah dalam jangka waktu relatif singkat (Glasson, 1990). Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.

Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor-sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor potensial tersebut. Perkembangan ekonomi suatu wilayah membangun suatu aktivitas perekonomian yang mampu tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lain sehingga membentuk forward linkage dan backward linkage. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.

2.1.3 Pengembangan Sektor dan Komoditi Unggulan sebagai Strategi Pembangunan DaerahMenurut pemikiran ekonomi klasik, pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Perbedaan tingkat pembangunan yang didasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sayangnya, sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam pembangunan bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yangdihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya terutama jika ada faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapatdilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan Rachbini (2001).

Strategi pengembangan industriKriteria Pemilihan Industri UnggulanBerdasarkan data yang diperoleh pada tahap penentuan produk unggulan, maka dilakukan seleksi lanjutan untuk menghasilkan produk unggulan prioritas yang ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut (diadopsi dari : Kementerian Perindustrian, Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah, 2007) :

1) Kontribusi Terhadap Perekonomian Regional Secara Umum, dengan indikator sebagai berikut : Peranan dalam penciptaan nilai tambah bruto (NTB) Kontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja Keterkaitan dengan sektor-sektor dalam daerah Kontribusi terhadap PAD Kemampuan dalam penyerapan PMDN dan PMA Peranan dalam penciptaan pendapatan rumah tangga Dampak multiplier bagi perekonomian daerah

2) Aspek Pemasaran, dengan indikator sebagai berikut : jangkauan pasar regional jangkauan pasar nasional jangkauan pasar internasional kondisi persaingan dukungan infrastruktur pemasaran

3) Keunikan, dengan indikator sebagai berikut : karakteristik yang khas dari produk dukungan budaya lokal terhadap karakteristik produk nilai sejarah sebuah produk

4) Nilai Tambah Ekonomis, dengan indikator sebagai berikut : penciptaan profit dari produk stabilitas ketersediaan bahan baku (domestik/lintas daerah) ketersediaan teknologi dorongan inovasi produk ketersediaan bahan penolong kesiapan SDM lokal ketersediaan sumber energi

5) Nilai Tambah Sosial, dengan indikator sebagai berikut : peranan terhadap paningkatan pengetahuan masyarakat peranan terhadap tingkat kesehatan masyarakat peranan terhadap kelestarian lingkungan hidup

6) Faktor Geografis, dengan indikator sebagai berikut : dukungan letak geografis bagi produk dukungan kondisi iklim lokal terhadap produk

7) Dukungan Kebijakan Dan Kelembagaan Daerah, dengan indikator sbb : posisi produk dalam RENSTRA daerah posisi produk dalam peraturan daerah terkait dukungan lembaga pemerintah bagi pengembangan produk

2.2.1 Pengembangan industri dengan model klaster industriIstilah klaster(cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster industri (industrial cluster) merupakan istilah yang mempunyai pengertian khusus. Walaupun begitu, dalam literatur, istilah klaster industri diartikan dan digunakan secara beragam. Berikut adalah beberapa contoh definisi klaster industri:

Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry (Deperindag, 2000); Aglomerasi dari industri yang bersaing dan berkolaborasi di suatu daerah, yang berjaringan dalam hubungan vertikal maupun horizontal, melibatkan keterkaitan pembeli-pemasok umum, dan mengandalkan landasan bersama atas lembaga-lembaga ekonomi yang terspesialisasi (EDA, 1997); Kelompok/kumpulan secara sektoral dan geografis dari perusahaan yang meningkatkan eksternalitas ekonomi (seperti munculnya pemasok spesialis bahan baku dan komponen, atau pertumbuhan kelompok keterampilan spesifik sektor) dan mendorong peningkatan jasa-jasa yang terspesialisasi dalam bidang teknis, administratif, dan keuangan (Ceglie dan Dini, 1999); Hubungan erat yang mengikat perusahaan-perusahaan dan industri tertentu secara bersama dalam beragam aspek perilaku umum, seperti misalnya lokasi geografis, sumber-sumber inovasi, pemasok dan faktor produksi bersama, dan lainnya (Bergman dan Feser, 1999); Klaster merupakan jaringan produksi dari perusahaan-perusahaan yang saling bergantungan secara erat (termasuk pemasok yang terspesialisasi), agen penghasil pengetahuan (perguruan tinggi, lembaga riset, perusahaan rekayasa), lembaga perantara/bridging institution (broker, konsultan) dan pelanggan, yang terkait satu dengan lainnya dalam suatu rantai produksi peningkatan nilai tambah (Roelandt dan den Hertog, 1998);

Lyon dan Atherton (2000) berpendapat ada tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu: 1. Komonalitas/Keserupaan/Kebersamaan/Kesatuan(Commonality); yaitu bahwa bisnis-bisnis beroperasi dalam bidang-bidang serupa atau terkait satu dengan lainnya dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama. 2. Konsentrasi (Concentration); yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis-bisnis yang dapat dan benar-benar melakukan interaksi.3. Konektivitas (Connectivity); yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling terkait/ bergantung (interconnected/linked/interdependentorganizations) dengan beragam jenis hubungan yang berbeda.

Gambar 21Model Generik Klaster Industri

Gambar 22Rangkuman Konsep Klaster Industri dan Kemanfaatannya

Studi Kelayakan Investasi Di Bidang IndustriAdalah sudah menjadi kebiasaan bahkan keharusan bagi para investor untuk melakukan studi/analisis kelayakan sebelum yang bersangkutan memutuskan dan merealisasikan niat investasinya. Hal ini karena tujuan dari para investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut baru akan bisa mereka peroleh beberapa lama setelah keputusan/tindakan investasi tersebut dilakukan. Adanya selang waktu yang relatif lama antara saat dilakukannya investasi dengan saat dihasilkannya keuntungan dapat menyebabkan terjadi risiko ketidak-pastian, sehingga bukan keuntungan yang diperoleh namun justru kerugian yang terjadi.Studi dan analisis kelayakanperlu dilakukan agar suatuinvestasi dapat terhindar dari risiko kerugian sebagaimana disebutkan di atas.

Studi kelayakan biasanya baru dilakukan apabila calon investor sebelumnya memang sudah melihat/mengidentifikasi adanya peluang investasi bisnis, serta sudah terdapat beberapa hal yang mengindikasikan peluang investasi tersebut diperkirakan layak/menguntungkan. Hal-hal yang dapat dipakai untuk mengindikasikan kelayakan investasi tersebut antara lain adalah masih adanya kebutuhan di masyarakat akan suatu produk tertentu yang belum sepenuhnya terpenuhi. Suatu analisis kelayakan industry yang lengkap dapat terdiri dari 3 bagian/tahapan, yaitu sebagai berikut :

Analisis pendahuluan / tahap Pra Studi KelayakanAnalisis cukup terinci dan mendalam (tahap Studi Kelayakan yang sebenarnya)Analisis tambahan, yaitu dengan melakukan suatu studi pendukung (jika perlu)

Analisis pendahuluan/tahap Pra Studi Kelayakan kadang diperlukan apabila informasi awal terkait dengan peluang investasi masih belum memadai, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya relatif tidak sederhana dan investasinya berskala cukup besar. Analisis pendahuluan bertujuan untuk mengetahui apakah peluang investasi tersebut secara teknis dan legal bisa/boleh dilakukan atau tidak. Juga untuk mengetahui apakah peluang investasi tersebut betul-betul memiliki prospek menguntungkan atau tidak. Selain itu, ingin diketahui apakah peluang investasi tersebut benar-benar sehat ditinjau dari berbagai aspek, apakah perlu dilakukan suatu penelitian pendukung, serta apakah ada hal-hal yang kritis dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Sementara itu tahap studi kelayakan/analisis mendalam dilakukan dengan tujuan :

Mendapatkan gambaran secara relatif detail dan komprehensif mengenai berbagai aspek bisnis dari investasi yang akan dilakukan. Mendapatkan gambaran secara relatif cukup detail mengenai kinerja/kelayakan finansial dari investasi yang direncanakan, sehingga caloninvestor dapat memutuskan apakah akan merealisasikan investasi tersebut atau tidak. Mendapatkan berbagai saran/masukan bagi investor yang bersangkutan, agar jika direalisasikan investasi tersebut berjalan lancar dan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Tahapan studi kelayakan/analisis mendalam biasanya merupakan tanggung jawab penuh dari pengusaha/investor. Pemerintah - sebagai regulator tidak memiliki kewajiban untuk melakukan/menyiapkan studi kelayakan/analisis mendalam terhadap suatu investasi bisnis. Namun pada kasus/bidang bisnis tertentu dan/atau dengan tujuan tertentu pemerintah kadang-kadang perlu memberikan bantuan kepada para pengusaha/ investor, yaitu bantuan pelaksanaan analisis pendahuluan/pelaksanaan Pra Studi Kelayakan. Dalam kasus ini, yaitu kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggulan Propinsi ini, dipersepsikan bahwa yang akan dilakukan adalah juga masih dalam batas analisis pendahuluan atau tahapan Pra Studi Kelayakan.

Pengertian Kelayakan InvestasiStudi/analisis kelayakan investasi adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu investasi untuk sukses/berhasil jika direalisasikan. Pengertian keberhasilan ini bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang terbatas, ada juga yang mengaitkan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang berminat tentang manfaat atau keuntungan ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan misalnya. penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.

Kriteria KelayakanBerdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa pengertian keberhasilan investasi dapat berbeda-beda antar pihak yang berkepentingan, maka kriteria kelayakan suatu investasi juga bisa berbeda-beda menurut kepentingan masing-masing pihak tersebut. Dengan demikian kriteria kelayakan suatu investasi akan menyangkut hal-hal sbb:

1. Bagi pihak investor, suatu investasi akan dinilai layak apabila investasi tersebut mampu menghasilkan keuntungan finansial yang memadai bagi sang investor yang bersangkutan, dan sebaliknya, potensi risiko mengalami kerugiannya kecil.2. Bagi negara/pemerintah, investasi akan dinilai layak bila dengan adanya investasi tersebut perekonomian negara akan meningkat, baik dari struktur perekonomian yang semakin kuat maupun volume kegiatan ekonomi yang semakin bertumbuh. 3. Bagi masyarakat luas, suatu investasi yang dilakukan oleh negara ataupun para pengusaha/investor, investasi tersebut akan dinilai layak apabila dengan adanya investasi tersebut tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik, yaitu; lapangan kerja semakin terbuka/pengangguran berkuran, tingkat pendapatan meningkat, barang-barang kebutuhan makin mudah didapatkan, dan lain-lain.

Tahap-tahap Proses Pelaksanaan Studi KelayakanAspek-aspek bisnis seperti sudah dijelaskan sebelumnya tidak bisa dianalisis secara bersamaan atau bahkan asal-asalan urutan prosesnya, melainkan harus melalui urutan proses tertentu. Hal ini karena ada analisis-analisis yang membutuhkan data/informasi yang dihasilkan dari bagian analisis yang lain, bahkan urutannya bisa bolak-balik. Bagaimana urutan proses analisis dilakukan, digambarkan secara diagramatis seperti di bawah ini. Berdasarkan gambar tersebut nampak bahwa analisis kelayakan dilakukan jika sudah jelas industri apa yang diperkirakan berpeluang dan layak untuk dibangun. Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis aspek pasar dan pemasaran. Analisis ini harus yang dilakukan pertama kali karena setiap bisnis bermula dari adanya pasar. Tidak ada bisnis jika tidak ada pasar (konsumen). Data/informasi dari hasil analisis aspek pasar/pemasaran ini kemudian dijadikan dasar dalam analisis berikutnya yaitu analisis aspek teknis dan operasi. Maksudnya, apa, seperti apa, dan bagaimana hal-hal yang terkait dengan aspek teknis dan operasi tersebut, sebagian besar bergantung pada hasil analisis aspek pasar.

PELUANG INVESTASI BISNIS DI BIDANG INDUSTRIANALISIS TINGKAT RISIKO INVESTASIANALISIS ASPEK PASAR/PEMASARANANALISIS ASPEK TEKNIS DAN OPERASIANALISIS ASPEK LEGAL DAN LINGKUNGANANALISIS ASPEK ORGANISASI DANMANAJEMENANALISIS ASPEK EKONOMI DANKEUANGANKESIMPULAN TENTANG KELAYAKAN INDUSTRI YBS

Gambar 23 Tahapan Studi Kelayakan Industri Unggulan

1) Analisis Aspek Pasar dan PemasaranAnalisis aspek pasar dan pemasaran pada tahapan ini lebih diarahkan pada upaya membuat perkiraan/ramalan akan besarnya potensi pasar yang ada. Potensi pasar ini diukur berdasarkan jumlah permintaan pasar akan produk yang nantinya dihasilkan, khususnya yang bisa menjadi besaran penjualan (omset). Terkait dengan hal ini maka analisis aspek pasar dan pemasaran ini akan meliputi :

Peramalan jumlah permintaan pasar sampai dengan beberapa tahun ke depan Analisis atas segmentasi pasar yang sudah ada/terjadi Analisis atas kondisi persaingan yang ada Analisis untuk memperkirakan besarnya market share yang bisa dilayani Analisis peramalan penjualan yang bisa diraih Analisis atas harga produk di pasaranAnalisis bagian pertama, yaitu peramalan jumlah permintaan sampai beberapa tahun ke depan, akan dilakukan dengan pendekatan/metode kuantitatif, sedangkan analisis-analisis yang lain dilakukan secara kualitatif. Metode analisis peramalan permintaan secara kuantitaif yang akan digunakan kemungkinan adalah :

Metode Time Series dengan pola Trend Linier, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan liniersbb :

Y = a + b XDimana;Y = Nilai variabel yang diramalkan X = variabel periode waktu (time series) a,b = koefesien ramalan

Metode Time Series dengan pola Trend Kuadratik, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan kuadratis sbb :

Y = a + b X + c X2 Metode Time Series dengan pola Trend Simple Exponensial, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan exponensial sbb:

Y = abX

Peramalan seperti disebutkan di atas dilakukan baik untuk peramalan permintaan dalam negeri (local/regional), permintaan luar negeri (export), suplai dari dalam negeri (produksi local/regional), maupun suplai dari luar negeri (import). Selanjutnya hasil ramalan permintaan dan suplai tersebut dipergunakan untuk memperkirakan permintaan efektif (= potensi penjualan efektif = ukuran market share yang bisa dikuasai).

Kebutuhan dalam negeri (KDN) = ...............Permintaan ekspor (PE)= ...............-------------------------------------------------------------- +Ukuran pasar total (UPT) = KDN + PE= ...............Ukuran pasar segmen tertentu (UST)= ...% x UPTPotensi penjualan efektif (PPE)= ms% x UST (ctt: ms% = market share)

Sementara itu jumlah kebutuhan dalam negeri sendiri dapat diperkirakan berdasarkan jumlah penduduk yang ada. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa jumlah kebutuhan dalam negeri = (jumlah penduduk keseluruhan x data tingkat konsumsi produk per kapita per periode waktu tertentu)

2) Analisis Aspek Teknis dan OperasiAnalisis aspek teknis dan operasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah secara teknis pembangunan pabriknya bisa diwujudkan atau tidak, serta apakah bisa beroperasi dengan lancar dan berkelanjutan. Hal ini sangat bergantung kepada apakah semua jenis sumberdaya serta sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan dapat dipenuhi atau tidak, baik dalam hal kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun harga/biaya pengadaannya. Sumberdaya, sarana, dan prasarana penunjang tersebut antara lain adalah : Mesin-mesin/fasilitas produksi, Tenaga kerja Bahan baku dan bahan penolong Lokasi/lahan untuk industry/pabrik Tenaga penggerak (misalnya listrik), Prasarana transportasi

Dalam melakukan analisis aspek teknis dan operasi sebagaimana disebutkan di atas, metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif dengan cara membuat perbandingan antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi yang ada/tersedia (kondisi yang bisa dipenuhi).

3) Analisis Aspek Organisasi dan ManajemenAnalisis aspek organisasi dan manajemen dilakukan untuk mengetahui apakah kebutuhan akan keahlian dan ketrampilan untuk mengelola organisasi dan manajemen perusahaan dapat dipenuhi dengan baik atau tidak. Karena itu analisis ini juga bersifat kualitatif dengan cara membuat perbandingan antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi yang ada/tersedia (kondisi yang bisa dipenuhi).

4) Analisis Aspek Legal dan LingkunganAnalisis aspek legal dan lingkungan dilakukan untuk mengetahui apakah secara legal suatu industry tertentu dapat diijinkan beroperasi atau tidak menurut peraturan hukum dan kebijakan pemerintah lainnya serta dampaknya terhadap lingkungan. Karena pada kegiatan studi kelayakan bersifat makro maka analisis legal dan lingkungan ini baru menekannya pada berbagai persyaratan yang dikehendaki pada kedua aspek tersebut bagi investasi pembangunan sebuah industry.

5) Pengolahan Data dan Analisis Aspek Ekonomi dan KeuanganAnalisis aspek ekonomi dan keuangan dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah modal/dana investasi yang diperlukan guna merealisasikan pembangunan industry yang dimaksudkan, serta untuk mengetahui apakah kebutuhan modal tersebut dapat dipenuhi oleh sumber-sumber (pihak-pihak) yang ada/bersedia mendanai kebutuhan modal tersebut atau tidak. Disampai itu juga untuk mengetahui apakah investasi di bidang industry tersebut prospektif menguntungkan atau tidak. Karenanya dalam analisis aspek ekonomi dan keuangan ini pendekatan/metode analisis yang digunakan adalah metode baik yang kuantitatif maupun kualitatif.Metode kuantitatif dimaksud antara lain dipergunakan dalam perhitungan (perkiraan) besarnya modal yang dibutuhkan untuk investasi. Ada 2 pendekatan utama dalam estimasi kebutuhan modal investasi, yaitu : Pendekatan GlobalDengan pendekatan global, estimasi nilai investasi didasarkan pada biaya investasi di bidang yang sama yang pernah dilakukan sebagai referensi, dengan penyesuaian dalam hal kapasitas, waktu realisasi, dan lokasi dimana proyek dibangun. Pendekatan ElementerDengan pendekatan elementer, estimasi nilai investasi dilakukan secara terinci per elemen biaya yang ada/terjadi. Umumnya estimasi biaya dengan pendekatan elementer bersifat lebih akurat, walaupun hal ini sangat bergantung kepada tingkat kerincian dan ketepatan dari analisis aspek teknisnya. Dalam kegiatan studi ini metode perhitungan yang digunakan adalah metode/ pendekatan global. Dalam metode/pendekatan global perhitungan besarnya modal investasi yang dibutuhkan diperkirakan berdasarkan besaran kebutuhan modal dari investasi di bidang industry sejenis yang dijadikan sebagai referensi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

I = Io x (C / Co) x (X / Xo) x (tn / to)Dimana;I= Nilai investasi yang diperlukan untuk merealisasikan pembangunan industry yang direncanakanIo=Nilai investasi dari pembangunan industry yang menjadi referensiC= Kapasitas produksi dari industry yang direncanakan (akan dibangun)Co= Kapasitas produksi dari industry yang menjadi referensiX=Index harga di daerah dimana industry yang menjadi referensi didirikanXo=Index harga di daerah dimana industry yang direncanakan akan didirikantn=Index harga pada saat (tahun) kapan industry yang direncanakan akan dibangunto= Index harga pada saat (tahun) kapan industry yang menjadi referensi dibangun

6) Analisis RisikoAnalisis risiko perlu dilakukan untuk dapat memperkirakan besarnya risiko yang kemungkinan harus dihadapi oleh sebuah investasi pengembangan industry tertentu. Pada dasarnya risiko yang dihadapi oleh suatu investasi bisnis di bidang industry adalah berupa kondisi ketidak-pastian yang melingkupi bidang bisnis tersebut. Kondisi tersebut dapat meliputi seluruh aspek dari suatu bisnis. Karenanya analisis risiko ini juga akan dilihat/dilakukan per aspek bisnis yang melingkupinya tersebut maupun seara keseluruhan bisnis yang bersangkutan. Analisis risiko yang akan dilakukan lebih banyak bersifat kualitatif berkaitan dengan berbagai ketidak-pastian yang mungkin terjadi.

2-16TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

Kerangka Pikir Pelaksanaan StudiPerlu dan pentingnya studi kelayakanSebelum dilaksanakannya pekerjaan ini, yaitu Studi Kelayakan Industri Unggulan Propinsi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengapa studi kelayakan tersebut penting dan perlu dilakukan. Adalah sudah menjadi kebiasaan bahkan keharusan bagi para investor untuk melakukan studi/analisis kelayakan sebelum yang bersangkutan memutuskan/merealisasikan kegiatan investasinya. Hal ini karena tujuan dari para investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut baru akan bisa mereka peroleh beberapa lama setelah keputusan/tindakan investasi tersebut dilakukan. Adanya selang waktu yang relatif lama antara saat dilakukannya investasi dengan saat dihasilkannya keuntungan dapat menyebabkan terjadi risiko ketidak-pastian, sehingga bukan keuntungan yang diperoleh namun justru kerugian yang terjadi.

Studi dan analisis kelayakan perlu dilakukan agar suatu investasi dapat terhindar dari risiko kerugian sebagaimana disebutkan di atas. Selain itu studi/analisis kelayakan juga berguna untuk mengetahui hal-hal sbb :

Tingkat keuntungan yang bisa dihasilkan oleh investasi Tingkat risiko yang menyertai/melingkupi suatu investasi Prioritas yang sebaiknya dipilih jika ada banyak alternatif investasi Dll.

Studi kelayakan sendiri biasanya baru dilakukan apabila calon investor sebelumnya memang sudah melihat/mengidentifikasi adanya peluang investasi bisnis, serta sudah terdapat beberapa hal yang mengindikasikan peluang investasi tersebut diperkirakan layak/menguntungkan. Hal-hal yang dapat dipakai untuk mengindikasikan kelayakan investasi tersebut antara lain adalah masih adanya kebutuhan di masyarakat akan suatu produk tertentu yang belum sepenuhnya terpenuhi. Sementara itu di wilayah tertentu ada potensi sumberdaya untuk pengembangan industri tertentu namun belum termanfaatkan secara optimal.

Investasi bisnis di bidang industri tidak hanya merupakan kepentingan dari para investor saja. Pemerintah juga memiliki kepentingan dari dilakukannya banyak investasi di bidang industri tersebut, yaitu supaya perekonomian bangsa semakin berkembang sehingga masyarakat semakin makmur. Karena itulah Pemerintah perlu mendorong dan membantu para investor dalam melakukan investasi. Diantaranya adalah dengan menyusun suatu roadmap pengembangan industri yang dapat dijadikan sebagai pedoman/informasi awal bagi para investor (pengusaha) dalam menentukan di bidang bisnis/industri apa sebaiknya mereka berinvestasi. Apabila informasi awal dari roadmap pengembangan industri tersebut belum terdapat indikator-indikator kelayakan yang memadai bagi para pengusaha/calon investor, kadang-kadang Pemerintah masih perlu/harus membantu mereka melakukan studi kelayakan sampai batas-batas tertentu.Hal-hal yang telah disampaikan di atas dapat dijelaskan melalui gambar diagram berikut ini:

ADANYA POTENSI SUMBERDAYAPELUANG INVESTASI BISNIS DI INDUSTRI TERTENTUADA KEBUTUHAN PRODUK TERTENTU DI MASYARAKATRENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI OLEH PEMERINTAHREALISASI INVESTASI BISNIS DI BIDANG INDUSTRITIDAK ADA REALISASI INVESTASI BISNIS DI BIDANG INDUSTRIYATDKPERKEMBANGAN INDUSTRI DAN PEREKONOMIANLAYAKKAH DILAKUKAN?BA

Gambar 31Kerangka pikir perlunya studi/analisis kelayakan industri

Keterangan :A : Analisis dan roadmap pengembangan industri yang dibuat oleh PemerintahB : Studi/analisis kelayakan yang perlu dilakukan oleh para calon investor

Pengertian layak dalam studi/analisis kelayakan investasiPengerrtian layak dalam studi/analisis kelayakan investasi dapat sedikit berbeda-beda antar pihak yang berkepentingan. Dalam studi ini istilah layak akan diartikan sebagai pantas sertabisa/dapat dan baik untuk dilakukan. Namun sebagaimana telah disinggung tiap pihak yang terkait memiliki penekanan yang relatif berbeda dalam mengartikanpantas serta bisa/dapat dan baik untuk dilakukan tersebut. Para pengusaha akan lebih menekankan pada pengertian pantas sebagai mampu menghasilkan keuntungan finansial yang pantas/besar. Sedangkan pemerintah akan lebih menekankan pada pengertian bisa/dapat dan baik untuk dilakukan. Bisa/dapat dilakukan berarti bahwa investasi bisnis di bidang industry tersebut bisa diijinkan/ diperbolehkan karena tidak berpotensi melanggar peraturan tertentu yang terkait, tidak berdampak yang merugikan masyarakat, atau bertentangan dengan tujuan pembangunan dari pemerintah. Sementara itu baik untuk dilakukan berarti bahwa investasi di bidang industry tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat maupun bagi perekonomian bangsa pada umumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian layak dalam studi/analisis kelayakan investasi bisnis bidang industri mengandung unsur-unsur kelayakan sbb :1) Industri tersebut memenuhi persyaratan teknis untuk bisa dibangun dan beroperasi secara baik dan berkelanjutan.2) Industri tersebut jika dioperasikan tidak berpotensi menimbulkan pelanggaran terhadap berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah yang terkait, sehingga bisa diijinkan/diperbolehkan.3) Industri tersebut dapat pendatangkan keuntungan finansial bagi investornya.4) Industri tersebut dapat berdampak positif bagi masyarakat dan perekonomian bangsa.

Karena dalam kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggulan Propinsi ini dipersepsikan bahwa yang akan dilakukan adalah masih dalam tahapan Pra Studi Kelayakan, maka studi ini nantinya akan memberikan kesimpulan tentang kelayakan tersebut dengan kriteria yang spesifik, jelas, dan terukur, hanya pada unsur kelayakan ke-1 dan ke-2 sebagaimana dimaksudkan di atas. Sementara itu untuk unsur kelayakan yang ke-3 dan ke-4 hanya akan diberikan kesimpulan-kesimpulan yang bersifat indikatif.

Aspek-aspek Yang Dianalisis dan Kriteria KelayakannyaSuatu industry dapat dikatakan layak untuk dibangun/dioperasikan apabila industry tersebut kondisinya sehat dalam semua aspek bisnis yang melingkupinya. Aspek-aspek bisnis tersebut paling tidak meliputi: aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis/ teknologis, aspek organisasi dan manajemen, aspek legal, aspek lingkungan, aspek ekonomoi dan finansial, serta aspek risiko. Karena itu, dalam kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggulan Propinsi ini, analisis yang akan dilakukan meliputi hal-hal berikut ini : Analisis aspek pasar / pemasaran Analisis aspek teknis / teknologis Analisis aspek organisasi dan manajemen Analisis aspek legal Analisis aspek lingkungan Analisis aspek ekonomi dan finansial Analisis risiko

Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, tingkat kedalaman dan kerincian analisis dari aspek-aspek bisnis tersebut di atas akan disesuaikan dengan kebutuhan sebagai sebuah kegiatan studi kelayakan yang masih bersifat makro.Tingkat kelayakan investasi suatu industry ditentukan oleh tingkat kelayakan pada setiap aspek bisnis industry yang bersangkutan sebagaimana disebutkan di atas. Artinya, pada setiap aspek bisnisnya investasi tersebut harus layak. Tentu saja kriteria kelayakannya pada masing-masing aspek bisnis tersebut berbeda-beda, bahkan mungkin juga berbeda pengertiannya. Untuk itu berikut ini disampaikan pengertian layak pada masing-masing aspek tersebut, beserta kriteria kelayakannya :

Tabel 31Aspek Aspek Yang Dianalaisis Dan Kriteria KelayakannyaAspek Yang DianalisisPengertian LayakKriteria Kelayakan

Pasar pemasaranPotensi pendapatan dari penjualan (omset) cukup besar Ukuran pasar Tingkat persaingan Besarnya market share Jumlah penjualan yang bisa diraih Tingkat harga dan fluktuasi harga

Teknis dan operasiSecara teknis pembangunan pabriknya bisa diwujudkan, bisa beroperasi dengan lancar dan berkelanjutan, karena semua jenis sumberdaya serta prasarana penunjang yang dibutuhkan dapat dipenuhiKetersediaan secara cukup (dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga/biaya pengadaan) dari berbagai factor produksi yang dibutuhkan : Mesin-mesin/fasilitas produksi, Tenaga kerja Bahan baku dan bahan penolong Lokasi/lahan untuk industry/pabrik Tenaga penggerak (misalnya listrik), Prasarana transportasi dll.

Legal dan lingkunganSecara legal pabriknya dapat diijinkan beroperasi karena semua persyaratan legal dan lingkungan yang ada dapat dipenuhi Ada tidaknya peraturan yang melarang Bisa tidaknya (sulit tidaknya) persyaratan lingkungan yang terkait untuk dipenuhi Sulit tidaknya persyaratan dan prosedur berbagai perijinan yang diperlukan Tingkat penerimaan masyarakat di wilayah/lokasi industry

Organisasi dan manajemenKebutuhan akan keahlian dan ketrampilan untuk mengelola organisasi dan manajemen perusahaan dapat dipenuhi dengan baikKetersediaan tenaga ahliprofessional untuk mengelola organisasi dan manajemen perusahaan industry yang akan dibangun

Ekonomi dan finansialKebutuhan modal/ dana investasi dapat dipenuhi dengan memanfaatkan sumber-sumber pendanaan yang ada Jumlah kebutuhan modal Besarnya dana yang bisa disediakan olehsumber-sumber pendanaan Tingkat kesulitan/kemudahan mendapatkan modal

Risiko investasiRisiko kegagalan pada setiap aspek bisnis yang sudah diperhitungkan adalah relative kecil Tingkat ketidak pastian kondisi pasar Tingkat ketidak pastian peraturan dan kebijakan pemerintah yang terkait Tingkat ketidak-pastian perekonomian dan keuangan Negara/dunia

Sumber: Analisis konsultan, 2012

Tahapan-tahapan Proses AnalisisKelayakanAspek-aspek bisnis seperti sudah dijelaskan sebelumnya tidak bisa dianalisis secara bersamaan atau bahkan asal-asalan urutan prosesnya, melainkan harus melalui urutan proses tertentu. Hal ini karena ada analisis-analisis yang membutuhkan data/informasi yang dihasilkan dari bagian analisis yang lain, bahkan urutannya bisa bolak-balik. Bagaimana urutan proses analisis dilakukan, digambarkan secara diagramatis seperti di bawah ini. Berdasarkan gambar tersebut nampak bahwa analisis kelayakan dilakukan jika sudah jelas industry apa yang diperkirakan masih berpeluang dan layak untuk dibangun.

Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis aspek pasar dan pemasaran. Analisis ini harus yang dilakukan pertama kali karena setiap bisnis bermula dari adanya pasar. Tidak ada bisnis jika tidak ada pasar (konsumen). Data/informasi dari hasil analisis aspek pasar/pemasaran ini kemudian dijadikan dasar dalam analisis berikutnya yaitu analisis aspek teknis dan operasi. Maksudnya, apa, seperti apa, dan bagaimana hal-hal yang terkait dengan aspek teknis dan operasi tersebut, sebagian besar bergantung pada hasil analisis aspek pasar. Contohnya mengenai kapasitas produksi, tentu saja harus disesuaikan dengan jumlah permintaan produk dari pasar.

PELUANG INVESTASI BISNIS DI BIDANG INDUSTRIANALISIS TINGKAT RISIKO INVESTASIANALISIS ASPEK PASAR/PEMASARANANALISIS ASPEK TEKNIS DAN OPERASIANALISIS ASPEK LEGAL DAN LINGKUNGANANALISIS ASPEK ORGANISASI DANMANAJEMENANALISIS ASPEK EKONOMI DANKEUANGANKESIMPULAN TENTANG KELAYAKAN INDUSTRI YBS

Gambar 32Tahapan Proses Analisis Kelayakan Industri I

Gambar 33Tahapan Proses Analisis Kelayakan Industri IIData yang dibutuhkan dan sumber datanyaSecara garis besar data yang dibutuhkan pada kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggula Propinsi ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu, pertama data mengenai karakteristik industry yang akan dianalisis. Data ini diperlukan untuk membantu dalam mengidentifikasi jenis data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis lebih lanjut yaitu analisis kelayakan industry tersebut. Lebih jelasnya berikut ini diidentifikasi data-data yangb diperlukan menurut kedua kelompok jenis data tersebut.

a. Data karakteristik industry yang akan dianalisis kelayakannya, yaitu terdiri dari berbagai data sebagai berikut (lihat tabel) :

Tabel 32 Jenis Data dan Sumber DataNoJenis data yang perlu diidentifikasiSumber Data

1.Berbagai output (produk, baik produk utama maupun produk sampingan) yang dihasilkan oleh industry ybs Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

2.Konsumen/pengguna dari masing-masing output/produk yang dihasilkan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

3Bahan baku dan bahan penolong yang dibutuhkan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

4Mesin-mesin produksi yang digunakan/dibutuhkan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

5Sarana penunjang kegiatan produksi lainnya Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

6Tenaga penggerak mesin-mesin produksi Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

7Fasilitas/prasarana lainnya yang diperlukan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

8Proses produksi Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

9Jenis-jenis industry penunjang yang diperlukan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

10Jenis-jenis industry yang terkait Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

11Dampak lingkungan dari proses produksi dan penanganannya Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

12Jenis keahlian dan ketrampilan tenaga kerja pengelola yang diperlukan Buku referensi yang relevan Survei lapangan Sumber data lainnya

Dst -

b. Data tentang berbagai hal yang mempengaruhi karakteristik dan kondisi aspek-aspek bisnis yang terkait dengan bidang industry yang akan dianalisis kelayakannya, yaitu terdiri dari berbagai data sebagai berikut (lihat tabel) :Tabel 33 Jenis dan Sumber Data Per-AspekAspek bisnisData yang dibutuhkanSumber data

Pasar/pemasarana. Sisi permintaan: Tingkat permintaan pasar dalam negeri akan unsur-unsur input, dan pertumbuhannya Jumlah ekspor dan pertumbuhannya dllb. Sisi penawaran: Jumlah produsen Total kapasitas terpasang Total produksi aktual Jumlah import dan pertumbuhannya Dll Kementerian Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Bapedal Bappeda propinsi RTRW di wilayah studi RTDR di wilayah studi Badan Pusat Statistik Propinsi/Kota/Kab. Laporan-laporan studi/penelitian terkait Berbagai buku referensi Wawancara dengan pakar di bidangnya Sumber data lainnya

Teknis dan operasi Kondisi ketersediaan peralatan/teknologi produksi Kondisi ketersediaan bahan baku dan bahan penolong Kondisi ketersediaan tenaga ahli yang menangani Kondisi ketersediaan tenaga penggerak mesin-mesin produksi Kondisi ketersediaan lahan untuk industri Kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi penunjang keberadaan industry Dll

Legal dan lingkungan Kebijakan2 pemerintah pusat dan daerah terkait ijin investasi di bidang industry Persyaratan2, system, dan prosedur berinvestasi di bidang industry Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industry yang direncanakan Analisis dampak lingkungan yang diperlukan Dll

Organisasi dan manajemen Ketersediaan tenaga ahli yang menangani teknologi produsi Ketersediaan tenaga ahli/profesional yang menangani organisasi dan manajemen perusahaan Ketersediaan tenaga ahli/profesional lainnya untuk mendukung penanganan perusahaan industri yang akan dibangun Dll

Ekonomi dan finansial Jumlah kebutuhan modal Pihak-pihak yang dapat menjadi sumber pendanaan Syarat-syarat untuk bisa mendapatkan pendanaan Tingkat harga factor-faktor produksi Besarnya biaya modal Perkembangan tingkat harga jual produk Dll

Risiko investasi Tingkat ketidak-pastian kebijakan dan peraturan-peraturan terkait Tingkat ketidak-pastian kondisi pasar Tingkat ketidak-pastian unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh Tingkat ketidak-pastian pasokan factor-faktor produksi yang dipergunakan Dll

Metode Pengolahan Data dan AnalisisAnalisis Aspek Pasar dan PemasaranAnalisis aspek pasar dan pemasaran pada tahapan ini lebih diarahkan pada upaya membuat perkiraan/ramalan akan besarnya potensi pasar yang ada. Potensi pasar ini diukur berdasarkan jumlah permintaan pasar akan produk yang nantinya dihasilkan, khususnya yang bisa menjadi besaran penjualan (omset). Terkait dengan hal ini maka analisis aspek pasar dan pemasaran ini akan meliputi : Peramalan jumlah permintaan pasar sampai dengan beberapa tahun ke depan Analisis atas segmentasi pasar yang sudah ada/terjadi Analisis atas kondisi persaingan yang ada Analisis untuk memperkirakan besarnya market share yang bisa dilayani Analisis peramalan penjualan yang bisa diraih Analisis atas harga produk di pasaran

Analisis bagian pertama, yaitu peramalan jumlah permintaan sampai beberapa tahun ke depan, akan dilakukan dengan pendekatan/metode kuantitatif, sedangkan analisis-analisis yang lain dilakukan secara kualitatif. Metode analisis peramalan permintaan secara kuantitaif yang akan digunakan kemungkinan adalah :

Metode Time Series dengan pola Trend Linier, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan liniersbb :Y = a + b XDimana;Y = Nilai variabel yang diramalkan X = variabel periode waktu (time series) a,b = koefesien ramalan

Metode Time Series dengan pola Trend Kuadratik, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan kuadratis sbb :

Y = a + b X + c X2

Metode Time Series dengan pola Trend Simple Exponensial, dimana metode peramalannya berupa fungsi persamaan exponensial sbb:

Y = abX

Peramalan seperti disebutkan di atas dilakukan baik untuk peramalan permintaan dalam negeri (local/regional), permintaan luar negeri (export), suplai dari dalam negeri (produksi local/regional), maupun suplai dari luar negeri (import). Selanjutnya hasil ramalan permintaan dan suplai tersebut dipergunakan untuk memperkirakan permintaan efektif (= potensi penjualan efektif = ukuran market share yang bisa dikuasai).

Kebutuhan dalam negeri (KDN) = ...............Permintaan ekspor (PE)= ...............-------------------------------------------------------------- +Ukuran pasar total (UPT) = KDN + PE= ...............Ukuran pasar segmen tertentu (UST)= ...% x UPTPotensi penjualan efektif (PPE)= ms% x UST (ctt: ms% = market share)

Sementara itu jumlah kebutuhan dalam negeri sendiri dapat diperkirakan berdasarkan jumlah penduduk yang ada. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa jumlah kebutuhan dalam negeri = (jumlah penduduk keseluruhan x data tingkat konsumsi produk per kapita per periode waktu tertentu)

Analisis Aspek Teknis dan OperasiAnalisis aspek teknis dan operasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah secara teknis pembangunan pabriknya bisa diwujudkan atau tidak, serta apakah bisa beroperasi dengan lancar dan berkelanjutan. Hal ini sangat bergantung kepada apakah semua jenis sumberdaya serta sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan dapat dipenuhi atau tidak, baik dalam hal kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun harga/biaya pengadaannya. Sumberdaya, sarana, dan prasarana penunjangh tersebut antara lain adalah :

Mesin-mesin/fasilitas produksi, Tenaga kerja Bahan baku dan bahan penolong Lokasi/lahan untuk industry/pabrik Tenaga penggerak (misalnya listrik), Prasarana transportasi

Dalam melakukan analisis aspek teknis dan operasi sebagaimana disebutkan di atas, metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif dengan cara membuat perbandingan antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi yang ada/tersedia (kondisi yang bisa dipenuhi). Secara diagramatis analisis tersebut dapat dijelaskan melalui gambar diagram berikut ini :

Gambar 34 Diagram Analisis Aspek Teknik dan Operasi

Analisis Aspek Organisasi dan ManajemenAnalisis aspek organisasi dan manajemen dilakukan untuk mengetahui apakah kebutuhan akan keahlian dan ketrampilan untuk mengelola organisasi dan manajemen perusahaan dapat dipenuhi dengan baik atau tidak. Karena itu analisis ini juga bersifat kualitatif dengan cara membuat perbandingan antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi yang ada/tersedia (kondisi yang bisa dipenuhi). Secara diagramatis analisis tersebut dapat dijelaskan melalui gambar diagram berikut ini :

Gambar 35 Diagram Analisis Organisasi dan ManajemenAnalisis Aspek Legal dan LingkunganAnalisis aspek legal dan lingkungan dilakukan untuk mengetahui apakah secara legal suatu industry tertentu dapat diijinkan beroperasi atau tidak menurut peraturan hukum dan kebijakan pemerintah lainnya serta dampaknya terhadap lingkungan. Karena padakegiatan studi kelayakan bersifat makro maka analisis legal dan lingkungan ini baru menekannya pada berbagai persyaratan yang dikehendaki pada kedua aspek tersebut bagi investasi pembangunan sebuah industry. Untuk itu analisis yang akan dilakukan bersifat kualitatif, dan hal ini dapat dijelaskan melalui gambar diagramatis sbb:

Gambar 36 Diagram Analisis aspek Legal dan Lingkungan

3.5.1 Pengolahan Data dan Analisis Aspek Ekonomi dan KeuanganAnalisis aspek ekonomi dan keuangan dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah modal/dana investasi yang diperlukan guna merealisasikan pembangunan industry yang dimaksudkan, serta untuk mengetahui apakah kebutuhan modal tersebut dapat dipenuhi oleh sumber-sumber (pihak-pihak) yang ada/bersedia mendanai kebutuhan modal tersebut atau tidak. Disampai itu juga untuk mengetahui apakah investasi di bidang industry tersebut prospektif menguntungkan atau tidak. Karenanya dalam analisis aspek ekonomi dan keuangan ini pendekatan/metode analisis yang digunakan adalah metode baik yang kuantitatif maupun kualitatif.

Metode kuantitatif dimaksud antara lain dipergunakan dalam perhitungan (perkiraan) besarnya modal yang dibutuhkan untuk investasi. Ada 2 pendekatan utama dalam estimasi kebutuhan modal investasi, yaitu :

A. Pendekatan GlobalDengan pendekatan global, estimasi nilai investasi didasarkan pada biaya investasi di bidang yang sama yang pernah dilakukan sebagai referensi, dengan penyesuaian dalam hal kapasitas, waktu realisasi, dan lokasi dimana proyek dibangun.B.Pendekatan ElementerDengan pendekatan elementer, estimasi nilai investasi dilakukan secara terinci per elemen biaya yang ada/terjadi. Umumnya estimasi biaya dengan pendekatan elementer bersifat lebih akurat, walaupun hal ini sangat bergantung kepada tingkat kerincian dan ketepatan dari analisis aspek teknisnya.

Dalam kegiatan studi ini metode perhitungan yang digunakan adalah metode/ pendekatan global. Dalam metode/pendekatan global perhitungan besarnya modal investasi yang dibutuhkan diperkirakan berdasarkan besaran kebutuhan modal dari investasi di bidang industry sejenis yang dijadikan sebagai referensi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

I = Io x (C / Co) x (X / Xo) x (tn / to)Dimana;I= Nilai investasi yang diperlukan untuk merealisasikan pembangunan industry yang direncanakanIo= Nilai investasi dari pembangunan industry yang menjadi referensiC= Kapasitas produksi dari industry yang direncanakan (akan dibangun)Co= Kapasitas produksi dari industry yang menjadi referensiX= Index harga di daerah dimana industry yang menjadi referensi didirikanXo= Index harga di daerah dimana industry yang direncanakan akan didirikantn= Index harga pada saat (tahun) kapan industry yang direncanakan akan dibangunto= Index harga pada saat (tahun) kapan industry yang menjadi referensi dibangun

Analisis RisikoAnalisis risiko perlu dilakukan untuk dapat memperkirakan besarnya risiko yang kemungkinan harus dihadapi oleh sebuah investasi pengembangan industry tertentu. Pada dasarnya risiko yang dihadapi oleh suatu investasi bisnis di bidang industry adalah berupa kondisi ketidak-pastian yang melingkupi bidang bisnis tersebut. Kondisi tersebut dapat meliputi seluruh aspek dari suatu bisnis. Karenanya analisis risiko ini juga akan dilihat/dilakukan per aspek bisnis yang melingkupinya tersebut maupun seara keseluruhan bisnis yang bersangkutan. Analisis risiko yang akan dilakukan lebih banyak bersifat kualitatif berkaitan dengan berbagai ketidak-pastian yang mungkin terjadi.

Perumusan Kesimpulan dan RekomendasiKesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan Industri Unggulan Propinsi ini tentu saja harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan studi tersebut. Karenanya kesimpulan dan rekomendasi yang nantinya akan disampaikan, tidak hanya sekedar menyatakan layak tidaknya industry dimaksud untuk direalisasikan. Lebih jauh akan disampaikan pada aspek-aspek apa saja industry tersebut dapat dinyatakan sangat layak, layak, atau kurang layak, namun juga akan disampaikan upaya apa saja yang bisa/sebaiknya dilakukan agar kondisinya menjadi layak atau lebih layak.

Karena studi yang akan dilakukan meliputi kelayakan industry di beberapa daerah/ wilayah, dan juga mungkin meliputi beberapa bidang industri, maka kesimpulan dan rekomendasinya juga akan dibuat per wilayah/daerah dan juga per bidang industry tersebut. Secara garis besar hal ini dapat digambarkan secara skematis melalui tabel berikut ini :

Tabel 34 Tabel Kesimpulan dan RekomendasiPropinsiIndustri UnggulanTingkat kelayakan industri yang bersangkutan, pada aspek:

Pasar dan pemasaranTeknis dan operasiLegal dan lingkunganOrganisasi dan manajemenEkonomi dan keuanganRisiko investasiKeselu-ruhan

Sumetera Utara........

........

Sumatera Barat........

........

Kalimantan Barat........

........

Kalimantan Tengah........

........

3-17METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

DATA UMUM WILAYAH STUDI DAN RENCANA PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULANNYA

Data Umum dan Rencana Pengembangan Industri Unggulan Propinsi Sumatera Utara Data Umum Kondisi Wilayah Propinsi Sumatera UtaraKondisi geografisPropinsi Sumatera Utara terletak pada 1 - 4 Lintang Utara dan 98 - 100 Bujur Timur. Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas: Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan Kepulauan Nias. Pesisir timur menjadi wilayah yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya di bandingkan wilayah lainnya.

Propinsi Sumatera Utara memiliki luas daratan sebesar 71.680 km2, dan pada tahun 2004 terbagi kedalam 218 wilayah kabupaten dan 7 kota, yang keseluruhan terdiri dari 328 kecamatan. PendudukSumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia. Menurut hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 1990 penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,26 juta jiwa. Jumlah ini meningkat menjadi 11,51 juta jiwa (sensus tahun 2000), dan kemudian menjadi 12.982.204 jiwa (sensus tahun 2010). Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama tahun 1990-2000 adalah 1,20% per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22% per tahun. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 2010 adalah sebesar 188 jiwa per km2. Pada tahun 2010 penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak yang tinggal di daerah perdesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di perdesaan adalah 6,60 juta jiwa (50,84 persen) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,38 juta jiwa (49,16 persen).Tabel 446Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2010

Tabel 447Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Usia

Potensi alamPropinsi Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, yang dikelola baik oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.Namun selain itu, salah satu sektor yang juga sangat berperan dalam pertumbuhan Perekonomian Daerah Provinsi Sumatera Barat adalah sektor Pertanian, seperti ; Padi Sawah, Padi Ladang dan juga Jagung. Berikut tabel mengenai potensi alam Provinsi Sumatera Utara dari sektor Pertanian dan juga Perkebunan;

Tabel Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Jagung menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas dan Produksi Karet Tanaman menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas, Produksi Tanaman Kelapa Sawit menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas, Produksi Tanaman Kopi Arabika menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas, Produksi Tanaman Kelapa menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel Luas, Produksi Tanaman Coklat menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Kegiatan PerekonomianKegiatan Perekonomian di Provinsi Sumatera Utara tergolong tinggi, dengan laju pertumbuhan yang juga cukup tinggi pada semua sektor lapangan usaha dalam beberapa tahun terakhir, yang juga sangat berperan dalam memberikan efek yang relative besar bagi perekonomian Provinsi Sumatera Utara dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data yang diperoleh pertumbuhan perekonomian dari semua sektor lapangan usaha pada tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2010 juga mengalami pertumbuhan yang linear, hal tersebut dibuktikan dengan ulasan mengenai PDRB Provinsi sumatera Utara seperti yang disajikan pada tabel berikut;

Produk Domestik Regional Bruto dengan Pendekatan Pendapatan (Regional Income) Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 - 2010No.Lapangan Usaha2009*)2010**)

Pertanian 54 431,1963 181,84

Pertambangan dan Penggalian3 229,573 789,75

Industri55 050,5863 293,45

Listrik, Gas & Air Minum2 324,642 609,89

Bangunan14 901,5517 519,79

Perdagangan, Hotel & Restoran44 941,6652 384,32

Pengangkutan &Komunikasi21 040,7524 907,45

Keuangan, Asuransi, Usahaper-sewaan bangunan & tanah, JasaPerusahaan/15 728,6818 203,83

Jasa Kemasyarakatan, Sosial& Perorangan/24 704,9929 809,88

PDRB236 353,62275 700,21

PDRB Tanpa Migas234 473,45273 537,05

Sumber: BPS Provinsi Sumatera UtaraKeterangan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

Distribusi Persentase PDRB dengan Pendekatan Pendapatan (Regional Income) Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga BerlakuTahun 2009 - 2010No.Lapangan Usaha2009*)2010**)

Pertanian 23,0322,92

Pertambangan dan Penggalian1,371,37

Industri23,2922,96

Listrik, Gas & Air Minum0,980,95

Bangunan6,306,35

Perdagangan, Hotel & Restoran19,0119,00

Pengangkutan &Komunikasi8,909,03

Keuangan, Asuransi, Usahaper-sewaan bangunan & tanah, JasaPerusahaan/6,656,60

Jasa Kemasyarakatan, Sosial& Perorangan/10,4510,81

PDRB100,00100,00

PDRB Tanpa Migas99,2099,22

Sumber: BPS Provinsi Sumatera UtaraKeterangan: * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

Dengan mengacu pada tabel diatas, maka dapat diperoleh gambaran bahwa, Distribusi Pendapatan paling besar bagi Provinsi Sumatera Barat dari sektor industri yang pada tahun 2009 mencapai 23,29 % dengan angka 55.050,58 dan pada tahun 2010 secara persentase mengalami penurunan mencapai 22,96 % namun secara angka pendapatan meningkat mencapai angka 63.293,45. Selain sektor Industri yang merupakan pendapatan terbesar lainnya Provinsi Sumatera Utara adalah dari sektor Pertanian yang pada tahun 2010 memberikan pendapatan sebesar 22,92 dengan angka pendapatan 63 181,84. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor yang sangat berpengaruh atau dapat juga dikatakan yang utama terhadap Sektor Perekonomian Provinsi Sumatera Utara kaitannya dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sektor Pertanian dan juga sektor Industri.

Pengembangan Industri Unggulan Propinsi Sumatera UtaraProvinsi Sumatera Utara menentukan pengolahan kelapa sawit dan pengolahan karet alam sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan hasil analisa terhadap kondisi dan potensi ekonomi daerah dan potensi pengembangan lima tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain. Pengembangan industri unggulan tersebut disusun dalam bentuk Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun 2010-2014. Diharapkan peta panduan pengembangan komoditi unggulan tersebut dapat menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan industri di Sumatera Utara, khususnya industri pengolahan sawit dan industri pengolahan karet bagi semua stake holder. Peta pengembangan Industri Unggulan Propinsi Sumatera Utara :Rencana pengembangan industri pengolahan karet Industri inti : Industri sir, komponen kendaraan bermotor, sarung tangan Industri penunjang : industri alat angkut, Industri kendaraan bermotor Industri terkait : Industri perabotan, tas, kotak, kerajinan, sandal Lokasi : Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Asahan dan Kabupaten Nias Sasaran : Jangka Panjang (2010-2025) : Sebagai pemasok utama komponen industri untuk kebutuhan lokal Meningkatkan komoditas ekspor Mendirikan industri pengolahan berbasis karet Jangka Menengah (2010-2014) : Diversifikasi produk ke arah produk karet engineering Bertambahnya lahan perkebunan karet Perluasan pasar dalam dan luar negeri Strategi: Meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk karet engineering Peningkatan kwalitas SDM petani maupun pengolah karet Penguatan kelembagaan Mendorong investasi industri pengolahan karet Membangun kemitraan antara petani dengan industri pengolahan karet Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi Rencana aksi: Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010-2014) Meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung Meningkatkan keamanan berusaha dan insentif pajak Mengembangkan industri hilir karet Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2010-2025) Mengembangkan Klaster Promosi investasi untuk industri terkaitRencana pengembangan industri pengolahan kelapa sawit Industri inti : Industri CPO dan industri minyak goreng Industri penunjang : Pengolahan kelapa sawit, industri blower, dan industri screw driver Industri terkait: Industri olein, industri stearin, dan industri fatty aci Lokasi : Kawasan industri Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun Sasaran : Jangka Panjang (2010-2025) : Meningkatkan ekspor hasil industri hilir CPO Jangka Menengah (2010-2014) : Terjadinya peningkatan kapasitas produksi dan investasi Berdirinya industri hilir CPO (biodiesel) Strategi : Peningkatan kwalitas dan produksi buah tandan segar kelapa sawit Peningkatan pengolahan kelapa sawit Peningkatan kwalitas SDM petani maupun pengolah kelapa sawit Penguatan kelembagaan Mendorong investasi industri pengolahan kelapa sawit Membangun kemitraan antara petani ubi kayu dengan pengusaha pengolahan kelapa sawit Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi Rencana aksi: Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah (2010-2014) Meningkatkan fasilitas pendukung Peningkatan diversifikasi produk Pengembangan industri hilir CPO Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2010-2025) Pengembangan industri hilir CPO Promosi investasi untuk industri terkait

Data Umum dan Rencana Pengembangan Industri Unggulan Propinsi Sumatera Barat

Data Umum Kondisi Wilayah Propinsi Sumatera BaratKondisi geografisSumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengahpulau Sumaterayang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Luas daratan provinsi ini adalah 42.297,30 km yang setara dengan 2,17% luasIndonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupihutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan denganSamudera Hindiasepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km.Kepulauan Mentawaiyang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.

Penduduk

Potensi alamKegiatan perekonomian

Pengembangan Industri Unggulan Propinsi Sumatera BaratProvinsi Sumatera Barat menentukan produk pengolahan kakao, pengolahan ikan dan makanan ringan sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan hasil analisa terhadap kondisi dan potensi ekonomi daerah dan potensi pengembangan lima tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain. Dalam rangka mengembangkan industri unggulan tersebut, telah disusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun 2010-2014.

Rencana pengembangan industri pengolahan kakao Industri inti : Fermentasi biji kakao, Industri produk antara (bubuk kakao, lemak kakao, pasta kakao). Industri penunjang : Industri mesin dan peralatan, industri kemasan kertas dan plastik. Industri terkait : Industri makanan berbasis kakao (coklat), industri kosmetik Lokasi : Industri fermentasi : Kota Sawahlunto, Kabupaten Padang Pariaman, Pasaman, Agam, 50 Kota, dan Pasaman Sumatera Barat Industri pengolahan kakao : Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman Industri makanan berbasis coklat : Kota Padang, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, dan Kabupaten Tanah Datar. Sasaran : Jangka Panjang (2010-2025) :

Meningkatnya kerjasama antar wilayah se Sumatera Barat dan se Sumatera dalam hal perdagangan kakao Tumbuhnya UKM pengolahan biji kakao di Sumatera Barat Meningkatnya ekspor coklat olahan ke berbagai daerah/negara Jangka Menengah (2010-2014) Meningkatnya produksi kakao Meningkatnya mutu biji kakao melalui fermentasi Meningkatnya ekspor biji kakao terutama yang difermentasi Terjalinnya interkoneksitas antar wilayah penghasil kakao di Sumatera Barat Kuatnya lembaga petani kakao Strategi: Sektor : Menumbuhkan industri pengolahan coklat yang berkualitas tinggi di Sumatera Barat Teknologi : Penguasaan teknologi pengolahan coklat kualitas tinggi, mendorong tumbuhnya teknologi budidaya dan pasca panen kakao, dan peningkatan produksi biji kakao fermentasi

Rencana aksi: Mem.......... Peningk....

Rencana pengembangan industri pengolahan hasil laut Industri inti : Industri pengalengan ikan, pembekuan ikan, pengeringan ikan, surimi Industri Penunjang : Industri peralatan, industri pemasok bahan baku (perikanan tangkap dan perikanan budidaya), industri pemasok bahan penolong (industri es, industri kimia/bahan pengawet, industri pengemasan (kaleng tahan karat)). Industri terkait : Industri perkapalan Lokasi : Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sasaran : Jangka Panjang (2010-2025) : Pengembangan teknologi pengolahan hasil laut yang lebih modern dalam rangka meningkatkan produk hasil laut yang sesuai dengan standar internasional. Meningkatkan pemanfaatan limbah hasil laut sebagai bahan pangan fungsional dan farmasi/suplemen (gelatin, khitin, khitosan). Pengembangan klaster pertunaan dan perudangan dalam rangka percepatan pertumbuhan industri hasil laut di sentra produksi terpilih. Terjaminnya infrastruktur, misalnya peti kemas, energi listrik, transportasi darat Termanfaatkannya air laut dalam (deep sea water) untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi. Meningkatnya kerjasama antar wilayah penghasil ikan tuna, pengolahan hasil laut (asin, teri, dll) se Sumatera Barat Berkembangnya UKM pengolahan ikan tuna, asin, dan teri.

Jangka Menengah (2010-2014) Terjaminnya ketersediaan bahan baku dan bahan penolong. Tercapainya diversifikasi produk pengolahan hasil laut. Produk hasil laut sudah mengacu pada standarisasi, seperti SNI, food safety, HACCP, GMP (Good Manufacturing Practices), dan Codex. Pengembangan industri pendukung untuk kontinuitas sumber bahan penolong industri pengolahan hasil laut (pelabuhan, TPI, pabrik Es, Transportasi, BBM dan energi listrik). Berdirinya industri pengalengan di Pasaman Barat Berdirinya industri surimi di Padang Meningkatnya utilitas kapasitas industri pengolahan hasil laut dalam negri Meningkatkan peran perguruan tinggi untuk penyediaan SDM bidang industri pengolahan hasil laut yang siap pakai Pengembangan dan penguatan Litbanghasil laut di kawasan industri pengolahan hasil laut dalam rangka meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk. Pembatasan ekspor ikan segar dalam rangka meningkatkan pasokan bahan baku ikan segar untuk industri pengolahan ikan dalam negeri Tumbuhnya industri pengolahan yang berbasis ikan tuna Tumbuhnya ekspor ikan tuna olahan ke berbagai negara Terkoordinasinya interaksi jaringan kerja yang saling mendukung dan menguntungkan serta peran aktif antara pusat dan daerah, dunia usaha, lembaga penelitian dan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan industri pengolahan hasil laut. Terjadinya kerjasama antar wilayah penghasil ikan tuna, asin, dan teri di Sumatera Barat Berkembangnya industri pengolahan ikan (ikan kering, surimi, kaleng, tuna filet dan stick) Meningkatnya penyerapan tenaga kerja Meningkatnya daya saing produk ikan olahan Berkembangnya pangsa pasar produk pengolahan ikan Meningkatnya ekspor ikan olahan. Strategi : Memperkuat keterkaitan pada semua tingkat rantai nilai dari industri pengolahan hasil laut. Mengutamakan pasokan bahan baku hasil laut untuk industri pengolahan hasil laut di Sumatera Barat. Menerapkan teknologi modern untuk mengolah hasil laut sehingga produk sesuai standarisasi seperti SNI, food safety, HACCP, GMP dan Codex Memperluas penetrasi pasar dan promosi produk Mendorong pengembangan SDM industri siap pakai khususnya di bidang manajemen mutu dan teknik produksi Mengembangkan dan menguatkan litbang industri pengolahan hasil laut dalam rangka meningkatkan jaminan mutu dan keamanan produk.

Rencana aksi: Mem.......... Peningk....

Rencana pengembangan industri makanan ringan : Industri inti : Pengolahan pangan. Ind. penunjang: industri mesin peralatan, industri kemasan. Industri terkait : Makanan dan minuman Lokasi : Kota Padang, Bukit Tinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, Solok, serta kabupaten Tanah Datar, 50 Kota, dan Padang Pariaman. Sasaran : Jangka Panjang (2010-2025) : Meningkatnya pengolahan pangan yang higienis Adanya industri besar pengolahan pangan di Sumatera Barat Terdapatnya pengolahan pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi Terdapatnya ekspor pangan Sumatera Barat ke manca negara Jangka Menengah (2010-2014) Meningkatkan pangsa pasar pengolahan pangan Meningkatnya produk pengolahan pangan yang bebas dari BTP yang dilarang Meningkatkan kemitraan pengusaha pangan dengan pengusaha jasa perhotelan dan biro perjalanan Meningkatkan kualitas kemasan pangan Strategi : Koordinasi pengadaan dan jaminan ketersediaan bahan baku, Peningkatan teknologi produksi pengolahan yang menjamin produk pangan merupakan produk yang aman dan bergizi, Peningkatan peran kelembagaan pengolahan pangan, Kemitraan dengan lembaga kepariwisataan dalam pemasaran produk.Rencana aksi: Mem.......... Peningk....

Data Umum dan Rencana Pengembangan Industri Unggulan Propinsi Kalimantan BaratData Umum Kondisi Wilayah Propinsi Kalimantan BaratKondisi geografisProvinsi Kalimantan Barat terletak di antara garis 2o08 LU serta 3002 LS serta antara 108o30 BT dan 114o10 BT pada peta bumi. Kalimantan Barat termasuk salah satu Provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Sarawak, MalaysiaTimur. Antara Kalimantan Barat dan Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara dari Pontianak Entikong Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar enam sampai delapan jam perjalanan.Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat merupakan daratan berdataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km2 atau 7,53 persen dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan sekitar 850 km dari Barat ke Timur. Dilihat dari besarny