draft skripsi

27
DRAFT SKRIPSI DRAFT SKRIPSI Nama : Sadar Nim : 20402107124 Jur/Fak : Pendidikan Matematika / Tarbiyah dan Keguruan Judul : Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Manajemen Diri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng Kab. Bone. A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.[1] Pengalaman pembangunan di Negara-negara yang sudah maju, khususnya Negara- negara Barat membuktikan bahwa betapa besar peran pendidikan dalam proses pembangunan.[2] Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis ini tidak hanya disebabkan karena anggaran pemerintah kepada pendidikan yang sangat rendah untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga ahli, visi serta politik pendidikan Nasional yang tidak jelas. Dalam berbagai forum seminar dimunculkan beberapa kritik bahwa konsep pendidikan Nasional telah tereduksi menjadi pengajaran, yang kemudian pengajaran menjadi semakin sempit menjadi kegiatan di kelas. Untuk itu perlu usaha keras agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana diungkapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

Upload: eman-rastafara

Post on 09-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Skripsi

DRAFT SKRIPSIDRAFT SKRIPSI

Nama         : SadarNim            : 20402107124Jur/Fak     : Pendidikan Matematika / Tarbiyah dan Keguruan

Judul          : Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Manajemen Diri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng Kab. Bone.

A.     Latar Belakang

Dalam kehidupan suatu Negara, pendidikan memegang  peranan yang sangat penting

untuk menjamin  kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana

untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.[1] Pengalaman

pembangunan di Negara-negara yang sudah maju, khususnya Negara-negara Barat membuktikan

bahwa betapa besar peran pendidikan dalam proses pembangunan.[2]

Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis ini

tidak hanya disebabkan karena anggaran pemerintah kepada pendidikan yang sangat rendah

untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga ahli, visi

serta politik pendidikan Nasional yang tidak jelas. Dalam berbagai forum seminar dimunculkan

beberapa kritik bahwa konsep pendidikan Nasional telah tereduksi menjadi pengajaran, yang

kemudian pengajaran menjadi semakin sempit menjadi kegiatan di kelas.

Untuk itu perlu usaha keras agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana

diungkapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kebribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.[3]

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan

suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan

manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Matematika merupakan salah satu  mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan

prosentase jam pelajaran yang lebih dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Ironisnya,

Page 2: Draft Skripsi

matematika termasuk mata pelajaran yang tidak disukai. Banyak siswa yang takut akan pelajaran

matematika karena menurut mereka matematika itu suatu pelajaran yang sulit untuk dipahami.

Ketakutan–ketakutan tersebut tidak hanya dari dalam diri siswa akan tetapi juga dari

ketidakmampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada

matematika.

Mengingat pentingnya matematika dalam menumbuhkan generasi dengan kemampuan

mengadopsi dan mengadakan inovasi Sains dan Teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh

dibiarkan adanya anak–anak muda yang buta matematika. Kebutaan yang dibiarkan akan

menjadi suatu kebiasaan, membuat masyarakat kehilangan kemampuan berfikir secara disiplin

dalam menghadapi masalah–masalah nyata.

Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Ulaweng adalah

rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang dikemas dalam

bentuk soal yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep suatu pokok

bahasan tertentu. Kemampuan siswa yang rendah dalam aspek pemecahan masalah merupakan

hal penting yang harus ditindaklanjuti.

Kondisi tersebut merupakan gambaran proses pembelajaran yang terjadi di kelas

XI SMA Negeri 1 Ulaweng kabupaten Bone. Guru dalam menyajikan materi pembelajaran

matematika yang masih bersifat menoton dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik

belajar matematika. Dalam situasi masalah ini siswa menjadi bosan karena tidak adanya inovasi,

kreatifitas sehingga siswa belum dilibatkan secara aktif. Dengan demikian guru sulit

mengembangkan atau meningkatkan pembelajaran agar benar-benar berkualitas.

Model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran matematika adalah model

pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar yang

menyenangkan sehingga kreatifitas siswa lebih nampak. Model pembelajaran tentu tidak harus

kaku menggunakan model pembelajaran tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana artinya

memilih model pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam

perencanaan pembelajaran.

Mencermati hal tersebut di atas, guru harus memilih model pembelajaran yang tepat dan

dapat meningkatkan iklim pembelajaran yang kreatif serta bermakna sekaligus siswa lebih

menguasai dan memahami pelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Maka saya akan

mencoba solusi atas masalah yang dihadapi oleh siswa SMA Negeri 1 Ulaweng yaitu suatu

model pembelajaran Manajemen Diri.

Page 3: Draft Skripsi

Manajemen Diri adalah aplikasi terbaru dari pandangan behavior dalam belajar, yaitu

membantu siswa agar mampu mengontrol kegiatan belajar.[4]

Adapun langkah-langkah pada model pembelajaran Manajemen diri adalah sebagai

berikut:

1.      Membantu siswa belajar menentukan tujuan

Guru membantu siswa-siswi untuk menambah banyak soal matematika yang sudah ditetapkan

untuk dikerjakan sendiri.

2.      Mencatat dan mengevaluasi kemajuan

Siswa berpartisipasi dalam fase pencatatan dan evaluasi dari program perubahan prilaku,

misalnya banyaknya tugas yang diselesaikan, waktu yang dihabiskan dalam mengerjakan tugas.

3.      Penguatan diri (Self Reinforcement)

Memberikan hadiah kepada siswa karena sukses mencapai prestasi atau kinerja yang sudah

ditetapkan serta memberikan selamat pada siswa untuk perilaku tertentu, menghargai kinerja

yang baik dan mengadministrasikan sendiri hadiah materi atau hadiah social yang diterima dari

serangkaian kegiatan yang dilakukan.[5]

Adapun keunggulan pada model pembelajaran Manajemen Diri.adalah sebagai berikut :1.      Berpusat pada prinsip manajemen diri.2.      Penekanan pada perilaku tanggung jawab dan disiplin.3.      Mengimplementasikan program perubahan  perilaku peserta didik.4.      Bisa dijadikan pedoman perilaku pserta didik sehari-hari.5.      Bisa dicapai dalam

waktu  yang  singkat,  bukan  tujuan  jangkapanjang,  yang  harus  dicapai  dalam jangka waktu yang  lama

6.      Menantang, sukar, tetapi dapat dicapai, bukan terlalu mudah atau terlalu sukar.[6]

Penelitian ini sebelumnya pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Irma

Hermansih di Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul penelitiannya adalah Model

Pengembangan Manajemen Diri Dalam Proses Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Panumbangan.

Keseluruhan hasil yang diperoleh setelah penelitian didapatkan kategori nilai yang

meliputi pengetahuan, kreativitas, dan kedisiplinan, yaitu 8 (20%) siswa  sangat menguasai dan

memiliki kategori tersebut, 24 (60%) siswa  menguasai kategori dengan baik dan 8 (20%)  siswa

cukup menguasai kategori tersebut. Dalam hal perolehan nilai tertulis siswa didapatkan setelah

penelitian selesai, terdapat 23 (57,5%) siswa sangat menguasai materi pembelajaran secara

Page 4: Draft Skripsi

teoretis dan 17 (42%) siswa menguasai materi pembelajaran secara teoretis. Dari hasil penelitian

di atas dapat disimpulkan bahwa, penerapan model pengembangan manajemen diri melalui

peniruan gerak burung merak di kelas VII-A SMP Negeri I Panumbangan dapat dikatakan

berhasil.[7]

Dengan berpijak pada beberapa persoalan yang ada, maka hal itulah yang mendorong

bagi peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang telah ada, maka penulis

tertarik dan merasa perlu untuk mengadakan penelitian, dengan judul :

“Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Manajemen

Diri Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng Kabupaten Bone”.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :

1.      Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1

Ulaweng Kab. Bone sebelum menggunakan Model Manajemen Diri?

2.      Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1

Ulaweng Kab. Bone setelah menggunakan Model Manajemen Diri?

3.      Apakah dengan menggunakan model manajemen diri pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Ulaweng Kab. Bone dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah  matematika?

C.    Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis

dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum merupakan jawaban yang empirik dengan data.[8]

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat

sementara. Karena sifatnya yang hanya sementara maka kebenarannya perlu diuji kembali dalam

sebuah penelitian ilmiah, sehingga menjadi sebuah jawaban yang empirik dan dapat diterima

oleh semua orang.

Hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah: “ jika model manajemen

diri diterapkan dalam pembelajaran matematika, maka segala bentuk sikap atau perilaku siswa

Page 5: Draft Skripsi

akan berubah. Antara lain tumbuhnya rasa kedisiplinan diri pada siswa yaitu disiplin dalam

waktu mengajar, disiplin dalam menaati peraturan kelas dan sekolah, menciptakan rasa saling

menghargai sesama teman serta menanamkan rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga prestasi

belajarnya meningkat.

D.    Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.      Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1

Ulaweng Kab. Bone sebelum menggunakan Model Manajemen Diri?

2.      Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1

Ulaweng Kab. Bone setelah menggunakan Model Manajemen Diri?

3.      Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Ulaweng Kab. Bone menggunakan Model Manajemen Diri?

E.     Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar terutama dalam proses pembelajaran matematika dan hasilnya dapat bermanfaat

bagi:

1.      Siswa:

Dengan ditanamkannya manajenem diri diharapkan, baik sikap maupun perilaku siswa dapat

berubah menjadi lebih baik, terarah dan teratur.

2.      Guru:

Untuk memperluas wawasan pengetahuan dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran

sehingga PBM menjadi lebih berkualitas.

3.      Sekolah:

Bisa dijadikan bahan masukan dan pengayaan dalam penggunaan model-model khususnya dalam

pembelajaran matematika.

4.      Peneliti:

Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta dapat dijadikan perbandingan antara ilmu yang

sudah dipelajari dengan preaktek dilapangan.

F.     Definisi operasional variabel

Page 6: Draft Skripsi

Pengertian oprasional variabel dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas

tentang variabel-variabel yang diperhatikan sehingga dapat menyamakan persepsi antara penulis

dan pembaca. pengertian operasional variabel penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1.      Model manajemen diri

Manajemen diri adalah aplikasi terbaru dalam belajar yaitu membantu siswa agar mampu

mengontrol kegiatan belajarnya. Sebuah proses merubah “totalitas diri” intelektual, emosional,

spiritual, dan fisik kita agar apa yang kita inginkan (sasaran) tercapai.

2.      Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna

mencapai suatu tujuan yang  tidak begitu mudah segera dapat dicapai[9]. pemecahan masalah

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah matematika sebelum dan

sesudah menggunakan model manajemen diri.

G.    Kajian  Pustaka

1.      Pengertian belajar

Usaha memahami mengenai makna belajar ini diawali dengan mengemukakan beberapa

definisi tentang belajar. Ada beberapa defenisi tentang belajar antara lain dapat diuraikan sebagai

berikut:

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan

dengan cara mengolah bahan belajar.[10] Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan

oleh setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,

dimodofikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar.Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.[11]

Karena itu, belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, akibat dari

proses belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, hasil belajar,

sikap, tingkah laku, keterampilan kecakapan dan kemampuan serta perubahan aspek kualitas

yang terjadi pada diri individu.

Pada petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar matematika disebutkan bahwa

belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadi interaksi dengan sumber

belajar. Sumber belajar ini dapat berupa buku, guru atau sesama teman.

Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa hakekat belajar adalah “perubahan”. Dalam hal

ini yang dimaksudkan belajar berarti berusaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

Page 7: Draft Skripsi

membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,

sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa

raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, serta ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[12]

2.      Pengertian matematika

Definisi atau pengertian dari matematika itu sangat beragam. Beberapa definisi atau

ungkapan pengerian matematika hanya dapat dikemukakan terutama berfokus pada tinjauan

pembuat definisi itu.

Hal sedemikian ini dikemukakan dengan maksud agar pembaca dapat menangkap

dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli matematika. Karene begitu banyaknya, sehingga

muncul beraneka ragam definisi atau pengertian tentang matematika. Atau dengan kata lain tidak

terdapat satu definisi tentang matematika yang tunggal dan disepakai semua tokoh atau pakar

matematika. Dibawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika,

diantaranya:

a.       Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b.      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c.       Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan.

d.      Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan

bentuk.

e.       Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.[13]

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan

dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka.

Kata Matematika yang dalam bahasa Inggris Mathematic berasal dari bahasa

Yunani Mathemtike yang berarti yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai

akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science).

Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,

yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).[14]

Sedangkan menurut pandangan beberapa ahli, matematika adalah sebagai berikut:

Page 8: Draft Skripsi

a.       James dan James dalam kamus matematikanya mengemukakan bahwa matematika adalah ilmu

tentang bentuk, susunan, besaran, dan inquiri-inquiri yang berhubungan lainnya dengan jumlah

yang banyak.

b.      Kline mengemukakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

c.       Johnson dan Rising menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola

mengorganisasikan pembuktian yang logis; matematika itu adalah bahasa; matematika adalah

pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif

berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat-sifat atau

teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya;[15]

Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi dan deskripsi matematika di atas,

benar-benar menunjukkan begitu luasnya objek kajian dalam matematika. Matematika selalu

memiliki hubungan dengan disiplin ilmu yang lain untuk pengembangan keilmuan. Bagi guru,

dengan memahami hakikat definisi dan deskripsi matematika sebagaimana tersebut di atas

tentunya memiliki kontribusi yang sangat besar untuk menyelenggarakan proses pembelajaran

matematika secara lebih bermakna.

3.      Pengertian pemecahan masalah Matematika

Salah satu indikasi adanya transfer belajar adalah kemampuan menggunakan informasi

dan keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah. Akan tetapi, banyak siswa mungkin

masih sulit memecahkan masalah ini. Kesulitan sebagian besar siswa tentang masalah-masalah

ini tidak terletak pada perhitungan tetapi pada pengetahuan bagaimana memperjelas masalah

sehingga masalah tersebut dapat dipecahkan.

Hamzah Upu mengemukakan bahwa suatu situasi tertentu dapat merupakan masalah

bagi orang tertentu, tetapi belum tentu merupakan masalah bagi orang lain. Polya juga

mengatakan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan

guna mencapai suatu tujuan yang  tidak begitu mudah segera dapat dicapai.[16] Selain itu,

Bransford & Stern  mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu keterampilan yang

dapat diajarkan dan dipelajari.[17]

Kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa. Siswa

dapat memiliki kemampuan tersebut bila guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah

yang efektif terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut. Beyer

Page 9: Draft Skripsi

mengemukakan bahwa siswa dapat diajar strategi-strategi khusus untuk pendekatan pemecahan

masalah secara kreatif seperti berikut:

a.       Memikirkan ide-ide yang tidak umum

b.      Mencetuskan banyak ide

c.       Merencanakan

d.      Memetakan kemungkinan-kemungkinan

e.       Memadukan fakta-fakta

f.       Merumuskan masalah secara jelas.[18]

Pemecahan masalah dapat diselesaikan dengan benar apabila menggunakan prosedur dan

langkah-langkah yang benar. Polya mengajarkan sejumlah langkah-langkah untuk

menyelesaikan pemecahan masalah dengan benar, yaitu:

1. Pemahaman masalah, hal ini meliputi:

a)      Apakah yang tidak diketahui?

b)      Bagaimanakah kondisi soal?

c)      Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam persamaan atau bentuk lainnya?

d)     Apakah kondisi yang diberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan?

2. Perencanaan penyelesaian, langkah ini meliputi:

a)      Pernakah Anda menemukan soal seperti ini sebelumnya?

b)      Teori mana yang dapat digunakan dalam masalah ini?

c)      Dapatkah hasil metode yang lalu digunakan di sini?

d)     Apakah semua data dan kondisi sudah digunakan?

3. Pelaksanaan, langkah ini menekankan pada:

a)      Memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum?

b)      Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar?

4. Pemeriksaan kembali proses dan hasil, langkah yang harus diperhatikan:

a)      Dapatkah diperiksa sanggahannya?

b)      Dapatkah jawaban tersebut dicari dengan cara lain?

c)      Dapatkah anda melihatnya secara sekilas?

d)     Dapatkah cara atau jawaban tersebut digunakan untuk soal-soal yang lain?[19]

Pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan dalam

pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya dikonstruksikan kepada

Page 10: Draft Skripsi

siswa agar siswa tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik dalam soal

matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari.

4.      Manajemen Diri dalam Pembelajaran Matematika

Manajemen adalah suatu ilmu yang sering kita dengar dan dibicarakan pada saat

mengikuti kegiatan antara lain: seminar pendidikan atau rapat-rapat dikantor dan organisasi.

Sadar atau tidak, kita juga melaksanakannya setiap hari. Baik dalam konteks me-manage atau di-

manege. Manajemen secara umun diasosiasikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman

merencanakan, mengatur, menggerakkan dan mengendalikan sesuatu urusan sehingga tercapai

tujuan yang dikehendaki dengan sumber daya (resourcei)  yang terbatas.[20] Perlu digaris

bawahi mengenai recourceini, karena dengan recuorce yang tidak terbatas kita tidak perlu

manajemen. Yang terkait dalam manajemen di antaranya adalah strategi dan

kepemimpinan(leadership). Karena setiap orang yang mempraktekkan ilmu manajemen adalah

seorang pemimpin dan menggunakan strategi dalam mencapai tujuannya.

Manajemen mengandung arti optimalisasi sumber-sumber daya atau pengelolahan dan

pengendalian. Optimalisasi sumber-sumber daya yang berkenaan dengan pembelajaran

matematika ialah pemberdayaan siswa yang merupakan alternatif paling tepat untuk

mewujudkan siswa yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi dimana siswa dilatih untuk

bersikap dan bertanggung jawab terhadap peraturan segala perilakunya sendiri.

Apa itu manajemen diri? Secara sederhana, manajemen-merujuk pada Kamus Besar

Bahasa Indonesia memiliki dua arti, yaitu; (1) penggunaan sumber daya secara efektif untuk

mencapai sasaran; dan (2) pimpinan yang bertanggungjawab atas jalannnya perusahaan dan

organisasi. Dalam kajian kita saat ini, arti pertama yang relevan dan perlu kita eksplorasi lebih

lanjut.[21]

Selanjutnya, apa arti “diri” atau “saya”? Apakah yang kita sebut “diri” itu adalah

akumulatif dari pikiran kita, seperti yang dikatakan David J. Schwarz bahwa “Kita adalah apa

yang kita pikirkan tentang diri kita”, atau jargon yang diucapkan oleh Rene Descartes, “Saya

berpikir, maka saya ada”? Apakah diri itu adalah apa yang kita rasakan, seperti yang dinyatakan

Andre Gide, “Saya merasa, maka saya ada”? Apakah diri itu adalah perbuatan; tindakan;

kebiasaan kita, seperti ucapan Albert Camus, “Saya memberontak, maka itulah saya”, atau

pernyataan Aristoteles, “Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang.” Atau, ungkapan

Nurcholis Madjid, “Aku berbuat, maka aku ada”? Apakah diri itu gabungan dari pikiran dan

perasaan kita, sebagaimana dalam konsep “ego” Muhammad Iqbal, bahwa ego (diri) adalah suatu

Page 11: Draft Skripsi

kesatuan perasaan-perasaan – mental - kehidupan personal dan merupakan bagian dari sistem

pemikiran. Dan, apakah diri itu adalah gabungan dari semua itu? Wallâhu a’lamu.

Kata “diri” (anfûs) - jamak dari nafsun - dalam Al-Quran banyak maknanya,

diantaranya: rûh (nyawa), dhamîr (hati nurani), jinsun (jenis), dan syahshiyah (pribadi) atau

“totalitas manusia” dimana terpadu jiwa-raga manusia. Nah, makna yang terakhirlah yang kita

maksud dengan “diri” itu. Yang kita sebut diri, pribadi, individu, adalah totalitas manusia

sebagai perpaduan dari jasad dan ruhani, fisik yang bisa kita lihat dan sesuatu yang tak terlihat

yang menggerakan fisik (hati; pikiran; jiwa). Diri adalah totalitas dari pemikiran, keinginan, dan

gerakan kita dalam ruang dan waktu. Dengan kata lain, perpaduan antara intelektual, emosional,

spiritual, dan fisik.

Aplikasi terbaru dari pandangan behavioral dalam belajar adalah manajemen diri, yaitu

membantu siswa agar mampu mengontrol kegiatan belajarnya.[22] Peran siswa dalam kegiatan

belajarnya merupakan perhatian utama dari para psikolog dan para pendidik saat ini. Perhatian

ini tidak terbatas pada beberapa kelompok atau teori tertentu. Penelitian dari berbagai bidang

yang berbeda menyatu dalam satu ide penting, yaitu tanggung jawab dan kemampuan belajar

pada diri siswa. Manning, Zimmerman dan Scunk menyatakan bahwa tidak ada orang yang

mampu belajar demi kepentingan orang lain.[23]

Satu alasan yang membuat para psikologi tertarik pada manajemen diri siswa adalah

karena siswa diajar dengan metode prilaku klasik sehingga sangat jarang menggeneralisasikan

hasil belajarnya pada situasi baru.[24] Sebagai contoh, siswa yang biasanya kurang perhatian

bisa belajar dengan penuh perhatian apabila mereka diberi penguatan (reinforcement) secara

sistematis dalam kelompok kecil. Akan tetapi, apabila mereka dikembalikan ke kelas reguler,

mereka tidak membawa keterampilan barunya. Banyak psikolog perilaku memutuskan

generalisasi akan didorong apabila siswa menjadi partner dalam prosedur perubahan prilaku.

Tentang hal ini, Donald Meichenbaum sukses mendidik siswa implusif untuk berbicara tentang

dirinya melalui penugasan.[25] Jadi terbukti bahwa siswa akan memperoleh keuntungan dari

kegiatan, yang oleh Donald Meichenbaum disebut modifikasi kognitif.

Didasarkan pada pemaparan di atas maka pengembangan manajemen diri pada

pembelajaran matematika melibatkan siswa dalam mengimplementasikan program perubahan

perilaku dasarnya, di mana siswa bisa belajar untuk menentukan tujuan, mengobservasi

pekerjaannya sendiri, mencatat perkembangan perilaku, dan mengevaluasi kinerjanya sendiri.

Akhirnya dapat memilih dan memberikan penguatan untuk dirinya sendiri. Keterlibatan seperti

Page 12: Draft Skripsi

ini dapat membantu siswa belajar mengatur langkah kerjanya di masa mendatang sehingga siswa

mampu lebih mandiri. Untuk lebih jelasnya perubahan perilaku yang terjadi dalam diri kita,

didasarkan kepada langkah-langkah manajemen diri, diantaranya :

a.       Menentukan tujuan

Adler dalam teorinya tentang tujuan fiktif (fictional goal) menyatakan: “bahwa perilaku

seseorang diarahkan kepada tujuan di masa mendatang yang sudah disusun sendiri”. Apabila

tujuan sudah diketahui maka tindakan siswa selanjutnya akan lebih mantap dan perjalanan

hidupnya akan lebih berarti sehingga keberadaan tujuan itu sendiri akan berpengaruh terhadap

perilaku.[26] Maka jelaslah bahwa dalam proses pembelajaran matematika, siswa sangat penting

untuk mampu menyusun tujuannya sendiri, sebaliknya guru harus berusaha secara maksimal

untuk membimbing siswa dalam menyusun tujuan belajarnya, sehingga bisa dijadikan pedoman

perilakunya sehari-hari baik di kelas maupun di luar kelas.

Tujuan yang disusun sendiri oleh siswa bersangkutan akan jauh lebih efektif dalam

meningkatkan kinerja dan prestasi siswa tersebut. Tampaknya fase penentuan tujuan sangat

penting dalam manajemen diri, beberapa penelitian menganjurkan bahwa menetapkan tujuan dan

mengumumkannya merupakan elemen yang amat penting dari program manajemen diri. Untuk

itu tujuan yang disusun dalam pembelajaran matematika akan efektif apabila : 1) bisa dicapai

dalam waktu yang singkat, bukan tujuan jangka panjang, yang harus dicapai dalam jangka waktu

yang lama, 2) spesifik, bukan tujuan yang bersifat umum (global), 3) menantang, sukar, tetapi

dapat dicapai, bukan terlalu mudah atau terlalu sukar.

b.      Mencatat dan mengevaluasi kemajuan

Dalam pembelajaran matematika siswa juga bisa berpartisipasi dalam fase pencatatan

dan evaluasi dari program perubahan perilaku. Beberapa contoh perilaku yang tepat untuk dicatat

sendiri, antara lain banyaknya tugas yang diselesaikan, waktu yang dihabiskan untuk

mengerjakan tugas yang diberikan, banyaknya buku-buku yang dibaca, dan frekuensi

meninggalkan kelas tanpa permisi. Tugas yang harus dikerjakan tanpa pengawasan guru, seperti

pekerjaan rumah dan belajar mandiri, juga merupakan contoh yang baik untuk memonitor diri.

Begitu juga dalam pembelajaran matematika, hal ini menunjukkan adanya efektivitas

monitoring diri terhadap kinerja siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang dibimbing

untuk memonitor dirinya dan selalu membuat catatan harian tentang perilakunya menunjukkan

peningkatan baik pada perilaku belajar dan prestasi belajarnya. Akhirnya untuk melihat dan

mempermudah kinerja siswa dalam mengevaluasi diri dan monitoring diri dapat dibantu dengan

Page 13: Draft Skripsi

cheklist, kunci skor, laporan kemajuan periodik, atau alat lain yang dapat membantu siswa

mengetahui apa yang sudah dicapai tentang tujuannya berdasarkan pekerjaan yang sudah

dilakukan. Pada teknik ini, tanggung jawab untuk melakukan monitoring dan manajemen

perilaku siswa ada di tangan siswa itu sendiri, dengan cara yang dirasakan tidak membebani

siswa karena mereka merasa tertarik dan senang.

c.       Penguatan diri ( self reinforcement)

Langkah terakhir dalam manajemen diri adalah penguatan diri. Seorang psikolog

menyatakan bahwa penguatan diri sangat meningkatkan nilai dari prinsip penguatan jika

diterapkan pada perilaku manusia. Ada tiga proses untuk mewujudkan penguatan diri, ketiga

proses tersebut, yaitu 1) observasi diri, yakni saat seseorang mengobservasi perilakunya; 2)

keputusan, yakni saat seseorang memutuskan apakah perilakunya sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan; 3) respons diri, yakni saat seseorang memberikan respons kepada dirinya berdasarkan

keputusan yang diambil.[27]

Berdasarkan uraian di atas maka penguatan diri dalam pembelajaran matematika

sangatlah membantu siswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi atau siswa yang kurang

akurat dalam menentukan ukuran kesuksesan dan diharapkan nantinya dapat menarik perhatian

siswa ke arah tujuan yang spesifik dan mendorong dirinya untuk menyatakan kepuasan secara

verbal dan memberikan hadiah kepada dirinya apabila tujuannya sudah tercapai. Penguatan diri

juga akan mendorong siswa dalam pencapaian tujuan berdasarkan usaha dengan dorongan

sendiri daripada usaha atas dorongan faktor-faktor dari luar.

H.    Metodologi Penelitian

1.      Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Researh).Penelitian

tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program

dalam kegiatannya sendiri, jika dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah,

dan konselor dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan, dan

hambatan yang dihadapi untuk kemudian menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan

penyempurnaan.[28]

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama yang

meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi secara berulang.

Page 14: Draft Skripsi

[29] Pada penelitian ini meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut:

 

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

2.      Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ulaweng Kabupaten Bone,dengan subjek

penelitiannya siswa kelas XI semester 2 (genap) tahun pelajaran 2011/2012.

3.      Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dan kalau target belum

terpenuhi  dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Setiap siklus dilaksanakanselama 4 kali

pertemuan.

Kedua siklus tersebut merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Artinya, setiap

siklus dilaksanakan berdasarkan siklus sebelumnya. Selanjutnya diuraikan gambaran mengenai

kegiatan yang dilakukan dalam masing-masing siklus penelitian sebagai berikut:

Gambaran Umum Siklus I

1.      Tahap Perencanaan.

Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk melakukan suatu tindakan, pada tahap ini

langkah – langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 15: Draft Skripsi

a.       Menetapkan status sistem pengajaran, termasuk mengkaji kurikulum SMA Negeri 1 Ulaweng untuk mata

pelajaran matematika dan hal-hal yang berhubungan dengan kondisi siswa.

b.      Menyusun rencana pembelajaran dengan menganalisis materi yang akan diajarkan untuk setiap

pertemuan.

c.       Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana keaktifan siswa ketika pelaksanaan tindakan

berlangsung.

d.      Membuat soal yang akan diujikan sebelum pelaksanaan tindakan, siklus 1 dan akhir siklus berikutnya.

e.       Membuat alat penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa.

2.      Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah:

a.       Menguji cobakan desain yang telah dibuat pada proses perencanaan.

b.      Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun sebelumnya.

c.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendikusikan dan mengerjakan soal-soal   yang berkaitan

dengan materi yang telah diajarkan.

d.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evalusi.

e.       Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. 

3.      Tahap Pengamatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktifitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang memuat faktor

yang diamati yaitu:

a.       Kehadiran siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

b.      Kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

c.       Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar seperti menjawab pertanyaan, memberikan

saran/pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi jawaban.

d.      Siswa yang mencari solusi atau jawaban dari pertanyaan atau  masalah yang diajukan.

e.       Siswa yang mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

f.       Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dan keberanian untuk

mempresentasekan di depan kelas.

g.      Kemampuan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah disajikan.

4.      Tahap Refleksi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan dan menganalisa hasil yang

didapat dari evaluasi tindakan serta dalam observasinya. Dari hasil ini guru dapat merefleksi diri,

Page 16: Draft Skripsi

apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa pada materi yang diajarkan, jika belum maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Gambaran Umum Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama siklus I dan   dengan mengadakan

perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Namun jika penelitian ini belum berhasil maka

dilanjutkan ke siklus ketiga dan seterusnya.

4.      Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penelitian

karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan demikian, instrumen harus

relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti, agar supaya memperoleh data yang akurat.

Adapun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a.    Observasi

Observasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengamati aktivitas belajar

matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng pada saat proses belajar mengajar

berlangsung dengan menggunakan strategi berbagi pengetahuan secara aktif.

b.    Tes Hasil Belajar Matematika

Tes hasil belajar matematika merupakan instrumen penelitian yang digunakanuntuk mengetahui

hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswakelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng

Kabupaten Bone.

5.      Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1.      Data tentang situasi belajar di kelas pada saat berlangsungnya penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan lembar observasi.

2.      Data tentang peningkatan hasil belajar matematika yang diperoleh dari tes akhir.

6.      Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan

analisis kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data

mengenai hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng Kabupaten Bone dianalisis secara

kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik dari

subjek penelitian.

Page 17: Draft Skripsi

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara verbal tentang

peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakannya tes. Adapun statistik deskriptif yang

dimaksud yaitu:

a.      Membuat tabel distribusi frekuensi

Tabel distribusi frekuensi dibuat dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1.      Menentukan rentang nilai, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.

Dimana :           Rentang Nilai

                           Data Terbesar

 Data Terkecil

2.      Menentukan banyak kelas interval

Dimana :           Kelas Interval.

                                               Jumlah Siswa.

3.      Menghitung panjang kelas interval.

4.      Menentukan ujung bawah kelas pertama.

Dimana :     Frekuensi yang sedang dicari persentasenya.

                                        Angka persentase.

                                         Jumlah frekuensi

5.      Membuat tabel distribusi frekuensi.

b.      Analisis Statistik Deskrpitif

1.      Presentase

Dimana:

                                               Angka persentase.

                                              Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

                                                 Jumlah frekuensi.[30]

2.      Menghitung rata – rata

Page 18: Draft Skripsi

Dimana :            Rata – rata

                          Frekuensi

 Titik tengah.[31]

3.      Mengkategorikan hasil belajar siswa dengan pedoman dibawah ini:Tabel 1:

Persentase Tingkat Penguasaan dan kategori Hasil Belajar

Tingkat penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar

0 – 34

35– 54

55 – 64

65 – 84

85 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi[32]

4.      Indikator keberhasilan (ketuntasan hasil belajar)

Ukuran dari indikator peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah apabila hasil tes

siswa sudah menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar. Menurut ketentuan Depdikbud bahwa

siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor minimal 65 dari skor ideal, dan tuntas

secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.

KOMPOSISI BABBAB I  PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang MasalahB.    Rumusan MasalahC.    Hipotesis

Page 19: Draft Skripsi

D.   Pengertian Judul dan Batasan OperasionalE.    Tujuan PenelitianF.     Manfaat PenelitianG.   Garis-Garis Besar Isi Skripsi

BAB II TINJAUAN  PUSTAKA                                                      A.   Pemecahan masalah MatematikaB.    Manajemen Diri dalam Pembelajaran Matematika

BAB III METODE PENELITIANA.   Jenis PenelitianB.    Subjek penelitianC.    Prosedur PenelitianD.   Teknik  pengumpulan DataE.    Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIANMeningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ulaweng Kab. Bone setelah diterapkan Model Manajemen Diri.BAB V PENUTUP

A.   KesimpulanB.    Implikasi Penelitian

DAFTAR PUSTAKADepdiknas.  Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar, diakses dari internet, tanggal

20/12/2010 www. google.com.Dimyati, Mudjiono. Belajar dan pembelajaran. Cet. IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009Djamarah, Syaiful Bahri. & Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Cet. III. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

2006HERMANSIH, Skripsi: Model Pengembangan Manajemen Diri Dalam Proses Pembelajaran Seni Tari

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Panumbangan. Universitas Pendidikan Indonesia. 2008

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_sdt_022219_chapter1.pdfhttp://repository.upi.edu/operator/upload/s_sdt_022219_chapter2.pdfKamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. 2001Kesro, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, Cet. I. Jakarta: Depdikbud. 1994Mulyasa,  E. Kurikulum Berbasis Kompetens; konsep,karakteristik dan implementasi. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.  2003Nur, Mohammad. & Prima, Retno Wikandari. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA. 2000

Page 20: Draft Skripsi

Purwanto, M. Ngalim. psikologo pendidikan. Cet. V. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1990Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Cet.IV.Jakarta:

Kencana. 2008Soedjadi, R. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia; Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan

Masa Depan. Jakarta; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS. 1999/2000.Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Cet. XIV. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004Sudjana, Nana. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Rosda Karya. 2000Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Cet. VI. Bandung:

Alfabeta. 2008Suharsimi, Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Cet. III, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008Suherman, Erman. Strategi Pembelajarn Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia. 2003Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. IV. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2008Uno, Hamzah B. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif .

Jakarta: PT. Bumi aksara. 2007Upu, Hamzah. Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika: Pegangan untuk

Dosen, Mahasiswa PPS, Calon Guru dan Guru Matematika. Bandung: Pustaka Ramadan. 2003Tiro, M. Arif. Dasar – Dasar Statistik. Cet. II. Makassar: State University of  Makassar Press. 2000Woolfolk, Anita E. Educational Phychology. Boston; Allin & Bacon. 1993

[1] E. Mulyasa,  Kurikulum Berbasis Kompetens;konsep,karakteristik dan implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,  2003), hlm. 15

[2] Nana Sudjana, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Rosda Karya, 2000), hlm. 94[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet.IV, Jakarta:

Kencana, 2008), hlm.1.[4] Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses belajar mengajar yang kreatif dan

efektif (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2007), hlm. 43.[5] Ibid, hlm. 44-52[6]  http://repository.upi.edu/operator/upload/s_sdt_022219_chapter2.pdf[7] Ibid. Hlm 7[8]Sugiono,Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). (Cet. VI;

Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 96.[9] Hamzah Upu, Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika:

Pegangan untuk Dosen, Mahasiswa PPS, Calon Guru dan Guru Matematika(Bandung: Pustaka Ramadan, 2003) h. 30-31.

[10] Dimyati, Mudjiono. Belajar dan pembelajaran, (Cet. IV; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 295.[11] M. Ngalim Purwanto, psikologo pendidikan, (Cet. V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 85.[12] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. III: Jakarta, PT. Rineka

Cipta, 2006), hlm. 39.[13] R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia ( Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju

Harapan Masa Depan ), (Jakarta; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999/2000,), hlm. 11.

Page 21: Draft Skripsi

[14] Erman Suherman. Strategi Pembelajarn Matematika Kontemporer.  (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia 2003). h.16.

[15] Kesro, Dasar-dasar Pendidikan MIPA, (Cet. I, Jakarta: Depdikbud, 1994), h. 2.[16] Op. Cit Hamzah Upu hlm. 30-21[17] Mohammad Nur & Retno Wikandari Prima, Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivis dalam Pengajaran, (Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA, 2000) h. 43

[18] Ibid.  hlm. 51[19] Hamzah Upu ,op cit., h. 34.[20] HERMANSIH, Skripsi: Model Pengembangan Manajemen Diri Dalam Proses Pembelajaran Seni

Tari untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Panumbangan,  (Universitas Pendidikan Indonesia: 2008)

[21] Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001: ....)[22] Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses belajar mengajar yang kreatif dan

efektif (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2007), hlm. 43.[23] Anita E. Woolfolk, Educational Phychology, (Boston; Allin & Bacon, 1993), hlm. 225.[24] Hamzah B. Uno, op. cit., hlm. 43[25] Anita E. Woolfolk, op cit., hlm. 225.[26] Hamzah B. Uno, op. cit., hlm. 43[27] http://repository.upi.edu/operator/upload/s_sdt_022219_chapter2.pdf[28] Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Cet. IV, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008) h. 48.[29] Suharsimi, Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas.(Cet. III,  Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h.27.[30] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Cet. XIV, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

h.43[31] M.Arif Tiro. Dasar – Dasar Statistik. (Cet. II, Makassar: State University of  Makassar Press, 2000)

h.133.[32] Depdiknas, Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar, diakses dari internet, tanggal

20/12/2010 www. google.com.