edit laporan jadi_2
DESCRIPTION
vhvTRANSCRIPT
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
LAPORANPRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI ( PERSERO )
PG. PADJARAKAN – PROBOLINGGO
Disusun oleh :
1. NURUL CHOTIJAH NIS. 3478 / 732 . 0532. RIADATUL BADIAH NIS. 3480 / 734 . 0533. SAFITRI NIS. 3482 / 736 . 0534. SUSMIATI NIS. 3489 / 743 . 0535. VITA APRILIA NIS. 3491 / 745 . 0536. WINDA GUSTI PRATIWI NIS. 3493 / 747 . 053
KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KIMIA
SMK NEGERI 1 GRATI
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 1
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
JULI 2012
LAPORAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI ( PERSERO )
PG. PADJARAKAN – PROBOLINGGO
Disusun sebagai salah satu syarat program pelaksanaan Prakerin
LEMBAR PENGESAHAN I
Laporan praktek kerja industri ini telah disetujui dan disahkan pada 2012
Kepala kompetensi keahlian Pembimbing Sekolah
Kimia industri
Sarwono. S. Pd Lina S etyawati. S. Pd
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Grati
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 2
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Ir. Dadik Hariyadi
LAPORAN
PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO)
PG. PADJARAKAN – PROBOLINGGO
Disusun sebagai salah satu syarat program pelaksanaan prakerin
LEMBAR PENGESAHAN II
Laporan praktek kerja industri ini telah disetujui dan disahkan pada Tahun 2012
Kepala Pabrikasi Pembimbing DU/DI
B. Rico Tisna Kristianto I, ST H. Budi Sugianto
Mengetahui
Administratur PG. Padjarakan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 3
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Ir. Wahyu Murdayat S
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang Maha Kuasa , Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Alah karena atas limpahan
Rahmat, Taufik dan HidayahNya . Sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) di PTPN XI ( Persero ) PG Padjarakan sesuai
rencana.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, penyusun mendapat bantuan dari
berbagai pihak untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Wahyu Murdayat selaku Administratur PG. Padjarakan
2. Bapak Ir. Dadik Hariyadi selaku Kepala SMK Negeri 1 Grati
3. Bapak B. Rico Tisna Kristianto I,ST selaku Kepala Pabrikasi PG. Padjarakan
4. Bapak Sarwono, S.Pd selaku Kepala Kompetensi Keahlian Kimia Industri
5. Bapak H. Budi Sugianto selaku Pembimbing di PG. Padjarakan
6. Ibu Lina Setyawati S. Pd selaku Pembimbing dari sekolah
7. Serta semua pihak yang telah membantu dan membri masukan kepada kami.
Penyusun menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun
laporan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menambah kesempurnaan laporan ini.
Grati, Oktober 2012
Penyusun
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 4
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
ABSTRAK
Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron
program kegiatan langsung di dunia kerja, secara terarah untuk mencapai suatu
tingkat keahlian profesional tertentu , demi mempersiapkan siswa yang terampil
dan siap bekerja dalam dunia industri.
Maka SMK Negeri 1 Grati bekerja sama dengan beberapa industri, salah
satunya di PTPN XI ( Persero ) PG Padjarakan.
PTPN XI ( Persero ) PG padjarakan merupakan salah satu industri
perkebunan milik negara yang memproduksi gula dari tanaman tebu dan
mempunyai daya kapasitas terpasang 12.500 kui tebu/ hari.
Biasanya musim giling tebu tiap tahun di mulai pada bulan Mei sampai
dengan Oktober ( ± 150 hari ).Saat ini hampir 85 % bahan baku PG Padjarakan
berasal dari PTR ( Petani Tebu Rakyat ) yang berasal dari luar daerah , antara lain
dari Klakah dan Lumajang. Sedang yang 15 % berasal dari tebu lokal dan tebu
milik sendiri ( TS )
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 5
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan I……………………………………………..
Lembar Pengesahan II…………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………
ABSTRAK………………………………………………………..
Daftar isi…………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang1.2 Tujuan1.3 Waktu dan tempat1.4 Metode penelitian1.5 Manfaat
BAB II : PROFIL PG. PADJARAKAN
2.1 Sejarah berdirinya pabrik
2.2 Alamat pabrik
2.3 Unit PTPN XI
2.4 Usaha unit PTPN XI
BAB III : BAHAN BAKU PROSES PABRIK GULA
3.1 Penetapan kemasakan
3.2 Pengaruh kualitas bahan baku pada proses Pabrikasi
3.3 Dampak Dextrusi Sukrosa
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 6
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB IV : PROSES PENGOLAHAN GULA
4.1 Stasiun Persiapan
4.2 Stasiun Gilingan
4.3 Stasiun Pemurnian
4.4 Stasiun Penguapan
4.5 Stasiun Masakan
4.6 Stasiun Puteran
4.7 Penyelesaian
4.8 Pengemasan dan Penyelesaian
4.9 Stasiun Ketel
BAB V : LABORATORIUM
5.1 Lokasi dan cara pengambilan contoh
BAB VI : LIMBAH
6.1 Limbah cair
6.2 Limbah padat
6.3 Limbah udara
6.4 Limbah B3
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 7
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman dalam tuntutan dunia kerja, sehingga
di butuhkan tenaga kerja yang terampil dan terlatih yang diperlukan oleh
dunia industri ataupun perusahaan. Maka untuk mampu memenuhi
kebutuhan ketenaga kerjaaan di industri dibutuhkan tamatan yang memiliki
keahlian dan sikap yang sesuai dengan dunia kerja yang berdisiplin tinggi
dan professional dalam bekerja. Pendidikan menengah kejuruan merupakan
salah satu cara untuk memenuhi hal tersebut, Sehingga akan menghasilkan
tamatan dengan keahlian masing – masing untuk siap bekerja.
Maka SMK Negeri 1 Grati program keahlian Kimia Industri mengadakan
pendidikan sistem ganda ( PSG ) sebagai salah satu syarat dalam sistem
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Pendidikan Sistem Sistem Ganda
( PSG ) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
professional yang memadukan secara sistematik dan sikron program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang di peroleh
melalui kegiatan langsung di dunia kerja, secara terarah untuk mencapai
suatu tingkat keahlian professional tertentu.
1.2 TUJUAN
Tujuan menyelenggarakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di PTPN
XI (Persero) PG Padjarakan adalah :
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 8
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Melatih siswa agar memahami dan mengerti tentang dunia
perindustrian
Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan dalam
dunia industri untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas
profesional
Mempelajari berbagai alur proses pembentukan kristal gula
(monoklin fhombies)
1.3 WAKTU DAN TEMPAT
Praktek kerja industri ini di laksanakan di PTPN XI ( Persero )
PG Padjarakan, Desa Sukokerto Kecamatan Pajarakan Kabupaten
Probolinggo. Praktek Kerja Industri dilaksanakan pada tanggal 23 juli
2012 – 12 oktober 2012 dengan jam kerja mulai pukul 06.30 - 13.30
WIB pada hari Senin- Kamis sedangkan pada hari Jum’at mulai pukul
06.00 – 11.00 WIB dan pada hari Sabtu pukul 06.30 – 11.30 WIB
1.4 METODOLOGI PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam praktek lapang adalah
pengamatan lapangan, wawancara, praktek langsung dan studi pustaka.
1. Pengamatan di lapangan
Pengamatan langsung di lapangan terhadap aspek-aspek
produksi dengan menitik beratkan pada aspek teknologi proses
yang diterapkan di perusahaan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 9
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
2. Praktek langsung
Kegiatan praktek pengamatan dan analisa langsung dilakukan
dengan ikut terlibat dalam kegiatan proses produksi. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk melatih kemampuan Siswa dalam
menerapkan ilmu yang di dapat dari Pembimbingnya.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi dan literatur
yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan, baik berasal
dari studi pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh
dari industri.
4. Bertanya dan berdiskusi kepada Petugas, Operator dan
pembimbing di PG Padjarakan.
1.5 MANFAAT
Manfaat penyelenggaraan praktek kerja industri bagi Sekolah, Industri, dan Siswa adalah sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat bagi sekolah
Dapat menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
profesional
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan etos kerja
yang sesuai dengan ketentuan industri
Memperkokoh link dan match antar sekolah dengan dunia usaha
atau dunia industri
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 10
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
1.5.2 Manfaat bagi industri
Menjalin hubungan baik dengan sekolah dalam penyelenggaraan
praktek kerja industri
1.5.3 Manfaat bagi siswa
Menjadi aktif, disiplin serta profesional dalam praktek kerja
Memiliki pengalaman kerja di industri yang belum di dapatkan
sebelumnya
Meningkatkan pengetahuan dan pelatihan kerja dalam lingkup
dunia industri
BAB II SMKN 1 Grati - PasuruanPage 11
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
PROFIL PABRIK GULA
PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI ( PERSERO )
PG PADJARAKAN TAHUN 2012
2.1 Sejarah berdirinya pabrik
Pabrik Gula Padjarakan Menurut JAARBOEK VOOR SUIKER
FABRIKANTEN OP JAVA 1913/14 didirikan oleh suatu Perusahaan
Belanda yang bernama ANEMAET & CO pada jaman Pemerintahan Hindia
Belanda, tahun 1830. Yang berlokasi di Desa Sukokerto Kecamatan Pajarakan
Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur.
Sejak didirikan sampai kedatangan Jepang di Indonesia ± 1942 tidak ada
catatan / dokumen yang pasti, yang bisa menceritakan riwayat Pabrik Gula
Padjarakan. Selama Pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942 s/d 1945,
Pabrik Gula Padjarakan tidak beroperasi, bahkan komplek perumahan Pabrik
Gula Padjarakan dijadikan markas tentara Jepang, sehingga sejak masa
Pemerintahan Jepang tersebut Pabrik Gula Padjarakan tidak beroperasi, yang
akhirnya mengakibatkan sebagian besar mesin-mesinnya banyak yang rusak.
Baru mulai tahun 1948 ( menurut dokumen yang ada tanggal 23
Desember 1948 ) Pabrik Gula Padjarakan diambil alih oleh Javanch Kultur
Matchappy N.V. dan mulai dibangun kembali. Karena Pabrik sudah berhenti
selama ± 6 tahun, maka dengan perbaikan yang memakan waktu ± 3 tahun
akhirnya Pabrik Gula Padjarakan baru dapat mulai beroperasi kembali pada
masa giling 1951, sebagai pabrik swasta milik orang Belanda.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 12
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Dalam rangka perjuangan masuknya Irian Barat kewilayah Republik
Indonesia maka dengan Surat Penguasa Militer / Menteri Pertahanan
No.1063/PMT/1957 tanggal 5 Desember 1957 Perusahaan milik Belanda
diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia ( termasuk P.G.
Padjarakan ) dan kemudian diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara Baru
atau disingkat P.P.N Baru. Yang selanjutnya pada tahun 1960 diadakan
penggabungan antara Perusahaan Perkebunan dalam lingkup P.P.N lama
dengan P.P.N baru menjadi suatu Lembaga Badan Pimpinan Umum urusan
Perusahaan Perkebunan Negara disingkat BPU-PPN yang berkedudukan di
Jakarta dengan perwakilan BPU-PPN JawaTimur Surabaya.
Pada tahun 1963 diadakan reorganisasi menjadi BPU-PPN Gula Jatim
Inspeksi Daerah VII. kemudian 1968 diadakan reorganisasi lagi atas dasar
Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1968 dari BPU-PPN Gula Jatim Inspeksi
Daerah VII menjadi P.N.P XXIV ( Perusahaan Negara Perkebunan XXIV )
Pabrik Gula Padjarakan. Lalu pada tahun 1974 dengan Peraturan Pemerintah
No.44 tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974 di reorganisasi lagi dari P.N.P
XXIV P.G Padjarakan menjadi P.T.P XXIV ( PERSERO ) P.G. Padjarakan.
Dan pada tahun 1975 dengan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 1975 tanggal
28 April 1975 diadakan penggabungan antara P.T.P XXIV dengan P.T.P
XXV menjadi P.T.P XXIV-XXV ( PERSERO ) yang mana sampai dengan
saat ini masih tetap dengan nama : P.T.P XXIV-XXV ( PERSERO ) PABRIK
GULA PADJARAKAN. Akhirnya pada tahun 1997 diadakan reorganisasi
kembali menjadi PTPN XI ( PERSERO ) , yang merupakan penggabungan
dari PTP XX ( PERSERO ) dengan P.T.P XXIV-XXV (PERSERO) sampai
sekarang dengan nama :
“ PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI ( PERSERO ) PABRIK GULA
PADJARAKAN “.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 13
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Yang menjadi salah satu unit produksi PTP Nusantara XI (Persero) dengan
katagori type C , dan mempunyai daya kapasitas terpasang 12.500 Kui
tebu/hari, jenis prosesing Sulfitasi.
2.2 Alamat Pabrik
~ Desa : Sukokerto
~ Kecamatan : Pajarakan
~ Kabupaten : Probolinggo
~ Propins : Jawa Timur
~ Kode Pos : 67281
~ No. Fax : (0335) 842494
~ No. Telp. : (0335) 841015
~ Letak Geografis :
o Garis Lintang : 7. 45. 23
o Garis Bujur : 113. 24. 46
o Ketinggian 3 M diatas permukaan air laut
~ Iklim
o Type : D
o Curah hujan : ± 1.158
o Jumlah hari hujan : ± 52
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 14
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
2.3 Unit PTPN XI
► P G Wilayah Barat
1. P G Poerwodadie
2. P G Redjosarie
3. P G Kanigoro
4. P G Pagottan
5. P G Soedhono
► P G Wilayah Tengah
1. P G Kedawoeng
2. P G Wonolangan
3. P G Gending
4. P G Padjarakan
5. P G Djatiroto
6. P G Semboro
► P G Wilayah Timur
1. P G Assembagoes
2. P G Wringinanom
3. P G Pandjie
4. P G Prajekan
5. P G Olean
6. P G Demaas
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 15
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
2.4 Unit Usaha PTPN XI
a. Unit Usaha Rumah Sakit
1. RS. Wonolangan ( BAKESBUN) – Probolinggo
2. RS Djatiroto – Lumajang
3. RS Elizabeth – Situbondo
4. RS Lavalette – Malang
b. Unit Usaha Pabrik Karung Rosella – Surabaya
c. Unit Usaha Pabrik Spiritus dan Alkohol ( PASA Djatiroto ) – Lumajang
d. Kantor Pusat PTPN XI ( Persero ) - Surabaya
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 16
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB IIIBAHAN BAKU PROSES PABRIK GULA
Bahan baku proses yang digunakan di pabrik gula adalah tanaman
yang paling banyak mengandung gula. Kandungan gula pada tanaman
berasal dari hasil proses asimilasi yang terjadi dalam tanaman itu sendiri.
Tanaman yang digunakan sebagai bahan baku proses pabrik gula di
Indonesia terutama adalah tebu, memang ada banyak tanaman yang juga
dapat menghasilkan gula seperti kelapa, enau, nipah dsb. Tebu adalah
tanaman keluarga rumput-rumputan ( GRAMINAE ) yang pada saat
penanaman membutuhkan banyak air dan saat dipanen ( ditebang )
membutuhkan sedikit air. Kebetulan kondisi ini sesuai dengan kondisi iklim
di Indonesia yang memiliki dua macam iklim yaitu musim penghujan
( banyak air ) dan musim kemarau ( sedikit air ). Tebu yang digunakan
sebagai bahan baku pabrik merupakan tanaman keturunan hasil persilangan
antara tebu alam dan pimping, agar tanaman tumbuh dengan subur di
perlukan kondisi tanah yang sesuai dengan tanaman tersebut. Agar
memperoleh hasil yang maksimal dibutuhkan kondisi tanah dan iklim yang
sesuai ( suhu, angin, dan intensitas curah hujan ).
Gula sebagai hasil proses asimilasi oleh tanaman didalam cairan
sel tebu, cairan sel ini di pabrik gula disebut nira. Selanjutnya untuk mudah
dimengerti bahwa dalam nira pasti gula akan tercampur dengan bahan- bahan
lain yang diperlukan dalam pertumbuhannya. Agar gula yang telah terbentuk
tidak hilang dan tidak rusak maka petugas yang menangani kegiatan tersebut
harus mengikuti proses yang terjadi baik semenjak usaha menghasilkan gula
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 17
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
dalam tanaman maupun dalam memisahkan gula dari komponen tebu yang
lain dalam proses pabrikasi.
3.1 Penetapan kemasakan
Agar diperoleh kandungan gula yang maksimal dalam tebu,
maka perlu diketahui kandungan sukrosa dalam tebu. Maka dari itu
perlu di analisa dari waktu ke waktu untuk mengetahui seberapa besar
kandungan gula dalam tebu. Dari maksud ini di ambil contoh tebu dari
kebun. Contoh tanaman yang akan di analisa harus menggambarkan
kondisi tanam yang sebenarnya ( nyata ) dan representative.
Gula dihasilkan oleh batang tebu dengan bantuan zat hijau daun
dan sinar matahari. Untuk dapat menghasilkan gula semaksimal
mungkin maka pertumbuhan tebu harus di jaga dengan baik agar
pertumbuhan tanaman nya menjadi baik. Pemeliharaan dan
pemupukan akan sangat menentukan. Gula yang dihasilkan zat hijau
daun di simpan didalam sel ruas-ruas batang tebu. Gula yang terlarut
didalam sel adalah cairan yang dilindungi oleh ruas ( buku ) dan kulit
batang tebu, karena tempat penyimpanan gula ada didalam sel. Untuk
dapat mengambil gula, tebu harus dirusak dan sel harus dirobek supaya
nira dapat di ambil dengan cara pemerahan. Setelah tebu di tebang
gula dalam sel menjadi rusak, karena batang tebunya masih hidup.
Maka sebagai keperluan kehidupan batang tebu maupun individu sel
memerlukan energi yang diambil dari memecah ( merusak ) gula yang
disimpan dalam tebu, jika batang ( sel batang ) mati. Maka kebutuhan
energi tidak diperlukan lagi. Tetapi yang berada didalam sel yang mati
tersebut menjadi larutan ( tanpa ada kehidupan ) sehingga sifat nira
yang asam akan menyebabkan kerusakan pada gula ( hydrolisa ).
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 18
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Sementara itu tebu yang mati menyebabkan penguapan air ( sifat semi
perniabel ). Dan tebu yang dibiarkan di ladang mengakibatkan sel
batang mati dan penguapan berlangsung hingga gula menjadi rusak.
Tebu yang sudah ditebang mengalami luka akibat pemotongan ,
sehingga luka tadi dapat masuk kedalam mikroba yang akan merusak
gula. Makin banyak luka pemotongan makin besar zat renik dapat
masuk kedalam tebu hingga kerusakan pada gula semakin banyak.
Hasil kerja dari zat renik menghasilkan asam hingga pH nira semakin
rendah ( kerusakan gula semakin besar ). Diantara zat renik yang
merusak gula menghasilkan kloid ( dextran ) yang juga menambah
kesulitan pada proses mikrobia dan menghasilkan dextran
”leuconostoc mesen triodes”. Karena dampak adanya tebu yang
tertinggal dikebun dalam waktu yang lama menyebabkan turunnya
rendemen dan sulitnya proses yang tidak baik, sehingga batas waktu
pengolahan harus dijaga sesingkat mungkin.
3.2 Pengaruh kualitas bahan baku pada proses pabrikasi
a. Pengaruh pertama adalah kuantum/ kuantitas bahan baku berupa
tebu jika tidak seluruh batang tebu terbawa ke pabrik berarti cara
tebang harus baik. Dari beberapa pengamatan yang baik ternyata
tebu tertinggal dapat mencapai 10 kuintal tiap Ha dan ini setara
dengan 1 kuintal Kristal.
b. Pengaruh kedua adalah kebersihan tebu tidak bersih dapat
menyebabkan :
♠. Turunnya hasil Kristal ( Rendemen )
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 19
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
♠. Proses lebih sulit karena bertambahnya kotoran yang
terlarut
♠. Kadar kolid nira bertambah
♠. Viskositas naik
c. Pengaruh ketiga adalah tebu hasil penebangan yang masih
banyak membawa daun kering/ kelompok daun serta sampah
lain yang menyebabkan naik nya berat tebu akan tetapi tidak
menambah kandungan gula tebu turun.
d. Pengaruh keempat dengan bertambahnya kotoran ( trash )
jumlah ampas naik dan gula hilang dalam ampas naik
( Rendemen turun ) apalagi kotorannya adalah tanah sehingga
menambah kotoran anorganik yang berpengaruh pada
pengendapan sehingga biaya produksi naik.
e. Pengaruh kelima banyaknya kotoran pada tebu menyebabkan
naiknya kotoran terlarut sehingga pelaksanaan proses semakin
sulit, kapasitas stasiun ( pabrik ) menurun sehingga biaya proses
meningkat serta kehilangan gula naik, dan produktifitasnya
menurun. Kotoran berupa tanah tarasa berpengaruh kepada
kapasitas proses karena tanah membawa komponen pembentuk
koloid anorganik. kotoran bebentuk koloid adalah kotoran yang
cukup sulit dihilangkan karena bermuatan.
f. Sumber kotoran yang menimbulkan kesulitan proses ialah tebu
muda atau pucukan, jenis tebu ini banyak mengandung bahan
pembentuk warna dan koloid.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 20
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3.3 Dampak dextruksi sukrosa
Adanya perpecahan ( Dextruksi ) Sukrosa dapat menyebabkan kerugian
ganda :
a. Adanya dextruksi sukrosa merupakan kehilangan gula secara
langsung yang menyebabkan turunnya kuantum/kuantitas
hasil gula ( Rendemen menurun )
b. Dalam perpecahan sukrosa tidak akan menjadi komponen
aslinya ( CO2 dan H2O ) tetapi akan terbentuk zat baru dengan
rantai C lebih pendek atau justru lebih besar ( hasil
kondensasi dan polarisasi ) yang menyebabkan kandungan
pada molekul meningkat sehingga menyebabkan naiknya
viskositas.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 21
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB IV
PROSES PENGOLAHAN TEBU
Proses pengolahan gula di PG Padjarakan melalui beberapa tahapan proses,
dimana tahapan-tahapan ini harus dilakukan secara berurutan / bertahap karena
mengikuti bentuk fisik tebu, kandungan tebu dan agar proses pengolahan gula
menjadi lebih mudah. Setiap tahapan proses akan mempengaruhi hasil proses tahap
berikutnya yang pada akhirnya berpengaruh pada jumlah dan kualitas gula yang
dihasilkan. Tahapan proses pengolahan tebu PG. Padjarakan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
4.1 Stasiun Persiapan
Tebu dari lahan yang telah dipanen dibawa ke stasiun persiapan untuk
ditimbang. Fungsi dari stasiun persiapan adalah untuk menjaga agar tebu yang
telah dipanen dan siap untuk digiling tidak mengalami keterlambatan serta
menjaga tersedianya tebu yang siap untuk diproses sehingga proses produksi
dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penimbangan tebu yang dilakukan
dimaksudkan agar dapat dipakai sebagai perhitungan di pabrik yang meliputi
pengawasan proses di pabrik, perhitungan upah tebang dan angkutan tebu dan
perhitungan bagi hasil gula milik petani ( tebu rakyat ).
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 22
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Untuk penimbangan menggunakan truk dilakukan dengan cara :
1. DIGITAL CRANE SCALE ( DCS ) Kapasitas 15 ton
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 23
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
1. Tebu dari kebun yang diangkut dengan truk masuk ke selektor I, di sana
dilakukan pengecekan brix dan pemberian data- data kendaraan dan
pengambilan SPAT.
2. Truk masuk ke selektor II untuk pendaftaran nomer urut timbang, secara
kolektif nomer urut penimbangan dan SPAT lalu disetorkan ke petugas
timbang untuk di input ke komputer sesuai data yang tercantum di
SPAT.
3. Selanjutnya truk tebu menuju ke jalur penimbangan.
4. Tebu diangkat oleh crane dengan timbangan DCS tersebut ,Transmitter
DCS akan mengirimkan sinyal ke Reciever DCS yang ada di Control
Room maka akan muncul di monitor netto dari tebu tersebut yang
selanjutnya akan disimpan di data base komputer timbangan. Petugas
timbang lalu menyerahkan hasil print out kepada sopir masing –masing
truk.
5. Dari timbangan akan keluar data print seperti :
Nomer tran : 4047
Tgl timbang : 18-06-2008
Jam timbang : 09:12:09
No truk : N7936 WU
Timbang Brutto : 100 kui
Timbang Tarra : 34 kui
Timbang Netto : 66 kui
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 24
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
2. JEMBATAN TIMBANG ELEKTRONIK( Cadangan /untuk tetes )
Merk Berkel, kapasitas 30 ton
Tebu dari kebun yang diangkut dengan truk masuk ke selektor I, di sana
dilakukan pengecekan brix dan pemberian data- data kendaraan dan
pengambilan SPAT.
b Truk masuk ke selektor II untuk pendaftaran nomer urut timbang, secara
kolektif nomer urut penimbangan dan SPAT disetorkan ke petugas
timbang untuk di input ke komputer sesuai data yang tercantum di
SPAT.
c Truk masuk jalur penimbangan, petugas mengontrol posisi truk agar
tepat pada posisi meja timbang, dengan tujuan untuk menghindari
kesalahan penimbangan.
d Petugas yang lain meng-input data truk yang masuk dan berat
penimbangan,
e Kemudian truk menuju ke gilingan antri giling atau pindah ke lori yang
di atur oleh petugas, dengan ketentuan bobot kurang dari 6ton bisa di
pindah ke lori diatas 7 ton langsung giling
f Dari timbangan akan keluar data print seperti :
Nomer tran : 4047
Tgl timbang : 18-06-2008
Jam timbang : 09:12:09
No truk : N7936 WU
Timbang Brutto : 100 kui
Timbang Tarra : 34 kui
Timbang Netto : 66 kui
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 25
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Sementara itu apabila menggunakan lori penimbangan tebu dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Sebelumnya lori kosong didaftarkan tarranya, pada ( LMG ) masa
sebelum giling.
b. Sebelum tebu dari kebun masuk ke meja timbang petugas mencatat
nomer lori yang akan melintas ke meja timbang dan memasukan data
berat lori ke komputer sesuai urutan lori yang akan masuk ke meja
timbang.
c. Setelah itu lori masuk meja timbang dan petugas mendapatkan berat
brutto dan netto dari lori yang berisi tebu.
Dalam melakukan pengaturan penggilingan tebu, di Pabrik Gula
Padjarakan dilakukan dengan dua shift yaitu pada siang hari dimulai
pada pukul 09.00-23.00 tebu yang akan digiling diangkut menggunakan
truk dan pada pukul 23.00-09.00 tebu yang akan digiling diangkut
menggunakan lori. Dalam pengaturan penggilingan ini tidak harus
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, akan tetapi juga disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka tebu yang
sudah ditebang atau yang berada dalam halaman pabrik untuk menanti
giliran penggilingannya, harus diusahakan agar waktu tunggunya
sependek mungkin.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 26
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Pengaturan tebu bertujuan untuk memposisikan tebu sehingga tebu
yang pertama datang di cane yard adalah yang pertama digiling. Kaidah
ini biasa disebut dengan FIFO (First In-First Out). Hal ini bertujuan
untuk menekan inversi sukrosa karena mikroba terutama disebabkan
oleh bakteri Leuconostoc Mesenteroides dan Leuconostoc Dextranicum.
Penyebab lain inversi sukrosa adalah karena meningkatnya kondisi
asam nira setelah ditebang.
Jumlah inversi ini akan bertambah besar seiring bertambahnya
waktu penyimpanan tebu. penting untuk diperhatikan adalah apabila
terdapat tebu terbakar yang masuk ke halaman pabrik harus didahulukan
agar proses inversi tidak semakin parah.
Pengawasan kualitas tebu sangat penting sekali mengingat biaya
produksi yang sangat besar ditanggung pihak pabrik. Mengolah tebu
dengan kadar sukrosa rendah akan membuat beban pabrik meningkat
tetapi hanya sedikit meningkatkan produksi.
Rendemen yaitu istilah populer yang substansinya adalah kadar
Sukrose/kadar gula yang merupakan aktualisasi dari akumulasi gula
dalam batang tebu.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 27
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
4.2 Stasiun Penggilingan
Gambar 5. 1 Diagram Proses Penggilingan Nira
Stasiun Penggilingan merupakan proses awal dari pengolahan gula
yang bertujuan mengekstraksi/memerah nira mentah dari tebu,
memisahkan nira mentah dari ampas tebu dengan maksud menghasilkan
nira mentah sebanyak-banyaknya dan membuang ampas tebu seminimal
mungkin.Untuk mengambil nira dari batang tebu semaksimal mungkin
dilakukan dengan cara tebu dipotong-potong sampai hancur seperti sabut
dengan alat yang bernama unigrator, lalu digiling dengan two mill untuk
menstabilkan laju dari sabut tebu dan tebu yang telah dihancurkan tadi
diperah dengan alat yang dinamakan roll gilingan secara berkali-kali dan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 28
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
terus menerus. Untuk memperoleh hasil pemerahan yang baik dalam
arti menghasilkan sebanyak mungkin sukrosa yang terkandung dalam
cacahan tebu diberikan air imbibisi.
Proses penggilingan yang terjadi di Pabrik Gula Padjrakan adalah tebu
dari kebun ditimbang dengan menggunakan Cane Crane dan dimasukkan
ke dalam meja tebu. Dari meja tebu ini kemudian tebu digerakkan
menuju Cane Carrier I untuk dibawa ke Unigrator. Di dalam Unigrator
tebu dipotong-potong dan dicacah dengan kapasitas tinggi menggunakan
pisau-pisau yang dioperasikan dengan kecepatan tinggi sehingga akan
menjadi sabut. Setelah dari unigrator, sabut tebu tadi masuk ke dalam
Two Mill untuk diratakan ampasnya yang masuk ke unit gilingan dan
mempersiapkan sabut tebu untuk digiling lebih sempurna. Disamping itu
juga, Two Mill juga sudah mulai untuk memeras. Dari Two Mill maka
langsung dimasukkan ke unit gilingan agar dilakukan proses pemerahan
secara maksimal. Di PG Padjarakan ada 5 unit gilingan yang masing –
masing unit terdiri dari rol atas, rol depan, roll belakang, dan roll
penggumpan. Pada permukaan masing-masing rol gilingan terdapat alur
berfungsi sebagai jalannya nira dan untuk mencegah terjadinya slip dan
ampas. Bila terjadi slip maka ampas yang akan digiling bertumpuk
dimuka roll gilingan sehingga terjadi slip. Untuk dipindahkan dari satu
gilingan ke gilingan berikutnya, ampas dibawa dengan menggunakan
Intermediate Carrier.
Secara keseluruhan, proses penggilingan yang terjadi di gilingan
adalah Ampas tebu yang keluar dari Two Mill dumpankan ke bukaan
pertama Kemudian ampas akan mendapat perahan dari roll gilingan atas
dan roll depan. Ampas melalui plat ampas ke bukaan belakang dan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 29
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
mendapat penekanan antara roll atas dan roll belakang, kemudian ampas
keluar lewat bukaan belakang. Hasil perahan ditampung di bak
penampungan nira. Dari gilingan I ampas tebu setelah mendapatkan
pembasahan dengan nira hasil perahan gilingan III di angkut oleh
krepyak ampas menuju gilingan II. Di gilingan II ampas mengalami
proses yang sama digilingan I. Setelah keluar dari gilingan II ampas
dibasahi air imbibisi dan nira dari hasil perahan gilingan IV dan di
angkut ke gilingan III di gilingan III juga memperoleh proses yang sama.
Ampas keluar dari gilingan III memperoleh pembasahan air imbibisi dan
nira dari perahan gilingan V, kemudian ampas tebu masuk gilingan IV,
disini ampas juga mengalami proses yang sama. Setelah keluar dari
gilingan IV ampas di basahi hanya dengan air imbibisi saja, dan
kemudian diangkut ke gilingan V . Keluar dari gilingan V ampas
diharapkan mempunyai Pol ampas yang kecil, kemudian ampas masuk ke
Stasiun Ketel sebagai bahan bakar.
Usaha untuk menekan kehilangan gula dalam ampas dilakukan
dengan memberi air imbibisi sehingga dengan sel – sel yang terbuka.
Imbibisi dapat dengan mudah terserap dan bercampur dengan kandungan
gula dalam ampas dengan sempurna. Penambahan air imbibisi ini
berkisar antara 20-30 % dari bobot tebu. Penambahan air imbibisi ini
bertujuan untuk mempertinggi daya ekstraksi sehingga nira dalam ampas
dapat dikeluarkan semaksimal mungkin. Nira mentah yang dihasilkan di
gilingan kemudian ditampung dalam talang pesut untuk kemudian
dibawa ke stasiun pemurnian. Setelah ampas tebu terekstrasi secara
maksimal pada 5 gilingan tersebut maka ampas yang terbentuk kemudian
diangkut menuju Stasiun Ketel untuk dijadikan sebagai bahan bakar.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 30
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Cara pemberian air imbibisi adalah sebagai berikut air imbibisi
berasal dari air embun pemanas nira dan badan penguapan yang
tercemar, diberikan pada ampas yang keluar dari gilingan II, gilingan III
dan gilingan IV dengan cara disemprotkan melalui lubang-lubang pipa.
Nira perahan dari gilingan V disiramkan ke ampas yang keluar dari
gilingan III melalui talang nira. Nira perahan dari gilingan IV melalui
talang nira disiramkan ke ampas yang keluar dari gilingan II. Nira
perahan dari gilingan III disiramkan ke ampas yang keluar dari gilingan
I. Nira pecahan gilingan I, gilingan II dan dari perahan two mill dicampur
dalam bak penampung dan disebut nira mentah. Kemudian nira mentah
dan hasil saringan dipompa untuk ditimbang di proses pemurnian.
Perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan penekanan yang
intensif, bukaan muka dan bukaan belakang tidak sama, tujuannya adalah
agar proses pemerahan dapat berlangsung dengan baik serta kandungan
gula/ pol pada ampas bisa ditekan sekecil mungkin ( % Pol < 2,00 ).
Agar proses pemerahan berjalan dengan baik maka pada gilingan V
dilengkapi dengan sistem penekanan gilingan ( hidroulik ). Sistem ini
digunakan untuk menjaga agar didalam penekanan ampas tebu, putaran
pada gilingan tetap konstan walaupun umpan ampas pada gilingan selalu
berubah-ubah ketebalannya.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 31
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
4.3 Stasiun Pemurnian
Gambar 5. 2 Diagram Proses Pemurnian Nira
Stasiun permurnian ini berfungsi untuk mendapatkan nira encer
yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik dengan cara
menghilangkan sebanyak mungkin zat yang bukan gula ( kotoran ) yang
terkandung dalam nira mentah. Selain itu, pada stasiun ini juga bertujuan
untuk menekan kehilangan gula sekecil mungkin baik secara fisika
maupun kimia. Mekanisme pemisahan kotoran dilakukan secara fisika
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 32
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
yaitu dengan pemanasan, pengendapan, penyaringan, secara kimia yaitu
dengan reaksi pembentukan endapan. secara kimia fisika yaitu dengan
penyerapan ( absorbsi ) kotoran oleh endapan. Untuk memperoleh hasil
pemurnian yang optimal perlu diperhatikan 3 faktor utamanya yaitu pH,
suhu dan waktu. Ketiga faktor tersebut tidak boleh berada dalam keadaan
ekstrim karena dapat merusak sukrosa dan kelancaran proses.Nira
mentah yang keluar dari stasiun penggilingan bersifat asam (pH 5,3 - 5,5)
tergantung dari jenih tebu, keruh, berwarna hijau agak kecolatan dan
masih mengandung kotoran baik berupa koloid ( Serat, Tanah, Lilin )
maupun larutan ( Protein ). Oleh karena itu perlu dilakukan proses
pemurnian.
Proses pemurnian yang terjadi di Pabrik Gula Padjarakan adalah
nira mentah dari bak penampungan nira mentah pada stasiun gilingan di
pompa menuju Bolougne agar ditimbang untuk mengetahui berat nira
yang masuk proses pemurnian. Nira mentah yang telah tersaring di
pompa ke bak tunggu, kemudian dari bak tunggu nira masuk ke bak
timbang melalui pipa pemasukan nira. Karena debit nira yang masuk di
bak timbang semakin tinggi dan berat nira melebihi berat pemberat /
bandul maka bak timbang akan turun. Dengan turunnya bak katup bawah
terbuka dan atas tertutup. Terbukanya katup bawah membuat nira turun
ke bak nira tertimbang. Setelah bak timbang kosong bak timbang akan
terangkat dan katup bawah tertutup yang atas terbuka dengan begitu nira
kembali mengisi bak timbang, begitu seterusnya.
Nira mentah yang telah tertimbang di dalam Bolougne kemudian
dialirkan menuju pemanas pendahuluan I ( Juice Heater I ). Pada
pemanas pendahuluan I ini, nira dipanaskan sampai suhu 75oC untuk
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 33
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
mempercepat proses pencampuran susu kapur dan mempercepat
koagulasi. Selanjutnya setelah suhu nira mencapai suhu yang diinginkan
kemudian dialirkan ke defekator I dimana pH nira mentah dibuat menjadi
7,2 dengan penambahan susu kapur.
Proses defekasi merupakan proses pencampuran antara susu kapur
dengan nira, sehingga terjadi reaksi penetralan. Reaksi penetralan
bertujuan agar sifat asam pada nira dapat dihilangkan. Selain bertujuan
untuk menetralkan nira, penambahan susu kapur juga di tujukan agar
terbentuk ikatan- ikatan ion sehingga koloid-koloid dalam nira dapat
menggumpal dan mudah dipisahkan dengan cara pengendapan.
Tujuan proses pemberian susu kapur adalah untuk menetralkan
koloid dalam nira karena Penetralan koloid = penggumpalan koloid
PG. Padjarakan menggunakan sistem defekasi bertingkat,
tujuannya agar tercapai titik isoelektris sehingga koloid yang ada dalam
nira bisa menggumpal dengan baik. Bahan pembantu yang digunakan di
dalam proses defekasi adalah susu kapur.
Dalam proses defekasi, tujuan utamanya adalah mereaksikan
kotoran dalam nira ( koloid ) dengan kalsium agar terbentuk suatu ikatan
koloid yang pada akhirnya akan menaikkan berat jenisnya. Target pH
yang tercapai harus terpenuhi agar proses pemurnian berjalan dengan
baik. Faktor lain seperti suhu nira dan kadar phospat dalam nira mentah
juga harus diawasi dan direkayasa agar proses pemurnian berlangsung
dengan baik
Setelah mencapai pH tersebut kemudian dialirkan ke Flash Tank
untuk mengeluarkan gas yang tidak terpakai/terembunkan. Setelah dari
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 34
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
flash tank, nira mentah ditarik menuju Defekator II dimana pH nira
dibuat menjadi 8,0 dan kemudian dialirkan ke Defekator III untuk
membuat pH nira menjadi 8,5. Pada setiap pabrik gula, pH dalam
Defekator dibuat berbeda-beda dikarenakan dari karakteristik tebu yang
berbeda dari masing-masing pabrik gula tersebut.Setelah nira mentah
mencapai pH 8,5 dari defekator II, kemudian nira dialirkan menuju
sulfitator dimana di dalam sulfitator ini nira mentah dihembuskan gas
SO2 dan terjadi pembakaran belerang sehingga pH nira menjadi 7,2.
Operasi pembuatan susu kapur bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan suplai susu kapur di dalam proses defekasi. Susu kapur dibuat
dengan memadamkan kapur tohor di dalam alat pembuat susu kapur
dengan cara menambahkan air. Alat yang digunakan oleh PG. Padjarakan
dalam pembuatan susu kapur adalah lime slacker yaitu sejenis tromol
yang berputar.
Cara pelaksanaan dan pengawasan operasi pembuatan susu kapur.
Operasi pembuatan susu kapur
Pertama : Kapur tohor dimasukkan dalam tromol. Pemberian air untuk
pemadaman kapur dengan air panas yang cukup bersih (kondensat)
dimaksudkan agar terbentuk emulsi yang lembut.
Kedua : Setelah pemadaman tersebut, kemudian susu kapur tesebut
meluap melalui mulut silinder dan jatuh pada sebuah talang. Talang
tersebut dibuat suatu sekat agar susu kapur keluar dengan suatu
luapan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 35
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Ketiga : Luapan susu kapur tadi mengalir pada satu talang lagi menuju
saringan dengan maksud agar kotoran-kotoran halus dapat
dipisahkan.
Keempat : Kapur yang telah disaring dialirkan kedalam suatu bak
berpengaduk dengan ditambah air untuk pengenceran yang berupa
air dingin karena suhu semakin rendah kelarutan kapur semakin
tinggi tertentu kemudian dipompa ke defekator.
Pengawasan operasi pembuatan susu kapur mengacu pada derajat
kekentalan susu kapur yaitu sebesar 6 °Be. Peristiwa terbentuknya reaksi
dalam pembuatan susu kapur
CaO + H2O Ca(OH)2 + 15,9 Kcal
Susu kapur atau hidroksida calsium inilah yang nantinya bila
diberikan pada nira akan membentuk susu kapur yang aktif atau disebut
ion Ca2+. Ini bereaksi mengikat asam-asam serta kotoran yang terkandung
dalam nira. sehingga terjadi penetralan serta terbentuknya endapan yang
mudah dipisahkan dengan cara penapisan atau penyaringan.
Di PG. Padjarakan pemberian susu kapur pada nira dengan
densitas 4o Be karena sudah terbukti lebih efektif setelah dilakukan
percobaan di laboratorium serta pengamatan yang telah dilakukan.
Untuk mengurangi kompresibilitas endapan serta menghindari
adanya peptisasi maka endapan yang terbentuk harus diselubungi oleh
endapan calsium sulfite yang menyebabkan endapan menjadi
incompressible. Selain endapan menjadi incompressible dengan adanya
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 36
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
calsium sulfite yang menyelubungi endapan maka peristiwa peptisasi
dapat diatasi.
Yang disebut peti sulfitasi adalah peti reaksi tempat terjadinya
reaksi antara nira, susu kapur dan gas SO2. Di PG Padjarakan, proses
sulfitasi dilakukan pada peti sulfitasi. Peti sulfitasi dilengkapi dengan
tray (sekat) yang berfungsi agar nira yang melui tray akan jatuh seperti
hujan. Dengan demikian akan mempermudah dan mempercepat reaksi
nira dengan gas SO2.
Sistem kerja peti sulfitasi adalah dengan cara nira yang berasal
dari defekator dimasukkan melalui bagian atas peti. Secara berlawanan
gas SO2 dimasukkan dari bagian bawah sulfur tower. Gas SO2
dipompakan dengan menggunakan Blower sehingga terjadi kontak antara
gas SO2 dengan Nira yang kemudian diikuti dengan terjadinya reaksi
antara nira dengan gas SO2
Gas SO2 diperoleh dari hasil pembakaran belerang pada dapur
belerang. Peristiwa yang terjadi dalam pembakaran belerang dengan
reaksi sebagai berikut:
S + O2 SO2 + panas
Panas yang keluar pada pembakaran belerang sebesar 2217 Kcal
tiap kg belerang. Panas tersebut digunakan untuk melelehkan belerang
padat hingga mencair hingga selanjutnya diubah menjadi gas (uap) baru
dapat terbakar.
Reaksi pembakaran belerang berlangsung pada suhu 250oC dan
panas yang keluar memungkinkan suhu naik lebih tinggi sehingga untuk
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 37
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
mencegah keburukan dan kesukaran sebagai akibat menaiknya suhu
maka tobong belerang di dinginkan di permukaan. Pada suhu 80oC akan
terjadi
2SO2 + O2 2SO4
Dengan melihat beberapa kemungkinan tersebut diatas, maka pada
rotary sulfur burner diberikan air pendingin dengan cara di kocorkan dari
atas agar suhu pembakaran tidak terlalu tinggi.
Keburukan yang dapat terjadi bila terbentuk SO4
1) Kerusakan pada gula dan alat lebih banyak
2) Kualitas pemurnian menurun
Nira mentah tersulfitir kemudian dialirkan menuju pemanas
pendahuluan II (Juice heater II) di mana nira dipanaskan kembali hingga
mencapai suhu 105oC. Dari pemanas pendahuluan II, nira mentah
kembali dialirkan menuju flash tank untuk kembali menguapkan gas-gas
yang tidak terembunkan. Dari flash tank kemudian nira dialirkan menuju
halmagis di mana terjadi proses pemisahan kotoran endapan dengan nira.
Namun sebelum itu perlu ditambahkan floculant agar terbentuk endapan.
Dari halmagis ini terdapat dua jenis nira yang terbentuk yaitu nira kotor
dan nira jernih. Untuk nira kotor kemudian dialirkan menuju Rotary
Vacuum Filter ( RVF ) yang akan memisahkan antara blotong ( kotoran
nira ) dan nira tapis. Blotong ini dialirkan menuju keluar sedangkan nira
tapis masuk kembali dalam proses di halmagis. Sementara itu nira jernih
langsung menuju DSM screen untuk disaring dan nantinya akan disebut
nira encer. Nira encer ini kemudian dialirkan ke pemanas pendahuluan III
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 38
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
di mana nira kembali dipanaskan hingga mencapai suhu 110oC sebelum
kemudian masuk dalam proses penguapan. Suhu nira harus mencapai
suhu tersebut untuk memudahkan pada proses berikutnya di stasiun
penguapan.
4.4 Stasiun Penguapan
Gambar 5. 3 Diagram Proses Penguapan Nira
Proses penguapan bertujuan untuk menguapkan sebagian besar air
yang terkandung dalam nira encer dengan tetap menjaga agar tidak terjadi
kerusakan sukrosa dan dilakukan dengan seefisien mungkin. Di dalam
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 39
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
proses penguapan ini diharapkan nira encer dapat mengental sampai kadar
60 - 64 % brix. Dalam proses penguapan ini hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan penguapan setinggi mungkin, tidak terjadi
kerusakan sukrosa, tidak menimbulkan kesulitan dalam proses selanjutnya
dan efisiensi dari biaya yang dikeluarkan.
Di Pabrik Gula Padjarakan ini digunakan evaporator sebanyak
5 buah yang disusun secara seri atau biasa disebut quintuple effect.
Evaporator ini disusun seri dikarenakan nira encer tidak tahan terhadap
suhu yang terlalu ekstrim sehingga disusun secara seri agar proses berjalan
dengan cepat, tidak sampai merusak nira, tidak terjadi karamelisasi di
dalam dan pembentukan kerak yang lebih banyak di dinding evaporator.
Pada saat didalam evaporator hal yang diperhatikan adalah suhu dan
tekanan karena semakin tinggi suhu maka nira akan pecah dari disakarida
menjadi monosakarida. Proses penguapan yang terjadi di Pabrik Gula
Padjarakan adalah nira encer dari stasiun pengenceran kemudian dialirkan
menuju badan penguapan Idi mana nira dipanaskan dengan suhu 105oC,
kemudian dialirkan menuju badan penguapan II di mana nira dipanaskan
dengan suhu 95-100oC. Setelah itu nira dialirkan menuju badan penguapan
III di mana nira dipanaskan dengan suhu 90oC, kemudian dialirkan menuju
badan penguapan IV di mana nira dipanaskan dengan suhu 60-62oC dan
terakhir nira dialirkan ke badan penguapan V di mana nira dipanaskan
dengan suhu 50oC dan nira pun sudah dapat mendidih dengan suhu
tersebut. Untuk memanaskan nira yang berada pada badan penguapan
digunakan uap panas dengan aliran yaitu untuk badan penguapan I
digunakan uap bekas dari pemurnian, badan penguapan II menggunakan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 40
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
uap nira dari badan penguapan I, badan penguapan III menggunakan uap
nira dari badan penguapan II, badan penguapan IV menggunakan uap nira
dari badan penguapan III, dan badan penguapan V menggunakan uap nira
dari badan penguapan IV. Setelah dari badan penguapan V, uap tadi
dihisap dan dikeluarkan terus menerus oleh pompa hampa. Saat uap
melewati kondensor uap nira akan diembunkan dengan air yang
dipompakan oleh pompa injeksi yang dimasukkan dari atas sehingga
permukaan pendinginan / pengembunan menjadi luas. Uap nira
terembunkan akan jatuh bersama air injeksi sebagai air jatuhan sedangkan
gas-gas yang tidak terembunkan akan dikeluarkan oleh pompa hampa dan
terjadilah hampa. Nira dari badan penguapan V akan berwarna gelap oleh
karena itu diperlukan proses sulfitasi agar warna nira menjadi pucat dan
gula produk nantinya menjadi putih. Oleh karena itu, nira dialirkan ke
sulfitator, kemudian ditambahkan SO2 sehingga pH nira menjadi 5,2. Nira
kental ini kemudian dialirkan menuju peti penampungan nira kental untuk
kemudian dialirkan menuju stasiun masakan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 41
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
4.5 Stasiun Masakan
Gambar 5. 4 Diagram Proses Kristalisasi
Stasiun kristalisasi bertujuan untuk mengkristalkan sukrosa dalam
nra kental sebanyak mungkin dengan hasil yang seragam dan murni.
Prinsip dari pengkristalan sukrosa adalah apabila nira kental dinaikkan
konsentrasinya dengan jalan menguapkan airnya sehingga lama-kelamaan
akan mencapai kejenuhan dan apabila penguapan dilanjutkan maka
sukrosa akan menjadi kristal. Di Pabrik Gula Padjarakan ini untuk
melakukan proses masakan langsung menggunakan bibitan gula halus
yang kemudian dicampurkan dengan nira kental sehingga dapat
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 42
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
mempercepat proses dari kristalisasi. Dalam melakukan masakan ini juga
diperlukan ketelitian dalam hal waktu dikarenakan apabila semakin lama
waktu pemasakan maka akan terjadi browning sehingga tidak akan dapat
menghasilkan Gula Kristal Putih (GKP).
Istilah yang popular untuk target produksi gula di PG Padjarakan
yaitu : KEPUSAR ( Kering – Putih – Kasar ), karena produksi gula
KEPUSAR adalah gula yang di minati oleh konsumen gula di seluruh
Indonesia.
Di Pabrik Gula Padjarakan kristalisasi menggunakan skema masakan
A-C-D, yaitu :
a. Masakan A
Sebagai bahan dasar masakan A adalah Nira kental ( Diksap ) dan klare
SHS di padukan dengan bibitan ( leburan gula halus ) dan babonan C.
Sesudah kristal besarnya ( 0,9 – 1,1 ) maka proses kristalisasi dihentikan.
Sop Masakan A
► kristal :- Kasar ( 0.9 s/d 1.1 mm )- Putih- Rata- Mengkilap- Kuat
►Pero ( stop tipis )►Tidak brewok ( tidak keluar pasir palsu )► HK 80 – 85 % ► Brix 94 – 96 %► Bibitan dari gula halus / babonan C
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 43
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
b. Masakan C
Sebagai bahan dasar masakan C adalah Stroop A ditambah nira kental
/diksap. Kemudian diputar untuk memisahkan gula C dan stroop C dan
menghasilkan Babonan C. Masakan C ini nantinya akan memiliki ukuran
sebesar 0,7 mm.
SOP MASAKAN C► Kristal :
o Rata ( 0,7 mm )o Kuat
►Pero ( stop tipis )►Tidak brewok ( tidak keluar pasir palsu )►HK 72 % ►Brix 96 – 97 %►Bibitan dari gula D2 / babonan D
c. Masakan D
Sebagai bahan dasarnya masakan D adalah stroop A, stroop C di tambah
bibitan Fondant dan klare D. Masakan D ini nantinya akan memiliki
ukuran sebesar 0,3 mm.
SOP MASAKAN D► Kristal :
o Rata ( 0,3 – 0,4 mm )o Kuat
►Pero ( stop tipis )►Tidak brewok ( tidak keluar pasir palsu )►HK 60 % ►Brix 98 – 99 %►Bibitan dari FCS / fondan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 44
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
4.6 Stasiun Puteran
Gambar 5. 5 Diagram Proses Pemutaran
PEMUTARAN
Masakan hasil proses kristalisasi dalam vacuum pan merupakan
suatu massa campuran antara kristal gula dengan larutan jenuh. Untuk
mendapatkan kristal dalam bentuk murni maka campuran ini harus
dipisahkan, pemisahan dilakukan dalam suatu alat saringan dengan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 45
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
menggunakan centrifugal. Akibat adanya gaya centirfugal ini, maka
massa yang telah dimasukkan kedalam alat pemutar akan terlempar
menjauhi titik pusat perputaranya. Adanya saringan pada bagian
dindingnya maka kristal akan tertahan sedangkan larutanya akan
menembus lubang-lubang saringan, dengan demikian terpisahlah antara
kristal dengan larutannya. Walaupun demikian ada sebagian kotoran yang
masih menempel pada kristal sehingga perlu dilaksanakan penyiraman air
dengan maksud untuk memisahkan kotoran tersebut.
Operasi pemutaran akan dipengaruhi oleh cara, waktu, suhu, rpm,
bahan pencampur, tebal lapisan, penyiraman, penyetuman dsb. Operasi
pemutaran meliputi cara pengisian bahan kedalam basket maupun
besarnya rpm menjelang pengisian. Pada pengisian yang tergesa-gesa
sebelum nilai optimum dari rpm tercapai (pada 300 rpm) maka akan
mengakibatkan ketebalan masakan pada dinding basket tidak merata
sehingga putaran menjadi goyang. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus,
maka akan mempercepat kerusakan alat.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap pemutaran
a. Waktu
Waktu putar sangat menentukan hasil proses sehingga perlu diadakanya
percobaan lama pemutaran terhadap jenis masakan yang mempunayai
sifat berbeda .
b. Suhu dan rpm
Karenan suhu mempengaruhi viscositas, maka secara tidak langsung suhu
juga berpengaruh terhadap beban alat, sedangkan rpm sangat
mempengaruhi besarnya kecepatan proses penyaringan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 46
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
c. Bahan pencampur
Bahan pencampur biasanya berupa larutan yang konsentrasinya lebih
rendah, hal ini dimaksudkan untuk mengencerkan masakan yang akan
di putar dengan harapan beban alat berkurang dan hasilnya baik.
Penyiraman dimaksudkan untuk melarutkan partikel-partikel kecil
yang melekat pada dinding kristal sekaligus sebagai pencuci sehingga
diharapkan gula yang keluar dari alat pemutaran bisa lebih putih dan
bersih.
Gula hasil puteran I dicampur dengan air secukupnya. Tujuan dari
mixer ini adalah mencuci lapisan stroop yang masih menempel pada
gula. mixer diletakkan pada dua poros, dilengkapi dengan pasak dari
besi. Kedua poros berputar dengan kecepatan yang sama.
d. Penyetuman
Penyetuman bertujuan untuk memberikan penguapan lebih cepat terhadap
sisa air siraman yang masih menempel pada kristal, selain itu juga
mempercepat pengerinagn gula.
Stasiun puteran berfungsi memisahkan kristal gula dari larutannya atau
stroopnya. Proses pemisahan dilakukan dengan dasar gaya sentrifugal dalam
alat puteran. Gaya sentrifugal akan semakin besar jika kecepatan putar semakin
besar. Dengan adanya gaya sentrifugal tersebut benda akan terlempar menjauhi
titik pusat tetapi karena adanya saringan/penyaring maka kristal gula akan
tertahan sedangkan larutannya akan keluar melalui lubang-lubang saringan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 47
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Secara keseluruhan, proses yang terjadi di stasiun puteran dilakukan
dengan sistem kontinue dan diskontinue. Puteran kontinue digunakan untuk
masakan C dan masakan D. Puteran diskontinue digunakan untuk masakan A
dan puteran gula SHS. Masakan C dan diputar satu kali yaitu puteran C1.
Sedangkan D diputer dua kali yaitu D1, D2 dan klare D. Gula D dan C dinaikan
di OHC .Hasil puteran masakan A akan diputar lagi dengan putaran diskontinue
menghasilkan SHS dan gula SHS ini akan dikeringkan dan didinginkan serta
dipisahkan antara gula halus, gula krikilan dan gula produknya, gula halus
dipakai untuk leburan dan gula krikilan akan dilebur sedangkan gula produknya
ditimbun di gudang gula.
Proses pemutaran ada beberapa bagian antara lain :
1. Puteran Low Grade Fugal (LGF)
Dalam pengoperasiannya puteran ini bekerja secara kontineu. Yang di
putar disini adalah gula D dan gula C, tetapi gula C diputar sekali
sedangkan masakan D diputer 2 kali. Masakan C diputar untuk
memisahkan gula C dan stroop C dan gula C digunakan untuk
babonan/bibitan pada masakan A. Sedangkan pemutaran masakan D yang
pertama untuk memisahkan gula D dengan stroop D / tetes , pada puteran
ke 2 untuk memisahkan gula D dengan klare D . Gula D ini digunakan
untuk bibit masakan C.
2. Puteran High Grade Fugal (HGF)
Puteran High Grade ini digunakan untuk gula A dan SHS. Berawal dari
palung pendingin masakan A di pompa menuju feed mexer A1. Kemudian
masakan A diputar, pada putaran pertama ini akan dipisahkan antara gula
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 48
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
A dan stroop A . Selanjutnya dipompa ke mixer lagi untuk di putar yang
kedua, di putaran kedua akan terpisahkan antara gula SHS dan klare SHS.
Gula SHS yang turun dari puteran kemudian masuk talang goyang ,
bersamaan itu di saring antara gula halus dan gula krikilan dan juga
mengalami pengeringan. Setela gula SHS kering dan bebas dari gula halus
dan krikilan, gula SHS di kemas dalam karung dengan ukuran 50 kg per
karung . Gula ini disebut sebagai gula produk.
4.7 Penyelesaian
Gambar 5. 6 Diagram Proses Penyelesaian Produksi Gula
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 49
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Pada proses penyelesaian ini, kegiatan dilakukan setelah gula turun
dari puteran. Kegiatan yang dilakukan tersebut meliputi pengeringan gula,
penyaringan gula dan pengemasan gula.
Produk gula yang turun dari putaran SHS masih basah dan
mempunyai besar kristal yang tidak rata. Untuk itu, gula harus diproses
supaya gula menjadi kering dan besarnya rata. Proses pengeringan ini
dilakukan dengan cara menghembuskan udara kering dan panas. Hal ini
sangat penting karena menyangkut daya tahan simpan dan mutu gula
produk. Di Pabrik Gula Padjarakan, pengering gula suhu panasnya dibuat
dari ruang panas yang dipanas dengan pipa uap dan dihembuskan ke timba
Jacob’s dengan suhu sekitar 80oC.
Setelah gula kering, maka gula harus disaring untuk dipisahkan gula
krikilan dan gula halus serta gula produksinya. Gula produksi bebas dari
gula krikilan dan gula halus. Gula produksi ini selanjutnya dikemas
sedangkan gula krikilan dan gula halus dilebur kembali dan dipompa ke peti
diksap untuk dijadikan bibitan gula A. Penyaringan ini dilakukan di talang
goyang dengan digoyangkan seperti ayakan sehingga nantinya akan terpisah
gula produksi dengan gula krikilan dan gula halus.
4.8 Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah selesai proses pemutaran, gula produk setelah melalui proses
pengeringan dan penyaringan kemudian dikemas dalam zak, selanjutnya
disimpan dalam gudang penyimpanan. Pada proses pengeringan, gula diberi
hembusan udara panas dengan suhu ± 80 0C, kemudian didinginkan dengan
hembusan udara bebas melalui talang goyang dan tangga Jacob’s II,
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 50
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
sehingga suhu turun menjadi 40 0C setelah melalui penyaringan kemudian
dikemas, sebelum dijahit zak dibiarkan terbuka agar suhu turun mencapai
suhu kamar yaitu 30 0C kemudian dijahit.
Sebelum disimpan dalam gudang penyimpanan, untuk mengetahui
jumlah gula yang dihasilkan terlebuh dahulu ditimbang dalam zak dengan
berat brutto 50,6 kg. Hal ini dilakukan selain karena dikurangi berat zak ±
23 gram, juga untuk menghindari klaim dari konsumen karena berat yang
kurang. Sehingga berat Netto gula siap dipasarkan adalah 50,577 kg.
Setelah gula produk dikemas dan ditimbang, maka karung dijahit.
Selanjutnya diangkat ke gudang untuk dilakukan penyimpanan.
Sistem Penyusunan gula di gudang menggunakan sistem kavling,
tiap kavling berisi 6 ( enam ) zak. Cara penyusunan, sap pertama 6 zak
membujur diikuti sap kedua, 6 zak melintang, sap ketiga seperti sap
pertama demikian pula untuk sap–sap selanjutnya, 6 ( enam ) kavling
kesamping dan 10 kavling ke belakang sampai ketinggian 30 zak.
Sebelum dipasarkan gula yang sudah dikemas dan ditimbang
disimpan dalam gudang. Agar mutu gula tidak rusak selama penyimpanan,
maka syarat gudang harus diperhatikan, antara lain :
a. Dinding kokoh, lantai kuat menerima beban dan air tidak dapat
menembus lantai.
b. Atap tidak bocor saat hujan dan bebas banjir
c. Sirkulasi udara baik, dilengkapi alat pengukur suhu, kelembaban
udara dan alat pemadam kebakaran.
4.9 Stasiun Ketel
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 51
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
STASIUN PEMBANGKIT TENAGA UAP
Fungsi dari stasiun ini adalah untuk memproses air menjadi uap
bertekanan tinggi. Uap yang dihasilkan mempunyai temperatur 300oC –
325 oC dengan tekanan uap keluar dari boiler 20 Kg/cm2. Di PG Lestari,
uap baru dipergunakan untuk menggerakkan turbin uap, mesin uap, uap
untuk puteran dan pengering gula. Uap baru yang digunakan untuk
menggerakkan mesin uap terlebih dahulu diturunkan tekanannya pada
preasure reducer 8 kg/cm2. sedangkan uap bekas dari turbin uap maupun
mesin uap diturunkan dahulu tekanannya menjadi 0,8 – 1,0 kg/cm2 dengan
temperatur 120°C dipergunakan untuk pemanas pendahuluan, badan
penguap dan vacuum pan.
Di pabrik gula selalu dibutuhkan tenaga, baik yang berupa tenaga
gerak maupun tenaga panas. Salah satu media yang baik dalam usaha
mendapatkan kedua jenis tenaga tersebut adalah dengan penggunaan
steam. Steam (uap baru) yang memiliki tekanan tinggi akan digunakan
sebagai pembangkit tenaga gerak, sedang uap bekas dari pembangkit
tenaga gerak digunakan untuk keperluan proses karena yang dibutuhkan
adalah tenaga panas.
Air yang digunakan untuk pengisi ketel harus memenuhi syarat-
syarat tertentu hal itu bertujuan untuk membantu mempermudah
(memperlancar) efektifitas kerja ketel dan mencegah gangguan-gangguan
akibat dari komponen-komponen yang terkandung dalam air pengisi ketel.
Dikarenakan ketel bekerja secara terus-menerus, maka air untuk mengisi
ketel perlu diketahui komponen-komponen air yang dapat menimbulkan
kesukaran dalam aktivitasnya.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 52
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Air pengisi ketel haruslah mendapat perhatian khusus, agar tidak
menimbulkan keburukan – keburukan pada boiler, seperti:
Pengerakan pada Boiler, yang akan menghambat transfer panas,
dan dapat mengakibatkan pipa pecah
Dapat timbul buih dan akan terjadi carry over, yang dapat
mengakibatkan penggerakan di Superheater serta kerusakan
pada mesin – mesin pembangkit tenaga.
Korosi pada pipa ketel
Perapuhan pada logam ketel yang disebabkan oleh masuknya
molekul logam Na ke dalam molekul logam pipa ketel.
Untuk air pengisi ketel di PG Padjarakan, terutama menggunakan
air embun ( kondensat ) yang berasal dari badan penguap maupun dari pan
masak, terutama dari BP I, BP II, BP III, kadang-kadang BP IV dan dari
seluruh VP. Air embun ini hampir dapat dikatakan murni, sehingga tidak
memerlukan perlakuan khusus.
Sedangkan untuk hal – hal khusus, jika air embun tidak memenuhi,
maka diberikan suplesi dari air sumur. Menurut Soejardi (1984) air sumur
ini masih mengandung zat – zat terlarut, antara lain:
Silikat ( Si O2 ) dan gas O2, CO2, serta H2S
Senyawa besi
Senyawa Mg dengan bikarbonat, sulfat, nitrat, dan chlorida
Sebagian dari zat – zat terlarut tersebut, dapat membentuk kerak. Adapun
untuk mengurangi atau menghilangkannya, dilakukan cara pelunakan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 53
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
( softening ) sehingga diharapka air sumur tersebut dapat memenuhi syarat
sebagai air pengisi ketel.
Kualitas atau syarat–syarat Air Pengisi Ketel ( APK ) yang harus
dipenuhi adalah :
1. Total Dissolved Silids ( TDS ) = ≤ 2.000 ppm
2. Kesadahan = ≤ 20 ppm Ca2+
3. Phosphat = 20 – 40 ppm PO43-
4. pH = 7 – 8
5. Slikat = 50 ppm SiO2
6. P – Alkalitas = 100 – 600 ppm
7. M – Alkilitas = 100 – 800 ppm
8. Sulfit =10 – 20 ppm SO3
BAB V
Laboratorium
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 54
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Analisa yang dilakukan di pabrik gula bertujuan untuk
mendapatkan angka-angka yang akan dijadikan dasar untuk memulai
pekerjaan pada tiap-tiap tahapan proses. Hasil analisa tersebut kemudian
dibandingkan dengan angka-angka standart yang harus dicapai sesuai
dengan ilmu teknologi gula. Dari hasil analisa tersebut maka akan dapat
ditetapkan langkah–langkah selanjutnya guna mengendalikan proses.
Selain itu analisa juga digunakan sebagai dasar pengawasan pabrik.
Laboratorium merupakan fasilitas yang sangat penting dalam
pengawasan proses di pabrik gula, dimana laboraatorium merupakan
tempat untuk menganalisa bahan yang akan diproses, sedang diproses
dan hasil akhir dari proses.
Dari hasil analisa tersebut, maka akan dikeluarkan angka-
angka yang telah diolah sehingga dapat dipakai sebagai angka
pengawasan jalannya proses produksi, sehingga hambatan serta kendala
yang ada dapat segera diketahui dan diatasi, yang pada akhirnya akan
diperoleh hasil yang semaksimal mungkin.
Dalam laboratorium dilaksanakan analisa mengenai bahan
baku, poduk utama, produk samping, dan produk setengah jadi pada
masing-masing stasiun.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk :
Mengetahui seberapa besar gula yang dapat dihasilkan dari bahan
baku yang masuk, sehingga kehilangan gula dapat ditekan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 55
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Mengetahui apakah proses yang dilakukan sudah memenuhi
ketentuan, sehingga apabila terjadi penyimpangan dapat segera
diatasi dan diketahui
Menjaga kualitas produksi agar sesuai dengan yang diinginkan,
sehingga dari analisa tersebut akan diketehui efektifitas dari alat yang
beroperasi.
Jenis-Jenis Analisa
a. Anallisa tiap jam 1. Nira Mentah : Brix, Pol dan HK2. Nira Gilingan I-V : Brix, Pol dan HK3. Nira Encer : Brix, Pol dan HK4. Nira Kental : Brix, Pol, HK,Baume 5. Nira Kental Tersulfitir : Brix, Pol dan HK6. Air Ketel : pH, Kesadahan 7. Air Kondensat : pH, Kesadahan8. Susu Kapur : Baume 9. Ampas : % pol, Zat Kering
b. Analisa Tiap 8 Jam 1. Blotong : Zat Kering 2. Tetes : Brix, Pol dan HK
c.. Analisa Tiap 24 Jam
1. Nira Gilingan I : Kadar Phospat
2. Nira Mentah : Kadar Phospat, Gula Reduksi
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 56
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
d. Analisa Tiap Periode (15 hari)
1. Gula Produk : Brix, Pol dan HK
2. Tetes : Brix, Pol dan HK
5.1 Lokasi dan cara pengambilan contoh
a. Nira mentah Tujuan Analisa Nira Mentah : Untuk mengetahui kadar Brix, Pol
dan HK.Contoh nira mentah dan nira gilingan diambil di talang nira yang baru keluar dari masing-masing unit gilingan. Pengambilannya dengan menggunakan sebuah gayung plastik dengan gagang pipa yang dihubungkan oleh tali ke As rol gilingan sehingga gayung dapat bergerak naik dan turun. Saat turun gayung terisi nira, saat naik nira mengalir keluar melalui pipa dan di tampung dalam sebuah timba plastik.
► Alat :
1. Ember2. Labu takar 100 ml3. Gelas ukur4. Corong5. Brix wiger6. Tabung Brix7. Tabung Polarimeter atau Erlenmeyer8. Tabung Reaksi9. Mesin Polatronic atau Pembaca polarisasi
► Bahan :
1. Nira encer 1500 gr2. Asam Asetat
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 57
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3. Kertas merang
Cara persiapan analisa :1. Nira mentah di analisa brik tiap satu jam sekali
2. Untuk analisa kadar pol nira mentah, nira mentah dimasukkan labu takar 100/110 ml sebanyak 100 ml, ditambah lood acetat dan aquadest sampai 110 ml, disaring dan siap dianalisa.
b. Ampas
Tujuan analisa ampas : untuk mengetahui kadar serat, zat kering ampas, dan kadar gula yang terlarut dalam ampas Contoh ampas diambil dengan cara membuat pintu yang dipasang dibawah plat ampas gilingan terakhir yang akan naik ke stasiun Ketel dan plat ampas diberi lubang, untuk mengambil contoh cukup menarik pintu yang di beri rel.
► Alat :1. Timbangan 2. Tahang masak 3350 gr3. Labu takar 100 ml 4. Tabung reaksi5. Polarimeter6. Mesin pemasak ampas 7. Tabung polarimeter 8. Gelas ukur 9. Corong
► Bahan:
1. Ampas 1 kg 2. Air 10 liter
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 58
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3. Aquadest 4. Loed Asetat 5. Kertas merang
♦ Untuk mengetahui zat kering ampas :a. Timbang 1 kg ampas masukkan dalam tahang masak dengan
berat 3350 gramb. Dipanaskan selama 1 jam, dihitung setelah suhu 110OCc. Kemudian ditimbang ulang, maka diketahui berat zat kering
ampas
♦ Untuk mengetahui kadar Pol Ampas :
a. Timbang 1kg ampas lalu tambahkan dengan 10 liter airb. Dipanaskan pada suhu 110OC selama 1 jamc. Diambil air nya dan didinginkan, masukkan dalam labu takar
100/110 ml sebanyak 100 mld. Ditambah lood acetat sampai 110 mle. Disaring dan siap dianalisa untuk di ketahui kadar polnya
c. Blotong
Tujuan analisa blotong : untuk mengetahui kadar pol dan zat kering (tingkat kekeringan) dalam blotong Pengambilan contoh blotong dilakukan dengan mengambil secara langsung pada conveyor blotong di Rotary Vacuum Filter ( RVF ) dengan tangan dan dimasukkan dalam kaleng.
► Alat : 1. Kaleng 2. Mesin pemanas
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 59
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3. Lumpang dan Alu 4. Labu takar 200 ml5. Tabung Polarimeter 6. Tabung reaksi 7. Gelas ukur 8. Corong 9. Polarimeter
► Bahan : 1. Blotong 2. Air 3. Aquadest 4. Loed Asetat 5. Kertas merang
►. Persiapan analisa zat kering blotong
a. Timbang 20 gr blotong masukkan ke dalam pemanas selama 4 jam
b. Kemudian ditimbang ulang, maka diketahui zat kering blotong
►. Persiapan analisa zat Pol blotong
a. Timbang 20 gr blotong lalu dihaluskan dalam Pitridisb. Masukkan dalam labu takar 200 atau 275 ml sebanyak
200 ml, di tambah lood acetat dan aquadest sampai 275 ml
c. Disaring dan siap dianalisa
d. Nira Encer
Tujuan analisa nira encer untuk mengetahui : kadar phospat, kadar kapur, turbidity.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 60
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Contoh nira encer diambil melalui talang luapan halmagis dengan menggunakan tabung reaksi.
►. Alat :
1. Ember 2. Gelas ukur 3. Corong 4. Brix wiger 5. Labu takar 100 ml 6. Tabung brix 7. Tabung polarimeter atau Tabung pol buis 8. Tabung reaksi 9. Polatronik atau Pembaca polarisasi
►. Bahan :
1. Nira encer 2. Asam asetat 3. Kertas merang
Persiapan analisa pol nira encer :
1. Ambil 500 ml nira encer ditambah 1000 ml air dan disaring2. Kemudian dimasukkan labu takar 100 atau 110 ml sebanyak 100
ml, ditambah lood acetat sampai 110 ml, disaring dan siap di analisa
e. Nira kental
Tujuan Analisa Nira kental : untuk mengetahui derajat brix.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 61
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Nira kental yang akan dianalisa adalah nira kental sebelum dan sesudah tersulfitir. Pengambilan contoh dilakukan pada peti penampung masing-masing nira kental dengan menggunakan gayung plastik.
Persiapan analisa pol nira kental :
1. Ambil 500 ml nira kental di tambah 1000 ml air, dan di saring.2. Kemudian di masukkan ke dalam labu takar 100/110 ml
sebanyak 100 ml, di tambah lood acetat sampai 110 ml, di saring dan siap di analisa.
f. Stroop
Tujuan Analisa Stroop: untuk mengetahui kadar brix, pol,HK
Pengambilan contoh stroop A dan C di lakukan dengan gayung plastik pada talang pengeluaran stroop dari puteran Low Grade yang mengalir ke peti penampung stroop
Persiapan Analisa kadar pol Stroop:
1. Timbang 300 gr stroop tambahkan 1200 ml air ( total 1500 ml) lalu di saring.
2. Kemudian masukkan ke dalam labu takar 100 atau 110 ml sebanyak 100 ml, tambahkan loed asetat dan aquadest sampai 110 ml, disaring dan siap dianalisa.
g. Melasse Tujuan Analisa Melasse : untuk mengetahui kadar brix, pol,dan
HK.Pengambilan contoh melasse atau tetes dilakukan setiap
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 62
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
penimbangan, di ambil setelah tetes tertimbang dan di ambil pada peti tetes tertimbang debgan menggunakan gayung plastik.
Persiapan Analisa kadar pol Melasse:1. Timbang 150 gr Melasse tambahkan 1350 ml air (total 1500 ml),
lalu disaring2. Kemudian masukkan labu takar 100/110 ml sebanyak 100 ml,
tambahkan loed asetat dan aquadest sampai 110 ml, disaring dan siap di analisa.
h. Analisa Gula ReduksiTujuan Analisa Gula Reduksi : Untuk mengetahui kadar bukan
zat gula yang terkandung dalam nira. Langkah kerja :
1. Timbang nira mentah seberat 75 gr lalu tambahkan kurang lebih
12 ml Pb Asetat netral 10 %.
2. Masukkan ke dalam labu takar 250 ml dan tambahkan air
aquadest sampai tanda garis.
3. Lalu saring menggunakan kertas merang hingga habis.
4. Setelah habis filtrat/tetes menggunakan pipet 100 ml sebanyak
dua kali atau 200 ml lalu masukkan ke dalam labu takar 250 ml.
5. Tambahkan 10 ml Na Phospat K axalat dan air suling atau
aquadest hingga tanda garis kemudian di kocok.
6. Saring kembali menggunakan kertas merang hingga bersih dan
habis.
7. Lalu pipet secukupnya dan masukkan ke dalam buret 50 ml.
8. Siapkan erlenmeyer lalu tuangkan fehling I dan II sebanyak 5 ml.
9. Tambahkan pengapung kira-kira 5 gr ke dalam erlenmeyer,
kemudian masukkan buret besar ke dalam erlenmeyer dan
panaskan di atas kompor Robusta.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 63
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
10. Masukkan buret kecil ke dalam selang yang ada pada buret besar.
11. Buka kran yang ada pada buret kecil hingga mencapai angka 15.
12. Kemudian hidupkan kompor robusta, tambahkan indikator MB
sebanyak kurang lebih 3 tetes.
13. Panaskan hingga mendidih.
14. Lanjutkan hingga warna biru yang ada pada erlenmeyer hilang.
15. Catat hasilnya.
i. Analisa Turbidity
Tujuan analisa Turbidity : untuk mengetahui kejernihan dengan
membandingkan SiO2.
Langkah Kerja :
1. Ambil nira secukupnya kira-kira 100 ml.
2. Kemudian tuangkan larutan ke dalam kuvet, setelah itu di
amati melalui alat Spectrophotometer dengan panjang
gelombang 900-975 Nm.
3. Masukkan standart ke dalam tabung kuvet, kemudian amati
melalui alat Spectrophotometer lalu di ukur Transmittance nya
( T ).
j. Analisa Kapur
Tujuan Analisa Kapur : Untuk mengetahui kadar kapur yang
terlarut dalam nira encer.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 64
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Langkah Kerja :
1. Ambil nira mentah kemudian masukkan ke dalam labu takar 100
ml dan tanah Infusurin kurang lebih 2 gr kocok dan saring dengan
menggunakan kertas merang.
2. Hasil saringan nira mentah di pipet 5 ml, masukkan pada
erlenmeyer tambahkan air aquadest 45 ml + 2 ml Buffer Amoniak
+ 2 ml KCN 10%n + Indikator EBT 0,5% + 2 tetes.
3. Titrasi dengan larutan EDTA dari buret.
4. Catat berapa ml larutan EDTA yang ada di buret, yang di habiskan.
k. Analisa gula A, CI, DI, DII
►. Alat :1. Timbangan2. Labu takar 100 ml3. Gelas ukur4. Corong5. Brix wiger6. Tabung brix7. Tabung polarimeter8. Polarimeter9. Tabung reaksi
►. Bahan :
1. Gula A, CI, DI, DII2. Air
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 65
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3. Aquadest4. Asam acetat5. Kertas merang
►. Langkah kerja :
1. Timbang gula A 300 gram, CI 300 gram, DI 300 gram, dan DII 300 gram
2. Tambahkan air sebanyak 1200 gram sehingga menjadi 1500 gram
3. Di aduk hingga rata, lalu masukkan dalam labu takar 100 sampai garis 100
4. Campur dengan lood acetat dan aquadest sehingga mencapai garis 110
5. Kocok hingga merata, kemudian tuangkan ke dalam corong untuk proses penyaringan
6. Setelah proses penyaringan dilakukan beberapa kali lalu dimasukkan kedalam tabung polarimeter untuk mengetahui hasil pol
7. Masukkan larutan gula kedalam tabung brix kemudian masukkan brix wiger kedalam tabung brix untuk mengetahui hasil brix dan suhu
l. Analisa Phospat Terlarut Dalam Nira Mentah
► Alat : 1. Labu takar 50 ml dan 100 ml2. Saringan 3. Pipet4. Gelas Kimia5. Gelas Arloji6. Spectronic
► Bahan :
1. Nira Mentah2. Tanah Infusurin
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 66
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
3. Amonium molibdat 4 ml4. Air Aquadest5. Asam Ascorbad ± 0,1 gr
► Langkah kerja :
1. Nira mentah 50 ml masukkan labu takar 50 ml tambahkan ± 1 gr tanah Infusurin kocok dan saring.
2. Hasil saringan nira mentah di pipet 0,5 ml masukkan pada gelas kimia dan tambahkan ammonium molibdat 4 ml dengan aquadest 40 ml.
3. Tutup dengan gelas arloji, panaskan sampai titik didih kemudian tambahkan ± 0,1 gr asam ascorbad, didihkan lagi ± 1 menit, angkat dan dinginkan.
4. Pindahkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian tambahkan air aquadest sampai garis tanda 100 dan kocok.
5. Amati pada spectronic dengan panjang gelombang 650 Nm.
m. Analisa Air Ketel
►. Alat :
1. Tabung reaksi 100 ml2. Kertas pH Indikator (0-14)
►.Bahan :
1. Alpha Naptol 60 gr (alcohol 1000 ml kadar 90 %)2. H2SO4 ( 500 ml)
►.Langkah kerja :
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 67
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
1. Ambil contoh air kondensat kira-kira 1 ml teteskan larutan alpha naptol dan H2SO4 masing-masing 5 tetes
Hasil analisa :
Jika air kondensat tidak terkontaminasi (tercampur ) dengan nira maka hasil analisa pada tabung berwarna jernih agak keputihan.
2. Apabila air kondensat terkontaminasi dengan nira
Hasil analisa :
Maka hasil analisa dalam tabung berwarna ungu kehijauan
►. Air kondensat yang di analisa meliputi stasiun :
1. Stasiun pemurnian (Juice Heater )2. Stasiun penguapan ( Evaporator )3. Stasiun masakan (Pan Masak )
►. Untuk analisa air kondensat di stasiun ketelan :
Gunakan kertas pH indicator saja namun jika di stasiun ketel telah terkontaminasi nira (air gula ) maka bisa saja digunakan larutan analisa pH ( alpha naptol + H2SO4 )
Di Stasiun Ketelan Terdapat 2 titik analisa yaitu:
1. Tangki/ pipa air pengisi ketel :Untuk kondisi normal ( tidak terkontaminasi nira ) pH nya berkisar antara 7,0 – 7,5
2. Tangki/ pipa air proses ketel :Untuk kondisi normal ( tidak tercampur nira ) pH nya berkisar antara 9,8 -10,5
►. Cara pencegahan antara di stasiun ketel terkontaminasi nira :
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 68
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Tuangkan larutan pH booster atau pH plus pada tangki atau pipa air pengisi ketel
►. Fungsi pH Booster atau pH plus :
Untuk mendongkrak atau menstabilkan kadar pH air kondensat yang turun atau tidak normal, karena apabila air kondensat tercampur nira maka pH airnya akan turun.
►. Fungsi Trisodium Phosphat pada tangki pengisi ketel :
Untuk melunakkan kerak ( endapan ) kotoran yang tercampur bersama air kondensat baik dari juice heater, evaporator, masakan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 69
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB VI
L I M B A H
Pabrik Gula Padjarakan dalam rangka Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup telah mendapatkan rekomendasi / izin untuk pengelolaan Limbah dari berbagai instansi yang terkait, antara lain :
No
.Jenis Izin
Instansi Pemberi
IzinMasa berlaku
1.
2.
3.
4.
Surat Izin Usaha Industri
No. 503 / 350
/436.4.12/2005
Izin Lokasi
No. 660/286/426.303/2009
Izin Mendirikan Bangunan
(IMB)
No. 648/402/426.12/2005
Izin Tempat Usaha ( HO )
No. 503/94/426.12/2007
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Prop. Jatim
Pemerintah
Kabupaten
Probolinggo
Dinas
Pemerintah Kab.
Probolinggo
Bupati Kab.
12 September
2005 s/d
seterusnya
2009 s/d
seterusnya
2005 s/d
seterusnya
Selama
perusahaan
beroperasi
Sejak 22 Sept
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 70
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
5
6
7
Rekomendasi Izin
Pembuangan Limbah Cair
ke Lingkungan
No. 503/04/426.12/2008
Izin Pengambilan Air
Bawah Tanah
Izin Pemanfaatan Air
Permukaan.
No.503/09/426.12/2009
Probolinggo
Dinas Pekerjaan
Umum dan
Pengairan
Kab.Probolinggo
Dinas Pekerjaan
Umum dan
Pengairan
Kab.probolinggo
2008
Sejak tahun 2009
24 Agustus
2009
Di Pabrik Gula Padjarakan limbah yang dihasilkan ada 3 macam :
1.Limbah Cair2. Limbah Padat3. Limbah Udara
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 71
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
6.1 Limbah Cair
Pengolahan limbah cair di Pabrik Gula Padjarakan Kab.Probolinggo
menggunakan Unit Pengolahan Limbah Cair (UPLC) “SAL” yaitu Sistem
Aerasi Lanjut.
Seluruh air yang tercemar dari dalam pabrik di alirkan lewat In House
Keeping masuk bak penangkap minyak , dari bak penangkap minyak masuk
bak penampung sementara limbah cair lalu dipompa ke bak Equalisasi, Aerasi,
bak pengendap, dari bak pengendap air yang memenuhi baku mutu akan
keluar, sedangkan endapan dipompa ke bak stabilisasi dan kemudian
dimasukkan ke bak saringan pasir.
Adapun data teknis dan desain kapasitas dari UPLC adalah :
N a m a : Sistem Aerasi Lanjut (SAL)
Kapasitas : ……………….
D e b i t : ……………….
Awal operasional : Mei 2012
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 72
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
nit Pengolahan Limbah Cair ( UPLC ) terdiri dari beberapa unit yaitu :
1. Bak Penangkap minyak
2. Bak Penampung sementara limbah cair
3. Bak Penelitian
4. Bak Equalisasi / Perata
5. Bak Aerasi
6. Bak Pengendap
7. Bak Stabilisasi
8. Bak Saringan pasir
9. Bak Air filtrat
Ukuran dan fungsi masing-masing unit pengolahan adalah sebagai berikut :
1. Bak penangkap minyak
Berfungsi untuk memasukkan minyak dari cairan yang berasal dari
St.Gilingan yang akan mengganggu proses penguraian mikroba , bahkan
dalam jumlah besar minyak akan mematikan mikroba.
Bak penangkap minyak ini setiap pagi hari dibersihkan dengan cara
menyisihkan minyak dari air dan ditampung di drum minyak
Bak penangkap minyak ini terdiri dari 1 buah
2. Bak penampung sementara limbah cair ( Intake )
Berfungsi sebagai penampung limbah cair yang berasal dari pabrik
sebelum masuk bak equalisasi.
Ukuran bak : 2.9 meter x 1.9 meter x 2.0 meter = 11.02 m³
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 74
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Bak intake ini dilengkapi dengan 2 buah pompa centrifugal close
impeller kap.18 m
all Stainlesstell 7.5 kw dengan perpipaan
3. Bak Penelitian
Berfungsi tempat untuk memperbanyak/membiakkan bibit mikroba
pengurai Inola 221 produksi P3GI yang akan di gunakan sebagai starter
pada saat awal opersional UPLC.
Terdiri dari 2 unit bak penelitian :
- Tangki B1 : Diameter 1 x 1 , Volume 1 m³
- Bak B2 : Ukuran 4.9 x 1.75 x 2.0 m , Volume 17.15 m³
- Instalasi perpipaan udara aerasi
- Valve untuk memasukkan bibit ke kolam aerasi
4. Bak Equalisasi / perata
Limbah cair dari bak penampung sementara dalam pabrik dipompa
masuk ke bak equalisasi /perata,dimana bak ini berfungsi sebagai
penampung sementara untuk kestabilan debit limbah yang akan masuk
bak aerasi . Disamping itu juga berfungsi untuk menstabilkan pH dan
suhu yang masuk karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup mikroba .
Terdiri 1 unit bak Equalisasi dengan ukuran :
9.7 meter x 4.8 meter x 3.0 meter ,Volume = 139.68 m³
dilengkapi dengan 2 buah pompa Centrifugal Close Impeller
kap.15m³/jam, all Stainlesstell 4 KW /380 V.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 75
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
5. Bak Aerasi
Berfungsi sebagai tempat mikroba pengurai Inola 221
Mengurai dan mengurangi bahan pencemar terlarut dalam limbah cair
secara biologis aerob.
Unit ini terdiri dari :
- Bak A-1 : Ukuran 9.7 m x 3.9 m x 3.0 m , volume 113 m³
- Bak A-2 : Ukuran 9.7 m x 3.9 m x 3.0 m , volume 113 m³
- Bak A-3 : Ukuran 9.7 m x 3.9 m x 3.0 m , volume 113 m³
- Bak A-4 : Ukuran 9.7 m x 3.9 m x 3.0 m , volume 113 m³
- Instalasi perpipaan udara aerasi
- Instalasi sumber udara
- 2 unit Root blower , kap @ 250 m³/jam = 500 m³/jam
6. Bak pengendap
Berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan sel yang terbentuk dalam
unit bak aerasi
Unit ini terdiri dari 2 bak pengendap :
- Bak P-1 , ukuran 5.7 x 1.3 x 3.5 x 0.5 = 12.97 m³
- Bak P-1 , ukuran 5.7 x 1.3 x 3.5 x 0.5 = 12.97 m³
- Instalasi perpipaan udara
- 2 buah Centrifugal Open Impeller kap.5 m³/jam
all Stainlesstell 4 KW
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 76
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
7. Bak Stabilisasi
Berfungsi untuk mengurangi endapan yang akan dibuang menjadi zat
organik yang stabil dengan cara tutolisis secara aerob,
Terdiri dari 2 buah unit :
- Bak S-1 : Ukuran 4.9 x 1.75 x x2.0 m = 17.15 m³
- Bak S-2 : Ukuran 4.9 x 1.75 x x2.0 m = 17.15 m³
- Instalasi perpipaan udara aerasi
- Valve pengembalian air jernih ke bak aerasi
- Valve untuk pengeluaran endapan ke bak saringan pasir
8. Bak saringan pasir
Berfungsi untuk memisahkan endapan kasar yang sudah stabil dari bak
stabilisasi dengan air yang di kandungan serta sebagai sarana penjemuran
dengan mamanfaatkan panas dari sinar matahari.
Unit ini terdiri dari :
- 4 unit saringan pasir ukuran : 3.8 m x2.45m x0.40 m = 3,75 m³ x 4
= 14.89 m³
- Kapasitas lumpur / endapan : 11.17 m³ (tebal lumpur :0.3 m)
- Sarana saringan (batu kerkil , ijuk , pasir , goni
9 . Bak Filtrat
Berfungsi untuk menampung filtral hasil saringan pasir yang akan
dikembalikan ke bak equalisasi.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 77
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Terdiri dari 2 buah pompa Centrifugal Open Impeller,kap 3m³/jam,
all stainlesstell 1,5 KW
6.2 Limbah Padat
Limbah padat / B3 ( Bahan Berbahaya dan beracun ) di Pabrik Gula
Padjarakan meliputi :
6. 2. 1. Penanganan limbah Blotong
Blotong dari rotary vacuum filter dialirkan pada Conveyor blotong.
Pembungan blotong dilakukan oleh pihak ke III ke penampungan
blotong
Penumpukan blotong oleh pihak ke III pada lokasi penampungan
ditekankan tidak boleh ditumpuk secara vertical
Pembuangan blotong yang sembarangan, akan dikenakan teguran
secara langsung oleh team limbah pabrik.
Penampungan blotong pada tempat yang disediakan oleh Pabrik,
diberi tanda dan pembatas
Ampas digunakan sebagai bahan bakar ketel.
6. 2. 2. Penanganan limbah Abu Ketel
Abu ketel dari dapur ketel ditampung pada lori abu ketel, disertai
penyiraman secara manual.
Pembuangan abu ketel dilakukan oleh pihak ke III ke penampungan.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 78
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Penumpukkan Abu Ketel oleh pihak ke III pada lokasi penampungan
ditekankan tidak boleh ditumpuk secara vertikal.
Pembuangan Abu Ketel yang sembarangan, akan dikenakan teguran
secara langsung team limbah Pabrik.
Penampungan Abu Ketel pada tempat yang disediakan oleh Pabrik,
diberi tanda dan pembatas.
6. 2. 3. Pengelolaan Limbah Padat Non B3
Mengoptimalkan kinerja pengelolaan limbah padat.
Melakukan pencatatan berupa log book mengenai jumlah limbah
padat yang dihasilkan dan yang dimanfaatkan selanjutnya.
Melakukan analisa terhadap seluruh limbah padat yang
dihasilkan.
Membuat sumur pantau disekitar lokasi penimbunan dan melakukan
pemantauan terhadap air tanah disekitar penimbunan.
Mengantisipasi kemungkinan terjadinya genangan air saat musim
hujan pada lokasi pengolahan Blotong menjadi kompos karena
berada dilahan terbuka.
Endapan dari kolam pengendap II agar segera diangkut ke TPA saat
pengurasan agar tidak menimbulkan luberan endapan saat musim
hujan.
Menyampaikan secara berkala pengelolaan Limbah padat berupa log
book jumlah limbah padat yang dihasilkan dan dimanfaatkan ke KLH
(c.q Asdep urusan Pengendalian Pencemaran agro industri ) dengan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 79
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
tembusan kepada Bapedalda Provinsi Jawa Timur dan Dinas
kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Probolinggo.
6. 3. Limbah Udara :
Limbah gas udara dihasilkan dari pembakaran ketel menghasil emisi
SO2, emisi partikulat (abu dan debu) dan emisi CO2.
6. 3. 1. Penanganan limbah udara
Meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran udara sehingga
emisi yang dihasilkan dari setiap sumber dapat memenuhi BME sesuai
dengan Peraturan menteri No. 07 tahun 2007 dan SK Gub. Jawa Timur
no. 129 tahun 1996.
Memperbaiki tata letak lubang pengambilan sample emisi udara
sesuai ketentuan dalam kep. Ka. Bapedal No. 205 tahun 1996.
Memanfaatkan gas CO2 dari hasil pembakaran pada ketel sebagai
bahan pembantu di karbonatasi.
Meningkatkan In House Keeping di sekitar Boiller.
6. 4. Limbah B3
Limbah B3 dihasilkan dari :
a. Oli bekas stasiun gilingan dan stasiun pembangkit listrik.
b. Lampu TL bekas
c. Accu bekas stasiun Garasi
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 80
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
6. 4. 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun (B3).
a. Melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang
dihasilkan (Accu dan Oli bekas) kepada pengumpul atau pemanfaat
yang telah memiliki izin dari KLH.
b. Melakukan pelaporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan mengenai
seluruh kegiatan pengelolaan limbah B3 dengan melampirkan Neraca
Limbah B3 dan Menifest pengiriman Limbah B3 (bila ada) kepada KLH
(c.q Asdep Urusan Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur dan
agroindustri, Gd. C, Lt.2, Jl. D.I Panjaitan Kav 24, kebon Nanas, Jakarta
Timur – 13410) dengan tembusan kepada Bapedalda Provinsi Jawa
Timur dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Probolinggo
c. Cairan yang mengandung Pb dilakukan penetralan pada elektroliser.
6.2.1 Accu Bekas
Limbah accu bekas berasal dari kendaraan dinas PG Padjarakan,baik
dari accu sepeda motor ataupun dari kendaraan roda 4. Accu bekas
tersebut selanjutnya disimpan di gudang sementara penyimpanan
limbah Bahan berbahaya dan beracun ( B3 )
6.2.2 Olie bekas
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 81
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Pemanfaatan limbah B3 berupa olie bekas untuk aspot lori, worm
mill dan gear box. Selanjutnya pemanfaatannya dilaporkan dalam
laporan UKL-UPL. Pengajuan izin pemanfaatan limbah B3 berupa
olie bekas sudah diajukan dan sedang dalam proses di Kementerian
Lingkungan Hidup ( KLH ) Pusat. No surat DD/INSIP/11.034
6.2.3 Lampu TL bekas
Limbah B-3 berupa Olie bekas,Accu bekas dan lampu TL bekas
ada yang dikirim untuk diolah oleh PT Tenang Jaya Sejahtera.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 82
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
PTPN XI ( persero ) P.G Padjarakan merupakan salah satu
industri perkebunan milik Negara yang memproduksi gula dari tanaman
tebu dan mempunyai daya kapasitas terpasang 12.500 kui tebu / hari.
Biasanya, musim giling tebu di mulai pada bulan mei dan berakhir pada
bulan desember. PG Padjarakan terletak di antara desa sukokerto dan
pajarakan kulon kabupaten probolinggo. PG Padjarakan di bangun di
atas tanah dengan luas 15,7 Ha.
Dengan beberapa stasiun yang ada di dalam nya, yaitu :
Ø. Stasiun Gilingan adalah stasiun yang bertujuan untuk memerah nira
dalam tebu sebanyak- banyak nya / semaksimal mungkin dengan
kehilangan nira seminimal mungkin
Ø. Stasiun Pemurnian adalah stasiun yang bertujuan untuk memisahkan
nira dari BG ( Bukan Gula ) semaksimal mungkin dan kehilangan
seminimal mungkin. Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara
fisis maupun kimiawi
Ø. Stasiun Penguapan adalah stasiun yang bertujuan untuk
memindahkan panas kedalam nira. Pada stasiun penguapan, proses
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 83
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
penguapan dibantu dengan uap bekas yang bertekanan sekitar 0,5
kg/cm2. Jadi, pada prinsip nya penguapan ini adalah menguapkan air
dalam nira semaksimal mungkin dengan kehilangan seminimal
mungkin. Dengan rata-rata > 30% air dalam nira.
Ø. Stasiun Masakan adalah proses pembesaran inti kristal dari molekul-
molekul sakarosa pada pan masakan , menjadi butiran yang
dikehendaki sebagai bentuk Kristal gula ( monoklin rhombies ).
Ø. Stasiun Puteran adalah stasiun pemisahan Kristal gula dengan stroop
dari larutan induk (magma/ quite) sehingga diperoleh Kristal yang
putih dan kering. Pemisahan Kristal dan larutannya di lakukan
dalam suatu basket yang dilengkapi dengan saringan-saringan pada
dindingnya, sehingga dengan adanya putaran basket akan
mengalami gaya sentrifugal.
7.2 SARAN UNTUK SISWA
Ø. Bersikap disiplin, sopan dan patuh pada tata tertib yang berlaku di
perusahaan.
Ø. Siswa di harapkan dapat melaksanakan apa yang di tugaskan oleh
pembimbing industri dengan penuh tanggung jawab.
Ø. Lebih kreatif dan kritis dalam memperoleh informasi mengenai cara
kerja di laboratorium.
Ø. Siswa di harapkan mampu bersaing dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi di Era moderen ini.
Ø. Dalam bekerja terapkan 4 Unsur : jagalah kebersihan, hati-hati
gunakan keterampilan dan kejujuran.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 84
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
Ø. Menjaga nama baik sekolah.
7.3 SARAN UNTUK SEKOLAH
Ø. Monitoring guru agar lebih di aktifkan.
Ø. Mengimbangi teori yang di berikan serkolah dengan praktikum di
dunia Industri.
Ø. Di harapkan sekolah lebih memperhatikan siswa yang melaksanakan
Prakerin, khususnya saat pelaksanaan Prakerin harus di
pertimbangkan dengan waktu pelaksanaan ujian sekolah.
7.4 SARAN UNTUK PERUSAHAAN
Ø. Memberikan bimbingan yang lebih terperinci, agar peserta praktek
dapat memahami dan membantu dalam pekerjaan.
Dari semua yang telah di bahas dalam laporan ini, di
harapkan pembaca dapat lebih memahami tentang konsep yang di
berikan oleh sekolah dan fakta di lapangan. Dari Praktek Kerja
Industri yang telah kami lakukan, Kami berharap agar hasil dan
pengalaman yang telah kami capai ini dapat bermanfaat bag
pembaca, khususnya pada adik kelas Kami yang akan melaksanakan
PRAKERIN di PG.PADJARAKAN - PROBOLINGGO - JAWA
TIMUR.
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 85
Laporan Praktek Kerja Industri 2012
DAFTAR PUSAKA
Soejardi (1975), Proses Kristalisasi Sucrose Dalam Pan Masak, Lembaga
Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Soebagio (1983), Instalasi Gilingan Pabrik Gula, Lembaga Pendidikan
Perkebunan, Yogyakarta.
Buku panduan Teknologi Gula Indonesia, Lembaga Pendidikan
Perkebunan, Yogyakarta.
Data dari Pembimbing PG Padjarakan
Data dari Operator - operator Karyawan PG Padjarakan
SMKN 1 Grati - PasuruanPage 86