ekologi

16
DISUSUN OLEH KELOMPOK 7: 1. HEPI RATNA WULAN NUR HABIBAH NIM. 14232810 2. HERMAWAN DWI ASTANTO NIM. 14232811 3. I PUTU DODI SASTRAWANNIM. 14232810 EKOLOGI

Upload: hepi

Post on 07-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekologi

TRANSCRIPT

Page 1: ekologi

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. HEPI RATNA WULAN NUR HABIBAH NIM. 14232810

2. HERMAWAN DWI ASTANTO NIM. 14232811

3. I PUTU DODI SASTRAWAN NIM. 14232810

EKOLOGI

Page 2: ekologi

Intoleransi dan Konflik Komunal

Page 3: ekologi

Konflik komunal adalah terjadinya pergeseran nilai dan disintegrasi norma yang kecenderungan membangkitkan disharmoni (tidak Kesesuaian) sehingga mengarah ke kegiatan dihedritasinya (alih fungsi) kepercayaan kepada identitas komunal. Identitas kelompok, etnisitas bangsa, Identitas sosial budaya, identitas kepercayaan dan simbul-simbul orang tertentu yang menjalankan arah kebijakan yang dianggap flesibelitas sehingga sering menyebabkan retaknya hubungan antar komunal di masyarakat.

Page 4: ekologi

Pada status komunal yang tercipta dan lahir dimasyarakat merupakan keragaman tata cara kehidupan sekaligus berkehidupan selaras dengan kondisi bangsa Indonesia yang mempunyai beribu-ribu adat kebiasaan dan kebenaran yang saling berkait serta tumpang tindih. Warna kebenaran yang tumpang tindih di masyarakat akan menunjukkan jati diri dan terkadang menimbulkan gesekan serta gejolak mulai dari induvidu merembet ke komunal.

Secara sederhana konflik komunal sebagai konflik yang terjadi antar komunitas. Sebagai suatu komunitas, dipastikan berkelompok, massa dalam jumlah banyak. Kelompok itu dapat saja berasal dari etnis, suku dan agama yang berbeda. Pemicunya juga macam-macam. Tapi yang pasti akibat yang ditimbulkan oleh konflik komunal bisa luar biasa dan mencengangkan.

Page 5: ekologi

Keterbukaan dan kebebasan berekspresi tak selamanya menjadi garansi bagi terwujudnya sikap saling menghormati. Ancaman kebebasan beragama atau berkeyakinan misalnya, tarus hadir hilir mudik di depan mata.

Inilah ancaman serius bagi hak asasi manusia (HAM), yang justru terjadi di tengah suasana keterbukaan dan kebebasan ini. Lebih ironis lagi, ada kesan kuat, aparatus pemerintah tunduk patuh dan berada dalam kendah otoritas tokoh-tokoh agama tertentu.

Tidak hanya itu, konflik komunal akibat Perber No. 8/9 tahun 2006 - revisi SKB No. 1/Ber/MDN-MAG/1969 tentang regulasi tempat ibadah, juga terus berlangsung. Efek bola saljunya, kelompok minoritas menjadi tak punya kesempatan luas mendirikan rumah ibadah, sesuatu yang sakral dan urgen bagi ekspresi keberagamaan.

Page 6: ekologi

Padahal sudah jelas diatur dalam Pasal 29 UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan beribadat menurut kepercayaannya masing-masing. Hal ini juga sebagai dasar pengakuan akan keberadaan HAM di Indonesia.

Dalam UUPA diatur mengenai hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial. Tanah-tanah yang dipergunakan untuk keperluan keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi oleh pemerintah. Termasuk dalam hal pewakafan tanah untuk keperluan suci.

Akan tetapi sampai saat ini kelompok minoritas masih saja sangat sulit untuk mendirikan tempat ibadah, walaupun tempat ibadah tersebut didirikan diatas tanah milik kelompok tersebut. Jelas terlihat ada sesuatu yang terselubung jika dilihat dari pelarangan tersebut.

Hal ini membuktikan bahwa kepentingan sekelompok orang yang intoleran ternyata dapat membatasi penggunaan hak-hak atas tanah untuk kepentingan beribadah, sebagaimana yang diatur dalam UUPA. Disini perlu kejelasan sikap pemerintah agar dapat menindak tegas hal-hal seperti ini. Jangan sampai ada kesan pihak intoleran ternyata dapat mengesampingkan peraturan yang ada.

Page 7: ekologi

Untuk kasus lain, konflik pertanahan tidak ada kaitan dengan konflik komunal, karena sengketa melibatkan masyarakat dengan pengambil kebijakan di perusahaan, maupun pemerintah daerah. Tapi sengketa ini bisa berubah menjadi komunal, bila perusahaan membenturkan para karyawan dan buruh, yang notabene adalah masyarakat setempat juga. Contoh kasus, pasca aksi pembakaran aset PT BSMI di Mesuji, ratusan karyawan perusahaan itu berunjuk rasa, karena kehilangan pekerjaan. Secara tidak langsung, aksi ini merupakan “serangan balik” pada kelompok yang melakukan aksi pembakaran.

Pendudukan areal di Register 45 Mesuji, adalah salah satu yang harus diwaspadai. Seperti kita tahu, ada keberatan dalam kelompok masyarakat adat setempat, karena lahan di daerahnya diduduki warga dari luar. Sebab menurut mereka,  areal itu sudah diserahkan pada negara, yang dikemudian dikelola oleh swasta. Pemerintah daerah harus menjaga jangan sampai konflik yang terjadi malah merembet antara kelompok masyarakat.

Page 8: ekologi

KETIMPANGAN EKONOMI YANG TINGGI

TERHADAP AGRARIA (TANAH)

Page 9: ekologi

Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kehidupan rakyatnya

bercorak agraris. Sehingga tanah mempunyai arti penting bagi bangsa Indonesia. Amanat konstitusi negara Indonesia UUD 1945 pasal 33 ayat 3 sebagai sumber lahirnya Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) pada pasal 1 menyatakan bahwa sumber daya agraria merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki relasi yang bersifat abadi bagi seluruh bangsa Indonesia.

Sumber daya agraria terutama tanah merupakan kekayaan nasional yang dapat membawa manfaat yang sangat besar, sebaliknya juga merupakan penyebab berbagai permasalahan serius seperti banyak yang terjadi sengketa dan konflik pertanahan. Sumber konflik agraria pada dasarnya terletak pada adanya sejumlah ketimpangan, ketidakselarasan atau incompabilities. Di indonesia terdapat sedikitnya tiga macam ketimpangan, yaitu :

a) Ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah

b) Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah

c) Incompabilities dalam hal persepsi dan konsepsi mengenai agraria. Ketimpangan-ketimpangan seperti ini menjadi cikal bakal kemiskinan dan berimbas pada

menurunya angka perekonomian, karena masyarakat yang lapar akan tanah. Pembangunan ekonomi yang cenderung mengarah pada industrialisasi sebagai makna memasuki era globalisasi dalam menciptakan peluang-peluang investasi memerlukan lahan (tanah) dalam sekala besar terutama sektor perkebunan. Dengan kekuatan modal yang besar dan dukungan dari beberapa peraturan perundang-undangan, para pemilik modal leluasa dalam penguasaan atas lahan-lahan produktif yang luas. Disisi lain petani-petani kecil mulai terpinggirkan. Karena keterbatasan akses terhadap sumber-sumber produksi ini berimbas pada tumbuhnya kemiskinan terutama para petani di pedesaan.

Page 10: ekologi

Permasalahan Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan tetap ada pada kehidupan bangsa Indonesia dari tahun ke tahun, maka disinilah dituntut peran pemerintah sebagai pengemban amanah rakyat sesuai dengan konstitusi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam pasal 34 ayat (1) UUD 1945 pada tanggal 11 agustus 2002 secara tegas menyatakan: “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Berdasarkan pasal tersebut, maka dapat dikatakan kemiskinan merupakan tanggung jawab negara, baik pemeliharaan, pemberantasan, maupun penanggulangannya, tidak hanya sebatas memelihara dalam pengertian dijaga atau dirawat, namun lebih lagi bagaimana negara mengusahakan, mengolah, mendidik, dan mengembangkan agar kemiskinan/fakir miskin dan orang-orang terlantar dapat lebih mandiri mengembangkan kehidupan demi kearah yang lebih sejahtera dan makmur.

Maka sepatutnya pemerintah harus membuat kebijakan yang lebih progresif dalam penanganan masalah kemiskinan ini agar tidak makin meluas. Keterbatasan akses terhadap faktor-faktor produksi terutama tanah, menimbulkan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Golongan demikian itu misalnya para petani yang tidak memiliki tanah sendiri atau petani yang tanah miliknya. Seharusnya dengan wilayah yang luas dan kekayaan alam yang berlimpah kemiskinan dan segala permasalahannya tidak perlu terjadi, jika sumber daya agraria yang kita miliki pengaturannya dilaksanakan sesuai amanat UUD 1945 dan UUPA.

Page 11: ekologi

Pembenahan Sumber Daya Agraria

Memasuki era reformasi dilakukan pembenahan semua perangkat peraturan perundang-undangan termasuk konstitusi kita UUD 1945 yang telah di amandemen dengan empat tahap. Sektor agraria juga mendapat perhatian dengan dikeluarkannya TAP MPR nomor IX/MPR/2011 yang arah kebijakan pembaruan agraria secara rinci dapat disampaikan sebagai berikut :

Melaksanakan penataan kembali penguasaa, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah (Landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat.

Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi pemanfaatan tanah secara komperhensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.

Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-prinsip pembaruan agraria.

Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan pembaruan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang terjadi.

  Tanah merupakan komponen dasar dalam reforma agraria, maka pada dasarnya tanah yang

ditetapkan sebagai objek reforma agraria adalah tanah-tanah negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai objek reforma agrarian. Menurut Pasal 9 PP Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, tanah terlantar yang sudah ditetapkan menjadi tanah negara akan menjadi salah satu objek reforma agraria, dan yang subyek Reforma Agraria adalah penduduk miskin di perdesaan baik petani, nelayan maupun non-petani/nelayan. Penduduk miskin dalam kategori ini dapat dimulai dari yang di dalam lokasi ataupun yang terdekat dengan lokasi, dan dibuka kemungkinan untuk melibatkan kaum miskin dari daerah lain perdesaan dan perkotaan untuk memanfaatkan tanah miliknya.

Page 12: ekologi

Kesimpulan Dalam hal hubungan antara terjadinya ketimpangan perekonomian dengan

adanya Sumber daya Agraria diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tujuan yaitu :

Agar para petani bisa memperoleh tanah untuk sumber pendapatan. Adanya peraturan untuk mengendalikan sektor perusahaan agar tidak

melebihi batas. Terciptanya keadilan bagi kaum miskin yang tidak mempunyai tempat

berpijak agar dapat memanfaatkan reforma agraria sebagai kesempatan untuk melangsungkan hidup dengan hasil produksi tanah.

Melaksanakan pemerataan antara kaum miskin dengan sektor industri dalam hal kepemilikan tanah.

Terwujudnya kepemilikan tanah sebagai unsur kemakmuran rakyat. Hal ini mungkin belum merupakan pencapaian yang memuaskan, tetapi

setidaknya keberlanjutan ke arah yang lebih baik dan mungkin menuntun kita ke arah yang sesuai dengan tujuan perjuangan yang lebih penting, serta memerlukan konsistensi keinginan yang kuat dari segenap unsur terutama pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi terhadap sektor Agraria

Page 13: ekologi

LIBERALISASI SESI EKONOMI

Page 14: ekologi

PENDAHULUAN Ilmu ekonomi (ekonomika) diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan mereka dari berbagai alat pemuas kebutuhan atau sumber daya yang terbatas adanya.

Alat pemuas kebutuhan ini yang dapat pula disebut sebagai sumber daya, dapat berupa barang konsumsi maupun barang produksi.

Dalam hubungannya dengan perekonomian, kehidupan petani akan menjadi lebih baik jika sumber agraria dikelola secara adil. Namun pada kenyataannya kebijakan yang diambil oleh pemerintah umumnya bersifat liberal dan bertentangan dengan semangat UUPA 1960. Akhirnya segala kekayaan alam Indonesia (khususnya sumber daya agraria) hanya dikuasai segelintir orang sehingga hak rakyat atas tanah dan ruang hidup semakin tidak terjamin.

Page 15: ekologi

Contoh yang terjadi dalam pemerintahan di Indonesia

Penandatanganan infrastructure summit (IS) oleh SBY yang mengakibatkan investasi lapar tanah, sehingga membuka kawasan-kawasan ekonomi Khusus dengan membagi enam (6) koridor. Contohnya yang ada di Riau, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dan tempat lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan keinginan SBY untuk memenuhi pasar Europa, yaitu kebutuhan bahan dasar biofuel. Sehingga terjadi ekspansi sawit secara besar-besaran yang membuat hak kelola rakyat semakin sempit, kerusakan hutan semakin cepat dan rusaknya lingkungan hidup flora dan fauna.

Dikeluarkannya UU tentang Penanaman modal. UU ini menyatukan investasi asing dan dalam negeri serta memperpanjang masa kontrak sampai 95 tahun. Ini merupakan sikap liberal yang radikal. Petani harus bersaing dengan korporasi raksasa yang berasal dari Amerika atau Europa, dengan sistem membolehkan asing menguasai aset negara sampai 95 tahun. Selain itu, UU Penanaman Modal ini tidak lagi membedakan kepentingan publik dengan kepentingan privat, semua telah disamakan. Hal ini telah menyebabkan berbagai konflik kekerasan sampai menelan korban jiwa, perampasan tanah dan kriminalisasi.

Page 16: ekologi

Beberapa undang-undang yang berdampak buruk terhadap petani

UU Perkebunan dan Kehutanan bertujuan untuk mengkriminalisasi rakyat yang masuk kawasan perkebunan dan hutan.

UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang mengkapling-kapling laut Indonesia, bahkan sampai ada yang dimiliki oleh asing dengan cara menyewa pulau-pulau kita dengan harga yang sangat murah.

UU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang hanya menguntungkan korporasi besar jika reforma agraria sejati tidak dijalankan. Petani skala luas dan skala kecil bisa memperoleh insentif dari negara, jadi semakin luas lahan pertanian yang dimiliki satu korporasi maka semakin besar pula insentif yang didapatkan dari negara.

UU Holtikultura merupakan produk UU yang mendorong lahirnya satu perusahaan benih besar dan meniadakan kearifan lokal. Jadi petani yang memiliki pengetahuan rekayasa genetik secara turun-temurun bisa dipidanakan atas nama hak paten perusahan besar.

UU Pengadaan Tanah merupakan hukum legal pemerintah untuk mengambil tanah rakyat atas nama kepentingan nasional.