ekstraksi
DESCRIPTION
EkstraksiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan sehingga di dapat hasil pengobatan yang maksimal.
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang
dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh. Peristiwa
osmosa dan difusi berperan pada proses penyarian.
Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah
serbuk simplisia begitu saja pada cairan penyari maka penyarian
tersebut tak akan dapat sempurna karena suatu keseimbangan akan
terjadi antara larutan zat aktif yang terdapat dalam sel dengan larutan
zat aktif yang terdapat di luar butir sel.
Untuk penyarian sebagai cairan penyari adalah air, etanol,
etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih
terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air.
Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi
dan penyarian berkesinambungan. Dari keempat cara tersebut sering
dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
I.2 Maksud dan Tujuan
A. Ekstraksi sederhana
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan memahami
cara penyarian sederhana yaitu dengan metode maserasi, perkolasi dan
infudasi.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan beberapa metode
ekstraksi sederhana terdiri dari maserasi, perkolasi dan infudasi.
B. Ekstraksi cair-cair
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair terhadap sampel sediaan
bahan alam.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh data
hasil fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair dalam sampel sediaan
bahan alam.
I.3 Prinsip Percobaan
A. Penyarian sederhana
Prinsip dari percobaan ini adalah untuk menentukan metode
penyarian sederhana seperti maserasi, perkolasi, dan infudasi yang
digunakan dalam penyarian zat-zat seperti tanaman daun merica(Piper
nigrum) dengan menggunakan pelarut metanol.
B. Ekstraksi cair-cair
Pemisahan zat terlarut dengan menggunakan 2 macam pelarut
yang berbeda kepolarannya (yang saling tidak bercampur) dalam corong
pisah.
BAB II
TEORI SINGKAT
A. Salam
1 Klasifikasi Tanaman (Flora, 2003)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Mrytaceaea
Genus : Syzygium
Species : Syzygium polianthyum
2. Morfologi (Arisandi, 2006)
Daunnya berwarna hijau, tepi daun rata, ujung daunnya
runcing (aculus).
4 Kandungan (Arisandi, 2006)
Kandungan kimia daun salam (Syzygium polianthyum)
antara lain minyak atsiri 0,05 % terdiri dari sitral, eugenol, tannin dan
flavanoid.
5 Kegunaan (Arisandi, 2006)
Kegunaan dari daun salam (Syzygium polianthyum)
adalah sebagai obat diare, kencing manis, gatal-gatal, maag, dan
lain-lain.
B. TEORI SINGKAT
1. Defenisi Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari
bagian tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Proses ekstraksi dalam tanaman (zat aktif) yaitu pelarut organik
menembus membran atau dinding sel dan masuk kedalam inti (Anonim,
2007).
2. Jenis-Jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi secara maserasi
2. Ekstraksi secara perkolasi
3. Ekstraksi secara infudasi
4. Ekstraksi cair-cair
5. Ekstraksi padat-cair
3. Cara-cara Ekstraksi
a. Maserasi (Dirjen POM, 1979)
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk-serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel maka larutan yang
terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang-ulang sehingga
terjadi. Keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,
air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka
untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan
pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah
cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan. Kerugian dari maserasi adalah pengerjaannya
lama dan penyariannya kurang sempurna.
Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan
pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi
larutan diluar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan
tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang
sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel dengan larutan diluar sel.
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan
selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut
dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya :
(Gunawan, 2002 )
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah yaitu pada suhu 40º – 50º C. cara maserasi
ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus
menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam.
3. Remasi
Cairan penyari dibagi 2. seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap
tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cara
penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan
agar cairan penyari selalu bergerak menyebar. Dengan cara ini
penyari selalu mengalir kembali serta berkesinambungan melalui
serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan
berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B).
C. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya,
berat, kekentalan, daya kapiler dan gaya gesekan (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi karena : (Gunawan, 2002 )
b. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
c. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler
tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapiasan
batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,
cairan yang digunakan untuk penyari disebut cairan penyari atau
menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau
perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas
atau sisa perkolasi.
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk
tabung, perkolator berbentuk berbentuk corong dan perkolator berbentuk
paruh. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang
akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang
larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab
perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada
pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan
untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan
digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi.
D. Infudasi (Depkes, 1986)
Infus adalah cairan yang dibuat dengan menyari simplisia
dengan air pada suhu 90º C selama 15 menit.
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan
nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dari kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan
obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan
untuk membuat ekstraksi.
Infus dibuat dengan cara : (Depkes, 1986)
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan,
untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada
suhu 90º – 98º C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian
bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian. Hal ini disebabkan
karena :
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina
digunakan 6 bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan,
misalnya daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc karena itu
diambil ½ bagian.
c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 1½ bagian.
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian.
E. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam
dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata
lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organic dan
pelarut ait (Anonim, 2007)
Jika suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak yang telah
dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang
pertama maka terbentuk dua lapisan (Depkes, 1986)
Pelarut non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar
dengan tekanan yang sama melalui intraksi dipole induksi. Molekul zat
terlarut dalam larutan dengan Van Der Waals London lemah sehingga
minyak dan lemak dapat larut dalam pelarut karbon tetra klorida, benzen
dan minyak mineral, sedangkan pelarut semi polar seperti keton dan
alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam
molekul pelarut non polar dapat bertindak sebagai pelarut perantara
yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar
(Depkes, 1986)
Absorbsi adalah proses terserabnya suatu senyawa pada
bagian permukaan zat penyerap (zat padat) besarnya absorbsi sangat
tergantung dari sifat kepolaran zat elekrostatik antara kedua permukaan
tidak sejenis, secara fisika dikatakan tarik menarik antar muka karena
adanya perbedaan muatan. Kepolaran merupakan kemampuan suatu
senyawa membentuk kutub yaitu kutub positif dan negatif (Anonim,
2007).
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Bejana maserasi
3. Bejana perkolasi
4. Botol markisa
5. Cawan porselen
6. Corong pisah
7. Gunting
8. Hair Dryer
9. Jarum infuse
10. Karet sumbat
11. Kipas angin
12. Kompor gas
13. Penangas air
14. Selang infus
15. Sendok tanduk
16. Stirer
17. Timbangan Ohaus
B. Bahan yang digunakan
1. Aluminium Foil
2. Aquadest
3. Dietil eter
4. Kertas saring
5. Kertas timbang
6. Label
7. Metanol
8. Daun salam (Syzygium polyanthyum)
9. Tissu
C. Cara Kerja
a. Maserasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Simplisia yang telah kering dan halus ditimbang sebanyak 500 gram.
3. Dimasukkan ke dalam bejana kemudian ditambahkan dengan cairan
penyari (metanol) hingga sampel terendam dengan cairan penyari
volumenya lebih tinggi 2 cm.
4. Bejana ditutup dengan rapat.
5. Dialirkan selama 3 hari terlindung dari cahaya, kemudian disaring hasil
ekstrak dan diperas ampasnya.
6. Ekstrak metanol dari salam (Syzygium polyanthyum) ditimbang
beratnya.
b. Perkolasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang simplisia kering dari salam (Syzygium polyanthyum) 250
gram
3. Simplisia kering ini dimasukkan kedalam bejana yang telah diberi
kertas saring pada bagian dalamnya dan ditutupi dengan karet
beserta pipa infus kemudian dimanfaatkan.
4. Simplisia kering tersebut dilarutkan dalam metanol secukupnya dan
diaduk hingga rata.
5. Dibiarkan selama 1 hari dengan menambahkan metanol agar
simplisia tidak menjadi kering kemudian ekstrak dari salam(Syzygium
polyanthyum) ini ditampung dalam botol markisa dengan kecepatan
alir 20 kali per menit.
c. Infudasi
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang 250 gram simplisia dari salam (Syzygium polyanthyum)
kemudian dimasukkan di dalam erlenmeyer.
3. Didihkan air dalam penel, kemudian dimasukkan erlenmeyer yang
berisi simplisia tersebut kedalam panci.
d. Ekstraksi Cair-Cair
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan .
2. Ditimbang ekstrak metanol sebanyak 3 gram
3. Ditambahkan 10 ml air sehingga diperoleh suspensi yang homogen
dan cukupkan hingga 20 ml.
4. Dimasukkan dalam corong pisah.
5. Ditambahkan dietil eter 20 ml dan tutup corong pisah, balik dan kran
corong pisah dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali hingga
didapatkan massa yang terdespersi.
6. Ditutup kran, lalu balik corong dan biarkan hingga terjadi
pemisahan.
7. Keluarkan lapisan air dan lapisan eter ditampung
8. Lapisan air diekstraksi dengan pelarut dietil eter yang baru
(dilakukan hingga tiga kali ekstraksi).
9. Lakukan perlakuan yang sama terhadap n – butanol.
e. Ekstraksi padat cair
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang sampel sebanyak 5 gram
3. Dimasukkan kedalam gelas kimia lalu ditambahkan eter sebanyak
20 ml.
4. Dimasukkan stirer ke dalam gelas kimia putar dan dibiarkan 15
menit.
5. Di saring larutan kemudian dilakukan berulang-ulang sampai jernih.
6. Dikumpulkan bahan yang larut eter lalu di uapkan dan di timbang.
7. Di lanjutkan dengan bagian yang tidak larut eter dengan n-butanol
sebanyak 1 gram.
8. Di masukkan ke dalam gelas kimia lalu tambahkan n-butanol
sebanyak 20 ml.
9. Dibiarkan selama 15 menit lalu saring dan di uapkan
10.Dilarutkan berulang-ulang sampai terlihat jernih
11.Diuapkan dikumpulkan dan ditimbang.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Eksteksi Secara Maserasi
Bobot awal (serbuk) = 700 mg
Bobot ekstrak = 300 mg
Persen kadar = 2,3 %
2. Ekstraksi secara Perkolasi
Bobot awal (serbuk) = 250 mg
Bobot ekstrak = 140 mg
Persen kadar = 1,8 %
3. Ekstraksi secara Infudasi
Bobot awal (serbuk) = 250 mg
Bobot ekstrak = 100 ml
Persen kadar = 100 ml
4. Ekstraksi Padat-Cair
a. Ekstrak non-polar (eter)
Berat ekstrak methanol kental/kering = 3 gram
jumlah pelarut yang digunakan = 60 ml (3 gr x 20 ml)
Berat ekstrak eter yang diperoleh = 0,2 gram
b. Ekstrak polar (n-Butanol)
Berat ekstrak methanol kental/kering = 3 gram
Jumlah pelarut yang digunakan = 60 ml (3 gr x 20 ml)
Berat ekstrak eter yang diperoleh = 0,2 gram
B. PEMBAHASAN
A. Ekstraksi Sederhana
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau aktif dari bagian
tanaman, hewan, beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Proses ekstraksi
dengan tanaman (zat aktif) yaitu pelarut organik membran-membran atau
dinding sel dan masuk ke dalam inti atau rongga sel kemudian larut dengan
zat aktif dan berdifusi dan memiliki perbedaan konsentrasi di luar dan dalam
sel.
Dalam melakukan suatu ekstraksi harus di perlukan pengetahuan
yang baik mengenai karakteristik suatu simplisia yang akan di ekstraksi yang
sesuai sehingga di peroleh hasil yang maksimal. Dalam penentuan metode
ekstraksi yang sesuai perlu diketahui sifat fisik dan kimia dari suatu simplisia
karena dapat mempengaruhi kecepatan penyarian.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan gaya
gesekan.
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat pada
simplisia dengan bentuk kadar tinggi dan untuk memudahkan zat berkhasiat
dapat di atur dosisnya.
Cara perkolasi lebih baik di bandingkan dengan cara maserasi
karena :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan
yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,
sehingga meningkatkan derajat perbedaan-perbedaan
konsentrasi.
b. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler
tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi
lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi.
Alat yang digunakan untuk perkolasi di sebut perkolator, cairan
yang digunakan untuk penyari di sebut cairan penyari atau menstrum.
Larutan zat aktif yang keluar dari perkolator di sebut sari atau perkolat,
sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa
perkolasi.
Bentuk perkolator ada 3 macam :
- Perkolator berbentuk tabung
- Perkolator berbentuk corong
- Perkolator berbentuk paruh
Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang
akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif
yang larut, tidak baik bila diperkolasi yang sempit sebab perkolat akan
segera menjadi pekat dan berhenti mengalir.
Pada pembuatan tinktur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari
yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut,
pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat
proses perkolasi.
B. Ekstraksi cair – cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan dalam 2 macam zat
pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air.
Efisiensi ekstraksi dapat di peroleh dengan melakukan ekstraksi
berulang-ulang dengan volume yang sama, misalnya ekstraksi zat
aktif/komponen kimia dengan pelarut organik 200 ml lebih efisien
dengan 1 kali ekstraksi dengan volume yang sama.
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang tidak dapat
bercampur dengan yang pertama, maka akan terbentuk 2 lapisan.
Satu komponen dari campuran akan meiliki kelarutan dalam
kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa
waktu di capai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan tersebut
(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai
keseimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan.
Pada percobaan ini ditambahkan cairan penyari eter untuk
nonpolar dan n-butanol untuk polar, untuk menarik zat aktif yang
terdapat pada serbuk lapisan simplisia, corong pisah di tutup, dibalikkan
corong dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali hingga didapatkan
massa yang terdistribusi setelah itu dikeluarkan lapisan air dan lapisan
eter ditampung. Perlakuan yang sama terhadap pelarut n-butanol jenuh
air.
Keuntungan dari partisi cair-cair yaitu dapat mengekstraksi
senyawa baik yang bersifat polar dan non polar sedangkan kerugiannya
membutuhkan banyak bahan.
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Cara ini
dimaksudkan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam penyari. Tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan, tidak mengandung benzoin dan stirak.
Pada metode maserasi digunakan metanol sebagai larutan
penyari karena metanol memiliki sifat semi polar sehingga dapat
menarik komponen polar dan non polar pada tanaman.
Infudasi adalah suatu proses penyarian yang umumnya
digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut pada air. Karena
cara ini sangat sederhana maka sering digunakan oleh masyarakat dan lebih
dikenal dengan rebusan. Pada metode infudasi digunakan prinsip
pemanasan dengan mempertahankan suhu pada 90º C dan selama 15 menit.
Pada ekstraksi sederhana secara maserasi diperoleh hasil
persen kadar 2,3 % yang diperoleh dari jumlah bobot awal 700 gram dan
bobot ekstrak 300 gram.
Pada ekstraksi sederhana secara perkolasi diperoleh persen
kadar 1,8 % yang diperoleh dari jumlah bobot awal serbuk sebanyak 250
gram dan bobot ekstrak 140 gram.
Pada ekstraksi sederhana secara infudasi dimana bobot sampel
250 gram mempunyai volume awal 100 dan volume akhir ml.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh kesimpulan :
1. Persen kadar yang diperoleh dengan cara maserasi serbuk simplisia
dengan pelarut tertentu adalah 2,3 %
2. Persen kadar yang diperoleh dengan cara perkolasi serbuk simplisia
dengan larutan penyari tertentu adalah 1,8 %
3. Volume akhir yang diperoleh dengan cara infudasi dari serbuk simplisia
adalah 100 ml
4. Berat ekstrak yang diperoleh dengan cara ekstrak cair-cair menggunakan
pelarut non polar (eter) yaitu 0,2 gram sedang dengan menggunakan
pelarut polar (n-butanol) yaitu 0,2 gram
B. Saran
Sebaiknya format laporan jangan diubah-ubah
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun, 2006. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Iskandar S., 2005. Wawasan Ilmu Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Tim penyusun, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Dalimartha, Setiawan., 2004. Atlas Tumbuhan Indonesia Edisi II. Trubus Agriwidjaya. Jakarta
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
SKEMA KERJA
Ekstraksi Sederhana
1. MaserasiDisiapkan alat dan bahan
Salam (Syzygium polyanthyum) ditimbang sebanyak 500 gram
Dimasukkan dalam bejana dan ditambahkan cairan penyari (metanol) hingga
sampel terendam setinggi ± 2 cm
Bejana ditutup rapat
Dibiarkan selama 3 hari
Disaring hasil ekstrak dan diperas ampasnya
Ditimbang beratnya
2. Perkolasi
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang salam (Syzygium polyanthyum) sebanyak 250 gram
Dimasukkan ke dalam bejana yang telah diberi kertas saring
Ditutupi dengan karet beserta pipa infus dan dimapatkan
Dilarutkan dalam metanol
Aduk hingga rata
Dibiarkan selama 1 hari dengan menambahakan metanol agar simplisia tidak
kering
Ditampung dalam botol markisa dengan kecepatan alir 20 kali permenit
3. Infudasi
Disiapkan alat dan bahan
Ditimbang salam (Syzygium polyanthyum) sebanyak 100 gram
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Dididihkan air dalam panel
Dimasukkan erlenmeyer dalam panci
Didinginkan
Disaring
Diamati