ekstraksi

42
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga di dapat hasil pengobatan yang maksimal. Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh. Peristiwa osmosa dan difusi berperan pada proses penyarian. Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah serbuk simplisia begitu saja pada cairan penyari maka penyarian tersebut tak akan dapat sempurna karena suatu keseimbangan akan terjadi antara larutan zat aktif yang terdapat dalam sel dengan larutan zat aktif yang terdapat di luar butir sel.

Upload: anwar-ld

Post on 13-Aug-2015

309 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Ekstraksi

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan sehingga di dapat hasil pengobatan yang maksimal.

Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang

dindingnya pecah dan ada sel yang dindingnya masih utuh. Peristiwa

osmosa dan difusi berperan pada proses penyarian.

Jika penyarian dilakukan dengan mencelupkan sejumlah

serbuk simplisia begitu saja pada cairan penyari maka penyarian

tersebut tak akan dapat sempurna karena suatu keseimbangan akan

terjadi antara larutan zat aktif yang terdapat dalam sel dengan larutan

zat aktif yang terdapat di luar butir sel.

Untuk penyarian sebagai cairan penyari adalah air, etanol,

etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih

terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-air.

Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infudasi, maserasi, perkolasi

dan penyarian berkesinambungan. Dari keempat cara tersebut sering

dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Page 2: Ekstraksi

I.2 Maksud dan Tujuan

A. Ekstraksi sederhana

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan memahami

cara penyarian sederhana yaitu dengan metode maserasi, perkolasi dan

infudasi.

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan beberapa metode

ekstraksi sederhana terdiri dari maserasi, perkolasi dan infudasi.

B. Ekstraksi cair-cair

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara

fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair terhadap sampel sediaan

bahan alam.

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh data

hasil fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair dalam sampel sediaan

bahan alam.

I.3 Prinsip Percobaan

A. Penyarian sederhana

Prinsip dari percobaan ini adalah untuk menentukan metode

penyarian sederhana seperti maserasi, perkolasi, dan infudasi yang

Page 3: Ekstraksi

digunakan dalam penyarian zat-zat seperti tanaman daun merica(Piper

nigrum) dengan menggunakan pelarut metanol.

B. Ekstraksi cair-cair

Pemisahan zat terlarut dengan menggunakan 2 macam pelarut

yang berbeda kepolarannya (yang saling tidak bercampur) dalam corong

pisah.

Page 4: Ekstraksi

BAB II

TEORI SINGKAT

A. Salam

1 Klasifikasi Tanaman (Flora, 2003)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Family : Mrytaceaea

Genus : Syzygium

Species : Syzygium polianthyum

2. Morfologi (Arisandi, 2006)

Daunnya berwarna hijau, tepi daun rata, ujung daunnya

runcing (aculus).

4 Kandungan (Arisandi, 2006)

Kandungan kimia daun salam (Syzygium polianthyum)

antara lain minyak atsiri 0,05 % terdiri dari sitral, eugenol, tannin dan

flavanoid.

Page 5: Ekstraksi

5 Kegunaan (Arisandi, 2006)

Kegunaan dari daun salam (Syzygium polianthyum)

adalah sebagai obat diare, kencing manis, gatal-gatal, maag, dan

lain-lain.

Page 6: Ekstraksi

B. TEORI SINGKAT

1. Defenisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dari

bagian tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Proses ekstraksi dalam tanaman (zat aktif) yaitu pelarut organik

menembus membran atau dinding sel dan masuk kedalam inti (Anonim,

2007).

2. Jenis-Jenis Ekstraksi

1. Ekstraksi secara maserasi

2. Ekstraksi secara perkolasi

3. Ekstraksi secara infudasi

4. Ekstraksi cair-cair

5. Ekstraksi padat-cair

3. Cara-cara Ekstraksi

a. Maserasi (Dirjen POM, 1979)

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk-serbuk simplisia

dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

Page 7: Ekstraksi

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel maka larutan yang

terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang-ulang sehingga

terjadi. Keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di

dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari,

tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,

air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka

untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan

pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah

cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

mudah diusahakan. Kerugian dari maserasi adalah pengerjaannya

lama dan penyariannya kurang sempurna.

Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan

pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi

larutan diluar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan

tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang

sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel dengan larutan diluar sel.

Page 8: Ekstraksi

Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan

selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk

mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut

dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain.

Maserasi dapat dilakukan modifikasi, misalnya :

(Gunawan, 2002 )

1. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan

pemanasan lemah yaitu pada suhu 40º – 50º C. cara maserasi

ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya

tahan terhadap pemanasan.

2. Maserasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus

menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6

sampai 24 jam.

3. Remasi

Cairan penyari dibagi 2. seluruh serbuk simplisia

dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap

tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cara

penyari yang kedua.

4. Maserasi melingkar

Page 9: Ekstraksi

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan

agar cairan penyari selalu bergerak menyebar. Dengan cara ini

penyari selalu mengalir kembali serta berkesinambungan melalui

serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

5. Maserasi melingkar bertingkat

Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat

dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan

berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi

dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B).

C. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan

dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya,

berat, kekentalan, daya kapiler dan gaya gesekan (friksi).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara

maserasi karena : (Gunawan, 2002 )

b. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

c. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

Page 10: Ekstraksi

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapiasan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,

cairan yang digunakan untuk penyari disebut cairan penyari atau

menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau

perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas

atau sisa perkolasi.

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk

tabung, perkolator berbentuk berbentuk corong dan perkolator berbentuk

paruh. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang

akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang

larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab

perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada

pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang diperlukan

untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan

digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi.

D. Infudasi (Depkes, 1986)

Infus adalah cairan yang dibuat dengan menyari simplisia

dengan air pada suhu 90º C selama 15 menit.

Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan

untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

Page 11: Ekstraksi

nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan

mudah tercemar oleh kuman dari kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh

dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan

obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan

untuk membuat ekstraksi.

Infus dibuat dengan cara : (Depkes, 1986)

1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan,

untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.

2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada

suhu 90º – 98º C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian

bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian. Hal ini disebabkan

karena :

a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina

digunakan 6 bagian.

b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan,

misalnya daun kumis kucing, sekali minum infus 100 cc karena itu

diambil ½ bagian.

c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 1½ bagian.

d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian.

Page 12: Ekstraksi

E. Ekstraksi cair-cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam

dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata

lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organic dan

pelarut ait (Anonim, 2007)

Jika suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak yang telah

dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang

pertama maka terbentuk dua lapisan (Depkes, 1986)

Pelarut non polar dapat melarutkan zat terlarut non polar

dengan tekanan yang sama melalui intraksi dipole induksi. Molekul zat

terlarut dalam larutan dengan Van Der Waals London lemah sehingga

minyak dan lemak dapat larut dalam pelarut karbon tetra klorida, benzen

dan minyak mineral, sedangkan pelarut semi polar seperti keton dan

alkohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam

molekul pelarut non polar dapat bertindak sebagai pelarut perantara

yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar

(Depkes, 1986)

Absorbsi adalah proses terserabnya suatu senyawa pada

bagian permukaan zat penyerap (zat padat) besarnya absorbsi sangat

tergantung dari sifat kepolaran zat elekrostatik antara kedua permukaan

tidak sejenis, secara fisika dikatakan tarik menarik antar muka karena

Page 13: Ekstraksi

adanya perbedaan muatan. Kepolaran merupakan kemampuan suatu

senyawa membentuk kutub yaitu kutub positif dan negatif (Anonim,

2007).

BAB III

Page 14: Ekstraksi

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Bejana maserasi

3. Bejana perkolasi

4. Botol markisa

5. Cawan porselen

6. Corong pisah

7. Gunting

8. Hair Dryer

9. Jarum infuse

10. Karet sumbat

11. Kipas angin

12. Kompor gas

13. Penangas air

14. Selang infus

15. Sendok tanduk

16. Stirer

17. Timbangan Ohaus

Page 15: Ekstraksi

B. Bahan yang digunakan

1. Aluminium Foil

2. Aquadest

3. Dietil eter

4. Kertas saring

5. Kertas timbang

6. Label

7. Metanol

8. Daun salam (Syzygium polyanthyum)

9. Tissu

C. Cara Kerja

a. Maserasi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Simplisia yang telah kering dan halus ditimbang sebanyak 500 gram.

3. Dimasukkan ke dalam bejana kemudian ditambahkan dengan cairan

penyari (metanol) hingga sampel terendam dengan cairan penyari

volumenya lebih tinggi 2 cm.

4. Bejana ditutup dengan rapat.

5. Dialirkan selama 3 hari terlindung dari cahaya, kemudian disaring hasil

ekstrak dan diperas ampasnya.

Page 16: Ekstraksi

6. Ekstrak metanol dari salam (Syzygium polyanthyum) ditimbang

beratnya.

b. Perkolasi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang simplisia kering dari salam (Syzygium polyanthyum) 250

gram

3. Simplisia kering ini dimasukkan kedalam bejana yang telah diberi

kertas saring pada bagian dalamnya dan ditutupi dengan karet

beserta pipa infus kemudian dimanfaatkan.

4. Simplisia kering tersebut dilarutkan dalam metanol secukupnya dan

diaduk hingga rata.

5. Dibiarkan selama 1 hari dengan menambahkan metanol agar

simplisia tidak menjadi kering kemudian ekstrak dari salam(Syzygium

polyanthyum) ini ditampung dalam botol markisa dengan kecepatan

alir 20 kali per menit.

c. Infudasi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang 250 gram simplisia dari salam (Syzygium polyanthyum)

kemudian dimasukkan di dalam erlenmeyer.

Page 17: Ekstraksi

3. Didihkan air dalam penel, kemudian dimasukkan erlenmeyer yang

berisi simplisia tersebut kedalam panci.

d. Ekstraksi Cair-Cair

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan .

2. Ditimbang ekstrak metanol sebanyak 3 gram

3. Ditambahkan 10 ml air sehingga diperoleh suspensi yang homogen

dan cukupkan hingga 20 ml.

4. Dimasukkan dalam corong pisah.

5. Ditambahkan dietil eter 20 ml dan tutup corong pisah, balik dan kran

corong pisah dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali hingga

didapatkan massa yang terdespersi.

6. Ditutup kran, lalu balik corong dan biarkan hingga terjadi

pemisahan.

7. Keluarkan lapisan air dan lapisan eter ditampung

8. Lapisan air diekstraksi dengan pelarut dietil eter yang baru

(dilakukan hingga tiga kali ekstraksi).

9. Lakukan perlakuan yang sama terhadap n – butanol.

Page 18: Ekstraksi

e. Ekstraksi padat cair

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang sampel sebanyak 5 gram

3. Dimasukkan kedalam gelas kimia lalu ditambahkan eter sebanyak

20 ml.

4. Dimasukkan stirer ke dalam gelas kimia putar dan dibiarkan 15

menit.

5. Di saring larutan kemudian dilakukan berulang-ulang sampai jernih.

6. Dikumpulkan bahan yang larut eter lalu di uapkan dan di timbang.

7. Di lanjutkan dengan bagian yang tidak larut eter dengan n-butanol

sebanyak 1 gram.

8. Di masukkan ke dalam gelas kimia lalu tambahkan n-butanol

sebanyak 20 ml.

9. Dibiarkan selama 15 menit lalu saring dan di uapkan

10.Dilarutkan berulang-ulang sampai terlihat jernih

11.Diuapkan dikumpulkan dan ditimbang.

Page 19: Ekstraksi

BAB IV

HASIL DAN PENGAMASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Eksteksi Secara Maserasi

Bobot awal (serbuk) = 700 mg

Bobot ekstrak = 300 mg

Persen kadar = 2,3 %

2. Ekstraksi secara Perkolasi

Bobot awal (serbuk) = 250 mg

Bobot ekstrak = 140 mg

Persen kadar = 1,8 %

3. Ekstraksi secara Infudasi

Bobot awal (serbuk) = 250 mg

Bobot ekstrak = 100 ml

Persen kadar = 100 ml

4. Ekstraksi Padat-Cair

a. Ekstrak non-polar (eter)

Berat ekstrak methanol kental/kering = 3 gram

jumlah pelarut yang digunakan = 60 ml (3 gr x 20 ml)

Berat ekstrak eter yang diperoleh = 0,2 gram

Page 20: Ekstraksi

b. Ekstrak polar (n-Butanol)

Berat ekstrak methanol kental/kering = 3 gram

Jumlah pelarut yang digunakan = 60 ml (3 gr x 20 ml)

Berat ekstrak eter yang diperoleh = 0,2 gram

Page 21: Ekstraksi

B. PEMBAHASAN

A. Ekstraksi Sederhana

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau aktif dari bagian

tanaman, hewan, beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Proses ekstraksi

dengan tanaman (zat aktif) yaitu pelarut organik membran-membran atau

dinding sel dan masuk ke dalam inti atau rongga sel kemudian larut dengan

zat aktif dan berdifusi dan memiliki perbedaan konsentrasi di luar dan dalam

sel.

Dalam melakukan suatu ekstraksi harus di perlukan pengetahuan

yang baik mengenai karakteristik suatu simplisia yang akan di ekstraksi yang

sesuai sehingga di peroleh hasil yang maksimal. Dalam penentuan metode

ekstraksi yang sesuai perlu diketahui sifat fisik dan kimia dari suatu simplisia

karena dapat mempengaruhi kecepatan penyarian.

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang

berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut,

tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan gaya

gesekan.

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat pada

simplisia dengan bentuk kadar tinggi dan untuk memudahkan zat berkhasiat

dapat di atur dosisnya.

Page 22: Ekstraksi

Cara perkolasi lebih baik di bandingkan dengan cara maserasi

karena :

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan

yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,

sehingga meningkatkan derajat perbedaan-perbedaan

konsentrasi.

b. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi

lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan

konsentrasi.

Alat yang digunakan untuk perkolasi di sebut perkolator, cairan

yang digunakan untuk penyari di sebut cairan penyari atau menstrum.

Larutan zat aktif yang keluar dari perkolator di sebut sari atau perkolat,

sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa

perkolasi.

Bentuk perkolator ada 3 macam :

- Perkolator berbentuk tabung

- Perkolator berbentuk corong

- Perkolator berbentuk paruh

Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang

akan disari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif

Page 23: Ekstraksi

yang larut, tidak baik bila diperkolasi yang sempit sebab perkolat akan

segera menjadi pekat dan berhenti mengalir.

Pada pembuatan tinktur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari

yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari

yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut,

pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat

proses perkolasi.

B. Ekstraksi cair – cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan dalam 2 macam zat

pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan

konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air.

Efisiensi ekstraksi dapat di peroleh dengan melakukan ekstraksi

berulang-ulang dengan volume yang sama, misalnya ekstraksi zat

aktif/komponen kimia dengan pelarut organik 200 ml lebih efisien

dengan 1 kali ekstraksi dengan volume yang sama.

Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang tidak dapat

bercampur dengan yang pertama, maka akan terbentuk 2 lapisan.

Satu komponen dari campuran akan meiliki kelarutan dalam

kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa

waktu di capai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan tersebut

Page 24: Ekstraksi

(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai

keseimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan.

Pada percobaan ini ditambahkan cairan penyari eter untuk

nonpolar dan n-butanol untuk polar, untuk menarik zat aktif yang

terdapat pada serbuk lapisan simplisia, corong pisah di tutup, dibalikkan

corong dibuka lalu dikocok satu arah beberapa kali hingga didapatkan

massa yang terdistribusi setelah itu dikeluarkan lapisan air dan lapisan

eter ditampung. Perlakuan yang sama terhadap pelarut n-butanol jenuh

air.

Keuntungan dari partisi cair-cair yaitu dapat mengekstraksi

senyawa baik yang bersifat polar dan non polar sedangkan kerugiannya

membutuhkan banyak bahan.

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Cara ini

dimaksudkan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang

mudah larut dalam penyari. Tidak mengandung zat yang mudah

mengembang dalam cairan, tidak mengandung benzoin dan stirak.

Pada metode maserasi digunakan metanol sebagai larutan

penyari karena metanol memiliki sifat semi polar sehingga dapat

menarik komponen polar dan non polar pada tanaman.

Infudasi adalah suatu proses penyarian yang umumnya

digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut pada air. Karena

cara ini sangat sederhana maka sering digunakan oleh masyarakat dan lebih

Page 25: Ekstraksi

dikenal dengan rebusan. Pada metode infudasi digunakan prinsip

pemanasan dengan mempertahankan suhu pada 90º C dan selama 15 menit.

Pada ekstraksi sederhana secara maserasi diperoleh hasil

persen kadar 2,3 % yang diperoleh dari jumlah bobot awal 700 gram dan

bobot ekstrak 300 gram.

Pada ekstraksi sederhana secara perkolasi diperoleh persen

kadar 1,8 % yang diperoleh dari jumlah bobot awal serbuk sebanyak 250

gram dan bobot ekstrak 140 gram.

Pada ekstraksi sederhana secara infudasi dimana bobot sampel

250 gram mempunyai volume awal 100 dan volume akhir ml.

Page 26: Ekstraksi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh kesimpulan :

1. Persen kadar yang diperoleh dengan cara maserasi serbuk simplisia

dengan pelarut tertentu adalah 2,3 %

2. Persen kadar yang diperoleh dengan cara perkolasi serbuk simplisia

dengan larutan penyari tertentu adalah 1,8 %

3. Volume akhir yang diperoleh dengan cara infudasi dari serbuk simplisia

adalah 100 ml

4. Berat ekstrak yang diperoleh dengan cara ekstrak cair-cair menggunakan

pelarut non polar (eter) yaitu 0,2 gram sedang dengan menggunakan

pelarut polar (n-butanol) yaitu 0,2 gram

B. Saran

Sebaiknya format laporan jangan diubah-ubah

Page 27: Ekstraksi

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun, 2006. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Iskandar S., 2005. Wawasan Ilmu Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia. Makassar

Tim penyusun, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Dalimartha, Setiawan., 2004. Atlas Tumbuhan Indonesia Edisi II. Trubus Agriwidjaya. Jakarta

Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

SKEMA KERJA

Page 28: Ekstraksi

Ekstraksi Sederhana

1. MaserasiDisiapkan alat dan bahan

Salam (Syzygium polyanthyum) ditimbang sebanyak 500 gram

Dimasukkan dalam bejana dan ditambahkan cairan penyari (metanol) hingga

sampel terendam setinggi ± 2 cm

Bejana ditutup rapat

Dibiarkan selama 3 hari

Disaring hasil ekstrak dan diperas ampasnya

Ditimbang beratnya

2. Perkolasi

Page 29: Ekstraksi

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang salam (Syzygium polyanthyum) sebanyak 250 gram

Dimasukkan ke dalam bejana yang telah diberi kertas saring

Ditutupi dengan karet beserta pipa infus dan dimapatkan

Dilarutkan dalam metanol

Aduk hingga rata

Dibiarkan selama 1 hari dengan menambahakan metanol agar simplisia tidak

kering

Ditampung dalam botol markisa dengan kecepatan alir 20 kali permenit

3. Infudasi

Page 30: Ekstraksi

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang salam (Syzygium polyanthyum) sebanyak 100 gram

Dimasukkan dalam erlenmeyer

Dididihkan air dalam panel

Dimasukkan erlenmeyer dalam panci

Didinginkan

Disaring

Diamati

Page 31: Ekstraksi