ekstraksi agar

18
EKSTRAKSI AGAR Oleh : Nama : Cikha Farahdiba Iman NIM : B1J011157 Kelompok : 11 Rombongan : III Asisten : Dwi Utami LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Upload: cikha-farahdiba-iman

Post on 26-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekstraksi Agar

EKSTRAKSI AGAR

Oleh :

Nama : Cikha Farahdiba ImanNIM : B1J011157Kelompok : 11Rombongan : IIIAsisten : Dwi Utami

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: Ekstraksi Agar

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumput laut merupakan ganggang yang berukuran besar (makroalga) yang

merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk dalam divisi Thallophyta.

Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang mempunyai potensi

cukup baik untuk dikembangkan. Pengolahan rumput laut saat ini menuntut

adanya peningkatan hasil penanganan pasca panen baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Secara umum pengolahan rumput laut menjadi bahan baku

telah banyak dilakukan para petani tetapi hanya sampai tingkat pengeringan.

Produksi agar di Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang

digunakan sebagai makanan. Sampai saat ini Indonesia masih mengimport agar-

agar dari negara lain. Oleh karena itu perlu ditingkatkan pengetahuan para

petani dalam hal pengolahan, khususnya rumput laut kering. Pengolahan rumput

laut kering yang sesuai dengan standart eksport akan mempunyai nilai tambah

ekonomi.

Rumput laut jenis Gracillaria sp. oleh nelayan disebut juga agar-agar ini

bernilai ekonomis penting karena penggunaanya sangat luas dalam berbagai

bidang industri. Rumput laut tumbuh hidup dengan cara menyerap zat makanan

dari perairan dan melakukan fotosintesis, intensitas cahaya matahari merupakan

pembatas dalam proses fotosintesis. Kandungan kimia rumput laut dipengaruhi

oleh umur, musim dan habitat. Banyak sekali manfaat yang dapat dihasilkan oleh

rumput laut, namun kebanyakan dimanfaatkan sebagai agar baik sebagai

makanan, media, serta pelapis kapsul.

Agar merupakan salah satu senyawa hidrokoloid yang memiliki banyak

manfaat, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun berbagai industri, seperti

industri makanan, industri kimia dan obat-obatan. Senyawa hidrokoloid ini

dipahami dikandung oleh makroalga (rumput laut). Karena itu, rumput laut

merupakan salah satu komoditi laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Mengingat pemanfaatan agar yang demikian luas dalam kehidupan sehari-hari

Page 3: Ekstraksi Agar

dan industri, maka rumput laut memiliki pasar yang luas, baik lokal, nasional dan

internasional. Selain itu, komoditi ini dapat dipasarkan dalam bentuk rumput laut

kering, berbagai produk olahannya dan agar. Saat panen, rumput laut dapat

dipasarkan dalam bentuk basah untuk keperluan bibit, dengan harga sekitar

1000-1500 rupiah per kilogram. Setelah dikeringkan, harganya meningkat tajam

menjadi, sekitar 5000-7000 rupiah per kilogram kering pada tingkat petani, atau

10000-15000 rupiah per kilogram kering pada tingkat eksporter. Berdasarkan

kenyataan tersebut, maka budidaya rumput laut bersifat padat karya, dan sangat

potensial untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani rumput

laut khususnya, dan masyarakat pesisir pada umumnya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ekstraksi agar adalah untuk mengetahui kadar air

dan proses ekstraksi kandungan kimia dari rumput laut seperti agar.

Page 4: Ekstraksi Agar

C. Tinjauan Pustaka

Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis alga merah

(Rhodophyta) karena mengandung agar-agar, karaginan dan alginat. Komposisi

dinding sel dari jenis rumput laut selain zat tertentu seperti agar, karaginan dan

alginat, terdapat juga beberapa zat organik seperti protein, lemak, serabut kasar,

abu dan air. Salah satu dari rumput laut yang dapat dikomersialkan adalah

Gracilaria sp. dari kelas rhodophyceae yang termasuk kelompok penghasil agar-

agar. Dalam pengembangan budidaya rumput laut faktor-faktor ekologis dasar

yang berkaitan dengan pertumbuhan maupun kehidupannya perlu diketahui,

dari hasil-hasil penelitian terdahulu Gracilaria sp.merupakan jenis rumput laut

yang mempunyai toleransi cukup luas terhadap faktor-faktor lingkungannya,

dapat hidup di perairan yang tenang pada subtrat berlumpur, kisaran salinitas

antara 5- 43% dan pH berkisar antara 6-9 (Handayani, 2006).

Agar terdiri dari agarosa dan agropektin. Dimana agarosa merupakan suatu

fraksi dari agar-agar yang merupakan polimer netral dan sedikit mengandung

sulfat. Agarosa dikenal sebagai fraksi pembentuk gel dari agar-agar, dimana sifat-

sifat gel yang dihasilkannya mendekati sifat-sifat gel ideal untuk keperluan

bidang bioteknologi (Subaryono et al., 2003).

Agar-agar diekstrak dari ganggang laut yang berasal dari kelompok

Rhodophyceae, seperti Glacilaria dan Gelidium. Agar-agar adalah produk yang

mempunyai sifat seperti gelatin yang berupa rantai linier galaktan. Galaktan

merupakan polimer dari galaktosa dimana agar-agar larut dalam air panas yang

apabila didinginkan sampai suhu tertentu akan membentuk gel. Agarofit adalah

rumput laut penghasil agar. Agar-agar merupakan senyawa kompleks

polisakarida yang dapat membentuk jeli. Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan

dengan suatu proses pemurnianya itu membuang kandungan sulfatnya. Produk

ini dikenal dengan nama agarose. Kualitas agar-agar yang berasal dari

Gelidiumdan Gelidiella lebih tinggi dibanding dari Gracilaria. Kandungan agar-

agar sangat bervariasi tergantung kepada jenis spesies, lokasi pertumbuhan,

umur panen dan teknik budidaya yang intensif (Atmadja & Kadi, 1996).

Page 5: Ekstraksi Agar

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kompor, panci,

nampan, blender, pengaduk, kain saring dan gelas ukur.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Gracilaria

verrucosa, air, KOH 1% dan H202 6 %.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

Rumput laut yang sudah kering direndam dalam air

Rumput laut yang sudah direndam kemudian di haluskan dengan blender

500 ml air dan rumput laut tadi dimasukkan kedalam panci

Ditambahkan KOH 10% 100 ml

Disaring

Hasil saringan direbus (2-3 jam) + soda adense (6,6 gr) + H2O2 (100 ml)+ air 500ml

Tuang ke nampan dan dijemur

Setelah kering, dihitung rendemannya dengan rumus :

Rendeman : Bobot AkhirBobot Awal

×100%

Page 6: Ekstraksi Agar

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1. Perebusan Gracilaria Gambar 3.2. Ekstraksi agar verrucosa

Gambar 3.3. Agar yang sudah kering

Perhitungan :

Rendeman : Bobot AkhirBobot Awal

×100%

: 9,21100

x 100 %

: 9,21 %

Page 7: Ekstraksi Agar

B. Pembahasan

Hasil yang diperoleh dari praktikum berupa rendemen agar 9,21 %,

menurut Istini et al. (2007), rumput laut dalam bentuk kering merupakan stock

untuk kebutuhan ekspor atau keperluan pengolahan dengan kadar air berkisar

antara 15 – 25%. Rendemen agar juga dipengaruhi oleh suhu pemasakan saat

ekstraksi agar dimana suhu 700C menghasilkan rendemen lebih tinggi daripada

800C, sedangkan konsentrasi NaOH tidak mempengaruhi rendemen.

Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk (amorphous) yang

mempunyai sifat-sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi dari rumput

laut jenis tertentu. Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan. Galaktan

sendiri merupakan polimer dari galaktosa. Hampir semua penduduk Indonesia

dipastikan mengenal agar-agar. Terdapat tiga bentuk agar-agar yang dijual di

pasaran, yaitu berbentuk batang, bubuk, dan kertas. Paling umum dijumpai

adalah yang berbentuk bubuk. Sifat yang paling menonjol dari agar-agar adalah

memiliki daya gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan),

setting point (suhu pembentukan gel), dan melting point (suhu mencairnya gel)

yang sangat menguntungkan untuk dipakai pada dunia industri pangan maupun

nonpangan. Fungsi utama agar-agar dalam berbagai industri adalah sebagai

bahan pemantap (stabilizer), bahan penolong atau pembuat emulsi (emulsifier),

bahan pengental (thickener), bahan pengisi (filler), dan bahan penolong pembuat

gel (gelling agent). (Affrianto & Evi, 1993).

Struktur agar terdiri atas dua komponen utama, yaitu agarosa (salah satu

fraksi pembentuk agar) dan agaropektin. Agarosa merupakan suatu polimer

netral dan agaropektin merupakan suatu polimer sulfat. Agarosa adalah suatu

polisakarida netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan β-1,3

dan L-galaktosa dengan ikatan α-1,4. Agaropektin bersifat lebih kompleks dan

mengandung polimer sulfat. Rasio kedua polimer sangat bervariasi dan

Page 8: Ekstraksi Agar

persentase agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50% sampai 80% (Kusuma

et al., 2013). Produk agar-agar diperoleh dari ekstraksi satu jenis rumput laut saja

dan campuran berbagai macam rumput laut. Hasil agar-agar dari campuran ini

bermutu, tidak kalah dengan agar-agar yang dihasilkan dari satu jenis saja.

Keberhasilan itu dikarenakan komposisinya telah sesuai. Menurut Aslan (1998),

berikut adalah tahapan ekstraksi agar

1. Pencucian dan Pembersihan

Rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih. Kotoran yang menempel

seperti pasir, karang, lumpur dan rumput laut jenis lain dihilangkan.

2. Perendaman danPemucatan

Perendaman dilakukan agar rumput laut menjadi lunak, sehingga proses

ekstraksi nantinya dapat berjalan dengan baik. Caranya rumput laut direndam

dalam air murni sebanyak 20 kali berat rumput laut selama 3 hari. Setelah itu

pemucatan dilakukan dengan direndam dalam larutan kaporit 0,25 % atau

larutan kapur tohor 5 % sambil diaduk, setelah 4 – 6 jam, rumput laut dicuci

kembali selama 3 jam untuk menghilangkan bau kaporit. Rumput laut yang

telah bersih dan pucat dikeringkan selama 2 hari, sampai tahap ini rumput

laut dapat disimpan lebih dulu bila tidak segera diolah.

3. Pelembutan

Untuk lebih memudahkan ekstrasi, dinding sel perlu dipecah dengan

ditambah H2SO4 selama 15 menit. Banyaknya H2SO4 tergantung pada jenis

rumput laut, yaitu Gracilaria 5 – 10 %. Gelidium 15 % dan Hypnea 25 %.Bila

tidak ada asam sulfat dapat digunakan asam asetat, asam sitrat, buah asam

atau daun asam. Oleh karena asam sulfat ini berbahaya, maka diperlukan

pencucian dengan cara rumput laut direndam dalam air bersih selama 15

menit kemudian ditiriskan.

4. Pemasakan

Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut. Setelah

mendidih (90-100°C), kita tambahkan asam cuka 0,5 % untuk memperoleh pH

6-7. Bila > 7, pH nya diturunkan dengan penambahan asam cuka dan bila < 6,

Page 9: Ekstraksi Agar

ditambahkan NaOH. Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan memakai kertas

pH.Pemanasan ini dilakukan kira-kira 45 menit tetapi dapat juga selama 2-4

jam tergantung cara pengadukannya. Proses setelah pemasakan tergantung

daribentuk akhir agar-agar yang diinginkan, yakni berupa batangan, lembaran

atau pun tepung.

5. Pengepresan dan Pencetakan

Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain kasa dan dipres. Cairan

yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan penambahan

KCl sehingga pHnya menjadi 7-7,5. Bila pH sudah tercapai, cairan kemudian

dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih, hasilnya dituangkan

kedalam cetakan, kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin dan membeku.

Ampas hasil pengepresan dapat digunakan lagi dengan cara ditambahkan air

sebanyak 75 % dari jumlah air semula, kemudian ampas itu dipanaskan dan

disaing. Cairan yang keluar dapat digunakan sebagai campuran dalam proses

selanjutnya, sehingga pada akhirnya ada ampas yang tidak bisa dipakai lagi.

Ampas ini dapat digunakan sebagai makanan ternak.

6. Pendinginan

Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingin pada suhu 20°C

selama 4-5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benar-benar

terjadi dengan sempurna.

7. Pengeringan

Agar-agar dikeluarkan dari cetakan. Hasil yang diperoleh adalah agar-agar

batangan. Bila dinginkan agar-agar berbentuk lembaran, agar-agar batangan

dipotong setebal 0,5 cm. Sebagai alat pemotong dapat digunakan kawat halus

dari baja, agar-agar batangan atau lembaran kemudian dikeringkan di bawah

sinar matahari.

Istini et al., (2007) menyatakan bahwa penambahan soda asden berfungsi

untuk menghancurkan thallus sehingga diperoleh tekstur molekul yang

konsisten. Perendaman rumput laut dalam kaporit 0,25% berfungsi untuk

merubah warna rumput laut menjadi putih dan menjadi lebih bersih.

Page 10: Ekstraksi Agar

Penambahan H2O2 untuk membersihakan warna dan estrak agar. Penambahan

NaOH untuk membuat larutan lebih asam dan penambahan KOH untuk

meningkatkan gel stronge.

Praktikum kali ini rumput laut yang digunakan untuk ekstraksi agar adalah

Glacilaria verrucosa. Menurut Sinulingga & Darmanti (2006) ciri-ciri khusus dari

Gracillaria verrucosa adalah thalus berbentuk silindris dan permukaannya licin.

Thalus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang

kurang lebih 250 mm, garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm. Percabangan

alternate yaitu posisi tegak percabangan berbeda tingginya, bersebelahan atau

pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain, kadang-kadang hampir

dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai rumput.

Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang. Menurut Indriani &

Sumiarsih (1999) bahwa klasifikasi dari Gracillaria verrucosa adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Rhodophyta

Class : Rhodophyceae

Sub-Class : Florideophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Gracilariaceae

Genus : Gracillaria

Spesies : Gracillaria verrucosa

Makroalga yang berasal dari laut sangat penting dan memiliki nilai

komersial yang tinggi, terutama untuk bahan baku makanan dan lainnya. Agar

memiliki sifat khas yaitu tidak larut dalam air namun larut dalam air panas

(Jagadeesan et al., 2010). Rumput laut Gracilaria merupakan jenis rumput laut

yang paling banyak dimanfaatkan karena mudah diperoleh, murah harganya dan

lebih mudah proses pengolahannya. Gracilaria memiliki kandungan agarosa dan

agaropektin yang cukup baik bila dibandingkan dengan Gelinium. Agarosa dan

agaropektin berfungsi dalam menentukan kekuatan gel agar yang kuat dan

Page 11: Ekstraksi Agar

kokoh. Gracilaria memiliki kandungan agar 3 kali lebih banyak daripada jenis

rumput laut yang lainnya. Keistimewaan Gracilaria yaitu kandungan pada

agarnya dimana mengandung Galactose, 6-0-Methygalactose, 3,6-

Anhydrogalactose, R-phycoerythrin, Borid Acid, Eicosapentaenoic Acid,

Arachidonic Acid, Sulfated Proteoglycan dan Prostagladin (Poncomulyo et al.,

2006). Menurut Jagadeesan et al., (2010) Gracilaria verrucosa secara efektif

mengurangi 60% amonia dari media dan juga memiliki lebih penyimpanan dan

kapasitas penyerapan amonium yang tinggi.

Secara umum agar-agar diaplikasikan pada berbagai bidang yaitu 91%

untuk kebutuhan pangan dan 9% untuk kebutuhan bacteriological dan

biotechnology. Agar-agar telah dinyatakan aman oleh FDA atau dikenal dengan

istilah Generaly Recognized As Safe (GRAS), dan Acceptable Daily Intake (ADI)

yaitu agar-agar dinyatakan not limited (tidak dibatasi) (WHO/FAO 1974, Imeson

2010). Oleh karenanya aplikasi penggunaan agar-agar dalam bidang pangan

menjadi sangat luas. Agar-agar merupakan koloid hidrofilik dimana di dunia

perdagangan agaragar komersil harus memiliki syarat mutu. Standar mutu agar-

agar telah ditetapkan oleh Food Chemical Codex (FCC) (Tabel 1).

Tabel 1. Standar mutu agar-agar

Spesifikasi Persyaratan FCC

Kandungan arsen maks. 3 ppm (0,003%)

Kandungan abu total maks. 6,5 % berat kering

Kandungan abu tak larut asam maks. 0,5 % berat kering

Kandungan Gelatin Tidak ada

Kandungan Protein maks. 3%

Bahan tidak larut 1-4%

Sumber : Glicksman (1983).

Page 12: Ekstraksi Agar

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Tahapan ekstraksi agar adalah pencucian dan pembersihan, pengeringan,

perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan

(ekstraksi), pengepresan, pendinginan, pengeringan, dan perhitungan

rendemen agar.

2. Hasil rendeman agar adalah 9,21 %.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah lebih baik pengeringan disediakan

langsung saat praktikum berlangsung seperti oven, sehingga mempermudah

pengeringan serta mendapat hasil rendeman agar yang lebih maksimal.

Page 13: Ekstraksi Agar

DAFTAR REFERENSI

Afrianto, E. dan Evi Liviawati, 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya, Bhratara, Jakarta.

Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja, W.S., A. Kadi, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanografi-LIPI, Jakarta.

Glicksman, M. 1983. Food Hydrocoloid. Volume II, CRC Press, New York.

Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Oseania, Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta, 4:23-30.

Indriani, H. Dan Sumiarsih, H. 1999. Rumput Laut Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Istini, I., A. Zatnika dan Suhaimi. 2007. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut URL: http//www.fao.org/docrep/field/003AB882E/AB882E14.htm. Diakses 30 April 2014.

Jagadeesan, L., A. Kannadasan, P. Anantharaman, P. Perumal and M. Thangaraj. 2010. Assessment of Ammonium Uptake by Marine Macroalga Gracilaria verrucosa (Rhodophyta). Current Research Journal of Biological Sciences 2 (2) : 150-153.

Kusuma, W. I., Gunawan Widi Santosa, Rini Pramesti. 2013. Pengaruh Konsentrasi NaOH yang Berbeda Terhadaap Mutu Agar Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 2, Halaman 120-129.

Poncomulyo, dkk. 2006. Budidaya dan Penglolaan Rumput Laut. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Sinulingga. M., dan S. Darmanti. 2006. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir : 32-38.

Subaryono, B. S. B. Utomo, T. Wikanta, dan N. Satriyana. 2003. Koleksi Rumput Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (5) : 1-9.