eliminasi bowel

16
Eliminasi bowel/ Buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. ( Tarwoto dan Wartonah, 2004. hal 48). Saluran gastrointestinal (pencernaan) bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 m dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 m dengan diameter 6 cm. usus menerima makanan yang sudah di bentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrient, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya di perlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon di bagi menjadi tiga bagian yaitu : haustral shuffing adalah gerakan mencampur chime untuk membantu mengabsorpsi air,kontraksi haustral yaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon,gerakan peristaltic yaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang. Proses Defekasi Dalam proses defekasi terjadi 2 macam refleks yaitu : 1. Refleks defekasi intrinsik Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. 2. Refleks defekasi parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian di teruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter interna, maka terjadilah

Upload: agustriati-muniz

Post on 07-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Eliminasi bowel/ Buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.(Tarwoto dan Wartonah, 2004. hal 48).

Saluran gastrointestinal (pencernaan) bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 m dengan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri dari colon dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 m dengan diameter 6 cm. usus menerima makanan yang sudah di bentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrient, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya di perlukan waktu 12 jam.

Gerakan kolon di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

haustral shuffingadalah gerakan mencampur chime untuk membantu mengabsorpsi air,kontraksi haustralyaitu gerakan untuk mendorong materi air dan semi padat sepanjang kolon,gerakan peristalticyaitu gerakan maju ke anus yang berupa gelombang.

Proses Defekasi

Dalam proses defekasi terjadi 2 macam refleks yaitu :

1. Refleks defekasi intrinsik

Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinkter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2. Refleks defekasi parasimpatis

Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian di teruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rectum yang menyebabkan intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter interna, maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga di pengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator ani. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang di hasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan Nitrogen. Feses terdiri 75% air dan 25 % materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pangaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.

Factor-faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi

Usia

Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia manula control defekasi menurun.

Diet

Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defikasi.

Intake cairan

Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi yang meningkat.

Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi.gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon.

Fisiologiskeadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.

Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

Gaya Hidup

Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.

Prosedur diagnostic

Klien yang akan melakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi

Anestesi dan pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.

Nyeri

Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.

Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

Masalah-masalah Umum pada Eliminasi Bowel

Konstipasi: Gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya di sebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologi, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

Fecal infaction :masa feses yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya di sebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

Diare :keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi internal.

Inkontinensia alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarapan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna.

Kembung :Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.

Hemorroid :pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

Asuhan Keperawatan pd Masalah Kebutuhan Eliminasi Bowel

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

POLA DEFEKASI & KELUHAN SELAMA DEFEKASI

meliputi : bagaimana pola defekasi & keluhannya selama defekasi.

Secara normal, frekuensi BAK pd bayi selama 4-6 kali/sehari,

Sedangkan org dewasa adalah 2-3 kali/sehari

Jumlah rata-rata pembuangan/hari : 150 g

2. KEADAAN FESES, MELIPUTI :

3. FAKTOR YG MEMPENGARUHI ELIMINASI BOWEL

PERILAKU / KEBIASAAN DEFEKASI

DIET

MAKANAN YG BIASA DIMAKAN,

MAKANAN YG DIHINDARI

POLA MAKAN YG TERATUR/TIDAK

CAIRAN

AKTIVITAS

KEGIATAN YG SPESIFIK

PENGGUNAAN OBAT

STRES

PEMBEDAHAN/PENYAKIT MENETAP, DSB

4. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik meliputi :

Keadaan abdomen

Ada/tidaknya : distensi, simetris/tdk, gerakan peristaltik, adanya masa pd perut & tenderness.

Pemeriksaan rektum & anus

Ada/tidaknya tanda inflamasi, seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid dan massa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

KONSTIPASI berhubungan dgn :

n Defek persyarafan, kelemahan pelvis, imonilitas akibat cedera medulla spinalis & CVA

n Penurunan respons berdefekasi

n Nyeri akibat hemorroid

n Efek samping tindk. Pengobatan (antasida, laksantif & anaestesi)

n Menurunnya peristaltik akibat stres

2. KONSTIPASI KOLONIK berhubungan dgn :

defek persarafan, kelemahan otot dasar panggul, imobilitas akibat cedera medulla spinalis, & CVA

Penurunan laju metabolisme akibat hipotiroidisme atau hiperparatiroidisme

Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anastesi).

Menurunya peristaltik akibat stres.

3. KONSTIPASI dirasakan berhubungan dgn :

Penilaian salah akibat penyimpangan susunan saraf pusat, defresi, kelainan obesif kompulsif.

Kurangnya informasi akibat keyakinan budaya

4. DIARE berhubungan dgn :

Malabsorpsi /inflamasi akibat penyakit infeksi atau gastitis, ulkus dll

Peningkatan peristaltik akibat peningkatan metabolisme

Proses infeksi

Efek samping tindk pengobatan (antasida & antibiotik)

Stres psikologis

5. INKONTINENSIA USUS berhubungan dgn :

gangguan sfingter rektal akibat cedera rektum/tindk. pembedahan.

kurang kontrol pd sfingter akibat cedera medula spinalis, cva (cerebro vaskular accident) dll

distensi rektum akibat konstipasi kronis

kerusakan kognitif

ketidak mampuan mengenal/merespons proses defekasi akibat depresi/kerusakan kognitif.

6. KURANGNYA VOLUME CAIRAN BERHUBUNGAN DGN PENGELUARAN CAIRAN YG BERLEBIHAN (DIARE)

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Kaji perubahan faktor yg mempengaruhi masalah eliminasi bowel.

Kurangi faktor yg mempengaruhi terjadinya masalah sperti :

n Konstipasi secara umum

n Konstipasi akibat nyeri

n Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup

n Inkontinensia usus

Jelaskan mengenai eliminasi yg normal pd pasien

Pertahankan asupan makanan & minuman

Bantu defekasi secara manual

Bantyu latihan BAB dgn benar.

Tindakan Keperawatan Eliminasi Bowel

Pengambilan Bahan Pemeriksaan Feses

Huknah ( Huknah Rendah & Tinggi)

Pemberian Glyserin

Menolong Bab Di Tempat Tidur

Mengeluarkan Feses Secara Manual

PELAKSANAAN TINDAKAN

CARA YG DILAKUKAN UNTUK MENGAMBIL

FESES SEBAGAI BAHAN PEMERIKSAAN :

Pemeriksaan Feses Lengkap :merupakan pemeriksaan yg terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah dll

Pemeriksaan feses kultur: merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dgn cara toucher (prosedur pengambilan feses melalui tangan).

Alat :

Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.

Etiket khusus.

Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur kerja.

Cuci tangan.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil fases melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkan daerah anus nya.

Masukkan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan.

Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

Cuci tangan

MEMBERIKAN HUKNAH

Secara umum Enema atau huknah adalah tindakan yang digunakan untuk memasukkan suatu larutan atau cairan kedalam rectum dan colon. Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik dan juga sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rectum. (Perry,Potter.2005:1768).

Dampak Pemberian Huknah

Dampak positif

membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy.

Sebagai jalan alternatif pemberian obat.

Menghilangkan distensi usus.

Memudahkan proses defakasi.

Meningkatkan mekanika tubuh.

Dampak negatif

Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.

Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan enema (perry,peterson,potter.2005).

MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH

MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH merupakan tindakan keperawatan dgn cara :memasukkan cairan hangatkedalam kolon desenden dengan menggunakankanula rekti melalui anus, bertujuan mengosongkan usus pd proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pasca operasi & merangsang ABK bagi pasien yg mengalami kesulitan BAB.

Alat & Bahan

Prosedur Huknah Rendah

Alat & Bahan

Pengalas

Irigator lengkap dgn kanula rekti

Cairan hangat+700 ml-100 ml dengan suhu 40,5-430C pd org dewasa.

Bengkok

Jeli

Pispot

Sampiran

Sarung tangan

Tisus

Prosedur Kerja

Cuci tangan

Jelaskan prosedur

Atur ruangan

Atur posisi pasien dgn posisi sim miring kekiri.

Pasang pengalas dibawah glutea

Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti, cek aliran dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung kanula.

Gunakan sarung tangan & masukkan kanula+15 cm kedlm rektum kearah kolon desenden sambil pasien disuruh bernapas panjang & pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur, buka klemnya dan air dialirkan s/d pasien menunjukkan keinginan utk BAB.

Anjurkan pasien utk menahan sebentar jika ingin BAB & pasang pispot atau anjurkan ketoilet. Jika pasien tdk mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah sekitar rektum shg bersih

Cuci tangan

Catat jumlah feses yg keluar, warna, konsistensi & respon pasien

MEMBERIKAN HUKNAH TINGGI

Memberikan huknah tinggiadalah tindakan keperawatan dgn cara memasukkan cairan hangat kedalam kolon asendens dgn menggunakan kanula usus,

BERTUJUAN :mengosongkan usus pd pasien prabedah/utk prosedur diagnostik

Alat & Bahan

Pengalas

Irigator lengkap pada kanula usus

Cairan hangat (700-1000 ml dgn suhu 40,50- 430C).

Bengkok

Jeli

Pispot

Sampiran

Sarung tangan

Tisu

Prosedur Kerja

Jelaskan prosedur yg akan dilakukan pd pasien

Cuci tangan

Atur ruangan dgn meletakkan sampiran bila pasien berada dibangsal umum

Atur pasien dgn posisi sim miring kekanan

Gunakan sarung tangan

Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan & hubungkan kanula rekti, cek aliran dgn membuka kanula & keluarkan air kebengkok serta beri jeli pd ujung kanula.

Masukkan kanula kedlm rektum kearah kolon asenden+15-20 cm sambil pasien disuruh bernapas panjang & pegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur, buka klemnya shg air mengalir kerektum s/d pasien menunjukkan keinginan utk BAB.

Anjurkan pasien utk menahan sebentar bila mau BAK & pasang pispot/anjurkan ketoilet.

Buka sarung tangan & catat jumlah, warna, konsistensi & respons pasien

Cuci tangan

MEMBERIKAN GLISERIN

MEMBERIKAN GLISERIN dengan cara memasukkan cairan GLISERIN kedalam poros usus menggunakan SPUIT GLISERIN.

BERTUJUAN : merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dpt BAB (khususnya pd orang yg mengalami sembelit) & juga dpt digunakan utk persiapan operasi.

Alat & Bahan

Spuit gliserin

Gliserin dlm tempatnya

Bengkok

Pengalas

Sampiran

Sarung tangan

Tisu

Prosedur Kerja

Cuci tangan

Jelaskan prosedur

Atur ruangan

Atur posisi pasien (miringkan kekiri) & berikan pengalas dibawah glutea serta buka pakaianbag.bawah

Gunakan sarung tangan, lalu spuit diisi gliserin+10-20 cc & cek kehangatan cairan gliserin.

Masukkan gliserin perlahan-lahan kedalam anus dgn cara tangan kiri mendorong perenggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkan spuit kedlm s/d pangkal kanula dgn ujung spuit diarahkan kedepan & anjurkan pasien napas dalam.

Setelah selesai cabut & masukkan kedlm bengkok. Anjurkan pasien utk menahan rasa ingin defekasi & pasang pispot.

Pasang pispot / ketoilet

Lepaskan sarung tangan catat hasil

Cuci tangan

MENGELUARKAN FESES DENGAN JARI (MANUAL)

MENGELUARKAN FESES DENGAN JARI merupakan tindk. Keperawatan dgn cara memasukkan jari kedlm rektum pasien, digunakan utk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya.

Indikasi tindakan ini adalah : apabila massa feces terlalu keras & dlm pemberian enema tdk berhasil, konstipasi, serta terjadi pengerasan feses yg tdk mampu dikeluarkan pada lansia.

Alat & Bahan

Sarung tangan

Minyak pelumas/jeli

Alat penampung / pispot

Pengalas

Sarung tangan

Prosedur Kerja

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yg akan dilaksanakan

Gunakan sarung tangan & beri minyak pelumas(jeli) pd jari telunjuk

Atur posisi miring dengan lutut fleksi

Masukkan jari kedalam rektum & dorong perlahan-lahan sepanjang dinding rektum kearah umbilikus (kearah feses yg impaksi)

Secara perlahan-lahan lunakkan massa dgn masase daerah feses yg impikasi (dengan arahkan jari pd inti yg keras).

Gunakan pispot bila ingin BAB/bantu ketoilet

Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yg keluar, warna, kepadatan, serta respons pasien.

Cuci tangan

Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot

Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) / pasu surungan untuk buang air besar ditempat tidur, dengan tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi (BAB).

Alat dan bahan:

Alas / perlak

Pispot

Air bersih

Tisu

Handuk

Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum

Sarung tangan

Sabun

Prosedur kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan prosedur

3) Pasang sampiran

4) Gunakan sarung tangan

5) Pasang pengalas dibawah glutea

6) Tempatkan pispot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah sudah nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.

7) Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien untuk menambah rasa nyaman.

8) Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan.

9) Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.

10) Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.

11) Cuci tangan.

Prosedur pelaksanaan

1) Bawa peralatan kedekat pasien.

2) Jelaskan tujuan dan prosedur.

3) Tutup jendela dan pasang sampiran.

4) Pasang pengalas dibawah glutea

5) Pasang selimut mandi.

6) Cuci tangan

7) Pakai sarung tangan

8) Posisikan pasien dorsal rekumben

9) Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan kenyamanan pasien

10) Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung pasien untuk menambah rasa nyaman.

11) Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan

13) Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena.

14) Tingalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah selesai atau memberi tahu perawat.

15) Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya diatas meja dorong/trolly

16) Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun, lalu bersihkan dengan air bersih.

17) Keringkan dengan tisu

18) Bereskan alat dan rapikan pasien

19) Dokumentasi

http://nurse87.wordpress.com/2013/06/18/kebutuhan-eliminasi-bowel/