eronomi.docx

7
Nama : Dewi Indriani Nim : 201431370 Fakultas : kesehatan masyarakat (k3) Semester : 1( paralel) Tugas : Ergonomi Prinsip Menajemen Resiko 1. Prinsip menajemen resiko terdiri dari: a Deteksi potensi bahaya Yaitu upaya sistematis untuk mengetahui adanya potensi bahaya dalam aktifitas suatu organisasi. Fungsi dari deteksi potensi bahaya yaitu untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan. b Analisa potensi bahaya Analisa potensi bahaya diperuntukan agar dapat meminimalkan bahaya ditempat kerja yang dapat merugikan perusahaan. Adapun aktifitas yang disertakan dalam proses analisa potensi bahaya yaitu: Mengidentifikasi tugas Membentuk tim Membagi tugas Mengidentifikasikan potensi hazards. Membuat solusi/ mengontrol untuk meminimalisir hazards. Tiga tahap analisa potensi bahaya, yaitu:

Upload: indri-rahl

Post on 17-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Nama : Dewi IndrianiNim : 201431370Fakultas : kesehatan masyarakat (k3)Semester : 1( paralel)Tugas : Ergonomi

Prinsip Menajemen Resiko1. Prinsip menajemen resiko terdiri dari:a Deteksi potensi bahayaYaitu upaya sistematis untuk mengetahui adanya potensi bahaya dalam aktifitas suatu organisasi. Fungsi dari deteksi potensi bahaya yaitu untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan.b Analisa potensi bahayaAnalisa potensi bahaya diperuntukan agar dapat meminimalkan bahaya ditempat kerja yang dapat merugikan perusahaan.Adapun aktifitas yang disertakan dalam proses analisa potensi bahaya yaitu: Mengidentifikasi tugas Membentuk tim Membagi tugas Mengidentifikasikan potensi hazards. Membuat solusi/ mengontrol untuk meminimalisir hazards.Tiga tahap analisa potensi bahaya, yaitu: Tahap perencanaan (JHA) dan risk assesment Tahap perizinan( job safety analisis) Tahap pelaksanaan (self assesment)c Assesment/ evaluasi potensi bahayaEvaluasi potensi bahaya yaitu suatu proses yang dilaksanakan untuk dapat menetapkan seberapa besar potensi bahaya yang ditemukan ditempat kerja.Pengukuran dan pemeriksaan potensi bahaya dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus yang memenuhi standar pengukuran, dan evaluasi dapat dilakukan dengan cara: Pengukuran lingkungan kerja, baik faktor fisik maupun kimia. Pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja Membandingkan hasil pengukuran terhadap nilai ambang batas Penilaian terhadap alat, cara kerja, dan lingkungan kerja Interprestasi hasil.d Pengendalian potensi bahayaSetelah ditetapkan bahwa faktor-faktor bahaya sudah menjadi resiko (risk) atau sudah melebihi standar yang ditentukan, maka perlu dilakukan control of hazards. Tujuannya agar pekerja dapat terhindar dari gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja.2. Pengendalian menajemen resikoa. Pengendalian administratifPengendalian administratif adalah peraturan-peraturan administrasi yang mengatur pekerja untuk membatasi aktu kontaknya( pemaparan) dengan faktor bahaya atau contaminasi.b. Pengendalian teknisPengendalian teknis yaitu pengendalian yang ditujukan terhadap sumber bahaya/ lingkungan, seperti: Substitusi yaitu menggantikan bahan-bahan berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya. Isolasi yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja. Misalnya pengadaan ruang panel, larangan memasuki tempat kerja bagi yang tidak berkepentingan. Cara basah, dimaksudkan untuk menekankan jumlah partikel yang mengotori udara. Merubah proses, misalnya proses kering dirubah menjadi proses basah untuk menghindari debu. Lokal exhaust ventilation. Ventilasi umum. Mengatur jarak, dimaksudkan agar sumber bahaya dijauhkan dari pekerja yang terpapar.c. Pengendalian medisYaitu upaya untuk menghilangkan atau mengendalikan baahya ditempat kerja yang menyebabkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja dengan pemakaian APD. Pemakaian pelindung telinga( ear plug, ear muff) Pelindung saluran pernapasan. Pelindung kaki. Baju/ pakaian kerja Spectacle goggles. Cup goggles Face shield. Welding hatt. Cover goggles. Safety hatt.

Antropometri1. Apa tujuan dan apa saja yang diperlukan dalam pengukuran antropometri. Jelaskan !Antropometri berasal dari bahasa Yunani yakni kata anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti mengukur. Jadi, antropometri secara literal adalah pengukuran manusia. Antropometri adalah pengetahuan mengenai dimensi tubuh manusia serta aplikasi yang berkaitan dengan geometri fisik, massa dan kekuatan tubuh manusia. Variasi dimensi tubuh manusia sering kali menjadi faktor utama untuk menghasilkan rancangan sistem/alat yang sesuai untuk pengguna.Antropometri dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu: Antropometri statis (dimensi struktur tubuh). Pengukuran manusia pada posisi diam pada permukaan tubuh. Antropometri dinamis (dimensi fungsional tubuh). Pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat melakukan pekerjaan atau kegiatan.Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal pengamatan kesehatan dan pertumbuhan manusia, perancangan area kerja (work station), perancangan peralatan kerja, perancangan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik.Pada umumnya, variabel antropometri dibagi menjadi beberapa jenis variabel meliputi: Linear (variabel tinggi dan panjang), merupakan variabel paling banyak. Diameter. Lengkungan (arc). Girth/circumference atau keliling bagian tubuh. Massa. Volume

Ada dua jenis pengukuran antropometri yakni pengukuran secara konvensional dan digital. Pengukuran secara konvensional atau pengukuran langsung membutuhkan beberapa instrumen atau alat seperti kursi antropometri, meteran, timbangan badan, pengukur tinggi tubuh, jangka sorong, dan sebagainya tergantung kebutuhan. Sedangkan pengukuran secara digital menggunakan teknologi pengolahan citra digital. Kelebihan pengukuran secara langsung adalah alat lebih mudah ditemui dan murah sehingga untuk memulainya tidak memerlukan biaya yang besar serta mudah diterapkan. Kelemahan pengukuran secara langsung adalah membutuhkan waktu yang lama, lebih membutuhkan banyak tenaga, dan sulit untuk melakukan pengukuran antropometri dalam jumlah besar. Sedangkan pengukuran digital secara umum tidak banyak memakan waktu dan tenaga, cocok untuk melakukan pengukuran antropometri dalam jumlah besar, mengeliminasi kontak langsung dengan subjek ukur sehingga dislokasi dan deformasi jaringan yang lunak pada tubuh dapat dihindari. Namun untuk memulai pengukuran digital memerlukan biaya yang cukup besar karena melibatkan teknologi hardware dan software komputer, serta memerlukan pelatihan khusus.