fahrizal jadi modul 3 fix
DESCRIPTION
praktikum kendali tegangan ACTRANSCRIPT
KENDALI TEGANGAN ACNama : Muhamad Fahrizal S ( 11-2012-083)
Asisten : Ahmad Roby ( 11-2011-031)Waktu Percobaan : 9 Desember 2014
EL – 319 Elektronika DayaLaboratorium Dasar Energi Elektrik
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Abstrak
Pada praktikum ini, kita coba
membahas tentang teknik pengontrolan fasa
yang akan memberikan kemudahan dalam
sistem pengendalian tegangan listrik arus
bolak-balik (AC). Pengendalian tegangan
saluran AC digunakan untuk mengubah-
ubah harga rms tegangan AC yang
dicatukan ke beban dengan menggunakan
Thyristor sebagai sakelar. Penggunaan
peralatan ini antara lain untuk kontrol
kecepatan motor induksi, kontrol
penerangan dan kontrol alat-alat pemanas.
Penelitian adalah kegiatan yang
sistematik dengan tujuan untuk menambah
wawasan baru atau pengetahuan yang
sudah ada dengan cara-cara yang dapat
dikomunikasikan dan dapat dinilai kembali.
Kegiatan penelitian belum dapat dikatakan
selesai sebelum laporannya dibuat.
Penulisan laporan penelitian merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
penelitian itu sendiri.
Kendali tegangan AC suatu
rangkaian yang bekerja apabila saklar
thyristor dihubung antara sumber dan
beban, dimana kita dapat mengatur aliran
daya dengan bermacam-macam harga.
Aplikasinya sering digunakan dari
pengontrol tegangan ac adalah: pemanas
industri, penguhahan tapi pada trafo beban,
kontrol lampu, pengontrol kecepatan pada
motor induksi banyak fasa, dan pengontrol
magnet ac. Untuk transfer energi.
1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hampir semua peralatan
elektronika memerlukan sumber arus searah.
Penyearah digunakan untuk mendapatkan
arus searah dari suatu arus bolak-balik. Arus
atau tegangan tersebut harus benar-benar
rata tidak boleh berdenyut-denyut agar tidak
menimbulkan gangguan bagi peralatan yang
dicatu.
Kontrol kendali tegangan ac
berfungsi sebagai pengatur keluaran daya
sesuia dengan harga harga tang diinginkan,
Pengontrol tegangan ac dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis: (I)
Pengontrol satu fasa dan (2) Pengontrol tiga
fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi menjadi (a)
kontrol setengah gelombang atau banyak
arah dan (b) kontrol gelombang penuh atau
dua arah. Ada bermacam konfigurasi dari
pengontrol tiga fasa tergantung pada
hubungan saklar ilryristor.
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka perlunya dilakukan peercobaan guna
mengetahui dan memahami semua
rangkaian kendali AC. Praktikan perlu
mengerti prinsip kerja dari kendali AC.
1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan laporan
akhir ini ditujukan untuk melatih
kemampuan setiap mahasiswa dalam
pembuatan suatu laporan dan diharapkan
hasil dari praktikum yang dilakukan dapat
dikembangkan lebih jauh sehingga
menghasilkan fungsi yang aplikatif.
Tujuan yang hendak dicapai
dalam tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui cara kerja thyristor dan
triac.
2. Mengetahui tipe-tipe kendali
tegangan.
3. Mengetahui bentuk gelombang
input dan gelombang output untuk
setiap percobaan.
2. Dasar TeoriJika sebuah saklar thyristor
dihubungkan antara sumber ac dan beban,
aliran energi dapat dikontrol oieh variasi
nilai rms dari tegangan ac yang dipakai oleh
beban : dan jenis rangkaian energi ini
disebut sebagai Pengontrol Tegangan ac (ac
voltage controller). Aplikasi yang sering
digunakan dari pengontrol tegangan ac
adalah : pemanas industri, penguhahan tapi
pada trafo beban, kontrol lampu, pengontrol
kecepatan pada motor induksi banyak fasa,
dan pengontrol magnet ac. Untuk transfer
energi, dua jenis pengontrol yang biasanya
digunakan:
Kontrol on-off
Kontrol sudut fasa
Pada kontrol on-off, saklar thyristor
menghuhungkan beban dengan sumber ac
selama beberapa putaran tegangan masukan
dan diputus selama beberapa putaran yang
lain. Pada kontrol fasa, saklar thyristor
menghuhungkan beban dengan sumber ac
untuk setiap bagian dari putaran tegangan
masukan.
Pengontrol tegangan ac dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis : (I)
Pengontrol satu fasa dan (2) Pengontrol tiga
fasa. Tiap jenis dapat dibagi lagi menjadi (a)
kontrol setengah gelombang atau banyak
arah dan (b) kontrol gelombang penuh atau
dua arah. Ada bermacam konfigurasi dari
pengontrol tiga fasa tergantung pada
hubungan saklar thyristor.
Karena tegangan masukannya ac,
thyristor merupakan komutasi garis; dan
thyristor kontrol fasa, yang relatif tidak
mahal dan lebih lambat dibandingkan
dengan thyristor saklar cepat, yang biasa
digunakan. Untuk aplikasi sampai 400 Hz
jika TRIAC disediakan untuk
mempertemukan rating tegangan dan arus
untuk dari sebuah aplikasi tertentu,
pemakaian TRIAC lebih banyak digunakan
teknik komutasi thyristor, karena komutasi
saris dan natural. tidak ada rangkaian
komutasi tambahan dan rangkaian untuk
pengontrol tegangan ac-nya sangat
sederhana. Karena bentuk gelombang
keluaran yang alami, analisis turunan dari
persamaan eksplisit untuk kinerja parameter
rangkaian tidak sederhana, khususnya untuk
konverter terkontrol sudut fasa dengan
beban RL. Agar mudah, beban resistif
digunakan pada bab ini untuk
membandingkan kinerja dari berhagai
konfigurasi. Meskipun demikian, beban
yang lebih sering digunakan adalah jenis RL
dan harus dipertimbangkan ketika
merancang dan menganalisis pengontrol
tegangan ac.
2.1 Prinsip Kerja Kontrol On-OffPrinsip kontrol On-Off dijelaskan
dengan pengaturan gelombang penuh fasa
tunggal. (lihat gambar 1). Saklar thyristor
mengubungkan supply AC ke beban untuk
waktu tn saklar akan membuka/mati oleh
pulsa penghambat gate untuk waktu to.
Ketika tn yang merupakan bilangan bulat per
cycle maka thyristor akan menutup/menyala.
Saat tegangan nol dilewatkan di inpit
tegangan AC. Tipe ini digunakan pada
industry pemanas dan control kecepatan
motor. Tegangan input Vs= Vmsin cot = √2
vs.sin.cot jika tegangan input dihubungkan
ke beban untuk n-cycle dan pelepasan pada
m-cycle maka tegangan output beban rms
yang di peroleh adalah:
disebut sebagai duty cycle
Gambar 1.
2.2 Prinsip Kerja Kontrol Fasa
Prinsip dari kontrol fasa dapat
dijelaskan berdasarkan pada Gambar. Energi
mengalir ke beban dikontrol dengan
menunda sudut tembak thyristor T1. Gambar
mengilustrasikan pulsa-pulsa gerbang
thyristor T1 dan bentuk gelombang tegangan
masukan dan keluaran. Dengan adanya
diode D1, daerah kontrol terbatas dan rms
efektif tegangan keluaran hanya dapat
bervariasi antara 70.7 dan 100%. Tegangan
keluaran dan arus masuk tidak simetris dab
megnandung komponen dc. Jika ada sebuah
trafo masukan akan dapat menyebabkan
problem kejenuhan. Rangkai ini adalah
Pengontrol setengah gelombang satu fasa
dan cocok hanya untuk beban resistif
berdaya rendah, seperti pemanasan
pencahayaan. Karena aliran daya dikontrol
oleh setengah gelombang positif tegangan
masukan, jenis Pengontrol tipe ini disebut
juga dengan Pengontrol banyak arah
(unidirectional) Jika vs = Vm Sin t =
sin t adalah tegangan masukan dan sudut
tunda thyristor T1 adalah t = , tegangan
keluaran rms ditentukan melalui
Gambar 2. Rangkaian kerja kontrol fasa
2.3 Pengontrol Setengah Gelombang
Dengan Tiga Fasa
Diagram rangkaian pengontrol
setengah gelombang (atau unidirectional)
tiga fasa ditunjukkan pada Gambar 6-1
dengan beban resistif terhubung wye. Arus
mengalir ke beban dikontrol oleh thyristor
T1, T3, dan T5: Dan diode menyediakan jalur
arus balik. Urutan firing thyristor adalah T1,
T3, T5. Untuk arus mengalir melalui
Pengonlrol daya minimal satu thyristor harus
dihuhungkan. Bila semua divaisnya diode,
tiga diode akan terhubung pada saat yang
bersamaan dan sudut konduksi tiap diode
adalah 1800. Kita menyebutnya bahwa
thyristor akan terhubung bila tegangan
anodenya lebih tinggi daripada katodenya
dan terjadi firing. Pada saat thyristor mulai
terhubung, ia akan off hanya bila arusnya
nienjadi nol.
Jika Vs adalah nilai rms untuk
tegangan fasa masukan dan kita
mendefinisikan tegangan fasa masukan
berturutan adalah
vAN = VS sin t
vBN = VS sin
vCN = VS sin
kemudian tegangan line masukan adalah
vAB = VS sin
vBC = VS sin
vCA = VS sin
Gambar 2.3 Pengontral unidirectional tiga
fasa
Bentuk gelombang untuk tegangan
masukan, sudut konduksi divais, dan
tegangan keluaran ditunjukkan pada Gambar
6-2 untuk = 60° dan = 150°. Perlu
diketahui bahwa interval konduksi yang
ditunjukkan pada Gambar 6-8 oleh garis
putus-putus tidak berskala, tetapi memiliki
lebar yang sama yaitu 30°. Untuk 0
60°, baik dua atau tiga divais dapat
dihubungkan pada waktu bersamaan dan
kombinasi yang mungkin adalah (1) dua
thyristor dan satu diode, (2) satu thyristor
dan satu diode, dan (3) satu thyristor dan dua
diode. Jika tiga divais dihubungkan, operasi
tiga fasa yang normal terjadi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6-9a dan tegangan
keluaran fasanya sama dengan tegangan
masukan fasa, misalnya,
van = vAN = vBC = VS sin
Di samping itu, jika dua divais
dihubungkan pada waktu bersamaan, arus
yang mengalir hanya melalui dua jalur
sedangkan jalur ke tiga dianggap sebagai
rangkaian terhuka. Tegangan jalur ke jalur
akan muncul melalui dua terminal dari
beban seperti ditunjukkan pada Gambar 6-
9b. dan tegangan fasa keluaran adalah satu
setengah tegangan jalur (misalnya bila
terminal c dibuka)
van =
Bentuk gelombang untuk tegangan
fasa keluaran (misalnya van) dapat
digambarkan langsung dari fasa masukan
dan tegangan jalur dengan memperhatikan
bahwa van akan berhubungan dengan vAN jika
tiga divais dihubungkan, menjadi vAB/2 (atau
v4C/2) bila kedua divais dihubungkan, dan
nol jika terminal dibuka. Untuk 60°
120°, pada suatu waktu hanya satu
thyristor dihubungkan dan jalur balik dibagi
untuk satu atau dua diode. Untuk 120°
210°, hanya thyristor dan satu diode
terhubung pada waktu bersamaan.
Sudut extinction (3 thyristor dapat
ditunda melebihi 180° (misal untuk T1
adalah 210° untuk = 30° seperti
ditunjukkan pada Gambar 6-2b). Untuk =
60°, sudut extinction ditunda menjadi 180°
seperti pada Gambar 6-2a. disebahkan oleh
fakta bahwa tegangan fasa keluaran dapat
bergantung pada tegangan masukan jalur ke
jalur. Pada saat vAB menjadi nol pada t =
150°, arus thyristor T1 dapat terus mengalir
sampai vCA menjadi nol pada saat t 2100
dan sudut tunda = 210° memberikan
tegangan (dan daya) keluaran nol.
Pulsa-pulsa gerbang thyristor
kontinyu, dan misalnya, pulsa T1 berakhir
pada t = 210°. Pada prakteknya, pulsa
gerbang terdiri dari dua bagian. Pulsa
pertama T1 bermula dari manapun yang
memiliki sudut antara 0 dan 150° dan
berakhir pada t = 210°, pulsa kedua,
bermula pada t = 150°, selalu berakhir
pada t = 210°. Hal ini menyebabkan arus
dapat mengalir melalui thyristor T1 selama
periode 150° t 2100 dan
meningkatkan interval kontrol tegangan ke
keluaran interval penundaan adalah
0 2100
Gambar 2.4 Bentuk gelombang pengontrol
unidirectional tiga fasa
Gambar 2.5 Beban resistif terhubung Wye
2.4 Pengontrol Gelombang Penuh
Tiga Fasa
Pengontrol unidirectional yang
mengandung arus masukan dc dan harmonik
yang lehih tinggi yang disebabkan bentuk
gelombang tegangan keluaran natural yang
tidak simetris, tidak biasa digunakan untuk
menjalankan motor ac; kontrol dua arah fasa
yang lehih sering digunakan. Diagram
rangkaian pengontrol gelombang, penuh tiga
fasa (atau dua arah) ditunjukkan pada
Gambar dengan beban resistif yang
terhubung wye. Operasi pengontrol ini sama
dengan pengontrol setengah gelombang,
kecuali arus balik disediakan oleh thyristor
T2, T4, dan T6 bukan oleh diode-diode.
Urutan firing dari thyristor adalah T1, T2, T3,
T4, T5, T6.
Bila kita mendefinisikan tegangan
fasa masukan beraturan adalah
vAN = VS sin t
vBN = VS sin
vCN = VS sin
tegangan jalur masukan instantaneous
adalah
vAB = VS sin
vBC = VS sin
vCA = VS sin
Bentuk gelombang untuk tegangan
masukan sudut konduksi thyristor dan
tegangan fasa keluaran.ditunjukkan pada
Gnmbar untuk = 60° dan = 20°. Untuk 0
60°, sebelum firing T1, dua resistor
terhubung. Bila T1 firing tiga resistor
terhubung. Thyristor menjadi off bila
arusnya membalik. Kondisi demikian terjadi
antara dua dan tiga thyristor terhubung.
Untuk 600 90°, hanya dua
resistor terhubung pada suatu waktu. Untuk
90° 1500, meskipun dua thyristor
terhubung suatu waktu, terdapat periode
ketika tidak ada thyristor yang on. Untuk
1500, tidak ada periode untuk dua thyristor
terhubung dan tegangan keluaran naenjadi
nol untuk = 1500. Interval untuk sudut
tunda adalah
Gambar 2.6 Pengontrol dua arah tiga fasa
3. Metodologi
3.1 Alat-alat yang digunakan
1. Kit Praktikum.
2. Voltmeter AC 1 buah
3. Tranfo isolasi 1 buah
4. Oscilloscope. 1 buah
5. Beban (lampu). 1 buah
6. Jumper (secukupnya)
3.2 Prosedur Percobaan
a. Membuat rangkaian percobaan
seperti gambar dibawah :
Percobaan beban : (a) 1 fasa, (b)
3 fasa bintang, (c) 3 fasa bintang
dengan netral, (d) 3 fasa delta
b. Meminta persetujuan dari
asisten
c. Menyalakan MCB PLN
d. Menyalakan osiloskop
e. Mengkalibrasi osiloskop
f. Mengatur sudut penyalaan 300,
600, 900,1200, 1500, 1800
g. Menggambar bentuk gelombang
yang dihasilkan osiloskop
dengan sudut penyalaan 300,
600, 900,1200, 1500, 1800
h. Menuliskan data yang telah
didapat pada tabel.
Besar
Trigger (α)
Besar
Tegangan
300
600
900
1200
1500
1800
i. Mengubah sudut penyalaan ke
0°
j. Mematikan osiloskop
k. Mematikan MCB PLN
4. Hasil dan Analisis
4.1 Percobaan Satu Fasa
P = 100 W
Tabel 1. Percobaan satu fasa
Tabel 2. Bentuk Tegangan Output
4.2 Pengolahan Data Satu Phasa
*Secara Teori
Rumus Dasar
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
Vo = Vs [ [( ) + )]1/2
b. Arus Keluaran (Irms)
Io =
c. Daya keluaran
Po = Vo x Io
d. Power factor
Pf =
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
b. Arus Keluaran (Irms)
Io =
c. Daya keluaran
Po = Vo x Io
d. Power factor
Pf =
1. Sudut penyalaan = 300
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 196.001 x 4.9 = 960.40
watt
d. Power factor
Pf = lagging
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 191 V
b. Arus Keluaran (Irms)
Io =
c. Daya keluaran
Po = 191 x 4.775 = 912.02 watt
d. Power factor
Pf = lagging
2. Sudut penyalaan = 600
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = = 4.39 Ampere
c. Daya keluaran
Po = 175.536 x 4.39
= 770.603 watt
d. Power factor
Pf = lagging
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 134 Volt
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = 0hm
c. Daya keluaran
Po = 134 x 3.35 = 448.9 Watt
d. Power factor
Pf = lagging
3. Sudut penyalaan = 900
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 150.613 x 3.765
= 567.06 Watt
d. Power factor
Pf = lagging
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 76 Volt
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = volt
c. Daya keluaran
Po = 76 x 1.9 = 144.4 watt
d. Power factor
Pf = = 0.356 lagging
4. Sudut penyalaan = 1200
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 124.256 x 3.106
= 385.94 watt
d. Power factor
Pf = = 0.575 Lagging
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 30 Volt
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 30 x 0.75 = 22.5 Watt
d. Power factor
Pf = Lagging
5. Sudut penyalaan = 1500
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 87.948 x 2.198
= 193.372 Watt
d. Power factor
Pf = = 0.405 Lagging
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 9 Volt
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Ampere
c. Daya keluaran
Po = 9 x 0.225 = 2.025 Watt
d. Power factor
Pf = Lagging
6. Sudut penyalaan = 1800
Asumsi pada R = 40 Ω
*Secara Teori
a. Tegangan Keluaran
b. Arus Keluaran (Irms)
Io =
c. Daya keluaran
Po = 9 x 0 = 0 Watt
d. Power factor
Pf = = 0
*Secara Praktikum
a. Tegangan Keluaran (Vo)
Vo = 0 V
b. Arus Keluaran (Irms)
Io = Volt
c. Daya keluaran
Po = 0 x 0 = 0 Watt
d. Power factor
Pf = Unity
4.3. WIRING DIAGRAM
4.3.1 Wiring Kendali AC 1 fasa
4.3.2 Wiring Kendali AC 3 fasa Delta
4.3.3 Wiring Kendali AC 3 fasa Bintang
4.3 ANALISA
a. Untuk percobaan rangkaian kendali
tegangan AC 1 fasa, dengan
diberikannya tegangan sumber
sebesar 220 Volt. Sudut penyalaan
dapat diatur dan diputar dari 00 s/d
1800, maka akan terjadinya
penurunan tegangan, arus dan daya
output. Gelombang output akan
semakin membentuk sinyal
sinusoida.
b. Kondisi lampu dapat diatur terang
atau tidaknya dengan sudut
penyalaan, semakin besar sudut
penyalaan maka lampu semakin
padam.
c. Pada pengolahan data hasil tidak
berbeda terlalu jauh karena pada saat
percobaan untuk menentukan nilai
yang di multimete rkurang ketelitian
dalam pembacaannya Serta dalam
perhitungan terjadi kesalahan.
Sedangkan pada perhitungan dengan
cara teori itu sangat akurat karena
tidak ada factor lainnya.
d. Untuk percobaan rangkaian
terkendali AC 3 Fasa delta maupun
bintang tidak dapat dilakukan karena
factor kit praktikum yang terjadi
adanya gangguan sehingga untuk
percobaan tersebut ikut terganggu.
5 Kesimpulan
Cara kerja thyristor : ketika cycle
positip maka thyristor akan ”on”
sedangkan pada cycle negatif
thyristor ”off”, namun cara kerja
thrystor tergantung dari sudut
penyalaan yang ditentukan.
Kendali tegangan AC akan
diketahui ketika tegangan AC rms
yang disalurkan ke beban pada
rangkaian daya type. Untuk
memindahkan daya biasanya
digunakan dua jenis type
pengontrolan, diantaranya :
1. Pengontrolan On-Off
2. Pengontrolan Sudut Fasa
Dalam saklar on-off, saklar
thyristor menghubungkan beban ke
sumber AC untuk beberapa cycle
lagi. Dalam Kontrol phase, saklar
menghubungkan beban ke sumber
AC untuk tiap bagian cycle
tegangan input.
Kontrol tegangan AC dapat
diklasifikasikan dalam dua tipe :
1. Kontrol fase tunggal
2. Kontrol fase banyak
Setiap tipe terbagi lagi dalam
beberapa bagian, diantaranya :
a. Kontrol gelombang searah
(unidirectional)
b. Kontrol tegangan penuh
(bidirectional)
3 Kondisi lampu dapat diatur terang atau
tidaknya dengan sudut penyalaan,
semakin besar sudut penyalaan maka
lampu semakin terang.
6. Tugas Akhir
1. Hitung besar tegangan keluaran (Vo), arus
keluaran (Io), daya keluaran (Po) dan
tentukan factor kerja yang terjadi untuk
setiap besar trigger yang diberikan!
Jawab : Sudah tercantum pada pengolahan
data.
2. Bandingkan besar tegangan output hasil
percobaan dengan hasil perhitungan secara
teori!
Jawab : Hasil perhitungan menurut data
percobaan dengan perhitungan secara teori
itu bernilai berbeda antara tegangan output
yang dihasilkan oleh perhitungan secara data
percobaan dengan perhitungan secara teori.
pada saat percobaan untuk menentukan nilai
yang di multimeter kurang ketelitian dalam
pembacaannya. Sedangkan pada perhitungan
dengan cara teori itu sangat akurat karena
tidak ada factor lainnya.
3. Jelaskan cara kerja trigger dalam .
percobaan yang telah dilakukan!
Jawab : Cara kerja trigger pada transistor
unijunction yaitu ketika tegangan sumber dc
Vs diberikan, kapasitor C akan diisi melalui
resistor R karena rangkaian emiter dari UJT
berada pada kondisi terbuka. Ketika
tegangan emmiter VE yang sama dengan
tegangan kapasitor Vc mencapai tegangan
puncak Vp, UJT akan ON dan kapasitor
akan dikosongkan dengan kecepatan yang
lebih kecil dari pada saat pengisian. Ketika
tegangan emmiter berkurang maka emitter
akan kembali tidak tersambung. UJT
menjadi OFF dan siklus pengisian akan
berulang kembali.
4. Gambarkan gelombang input, gelombang
output, beserta sudut penyalaannya!
Jawab : Sudah ada pada Hasil dan Analisa.
5. Buatlah wiring diagram beserta single line
dari semua percobaan kendali tegangan AC!
Jawab : wiring diagram ada pada lampiran
Single line kendali tegangan AC 1 fasa
6. Buatlah kesimpulan tentang kendali
tegangan AC yang sudah kalian dapatkan
setelah melaksanakan praktikum!
Jawab : sudah ada pada Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
Tim Asisten. 2014,Modul Praktikum
Elektronika Daya. Bandung : ITENAS
Bandung.