faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
BERBASIS KINERJA (STUDI EMPIRIS DI PEMERINTAH KABUPATEN KARO)
TESIS
Oleh
BENAR BAIK SEMBIRING 077017033/Akt
S
EK O L A
H
PA
SC A S A R JANA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
Benar Baik Sembiring : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Berbas is K ine r ja (S tud i Emp i r i s Di Pemerintah Kabupaten Karo), 2009
122
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
BERBASIS KINERJA (STUDI EMPIRIS DI PEMERINTAH KABUPATEN KARO)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
BENAR BAIK SEMBIRING 077017033/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
123
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BERBASIS KINERJA (STUDI EMPIRIS DI PEMERINTAH KABUPATEN KARO)
Nama Mahasiswa : Benar Baik Sembiring
Nomor Pokok : 077017033
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak) Ketua Anggota Ketua Program Studi, Direktur (Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc) Tanggal lulus : 4 Agustus 2009
124
Telah diuji pada
Tanggal : 4 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak
3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
125
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris dan menganalisis apakah faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) yang jelas dan hukuman/sanksi (punishment) yang tegas berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja.
Populasi pada penelitian ini adalah kepala satuan kerja perangkat daerah dan kepala bidang perencanaan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo yang berjumlah 70 orang, yang keseluruhannya dijadikan sampel. Untuk menguji hipotesis pengaruh komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) yang jelas dan hukuman/sanksi (punishment) yang tegas berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja secara simultan dan parsial digunakan uji F dan uji t.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) yang jelas dan hukuman/sanksi (punishment) yang tegas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap APBD berbasis kinerja. Secara parsial penyempurnaan sistem administrasi, penghargaan (reward) yang jelas dan hukuman/sanksi (punishment) yang tegas berpengaruh signifikan terhadap APBD berbasis kinerja, tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap APBD berbasis kinerja adalah penyempurnaan sistem administrasi.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa 88,60 % variasi variabel dependen (APBD berbasis kinerja) dijelaskan oleh variabel independen (komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) yang jelas dan hukuman/sanksi (punishment)), dan sisanya sebesar 11,40 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan. Kata Kunci : Komitmen dari seluruh komponen organisasi, Penyempurnaan sistem
administrasi, Sumber daya yang cukup, Penghargaan (reward) yang jelas, Hukuman/sanksi (punishment) yang tegas dan APBD berbasis kinerja.
126
ABSTRACT
The objective of this research is to test empirically and analyse whether commitment factor of all organizational component, perfection of administration system, enough human resources, transparant reward and firm punishment have an effect on budgeting of regional revenue and expenditure based on performance.
The population of this research are the chiefs of work unit of regional public service and the chief of planning division of work unit of regional public service in Government of Karo Regency that amount to 70 person, where all of them become the sample. To test hypothesis of commitment influence, of all organization component, the perfection of administration system, sufficient human resources, transparant reward, and firm punishment have effect on budgeting of regional revenue and expenditure (APBD) based on performance simultaneously and partially used F test and t test.
The result of this research proves that the commitment of all organization component, the perfection of administration system, sufficient human resources, transparant reward, and firm punishment have an effect on significant budgeting of regional revenue and expenditure (APBD) based on performance simultaneously, but the one has the biggest influence to budgeting of regional revenue and expenditure (APBD) based on performance is the perfection of administration system.
The result of this research also proves that 88,60 % of variety of dependen variable (APBD based on performance) shown by independent variable (commitment of all organization component, the perfection of administration system, sufficient human resources, transparant reward, and firm punishment) and the rest that is 11,40 % shown by other variable exclusive of the variable used. Key Words : Commitment of all organization component, The perfection of
administration system, Sufficient human resources, Transparant reward, and Firm punishment.
127
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja” sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
studi pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Akuntansi pada Universitas Sumatera
Utara.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam
penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin, P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak membantu dan
mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikiran secara sabar dan penuh kasih sayang
128
untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan saran-saran kepada penulis
dalam penyusunan tesis ini.
5. Ibu Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, dan
Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
6. Bapak Drs. Daulat Daniel Sinulingga, selaku Bupati Karo yang telah mendukung
penulis untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Karo
7. Bapak Dr. Drs. Sumbul Sembiring Depari, M.Sc, mantan Sekretaris Daerah
Kabupaten Karo (2001-2008) yang telah banyak memberikan dorongan dan
dukungan kepada penulis ketika meminta izin belajar untuk mengikuti studi di
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada tahun 2007.
8. Bapak Ir. Makmur Ginting, M.Sc, selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Karo yang
telah mendukung penulis untuk mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo.
9. Bapak Drs. Kawar Sembiring, M.Si selaku Asisten Ekonomi dan Pembangunan
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karo yang telah mendukung penulis untuk
mengikuti studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Karo.
129
10. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda (Alm) Tampil Sembiring dan
Ibunda Jumpa beru Ginting, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta, dan
kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Sekolah Pascasarjana ini.
11. Yang tersayang Kakak (Riahate Br. Sembiring dan Rasta Ginting), Abang (Sehat
Sembiring dan Sahdan Br. Ginting), Adik (Nerangi Sembiring, SE dan Intalina
Br. Ginting, S.Pd), Adik (Juliana Br. Sembiring, S.Pd dan Maruap Pardede, S.Pd),
Adik (Semanta Geraldi Sembiring, SE dan Ekaristi Br. Ginting, SE), Adik (Aman
J. Sembiring dan Agustina Br. Ginting) dan Adik (Elianor Sembiring, S.Pd) yang
telah memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini, serta seluruh Keponakan yang
tersayang, semoga dapat mengikuti sekolah seperti pamannya.
12. Kenangan buat istri penulis (Alm) Perdemun beru Purba dan yang tersayang
putra-putri penulis (Petra Theresia Jelita, Bernadetta Maria, Amelia Natasha
Febri, Niken Ayu Ulina, Bram Ricky Aginta dan Eikin Pehulisa) yang telah
memberikan dukungan dan menyemangati penulis sehingga dapat menyelesaikan
Sekolah Pascasarjana ini, semoga dapat mengikuti sekolah seperti papanya.
13. Rekan-rekan kerja penulis di Bagian Bina Program Sekretariat Daerah Kabupaten
Karo dan rekan-rekan di Bagian Hukum dan Ortala Sekretariat Daerah Kabupaten
Karo yang telah mendukung penulis dan bersedia memberikan waktunya untuk
membantu terlaksananya penelitian ini.
130
14. Bapak/ibu para Kepala SKPD dan Kepala Bidang Perencanaan pada SKPD
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Karo yang telah mendukung penulis dan
bersedia memberikan waktunya untuk pengisian kuesioner dalam penelitian ini.
15. Abangda Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran secara sabar dan tulus untuk mengarahkan, membimbing,
memberikan dorongan dan memberikan saran-saran kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini.
16. Sahabat karib saya Iwan Pantas Siregar, SSTP, M.Si, auditor pada Inspektorat
Kabupaten Deli Serdang yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran secara
sabar dan tulus untuk memberikan dorongan, dan memberikan saran-saran kepada
penulis dalam penyusunan tesis ini.
17. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang
berarti bagi penulis.
18. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga
penulisan tesis ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan dan saran
yang sifatnya membangun. Namun demikian, besar harapan penulis terhadap tesis
yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 4 Agustus 2009
Penulis
Benar Baik Sembiring
131
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Benar Baik Sembiring.
2. Tempat / Tanggal Lahir : Pematang Siantar / 27 Juni 1959.
3. Agama : Katolik.
4. Pekerjaan/Jabatan : Pegawai Negeri Sipil (saat ini menjabat Kepala
Bagian Penyusunan Program Setdakab. Karo)
5. Orang Tua
a. Ayah : (Alm) Tampil Sembiring.
b. Ibu : Jumpa beru Ginting.
6. Alamat : Jl. Lapangan Golf Komplek Perumahan Villa Batu
Asri No. D-5 Medan Tuntungan.
7. Nomor Handphone (Hp) : 081264144366
8. Pendidikan
a. SD : SD Negeri 102 Titirante Medan, Lulus Tahun 1972.
b. SMP : SMP Negeri 8 Medan, Lulus Tahun 1975.
c. SMA : SMEA Negeri 1 Medan, Lulus Tahun 1979.
d. Universitas : PAAP/FE USU Jur. Akuntansi Medan, Lulus Tahun
1983,
STAN Dep. Keuangan R.I,Jakarta, Lulus Tahun 1986
FE UMA Medan Jur. Akuntansi, Lulus Tahun 1997.
132
9. Pekerjaan : - Sebagai Chief Accounting pada PT. Alam Multi Sari
Cabang Medan Tahun 1980 – 1983,
- Sebagai Auditor pada Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) sejak Agustus 1986 –
Januari 2005,
- Sebagai Kepala Bagian Keuangan pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Karo sejak Februari 2005- April
2006,
- Sebagai Kepala Bagian Pengendalian Pembangunan
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Karo (April
2006- April 2009),
- Sebagai Kepala Bagian Penyusunan Program pada
Sekretariat Daerah Kabupaten Karo (April 2009-
sekarang),
133
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.5 Originalitas Penelitian.............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
2.1 Landasan Teori......................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Anggaran ................................................... 10
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja .......................................... 22
2.1.3 Perencanaan Kinerja..................................................... 28
2.1.4 Target Kinerja .............................................................. 32
2.1.5 Standar Analisis Belanja .............................................. 33
2.1.6 Standar Biaya ............................................................... 35
2.2 Review Penelitian Terdahulu ................................................... 37
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ..................................... 41
3.1 Kerangka Konsep..................................................................... 41
134
3.2 Hipotesis Penelitian.................................................................. 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 44
4.1 Disain Penelitian ..................................................................... 44
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 44
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 45
4.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 46
4.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 47
4.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel....................... 48
4.7 Model dan Teknik Analisis Data.............................................. 52
4.7.1 Model Analisis Data .................................................... 52
4.7.2 Teknik Analisis Data ................................................... 53
4.7.2.1 Uji Kualitas Data ........................................... 54
4.7.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ................................ 55
4.7.2.3 Statistik Deskriptif .......................................... 58
4.7.2.4 Uji Hipotesis ................................................... 58
4.7.3 Analisis Koefisien Determinasi .................................. 60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 61
5.1 Deskripsi Data ......................................................................... 61
5.1.1 Deskripsi Lokasi ......................................................... 61
5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ............................ 61
5.2 Analisis Data ........................................................................... 64
5.2.1 Uji Kualitas Data ......................................................... 64
5.2.1.1 Uji Validitas .................................................... 64
5.2.1.2 Uji Reliabilitas ................................................ 68
5.2.2 Uji Asumsi Klasik ....................................................... 69
5.2.2.1 Uji Normalitas Data ........................................ 69
5.2.2.2 Uji Multikolinieritas ........................................ 71
135
5.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas .................................... 72
5.3 Deskriptif Variabel Penelitian ................................................. 73
5.3.1 Variabel Komitmen dari Seluruh Organisasi (X1) ....... 73
5.3.2 Variabel Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2) ... 75
5.3.3 Variabel Sumber Daya yang Cukup (X3) .................... 77
5.3.4 Variabel Penghargaan (Reward) yang Jelas (X4) ........ 79
5.3.5 Variabel Sanksi Yang Tegas (X5) ................................ 80
5.3.6 Variabel APBD Berbasis Kinerja (Y) .......................... 81
5.4 Pengujian Hipotesis ................................................................. 83
5.4.1 Pengujian Hipotesis dengan Uji F ............................... 83
5.4.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji t ................................ 84
5.5 Hasil Persamaan Regresi ......................................................... 86
5.6 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ....................................... 88
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 89
5.7.1 Pengaruh Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi Terhadap APBD Berbasis Kinerja ............ 91
5.7.2 Pengaruh Penyempurnaan Sistem Administrasi
Terhadap APBD Berbasis Kinerja .............................. 92 5.7.3 Pengaruh Sumber Daya yang Cukup Terhadap APBD
Berbasis Kinerja .......................................................... 92
5.7.4 Pengaruh Penghargaan (Reward) yang Jelas Terhadap APBD Berbasis Kinerja .............................................. 93
5.7.5 Pengaruh Sanksi Yang Tegas Terhadap APBD Berbasis Kinerja .......................................................... 93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 95
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 95
6.2 Keterbatasan Penelitian............................................................ 96
6.3 Saran ...................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
136
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu................................................... 39
4.2. Definisi Operasional Pengukuran Variabel....................................... 51
5.1. Pengumpulan Data ........................................................................... 61
5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 62
5.3. Karakteristik Respoden Berdasarkan Usia ....................................... 62
5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ................................ 62
5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menduduki Jabatan.... 63
5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 63
5.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Kursus/Diklat/Bintek Tentang Anggaran ............................................................................ 64
5.8. Uji Validitas Variabel Penelitian ..................................................... 65
5.9. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian .................................................. 69
5.10. Uji Multikolinieritas.......................................................................... 71
5.11. Deskripsi Variabel Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi (X1) ................................................................................................... 73
5.12. Deskripsi Variabel Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2) ....... 76 5.13. Deskripsi Variabel Sumber Daya yang Cukup (X3) ........................ 77 5.14. Deskripsi Variabel Penghargaan (Reward) Yang Jelas (X4) ........... 79 5.15. Deskripsi Variabel Sanksi Yang Tegas (X5)..................................... 80 5.16. Deskripsi Variabel APBD Berbasis Kinerja (Y) .............................. 81
137
5.17. Hasil Uji F......................................................................................... 84 5.18. Nilai t Hitung ................................................................................... 85 5.19. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 88
138
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
2.1. Keterkaitan antara Anggaran Berbasis Kinerja (ABK), Rencana Strategis dan Pengukuran Kinerja ...................................... 36
3.2. Kerangka Konseptual ........................................................................ 41
5.1. Grafik Uji Normalitas ...................................................................... 70
5.2. Grafik Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 72
139
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ............................................................. 101
2 Data Hasil Penelitian (Angka) ............................................ .. 109
3 Hasil Analisis Deskriptif ....................................................... 121
4 Uji Validitas Dan Reliabilitas ................................................. 133
5 Hasil Analisis Regressi ........................................................... 141
6 Waktu Penelitian .................................................................. 146
140
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Selama ini anggaran belanja pemerintah daerah dikelompokkan atas anggaran
belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran
belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk
memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya
ternyata telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan
penyimpangan anggaran.
Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen
perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan
tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan dalam era globalisasi. Sebagaimana dalam Penjelasan Umum Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pada angka 6 yang
menyebutkan :
“….Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus
141
kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan”.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membuka peluang yang luas bagi daerah
untuk mengembangkan dan membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan
prioritasnya masing-masing. Dengan berlakunya kedua undang-undang tersebut di
atas membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas
pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efisien dan efektif, khususnya
dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat.
Hal tersebut dapat dipenuhi dengan menyusun rencana kerja dan anggaran
satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD) seperti yang disebut dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19 (1) dan (2) yaitu,
pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Dengan membangun suatu
sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran
tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang
diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan anggaran berbasis
kinerja (ABK).
Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut didiskripsikan pada seperangkat
tujuan dan dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Seperti yang
142
disebutkan dalam penelitian Suprasto (2006) bahwa “….Anggaran berbasis kinerja
juga mengisyaratkan penggunaan dana yang tersedia dengan seoptimal mungkin
untuk menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal bagi
masyarakat”.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hotman Atiek (2005) di
Lampung tentang melakukan penelitian tentang hubungan peranan Bappeda dalam
melaksanakan perencanaan sesuai anggaran berbasis kinerja dengan pemahaman
sumber daya manusia mengenai anggaran berbasis kinerja dan hubungan penerapan
anggaran berbasis kinerja dengan arah kebijakan umum pemerintah kabupaten. Hasil
penelitian Hotman Atiek menyebutkan terdapat hubungan antara sumber daya
manusia masih sedikit yang mengerti dan memahami anggaran berbasis kinerja
berpengaruh dalam pelaksanaan perencanaan dan terdapat penyimpangan program
yang dilaksanakan dari arah kebijakan umum dengan belum diterapkan anggaran
berbasis kinerja.
Demikian juga dengan penelitian Imam T. Raharto (2008) di Makasar dengan
judul : Anggaran Berbasis Kinerja ( Pelaksanaan, Masalah dan Solusi di Indonesia)
dengan hasil penelitian adanya hubungan antara keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran/out put dengan penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Pengelolaan keuangan daerah, dalam aspek operasionalnya tetap mengacu
kebijakan yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri. Hal tersebut memang
telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 129 dan
143
130 yang menyatakan bahwa pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan
daerah kepada pemerintah daerah dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.
Pembinaan tersebut meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi,
pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
Kegiatan perencanaan dan penganggaran yang melibatkan seluruh unsur
pelaksana yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), mulai dari penentuan
program dan kegiatan, klasifikasi belanja, penentuan standar biaya, penentuan
indikator kinerja dan target kinerja, sampai dengan jumlah anggaran yang harus
disediakan, memerlukan perhatian yang serius bagi pimpinan satuan kerja perangkat
daerah beserta pelaksana program dan kegiatan. Dokumen anggaran harus dapat
menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran
anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang
dianggarkan.
Dalam buku Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja yang diterbitkan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2005 dinyatakan :
tuntutan pentingnya pelaksanaan penyusunan anggaran berbasis kinerja, ternyata
membawa konsekuensi yang harus disiapkan beberapa faktor keberhasilan
implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :
1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.
2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.
3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan
orang).
144
4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.
5. Keinginan yang kuat untuk berhasil.
Pemerintah Kabupaten Karo dalam menyusun APBD, belum sepenuhnya
berdasarkan penganggaran berbasis kinerja, hal ini tampak pada pengisian
pengukuran indikator kinerja pada RKA–SKPD dan DPA-SKPD belum
menggambarkan kaitan yang erat dengan proses pengelolaan pencapaian
(management for results). Juga belum ada standar analisis belanja, standar biaya,
standar pelayanan minimal, perencanaan kinerja dan target kinerja. Hal ini
disebabkan di pemerintah Kabupaten Karo belum menetapkan instrumen pengukuran
capaian kinerja keberhasilan suatu program dan kegiatan. Demikian juga sumber daya
yang cukup untuk peningkatan implementasi anggaran berbasis kinerja berupa adanya
upaya penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas implementasi anggaran
berbasis kinerja masih belum terselenggara secara berkelanjutan dalam upaya
perbaikan penganggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan hasil penelitian awal, maka peneliti menggunakan faktor komitmen
dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya
yang cukup, penghargaan dan sanksi, sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan APBD yang berbasis kinerja (Studi Empiris di Pemerintah Kabupaten
Karo).
145
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem
administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan dan sanksi sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi penyusunan APBD berbasis kinerja secara simultan dan parsial ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari
bukti empiris bahwa komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan
system administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan dan sanksi sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan APBD yang berbasis kinerja secara
simultan dan parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti khususnya tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja daerah,
146
2. Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah, penelitian ini dapat sebagai bahan informasi tambahan, atau masukan dan
sebagai bahan pertimbangan pejabat pemerintah daerah baik eksekutif maupun
legislatif untuk melakukan penyempurnaan dan perbaikan penyusunan anggaran
untuk pencapaian visi dan misi Kepala Daerah yang terpilih, tentu dimulai dengan
hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman tentang indikator anggaran berbasis
kinerja yaitu indicator kinerja, capaian kinerja, standar analisis belanja dan
standar harga/satuan harga dan standar pelayanan minimal.
3. Bagi Akademisi, penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian dan referensi
bagi para akademisi sebagai sarana pengembangan bidang anggaran berbasis
kinerja, perencanaan program dan kegiatan.
4. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang
gambaran pengembangan penelitian selanjutnya.
1.5 Originalitas Penelitian
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan anggaran berbasis kinerja dalam penyusunan APBD yang
terinspirasi dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta perubahannya Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2008, dimana penyusunan APBD harus diawali
dengan penyusunan anggaran berbasis kinerja. Berdasarkan keterkaitan antara
147
penyusunan APBD dengan pengganggaran berbasis kinerja, penulis tertarik
melakukan penelitian tentang keterkaitan tersebut di atas dengan judul “ Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Berbasis
Kinerja (Studi Empiris di Pemerintah Kabupaten Karo)“.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Imam T. Raharto
(2008) di Pemerintah Kota Makasar dengan judul : Anggaran Berbasis Kinerja (
Pelaksanaan, Masalah dan Solusi di Indonesia) dengan hasil penelitian adanya
hubungan dari unsur variabel independen yaitu antara keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran/out put dengan
penerapan anggaran berbasis kinerja. Variabel independen penelitian Imam T.
Raharto adalah keluaran dan hasil yang diharapkan serta efisiensi dalam pencapaian
hasil dari keluaran/out put merupakan bagian dari instrumen-instrumen pengukuran
keberhasilan anggaran berbasis kinerja.
Sumber variabel independen yang diambil oleh Imam T. Raharto (2008) adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, serta perubahannya Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 tahun 2008.
Pengembangan yang penulis lakukan adalah faktor-faktor mempengaruhi
(komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi,
sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) dan hukuman/sanksi) dalam
148
penyusunan APBD/anggaran berbasis kinerja dengan lokasi penelitian di pemerintah
Kabupaten Karo.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Imam T. Raharto pada variabel
independen yaitu komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan
sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward) dan
hukuman/sanksi dalam penyusunan APBD/anggaran berbasis kinerja yang
keseluruhan variabel ini menekankan komitmen dan perangkat sistem administrasi
berdasarkan sumber daya yang ada serta penghargaan dan sanksi untuk menyusun
dan mengimplementasikan secara konsisten dan berkelanjutan berbagai instrumen
pengukuran keberhasilan anggaran berbasis kinerja.
Sumber variable independen yang diambil dalam penelitian ini adalah buku
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja diterbitkan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan/BPKP (2005).
Persamaan penelitian ini dengan Imam T. Raharto adalah variable dependen
yaitu anggaran/APBD berbasis kinerja.
149
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Anggaran
Selain definisi dalam undang-undang tersebut masih banyak pengertian
anggaran negara yang ada pada berbagai literatur, namun para ahli di bidang
anggaran sepakat memberikan pengertian umum sebagai berikut : “Anggaran Negara
merupakan rencana keuangan pemerintah dalam suatu waktu tertentu, biasanya dalam
satu tahun mendatang, yang satu pihak memuat jumlah pengeluaran setinggi-
tingginya untuk membiayai tugas-tugas negara di segala bidang, dan di lain pihak
memuat memuat jumlah penerimaan negara yang diperkirakan dapat menutup
pengeluaran tersebut dalam periode yang sama”. Dari definisi diatas dapat dijelaskan
pengertian lebih lanjut sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan pernyataan mengenai pernyataan mengenai estimasi kinerja
pemerintah yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran finansial ( rupiah),
2. Penyusunan anggaran negara adalah suatu proses politik, penganggaran
merupakan proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran dengan
tahap yang sangat rumit dan mengandung nuansa politik yang sangat kental
karena memerlukan pembahasan dan engesahan dari wakil rakyat di parlemen
yang terdiri dari berbagai utusan partai politik.
150
3. Berbeda dengan anggaran pada sektor swasta dimana anggaran merupakan bagian
dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, sebaliknya anggaran negara
justru harus dikonfirmasikan kepada publik untuk diberi masukan dan kritik.
4. Anggaran negara merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan progam-program yang dibiayai dengan uang publik.
Proses penganggaran dimulai ketika perencanaan strategik dan perumusan strategi
telah diselesaikan. Jadi anggaran negara merupakan artikulasi dari perumusan
strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat.
5. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif
dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat mengagalkan perencanaan yang
sudah disusun.
Penganggaran memiliki tiga tujuan utama yang saling terkait yaitu stabilitas
fiskal makro, alokasi sumber daya sesuai prioritas, dan pemanfaatan anggaran secara
efektif dan efisien. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi, dan pemerataan pendapatan.
Anggaran negara juga berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengawasan aktivitas
pemerintahan.
Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette
(Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Berdasarkan dari arti kata asalnya, anggaran
mencerminkan adanya unsur keterbatasan. Pada dasarnya anggaran perlu disusun
karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, dalam hal ini dana.
Karena terbatasnya dana, maka diperlukan alokasi sesuai dengan prioritas dan dalam
151
kurun waktu yang telah ditentukan. Anggaran Negara (state budget) menurut Jhon F.
Due (2000) dalam “Government Finance and Economic Analysis” adalah “A budget,
in the general sense of the term, is a financial plan for a specific period of time. A
government budget therefore, is a statement of proposed expenditures and expected
revenue for the coming period, together with data of actual expenditures and
revenues for current and past period .“
Menurut Wildavsky (1975), anggaran adalah : (a) catatan masa lalu, (b)
rencana masa depan, (c) mekanisme pengalokasian sumber daya, (d) metode untuk
pertumbuhan, (e) alat penyaluran pendapatan, (f) mekanisme untuk negosiasi, (g)
harapan-aspirasi-strategi organisasi, (h) satu bentuk kekuatan kontrol, dan (i) alat atau
jaringan komunikasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, anggaran negara/daerah meliputi :
1) rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja;
2) gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk
pembangunan;
3) alat pengendalian;
4) instrumen politik; dan
5) disusun dalam periode tertentu.
Penganggaran (budgeting) merupakan aktivitas mengalokasikan sumber daya
keuangan yang terbatas untuk pembiayaan belanja negara yang cenderung tanpa
152
batas. Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 10 menerangkan tugas
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sebagai pejabat
pengelola APBD antara lain sebagai berikut :
a) menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b) menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
c) melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan peraturan;
d) melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Sedangkan kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
mempunyai tugas sebagai berikut :
a) menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
b) menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c) melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
d) melaksanakan pemungutan pendapatan bukan pajak;
e) mengelola barang/kekayaan milik daerah pada satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
f) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya;
Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, anggaran adalah alat
153
akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.
Menurut Indra Bastian, fungsi anggaran meliputi:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja;
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang/pedoman bagi pemerintah dalam mengelola untuk satu periode di
masa yang akan datang;
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan;
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja;
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapaian visi organisasi;
6. Anggaran merupakan instrumen politik; dan
7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Sementara itu, menurut UU 17/2003, anggaran adalah alat akuntabilitas,
manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran
berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
154
Anggaran disusun dengan berbagai sistem-sistem yang dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran yang melandasi pendekatan tersebut. Adapun sistem-sistem dalam
penyusunan anggaran yang sering digunakan adalah:
a. Traditional Budgeting System
Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran yang
tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada
kebutuhan untuk belanja/pengeluaran. Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak
ditekankan pada pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang
meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran dan penyusunan
pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas obyek-obyek
pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap
departemen/lembaga. Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi
pengeluaran saja, tanpa diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara
efektif/efisien atau tidak.
Mula-mula pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen/
lembaga dan departemen/lembaga tersebut menggunakan dan melaporkan
penggunaan dana tersebut sampai habis. Jadi tolok ukur keberhasilan anggaran
tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang
(balance) maka anggaran tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran
tersebut defisit atau surplus, berarti anggaran tersebut gagal. Hal ini menunjukkan
bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan pada segi pertanggungjawaban
155
keuangan dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien tidaknya penggunaan dana
tersebut. Anggaran diartikan semata-mata sebagai alat dan sebagai dasar legitimasi
(pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa besarnya penerimaan
yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.
b. Performance Budgeting System
Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan dana yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem
penyusunan anggaran ini selain berdasarkan apa yang dibelanjakan, juga didasarkan
kepada tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu, dan untuk pelaksanaannya perlu
didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang dipakai tersebut
harus dijalankan secara efektif dan efisien. Sehingga dalam sistem anggaran
performance ini bukan semata-mata berorientasi kepada berapa jumlah yang
dikeluarkan, tetapi sudah dipikirkan terlebih dulu mengenai rencana kegiatan, apa
yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan bagaimana pengalokasian
biaya agar digunakan secara efektif dan efisien.
Dalam buku Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja diterbitkan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2005) bahwa penganggaran
berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan
setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil
yang diharapkan termasuk efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.
156
Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan
pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.
Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan (management
control), sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan dana dan hasil kerjanya
diperiksa. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas kegiatan dan telah
ditetapkan suatu tolok ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat
utama untuk penerapan sistem ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya
sebagai alat untuk menentukan biaya masing-masing program dan akuntansi biaya
sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran dana. Tolok ukur
keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau
hasil anggaran itu dengan menggunakan dana secara efisien.
Buku Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja yang diterbitkan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tahun 2005 menyatakan :
tuntutan pentingnya pelaksanaan penyusunan anggaran berbasis kinerja, ternyata
membawa konsekuensi yang harus disiapkan beberapa faktor keberhasilan
implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :
1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.
2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.
3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan
orang).
4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.
5. Keinginan yang kuat untuk berhasil.
157
Menurut Wahono (2001), “ Kepemimpinan sebagai suatu proses dan perilaku
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaaat individu dan organisasi”.
Komitmen dari seluruh komponen organisasi pemerintah daerah adalah kesepakatan
antara kepala satuan kerja perangkat daerah beserta seluruh komponen organisasi
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasinya untuk keberhasilan
melaksanakan visi, misi, tujuan, sasaran, sesuai dengan Renstra SKPD. Dan menurut
Siegel dan Marconi (1989), menyatakan bahwa partisipasi bawahan dalam
penyusunan anggaran mempunyai hubungan yang positif dengan pencapaian tujuan
organisasi.
Sedangkan penyempurnaan sistem administrasi merupakan penyiapan
instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja secara terus menerus. Sumber daya
yang cukup yaitu tersedianya upaya peningkatan implementasi anggaran berbasis
kinerja berupa adanya upaya penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
Menurut Nugroho (2006), “Reward dan punishment merupakan dua bentuk
metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan
prestasinya”, dalam hal implementasi anggaran berbasis kinerja ini perlu dijaga
konsistensi perencanaan dengan penganggaran dan pemberian reward dan
punishment yang jelas bagi satuan kerja perangkat daerah.
158
c. Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)
Perhatian dalam sistem PPBS ini banyak ditekankan pada penyusunan rencana
dan program. Rencana disusun sesuai dengan tujuan nasional yaitu untuk
kesejahteraan rakyat karena pemerintah bertanggungjawab dalam produksi dan
distribusi barang maupun jasa dan alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain.
Pengukuran manfaat penggunaan dana, dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap
lingkungan secara keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang hendak
dicapai di masa yang akan datang. Mengenai proses penyusunan PPBS ini, melalui
beberapa tahap sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang hendak dicapai;
2. Mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu;
3. Melihat prospek perkembangan yang akan datang;
4. Menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang akan dilaksanakan.
Setelah keempat tahap, di atas selesai disusun, barulah memasuki tahap
selanjutnya yang terdiri dari :
1. Menyusun program pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan
2. Berdasarkan program pelaksanaan ditentukan berapa jumlah dana yang
diperlukan untuk melaksanakan program-program tersebut.
Untuk menerapkan system ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain 1) Untuk menerapkan sistem ini, dituntut kemampuan dalam menyusun rencana
159
dan program secara terpadu; 2) dibutuhkan informasi yang lengkap, baik informasi
masa lalu maupun informasi masa yang akan datang yang relevan dengan kebutuhan
penyusunan rencana dan program tersebut; 3) Pengawasan mulai dilaksanakan
sebelum pelaksanaan sampai selesainya pelaksanaan rencana dan program.
Selain ketiga bentuk sistem penganggaran tersebut di atas, dikenal pula sistem
penganggaran yang dinamakan Zero Based Budgeting (ZBB). ZBB merupakan sistem
penganggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan tahun yang bersangkutan,
bukan pada apa yang telah dilakukan pada masa lalu. ZBB mensyaratkan adanya
evaluasi atas semua kegiatan atau pengeluaran dan semua kegiatan dimulai dari basis
nol, tidak ada level pengeluaran minimum tertentu.
Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan
alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi
dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai
tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari
penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Secara umum, prinsip-
prinsip penganggaran adalah sebagai berikut:
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu progam dan kegiatan
yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk
mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan
masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
160
Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana
ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat
guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggung-
jawabkan. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya
kepastian tersedia penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan progam dan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggaran secara adil agar dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian
pelayanan. Hal ini dikarenakan sumber daya yang digunakan dalam anggaran
berupa pendapatan negara pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta seluruh
anggota masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.
161
5. Disusun dengan pendekatan kinerja
APBN disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (keluaran dan hasil) dari perencanaan atas alokasi biaya
atau masukan/input yang telah ditetapkan. Hasil kerja harus sepadan atau lebih
besar dari biaya atau masukan. Selain itu juga harus mampu menumbuhkan
profesionalisme kerja pada setiap unit kerja yang terkait.
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang memberikan
fokus pada fungsi dan kegiatan pada suatu unit organisasi, dimana setiap kegiatan
yang ada tersebut harus dapat diukur kinerjanya. Definisi lain pada buku Modul
Overview Keuangan Negara oleh Departemen Keuangan (2008), anggaran berbasis
kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap
pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersbut. Capaian
hasil tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan dalam target
kinerja pada setiap unit kerja. Bagaimana cara agar tujuan itu dapat dicapai,
dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan/pendanaan pada setiap tingkat
pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai
keseluruhan aktivitas, baik aktivitas langsung maupun tidak langsung yang
mendukung program sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya berkaitan dengan
pelaksanaan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk
162
mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kinerja tahunan
(Renja) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan
merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja
Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran
berbasis kinerja adalah: a) Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya; b)
Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat
diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan
prestasinya. Selanjutnya implementasi tentang Anggaran Berbasis Kinerja, pada
kenyataannya adalah menyangkut dokumen anggaran, baik perencanaan maupun
pelaksanaan, seperti RKA-SKPD (Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah), Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dan DPA-SKPD (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran - Satuan Kerja Perangkat Daerah).
Keluaran (output) kegiatan satuan kerja dan harga satuannya yang
dicantumkan dalam semua dokumen anggaran di atas, beberapa diantaranya ada yang
tidak termasuk dalam jenis keluaran yang dihasilkan satuan kerja dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, melainkan termasuk dalam jenis masukan
(input). Keluaran (output) kegiatan satuan kerja adalah sesuai dengan yang
direncanakan dan dimuat dalam dokumen Rencana kinerja tahunan satuan kerja
perangkat daerah (Renja SKPD) dalam rangka penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Sedangkan harga satuannya adalah sesuai dengan yang tercantum dalam
Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK), yang nama lain mungkin sebagai Standar
163
Biaya Khusus (SBK), akan tetapi ada HSPK dari beberapa SKPD yang belum
dicantumkan, dan yang tercantum dalam HSPK/SBK selama ini tidak seluruhnya
Harga Satuan Pokok "Kegiatan" dari SKPD, melainkan masih ada yang merupakan
harga satuan pokok "Pekerjaan". Pengertian "Kegiatan" berbeda dengan "Pekerjaan",
karena yang dimaksud dengan "Kegiatan" dalam sistem penganggaran adalah
merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan satuan kerja sesuai tugas
pokoknya untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan. Jadi dalam satu "Kegiatan"
akan terdapat beberapa tindakan dan tindakan inilah yang dapat dikatakan sebagai
"Pekerjaan". Untuk suatu kegiatan dituntut adanya keluaran (output) yang jelas dan
terukur sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian yang seharusnya
tercantum dalam HSPK (Harga Satuan Pokok Kegiatan)/SBK adalah harga satuan
dari keluaran (output) yang dihasilkan.
Harga Satuan Pokok setiap kegiatan untuk semua satuan kerja dapat dihitung
dengan cara membuat Analisa Biaya Satuan Keluaran (output) kegiatan yang sudah
ditetapkan menurut tugas pokok dan fungsi satuan kerja, kemudian ditentukan
besarnya Biaya Per Satuan Keluaran (output) kegiatan, dengan memperhitungkan
semua input (masukan) yang diperlukan seperti : 1) Kebutuhan biaya untuk pegawai;
2) Kebutuhan biaya untuk sarana dan prasarana; 3) Kebutuhan biaya untuk pekerjaan-
pekerjaan non fisik (rapat, sosialisasi, seminar, dsb).
Biaya Per Satuan Keluaran (output) kegiatan beserta analisanya, diajukan
kepada Bagian Keuangan atau Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah untuk
dibahas bersama Bappeda atau institusi lainnya yang disebut Tim Anggaran
164
Pemerintah Daerah/TAPD yang terlibat dalam penyusunan APBD. Biaya per satuan
keluaran (output) kegiatan yang sudah disahkan, selanjutnya dihimpun dalam HSPK
(Harga Satuan Pokok Kegiatan)/SBK. Dalam perencanaan dan pengalokasian
anggaran untuk satuan kerja perangkat daerah belum terlihat sepenuhnya, hanya
memperhitungkan keluaran (output) kegiatan satuan kerja, sehingga alokasi anggaran
untuk satuan kerja pada satu tahun anggaran masih dipengaruhi oleh hal-hal lain
selain jumlah keluaran (output) kegiatan yang direncanakan oleh satuan kerja yang
bersangkutan. Dengan demikian penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dikatakan
masih belum sempurna.
Dengan dicantumkannya keluaran (output) kegiatan satuan kerja dan harga
satuannya pada dokumen anggaran, maka dapat berguna untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Sebagai dasar dalam menentukan alokasi pagu anggaran satuan kerja sejak dari
penyusunan RKA-SKPD, pembahasan RKA-SKPD hingga penetapan pagu
definitif satuan kerja, yaitu :
Alokasi Pagu Anggaran = Volume Keluaran Kegiatan X HSPK/SBK
Usulan pagu anggaran tersebut dirinci pada RKA-SKPD dengan tetap
mencantumkan target volume keluaran (output) kegiatan kemudian diajukan
kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) guna dibahas kembali sebelum
disusun draft Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD)
untuk disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam rangka
165
penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, maka pembahasan RKA-SKPD disini
difokuskan pada volume dan standar biaya keluaran (output) kegiatan setiap
satuan kerja.
2. Sebagai alat pengawasan pencairan dana dari satuan kerja yang bersangkutan
dalam pelaksanaan anggaran terutama dalam hal arus kas (cash flow), yaitu
setelah pagu anggaran definitif Satuan Kerja ditetapkan, selanjutnya volume
keluaran (output) kegiatan satuan kerja harus tercantum bersama pagu anggaran
pada RKA-SKPD, dan DPA-SKPD, untuk digunakan sebagai kontrol terhadap
realisasi anggaran sebagai berikut :
Jumlah Realisasi Anggaran Tidak Boleh Melampaui Jumlah Biaya
Keluaran (Output) Kegiatan Yang Telah Direalisasikan
Untuk satuan kerja yang baru dapat menghasilkan keluaran (output) pada akhir
tahun (antara lain sekolah-sekolah yang baru dapat menghasilkan keluaran berupa
siswa yang lulus pada akhir tahun) dikecualikan dari ketentuan di atas dan tetap
diatur dengan batas pengeluaran triwulanan.
3. Menambah keakuratan dalam mengukur tingkat kinerja satuan kerja melalui
sistem pelaporan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),
karena sebagai dasar penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) tersebut, keluaran (output) kegiatan telah tertera secara jelas
target dan biaya yang harus dikeluarkan.
166
Dalam menyusun pagu indikatif harus memperhatikan hal-hal mendasar
sebagai berikut :
1. Memperhatikan amanat otonomi daerah /perda,
2. Memfokuskan alokasi dana pada tugas pokok pemerintah pembangunan nasional
dilaksanakan melalui :
a. Kerangka regulasi, guna mendorong partisipasi masyarakat ( pemerintah -
bertugas menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan oleh masyarakat).
b. Kerangka pelayanan dan investasi pemerintah (pemerintah sebagai penyedia
barang dan jasa)
3. Mengamankan kewajiban-kewajiban pemerintah, baik untuk keperluan internal
pemerintah (seperti gaji dan tunjangan) maupun kewajiban-kewajiban pada pihak
ketiga (misalnya penyediaan operasional pemerintah seperti pembayaran daya).
4. Mengutamakan alokasi pada kegiatan-kegiatan pokok yang diperlukan untuk
mewujudkan sasaran-sasaran dalam prioritas-prioritas pembangunan.
Lebih teknis lagi dalam menyusun persiapan pagu indikatif juga harus
memperhatikan optimalisasi kinerja anggaran yang meliputi :
1. Mengalokasikan pendanaan sesuai dengan kewenangan masing-masing fungsi
pemerintahan & mempertimbangkan alokasi pada dana perimbangan;
2. Mengalokasikan pendanaan sesuai dengan tupoksi Satuan Kerja Perangkat
Daerah;
3. Mempertimbangkan satuan biaya kegiatan.
167
2.1.3 Perencanaan Kinerja
Perencanaan Kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke
depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Pada
prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan tingkat capaian kinerja yan
dinyatakan dengan ukuran kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang
telah ditetapkan. Perencanaan merupakan komponen kunci untuk lebih
mengefektifkan dan mengefisienkan Pemerintah Daerah. Sedangkan perencanaan
kinerja membantu pemerintah untuk mencapai tujuan yang sudah diidentifikasikan
dalam rencana stratejik, termasuk didalamnya pembuatan target kinerja dengan
menggunakan ukuran-ukuran kinerja.
Tingkat pelayanan yang diinginkan pada dasarnya merupakan indikator
kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kewenangannya. Selanjutnya untuk penilaian kinerja dapat digunakan ukuran
penilaian didasarkan pada indikator sebagai berikut:
1. Masukan (Input)
Masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini merupakan tolok ukur
kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber dana, sumber daya
manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk
melaksanakan program atau kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya,
suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah
sesuai dengan rencana strategik yang telah ditetapkan. Tolok ukur ini dapat juga
168
digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga-lembaga lain
yang relevan. Contoh indikator masukan untuk kegiatan penyuluhan lingkungan
sehat untuk daerah pemukiman masyarakat kurang mampu adalah jumlah dana
yang dibutuhkan dan tenaga penyuluh kesehatan.
Walaupun tolok ukur masukan relatif mudah diukur serta telah digunakan
secara luas, namun seringkali dipergunakan secara kurang tepat sehingga dapat
menimbulkan hasil evaluasi yang rancu atau bahkan menyesatkan. Menurut buku
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja diterbitkan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2005), dalam menetapkan tolok ukur
masukan yang dapat menyesatkan: a) pengukuran sumber daya manusia tidak
menggambarkan intensitas keterlibatannya dalam pelaksanaan kegiatan; b)
pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan ke
suatu kegiatan tidak mempunyai kaitan yang kuat dengan pencapaian sasaran
kegiatan tersebut; c) banyaknya biaya-biaya masukan (input) seperti gaji bulanan
personalia pelaksana, biaya pendidikan dan pelatihan, dan biaya penggunaan
peralatan dan mesin seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya kegiatan.
2. Keluaran (output)
Keluaran adalah produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari program
atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. Indikator keluaran adalah
sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa
fisik dan/atau non fisik. Dengan membandingkan indikator keluaran instansi
dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana.
169
Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu
kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang
terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus
sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Untuk kegiatan yang bersifat
penelitian berbagai indikator kinerja yang berkaitan dengan keluaran paten dan
publikasi ilmiah sering dipergunakan baik pada tingkat kegiatan maupun instansi.
Untuk kegiatan yang bersifat pelayanan teknis, indikator yang berkaitan dengan
produk, pelanggan, serta pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut mungkin
lebih tepat untuk digunakan.
Beberapa indikator keluaran juga bermanfaat untuk mengidentifikasikan
perkembangan instansi. Sebagai contoh besarnya pendapatan yang diperoleh
melalui pelayanan teknis, kontrak riset, besarnya retribusi yang diperoleh, serta
perbandingannya dengan keseluruhan anggaran instansi, menunjukkan
perkembangan kemampuan instansi memenuhi kebutuhan pasar, serta
mengindikasikan tingkat ketergantungan instansi yang bersangkutan pada APBD.
Dalam mempergunakan indikator keluaran, beberapa permasalahan berikut
perlu dipertimbangkan: a) Perhitungan keluaran seringkali cenderung belum
menentukan kualitas. Sebagai contoh jumlah layanan medik di Rumah Sakit
Umum mungkin belum memperhitungkan kualitas layanan yang diberikan; b)
Indikator keluaran sering kali tidak dapat menggambarkan semua keluaran
kegiatan, terutama yang bersifat intangible. Sebagai contoh, banyak hasil
170
penelitian yang walaupun mengandung penemuan yang baru, namun karena
berbagai pertimbangan tertentu tidak dapat dipatenkan.
3. Hasil (Outcome)
Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator hasil adalah sesuatu
manfaat yang diharapkan diperoleh dari keluaran. Tolok ukur ini menggambarkan
hasil nyata dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan
paling tertarik pada tolok ukur hasil dibandingkan dengan tolok ukur lainnya.
Namun untuk mengukur indikator hasil, informasi yang diperlukan seringkali
tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karenanya setiap instansi perlu
mengkaji berbagai pendekatan untuk mengukur hasil dari keluaran suatu
kegiatan.
Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator
keluaran. Sebagai contoh penghitungan jumlah bibit unggul yang dihasilkan oleh
suatu kegiatan merupakan tolok ukur keluaran. Namun penghitungan besar
produksi per hektar yang dihasilkan oleh bibit-bibit unggul tersebut atau
penghitungan kenaikan pendapatan petani pengguna bibit unggul tersebut
merupakan tolok ukur hasil. Dari contoh tersebut, dapat pula dirasakan bahwa
penggunaan tolok ukur hasil seringkali tidak murah dan memerlukan waktu yang
tidak pendek, karena validitas dan reliabilitasnya tergantung pada skala
penerapannya. Contoh nyata yang membedakan antara indikator output dan
indikator outcome adalah pembangunan gedung sekolah dasar. Secara output
171
gedung sekolah dasar tersebut telah seratus persen berhasil dibangun. Akan tetapi
belum tentu gedung tersebut diminati oleh masyarakat setempat.
Indikator outcome lebih utama dari pada sekedar output. Walaupun produk
telah dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah
dicapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi
yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator
outcome, organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam
bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan
memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.
Pencapaian indikator kinerja outcome seringkali baru terlihat setelah melewati
kurun waktu lebih dari satu tahun, mengingat sifatnya yang bukan hanya sekedar
hasil, dan mungkin juga indikator outcome tidak dapat dinyatakan dalam ukuran
kuantitatif akan tetapi lebih bersifat kualitatif.
2.1.4. Target Kinerja
Setelah indikator kinerja ditentukan, mulailah disusun target kinerja untuk setiap
indikator kinerja yang telah ditentukan. Target kinerja adalah tingkat kinerja yang
diharapkan dicapai terhadap suatu indikator kinerja dalam satu tahun anggaran
tertentu dan jumlah pendanaan yang telah ditetapkan. Target kinerja harus
mempertimbangkan sumber daya yang ada dan juga kendala-kendala yang mungkin
timbul dalam pelaksanaannya. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam
menentukan target kinerja yang baik, seperti dapat dicapai, ekonomis, dapat
172
diterapkan, konsisten, menyeluruh, dapat dimengerti, dapat diukur, stabil, dapat
diadaptasi, legitimasi, seimbang, dan fokus kepada pelanggan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja antara lain: a)
Miliki dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang diprioritaskan pada
setiap fungsi/bidang pemerintahan; b) Memperhatikan tingkat pelayanan minimum
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah terhadap suatu kegiatan tertentu; c)
Kelanjutan setiap program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian yang
penting dalam menentukan target kinerja; d) Ketersediaan sumber daya dalam
kegiatan tersebut: dana, sumber daya manusia, sarana, prasarana pengembangan
teknologi, dan lain sebagainya; f) Kendala yang mungkin dihadapi di masa depan.
Penetapan target kinerja kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a)
Spesifik, berarti unik yang menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak
berdwimakna atau diinterpretasikan lain; b) Dapat diukur, secara obyektif dapat
diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif; c) Dapat dicapai (attainable).
Sesuai dengan usaha-usaha yang dilakukan pada kondisi yang diharapkan akan
dihadapi : a) Realistis; b) Kerangka waktu pencapaian (time frame) jelas; dan c)
Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang ingin dicapai.
2.1.5. Standar Analisis Belanja
Standar Analisis Belanja (SAB) merupakan salah satu komponen yang harus
dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBD
173
dengan pendekatan kinerja. Menurut buku Pedoman Penyusunan APBD Berbasis
Kinerja diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (2005),
Standar Analisis Belanja adalah standar untuk menganalisis anggaran belanja yang
digunakan dalam suatu program atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan
tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja dan
biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja
perangkat daerah dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap usulan anggaran
belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai melalui program atau
kegiatan. Usulan anggaran belanja yang tidak sesuai dengan Standar Analisis Belanja
akan ditolak atau direvisi sesuai standar yang ditetapkan. Rancangan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap
anggaran belanja yang diusulkan satuan kerja perangkat daerah.
Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Standar Analisis Belanja
merupakan standar atau pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran atas
beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh setiap unit
kerja. Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai dan menentukan rencana
program, kegiatan dan anggaran belanja yang paling efektif dan upaya pencapaian
kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan Standar Analisis Belanja berkaitan dengan
kewajaran biaya suatu program atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan
antara rencana alokasi biaya dengan tingkat pencapaian kinerja program atau kegiatan
174
yang bersangkutan. Disamping Standar Analisis Belanja sebagai dasar penilaian
usulan anggaran belanja dapat juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja
untuk menilai kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh suatu
unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang
bersangkutan.
Penerapan Standar Analisis Belanja pada dasarnya akan memberikan manfaat
antara lain: 1) mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam merencanakan
program dan atau kegiatannya; 2) menghindari adanya belanja yang kurang efektif
dalam upaya pencapaian kinerja; 3) mengurangi tumpang tindih belanja dalam
kegiatan investasi dan non investasi.
2.1.6 Standar Biaya
Standar biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku. Penerapan standar
biaya ini membantu penyusunan anggaran belanja suatu program atau kegiatan bagi
setiap satuan kerja perangkat daerah yang ada agar kebutuhan atas suatu kegiatan
yang sama tidak berbeda biayanya. Pengembangan standar biaya akan dilakukan dan
diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perubahan harga yang berlaku.
Sehingga penganggaran dengan pendekatan kinerja adalah secara keseluruhan proses
yang terjadi dalam organisasi pemerintah daerah/satuan kerja perangkat daerah harus
dapat diukur kinerjanya, mulai dari output, outcome/result dan impact.
175
PENENTUAN VISI
PENDEFINISIAN MISI
PENENTUAN TUJUAN
PENENTUAN SASARAN
PENENTUAN STRATEGI KEBIJAKAN PROGRAM
STANDAR ANALISIS BELANJA
- Belanja Langsung - Belanja Tidak Langsung
RENJA Sasaran : Indikator dan Target Kebijakan Program Kegiatan Input, output, outcome, benefit, impact
Penganggaran Berbasis Kinerja
APBD Berbasis Kinerja
Gambar 2.1. Keterkaitan Antara Anggaran Berbasis Kinerja (ABK), Rencana
Strategis dan Pengukuran Kinerja
176
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Anggaran Berbasis Kinerja telah banyak dilakukan dan
apabila dibandingkan dengan penelitian ini akan mempunyai beberapa kesamaan
antara lain permasalahan yang akan dibahas mengenai penyusunan APBD, tata
pemerintahan yang baik dan penganggaran berbasis kinerja. Sitompul, Mhd.
Syahman (2003) di Sumatera Utara melakukan penelitian tentang hubungan antara
pengganggaran dengan good governance, hubungan akuntansi dengan good
governance dan hubungan penganggaran dan akuntansi dengan good governance.
Hasil penelitian Sitompul menyebutkan terdapat hubungan positif antara
penganggaran terutama menerapkan anggaran berbasis kinerja dengan good
governance, terdapat hubungan positif antara akuntansi dengan good governance dan
terdapat hubungan positif antara penganggaran dan akuntansi dengan good
governance.
Kartika, Wisdya Ratna, (2008) di Surakarta melakukan penelitian tentang
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja
manajerial dengan motivasi sebagai moderating variabel. Hasil penelitian Kartika
menyebutkan partisipasi dalam proses penyusunan APBD berbasis kinerja
berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan interaksi antara partisipasi penyusunan
anggaran dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
Raharto, Iman T. (2008) di Makasar melakukan penelitian tentang anggaran
berbasis kinerja dikaitkan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari kegiatan-
177
kegiatan dan keterkaitan penerapan anggaran berbasis kinerja dengan celah
penyimpangan penggunaan anggaran yang rawan korupsi. Hasil penelitian Raharto
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran/output dengan penerapan
anggaran berbasis kinerja, dan terdapat keterkaitan antara penerapan anggaran
berbasis kinerja dengan celah penyimpangan penggunaan anggaran yang rawan
korupsi.
Hotman Atiek (2005) di Lampung melakukan penelitian tentang hubungan
peranan Bappeda dalam melaksanakan perencanaan sesuai anggaran berbasis kinerja
dengan pemahaman sumber daya manusia mengenai anggaran berbasis kinerja dan
hubungan penerapan anggaran berbasis kinerja dengan arah kebijakan umum
pemerintah kabupaten. Hasil penelitian Hotman Atiek menyebutkan terdapat
hubungan antara sumber daya manusia masih sedikit yang mengerti dan memahami
anggaran berbasis kinerja berpengaruh dalam pelaksanaan perencanaan dan terdapat
penyimpangan program yang dilaksanakan dari arah kebijakan umum dengan belum
diterapkan anggaran berbasis kinerja.
178
Tabel 2.1. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Sitompul (2003)
Peranan Penganggaran dan Akuntansi dalam Mewujudkan Good Governance pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Variabel Independen : Pengangaran dan Akuntansi.
Variabel Dependen : Good Governance.
Terdapat hubungan positif antara penganggaran terutama menerapkan anggaran berbasis kinerja dengan good governance, terdapat hubungan positif antara akuntansi dengan good governance dan terdapat hubungan positif antara penganggaran dan akuntansi dengan good governance.
2. Kartika, Wisdya Ratna (2008)
Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan APBD Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Manajerial dengan Motivasi sebagai Moderating Variable (study di Pemda eks Keresidenan Surakarta)
Variabel Independen : Partisipasi, Interaksi partisipasi, penyusunan APBD berbasis kinerja
Variabel Dependen : Kinerja Manajerial dan Motivasi
Terdapat hubungan partisipasi dalam proses penyusunan APBD berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
3.
Raharto, Iman T. (2008)
Anggaran Berbasis Kinerja (Pelaksanaan, Masalah dan Solusi di Indonesia.
Variabel Independen : Keluaran, Hasil Kegiatan dan Celah penyimpangan penggunaan anggaran. Variabel Dependen : APBD Berbasis Kinerja
Terdapat hubungan antara keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran/output dengan penerapan anggaran berbasis kinerja, dan terdapat keterkaitan antara penerapan anggaran berbasis kinerja dengan celah penyimpangan penggunaan anggaran yang rawan korupsi.
179
Lanjutan Tabel 2.1.
No Nama
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
4
Hotman Atiek (2005)
Analisis Peranan Bappeda dalam Menyusun APBD berdasarkan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja Menuju Kepemerintahan yang Baik di Kabupaten Tulang Bawang Lampung
Variabel Independen : Sumber daya manusia, anggaran berbasis kinerja dan arah kebijakan umum Variabel Dependen : Perencanaan APBD
Terdapat hubungan antara sumber daya manusia masih sedikit yang mengerti dan memahami anggaran berbasis kinerja berpengaruh dalam pelaksanaan perencanaan dan terdapat penyimpangan program yang dilaksanakan dari arah kebijakan umum dengan belum diterapkan anggaran berbasis kinerja.
180
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka penulis
mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut :
Independen Variable Dependen Variable
Komitmen dari Seluruh
Komponen Organisasi (X1)
Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2)
APBD Berbasis Kinerja (Y)
Sumber Daya yang cukup (X3)
Penghargaan (reward) (X4 )
Sanksi (Punishment) yang
Jelas (X5 )
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel
independen dan variabel dependen. Menurut Lubis dan Syahputra (2008) kerangka
181
konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas dan bernas mengenai keterkaitan
satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh
atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya.
Dengan demikian maka kerangka konsep penulis dalam penelitian ini adalah
APBD berbasis kinerja (sebagai variabel dependen) dipengaruhi oleh komitmen dari
seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang
cukup, penghargaan (reward) dan hukuman/sanksi (punishment) sebagai variabel
independen. Sebagaimana disebutkan pada Pedoman Penyusunan APBD Berbasis
Kinerja (Revisi) oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Mei 2005)
menyatakan “ elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran
berbasis kinerja adalah :
a. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya,
b. Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat
diandalkan dan konsisten; sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan
prestasinya” .
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tentang
faktor–faktor yang mempengaruhi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah berbasis kinerja (Studi empiris pada Pemerintah Kabupaten Karo). Dimana
yang akan diteliti adalah pengaruh komitmen dari seluruh komponen organisasi,
penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward)
182
dan hukuman/sanksi (punishment) terhadap penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja daerah di Kabupaten Karo.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah faktor komitmen dari seluruh komponen
organisasi, penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup,
penghargaan (reward) dan hukuman/sanksi (punishment) sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusunan APBD berbasis kinerja secara simultan dan parsial.
183
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Disain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kausal (causal), Umar (2008)
menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat
eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh
peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung “.
Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk memberikan bukti empiris
dan menganalisis faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi,
penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward)
dan hukuman /sanksi (punishment) sebagai variabel independen terhadap penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah berbasis kinerja di Kabupaten Karo
sebagai dependen variabel.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Karo Jl.
Letjend. Jamin Ginting No. 17 Kabanjahe dan di kantor Dinas/Badan/Sekretariat dan
Kantor Kecamatan. Sedangkan waktu penelitian direncanakan selama empat belas
184
minggu terhitung mulai minggu kedua bulan Mei 2009 sampai dengan minggu ketiga
bulan Juni 2009 dengan jadwal terlampir.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan kerja perangkat daerah
Kabupaten Karo yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) unit, dengan jumlah responden
sebanyak 70 (tujuh puluh) orang yang terdiri dari :
1. Dinas 32 Orang
2. Sekretariat 14 Orang
3. Badan 12 Orang
4. Kantor 12 Orang
Jenis penelitian ini adalah sensus, menurut Erlina dan Mulyani (2007) “jika
peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut
sensus, sensus digunakan jika elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen”.
Sehingga seluruh populasi, yaitu Kepala SKPD dan Kepala Bidang Perencanaan yang
secara struktural bertanggungjawab dan terlibat dalam penyusunan anggaran pada
satuan kerja perangkat daerah yang berjumlah 70 (tujuh puluh) orang dijadikan
sampel. Metode yang digunakan adalah metode survey, seperti yang disebutkan
Ikhsan dan Ghozali (2006) bahwa “metode survey merupakan pengumpulan data
primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli”
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 17 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD,
185
Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, dan Peraturan Daerah
Kabupaten Karo Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Kantor Kecamatan, sejak April tahun 2009 telah disahkan perubahan/pemekaran
satuan kerja perangkat daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 menjadi 42 (empat puluh dua) SKPD, namun pada saat penelitian ini belum
menyusun anggaran sebanyak 7 (tujuh) SKPD yang masih berada pada induk
SKPDnya.
4.4 Jenis dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999) bahwa “kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya”.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan
Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”. Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari responden yaitu kepala satuan kerja perangkat daerah
dan kepala bidang perencanaan pada satuan kerja perangkat daerah di Kabupaten
Karo.
186
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh
peneliti. Sebagaimana pendapat Sugiyono (1999) bahwa “peneliti-peneliti dalam
bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk
menguji validitas dan realibilitasnya”.
Sebelum kuesioner disebar ke responden terlebih dahulu dilakukan pratest (uji
coba sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan). Menurut Kuncoro (2003)
“....setelah instrumen disusun dalam bentuk draft maka pratest sebaiknya dilakukan
pada sejumlah responden yang sama dengan responden penelitian yang sebenarnya”.
Disain kuesioner dalam penelitian ini diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 08
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
Permendagri Nomor 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Penetapan Standar Pelayanan Minimal, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79
tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal,
dan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003
tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999), kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
187
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah seluruh
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) dan Kepala Bidang Perencanaan
SKPD dilingkungan pemerintah Kabupaten Karo yang berjumlah 70 (tujuh puluh)
orang. Tahapan dalam penyebaran dan pengumpulan kuesioner dibagi dalam dua
tahap, yaitu tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh
Kepala SKPD dan Kepala Bidang Perencanaan SKPD di lingkungan pemerintah
Kabupaten Karo, kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahap yang
kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh Kepala SKPD dan Kepala
Bidang Perencanaan SKPD dilingkungan pemerintah Kabupaten Karo untuk
dilakukan pengolahan data.
4.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungan antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut
Jogiyanto (2004) defenisi operasional adalah “....hasil dari pengoperasionalan konsep
(operationnalizing the concept) kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep”.
Sarwono (2006) mengatakan “....definisi operasional memungkinkan sebuah
konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan
penelitian dalam melakukan pengukuran”. Beberapa konsep dapat langsung dipecah
dan ditemukan elemen-elemen perilaku yang dapat diukur, tetapi banyak konsep yang
188
tidak dapat langsung ditemukan elemen-elemen perilakunya, tetapi lewat beberapa
dimensi dulu.
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala
interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah
skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang
diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan
angka absolut”. Apabila skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai
ukuran nilai sentral dan prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi
product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji parametrik (Cooper dan Emory :
1995).
Penelitian ini menggunakan 5 (lima) variabel independen yaitu faktor
komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1), penyempurnaan sistem
administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3), penghargaan (reward) yang jelas
(X4), dan sanksi (punishment) yang tegas (X5), dan 1 (satu) variabel dependen yaitu
APBD berbasis kinerja (Y).
Faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1), dalam penelitian
ini adalah komitmen/kesepakatan antara kepala satuan kerja perangkat daerah beserta
seluruh komponen organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
organisasinya untuk keberhasilan melaksanakan visi, misi, tujuan, sasaran, sesuai
dengan rencana stratejik (Renstra) SKPDnya dikaitkan dengan implementasi
pengganggaran berbasis kinerja. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan
menggunakan skala pengukuran interval.
189
Faktor penyempurnaan sistem administrasi (X2), dalam penelitian ini adalah
penyiapan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja berupa target kinerja,
pengukuran kinerja, analisis standar belanja, standar pelayanan minimal dan standar
biaya yang merupakan alat pengukuran implementasi anggaran berbasis kinerja.
Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
interval.
Faktor sumber daya yang cukup (X3), dalam penelitian ini adalah upaya
meningkatkan implementasi anggaran berbasis kinerja yang telah atau akan
dilaksanakan, berupa ketersediaan dana dan waktu untuk memperdalam pengukuran
kinerja yang sudah ada, meng-up date pengukuran kinerja program dan kegiatan serta
serta meningkatkan pemahaman personil/sumber daya manusia tentang anggaran
berbasis kinerja. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan
skala pengukuran interval.
Faktor penghargaan (reward) yang jelas (X4), dalam penelitian ini adalah
penerapan penghargaan (reward) secara adil dan konsisten atas keberhasilan dalam
implementasi anggaran berbasis kinerja, berupa peningkatan karir, dan promosi
jabatan. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
pengukuran interval.
Dan faktor yang mempengaruhi kelima adalah dan sanksi (punishment) yang
tegas (X5) yaitu hukuman (punishment) bagi satuan kerja yang belum
mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja, berupa mutasi dari jabatan atau
hukuman disiplin. Dalam penelitian ini adalah upaya pencapaian tujuan satuan kerja
190
secara utuh dan menyeluruh bagi satuan kerja perangkat daerah untuk mencapai visi
dan misi satuan kerja perangkat daerah/organisasinya. Pengukuran variabel dalam
penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran interval.
APBD Berbasis Kinerja (Y) dalam penelitian ini adalah tersusunnya anggaran
pendapatan dan belanja daerah yang berbasis kinerja dari suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi
biaya, dan juga dapat menjamin hubungan yang lebih jelas antara tujuan, sasaran,
program, dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah dan rencana kerja pemerintah
daerah. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
pengukuran interval.
Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala
Dependen Variabel
APBD Berbasis Kinerja (Y)
tersusunnya anggaran pendapatan dan belanja daerah yang berbasis kinerja dari suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya.
diukur berdasarkan : terjaminnya hubungan yang lebih jelas antara tujuan, sasaran, program, dan kegiatan pada satuan kerja perangkat daerah dan rencana kerja pemerintah daerah. Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan peraturan lainnya.
ordinal
Independen Variabel
Komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1)
kesepakatan antara kepala satuan kerja perangkat daerah dengan seluruh komponen organisasi untuk keberhasilan melaksanakan visi, misi, tujuan, sasaran sesuai dengan Renstra SKPD.
diukur berdasarkan : adanya konsistensi penyusunan anggaran setiap program dan kegiatan, yang dikaitkan antara visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi untuk mencapai keberhasilan tugas pokok dan fungsi.
Ordinal
191
Lanjutan Tabel 4.2.
Penyempurnaan sistem administrasi (X2)
penyiapan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja secara terus menerus.
diukur berdasarkan : adanya penyempurnaan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja yang sudah ada.
Sumber daya yang cukup (X3)
Tersedianya upaya peningkatan implementasi anggaran berbasis kinerja
diukur berdasarkan : adanya upaya penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas implementasi anggaran berbasis kinerja.
ordinal
Penghargaan (reward) yang jelas (X4)
Penerapan reward secara adil dan konsisten atas keberhasilan dalam implementasi anggaran berbasis kinerja
diukur berdasarkan : adanya penghargaan berupa promosi jabatan atau peningkatan karir
ordinal
Hukuman atau sanksi (punishment) yang tegas (X5)
Penerapan hukuman (punishment) secara adil dan konsisten atas ketidak berhasilan dalam implementasi anggaran berbasis kinerja
diukur berdasarkan : adanya hukuman berupa mutasi dari jabatan atau hukuman disiplin
ordinal
4.7 Model dan Teknik Analisis Data
4.7.1 Model Analisis data
Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi
linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Menurut Sugiyanto (2004)
“analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari
satu variabel independen terhadap variabel dependen”. Untuk keabsahan hasil analisis
regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji
normalitas data dan uji asumsi klasik. Pengolahan data menggunakan software SPSS.
192
Model analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 = + +Y a bX bX bX bX bX e+ + + +
Keterangan :
Y = APBD Berbasis Kinerja
a = Konstansta
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
X1 = Komitmen dari seluruh komponen organisasi
X2 = Penyempurnaan sistem administrasi
X3 = Sumber daya yang cukup
X4 = Penghargaan (reward) yang jelas
X5 = Hukuman sanksi (punishment) yang tegas
E = Error term
4.7.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model
regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis
regresi cukup sering dalam mencocokan model prediksi ke dalam sebuah model yang
dimasukan kedalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji statistik
193
yang terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, statistik deskriptif, dan uji
statistik untuk pengujian hipotesis.
4.7.2.1 Uji Kualitas Data
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) ada dua konsep mengukur kualitas
data yaitu realibilitas dan validitas. Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan
instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian
tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang
dikumpulkan dari penggunaan instrumen.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data digunakan antara lain :
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian yang
telah disusun benar-benar akurat, sehingga mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur (variabel kunci yang sedang diteliti). Menurut Umar (2008)
“uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan
kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan”. Validitas
dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan
kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda (Ghozali
dan Ikhsan, 2006). Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan program
SPSS, dan untuk uji validitas dengan menggunakan korelasi Bivariate Pearson
(Produk Momen Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation. Priyatno (2008)
mengemukakan “....kriteria pengujiannya dengan taraf signifikansi 5 % atau 0,05
yaitu Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen pertanyaan-pertanyaan kuesioner
194
berkorelasi terhadap skor total (dinyatakan valid), dan jika r hitung < r tabel maka
instrumen pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak berkorelasi signifikan terhadap
skor total (dinyatakan tidak valid)”.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden
atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan, untuk keperluan
pengujian tersebut. Pengujian reliabilitas berguna untuk mengetahui apakah
instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali,
paling tidak oleh responden yang sama (Umar, 2008). Dalam melakukan uji
reliabilitas digunakan metode Alpha (Cronbach’s) dengan bantuan program
SPSS, menurut Priyatno (2008) menyebutkan “metode alpha sangat cocok
digunakan pada skor berbentuk skala”. Santosa (2005) mengatakan “....suatu
kuesioner dikatakan reliabel jika cronbach alpha lebih besar dari 0,6”.
4.7.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi
klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan
bermanfaat. Menurut Lubis et.al (2007) “…..dalam membuat uji asumsi klasik kita
harus menggunakan data yang akan digunakan dalam uji regresi”. Uji Asumsi klasik
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokesdastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data (Santosa :
2005). Tujuan digunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data
195
berdistribusi normal atau tidak. Menurut Umar (2008) “ uji normalitas berguna
untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya
berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak
berdistribusi normal, analisis non parametrik termasuk model-model regresi dapat
digunakan”. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat
diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika
data meyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebagaimana dikemukakan oleh
Lubis et.al (2007) data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar
disekitar garis diagonal.
2. Uji Multikolinieritas
Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “Multikolineritas adalah situasi adanya
korelasi variabel-variabel responden antara yang satu dengan yang lainnya”.
Selanjutnya Nugroho (2005) menyebutkan “uji multikolineritas diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
variabel independen lain dalam satu model”. Kemiripan antarvariabel independen
dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara
suatu model independen dengan variabel independen yang lain. Pada penelitian
ini untuk mendeteksi terhadap multikolineritas dengan melihat Variance Inflation
Factor (VIF) pada model regresi. Menurut Nugroho (2005) “Deteksi
multikolineritas pada suatu model dapat dilihat bila nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka
196
model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, dan bila
VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah
Tolerance”.
3. Uji Heteroskedastisitas.
Nugroho (2005) mengemukakan bahwa “heteroskedastisitas menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan
yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Residual nilai tersebut”. Tujuan digunakan uji heteroskedastisitas
adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik
heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Pada penelitian ini dilakukan uji
heteroskedastisitas dengan melihat pola grafik regresi. Menurut Priyatno (2008)
“....prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas”. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas, sedangkan untuk varians yang
berbeda disebut heterokedastisitas. Menurut Nugroho (2005) mengemukakan :
“....analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier tidak
terdapat heteroskedastisitas jika : titik-titik data menyebar diatas dan di bawah
atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di
bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan penyebaran titik-titik
data sebaiknya tidak berpola”.
197
4.7.2.3 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data
dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang paling utama
dan data demografi responden. (Ghazali dan Ikhsan, 2006).
Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-
rata, deviasi standar, jawaban minimum, dan jawaban maksimum dari jawaban yang
telah didapat melalui kuesioner.
4.7.2.4 Uji Hipotesis
Priyatno (2008) menyebutkan “ uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi
(dapat digeneralisasikan)”. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh dari varibel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Jika
terdapat deviasi antara sampel yang ditentukan dengan jumlah populasi maka tidak
menutup kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan
antara menolak maupun menerima suatu hipotesis. Untuk menguji hipotesis
mengenai faktor komitmen dari seluruh komponen organisasi, penyempurnaan sistem
administrasi, sumber daya yang cukup, penghargaan (reward), dan sanksi
(punishment) secara simultan dan parsial, berpengaruh signifikan terhadap terhadap
198
APBD berbasis kinerja, digunakan pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F
dan secara parsial dengan uji t.
1. Uji F.
Priyatno (2008) menyebutkan “Uji simultan dengan uji F bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen”. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini
menggunakan alpha 5% atau 0,05 maka hasil uji F dapat dihitung dengan bantuan
program SPSS pada tabel ANOVA. Hasil uji F menunjukan variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, jika p-value (pada
kolom sig.) lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (sebesar 5 %).
2. Uji t.
Priyatno (2008) menyebutkan “uji t digunakan untuk mengetahui apakah
model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen”. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan
alpha 5% atau 0,05 maka hasil uji t dapat dihitung dengan bantuan program SPSS
dapat dilihat pada tabel t hitung (tabel Coefficients). Nilai dari uji t hitung dapat
dilihat dari p-value (pada kolom Sig.) pada masing-masing variabel independen, jika
p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan atau t hitung (pada
kolom t) lebih besar dari t tabel (dihitung dari two-tailed α = 5 % df=n-k-1, k
merupakan jumlah variabel independen), maka nilai variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (dalam arti Ha diterima
199
dan Ho ditolak, dengan kata lain, terdapat pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen). Rumus yang digunakan untuk uji statistik thitung :
, 1, 2,...,i
ihitung
b
bt iS
= = p
dimana:
b = koefisien regresi
Sb = kesalahan baku koefisien regresi
4.7.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Nugroho (2005) “koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen”. Dengan bantuan olahan program SPSS koefisien determinasi (R2) terletak
pada tabel model Summary dan tertulis R Square. Namun menurut Nugroho (2005)
menyebutkan “....untuk regresi linier berganda sebaiknya menggunakan R Square
yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square karena disesuaikan dengan
jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square
dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai
dengan 1”.
200
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Data
5.1.1 Deskripsi Lokasi
Penelitian dilakukan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Karo
Jl. Letjend. Jamin Ginting No. 17 Kabanjahe dan di kantor Dinas/Badan/Sekretariat
dan Kantor Kecamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan kerja
perangkat daerah Kabupaten Karo yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) unit, dengan
jumlah sampel responden sebanyak 70 (tujuh puluh) orang. Dalam penelitian ini
peneliti menyebarkan kuesioner pada 70 pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten
Karo. Seluruh kuesioner yang kembali, dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 5.1. Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah Kuesioner yang dikirim berjumlah 70 eksemplar Kuesioner yang tidak kembali Kuesioner yang kembali Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian
70 0 70 70
5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5.2.) menunjukkan bahwa
yang paling banyak berjenis kelamin laki-laki 82,9% sedangkan jenis kelamin
perempuan sebanyak 17,1%.
201
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen Laki-Laki 58 82,9 Perempuan 12 17,1
Total 70 100,0 Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Hasil penelitian berdasarkan usia responden, paling banyak responden
mempunyai usia antara 43-49 tahun (68,6%), lalu usia lebih dari 49 tahun (24,3%)
dan yang paling sedikit usia antara 36-42 tahun (7,1%).
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Responden Frekuensi Persen antara 36-42 tahun 5 7,1 antara 43-49 tahun 48 68,6
lebih 49 tahun 17 24,3 Total 70 100,0
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Hasil penelitian berdasarkan jabatan, responden yang mempunyai jabatan
sebagai kepala badan/dinas/SKPD sebanyak 58,6% dan kepala bidang perencanaan
sebanyak 41,4%.
Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jenis Jabatan Frekuensi Persen Kepala Badan/Dinas/SKPD 41 58,6 Kepala Bidang Perencanaan 29 41,4
Total 70 100,0 Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
202
Hasil penelitian berdasarkan lama menduduki jabatan, responden menyatakan
paling banyak untuk 1-5 tahun (98,6%) sedangkan 6-10 tahun hanya (1,4%).
Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menduduki Jabatan
Lama Menduduki Jabatan Frekuensi Persen 1-5 tahun 69 98,6 6-10 tahun 1 1,4
Total 70 100,0 Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan, responden menyatakan paling
banyak dengan tingkat pendidikan S1 (77,1%), diikuti dengan S2 (18,6%) dan
Diploma 3 (4,3%).
Tabel 5.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen
D3 3 4,3 S1 54 77,1 S2 13 18,6
Total 70 100,0 Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Hasil penelitian berdasarkan kursus/diklat/bintek tentang anggaran, responden
menyatakan paling banyak jarang (31,4%), diikuti pernah (27,1%), sering (17,1%),
sangat sering (15,7%) dan paling sedikit tidak pernah sebanyak 8,6%.
203
Tabel 5.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Kursus/Diklat/Bintek Tentang Anggaran
Mengikuti Bintek/Kursus dll Frekuensi Persen
tidak pernah 6 8,6 jarang 22 31,4 pernah 19 27,1 sering 12 17,1
sangat sering 11 15,7 Total 70 100,0
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
5.2 Analisis Data
5.2.1 Uji Kualitas Data
Sebelum daftar pertanyaan diberikan pada responden, daftar pertanyaan perlu
diuji coba terlebih dahulu. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan
pada 30 satuan kerja yang akan dijadikan respoden dalam penelitian ini.
5.2.1.1 Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai
validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika
angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung >
r tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Angka kritik pada penelitian
ini adalah N-2=30-2=28 dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk
uji validitas pada penelitian adalah 0,361. Berdasarkan pengujian validitas
instrumen, nilai corrected item-total correlation bernilai positif dan di atas
nilai r tabel 0,361 yang artinya semua butir pertanyaan dapat dikatakan valid.
204
Hasil uji validitas variabel APBD berbasis kinerja (Y), komitmen dari seluruh
komponen organisasi (X1), penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber
daya yang cukup (X3), penghargaan yang jelas (X4) dan sanksi yang tegas (X5)
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8. Uji Validitas Variabel Penelitian
Instrumen Variabel
Butir Instrumen r hitung r tabel Ket
APBD Berbasis
Kinerja (Y) a. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja
agar mengacu pada visi, misi, tujuan, sasaran, program dan kegiatan serta tupoksi-nya.
b. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja dimulai dari Rencana Stratejik/Renstra dan Rencana Kinerja/Renja serta mengembangkan standar analisis belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga yang spesifik pada SKPDnya.
c. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja menjadi perpaduan perencanaan kinerja yang mengaitkan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
d. Seluruh komponen organisasi dalam SKPD membuat suatu komitmen untuk mengembangkan penganggaran berbasis kinerja pada SKPDnya.
e. Pengembangan penganggaran berbasis kinerja dimaksud yaitu menyempurnakan standar analisis belanja, instrument kinerja lainnya dan standar biaya yang spesifik secara berkala, agar kinerja pengganggaran berbasis kinerja semakin baik.
f. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk adanya pemahaman yang sama bagi seluruh komponen organisasi tentang pengganggaran berbasis kinerja.
g. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk peningkatan kemampuan dan kompetensi seluruh komponen organisasi dalam memahami pengganggaran berbasis kinerja.
0,577
0,822
0,418
0,842
0,748
0,577
0,822
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Komitmen dari Seluruh
a. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mampu menjabarkan tugas pokok dan fungsi
0,565
0,361
Valid
205
Komponen Organisasi (X1)
instansinya. b. Satuan kerja perangkat daerah/SKPD, telah
memiliki dokumen perencanaan stratejik (Renstra) instansinya yang lebih operasional.
c. Penyusunan program dan kegiatan selama ini sudah mengakomodir tugas pokok dan fungsi SKPD
d. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah melibatkan seluruh bawahannya untuk menjabarkan tugas pokok dan fungsi instansinya.
e. Dalam penyusunan anggaran program dan kegiatan pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah memahami anggaran berbasis kinerja sebagai acuan.
f. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mengimplementasikan secara konsekuen siklus manajemen (perencanaan, penganggaran, pengendalian/monitoring dan evaluasi).
g. Selama ini pimpinan SKPD, telah melibatkan semua bawahannya untuk berpartisipasi menyusun dalam anggaran instansinya.
h. Pada umumnya pimpinan SKPD, telah memberi kesempatan kepada bawahannya untuk memberikan informasi yang dimilikinya sehingga pimpinan dapat memilih keputusan yang terbaik untuk mencapai tujuan instansinya.
i. Dalam penyusunan anggaran, komponen organisasi pada SKPD telah berdasarkan program/kegiatan tahunan, namun belum melakukan evaluasi capaian organisasi sehingga hampir tidak ada hal yang baru setiap penyusunan anggaran.
j. Sudah ada komitmen tertulis antara pimpinan SKPD dengan seluruh komponen pada SKPDnya untuk mencapai tujuan organisasi (visi, misi, tujuan dan sasaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi).
k. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD telah memiliki sistem target kinerja yang akan dicapai sesuai visi, misi dan tujuan SKPDnya
0,444
0,683
0,734
0,691
0,388
0,588
0,565
0,444
0,683
0,734
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Penyempurnaan Sistem
Administrasi (X2)
a. Dokumen perencanaan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja SKPD), pada umumnya hanya berada pada pimpinan SKPD dan beberapa staf penyusun anggaran kegiatan.
b. Seharusnya dokumen perencanaan daerah
0,804
0,810
0,361
0,361
Valid
Valid
206
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja SKPD) tersebut, telah dilengkapi dengan ukuran pencapaian kinerja program dan kegiatan.
c. Instrumen pengukuran kinerja seperti analisis standar belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga/satuan harga telah dimiliki semua SKPD.
d. Standar analisis belanja dan standar harga yang spesifik pada masing-masing SKPD sudah dimutakhirkan/revisi setiap tahun.
e. Pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja SKPD telah menggambarkan pengukuran secara kuantitatif, dan telah dikaitkan dengan analisis standar belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga.
f. Agar pencapaian kinerja satuan kerja perangkat daerah bermanfaat, pengukuran kinerja yang kuantitatif dan terukur secara berkala disempurnakan.
0,630
0,433
0,700
0,718
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber Daya yang Cukup
(X3)
a. Penyusunan anggaran program dan kegiatan selama ini sudah berdasarkan telaahan sehingga mudah dilaksanakan.
b. Program dan kegiatan untuk memberhasilkan visi dan misi serta tujuan dan sasaran SKPD telah direvisi sesuai perkembangan tahunan.
c. Keberhasilan organisasi/SKPD, efisiensi dan optimalisasi sumber daya, evaluasi, dan pelaporan kinerja selama ini diukur dengan capaian realisasi anggaran.
d. Personil/sumber daya manusia pada SKPD sebaiknya setiap ada kesempatan diikutsertakan dalam pembelajaran/pelatihan tentang anggaran berbasis kinerja.
e. Guna meningkatkan kualitas kinerja SKPD, personil yang menangani penyusunan anggaran diberi kesempatan prioritas untuk mendalami anggaran berbasis kinerja.
f. Untuk meningkatkan kinerja SKPD, penyusunan anggaran program dan kegiatan agar mengacu kepada penganggaran berbasis kinerja.
g. Selama ini sudah ada evaluasi capaian kinerja SKPD yang dikaitkan dengan capaian visi dan misi, tujuan dan sasaran serta tupoksi SKPD nya.
h. Sebaiknya ada monitoring dan evaluasi terhadap satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tupoksinya dikaitkan
0,707
0,607
0,549
0,676
0,528
0,707
0,607
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
207
kesesuaian dengan visi dan misi SKPD. i. Agar lebih selektif dalam mengalokasikan
anggaran suatu program kegiatan, menentukan dasar alokasi anggarannya harus mempertimbangkan karakteristik indikator input setiap program/kegiatan.
0,707
0,607
0,361
0,361
Valid
Valid
Penghargaan (Reward) yang
Jelas (X4)
a. Untuk menjamin efektifitas capaian kinerja tupoksi SKPD perlu adanya penghargaan/reward kepada seluruh komponen organisasi terutama kepala SKPD dan personil penyusun anggaran.
b. Dengan adanya reward yang adil kepada satuan kerja perangkat daerah yang berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan organisasinya.
c. Sehubungan dengan penghargaan dimaksud agar dijelaskan berupa promosi jabatan atau penghargaan lainnya bagi satuan kerja perangkat daerah yang berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja.
0,533
0,658
0,608
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Sanksi Yang Tegas (X5)
a. Dengan hukuman (punishment) yang adil dan tegas kepada satuan kerja perangkat daerah yang tidak berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan organisasinya.
b. Sehubungan dengan hukuman yang tegas dimaksud agar dijelaskan berupa mutasi jabatan atau hukuman disiplin lainnya bagi satuan kerja perangkat daerah yang tidak berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja.
c. Pimpinan satuan kerja perangkat daerah selaku penanggungjawab keberhasilan tujuan organisasinya, agar orang yang paling bertanggungjawab memberi motivasi kepada bawahannya.
0,469
0,495
0,528
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
5.2.1.2 Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah reliabel, maka
dilakukanlah pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer
program SPSS. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan
208
bagus jika memiliki koefisien Cronbach’s alpha > 0,6 (Supramono dan
Utami, 2004).
Tabel 5. 9. Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Variabel Alpha Cronbach’s
Batas Reliabilitas
Keterangan
APBD yang Berbasis Kinerja (Y) Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi (X1) Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2) Sumber Daya yang Cukup (X3) Penghargaan (Reward) yang Jelas (X4) Sanksi yang Tegas (X5)
0,888 0,863
0,869 0,885 0,760 0,774
0,6 0,6
0,6 0,6 0,6 0,6
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas
menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut reliabel.
5.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi
dalam model regresi berganda dan untuk menginterpretasikan data agar lebih relevan
dalam menganalisis. Pengujian asumsi klasik ini meliputi:
5.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi antara
variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak yang dapat dilihat dengan menggunakan normal p_plot
dan histogram. Data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar di
209
sekitar garis diagonal dan untuk histogram dilihat dari puncak gambar yang tidak
condong kekiri maupun kekanan. Grafiknya sebagai berikut:
Regression Standardized Residual3210-1-2-3
Freq
uenc
y
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Mean =4.36E-15�Std. Dev. =0.963�
N =70
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Gambar 5.1. Grafik Uji Normalitas
210
Dari gambar di atas dapat disimpulkan data terdistribusi dengan normal,
dimana data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal serta histogram yang tidak
condong kekiri dan kekanan sehingga dapat dikatakan data berdistribusi normal.
5.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel lain (independen)
saling berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan regresi berganda yang baik adalah
persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel independen. Alat
ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang berkorelasi,
maka digunakan alat uji atau deteksi Variance Inflation Factor (VIF). Dimana nilai
VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.
Tabel 5.10. Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF 1 (Constant) Kepemimpinan dan Komitmen ,686 1,458 Fokus Penyempurnaan Administrasi ,400 2,498 Sumber Daya yang Cukup ,794 1,259 Penghargaan dan Sanksi ,417 2,396 Keinginan yang Kuat untuk Berhasil ,356 2,812
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2009 (data diolah)
Pada output bagian ini, terlihat bahwa dari kelima variabel independen dengan
nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Sehingga dapat
disimpulkan dalam model regresi ini tidak ada masalah multikolinieritas.
211
5.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika varian berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat gambar seperti berikut ini:
Regression Studentized Residual3210-1-2-3
Regr
essi
on S
tand
ardi
zed
Pred
icte
d Va
lue
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Gambar 5.2. Grafik Uji Heteroskedastisitas
Dengan menggunakan metode grafik di atas dapat diambil keputusan dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
212
Dari grafik 5.2. di atas menunjukkan tidak ada pola yang jelas dan
menandakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas untuk variabel penelitian, dengan
demikian asumsi dasar bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan
terpenuhi.
5.3 Deskriptif Variabel Penelitian
5.3.1 Variabel Komitmen dari Seluruh Organisasi (X1)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel Komitmen dari Seluruh Organisasi
(X1) dapat dilihat pada tabel 5.11. berikut ini:
Tabel 5.11. Deskripsi Variabel Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi (X1)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Komitmen-1 4,26 4 0,716 0,513 Komitmen-2 4,31 4 0,468 0,219 Komitmen-3 4,16 4 0,367 0,134 Komitmen-4 4,30 4 0,521 0,271 Komitmen-5 4,24 4 0,494 0,245 Komitmen-6 4,20 4 0,528 0,278 Komitmen-7 4,23 4 0,423 0,179 Komitmen-8 4,26 4 0,716 0,513 Komitmen-9 4,31 4 0,468 0,219 Komitmen-10 4,16 4 0,367 0,134 Komitmen-11 4,30 4 0,521 0,271
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mampu menjabarkan tugas
pokok dan fungsi instansinya: jawaban responden rata-rata 4,26 dengan
standar deviasi 0,716 dan varians 0,513.
213
2. Satuan kerja perangkat daerah/SKPD, telah memiliki dokumen perencanaan
stratejik (Renstra) instansinya yang lebih operasional: jawaban responden
rata-rata 4,31 dengan standar deviasi 0,468 dan varians 0,219.
3. Penyusunan program dan kegiatan selama ini sudah mengakomodir tugas
pokok dan fungsi SKPD: jawaban responden rata-rata 4,16 dengan standar
deviasi 0,367 dan varians 0,134.
4. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah melibatkan seluruh
bawahannya untuk menjabarkan tugas pokok dan fungsi instansinya: jawaban
responden rata-rata 4,30 dengan standar deviasi 0,521 dan varians 0,271.
5. Dalam penyusunan anggaran program dan kegiatan pimpinan dan seluruh
komponen SKPD, telah memahami anggaran berbasis kinerja sebagai acuan:
jawaban responden rata-rata 4,24 dengan standar deviasi 0,494 dan varians
0,245.
6. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mengimplementasikan secara
konsekuen siklus manajemen (perencanaan, penganggaran, pengendalian/
monitoring dan evaluasi): jawaban responden rata-rata 4,20 dengan standar
deviasi 0,528 dan varians 0,278.
7. Selama ini pimpinan SKPD, telah melibatkan semua bawahannya untuk
berpartisipasi menyusun dalam anggaran instansinya: jawaban responden rata-
rata 4,23 dengan standar deviasi 0,423 dan varians 0,179.
8. Pada umumnya pimpinan SKPD, telah memberi kesempatan kepada
bawahannya untuk memberikan informasi yang dimilikinya sehingga
214
pimpinan dapat memilih keputusan yang terbaik untuk mencapai tujuan
instansinya: jawaban responden rata-rata 4,26 dengan standar deviasi 0,716
dan varians 0,513.
9. Dalam penyusunan anggaran, komponen organisasi pada SKPD telah
berdasarkan program/kegiatan tahunan, namun belum melakukan evaluasi
capaian organisasi sehingga hampir tidak ada hal yang baru setiap penyusunan
anggaran: jawaban responden rata-rata 4,31 dengan standar deviasi 0,468 dan
varians 0,219.
10. Sudah ada komitmen tertulis antara pimpinan SKPD dengan seluruh
komponen pada SKPDnya untuk mencapai tujuan organisasi (visi, misi,
tujuan dan sasaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi): jawaban responden
rata-rata 4,16 dengan standar deviasi 0,367 dan varians 0,134.
11. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD telah memiliki sistem target kinerja
yang akan dicapai sesuai visi, misi dan tujuan SKPDnya: jawaban responden
rata-rata 4,30 dengan standar deviasi 0,521 dan varians 0,271.
5.3.2 Variabel Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel Penyempurnaan Sistem
Administrasi (X2) dapat dilihat pada tabel 5.12. berikut ini:
215
Tabel 5.12. Deskripsi Variabel Penyempurnaan Sistem Administrasi (X2)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Penyempurnaan Administrasi-1 3,63 4 0,594 0,353 Penyempurnaan Administrasi-2 3,66 4 0,657 0,431 Penyempurnaan Administrasi-3 3,67 4 0,631 0,398 Penyempurnaan Administrasi-4 3,79 4 0,635 0,403 Penyempurnaan Administrasi-5 3,53 3 0,607 0,369 Penyempurnaan Administrasi-6 3,71 4 0,684 0,468
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Dokumen perencanaan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana
stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja SKPD), pada umumnya hanya
berada pada pimpinan SKPD dan beberapa staf penyusun anggaran kegiatan:
jawaban responden rata-rata 3,63 dengan standar deviasi 0,594 dan varians
0,353.
2. Dokumen perencanaan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana
stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja SKPD) tersebut, telah dilengkapi
dengan ukuran pencapaian kinerja program dan kegiatan: jawaban responden
rata-rata 3,66 dengan standar deviasi 0,657 dan varians 0,431.
3. Instrumen pengukuran kinerja seperti analisis standar belanja, standar
pelayanan minimal dan standar harga/satuan harga telah dimiliki semua
SKPD: jawaban responden rata-rata 3,67 dengan standar deviasi 0,631 dan
varians 0,398.
216
4. Standar analisis belanja dan standar harga yang spesifik pada masing-masing
SKPD sudah dimutakhirkan/revisi setiap tahun: jawaban responden rata-rata
3,79 dengan standar deviasi 0,635 dan varians 0,403.
5. Pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja SKPD telah menggambarkan
pengukuran secara kuantitatif, dan telah dikaitkan dengan analisis standar
belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga: jawaban responden
rata-rata 3,53 dengan standar deviasi 0,607 dan varians 0,369.
6. Agar pencapaian kinerja satuan kerja perangkat daerah bermanfaat,
pengukuran kinerja yang kuantitatif dan terukur secara berkala
disempurnakan: jawaban responden rata-rata 3,71 dengan standar deviasi
0,684 dan varians 0,468.
5.3.3 Variabel Sumber Daya yang Cukup (X3)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel Sumber Daya yang Cukup (X3) dapat
dilihat pada tabel 5.13. berikut ini:
Tabel 5.13. Deskripsi Variabel Sumber Daya (X3)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Sumber Daya yang Cukup-1 3,71 4 0,617 0,381 Sumber Daya yang Cukup-2 3,34 3 0,535 0,287 Sumber Daya yang Cukup-3 3,69 4 0,603 0,364 Sumber Daya yang Cukup-4 3,79 4 0,587 0,345 Sumber Daya yang Cukup-5 3,83 4 0,701 0,492 Sumber Daya yang Cukup-6 3,71 4 0,617 0,381 Sumber Daya yang Cukup-7 3,34 3 0,535 0,287 Sumber Daya yang Cukup-8 3,71 4 0,617 0,381 Sumber Daya yang Cukup-9 3,34 3 0,535 0,287
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
217
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Penyusunan anggaran program dan kegiatan selama ini sudah berdasarkan
telaahan sehingga mudah dilaksanakan: jawaban responden rata-rata 3,71
dengan standar deviasi 0,617 dan varians 0,381.
2. Program dan kegiatan untuk memberhasilkan visi dan misi serta tujuan dan
sasaran SKPD telah direvisi sesuai perkembangan tahunan: jawaban
responden rata-rata 3,34 dengan standar deviasi 0,535 dan varians 0,287.
3. Keberhasilan organisasi/SKPD, efisiensi dan optimalisasi sumber daya,
evaluasi, dan pelaporan kinerja selama ini diukur dengan capaian realisasi
anggaran: jawaban responden rata-rata 3,69 dengan standar deviasi 0,603 dan
varians 0,364.
4. Personil/sumber daya manusia pada SKPD sebaiknya setiap ada kesempatan
diikutsertakan dalam pembelajaran/pelatihan tentang anggaran berbasis
kinerja: jawaban responden rata-rata 3,79 dengan standar deviasi 0,587 dan
varians 0,345.
5. Guna meningkatkan kualitas kinerja SKPD, personil yang menangani
penyusunan anggaran diberi kesempatan prioritas untuk mendalami anggaran
berbasis kinerja: jawaban responden rata-rata 3,83 dengan standar deviasi
0,701 dan varians 0,492.
6. Untuk meningkatkan kinerja SKPD, penyusunan anggaran program dan
kegiatan agar mengacu kepada penganggaran berbasis kinerja: jawaban
responden rata-rata 3,71 dengan standar deviasi 0,617 dan varians 0,381.
218
7. Selama ini sudah ada evaluasi capaian kinerja SKPD yang dikaitkan dengan
capaian visi dan misi, tujuan dan sasaran serta tupoksi SKPD nya: jawaban
responden rata-rata 3,34 dengan standar deviasi 0,535 dan varians 0,287.
8. Sebaiknya ada monitoring dan evaluasi terhadap satuan kerja perangkat
daerah dalam melaksanakan tupoksinya dikaitkan kesesuaian dengan visi dan
misi SKPD: jawaban responden rata-rata 3,71 dengan standar deviasi 0,617
dan varians 0,381.
9. Agar lebih selektif dalam mengalokasikan anggaran suatu program kegiatan,
menentukan dasar alokasi anggarannya harus mempertimbangkan
karakteristik indikator input setiap program/kegiatan: jawaban respoden rata-
rata 3,34 dengan standar deviasi 0,535 dan varians 0,287.
5.3.4 Variabel Penghargaan (Reward) yang Jelas (X4)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel Penghargaan (Reward) yang
Jelas (X4) dapat dilihat pada tabel 5.14. berikut ini:
Tabel 5.14. Deskripsi Variabel Penghargaan (Reward) yang Jelas (X4)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Penghargaan-1 3,71 4 0,640 0,410 Penghargaan -2 3,77 4 0,663 0,440 Penghargaan -3 3,67 3 0,756 0,572
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Untuk menjamin efektifitas capaian kinerja tupoksi SKPD perlu adanya
penghargaan/reward kepada seluruh komponen organisasi terutama kepala
219
SKPD dan personil penyusun anggaran: jawaban responden rata-rata 3,71
dengan standar deviasi 0,640 dan varians 0,410.
2. Dengan adanya reward yang adil kepada satuan kerja perangkat daerah yang
berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan organisasinya: jawaban
responden rata-rata 3,77 dengan standar deviasi 0,663 dan varians 0,440.
3. Sehubungan dengan penghargaan dimaksud agar dijelaskan berupa promosi
jabatan atau penghargaan lainnya bagi satuan kerja perangkat daerah yang
berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja: jawaban responden rata-
rata 3,67 dengan standar deviasi 0,756 dan varians 0,572.
5.3.5 Variabel Sanksi Yang Tegas (X5)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel Sanksi Yang Tegas (X5) dapat dilihat
pada tabel 5.15. berikut ini:
Tabel 5.15. Deskripsi Variabel Sanksi Yang Tegas (X5)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Sanksi-1 4,04 4 0,266 0,071 Sanksi-2 4,40 4 0,522 0,272 Sanksi-3 3,80 4 0,499 0,249
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Dengan hukuman (punishment) yang adil dan tegas kepada satuan kerja
perangkat daerah yang tidak berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan
organisasinya: jawaban responden rata-rata 4,04 dengan standar deviasi 0,266
dan varians 0,071.
220
2. Sehubungan dengan hukuman yang tegas dimaksud agar dijelaskan berupa
mutasi jabatan atau hukuman disiplin lainnya bagi satuan kerja perangkat
daerah yang tidak berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja:
jawaban responden rata-rata 4,40 dengan standar deviasi 0,552 dan varians
0,272.
3. Pimpinan satuan kerja perangkat daerah selaku penanggungjawab
keberhasilan tujuan organisasinya, agar orang yang paling bertanggungjawab
memberi motivasi kepada bawahannya: jawaban responden rata-rata 3,80
dengan standar deviasi 0,499 dan varians 0,249.
5.3.6 Variabel APBD Berbasis Kinerja (Y)
Dari data yang diperoleh untuk Variabel APBD Berbasis Kinerja (Y) dapat
dilihat pada tabel 5.16 berikut ini:
Tabel 5.16. Deskripsi Variabel APBD Berbasis Kinerja (Y)
Deskripsi Mean Mode Std. Deviation Variance Apbd Berbasis Kinerja-1 4,44 4 0,528 0,279 Apbd Berbasis Kinerja-2 3,79 4 0,535 0,287 Apbd Berbasis Kinerja-3 4,01 4 0,318 0,101 Apbd Berbasis Kinerja-4 3,90 4 0,593 0,352 Apbd Berbasis Kinerja-5 4,03 4 0,538 0,289 Apbd Berbasis Kinerja-6 4,44 4 0,528 0,279 Apbd Berbasis Kinerja-7 3,79 4 0,535 0,287
Sumber: Hasil penelitian tahun 2009 (data diolah)
221
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja agar mengacu pada visi, misi,
tujuan, sasaran, program dan kegiatan serta tupoksi-nya: jawaban responden
rata-rata 4,44 dengan standar deviasi 0,528 dan varians 0,279.
2. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja dimulai dari Rencana
Stratejik/Renstra dan Rencana Kinerja/Renja serta mengembangkan standar
analisis belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga yang spesifik
pada SKPDnya: jawaban responden rata-rata 3,79 dengan standar deviasi
0,535 dan varians 0,287.
3. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja menjadi perpaduan perencanaan
kinerja yang mengaitkan antara dana yang tersedia dengan hasil yang
diharapkan: jawaban responden rata-rata 4,01 dengan standar deviasi 0,318
dan varians 0,101.
4. Seluruh komponen organisasi dalam SKPD membuat suatu komitmen untuk
mengembangkan penganggaran berbasis kinerja pada SKPDnya: jawaban
respoden rata-rata 3,90 dengan standar deviasi 0,593 dan varians 0,352.
5. Pengembangan penganggaran berbasis kinerja dimaksud yaitu
menyempurnakan standar analisis belanja, instrument kinerja lainnya dan
standar biaya yang spesifik secara berkala, agar kinerja pengganggaran
berbasis kinerja semakin baik: jawaban respoden rata-rata 4,03 dengan
standar deviasi 0,538 dan varians 0,289.
222
6. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk
adanya pemahaman yang sama bagi seluruh komponen organisasi tentang
pengganggaran berbasis kinerja: jawaban respoden rata-rata 4,44 dengan
standar deviasi 0,528 dan varians 0,279.
7. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk
peningkatan kemampuan dan kompetensi seluruh komponen organisasi dalam
memahami pengganggaran berbasis kinerja: jawaban responden rata-rata 3,79
dengan standar deviasi 0,535 dan varians 0,287.
5.4 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis bahwa komitmen dari seluruh komponen organisasi,
penyempurnaan sistem administrasi, sumber daya manusia yang cukup, penghargaan
yang jelas dan sanksi yang tegas berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja secara
simultan dengan uji F dan uji parsial dengan uji t.
5.4.1 Pengujian Hipotesis dengan Uji F
Pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
dianalisis dengan menggunakan uji F, yaitu dengan memperhatikan signifikansi nilai
F pada output perhitungan dengan tingkat alpha 5%. Jika nilai signifikansi uji F lebih
kecil dari 5% maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap
variabel dependen. Hasil pengujian uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
5.17. di bawah ini:
223
Tabel 5.17. Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 10,564 5 2,113 108,341 ,000(a) Residual 1,248 64 ,020 Total 11,812 69
Sumber: Hasil Penelitian tahun 2009 (data diolah)
Pada hasil uji regresi dalam penelitian ini, diketahui nilai uji F sebesar
108,341 dengan signifikansi 0,000. Dimana disyaratkan nilai signifikansi F lebih
kecil dari 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel
independen dalam penelitian ini secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap APBD berbasis kinerja (Y). Hal tersebut berarti jika komitmen dari seluruh
komponen organisasi (X1), penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber daya
yang cukup (X3), penghargaan yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) secara
bersama-sama mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan APBD
berbasis kinerja (Y), sebaliknya jika komitmen dari seluruh komponen organisasi
(X1), penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3),
penghargaan yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) secara bersama-sama
mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan APBD berbasis kinerja
(Y).
5.4.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji t
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, pembahasan akan dilanjutkan
dengan pengujian hipotesis, dengan memperhatikan nilai t hitung dari hasil regresi
tersebut untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap
224
variabel dependen dengan tingkat kepercayaan 95% atau pada alpha 5%. Dengan
syarat apabila nilai variabel independen signifikan terhadap variabel dependen maka
terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan
apabila tidak signifikan maka tidak terdapat pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau tidak dengan mengetahui
apakah variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Adapun metode dalam penentuan t tabel menggunakan ketentuan tingkat
signifikan 5%, dengan df=n-k-1 (pada penelitian ini df=70-5-1=64), sehingga didapat
nilai t tabel sebesar 2,00 disajikan dalam tabel 5.18. sebagai berikut:
Tabel 5.18. Nilai t hitung
Variabel t hitung t tabel Signifikansi Keputusan Komitmen (X1) 0,938 2,00 ,352 Hipotesis Diterima Penyempurnaan SistemAdminstrasi (X2)
10,109
2,00 ,000
Hipotesis Ditolak
Sumber Daya yang Cukup (X3)
0,938 2,00 ,352 Hipotesis Diterima
Penghargaan yang Jelas (X4)
2,344 2,00 ,022 Hipotesis Ditolak
SanksiYang Tegas (X5) 3,453 2,00 ,001 Hipotesis Ditolak Sumber: Hasil Penelitian tahun 2009 (data diolah)
Dari tabel 5.18. di atas, diketahui nilai t hitung dari masing-masing variabel
independen. Dari nilai tersebut yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.
Karena t hitung dalam penelitian untuk variabel Penyempurnaan Sistem Administrasi,
Penghargaan yang Jelas dan Sanksi yang tegas ini lebih besar dari t tabel, maka Ho
ditolak, dengan kata lain Penyempurnaan Sistem Administrasi, Penghargaan yang
225
Jelas dan Sanksi yang tegas signifikan berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja,
sedangkan variabel Komitmen serta Sumber Daya yang Cukup tidak signifikan
berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja yang dapat dibuktikan dengan nilai t
hitung yang lebih kecil dari t tabel dan hipotesis diterima.
Selain itu pengujian hipotesis secara parsial juga dapat dianalisis dari nilai
signifikansi dimana nilai signifikansi berada dibawah 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa secara parsial masing-masing variabel bebas berpengaruh signifikan pada
tingkat alpha 5%.
5.5 Hasil Persamaan Regresi
Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi maka
digunakan bentuk persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan
koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi yang telah dirumuskan kemudian dengan
bantuan program SPSS dilakukan pengolahan data sehingga didapat persamaan akhir
sebagai berikut:
1 2 3 4 50,045 0,060 0,533 0,043 0,102 0,311Y X X X X= + + + + + X
Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 0,045 dapat
diartikan jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-
rata variabel diluar model tetap akan meningkatkan APBD berbasis kinerja sebesar
0,045 satuan.
226
Nilai besaran koefisien regresi 1β sebesar 0,060 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1)
berpengaruh positif terhadap APBD berbasis kinerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa
ketika komitmen dari seluruh komponen organisasi mengalami peningkatan sebesar
satu satuan, APBD berbasis kinerja juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,060
satuan.
Nilai besaran koefisien regresi 2β sebesar 0,533 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel penyempurnaan sistem administrasi (X2) berpengaruh positif
terhadap APBD berbasis kinerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa ketika
penyempurnaan sistem administrasi mengalami peningkatan sebesar satu satuan,
APBD berbasis kinerja juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,533 satuan.
Nilai besaran koefisien regresi 3β sebesar 0,043 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel sumber daya yang cukup (X3) berpengaruh positif terhadap
APBD berbasis kinerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa ketika sumber daya yang
cukup mengalami peningkatan sebesar satu satuan, APBD berbasis kinerja juga akan
mengalami peningkatan sebesar 0,043 satuan.
Nilai besaran koefisien regresi 4β sebesar 0,102 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel penghargaan yang jelas (X4) berpengaruh positif terhadap
APBD berbasis kinerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa ketika penghargaan yang
jelas mengalami peningkatan sebesar satu satuan, APBD berbasis kinerja juga akan
mengalami peningkatan sebesar 0,102 satuan.
227
Nilai besaran koefisien regresi 5β sebesar 0,311 pada penelitian ini dapat
diartikan bahwa variabel sanksi yang tegas (X5) berpengaruh positif terhadap APBD
berbasis kinerja (Y). Hal ini menunjukkan bahwa ketika sanksi yang tegas mengalami
peningkatan sebesar satu satuan, APBD berbasis kinerja juga akan mengalami
peningkatan sebesar 0,311 satuan.
5.6 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi (R2) yang disesuaikan (adjusted) sebesar
0,886 ( 88,6%). Sehingga dapat dikatakan bahwa 88,6% variasi variabel dependen
yaitu APBD berbasis kinerja (Y) pada model dapat diterangkan oleh variabel bebas
yaitu variabel komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1), penyempurnaan
sistem administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3), penghargaan yang jelas (X4)
serta sanksi yang tegas (X5), sedangkan sisanya sebesar 11,4% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model. Hasil analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada
tabel 5.19. berikut ini:
Tabel 5.19. Hasil Analisis Koefisien Determinasi
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,946(a) ,894 ,886 ,13965 1,805 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2009 (data diolah)
228
5.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada pengujian hipotesis berdasarkan hasil perhitungan dapat dikatakan
bahwa penyempurnaan sistem administrasi, penghargaan yang jelas dan sanksi yang
tegas berpengaruh signifikan terhadap APBD berbasis kinerja baik secara simultan
maupun parsial telah terbukti (H0 ditolak), sedangkan komitmen dari seluruh
komponen organisasi serta sumber daya yang cukup tidak signifikan berpengaruh
terhadap APBD berbasis kinerja (H0 diterima). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa
semakin baik penyempurnaan sistem administrasi, penghargaan yang jelas dan sanksi
yang tegas tentunya memberikan kontribusi yang baik terhadap peningkatan APBD
berbasis kinerja. Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat kami sajikan sebagai
berikut :
1. Faktor penyempurnaan sistem administrasi, penghargaan yang jelas dan
sanksi yang tegas dapat dikatakan sejalan dengan penelitian Imam T.
Raharto (2008) yaitu terdapat hubungan antara keluaran dan hasil yang
diharapkan dalam pencapaian hasil dengan peningkatan penerapan
anggaran berbasis kinerja. Konsistensi penyempurnaan sistem administrasi
secara berkelanjutan diharapkan tersedianya instrumen pengukuran
anggaran berbasis kinerja. Demikian juga adanya penghargaan yang jelas
dan hukuman/sanksi yang tegas merupakan pemicu keberhasilan
implementasi anggaran berbasis kinerja.
2. Faktor komitmen dan sumber daya yang cukup belum berpengaruh
terhadap peningkatan APBD berbasis kinerja, hal ini disebabkan belum
229
ada komitmen dari seluruh komponen organisasi dan sumber daya yang
cukup/SDM yang memahami penganggaran berbasis kinerja, untuk itu
perlu dilakukan perubahan yaitu adanya komitmen dari seluruh komponen
organisasi untuk menyiapkan sumber daya (anggaran, kegiatan dan
sumber daya manusia) untuk memahami penganggaran berbasis kinerja,
3. Pemerintah Kabupaten Karo juga belum membuat aturan yang tegas dan
lengkap tentang implementasi anggaran berbasis kinerja serta belum
memberikan penghargaan atau sanksi kepada SKPD yang mematuhi
aturan dimaksud, dalam upaya peningkatan implementasi anggaran
berbasis kinerja secara terus menerus. Sebaiknya Pemerintah Kabupaten
Karo membuat aturan tentang implementasi anggaran berbasis kinerja
yaitu setiap SKPD menyusun instrumen pengukuran anggaran berbasis
kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD, dan
melaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.
4. Penelitian ini dapat dinyatakan cukup memadai dimana 88,60 % variabel
dependen yaitu APBD Berbasis Kinerja (Y) dipengaruhi oleh variabel
independen (komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1),
penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3),
penghargaan yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) ) dan sisanya
11,40% dipengaruhi variable lain diluar model. Faktor-faktor lain diluar
model yang mempengaruhi penelitian ini kemungkinan : belum adanya
motivasi untuk keberhasilan visi dan misi SKPD, gaya kepemimpinan
230
para kepala SKPD yang belum siap menerima perubahan/paradigm baru
sistem penyusunan anggaran berbasis kinerja dan belum adanya peraturan
pemerintah daerah yang lebih operasional mengenai penerapan anggaran
berbasis kinerja walaupun Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri telah ada menjadi acuan.
5.7.1 Pengaruh Komitmen dari Seluruh Komponen Organisasi Terhadap APBD Berbasis Kinerja
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh komitmen dari seluruh
komponen organisasi terhadap APBD berbasis kinerja adalah positif dan tidak
signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi komitmen dari seluruh komponen
organisasi sebesar 0,060 dan tidak signifikan karena nilai t hitung < t tabel
( 0,938 > 2,00).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh komitmen dari seluruh
komponen organisasi adalah searah dengan APBD berbasis kinerja atau dengan kata
lain komitmen dari seluruh komponen organisasi yang baik/tinggi akan berpengaruh
terhadap APBD berbasis kinerja yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila
komitmen dari seluruh komponen organisasi rendah/buruk maka APBD berbasis
kinerja akan rendah/buruk. Pengaruh tidak signifikan menunjukkan bahwa komitmen
dari seluruh komponen organisasi kurang mempunyai peranan yang penting dalam
meningkatkan APBD berbasis kinerja.
231
5.7.2 Pengaruh Penyempurnaan Sistem Administrasi Terhadap APBD Berbasis Kinerja
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh penyempurnaan sistem
administrasi terhadap APBD berbasis kinerja adalah positif dan signifikan. Positif
terlihat dari koefisien regresi penyempurnaan sistem administrasi sebesar 0,533 dan
signifikan karena nilai t hitung > t tabel (10,109 > 2,00).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh penyempurnaan sistem
administrasi adalah searah dengan APBD berbasis kinerja atau dengan kata lain
penyempurnaan sistem administrasi yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
APBD berbasis kinerja yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila penyempurnaan
sistem administrasi rendah/buruk maka APBD berbasis kinerja akan rendah/buruk.
Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa penyempurnaan sistem administrasi
mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan APBD berbasis kinerja.
5.7.3 Pengaruh Sumber Daya yang Cukup Terhadap APBD Berbasis Kinerja
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh sumber daya yang cukup
terhadap APBD berbasis kinerja adalah positif dan tidak signifikan. Positif terlihat
dari koefisien regresi sumber daya yang cukup sebesar 0,043 dan tidak signifikan
karena nilai t hitung > t tabel (0,938 > 2,00).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh sumber daya yang cukup
adalah searah dengan APBD berbasis kinerja atau dengan kata lain sumber daya yang
cukup yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja yang
232
baik/tinggi, demikian sebaliknya bila sumber daya yang cukup rendah/buruk maka
APBD berbasis kinerja akan rendah/buruk. Pengaruh tidak signifikan menunjukkan
bahwa sumber daya yang cukup kurang mempunyai peranan yang penting dalam
meningkatkan APBD berbasis kinerja.
5.7.4 Pengaruh Penghargaan (Reward) yang Jelas Terhadap APBD Berbasis Kinerja
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh penghargaan (reward) yang
jelas terhadap APBD berbasis kinerja adalah positif dan signifikan. Positif terlihat
dari koefisien regresi penghargaan (reward) yang jelas sebesar 0,102 dan signifikan
karena nilai t hitung > t tabel (2,344 > 2,00).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh penghargaan (reward) yang
jelas adalah searah dengan APBD berbasis kinerja atau dengan kata lain penghargaan
(reward) yang jelas dan baik/tinggi akan berpengaruh terhadap APBD berbasis
kinerja yang baik/tinggi, demikian sebaliknya bila penghargaan (reward) yang jelas
dan rendah/buruk maka APBD berbasis kinerja akan rendah/buruk. Pengaruh
signifikan menunjukkan bahwa penghargaan (reward) yang jelas mempunyai peranan
yang penting dalam meningkatkan APBD berbasis kinerja.
5.7.5 Pengaruh Sanksi Yang Tegas Terhadap APBD Berbasis Kinerja
Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh sanksi yang tegas terhadap
APBD berbasis kinerja adalah positif dan signifikan. Positif terlihat dari koefisien
233
regresi sanksi yang tegas sebesar 0,311 dan signifikan karena nilai t hitung > t tabel
(3,453 > 2,00).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh sanksi yang tegas adalah
searah dengan APBD berbasis kinerja atau dengan kata lain sanksi yang tegas yang
baik/tinggi akan berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja yang baik/tinggi,
demikian sebaliknya bila sanksi yang tegas yang rendah/buruk maka APBD berbasis
kinerja akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa sanksi yang
tegas mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan APBD berbasis kinerja.
Dan variabel bebas yang memiliki pengaruh yang terbesar terhadap APBD
berbasis kinerja adalah variabel penyempurnaan sistem administrasi.
234
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara simultan komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1),
penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3),
penghargaan yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) berpengaruh
signifikan terhadap APBD berbasis kinerja (Y), hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara keluaran dan
hasil yang diharapkan dalam pencapaian hasil dengan peningkatan
penerapan anggaran berbasis kinerja,
2. Secara parsial penyempurnaan sistem administrasi (X2), penghargaan
yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) masing-masing berpengaruh
signifikan terhadap APBD berbasis kinerja (Y), sedangkan komitmen
dari seluruh komponen organisasi (X1) serta sumber daya yang cukup
(X3) tidak signifikan berpengaruh terhadap APBD berbasis kinerja.
Tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap APBD berbasis kinerja
adalah penyempurnaan sistem administrasi.
235
3. Bahwa penelitian ini dapat dinyatakan cukup memadai dimana 88,60 %
variabel dependen yaitu APBD Berbasis Kinerja (Y) dipengaruhi oleh
variabel independen (komitmen dari seluruh komponen organisasi (X1),
penyempurnaan sistem administrasi (X2), sumber daya yang cukup (X3),
penghargaan yang jelas (X4) serta sanksi yang tegas (X5) ) dan sisanya
11,40% dipengaruhi variable lain diluar model.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini disadari oleh peneliti terdapat keterbatasan baik dari materi
maupun waktu terutama jawaban kuesioner yang relatif subjektif, hal ini disebabkan :
1) karena jawaban responden berupa persepsi,
2) lokasi penelitian hanya 1 (satu) pemerintah daerah yaitu Kabupaten
Karo.
3) keterbatasan variabel independen yaitu hanya 5 (lima) yang
mempengaruhi variable independen sejumlah 88,60%.
4) Hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan
anggaran berbasis kinerja dan belum mampu membuktikan
keberhasilan instrumen pengukuran anggaran berbasis kinerja yaitu
adanya indikator standar pelayanan minimal, analisa standar biaya,
pengukuran kinerja, target kinerja dan standar harga.
236
6.3 Saran
Saran penelitian selanjutnya untuk penyempurnaan penerapan APBD Berbasis
Kinerja disampaikan beberapa saran yaitu :
1. Peneliti berikutnya agar mengambil data dari data sekunder (realisasi
capaian kinerja program dan kegiatan).
2. Peneliti berikutnya memperluas lokasi penelitian dibeberapa pemerintah
daerah lainnya.
3. Penelitian berikutnya untuk menambah variabel lain untuk
penyempurnaan penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja seperti :
a. Gaya kepemimpinan
b. Motivasi
c. Peraturan Daerah tentang penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
4. Peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian keberhasilan instrumen
pengukuran indikator anggaran berbasis kinerja yaitu adanya target
kinerja, pengukuran kinerja, standar pelayanan minimal, analisis standar
belanja, dan standar harga.
237
DAFTAR PUSTAKA
Asmoko, Hindri, 2006, Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Pengendalian, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol 2 No 2, Jokjakarta.
BPKP, 2000, Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah, Jakarta
BPKP, 2005, Pedoman Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (Revisi), Jakarta
Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan R.I, 2008, Modul Pengelolaan Keuangan Negara, Jakarta
Erlina dan Mulyani, Sri, 2007, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, hal. 53, USU press, Medan
Indriantoro dan Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta.
Ikhsan, Arfan dan Ghozali, Imam, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi Dan Manajemen, PT. Madju Medan Cipta, Medan.
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, 2006, Manajemen Yang Berorientasi Peningkatan Kinerja Instansi Pemerintah, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Lubis, Ade Fatma, et.al, 2007, Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis, USU press, Medan.
Lubis, Ade Fatma dan Syahputra, Adi, 2008, Pedoman Penulisan Proposal Dan Tesis, Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU, Medan.
Lembaga Administrasi Negara, 2003, Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003, Jakarta
Lembaga Administrasi Negara, 2004, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, (Edisi Kedua) LAN RI, Jakarta
Mahmudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yokyakarta Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
238
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit ANDI Yokyakarta
Mayangsari, 2003, Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, Serta Mekanisme Corporate Governance Integritas Laporan Keuangan, Simposium Nasional Akuntansi VI, IAI, Surabaya.
Mawardi, Gusti, 2002, Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Ditinjau Dari Proses Dan
Pengalokasian, Jogjakarta.
Milani, Ken, 1975, ”The Relationship of participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitudes: A Field Study,” The Accounting Review, pp. 274-284
Munawar; Irianto, Gugus; Nurkhoilis, 2007, Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran Terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 08 No. 01, Jogjakarta.
Prihantono, Purwono, 2001, Pembangunan Daerah, Renstra dan Akuntabilitas (Pendekatan Public Sector Balanced Scorecard)
Suprasto, Bambang, H., 2006, Peluang dan Tantangan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja, Buletin Studi Ekonomi, Vol 11 Nomor 3, Denpasar.
Sadjiarto, Arja, 2000, Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintahan, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vo. 2 No. 2, Jokjakarta.
Suhartono, Ehrmann; Halim, Abdul, 2005, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah dengan Motivasi sebagai Variabel Pemoderasi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 06 No. 01, Jogjakarta.
Suhartono, Ehrmann; Solichin, Mochammad, 2007, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 08 No. 01, Jogjakarta.
Sugiono, 2008, Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D, Edisi Revisi, Cetakan ke 16, Alfabeta, Bandung.
Santoso, Singgih, 2000, SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta
239
Sugiyanto, 2004, Analisis Statistika Sosial, Bayumedia Publishing, Malang Jawa Timur
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung
Supramono dan Intiyas Utami, 2004, Desain Proposal Penelitian Akuntansi dan Keuangan, Andi, Yogyakarta.
Wahono, Romi Satria (2001), Pengantar Manajemen Organisasi, LIPI, Saitama University.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58, 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8, 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20, 2004, tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Repiblik Indonesia Nomor 65, 2005, tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13, 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6, 2007, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59, 2007, tentang Perubahan atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79, 2007, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17, 2003, tentang Keuangan Negara
Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 5, 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Karo.
240
Lampiran 1
Daftar Kuesioner
FAKTOR-FAKTOR YANG MEANGGARAN PENDAPATAN DAN KINERJA (STUDY EMKARO)
MPENGARUHI PENYUSUNAN BELANJA DAERAH BERBASIS
PIRIS PADA PEMERINTAH KABUPATEN
Bapak/Ibu/Saudara responden yang terhormat, kuesioner ini dimaksudkan untuk
penulisan karya akhir penelitian (tesis) pada Magister Ilmu Akuntansi Pemerintahan Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai faktor-faktor (SDM, komitmen,
penyempurnaan administrasi, sumber daya yang cukup dan reward serta punishment yang
mempengaruhi penyusunan APBD berbasis kinerja.
Dimohon untuk membaca pernyataan secara hati-hati dan memberikan jawaban
secara lengkap (tidak ada yang ditinggalkan);
Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pilihan anda, yang penting adalah
memlilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi;
Semua tanggapan Bapak/Ibu/Saudara akan dirahasiakan;
Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, telah berkenaan meluangkan waktu
untuk mengisi daftar pertanyaan ini.
241
I. Demografi Responden Nama Responden : (Lk / Pr)
Nama Instansi :
Umur Responden :
Jabatan/Eselon : Kepala Badan/Dinas/SKPD ( II /
III )
Kabid Perencanaan ( III
/ IV )
Lama Menduduki Jabatan : 1 – 5 tahun
terakhir 6 – 10 tahun
11 – 15 tahun
16 – 20 tahun
21 – 25 tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA/Sederajat
Diploma (D3)
Strata 1 (Sarjana)
Strata 2 (Master)
Strata 3 (Doktor)
Kursus/Diklat/Bintek di bidang tentang anggaran/penyusunan anggaran yang telah
Bapak/Ibu ikuti : Tidak Pernah
Jarang
Pernah
Sering
242
Sangat Sering
II. Daftar Pertanyaan
Terimakasih Bapak/Ibu, telah berkenaan meluangkan waktu untuk mengisi
daftar pertanyaan ini, dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas
pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih skor yang tersedia dengan TANDA
(X).
Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat
diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Jawaban dituangkan dalam bentuk
skala berupa angka antara 1 s.d. 5, dimana semakin besar angka menunjukkan
semakin setuju responden terhadap materi pertanyaan/masalah terkait.
Skor jawaban adalah sebagai berikut :
Skor 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor 2 = Tidak Setuju (TS)
Skor 3 = Netral (N)
Skor 4 = Setuju (S)
Skor 5 = Sangat Setuju (SS)
243
Sangat setuju <..…> Sangat tidak Setuju
5 4 3 2 1 1. Komitmen dari seluruh komponen organisasi
1. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mampu
menjabarkan tugas pokok dan fungsi instansinya.
2. Satuan kerja perangkat daerah/SKPD, telah memiliki dokumen perencanaan stratejik (Renstra) instansinya yang lebih operasional.
3. Penyusunan program dan kegiatan selama ini sudah mengakomodir tugas pokok dan fungsi SKPD.
4. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah melibatkan seluruh bawahannya untuk menjabarkan tugas pokok dan fungsi instansinya.
5. Dalam penyusunan anggaran program dan kegiatan pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah memahami anggaran berbasis kinerja sebagai acuan.
6. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD, telah mengimplementasikan secara konsekuen siklus manajemen (perencanaan, penganggaran, pengendalian/monitoring dan
244
evaluasi).
7. Selama ini pimpinan SKPD, telah melibatkan semua bawahannya untuk berpartisipasi menyusun dalam anggaran instansinya.
8. Pada umumnya pimpinan SKPD, telah memberi kesempatan kepada bawahannya untuk memberikan informasi yang dimilikinya sehingga pimpinan dapat memilih keputusan yang terbaik untuk mencapai tujuan instansinya.
9. Dalam penyusunan anggaran, komponen organisasi pada SKPD telah berdasarkan program/kegiatan tahunan, namun belum melakukan evaluasi capaian organisasi sehingga hampir tidak ada hal yang baru setiap penyusunan anggaran.
Sangat setuju <…>Sangat tidak Setuju
5 4 3 2 1
10. Sudah ada komitmen tertulis antara pimpinan SKPD dengan seluruh komponen pada SKPDnya untuk mencapai tujuan organisasi (visi, misi, tujuan dan sasaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsi).
11. Pimpinan dan seluruh komponen SKPD telah memiliki sistem target kinerja yang akan dicapai sesuai visi, misi dan tujuan SKPDnya.
2. Penyempurnaan system administrasi
1. Dokumen perencanaan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja SKPD), pada umumnya hanya berada pada pimpinan SKPD dan beberapa staf penyusun anggaran kegiatan.
2. Dokumen perencanaan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), Rencana stratejik, Rencana Kinerja (Renstra/Renja
245
SKPD) tersebut, telah dilengkapi dengan ukuran pencapaian kinerja program dan kegiatan.
3. Instrumen pengukuran kinerja seperti analisis standar belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga/satuan harga telah dimiliki semua SKPD.
4. Standar analisis belanja dan standar harga yang spesifik pada masing-masing SKPD sudah dimutakhirkan/revisi setiap tahun.
5. Pelaporan dan pertanggungjawaban kinerja SKPD telah menggambarkan pengukuran secara kuantitatif, dan telah dikaitkan dengan analisis standar belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga
6. Agar pencapaian kinerja satuan kerja perangkat daerah bermanfaat, pengukuran kinerja yang kuantitatif dan terukur secara berkala disempurnakan.
Sangat setuju <…>Sangat tidak
Setuju 5 4 3 2 1
3. Sumber daya yang cukup 1. Penyusunan anggaran program dan kegiatan selama ini sudah
berdasarkan telaahan sehingga mudah dilaksanakan.
2. Program dan kegiatan untuk memberhasilkan visi dan misi serta tujuan dan sasaran SKPD telah direvisi sesuai perkembangan tahunan.
3. Keberhasilan organisasi/SKPD, efisiensi dan optimalisasi sumber daya, evaluasi, dan pelaporan kinerja selama ini diukur dengan capaian realisasi anggaran.
4. Personil/sumber daya manusia pada SKPD sebaiknya setiap
246
ada kesempatan diikutsertakan dalam pembelajaran/pelatihan tentang anggaran berbasis kinerja.
5. Guna meningkatkan kualitas kinerja SKPD, personil yang menangani penyusunan anggaran diberi kesempatan prioritas untuk mendalami anggaran berbasis kinerja.
6. Untuk meningkatkan kinerja SKPD, penyusunan anggaran program dan kegiatan agar mengacu kepada penganggaran berbasis kinerja.
7. Selama ini sudah ada evaluasi capaian kinerja SKPD yang dikaitkan dengan capaian visi dan misi, tujuan dan sasaran serta tupoksi SKPD nya.
8. Sebaiknya ada monitoring dan evaluasi terhadap satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tupoksinya dikaitkan kesesuaian dengan visi dan misi SKPD.
9. Agar lebih selektif dalam mengalokasikan anggaran suatu program kegiatan, menentukan dasar alokasi anggarannya harus mempertimbangkan karakteristik indikator input setiap program/kegiatan.
Sangat setuju <…>Sangat tidak
Setuju 5 4 3 2 1 4. Penghargaan (reward) yang jelas 1. Untuk menjamin efektifitas capaian kinerja tupoksi SKPD
perlu adanya penghargaan/reward kepada seluruh komponen organisasi terutama kepala SKPD dan personil penyusun anggaran.
2. Dengan adanya reward yang adil kepada satuan kerja perangkat daerah yang berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan organisasinya.
247
3. Sehubungan dengan penghargaan dimaksud agar dijelaskan
berupa promosi jabatan atau penghargaan lainnya bagi satuan kerja perangkat daerah yang berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja.
5. Sanksi (punishment) yang tegas 1. Dengan hukuman (punishment) yang adil dan tegas kepada
satuan kerja perangkat daerah yang tidak berhasil menjadi motivasi melaksanakan tujuan organisasinya.
2. Sehubungan dengan hukuman yang tegas dimaksud agar dijelaskan berupa mutasi jabatan atau hukuman disiplin lainnya bagi satuan kerja perangkat daerah yang tidak berhasil mengembangkan anggaran berbasis kinerja.
3. Pimpinan satuan kerja perangkat daerah selaku penanggungjawab keberhasilan tujuan organisasinya, agar orang yang paling bertanggungjawab memberi motivasi kepada bawahannya.
6.APBD Berbasis Kinerja
1. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja agar mengacu
pada visi, misi, tujuan, sasaran, program dan kegiatan serta tupoksi-nya
Sangat setuju <…>Sangat tidak
Setuju 5 4 3 2 1
2. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja dimulai dari
Rencana Stratejik/Renstra dan Rencana Kinerja/Renja serta mengembangkan standar analisis belanja, standar pelayanan minimal dan standar harga yang spesifik pada SKPDnya.
3. Penyusunan anggaran SKPD berbasis kinerja menjadi
248
perpaduan perencanaan kinerja yang mengaitkan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
4. Seluruh komponen organisasi dalam SKPD membuat suatu
komitmen untuk mengembangkan penganggaran berbasis kinerja pada SKPDnya,
5. Pengembangan penganggaran berbasis kinerja dimaksud yaitu menyempurnakan standar analisis belanja, instrument kinerja lainnya dan standar biaya yang spesifik secara berkala, agar kinerja pengganggaran berbasis kinerja semakin baik,
6. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk adanya pemahaman yang sama bagi seluruh komponen organisasi tentang pengganggaran berbasis kinerja.
7. Pengembangan pengganggaran berbasis kinerja yang semakin baik, termasuk peningkatan kemampuan dan kompetensi seluruh komponen organisasi dalam memahami pengganggaran berbasis kinerja
249
LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA) Komiten seluruh komponen organisasi
No k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 k11 komitmen 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 3 4 5 4 3 4 3 4 4 5 4 3 3.91 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4.18 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 7 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3.64 8 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4.55 9 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4.18 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5.00 11 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3.82 12 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4.73 13 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4.91 14 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4.91 15 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3.82 16 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4.45 17 2 5 4 4 4 4 4 2 5 4 4 3.82 18 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4.45 19 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4.18 20 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4.18 21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 22 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4.18 23 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3.82 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 25 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4.36 26 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4.18 27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 29 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4.36 30 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4.36
250
31 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4.45 32 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4.45 33 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4.18 34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5.00 35 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4.36 36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5.00 37 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.18 38 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3.82 39 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.18 40 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4.55 41 3 4 4 5 5 4 5 3 4 4 5 4.18 42 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4.36 43 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3.82 44 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4.27 45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 46 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4.45 47 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4.18 48 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4.55 49 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4.55 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 51 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4.36 52 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4.36 53 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4.55 54 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3.82 55 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4.36 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 57 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4.73 58 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.18 59 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4.27 60 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4.27 61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 62 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4.64 63 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4.18 64 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4.64 65 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4.36 66 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00
251
67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 68 4 5 4 3 4 3 4 4 5 4 3 3.91 69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 70 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4.18
LANJUTAN LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA)
Penyempurnaan Sistem Administrasi No f1 f2 f3 f4 f5 f6 Penyempurnaan 1 4 4 5 4 4 3 4.00 2 3 4 3 4 3 3 3.33 3 4 4 4 4 4 4 4.00 4 4 4 4 4 4 4 4.00 5 3 4 3 4 3 3 3.33 6 4 4 4 4 4 4 4.00 7 3 3 3 3 3 3 3.00 8 3 3 3 3 3 3 3.00 9 4 4 4 4 4 4 4.00 10 3 3 3 3 3 3 3.00 11 4 5 4 5 4 5 4.50 12 4 4 4 4 4 4 4.00 13 4 4 4 3 4 4 3.83 14 3 3 3 4 3 3 3.17 15 3 3 3 3 3 3 3.00 16 3 4 3 4 3 3 3.33 17 4 4 4 4 4 4 4.00 18 3 3 4 3 3 4 3.33 19 4 4 4 3 4 4 3.83 20 4 4 4 4 4 4 4.00 21 3 3 3 4 3 3 3.17 22 4 5 4 5 3 5 4.33 23 4 4 4 3 4 4 3.83 24 3 4 3 4 3 3 3.33 25 4 5 4 5 4 5 4.50 26 3 3 3 4 3 3 3.17 27 3 3 3 3 3 3 3.00 28 3 4 5 3 3 5 3.83
252
29 4 4 4 3 3 3 3.50 30 3 3 4 3 3 4 3.33 31 4 5 4 5 3 5 4.33 32 3 3 3 4 3 3 3.17 33 3 3 4 3 3 4 3.33 34 4 4 4 3 4 4 3.83 35 5 5 5 5 5 5 5.00 36 4 4 4 3 4 4 3.83 37 3 3 3 4 3 3 3.17 38 4 4 4 4 4 4 4.00 39 4 4 4 4 4 4 4.00 40 3 4 4 4 3 3 3.50 41 4 3 4 5 3 4 3.83 42 5 3 4 3 5 5 4.17 43 4 4 4 4 4 4 4.00 44 3 3 3 4 3 3 3.17 45 3 3 3 4 3 3 3.17 46 3 3 3 4 3 3 3.17 47 4 4 4 4 4 4 4.00 48 4 3 4 4 3 4 3.67 49 4 4 4 4 4 4 4.00 50 4 3 4 4 3 4 3.67 51 3 3 3 4 3 3 3.17 52 3 3 3 4 3 3 3.17 53 4 3 4 4 3 4 3.67 54 4 3 3 3 4 4 3.50 55 4 3 3 3 4 4 3.50 56 4 4 4 4 4 4 4.00 57 4 4 4 4 4 4 4.00 58 5 5 5 5 5 5 5.00 59 3 3 3 3 3 3 3.00 60 4 3 3 3 4 4 3.50 61 3 3 3 3 3 3 3.00 62 3 3 3 3 3 3 3.00 63 5 5 5 5 5 5 5.00 64 4 3 3 3 4 4 3.50
253
65 3 3 3 4 3 3 3.17 66 4 4 5 4 4 3 4.00 67 3 4 3 4 3 3 3.33 68 4 4 4 4 4 4 4.00 69 4 4 4 4 4 4 4.00 70 3 4 3 4 3 3 3.33
LANJUTAN LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA)
Sumber Daya yang cukup
No s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 Sumber daya
yg cukup 1 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.20 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3.50 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 4 5 3 4 4 4 5 3 5 3 4 4.00 5 5 3 3 4 4 5 3 5 3 3 3.80 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 8 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 9 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 10 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 12 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 13 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 14 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 3.40 15 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 16 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 17 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 22 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 25 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4.30 26 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80
254
27 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 29 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 30 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4.00 31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 33 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 34 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 35 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 38 5 5 3 5 4 5 5 5 5 3 4.50 39 3 3 4 4 5 3 3 3 3 4 3.50 40 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 41 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4.10 42 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3.20 43 3 3 4 4 5 3 3 3 3 4 3.50 44 5 5 3 4 4 5 5 5 5 3 4.40 45 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.20 46 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.20 47 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3.50 48 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 49 5 3 4 4 4 5 3 5 3 4 4.00 50 5 3 3 4 4 5 3 5 3 3 3.80 51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 53 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 54 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 55 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 57 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 58 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.20 59 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 3.40 60 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50 61 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 62 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80
255
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4.00 66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.00 67 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 3.80 68 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4.20 69 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3.50 70 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3.50
LANJUTAN LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA)
Penghargaan (Reward) Yang Jelas No r1 r2 r3 penghargaan 1 4 4 4 4.00 2 4 3 3 3.33 3 3 4 4 3.67 4 4 4 4 4.00 5 4 4 4 4.00 6 3 3 3 3.00 7 3 3 3 3.00 8 4 3 3 3.33 9 4 4 4 4.00 10 3 4 4 3.67 11 4 4 4 4.00 12 3 4 4 3.67 13 4 3 3 3.33 14 4 5 3 4.00 15 3 4 4 3.67 16 4 4 5 4.33 17 4 4 5 4.33 18 4 4 4 4.00 19 4 4 4 4.00 20 5 5 5 5.00 21 3 3 3 3.00 22 4 4 5 4.33 23 3 3 3 3.00 24 3 3 3 3.00
256
25 5 5 5 5.00 26 4 4 5 4.33 27 4 3 3 3.33 28 4 4 4 4.00 29 4 3 3 3.33 30 4 5 3 4.00 31 5 5 5 5.00 32 3 3 3 3.00 33 4 4 5 4.33 34 4 3 3 3.33 35 4 4 5 4.33 36 3 3 3 3.00 37 3 3 3 3.00 38 5 5 5 5.00 39 4 4 4 4.00 40 3 3 4 3.33 41 3 4 3 3.33 42 5 5 3 4.33 43 4 4 4 4.00 44 3 3 3 3.00 45 3 3 3 3.00 46 3 3 3 3.00 47 4 4 4 4.00 48 3 4 3 3.33 49 4 4 4 4.00 50 3 4 3 3.33 51 3 3 3 3.00 52 3 3 3 3.00 53 3 4 3 3.33 54 4 4 3 3.67 55 4 4 3 3.67 56 4 4 4 4.00 57 4 4 4 4.00 58 5 5 5 5.00 59 3 3 3 3.00 60 4 4 3 3.67
257
61 3 3 3 3.00 62 3 3 3 3.00 63 5 5 5 5.00 64 4 4 3 3.67 65 3 3 3 3.00 66 4 4 4 4.00 67 4 3 3 3.33 68 3 4 4 3.67 69 4 4 4 4.00 70 4 4 4 4.00
LANJUTAN LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA) Hukuman/sanksi yang tegas
No i1 i2 i3 sanksi 1 4 4 4 4.00 2 4 4 4 4.00 3 4 5 5 4.67 4 4 4 4 4.00 5 4 5 4 4.33 6 4 4 4 4.00 7 4 4 3 3.67 8 4 5 3 4.00 9 4 4 4 4.00 10 4 5 4 4.33 11 4 5 4 4.33 12 4 5 4 4.33 13 4 5 4 4.33 14 4 5 4 4.33 15 4 4 3 3.67 16 4 5 4 4.33 17 4 5 4 4.33 18 4 4 4 4.00 19 4 4 4 4.00 20 4 4 4 4.00 21 4 3 3 3.33
258
22 4 5 4 4.33 23 4 4 4 4.00 24 4 4 3 3.67 25 5 5 4 4.67 26 4 5 4 4.33 27 4 4 3 3.67 28 4 4 4 4.00 29 4 4 4 4.00 30 4 4 4 4.00 31 4 5 5 4.67 32 4 4 3 3.67 33 4 4 4 4.00 34 4 5 4 4.33 35 5 5 4 4.67 36 4 5 4 4.33 37 4 4 3 3.67 38 4 4 4 4.00 39 4 4 4 4.00 40 4 4 4 4.00 41 4 4 4 4.00 42 4 5 4 4.33 43 4 4 4 4.00 44 4 4 3 3.67 45 4 4 3 3.67 46 4 4 3 3.67 47 4 4 4 4.00 48 4 5 4 4.33 49 4 5 4 4.33 50 4 4 4 4.00 51 4 4 3 3.67 52 4 5 3 4.00 53 4 5 4 4.33 54 4 4 3 3.67 55 4 5 3 4.00 56 4 4 4 4.00 57 4 5 4 4.33
259
58 5 5 4 4.67 59 4 4 3 3.67 60 4 4 4 4.00 61 3 4 4 3.67 62 4 4 4 4.00 63 5 5 4 4.67 64 4 5 4 4.33 65 4 4 3 3.67 66 4 4 4 4.00 67 4 4 4 4.00 68 4 5 5 4.67 69 4 4 4 4.00 70 4 5 4 4.33
LANJUTAN LAMPIRAN 2. DATA HASIL PENELITIAN (ANGKA) APBD Berbasis Kinerja
No a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 APBD 1 5 4 4 4 5 5 4 4.43 2 4 4 4 4 4 4 4 4.00 3 5 4 4 5 4 5 4 4.43 4 5 4 4 4 4 5 4 4.29 5 4 4 4 4 4 4 4 4.00 6 5 4 4 4 4 5 4 4.29 7 4 3 4 3 3 4 3 3.43 8 4 3 4 3 4 4 3 3.57 9 5 4 4 4 4 5 4 4.29 10 4 4 4 4 4 4 4 4.00 11 5 4 4 5 5 5 4 4.57 12 5 4 4 4 4 5 4 4.29 13 5 4 4 4 4 5 4 4.29 14 4 4 4 4 4 4 4 4.00 15 4 3 4 3 3 4 3 3.43 16 5 4 4 4 4 5 4 4.29 17 5 4 4 4 4 5 4 4.29 18 4 4 4 4 4 4 4 4.00 19 4 4 4 4 4 4 4 4.00
260
20 5 4 4 4 5 5 4 4.43 21 5 3 3 3 3 5 3 3.57 22 5 4 4 5 5 5 4 4.57 23 4 4 4 4 4 4 4 4.00 24 4 3 4 3 4 4 3 3.57 25 5 5 5 5 5 5 5 5.00 26 4 4 4 4 4 4 4 4.00 27 4 3 4 3 3 4 3 3.43 28 4 4 4 4 4 4 4 4.00 29 4 4 4 4 4 4 4 4.00 30 4 4 4 4 4 4 4 4.00 31 5 4 4 5 5 5 4 4.57 32 4 4 3 4 4 4 4 3.86 33 3 4 4 4 4 3 4 3.71 34 5 4 4 4 4 5 4 4.29 35 5 5 5 5 5 5 5 5.00 36 4 4 4 4 4 4 4 4.00 37 4 3 4 3 3 4 3 3.43 38 5 4 4 4 5 5 4 4.43 39 5 4 4 4 4 5 4 4.29 40 5 4 4 4 4 5 4 4.29 41 5 4 4 4 4 5 4 4.29 42 5 4 4 4 4 5 4 4.29 43 5 4 4 4 4 5 4 4.29 44 4 3 4 3 4 4 3 3.57 45 4 3 4 3 3 4 3 3.43 46 4 3 4 3 4 4 3 3.57 47 5 4 4 4 4 5 4 4.29 48 4 4 4 4 4 4 4 4.00 49 5 4 4 4 4 5 4 4.29 50 4 4 4 4 4 4 4 4.00 51 4 3 4 3 4 4 3 3.57 52 4 3 4 3 4 4 3 3.57 53 4 4 4 4 4 4 4 4.00 54 4 3 4 3 4 4 3 3.57 55 4 3 4 3 4 4 3 3.57
261
56 5 4 4 4 4 5 4 4.29 57 5 4 4 4 4 5 4 4.29 58 5 5 5 5 5 5 5 5.00 59 4 3 4 3 3 4 3 3.43 60 4 3 4 4 4 4 3 3.71 61 4 3 3 4 3 4 3 3.43 62 4 3 4 4 3 4 3 3.57 63 5 5 5 5 5 5 5 5.00 64 4 4 4 4 4 4 4 4.00 65 4 3 4 3 4 4 3 3.57 66 5 4 4 4 5 5 4 4.43 67 4 4 4 4 4 4 4 4.00 68 5 4 4 5 4 5 4 4.43 69 5 4 4 4 4 5 4 4.29 70 4 4 4 4 4 4 4 4.00
262
LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF
Frequencies
Statistics
70 70 70 70 70 70 700 0 0 0 0 0 0
4,26 4,31 4,16 4,30 4,24 4,20 4,23 44 4 4 4 4 4 4
,716 ,468 ,367 ,521 ,494 ,528 ,423 ,,513 ,219 ,134 ,271 ,245 ,278 ,179 ,
ValidMissing
N
MeanModeStd. DeviationVariance
Komitmen-1 Komitmen-2 Komitmen-3 Komitmen-4 Komitmen-5 Komitmen-6 Komitmen-7 Komitm
263
Frequency Table Komitmen-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tidak setuju 2 2,9 2,9 2,9cukup setuju 5 7,1 7,1 10,0setuju 36 51,4 51,4 61,4sangat setuju 27 38,6 38,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent setuju 48 68,6 68,6 68,6sangat setuju 22 31,4 31,4 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent setuju 59 84,3 84,3 84,3sangat setuju 11 15,7 15,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 2 2,9 2,9 2,9setuju 45 64,3 64,3 67,1sangat setuju 23 32,9 32,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 2 2,9 2,9 2,9setuju 49 70,0 70,0 72,9sangat setuju 19 27,1 27,1 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
264 Komitmen-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 4 5,7 5,7 5,7setuju 48 68,6 68,6 74,3sangat setuju 18 25,7 25,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent setuju 54 77,1 77,1 77,1sangat setuju 16 22,9 22,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tidak setuju 2 2,9 2,9 2,9cukup setuju 5 7,1 7,1 10,0setuju 36 51,4 51,4 61,4sangat setuju 27 38,6 38,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent setuju 48 68,6 68,6 68,6sangat setuju 22 31,4 31,4 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Komitmen-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent setuju 59 84,3 84,3 84,3sangat setuju 11 15,7 15,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
265 Komitmen-11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 2 2,9 2,9 2,9setuju 45 64,3 64,3 67,1sangat setuju 23 32,9 32,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Penyempurnaan Sistem
Administrasi-1
Penyempurnaan Sistem
Administrasi-2
Penyempurnaan Sistem
Administrasi-3
Penyempurnaan Sistem
Administrasi-4
Penyempurnaan Sistem
Administrasi-5
Penyempurnaan
Sistem Administrasi
-6 N Valid 70 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 0Mean 3,63 3,66 3,67 3,79 3,53 3,71Mode 4 4 4 4 3 4Std. Deviation ,594 ,657 ,631 ,635 ,607 ,684Variance ,353 ,431 ,398 ,403 ,369 ,468
Frequency Table Penyempurnaan Sistem Administrasi-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 30 42,9 42,9 42,9setuju 36 51,4 51,4 94,3sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penyempurnaan Sistem Administrasi-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 31 44,3 44,3 44,3setuju 32 45,7 45,7 90,0sangat setuju 7 10,0 10,0 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
266 Penyempurnaan Sistem Administrasi-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 29 41,4 41,4 41,4setuju 35 50,0 50,0 91,4sangat setuju 6 8,6 8,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penyempurnaan Sistem Administrasi-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 23 32,9 32,9 32,9setuju 39 55,7 55,7 88,6sangat setuju 8 11,4 11,4 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penyempurnaan Sistem Administrasi-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 37 52,9 52,9 52,9setuju 29 41,4 41,4 94,3sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penyempurnaan Sistem Administrasi-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 29 41,4 41,4 41,4setuju 32 45,7 45,7 87,1sangat setuju 9 12,9 12,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Frequencies
267
Statistics
70 70 70 70 70 70 70 70 70 700 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3,71 3,34 3,69 3,79 3,83 3,71 3,34 3,71 3,34 3,694 3 4 4 4 4 3 4 3 4
,617 ,535 ,603 ,587 ,701 ,617 ,535 ,617 ,535 ,603,381 ,287 ,364 ,345 ,492 ,381 ,287 ,381 ,287 ,364
ValidMissing
N
MeanModeStd. DeviationVariance
Sumber Dayayang Cukup-1
Sumber Dayayang Cukup-2
Sumber Dayayang Cukup-3
Sumber Dayayang Cukup-4
Sumber Dayayang Cukup-5
Sumber Dayayang Cukup-6
Sumber Dayayang Cukup-7
Sumber Dayayang Cukup-8
Sumber Dayayang Cukup-9
SumberDaya yangCukup-10
Frequency Table Sumber Daya yang Cukup-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 26 37,1 37,1 37,1 setuju 38 54,3 54,3 91,4 sangat setuju 6 8,6 8,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 48 68,6 68,6 68,6 setuju 20 28,6 28,6 97,1 sangat setuju 2 2,9 2,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 27 38,6 38,6 38,6 setuju 38 54,3 54,3 92,9 sangat setuju 5 7,1 7,1 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 21 30,0 30,0 30,0 setuju 43 61,4 61,4 91,4 sangat setuju 6 8,6 8,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 24 34,3 34,3 34,3 setuju 34 48,6 48,6 82,9 sangat setuju 12 17,1 17,1 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
141
Sumber Daya yang Cukup-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 26 37,1 37,1 37,1 setuju 38 54,3 54,3 91,4 sangat setuju 6 8,6 8,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 48 68,6 68,6 68,6 setuju 20 28,6 28,6 97,1 sangat setuju 2 2,9 2,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 26 37,1 37,1 37,1 setuju 38 54,3 54,3 91,4 sangat setuju 6 8,6 8,6 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 48 68,6 68,6 68,6 setuju 20 28,6 28,6 97,1 sangat setuju 2 2,9 2,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sumber Daya yang Cukup-10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 27 38,6 38,6 38,6 setuju 38 54,3 54,3 92,9 sangat setuju 5 7,1 7,1 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Frequencies Statistics
Pengharga
an-1 Pengharga
an-2 Pengharga
an-3 Valid 70 70 70N Missing 0 0 0
Mean 3,71 3,77 3,67Mode 4 4 3Std. Deviation ,640 ,663 ,756Variance ,410 ,440 ,572
Frequency Table Penghargaan-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 27 38,6 38,6 38,6 setuju 36 51,4 51,4 90,0 sangat setuju 7 10,0 10,0 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penghargaan-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 25 35,7 35,7 35,7 setuju 36 51,4 51,4 87,1 sangat setuju 9 12,9 12,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Penghargaan-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 35 50,0 50,0 50,0 setuju 23 32,9 32,9 82,9 sangat setuju 12 17,1 17,1 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Frequencies Statistics Sanksi-1 Sanksi-2 Sanksi-3
Valid 70 70 70N Missing 0 0 0
Mean 4,04 4,40 3,80Mode 4 4 4Std. Deviation ,266 ,522 ,499Variance ,071 ,272 ,249
Frequency Table Sanksi-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 1 1,4 1,4 1,4 setuju 65 92,9 92,9 94,3 sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sanksi-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 1 1,4 1,4 1,4 setuju 40 57,1 57,1 58,6 sangat setuju 29 41,4 41,4 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Sanksi-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 17 24,3 24,3 24,3 setuju 50 71,4 71,4 95,7 sangat setuju 3 4,3 4,3 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Frequencies Statistics
Apbd Berbasis Kinerja-1
Apbd Berbasis Kinerja-2
Apbd Berbasis Kinerja-3
Apbd Berbasis Kinerja-4
Apbd Berbasis Kinerja-5
Apbd Berbasis Kinerja-6
ApbdBerbasKinerja
N Valid 70 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 0Mean 4,44 3,79 4,01 3,90 4,03 4,44 3Mode 4 4 4 4 4 4Std. Deviation ,528 ,535 ,318 ,593 ,538 ,528 ,5Variance ,279 ,287 ,101 ,352 ,289 ,279 ,2
Frequency Table Apbd Berbasis Kinerja-1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 1 1,4 1,4 1,4 setuju 37 52,9 52,9 54,3 sangat setuju 32 45,7 45,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Apbd Berbasis Kinerja-2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 19 27,1 27,1 27,1 setuju 47 67,1 67,1 94,3 sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Apbd Berbasis Kinerja-3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 3 4,3 4,3 4,3 setuju 63 90,0 90,0 94,3 sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
Apbd Berbasis Kinerja-4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 16 22,9 22,9 22,9 setuju 45 64,3 64,3 87,1 sangat setuju 9 12,9 12,9 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Apbd Berbasis Kinerja-5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 9 12,9 12,9 12,9 setuju 50 71,4 71,4 84,3 sangat setuju 11 15,7 15,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Apbd Berbasis Kinerja-6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 1 1,4 1,4 1,4 setuju 37 52,9 52,9 54,3 sangat setuju 32 45,7 45,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0 Apbd Berbasis Kinerja-7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup setuju 19 27,1 27,1 27,1 setuju 47 67,1 67,1 94,3 sangat setuju 4 5,7 5,7 100,0
Valid
Total 70 100,0 100,0
LAMPIRAN 4. HASIL UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,863 11 Item Statistics Mean Std. Deviation N Komitmen-1 4,13 ,819 30Komitmen-2 4,33 ,479 30Komitmen-3 4,13 ,346 30Komitmen-4 4,23 ,504 30Komitmen-5 4,20 ,484 30Komitmen-6 4,13 ,507 30Komitmen-7 4,20 ,407 30Komitmen-8 4,13 ,819 30Komitmen-9 4,33 ,479 30Komitmen-10 4,13 ,346 30Komitmen-11 4,23 ,504 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Komitmen-1 42,07 11,099 ,565 ,857 Komitmen-2 41,87 13,085 ,444 ,858 Komitmen-3 42,07 13,030 ,683 ,848 Komitmen-4 41,97 12,033 ,734 ,838 Komitmen-5 42,00 12,276 ,691 ,842 Komitmen-6 42,07 13,168 ,388 ,862 Komitmen-7 42,00 12,966 ,588 ,850 Komitmen-8 42,07 11,099 ,565 ,857 Komitmen-9 41,87 13,085 ,444 ,858 Komitmen-10 42,07 13,030 ,683 ,848 Komitmen-11 41,97 12,033 ,734 ,838
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 46,20 14,855 3,854 11
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,869 6
Item Statistics Mean Std. Deviation N Penyempurnaan Sistem Administrasi-1 3,50 ,509 30
Penyempurnaan Sistem Administrasi-2 3,77 ,626 30
Penyempurnaan Sistem Administrasi-3 3,67 ,606 30
Penyempurnaan Sistem Administrasi-4 3,70 ,651 30
Penyempurnaan Sistem Administrasi-5 3,43 ,504 30
Penyempurnaan Sistem Administrasi-6 3,67 ,711 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Penyempurnaan Sistem Administrasi-1 18,23 5,771 ,804 ,829
Penyempurnaan Sistem Administrasi-2 17,97 5,275 ,810 ,821
Penyempurnaan Sistem Administrasi-3 18,07 5,789 ,630 ,854
Penyempurnaan Sistem Administrasi-4 18,03 6,171 ,433 ,890
Penyempurnaan Sistem Administrasi-5 18,30 6,010 ,700 ,845
Penyempurnaan Sistem Administrasi-6 18,07 5,168 ,718 ,840
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 21,73 7,995 2,828 6
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,885 10 Item Statistics Mean Std. Deviation N Sumber Daya yang Cukup-1 3,70 ,596 30
Sumber Daya yang Cukup-2 3,30 ,466 30
Sumber Daya yang Cukup-3 3,70 ,596 30
Sumber Daya yang Cukup-4 3,77 ,626 30
Sumber Daya yang Cukup-5 3,73 ,691 30
Sumber Daya yang Cukup-6 3,70 ,596 30
Sumber Daya yang Cukup-7 3,30 ,466 30
Sumber Daya yang Cukup-8 3,70 ,596 30
Sumber Daya yang Cukup-9 3,30 ,466 30
Sumber Daya yang Cukup-10 3,70 ,596 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Sumber Daya yang Cukup-1 32,20 12,855 ,707 ,867
Sumber Daya yang Cukup-2 32,60 13,903 ,607 ,876
Sumber Daya yang Cukup-3 32,20 13,476 ,549 ,879
Sumber Daya yang Cukup-4 32,13 12,809 ,676 ,870
Sumber Daya yang Cukup-5 32,17 13,109 ,528 ,883
Sumber Daya yang Cukup-6 32,20 12,855 ,707 ,867
Sumber Daya yang Cukup-7 32,60 13,903 ,607 ,876
Sumber Daya yang Cukup-8 32,20 12,855 ,707 ,867
Sumber Daya yang Cukup-9 32,60 13,903 ,607 ,876
Sumber Daya yang Cukup-10 32,20 13,476 ,549 ,879
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 35,90 16,231 4,029 10
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,760 3 Item Statistics Mean Std. Deviation N Penghargaan-1 3,77 ,568 30Penghargaan-2 3,80 ,664 30Penghargaan-3 3,80 ,761 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Penghargaan-1 7,60 1,628 ,533 ,746 Penghargaan-2 7,57 1,289 ,658 ,599 Penghargaan-3 7,57 1,151 ,608 ,671
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 11,37 2,723 1,650 3
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,549 3 Item Statistics Mean Std. Deviation N
Sanksi-1 3,80 ,407 30Sanksi-2 4,03 ,320 30Sanksi-3 4,43 ,504 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Sanksi-1 8,47 ,464 ,348 ,465Sanksi-2 8,23 ,530 ,410 ,416Sanksi-3 7,83 ,351 ,366 ,472
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 12,27 ,823 ,907 3
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid 30 100,0 Excluded (a) 0 ,0 Total 30 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,888 7 Item Statistics Mean Std. Deviation N Apbd Berbasis Kinerja-1 4,47 ,507 30Apbd Berbasis Kinerja-2 3,83 ,461 30Apbd Berbasis Kinerja-3 4,00 ,263 30Apbd Berbasis Kinerja-4 3,93 ,583 30Apbd Berbasis Kinerja-5 4,03 ,556 30Apbd Berbasis Kinerja-6 4,47 ,507 30
Apbd Berbasis Kinerja-7 3,83 ,461 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Apbd Berbasis Kinerja-1 24,10 5,334 ,577 ,885 Apbd Berbasis Kinerja-2 24,73 5,030 ,822 ,855 Apbd Berbasis Kinerja-3 24,57 6,323 ,418 ,898 Apbd Berbasis Kinerja-4 24,63 4,516 ,842 ,850 Apbd Berbasis Kinerja-5 24,53 4,809 ,748 ,863 Apbd Berbasis Kinerja-6 24,10 5,334 ,577 ,885 Apbd Berbasis Kinerja-7 24,73 5,030 ,822 ,855
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 28,57 6,944 2,635 7
LAMPIRAN 5. HASIL ANALISIS REGRESI
Regression Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Apbd Berbasis Kinerja 4,0571 ,41375 70Komitmen 4,2481 ,31829 70Penyempurnaan Sistem Administrasi 3,6643 ,50400 70
Sumber Daya yang Cukup 3,6157 ,41095 70
Penghargaan 3,7190 ,59692 70Sanksi 4,0810 ,31308 70
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Sanksi, Sumber Daya yang Cukup, Komitmen, Penghargaan, Penyempurnaan Sistem Administrasi(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,946(a) ,894 ,886 ,13965 1,805 a Predictors: (Constant), Sanksi, Sumber Daya yang Cukup, Komitmen, Penghargaan, Penyempurnaan Sistem Administrasi b Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Correlations
1,000 ,042 ,907 ,276 ,734 ,779,042 1,000 -,093 -,126 -,088 ,320
,907 -,093 1,000 ,202 ,661 ,665
,276 -,126 ,202 1,000 ,430 ,189
,734 -,088 ,661 ,430 1,000 ,606,779 ,320 ,665 ,189 ,606 1,000
. ,364 ,000 ,010 ,000 ,000,364 . ,221 ,149 ,235 ,003
,000 ,221 . ,047 ,000 ,000
,010 ,149 ,047 . ,000 ,059
,000 ,235 ,000 ,000 . ,000,000 ,003 ,000 ,059 ,000 .
70 70 70 70 70 7070 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 7070 70 70 70 70 70
Apbd Berbasis KinerjaKomitmenPenyempurnaanSistem AdministrasiSumber Daya yangCukupPenghargaanSanksiApbd Berbasis KinerjaKomitmenPenyempurnaanSistem AdministrasiSumber Daya yangCukupPenghargaanSanksiApbd Berbasis KinerjaKomitmenPenyempurnaanSistem AdministrasiSumber Daya yangCukupPenghargaanSanksi
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
ApbdBerbasisKinerja Komitmen
Penyempurnaan SistemAdministrasi
Sumber Dayayang Cukup Penghargaan Sanksi
Coefficientsa
,045 ,315 ,144 ,886 -,583 ,674,060 ,064 ,046 ,938 ,352 -,068 ,187 ,686 1,458
,533 ,053 ,649 10,109 ,000 ,428 ,638 ,400 2,498
,043 ,046 ,043 ,938 ,352 -,049 ,135 ,794 1,259
,102 ,044 ,147 2,344 ,022 ,015 ,189 ,417 2,396,311 ,090 ,235 3,453 ,001 ,131 ,491 ,356 2,812
(Constant)KomitmenPenyempurnaanSistem AdministrasiSumber Daya yangCukupPenghargaanSanksi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval for B
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerjaa.
Collinearity Diagnosticsa
5,957 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00,021 16,696 ,02 ,05 ,06 ,00 ,19 ,00,012 22,547 ,00 ,02 ,13 ,55 ,03 ,01,006 31,163 ,00 ,07 ,45 ,21 ,64 ,00,002 54,059 ,96 ,23 ,01 ,23 ,07 ,12,002 62,483 ,02 ,63 ,35 ,01 ,07 ,87
Dimension123456
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) Komitmen
Penyempurnaan SistemAdministrasi
Sumber Dayayang Cukup Penghargaan Sanksi
Variance Proportions
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerjaa.
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Regression 10,564 5 2,113 108,341 ,000(a)Residual 1,248 64 ,020
1
Total 11,812 69 a Predictors: (Constant), Sanksi, Sumber Daya yang Cukup, Komitmen, Penghargaan, Penyempurnaan Sistem Administrasi b Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja Residuals Statistics(a) Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 3,4377 5,0947 4,0571 ,39128 70Std. Predicted Value -1,583 2,652 ,000 1,000 70Standard Error of Predicted Value ,019 ,069 ,040 ,010 70
Adjusted Predicted Value 3,4258 5,1077 4,0563 ,39190 70Residual -,36956 ,35499 ,00000 ,13449 70Std. Residual -2,646 2,542 ,000 ,963 70Stud. Residual -2,674 2,604 ,003 ,999 70Deleted Residual -,37745 ,37263 ,00080 ,14493 70Stud. Deleted Residual -2,815 2,733 ,004 1,016 70Mahal. Distance ,263 15,765 4,929 3,111 70Cook's Distance ,000 ,062 ,013 ,017 70Centered Leverage Value ,004 ,228 ,071 ,045 70
a Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Charts
Regression Standardized Residual3210-1-2-3
Freq
uenc
y
15
10
5
0
Histogram
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Mean =1.24E-15�Std. Dev. =0.963�
N =70
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
Regression Studentized Residual3210-1-2-3
Reg
ress
ion
Stan
dard
ized
Pre
dict
ed
Valu
e
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Apbd Berbasis Kinerja
LAMPIRAN 6. WAKTU PENELITIAN
April Mei Juni Juli Agustus
No Uraian Kegiatan I II III IV II III IV II III IV II III IV I
I
Penyusunan Proposal
Kolokium
Pengumpulan data
Pengolahan data
Penyusunan laporan penelitian
Seminar Hasil
Perbaikan seminar hasil
Ujian Tesis