finite rigid ta

28
IDENTIFIKASI FINITE DAN RIGID UNIFORMITY TERHADAP PSAK 1994 Oleh Mohamad Mahsun , SE, M.Si, Ak. Penetapan suatu standar akuntansi oleh institusi yang berwenang bisa mempengaruhi banyak aspek. Banyak sekali faktor-faktor yang harus dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh dari teori dan tetap memperhitungkan konsekuensi ekonomi. Penurunan standar dari suatu postulat harus mempertimbangkan kendala- kendala para pengguna laporan keuangan agar informasi akuntansi bermanfaat secara optimal. Kendala-kendala tersebut antara lain faktor materiality, consistency, uniformity, comparability, dan timeliness. Tulisan ini mencoba mengidentifikasi PSAK 1994 (edisi revisi per Juni 1999) yang sudah ditetapkan IAI terutama dalam mempertimbangkan faktor uniformity (keseragaman). Dalam hal ini perlu kiranya diidentifikasi apakah standar dirumuskan sebagai finite uniformity, rigid uniformity atau mungkin fleksibilitas. Jika perumusan suatu standar memperhitungkan faktor finite dan rigid uniformity secara tepat akan mampu meningkatkan tingkat komparabilitas laporan keuangan. Sebetulnya tujuan konsep 1

Upload: wild-robert

Post on 27-Jun-2015

338 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Finite Rigid Ta

IDENTIFIKASI FINITE DAN RIGID UNIFORMITY TERHADAP PSAK 1994Oleh

Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak.

Penetapan suatu standar akuntansi oleh institusi yang berwenang bisa

mempengaruhi banyak aspek. Banyak sekali faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh dari teori dan tetap

memperhitungkan konsekuensi ekonomi. Penurunan standar dari suatu postulat harus

mempertimbangkan kendala-kendala para pengguna laporan keuangan agar informasi

akuntansi bermanfaat secara optimal. Kendala-kendala tersebut antara lain faktor

materiality, consistency, uniformity, comparability, dan timeliness.

Tulisan ini mencoba mengidentifikasi PSAK 1994 (edisi revisi per Juni 1999)

yang sudah ditetapkan IAI terutama dalam mempertimbangkan faktor uniformity

(keseragaman). Dalam hal ini perlu kiranya diidentifikasi apakah standar dirumuskan

sebagai finite uniformity, rigid uniformity atau mungkin fleksibilitas. Jika perumusan

suatu standar memperhitungkan faktor finite dan rigid uniformity secara tepat akan

mampu meningkatkan tingkat komparabilitas laporan keuangan. Sebetulnya tujuan

konsep uniformity sendiri adalah komparabilitas, bukan suatu keseragaman yang

kaku. Dalam arti, penetapan keseragaman penyajian dengan menggunakan prosedur

akuntansi, konsep pengukuran, klasifikasi, metode pengungkapan, dan format dasar

yang seragam lebih ditujukan untuk menambah daya banding laporan keuangan.

ARTI PENTING KONSEP UNIFORMITY

Para pengguna laporan keuangan terutama yang mengandalkan perbandingan

aspek-aspek khusus perusahaan daripada sekedar mengevaluasi perusahaan secara

menyeluruh sangat membutuhkan standar yang menetapkan keseragaman ini.

Misalnya pada saat pengguna (kreditur) mempertimbangkan risiko dari beberapa

1

Page 2: Finite Rigid Ta

perusahaan, seperti current ratio atau debt equity ratio, maka mereka memerlukan

ratio yang dapat dibandingkan berdasarkan informasi yang diolah dengan prosedur

yang uniform. Prosedur dan praktek yang beragam akan menimbulkan kesulitan

ketika para pengguna berniat melakukan perbandingan. Konsep uniformity ini juga

bisa mengurangi kebebasan manajemen dalam memilih metode-metode tertentu untuk

memenuhi kepentingannya yang dapat mengakibatkan laporan keuangan bias karena

manipulasi informasi.

Namun demikian, konsep uniformity dapat juga berdampak pada terhambatnya

kemajuan dan perubahan-perubahan yang diperlukan terutama apabila standar

diseragamkan secara kaku. Kritik lain terhadap konsep uniformity ini mengatakan

bahwa uniformity merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi dan kebebasan

manajemen. Hal ini menjadi permasalahan sendiri, yaitu seberapa jauh suatu

keseragaman diperlukan. Komparabilitas menjadi bahan pertimbangan utama dalam

menerapkan konsep uniformity ini. Selain itu perlakuan ke dalam klasifikasi finite dan

rigid uniformity perlu diperhitungkan untuk menjawab pertanyaan di atas.

KEBUTUHAN UNTUK KOMPARABILITAS SEMAKIN MELUAS

Seperti ditegaskan di atas, hakikat dari konsep uniformity pada dasarnya

adalah untuk mencapai tingkat komparabilitas yang tinggi. Sejalan dengan arus

globalisasi, kebutuhan akan komparabilitas ini tidak hanya dirasakan oleh para pelaku

ekonomi lokal atau nasional. Kebutuhan untuk komparabilitas ini semakin meluas

sampai pada para pelaku perusahaan multinasional. Mereka melakukan penilaian

terhadap perusahaan induk dan berbagai perusahaan anak yang tersebar di beberapa

negara. Hal ini menuntut ditetapkannya rumusan standar akuntansi yang uniform

dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang relevan.

2

Page 3: Finite Rigid Ta

Beresford (1994,hal.65) menyatakan bahwa diperlukan standar akuntansi

nasional yang komparabel oleh beberapa perusahaan multinasional sebagai bahan

untuk penilaian faktor ekonomi internal dan tingkat efektifitas perusahaan. Standar

akuntansi nasional yang tidak komparabel sangat menyulitkan perusahaan

multinasional terutama dalam memenuhi persyaratan pendaftaran surat berharga

nasional, melakukan pelatihan untuk para pegawai dan juga dalam menyesuaikan

catatan akuntansi perusahaan anak terhadap perusahaan induk. Kondisi di atas

menunjukkan dengan jelas bahwa banyak pihak yang semakin menuntut adanya

perlakuan yang seragam terhadap keadaan yang sama atau serupa. Menghadapi

permasalahan ini, institusi perumus standar akuntansi sudah selayaknya bersikap

obyektif dan memperhitungkan aspek global sebelum suatu kebijakan ditetapkan.

Standar yang uniform dalam skala nasional hanya dapat dimanfaatkan oleh sebagian

pengguna saja.

KENDALA DAN STRATEGI ALTERNATIF DALAM PENERAPAN KONSEP

KOMPARABILITAS

Penerapan standar yang menetapkan perlakuan yang seragam terhadap

keaadan yang sama atau serupa tidak mudah. Penyeragaman secara kaku justru bisa

membuat substansinya bias dan tidak cocok untuk dibandingkan. Identifikasi terhadap

keadaan yang akan diseragamkan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat.

Pada dasarnya penerapan standar yang uniform ini memang tidak bisa

dilakukan dengan serta merta. Diperlukan suatu proses secara bertahap dan

pengevaluasian di lapangan untuk mengetahui efektifitas standar. Strategi yang

dilakukan the International Accounting Standards Committee (IASC) mungkin bisa

dijadikan masukan dalam upaya mengefektifkan penerapan konsep komparabilitas

3

Page 4: Finite Rigid Ta

dari standar akuntansi nasional. Komite ini menerapkan comparibility project dalam

International Accounting Standards (IAS) secara bertahap. Beragamnya perlakuan

akuntansi yang ada menuntut suatu evolusi untuk tercapainya comparibility project

ini.

Menurut Purvis et al (1994,hal.761) terdapat tiga strategi utama agar bisa

mengurangi kendala dalam penerapan konsep komparabilitas yang ditetapkan IAS.

Pertama, menjalin kerjasama yang baik dengan para pengguna (negara anggota) untuk

memperkenalkan manfaat keseragaman. Kedua, keseragaman yang bersifat

kedaerahan atau lokal harus diminimumkan dengan usaha keras. Ketiga, IASC harus

menyiapkan faktor pendanaan yang cukup untuk bisa mencapai tujuan tersebut.

Dalam mengidendifikasi kendala dan strategi penerapan konsep komparabilitas

standar akuntansi nasional kemungkinan tidak jauh berbeda dengan apa yang tengah

dihadapi IAS. Hal ini terutama jika standar akuntansi nasional dirumuskan dengan

mengacu pada IAS.

MEMPERTIMBANGKAN RELEVANCE CIRCUMSTANCES SEBAGAI

DASAR UNIFORMITY

Menurut Tearney (2001,hal.291) relevance circumstances merupakan keadaan

yang penting secara ekonomi yang dapat mempengaruhi secara luas kejadian-kejadian

yang mirip atau serupa. Keadaan yang dimaksud adalah kondisi umum atau faktor

yang berkaitan dengan kejadian kompleks yang diharapkan mempengaruhi timing dari

arus kas. Keadaan tersebut mungkin bisa diketahui pada saat kejadian (present

magnitudes) atau setelah kejadian (future contingencies). Institusi perumus standar

seharusnya mengidentifikasi faktor relevance circumstances secara tepat agar standar

yang dirumuskan tidak kaku.

4

Page 5: Finite Rigid Ta

Konsep finite uniformity berusaha menyamakan metode akuntansi yang

ditentukan dengan relevance circumstances yang ada dalam situasi serupa secara

umum. Konsep rigid uniformity berusaha menentukan satu metode untuk transaksi

yang pada umumnya serupa meskipun terdapat relevance circumstances. Sementara

fleksibilitas diterapkan pada situasi tidak ada relevance circumstances tetapi terdapat

lebih dari satu kemungkinan metode akuntansi yang bisa dipilih.

PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI

Konsep finite dan rigid uniformity di atas semestinya digunakan sebagai dasar

perumusan SAK. Jika relevance circumstances dapat diukur dan diimplementasikan

dengan biaya yang murah seharusnya diterapkan finite uniformity. Jika terdapat

kejadian sederhana ataupun kompleks dan finite uniformity tidak dapat diterapkan

atau biayanya mahal seharusnya diterapkan rigid uniformity. Standar yang ditetapkan

harus bisa mengurangi tingkat fleksibilitas yang ada.

Konsep di atas adalah tinjauan dari segi normatif. Pada dasarnya hal ini

merupakan tugas berat institusi perumus standar untuk bisa patuh terhadap sisi

normatif tersebut karena banyak pertimbangan lain terutama konsekuensi sosial

ekonomi. Institusi perumus di AS sendiri terbukti tidak bisa sistematis dalam

menerapkan konsep uniformity ini. Hal ini bisa dilihat dalam SFAS No.13 tentang

pengkapitalisasian lease, APB Opinion No.16 tentang purchase vs pooling, ARB 51,

APB Opinion No.18, SFAS No.94 tentang pemilihan antara full consolidation, equity,

metode cost atas saham biasa dari perusahaan yang dipegang untuk tujuan

pengendalian, SFAS No.2 tentang biaya riset dan pengembangan, dan juga APB

Opinion No.29 tentang perolehan aktiva dari donasi. Menurut konsep uniformity, jika

ada relevance circumstances maka keadaan tersebut diperlakukan finite uniformity

5

Page 6: Finite Rigid Ta

dan jika tidak ada relevance circumstances akan diperlakukan rigid uniformity. SFAS

No.2 memperlakukan biaya riset dan pengembangan sebagai rigid uniformity

meskipun terdapat kriteria relevance circumstances dengan alasan mengantisipasi

earning management. APB Opinion No.16 tentang purchase vs pooling menetapkan

finite uniformity meskipun tidak terdapat kriteria relevance circumstances.

TINJAUAN KONSEP UNIFORMITY ATAS PSAK 1994

IAI telah mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk merumuskan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK). Dalam perumusan standar ini IAI menggunakan IAS

sebagai acuan dengan mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha yang ada

di Indonesia. Dalam edisi revisi SAK per 1 Juni 1999 IAI telah berhasil merumuskan

55 PSAK dan mengembangkan 4 IPSAK.

Berikut akan diidentifikasi masing-masing PSAK dalam menerapkan konsep

finite dan rigid uniformity. Identifikasi ini lebih dimaksudkan untuk menganalisis

deviasi yang terjadi terhadap teori yang berkembang serta alasan institusi perumus

(IAI) menetapkan standar yang mungkin menyimpang dari konsep. Identifikasi setiap

pernyataan dilakukan dengan menganalisis item-item berikut: A.Jenis PSAK,

B.Topik, C.Terdapat kriteria relevance circumstances, D.Standar yang ditetapkan,

E.Perlakuan menurut teori, F.Keterangan.

1. A.PSAK No.1, B.Penyajian Laporan Keuangan, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Pengukuran unsur laporan keuangan menggunakan

sejumlah dasar pengukuran yang berbeda dalam derajat dan kombinasi yang

berbeda. Hal ini menunjukkan keseragaman namun dalam batasan tertentu.

2. A.PSAK No.2, B.Laporan Arus Kas, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E.Rigid

Uniformity, F.Standar pelaporan kas dari aktivitas operasi memberikan

6

Page 7: Finite Rigid Ta

kelonggaran manajemen untuk memilih menggunakan metode langsung atau

tidak langsung.

3. A.PSAK No.3, B.Laporan Keuangan Interim, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E.

Rigid Uniformity, F.Standar metode khusus dalam penggolongan aktiva

diseragamkan secara kaku untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi.

4. A.PSAK No.4, B.Laporan Keuangan Konsolidasi, C.Tidak, D.Rigid

Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Induk perusahaan yang memenuhi kriteria

konsolidasi tidak boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa

konsolidasi) untuk tujuan pelaporan keuangan.

5. A.PSAK No.5, B.Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen, C.Ya,

D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk tujuan pelaporan, segmen

industri dan geografis dapat ditentukan dengan berbagai cara. Standar tidak

menetapkan satu cara yang seragam secara kaku.

6. A.PSAK No.6, B.Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan Dalam Tahap

Pengembangan, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Biaya

dikapitalisasi dibatasi pada biaya-biaya yang memiliki manfaat di masa depan

antara lain meliputi beban pendirian perusahaan. Jika tidak memenuhi kriteria

tersebut biaya dibukukan sebagai beban pada periode berjalan.

7. A.PSAK No.7, B.Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan

Istimewa, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Jika terjadi

transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perusahaan

pelapor harus mengungkapkan hakekat hubungan istimewa, jenis dan unsur

yang diperlukan untuk pemahaman laporan keuangan.

8. A.PSAK No.8, B.Kontijensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, C.Ya,

D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar masih belum menetapkan

7

Page 8: Finite Rigid Ta

secara seragam metode estimasi mengenai dampak keuangan baik berupa

keuntungan maupun kerugian.

9. A.PSAK No.9, B.Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek,

E.Telah diganti oleh PSAK No.1 (revisi 1998) Penyajian Laporan Keuangan.

10. A.PSAK No.10, B.Transaksi Dalam Mata Uang Asing, C.Ya, D.Rigid

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk memasukkan transaksi dalam valuta

asing pada laporan keuangan standar mengharuskan untuk menyatakan dalam

mata uang pelaporan perusahaan, yaitu mata uang yang digunakan dalam

menyajikan laporan keuangan

11. A.PSAK No.11, B.Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing,

C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk memasukkan kegiatan

usaha luar negeri pada laporan keuangan standar mengharuskan untuk

menjabarkan kegiatan usaha tersebut ke dalam mata uang pelaporan

perusahaan.

12. A.PSAK No.12, B.Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi Dalam

Pengendalian, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Standar

mengharuskan venturer mengungkapkan jumlah agregat dari kontijensi yang

timbul akibat bagian partisipasi venturer pada joint ventures dan jika venturer

ikut bertanggungjawab atas kontijensi disajikan terpisah dari kontijensi lainnya

dari venturer.

13. A.PSAK No.13, B.Akuntansi Untuk Investasi, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E.

Rigid Uniformity, F.Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus

dicatat pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar. Sementara standar

memberikan fleksibilitas perusahaan dalam menentukan biaya berdasarkan

FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO.

8

Page 9: Finite Rigid Ta

14. A.PSAK No.14, B.Persediaan, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E. Rigid Uniformity,

F.Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana

yang lebih rendah. Biaya persediaan bisa dihitung dengan menggunakan rumus

FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO.

15. A.PSAK No.15, B.Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi,

C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Jika investor mempunyai

pengaruh signifikan (20% atau lebih hak suara) maka investasi pada investee

dicatat dengan metode ekuitas, dan jika investor tidak mempunyai pengaruh

signifikan (kurang dari 20% hak suara) maka investasi pada investee dicatat

dengan metode biaya.

16. A.PSAK No.16, B.Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-Lain, C.Tidak,

D.Fleksibilitas, E. Rigid Uniformity, F.Standar memberikan fleksibilitas

perusahaan untuk memilih metode penyusutan aktiva tetap dengan syarat harus

mencerminkan pola pemanfaatan ekonomi aktiva oleh perusahaan.

17. A.PSAK No.17, B.Akuntansi Penyusutan, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E. Rigid

Uniformity, F.Metode penyusutan aktiva menurut standar dapat diklasifikasi

antara lain metode garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, jam jasa,

jumlah unit produksi, berdasarkan jenis dan kelompok, anuitas dan sistem

persediaan. Dalam hal ini perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah

satu metode yang sesuai dengan kondisi perusahaannya.

18. A.PSAK No.18, B.Akuntansi Dana Pensiun, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E.

Rigid Uniformity, F.Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan

perubahan aktiva bersih investasi dana pensiun harus dinilai dengan nilai wajar

(fair value).

19. A.PSAK No.19, B.Aktiva Tak Berwujud, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E.

9

Page 10: Finite Rigid Ta

Rigid Uniformity, F.Standar mengharuskan perusahaan menggunakan metode

amortisasi garis lurus, kecuali perusahaan mempunyai metode lain yang

memang sesuai dengan kondisi perusahaan.

20. A.PSAK No.20, B.Biaya Riset dan Pengembangan, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Biaya riset diakui sebagai beban dalam periode

terjadinya. Biaya pengembangan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya

kecuali besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat

keekonomian masa depan maka diakui sebagai aktiva.

21. A.PSAK No.21, B.Akuntansi Ekuitas, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Standar tidak mewajibkan membuat pengelompokan unsur

ekuitas secara terperinci, namun harus diungkapkan secara jelas

pengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aktiva

tetap dan modal sumbangan.

22. A. PSAK No.22, B.Akuntansi Penggabungan Usaha, C.Ya, D.Rigid Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Standar mengharuskan penggabungan usaha melalui

akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan metode pembelian dan

penyatuan kepemilikan harus dibukukan dengan metode penyatuan

kepemilikan.

23. A.PSAK No.23, B.Pendapatan, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid

Uniformity, F.Pendapatan harus diakui dengan nilai wajar imbalan yang

diterima atau yang dapat diterima.

24. A.PSAK No.24, B.Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, C.Tidak, D.Rigid

Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Biaya manfaat pensiun harus diakui sebagai

beban pada periode dimana jasa tersebut diterima.

25. A.PSAK No.25, B.Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan

10

Page 11: Finite Rigid Ta

Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, C.Tidak, D.Rigid Uniformity,

E. Rigid Uniformity, F.Standar menetapkan keseragaman yang kaku dalam

penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa, pengungkapan unsur tertentu

sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi,

kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan mendasar.

26. A.PSAK No.26, B.Biaya Pinjaman, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Standar mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman pada

saat terjadinya, namun untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat

diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying

asset, standar mengharuskan kapitalisasi.

27. A.PSAK No.27, B.Akuntansi Perkoperasian, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan

keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan

penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.

28. A.PSAK No.28, B.Akuntansi Asuransi Kerugian, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan

keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan

penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.

29. A.PSAK No.29, B.Akuntansi Gas dan Minyak Bumi, C.Tidak, D.Fleksibilitas,

E. Rigid Uniformity, F.Standar menetapkan perusahaan bisa menggunakan baik

metode full cost maupun succesfull effort. Pada metode full cost semua biaya

dikapitalisasi sebagai bagian dari asset minyak dan gas bumi dan metode

succesfull effort semua biaya eksplorasi diperlakukan sebagai beban pada

periode bersangkutan. Full cost memandang bahwa semua kekayaan dari

perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset sehingga semua

11

Page 12: Finite Rigid Ta

biaya sebelum mencapai tahap produksi harus dikapitalisasi. Sedangkan

succesfull effort menganggap kekayaan perusahaan yang tertanam dalam setiap

cadangan sebagai kesatuan asset.

30. A.PSAK No.30, B.Akuntansi Sewa Guna Usaha, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai

capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease bagi perusahaan sewa

guna usaha.

31. A.PSAK No.31, B.Akuntansi Perbankan, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan keuangan

dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan penyajian

yang lebih layak untuk keadaan tertentu.

32. A.PSAK No.32, B.Akuntansi Kehutanan, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E.

Rigid Uniformity, F.Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan

hutan harus diestimasi dan dibebankan sebagai biaya produksi walaupun

kegiatannya belum dilaksanakan.

33. A.PSAK No.33, B.Akuntansi Pertambangan Umum, C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Biaya pengadaan pengelolaan lingkungan

hidup dikapitalisasi sebagai aktiva tetap dan disusutkan sistematis berdasarkan

umur ekonomisnya.

34. A.PSAK No.34, B.Akuntansi Kontrak Konstruksi, C.Ya, D.Rigid Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Standar menetapkan pengakuan pendapatan dan beban

dengan metode penyelesaian.

35. A.PSAK No.35, B.Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Diperlakukan keseragaman dalam batasan

tertentu terutama dalam hal pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi

12

Page 13: Finite Rigid Ta

interkoneksi yang bisa tidak menggunakan dasar akrual.

36. A.PSAK No.36, B.Akuntansi Asuransi Jiwa, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan

keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan

penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.

37. A.PSAK No.37, B.Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol, C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Metode penyusutan jalan tol tidak

diseragamkan secara kaku. Peraturan pemerintah yang mendasari

penyelenggaraan jalan tol bersifat dinamis.

38. A.PSAK No.38, B.Akuntansi Restrukturisasi Entitas, C.Ya, D.Fleksibilitas,

E.Finite Uniformity, F.Metode akuntansi yang bisa digunakan bisa dipilih

perusahaan dalam beberapa alternatif yang sesuai dengan kondisi.

39. A.PSAK No.39, B.Akuntansi Kerjasama Operasi (KSO), C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Asset KSO dicatat sebesar biaya perolehan

atau biaya pembangunan atau sebesar nilai wajar dipilih yang paling obyektif.

40. A.PSAK No.40, B.Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan atau

Perusahaan Asosiasi, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar

memperkenankan format penyajian laporan keuangan dalam bentuk dan

keterincian yang berbeda sepanjang memberikan penyajian yang lebih layak

untuk keadaan tertentu.

41. A.PSAK No.41, B.Akuntansi Waran, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Dasar penentuan nilai wajar waran distandarkan secara seragam

dalam batasan tertentu.

42. A.PSAK No.42, B.Akuntansi Perusahaan Efek, C.Ya, D.Fleksibilitas, E.Finite

Uniformity, F.Penyajian laporan rugi laba bisa dalam bentuk multiple step

13

Page 14: Finite Rigid Ta

maupun single step. Hal ini karena beban dalam melakukan berbagai kegiatan

perusahaan efek sulit diidentifikasi dengan jenis pendapatan yang diperoleh.

43. A.PSAK No.43, B.Akuntansi Anjak Piutang, C.Ya, D.Finite Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Kebijakan akuntansi mengenai transaksi anjak piutang

tidak diseragamkan secara kaku.

44. A.PSAK No.44, B.Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat, C.Ya,

D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Terdapat kondisi yang kompleks

terutama terkait dengan metode pengakuan pendapatan dan metode alokasi

biaya proyek pengembangan. Jika ada kondisi tertentu, pendapatan penjualan

real estat bisa diakui dengan tidak menggunakan metode akrual penuh.

45. A.PSAK No.45, B.Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian

laporan keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang

memberikan penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.

46. A.PSAK No.46, B.Akuntansi Pajak Penghasilan, C.Tidak, D.Rigid Uniformity,

E. Rigid Uniformity, F.Standar mengharuskan pajak kini dan pajak tangguhan

diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan rugi laba periode berjalan

kecuali PPh berasal dari transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan

ke ekuitas pada periode yang sama.

47. A.PSAK No.47, B.Akuntansi Tanah, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid

Uniformity, F.Penyeragaman atas nilai tanah tidak disusutkan kecuali kondisi

kualitas tanah tidak layak untuk operasi utama entitas dan sifat operasi utama

tanah meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja jika proyek selesai.

48. A.PSAK No.48, B.Penurunan Nilai Aktiva, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi

14

Page 15: Finite Rigid Ta

jangka pendek bisa ditentukan perusahaan sendiri dengan kewajiban memberi

alasan penjelasan.

49. A.PSAK No.49, B.Akuntansi Reksadana, C.Ya, D.Rigid Uniformity, E.Finite

Uniformity, F.Uniformity secara kaku ditetapkan dalam penyajian laporan

keuangan yang meliputi laporan aktiva dan kewajiban, laporan operasi, laporan

perubahan aktiva bersih dan catatan atas laporan keuangan.

50. A.PSAK No.50, B.Akuntansi Investasi Efek Tertentu, C.Tidak, D.Rigid

Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Perlakuan akuntansi yang seragam untuk

pengakuan dan pengukuran nilai investasi efek terutama efek utang.

51. A.PSAK No.51, B.Akuntansi Kuasi Reorganisasi, C.Ya, D.Fleksibilitas,

E.Finite Uniformity, F.Teknik penilaian aktiva dan kewajiban jika tidak ada

nilai pasar ditentukan dengan estimasi. Estimasi ini dilakukan dengan beberapa

model alternatif yang bisa dipilih.

52. A.PSAK No.52, B.Akuntansi Mata Uang Pelaporan, C.Ya, D.Rigid Uniformity,

E.Finite Uniformity, F.Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai

mata uang non fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai

mata uang dasar dalam menentukan nilai tukar.

53. A.PSAK No.53, B.Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham, C.Ya, D.Finite

Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Metode dengan asumsi signifikan yang

digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai wajar opsi tidak

diseragamkan secara kaku.

54. A.PSAK No.54, B.Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah, C.Ya,

D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar tidak mengatur metode

estimasi piutang tidak tertagih. Kebijakan akuntansi untuk pengakuan bunga

atas piutang bermasalah cukup diungkapkan dalam laporan keuangan atau

15

Page 16: Finite Rigid Ta

catatan atas laporan keuangan.

55. A.PSAK No.55, B.Akuntansi Instrumen Derivatif, C.Ya, D.Fleksibilitas,

E.Finite Uniformity, F.Standar memberikan fleksibilitas atas kebijakan

manajemen risiko entitas yang bersangkutan untuk setiap jenis lindung nilai.

Tidak ada standar yang mewajibkan manajemen memberikan pengungkapan

kualitatif tambahan.

PENUTUP

Seperti halnya institusi perumus standar di Amerika, IAI pun menghadapi

kendala uniformity dalam menurunkan standar dari postulat yang ada. Penyimpangan

rumusan standar terhadap konsep uniformity yang ada sebetulnya semata-mata karena

banyak pertimbangan baik politik, sosial mapun ekonomi yang harus diperhitungkan

oleh IAI.

Berkaitan dengan konsep uniformity ini ada baiknya SAK yang dirumuskan

bisa dikurangi tingkat fleksibilitasnya maupun perlakuan yang bersifat rigid

uniformity. Pada dasarnya rigid uniformity ini dari segi metode memang komparabel

tetapi substansinya belum tentu komparabel. Akan lebih baik jika sebagian besar

pernyataan yang ditetapkan dalam perumusan standar diperlakukan kondisi finite

uniformity jika memang layak diimplementasikan dengan efektif karena bisa

mempunyai tingkat komparabilitas yang cukup tinggi.

SAK yang dirumuskan dengan mengacu pada IAS mempunyai tingkat

komparabilitas yang luas. Meskipun mengadopsi dari IAS, jika dicermati SAK ini

memang cukup memperhatikan kondisi usaha yang ada di Indonesia. Hal ini bisa

dilihat dalam PSAK No.30 tentang akuntansi sewa guna usaha. Standar berusaha

menjembatani beberapa kepentingan untuk mengurangi pihak-pihak yang dirugikan

16

Page 17: Finite Rigid Ta

dengan mengelompkkan capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease

bagi perusahaan sewa guna usaha. PSAK No.20 tentang biaya riset dan

pengembangan diperlakukan finite uniformity karena memang terdapat relevance

circumstances dalam hal biaya tersebut menghasilkan produk baru atau tidak

menghasilkan produk baru. Jika biaya riset dan pengembangan menghasilkan produk

baru maka akan dikapitalisasi sebagai aktiva dan sebaliknya jika tidak menghasilkan

produk baru akan diakui sebagai beban.

Dalam perkembangan selanjutnya perlu kiranya dievaluasi efektifitas

penerapan SAK terutama dalam kaitannya dengan kebutukan komparabilitas. Untuk

mengoptimalkan manfaat konsep uniformity, identifikasi yang mendalam terhadap

keadaan yang sama atau serupa harus dilakukan dengan cermat.

17

Page 18: Finite Rigid Ta

DAFTAR PUSTAKA

Beresford, Dennis R.”Comparability, Competition and Cost”.Dalam Readings and Notes on Financial Accounting. Ed. Zeff, Stephen A. dan Bala G. Dharan. Singapore: Mc. Graw-Hill, Inc., 1994.

Hendriksen, Eldon S. Accounting Theory. Fourth Edition. Homewood, I1.: Richard D. Irwin, Inc., 1982.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan per Juni 1999. Buku Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999.

_____________________ Standar Akuntansi Keuangan per Juni 1999. Buku Dua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999.

Miller, Paul B.W. “A New View of Comparability”. Journal of Accountancy, Agustus 1978, hal 70-77.

Purvis, S.E.C., Helen Gernon, dan Michael A. Diamond. “The IASC and Its Comparability Project: Prerequisites for Success”. Dalam Readings and Notes on Financial Accounting. Ed. Zeff, Stephen A. dan Bala G. Dharan. Singapore: Mc. Graw-Hill, Inc., 1994.

Revsine, Lawrence.”Towards Greater Comparability in Accounting Reports”. Financial Analysis Journal, Januari-Februari 1975, hal 45-51.

Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. Fifth Edition, Cincinnati: South-Western College Publishing, 2001.

18