fisiologi miksi

13

Click here to load reader

Upload: siregar-yasser

Post on 26-Oct-2015

433 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fisiologi miksi

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Miksi

NAMA : ATIKANUR

NIM : 071001029

GROP : A1

MEJA : 7

FISIOLOGI MIKSI

A. Struktur otot detrusor dan sfingter

Susunan sebagian besar otot polos kandung kencing sedemikian rupa

sehingga bila berkontraksi akan menyebabkan pengosongan kandung

kencing. Pengaturan serabut detrusor pada daerah leher kandung kencing

berbeda pada kedua jenis kelamin, pria mempunyai distribusi yang sirkuler

dan serabut-serabut tersebut membentuk suatu sfingter leher kandung

kencing yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd sfingter

interna yang ekivalen. Sfingter uretra (rhabdosfingter) terdiri dari serabut

otot luruk berbentuk sirkuler. Pada pria, rhabdosfingter terletak tepat di

distal dari prostat sementara pada wanita mengelilingi hampir seluruh uretra.

Rhabdosfingter secara anatomis berbeda dari otot-otot yang membentuk

dasar pelvis. Pemeriksaann EMG otot ini menunjukkan suatu discharge

tonik konstan yang akan menurun bila terjadi relaksasi sfingter pada awal

proses miksi.

B. Persarafan dari kandung kencing dan sfingter

Page 2: Fisiologi Miksi

1. Persarafan parasimpatis (N.pelvikus)

Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari

neuron preganglion parasimpatis dengan badan sel terletak pada kolumna

intermediolateral medula spinalis antara S2 dan S4. Neuron preganglionik

keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior dan mengirim

akson melalui N.pelvikus ke pleksus parasimpatis pelvis. Ini merupakan

suatu jaringanhalus yang menutupi kandung kencing dan rektum. Serabut

postganglionik pendek berjalan dari pleksus untuk menginervasi organ organ

pelvis. Tak terdapat perbedaan khusus postjunctional antara serabut

postganglionik danotot polos dari detrusor. Sebaliknya, serabut

postganglionik mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang

mengandung vesikel dimana asetilkolin dilepaskan. Meskipun pada

beberapa spesies transmiter nonkolinergik nonadrenergik juga

ditemukan,keberadaannya pada manusia diragukan

2. Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral)

Kandung kencing menerima inervasi simpatis dari rantai

simpatistorakolumbal melalui a hipogastrik. Leher kandung kencing

menerima persarafan yang banyak dari sistem saraf simpatis dan pada

kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis, sedangkan peran

sistim simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi lumbal

saja tidak berpengaruh pada kontinens atau miksi meskipun pada umumnya

akan menimbulkan ejakulasi retrograd. Leher kandung kencing pria banyak

mengandung mervasi noradrenergik dan aktivitas simpatis selama ejakulasi

menyebabkan penutupan dari leher kandung kencing untuk mencegah

ejakulasi retrograde

Page 3: Fisiologi Miksi

3. Persarafan somantik (N.pudendus)

Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari

traktus urinarius yang mendapat persarafan somatik. Onufrowicz

menggambarkan suatu nukleus pada kornu ventralis medula spinalis pada

S2, S3, dan S4.Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai nukleus Onuf,

mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter

anal dan uretra. Nukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada

sel kornu anterior lain, tetapi suatu penelitian mengenai sinaps motor neuron

ini pada kucing menunjukkan bahwa lebih bersifat skeletomotor

dibandingkan persarafan perineal parasimpatis preganglionik.Serabut

motorik dari sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 kedalam

N.pudendus dimana ketika melewati pelvis memberi percabangan ke sfingter

anal dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra. Secara elektromiografi,

motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi

mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah.

4. Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah

Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada

pleksus suburotelial dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. Karena

banyak dari serabut ini mengandung substansi P, ATP atau calcitoningene-

related peptide dan pelepasannya dapat mengubah eksitabilitas otot,serabut

pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada

sensorik murni.Ketiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal,

parasimpatis sakral dan pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut

aferen yang berjalan dalam n.pelvikus dan membawa sensasi dari distensi

kandung kencing tampaknya merupakan hal yang terpenting pada fungsi

kandung kencing yang normal. Akson aferen terdiri dari 2 tipe, serabut C

Page 4: Fisiologi Miksi

yang tidak bermyelin dan serabut Abermyelin kecil.Peran aferen

hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan beberapa

sensasi dari distensi kandung kencing dan nyeri.Aferen somatik pudendal

menyalurkan sensasi dari aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan

memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam medula spinalis sakral

sebagai aferen kandung kencing. Hal ini menggambarkan kemungkinan dari

daerah-daerah penting pada medula spinalis sakral untuk intergrasi

viserosomatik. Nathan dan Smith (1951) pada penelitian pasien yang telah

mengalami kordotomi anterolateral, menyimpulkan bahwa jaras asending

dari kandung kencing dan uretra berjalan di dalam traktus

spiotalamikus.Serabut spinobulber pada kolumna dorsalis mungkin juga

berperan pada transmisi dari informasi aferen.

C. Hubungan dengan susunan saraf pusat

1. Pusat Miksi Pons

Pons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks spinal-

bulberspinal atau long loop refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan

bahwa pusat miksi pons merupakan titik pengaturan (switch point) dimana

refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baikuntuk pengaturan

pengisian atau pengosongan kandung kencing. Pusat miksi pons

berperansebagai pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan

menerima input dari daerah lain di otak

2. Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian

anteromedial dari lobus frontal dapat menimbulkan gangguan miksi berupa

urgensi,inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih atau retensi

Page 5: Fisiologi Miksi

urine.Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya kandung kencing yang

hiperrefleksi.

Pengisian Kandung Kemih

Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun dalam

serabutserabut spiral, longitudinal dan sirkuler, tetapi batas yang jelas dari

lapisan otot ini tidak terlihat. Kontraksi peristalitik yang reguler terjadi 1-5

kali permenit yang menggerakkan urine dari pelvis ginjal ke kandung kemih,

dimana urine masuk dengan cepat dan sinkron sesuai dengan gerakan

gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding kandung

kemih dan walaupun disini tidak terdapat alat seperti spingter uretra,

jalannya yang miring cenderung membiarkan ureter tertutup, kecuali

sewaktu gelombang peristaltik guna mencegah refluk urine dari kandung

kemih (Ganong,1983).

Sewaktu pengisisan normal kandung kemih, akan terjadi hal-hal

sebagai berikut:

• Sensasi kandung kemih harus intak

• Kandung kemih harus tetap dapat berkontraksi dalam keadaan tekanan

rendah walaupun volume urine bertambah.

• Bladder outlet harus tetap tertutup selama waktu pengisian ataupun saat

terjadi peninggian tekanan intra abdomen yang tiba-tiba.

• Kandung kemih harus dalam keadaan tidak berkontraksi involunter,

Page 6: Fisiologi Miksi

Pengosongan Kandung Kemih

Kandung kemih hanya mempunyai dua fungsi yaitu untuk mengumpulkan

(pengisian) dan mengeluarkan (pengosongan) urin menurut kehendak.

Aktifitsas sistem

saraf untuk kedua sistem ini adalah berbeda. Proses berkemih adalah suatu

proses yang

sangat komplet dan masih banyak membingungkan. Berkemih dasarnya

adalah suatu

reflek spinal yang dirangsang dan dihambat oleh pusat-pusat di otak, seperti

halnya

perangsangan defekasi, dan penghambatan ini volunter.

Urine yang masuk kedalam kandung kemih tidak menimbulkan kenaikan

tekanan

intra vesikal yang berarti, sampai kandung kemih benar-benar terisi penuh.

Seperti otot

polos lainnya otot-otot kandung kemih juga mempunyai sifat elastis bila

diregangkan.

Pengosongan kandung kemih melibatkan banyak faktor, tetapi faktor

tekanan intra

vesikal yang dihasilkan oleh sensasi rasa penuh adalah merupakan pertama

untuk

Page 7: Fisiologi Miksi

berkontraksinya kandung kemih secara volunter.

Selama berkemih otot-otot perineal dan muskulus spingter uretra eksternus

mengalami relaksasi, sedangkan muskulus detrusor mengalami kontraksi

yang

menyebabkan urin keluar melalui uretra. Pita-pita otot polos yang terdapat

pada sisi

uretra tampaknya tidak mempunyai peranan sewaktu berkemih, dimana

fungsi utamanya

diduga untuk mencegah refluk semen kedalam kandung kemih sewaktu

ejakulasi

(Ganong,1995).

Mekanisme pengeluaran urine secara volunter, mulainya tidak jelas. Salah

satu

peristiwa yang mengawalinya adalah relaksasi otot diafragma pelvis yang

menyebabkan

tarikan otot-otot detrusor kebawah untuk memulai kontraksinya.

Otot-otot perineal dan spingter eksterna berkontraksi secara volunter yang

mencegah urine masuk kedalam uretra atau menghentikan aliran saat

berkemih telah

dimulai. Hal ini diduga merupakan kemampuan untuk mempertahankan

spingter eksterna

dalam keadaan berkontraksi, dimana pada orang dewasa dapat menahan

kencing sampai

ada kesempatan untuk berkemih. Setelah berkemih uretra wanita kosong

akibat gravitasi,

sedangkan urine yang masih ada dalam uretra lakilaki dikeluarkan oleh

beberapa

Page 8: Fisiologi Miksi

kontraksi muskulus bulbo kavernosus

(Tanagho,1995;Turek,1993).

Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih yang

mengawali

reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak terdapat daerah

perangsangan untuk

berkemih di pons dan daerah penghambatan di mesensefalon. Kandung

kemih dapat

dibuat berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine oleh

perangsangan volunter reflek pengosongan spiral. Kontraksi volunter otot-

otot dinding

perut juga membantu pengeluaran urine dengan menaikkan tekanan intra

abdomen.

Residual urine yaitu jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa

urin ini

dapat dihitung dengan pengukuran langsung yaitu dengan cara melakukan

kateterisasi

setelah miksi spontan atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi

setelah miksi,

dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu

membuat IVP. Padaorang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada

retensi urin total sisa urin dapat

melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya

dianggap sebagai

batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.

Pada saat kandung kemih berisi 300-400 cc terasa sensasi kencing dan

apabila

Page 9: Fisiologi Miksi

dikehendaki atas kendali pusat terjadilah proses berkemih yaitu relaksasi

spingter

(internus dan eksternus) bersamaan itu terjadi kontraksi otot detrusor buli-

buli. Tekanan

uretra posterior turun (spingter) mendekati 0 cmH2O sementara itu tekanan

didalam

kandung kemih naik sampai 40 cmH2O sehingga urin dipancarkan keluar

melalui uretra

(Rochani, 2000).