fraktur dentoalveolar.docx

10
Definisi Fraktur Dentoalveolar Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya disebabkan trauma. Klasifikasi Fraktur Dentoalveolar Jenis fraktur dentoalveolar diklasifikasikan menjadi beberapa kejadian. Klasifikasi ini membantu dokter gigi untuk memilih cara penanganan yang tepat untuk setiap kejadiannya sehingga pasien mendapatkan prognosis yang baik selama perawatan. Klasifikasi fraktur dentoalveolar juga dapat memberikan informasi yang komprehensif dan universal untuk mengkomunikasikan mengenai tujuan perawatan tersebut. Terdapat banyak klasifikasi yang mendeskripsikan mengenai fraktur dentoalveolar. Klasifikasi yang banyak dijadikan pedoman dalam penanganan fraktur dentoalveolar adalah klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. Pada pembahasan ini klasifikasi WHO yang diterangkan hanya pada trauma yang mengakibatkanfraktur

Upload: lutfilailinurhidayah

Post on 16-Nov-2015

259 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Definisi Fraktur DentoalveolarDefinisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, 2002). Literatur lain menyebutkan bahwa fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya disebabkan trauma. Klasifikasi Fraktur DentoalveolarJenis fraktur dentoalveolar diklasifikasikan menjadi beberapa kejadian. Klasifikasi ini membantu dokter gigi untuk memilih cara penanganan yang tepat untuk setiap kejadiannya sehingga pasien mendapatkan prognosis yang baik selama perawatan. Klasifikasi fraktur dentoalveolar juga dapat memberikan informasi yang komprehensif dan universal untuk mengkomunikasikan mengenai tujuan perawatan tersebut. Terdapat banyak klasifikasi yang mendeskripsikan mengenai fraktur dentoalveolar. Klasifikasi yang banyak dijadikan pedoman dalam penanganan fraktur dentoalveolar adalah klasifikasi menurut World Health Organization (WHO)Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. Pada pembahasan ini klasifikasi WHO yang diterangkan hanya pada trauma yang mengakibatkanfraktur dentoalveolar, yaitu cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa, jaringan periodontal, dan tulang pendukung (Welbury, 2005) :1. Cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa (gambar 2.1)1) Enamel infraction: jenis fraktur tidak sempurna dan hanya berupa retakan tanpa hilangnya substansi gigi.2) Fraktur email: hilangnya substansi gigi berupa email saja.3) Fraktur email-dentin: hilangnya substansi gigi terbatas pada email dan dentin tanpa melibatkan pulpa gigi.4) Fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture): fraktur email dan dentin dengan pulpa yang terpapar.5) Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture): fraktur email, dentin, sementum, tetapi tidak melibatkan pulpa.6) Fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture): fraktur email, dentin, dan sementum dengan pulpa yang terpapar.7) Fraktur akar: fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa, dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah, dan sepertiga koronal (gingiva).

Klasifikasi berdasarkan International Association of Dental Traumatology menurut WHO tahun 1976 (yang umum digunain saat ini), menggunakan kode nomor yg berhubungan dgn International Classification of Disease, terus dimodifikasi deh sama Andreasen, klasifikasinya : 1) 873.60 : fraktur email 2) 873.61 : fraktur mahkota melibatkan email dan dentin, tanpa keterlibatan pulpa 3) 873.62 : fraktur mahkota yang melibatan pulpa 4) 873.63 : fraktur akar 5) 873.64 : fraktur mahkota-akar (adanya pulp exposure & tidak ada pulp exposure) 6) 873.66 : luksasi (concussion, subluxation & lateral luxation) 7) 873.67 : intrusi / ekstrusi 8) 873.68 : avulsi 9) 873.69 : soft tissue laceration

Klasifikasi yang direkomendasikan dari WHO dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology diterapkan pada gigi sulung dan gigi permanen, meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut, yaitu: A. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa 1) Infraksi/retak enamel (enamel infraction) (S.02.50) fraktur yg tidak sempurna pada enamel tanpa kehilangan struktur gigi. 2) Fraktur enamel (S.02.50) fraktur yang hanya mengenai lapisan enamel. 3) Fraktur email-dentin (S.02.51) fraktur yang melibatkan enamel dan dentin dengan kehilangan struktur gigi. 4) Fraktur mahkota yang kompleks (S.02.52) fraktur yang melibatkan enamel dan dentin dengan kehilangan struktur gigi dan tereksposnya pulpa.

B. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar 1) Fraktur mahkota-akar fraktur yang mengenai email, dentin, dan sementum. a) Complicated crown-root fracture (N 502.54) fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa (kompleks). b) Uncomplicated crown-root fracture (N 502.54) fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa (tidak kompleks). 2) Fraktur akar fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa. 3) Fraktur tulang alveolar fraktur tulang alveolar yang melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket. 4) Fraktur prosesus alveolaris fraktur yang mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi. 5) Fraktur korpus mandibula atau maksila fraktur pada korpus mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan soket gigi.

C. Kerusakan pada jaringan penyokong 1) Concusion (S.03.20) trauma yang melibatkan jaringan penyokong gigi yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan & perkusi tanpa adanya kegoyangan/perubahan posisi gigi. 2) Subluxation (loosening) (S.03.20) kegoyangan gigi tanpa disertai dislokasi gigi akibat trauma pada jaringan penyokong gigi. 3) Extrusive luxation (dislokasi peripheral, partial displacement) (S.03.20) sebagian dislokasi gigi dari soket, menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.

D. Kerusakan pada jaringan periodontal 1) Lateral luxation (S 03.20) dislokasi gigi ke arah lawan axial, diikuti dengan fraktur dari labial atau palatal/lingual alveolar bone, mahkotanya jadi gerak ke arah palatal 2) Intrusive luxation (central dislokasi) (S 03.21) Dislokasi dari gigi menuju alveolar bone, diikuti dengan fraktur dari alveolar bone, jadi mahkotanya terlihat pendek 3) Avulsion (exarticulation) (S 03.22) pergerakan gigi keluar dari soketnya

E. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut 1) Abrasion (S 01.50) luka pada daerah superfisial disebabkan karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah atau lecet. 2) Contusion (S 01.50) luka memar biasanya disebabkan pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa. 3) Laceration (S 01.50) luka terbuka yang berpenetrasi ke jaringan lunak, berupa robeknya jar.epitel dan subepitel, penyebabnya objek yang tajam. Dapat mengganggu pembuluh darah, syaraf, otot, dan kelenjar ludah. Paling sering terlihat di bibir, oral mukosa, gingival. 4) Jaringan lunak avulsion (S 01.50) kerusakan jenis ini jarang terjadi namun biasanya terjadi karena tergigit saat pengunyahan atau dikarenakan abrasi yang tidak dirawat.

Etiologi Dentoalveolar FrakturPenyebab trauma dibagi menjadi dua, langsung dan tidak langsung. Trauma langsung jika benturannya langsung mengenai gigi, biasanya pada regio anterior. Trauma tidak langsung terjadi ketika ada benturan rahang bawah ke rahang atas, gigi patah pada bagian mahkota atau mahkota-akar di gigi premolar dan molar, dan juga pada kondilus dan simfisis rahang. Faktor yang memengaruhi hasil trauma adalah kombinasi dari energi impaksi, resiliensi objek yang terkena impaksi, bentuk objek yang terkena impaksi, dan sudut arah gaya impaksi. (Welburry, 2005).Selain faktor-faktor diatas, terdapat juga faktor predisposisi, yaitu: 1) Kelas II divisi 1 2) Penutupan bibir atas dan bawah kurang sempurna 3) Frekuensi trauma pada gigi depan lebih sering dengan overjet 3-6 mm. Overjet > 6 mm, menunjukkan risiko tiga kali lebih tinggi 4) Aktivitas olahraga 5) Risiko terjadinya trauma pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan

http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070075_2_9049.pdf