gawat janin.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: GAWAT JANIN.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071708/55cf993a550346d0339c4992/html5/thumbnails/1.jpg)
GAWAT JANIN
Adalah keadaan hipoksia pada janin
Patofisiologi
1. Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia
hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi pemikiran itu tidak benar karena
bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam
kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun
tekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memdai.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar
dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan
arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui
plasenta kepada janin dan jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik. Sebagai hasil
metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila
plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka
penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau
timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa
menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik
yang menambahkan asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan
arus darah uterus atau arus darah tali pusat.
3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia,
karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan
vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan
jaringan perifer. Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja
lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah diagnosis gawat janin
dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan atau pemantauan elektronik
jantung janin dan teknik pemeriksaan darah janin (PDJ).
![Page 2: GAWAT JANIN.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071708/55cf993a550346d0339c4992/html5/thumbnails/2.jpg)
GAWAT JANIN IATROGENIK
Adalah gawat janin yang ditimbulkan akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko
dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat
dari pengalaman pemantauan jantung janin.
Kejadian berikut dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:
1. Posisi Tidur Ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul
Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri
atau semilateral.
2. Infus Oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu,
yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai
Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti
kontrkasi fisiologik.
3. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung dan
penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut
jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat.
Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan
vasokontriksi arteri uterina.
PENANGANAN
Resusitasi Intrauterin
1. Meskipun gawat janin memerlukan tidakan segera untuk melahirkan bayi, tetapi sering kali
cukup waktu untuk bertindak memberikan terapi untuk menolong bayi yang dalam keadaan
gawat tersebut agar terhindar dari pengaruh yang lebih buruk. Tindakan tersebut ialah resusitasi
intrauterin yang telah dilaporkan mempunyai dampak yang positif.
![Page 3: GAWAT JANIN.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071708/55cf993a550346d0339c4992/html5/thumbnails/3.jpg)
Terapi resusitasi intrauterin:
a. Meningkatkan arus darah uterus dengan cara :
Hindarkan tidur terlentang
Kurangi kontraksi uterus
Pemberian infuse
b. Tingkatkan arus darah tali pusat dengan mengubah posisi tidur ibu ke kiri
c. Tingkatkan pemberian oksigen
Bila pasien dalam terapi infus oksitosin, maka upayakan yang pertama kali ialah menghentikan
pemberian oksitosin dan dilanjutkan dengan pemberian obat tokolisis. Pasien di tidurkan miring
ke kiri dan diberi oksigen 4-6 liter/menit.
2. Kontraksi yang terlalu kuat atau sering akan memperburuk sirkulasi uteroplasenta. Dengan
menghilangkan kontrkasi diharapakan sirkulasi menjadi lebih baik. Dengan pemberian oksigen
telah dibuktikan meningkatkan tekanan oksigen parsial janin, meskipun hanya sedikit.
3. Bila pasien akan dilakukan seksio sesaria makan menjelang operasi pasien tetap dalam posisi
tidur miring. Tindakan cunam atau vakum dapat dilakukan bila terdapat syarat untuk melakukan
tindakan tersebut.
TINDAKAN DEFINITIF
1. Tindakan definitif pada gawat janin dapat dilakukan secara pervaginam atau seksio sesaria,
tergantung kepada syarat pada saat itu. Bila akan dilakukan tindakan ekstraksi cunam, maka ada
keuntungan dalam hal waktu yang lebih singkat. Masih terdapat keraguan akan manfaat ekstraksi
cunam tinggi, terutama pada janin yang sudah mengalami asidosis.
2. Kecepatan dan ketepatan tindakan memerlukan pengembangan sistem yang meliputi organisasi,
manajemen, kemampuan medik dan sarana. Dalam menangani gawat janin maka tim perinatal
perlu diperispakan terutama dalam menghadapi kemungkinan resusitasi bayi dan perawatan
intensif.
3. Setiap kamar bersalin yang lengkap harus memiliki instrumen bedah, inkubator, meja resusitasi
(dengan pemanas radiasi) dan laboraturium. Bila bayi lahir, segera dilakukan penghisapan jalan
nafas agar lebih bersih dan dilakukan penilaian Apgar untuk menentukan klasifikasi asfiksia. Hal
ini dilakukan untuk 1 menit pertama.
![Page 4: GAWAT JANIN.docx](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071708/55cf993a550346d0339c4992/html5/thumbnails/4.jpg)
Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi Nilai APGAR
DJ dan
Respirasi/meni
t
Kesan klinik
Normal 7-10 120 Bayi sehat
Depresi sedang 4-880-120, nafas
iregular Asfiksia livida
Depresi berat 0-3 80, tak bernafas Asfiksia palida
4. Bayi yang depresi harus segera dibantu dalam pernafasannya, dengancara pemompaan insirasi
dengan tekanan 25-30cm air selama 15 detik, yaitu 4-5 nafas yang pertama. Setelah itu tekanan
pompa diusahakan 15-20 cm air saja. bila ternyata pernafasan belum nornal, perlu dilakukan
intubasi. Bila denyut jantung kurang dari 60 kali/menit disamping ventilasi sebanyak 30-40
/menit. Pengobatan yang diberikan biasanya ialah natrium bikarbonas. Tetapi sebaiknya untuk
klasifikasi II. Pada Klas III dapat diberikan lebih awal. Tentu saja pemeriksaan diagnostik seperti
analisis gas darah, foto toraks, mutlak diperlukan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
Obat yang umum diberikan pada resusitasi:
Obat Indikasi Dosis
Bikarbonas Na Asidosis metabolik 3 meq/kg iv (1:1
dalam glukosa 5%
selama 2-3 menit)
Glukosa 10% Hipoglikemi 4 ml/kg iv
Dextran 40 Syok 10ml/kg (infus)
Glukosa Cac Bradikardi Berat 1 mg/kg iv
Nalorphin Depresi Morphin 0,1 mg/kg/im
Vitamin K Preterm, Depresi 1mg/kg im