gawat janin.docx

7
GAWAT JANIN Adalah keadaan hipoksia pada janin Patofisiologi 1. Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun tekanan oksigen parsial (pO 2 ) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memdai. 2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO 2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO 2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik. Pada umumnya

Upload: nur-jannah-khairunnisa

Post on 21-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAWAT JANIN.docx

GAWAT JANIN

Adalah keadaan hipoksia pada janin

Patofisiologi

1. Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia

hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi pemikiran itu tidak benar karena

bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam

kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun

tekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memdai.

2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar

dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan

arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui

plasenta kepada janin dan jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik. Sebagai hasil

metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila

plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka

penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau

timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa

menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik

yang menambahkan asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan

arus darah uterus atau arus darah tali pusat.

3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia,

karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan

vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan

jaringan perifer. Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja

lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah diagnosis gawat janin

dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan atau pemantauan elektronik

jantung janin dan teknik pemeriksaan darah janin (PDJ).

Page 2: GAWAT JANIN.docx

GAWAT JANIN IATROGENIK

Adalah gawat janin yang ditimbulkan akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko

dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat

dari pengalaman pemantauan jantung janin.

Kejadian berikut dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:

1.      Posisi Tidur Ibu

Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga timbul

Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri

atau semilateral.

2.      Infus Oksitosin

Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu,

yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai

Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti

kontrkasi fisiologik.

3.      Anestesi Epidural

Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah jantung dan

penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut

jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat.

Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan

vasokontriksi arteri uterina.

PENANGANAN

Resusitasi Intrauterin

1. Meskipun gawat janin memerlukan tidakan segera untuk melahirkan bayi, tetapi sering kali

cukup waktu untuk bertindak memberikan terapi untuk menolong bayi yang dalam keadaan

gawat tersebut agar terhindar dari pengaruh yang lebih buruk. Tindakan tersebut ialah resusitasi

intrauterin yang telah dilaporkan mempunyai dampak yang positif.

Page 3: GAWAT JANIN.docx

Terapi resusitasi intrauterin:

a. Meningkatkan arus darah uterus dengan cara :

Hindarkan tidur terlentang

Kurangi kontraksi uterus

Pemberian infuse

b. Tingkatkan arus darah tali pusat dengan mengubah posisi tidur ibu ke kiri

c. Tingkatkan pemberian oksigen

Bila pasien dalam terapi infus oksitosin, maka upayakan yang pertama kali ialah menghentikan

pemberian oksitosin dan dilanjutkan dengan pemberian obat tokolisis. Pasien di tidurkan miring

ke kiri dan diberi oksigen 4-6 liter/menit.

2. Kontraksi yang terlalu kuat atau sering akan memperburuk sirkulasi uteroplasenta. Dengan

menghilangkan kontrkasi diharapakan sirkulasi menjadi lebih baik. Dengan pemberian oksigen

telah dibuktikan meningkatkan tekanan oksigen parsial janin, meskipun hanya sedikit.

3. Bila pasien akan dilakukan seksio sesaria makan menjelang operasi pasien tetap dalam posisi

tidur miring. Tindakan cunam atau vakum dapat dilakukan bila terdapat syarat untuk melakukan

tindakan tersebut.

TINDAKAN DEFINITIF

1. Tindakan definitif pada gawat janin dapat dilakukan secara pervaginam atau seksio sesaria,

tergantung kepada syarat pada saat itu. Bila akan dilakukan tindakan ekstraksi cunam, maka ada

keuntungan dalam hal waktu yang lebih singkat. Masih terdapat keraguan akan manfaat ekstraksi

cunam tinggi, terutama pada janin yang sudah mengalami asidosis.

2. Kecepatan dan ketepatan tindakan memerlukan pengembangan sistem yang meliputi organisasi,

manajemen, kemampuan medik dan sarana. Dalam menangani gawat janin maka tim perinatal

perlu diperispakan terutama dalam menghadapi kemungkinan resusitasi bayi dan perawatan

intensif.

3. Setiap kamar bersalin yang lengkap harus memiliki instrumen bedah, inkubator, meja resusitasi

(dengan pemanas radiasi) dan laboraturium. Bila bayi lahir, segera dilakukan penghisapan jalan

nafas agar lebih bersih dan dilakukan penilaian Apgar untuk menentukan klasifikasi asfiksia. Hal

ini dilakukan untuk 1 menit pertama.

Page 4: GAWAT JANIN.docx

Klasifikasi Asfiksia

Klasifikasi Nilai APGAR

DJ dan

Respirasi/meni

t

Kesan klinik

Normal 7-10 120 Bayi sehat

Depresi sedang 4-880-120, nafas

iregular Asfiksia livida

Depresi berat 0-3 80, tak bernafas Asfiksia palida

4. Bayi yang depresi harus segera dibantu dalam pernafasannya, dengancara pemompaan insirasi

dengan tekanan 25-30cm air selama 15 detik, yaitu 4-5 nafas yang pertama. Setelah itu tekanan

pompa diusahakan 15-20 cm air saja. bila ternyata pernafasan belum nornal, perlu dilakukan

intubasi. Bila denyut jantung kurang dari 60 kali/menit disamping ventilasi sebanyak 30-40

/menit. Pengobatan yang diberikan biasanya ialah natrium bikarbonas. Tetapi sebaiknya untuk

klasifikasi II. Pada Klas III dapat diberikan lebih awal. Tentu saja pemeriksaan diagnostik seperti

analisis gas darah, foto toraks, mutlak diperlukan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.

Obat yang umum diberikan pada resusitasi:

Obat Indikasi Dosis

Bikarbonas Na Asidosis metabolik 3 meq/kg iv (1:1

dalam glukosa 5%

selama 2-3 menit)

Glukosa 10% Hipoglikemi 4 ml/kg iv

Dextran 40 Syok 10ml/kg (infus)

Glukosa Cac Bradikardi Berat 1 mg/kg iv

Nalorphin Depresi Morphin 0,1 mg/kg/im

Vitamin K Preterm, Depresi 1mg/kg im