geostrategy of ottoman empire

28
GEOSTRATEGI KEKAISARAN OTTOMAN Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Geopolitik dan Geostrategi Dosen: Ni Komang Desy Arya Pinatih, SIP, MSi Oleh: 135120400111057 Grace Stella Arisca 125120401111057 Billy prifix Hendiang 135120401111075 DesmaAuliaMizani 135120418113001 Afdah Istigfarin Program Studi Hubungan Internasional

Upload: gracestellaarisca

Post on 03-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Paper ini mendiskusikan tentang geostrategy pada masa Ottoman. Dimana analisis dilakukan dengam menggunakan border pressure analysis and power projection

TRANSCRIPT

Page 1: Geostrategy of Ottoman empire

GEOSTRATEGI KEKAISARAN OTTOMAN

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Geopolitik dan Geostrategi

Dosen: Ni Komang Desy Arya Pinatih, SIP, MSi

Oleh:

135120400111057 Grace Stella Arisca

125120401111057 Billy prifix Hendiang

135120401111075 DesmaAuliaMizani

135120418113001 Afdah Istigfarin

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Universitas Brawijaya

Malang

2015

Page 2: Geostrategy of Ottoman empire

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Geostrategi

Kekaisaran Ottoman”. Penulis berterima kasih kepada Ibu Ni Komang Desy Arya

Pinatih, SIP, MSi selaku dosen Mata Kuliah Geopolitik dan Geostrategi yang

telah memberikan tugas ini kepada penulis. Ucapan terima kasih juga tak lupa

diberikan kepada teman-teman anggota kelompok yang senantiasa membantu

dalam proses pengerjaan makalah ini sampai dengan presentasi kelompok.

Makalah ini berusaha untuk menjelaskan tentang geostrategi dalam

mempengaruhi kebijakan luar negeri sebuah negara. Selain itu juga melihat

tentang pengaruh batas negara dan bagimana negara bisa mengarahkan proyeksi

kekuatan dari negara tersebut. Makalah ini dibuat oleh penulis dengan harapan

dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hal-hal

mendasar tentang geostrategi, bahkan dapat lebih mendalam.

Dalam makalah ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari apa

yang penulis harapkan karena pengalaman dan ilmu yang penulis miliki masih

sangat kurang. Oleh karena itu, penulis berharap ada kritik dan saran, demi

perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna

tanpa sarana yang membangun.

Malang, 26 Oktober2015

Penulis

2

Page 3: Geostrategy of Ottoman empire

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................1

1.4. Manfaat......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Konsep Utama...........................................................................................3

2.2. Studi Kasus: Kekaisaran Ottoman...........................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

3.1. Simpulan..................................................................................................13

3.2. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3

Page 4: Geostrategy of Ottoman empire

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam interaksi global, seringkali tiap negara mengeluarkan

kebijakan luar negeri yang cukup unik. Salah satunya adalah kebijakan

China dalam memberikan bantuan kepada negara-negara di Afrika,

khususnya Angola.1 Jika dianalisa lebih dalam, ada banyak faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Salah satunya adalah arah power

projection China yang diarahkan ke Afrika. Tentu hal ini tidak terlepas dari

pertimbangan geografi di Afrika dan geostrategi yang dirumuskan oleh

China.

Geostrategi adalah arahan geografis dalam merumuskan kebijakan

luar negeri sebuah negara.2 Dalam merumuskan sebuah kebijakan luar

negeri, faktor keadan geografis akan sangat menentukan bagaimana

kebijakan itu dirumuskan karena dalam menentukan proyeksi kekutaan,

pertimbangan wilayah menjadi faktor utamanya. Kebijakan yang diarahkan

untuk daratan yang luas akan berbeda jauh dengan kebijakan yang diarahkan

ke lautan. Faktor fisik daratan dan lautan juga mempengaruhi seberapa besar

ancaman yang ditimbulkan (border pressure). Dalam makalah ini, penulis

akan membahas geostrategi yang dilakukan oleh Ottoman dalam mencari

sumber daya.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah mengenai

bagaimana geostrategi yang dilakukan oleh Kekaisaran Ottoman?

1.3. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana

geostrategi itu diaplikasikan dalam merumuskan kebijakan luar negeri sebuah

negara dan bagaimana border sebuah negara menjadi sebuah beban tertentu

serta bagaiman power projection sebuah negara bisa diarahkan.

1Sean J. Li, Why China is On the March in Africa, (online)2Jakub Grygiel, Great Powers and Geopolitical Change. 2006, hal. 22

1

Page 5: Geostrategy of Ottoman empire

1.4. Manfaat

Untuk pembaca, penulis berharap makalah ini dapat menjadi media untuk

menambah wawasan pembaca terkait geostrategi, kebijakan luar negeri, dan

memperdalam dengan memperlihatkan kasus terkait. Untuk penulis, makalah

ini merupakan kesempatan penulis untuk mempelajari lebih banyak lagi

mengenai geopolitik dan geostrategi serta sebagai peluang untuk

meningkatkan skill dalam penulisan karya ilmiah.

2

Page 6: Geostrategy of Ottoman empire

BAB II

PEMBAHASAN

1.5. Konsep Utama

a. Geopolitik dan Kebijakan Luar Negeri

Pada dasarnya ilmu yang mempelajari tentang bumi yakni ilmu

geografi tidak lagi dominan dalam studi ilmu hubungan internasional.

Masuknya globalisasi, telah menggeser eksistensi geografi itu sendiri.

Meskipun globalisasi telah mengubah, bahkan dapat dikatakan menghapus

batas-batas suatu negara, namun belajar mengenai geografi dalam kaitannya

dengan geopolitik dan geostrategi sangatlah penting. Jika dilihat dari

sejarahnya, suatu negara dikatakan berkuasa jika negara tersebut menguasai

banyak wilayah beserta sumber daya alam yang meliputinya termasuk

gunung, laut dan daratan. Selain itu, negara-negara yang berkuasa dapat

dilihat dari kemampuan negara tersebut dalam menyesuaikan kebijakan luar

negeri dengan situasi geopolitik untuk mencapai kesejahteraan negara

mereka. Dibalik itu semua, ilmu geografi memiliki sumbangsih dalam

geopolitik dan geostrategi suatu negara.

Salah satu perbedaan mendasar antara geografi, geopolitik dan

geostrategi terletak pada perubahan pola mereka. Perubahan geografi dapat

diukur berdasarkan usia ribuan tahun, sedangkan perubahan pola geopolitik

dilihat dari kenaikan dan penurunan dari pusat sumber daya serta pergeseran

rute yang terjadi perlahan hingga seringkali tidak disadari. Perubahan

geostrategis sendiri diukur dalam hitungan hari, bulan, dan tahun.

Geostrategi paling fleksibel dari tiga konsep sebab biasanya perubahannya

mengikuti proses birokrasi atau perubahan dalam kepemimpinan.3

Sebelum lebih jauh membahas tentang geostrategi, alangkah baiknya

kita mengetahui definisi geografi, geopolitik, dan geostrategi itu sendiri.

Geografi sendiri diartikan sebagai suatu realitas fisik yang meliputi geologi

bumi, yang terdiri dari pegunungan, lautan, iklim, dan segala sesuatu yang

dapat diindra dengan mata. Realitas geologi kemudian digabungkan dengan

3Ibid., hal. 23

3

Page 7: Geostrategy of Ottoman empire

kemampuan manusia untuk beradaptasi terhadap realitas geologi tersebut

melalui perubahan dalam produksi serta teknologi komunikasi yang

menghasilkan tiga variabel, yakni tata letak rute perdagangan, lokasi sumber

daya serta sifat batas-batas negara. Kombinasi tersebut disebut dengan

geopolitik. Geopolitik secara sederhana diasumsikan sebagai faktor manusia

dalam geografi atau dengan kata lain, geopolitik adalah distribusi geografis

dari pusat-pusat sumber daya dan jalur komunikasi yang menetapkan nilai

ke lokasi sesuai dengan kepentingan strategis mereka. Geopolitik bersifat

objektif dimana setiap negara tidak dapat dengan semaunya merubah

geopolitik negaranya. Merubah geopolitik negara sama artinya dengan

merubah rute lokasi sumber daya. Perubahan geopolitik terjadi dalam kurun

waktu yang sangat lama dan jarang sekali dapat dilakukan oleh satu negara

saja.4 Namun, definisi geopolitik sendiri sudah banyak didefinisikan oleh

para ahli. Oleh karena itu, geopolitik dipandang sesuai teori masing-masing

para ahli sehingga definisinya itu sendiri dapat berbeda-beda. Menurut

Gilmartin dan Kofman, geopolitik adalah tindakan dan gambaran tentang

strategi teritorial. Artinya negara-negara bersaing untuk mengawasi wilayah

dan SDA yang ada di dalam teritorialnya masing-masing. Ada tiga teori

klasik yang populer seperti: Alfred Mahan dengan “Sea Power”, Halford

Mackinder dengan “geopolitic price is pivot area / heartlands”, dan

Nicholas Spykman dengan “geopolitic price is rimland”. Teori-teori

tersebut mampu memberikan pemahaman dan menawarkan sebagai alat

untuk memahami dan merumuskan kebijakan luar negeri.

Sedangkan Geostrategi lebih mengarah pada arah geografis kebijakan

luar negeri suatu negara atau lebih tepatnya geostrategi menggambarkan

dimana negara memusatkan usahanya dengan memproyeksikan kekuatan

militer atau mengarahkan kegiatan diplomatiknya. Jika dilihat dari sudut

pandang kebijakan luar negeri, maka geografi adalah realitas geopolitik

yang merespon dengan merumuskan dan mengejar geostrategi.5 Seperti

perkataan Napoleon: the policy of state lies in its geography.

4Ibid., hal. 255Ibid., hal. 22

4

Page 8: Geostrategy of Ottoman empire

Setiap negara memiliki wilayah kedaulatannya masing-masing, baik

itu negara berupa kepulauan, negara bukan kepulauan, ataupun negara yang

hanya memiliki daratan. Negara-negara tersebut memiliki kekuatan ataupun

kelemahan. Kekuatannya dapat berupa posisi dan letak geografis yang

strategis serta Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.6 Sedangkan

kelemahannya dapat berupa kebalikannya. Namun, segala instrumen yang

dimiliki oleh negara dapat menjadi kekuatan suatu negara, tergantung

bagaimana negara menggunakannya. Negara harus memiliki strategi agar

kekuatan yang dimiliki saat ini dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan

atau kepentingan politik yang diinginkan, seperti menggunakan instrumen

kebijakan.

Menjadikan realitas geografi dianalisis untuk kebijakan luar negeri,

baru muncul saat The Renaissance of Geography. Dalam masa ini terdapat

dua hal, yaitu ada keinginan baru muncul dalam geografi sebagai ilmu

sosial, khususnya di bidang ekonomi internasional dan ilmu politik. Kedua,

adanya kepentingan yang besar dalam geografi pada analisis kebijakan luar

negeri. Kepentingan tersebut terjadi di saat-saat pergolakan politik yang

besar. Sebenarnya, tidak ada teori atau pendekatan yang pasti dalam

menggambarkan bagaimana geografi memengaruhi kebijakan luar negeri

suatu negara. Perubahan yang dramatis dalam distribusi kekuasaan

(geografis) setelah perang dunia I dan perang dunia II memunculkan negara-

negara baru dan membuat pemetaan ulang kekuasaan sehingga orang perlu

memahami geografi kembali. Sistem internasional yang multipolar pasca-

Perang Dingin telah meningkatkan kesadaran akan perbedaan kekuasaan di

dunia. Kekuasaan terkonsentrasi di daerah tertentu (misalnya, Amerika

Utara dan Eropa Barat), dan bagaimana kawasan ini berhubungan satu sama

lain dan saling tergantung.7

Michael Pacione dalam bukunnya “Progress in Political Geography”

menjelaskan bahwa beberapa definisi mengenai geopolitik, menggambarkan

konsep geopolitik di periode tertentu dan menyatakan bahwa: “setelah

6 Ahmad Calam dan Sobirin, Formulasi Geopolitik di Era Reformasi, Jurnal SANTIKOM Vol. 7 (2) Agustus 2009, hal. 350

7 Jakub J. Grygiel, Op. Cit., hal. 2-3

5

Page 9: Geostrategy of Ottoman empire

perang, pemikir geopolitik semuanya fokus mempertanyakan hubungan

antara geografi dan kebijakan luar negeri dalam perubahan dilingkungan

internasional”.8

Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau pendekatan yang dipilih

oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam hubungannya dengan

entitas luar (internasional), termasuk untuk tidak melakukan apapun.

Kebijakan luar negeri digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi dunia

global. Geopolitik menentukan alternatif kebijakan luar negeri untuk

mewujudkan kepentingan tertentu. Jadi, Geopolitik menganalisis hubungan

antara fakta-fakta geografis di satu sisi dan politik internasional di sisi lain

sehingga kondisi geopolitik di lapangan menjadi acuan dalam pembuatan

kebijakan luar negeri suatu negara. 9 Kebijakan luar negeri yang

mempertimbangkan aspek geopolitik dapat mengarahkan suatu negara di

masa yang akan datang. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan negara

untuk memproyeksikan kekuatannya dalam ruang dan waktu dibutuhkan,

khususnya memproyeksikan melalu kebijakan luar negeri untuk melindungi

negara dari ancaman eksternal.10

Negara memiliki kapasitas besar untuk mengembangkan dan

menerapkan strategi kebijakan luar negeri yang sangat berpengaruh baik itu

untuk menyerang, bertahan, ataupun untuk meningkatkan perekonomiannya.

Sistem internasional yang kompetitif di mana kekuatan besar memainkan

peran yang besar, berjuang untuk keamanan, sumber daya, posisi dan

pengaruh mereka sehingga keadaan geografi suatu negara dan kemampuan

materi (militer dan ekonomi) membatasi pengambilan keputusan kebijakan

luar negeri oleh pembuat keputusan. Distribusi kekuasaan yang tidak merata

dalam sistem internasional saat ini, menekan para pembuat kebijakan atau

leaders membuat kebijakan yang bijak agar negaranya dapat bertahan.11

Seperti negara-negara yang memiliki wilayah yang indah dan budaya

yang macam-macam, dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.

8 Mohammad Reza Hafeznia, A New Definition of Geopolitics dalam buku judul Revista Geopolitica, hal. 29, (online)

9 Colin Dueck, Geopolitic Reborn, 2013, (online)10 Adrian Dellecker, Thomas Gomart, Russian Energy Security and Foreign Policy, Penerbit Taylor

& Francis, 2011, (online)11 Grygiel, Op.Cit.

6

Page 10: Geostrategy of Ottoman empire

Pariwisata merupakan sarana yang potensial untuk mendukung peningkatan

kerjasama ekonomi, peningkatan citra suatu negara, dan pengenalan budaya

ke negera lain.12 Dengan memanfaatkan faktor geopolitik ini, negara dapat

membuat kebijakan seperti membuka pasar agar investasi dan mobilisasi

manusia lebih mudah dilakukan.

Negara yang dikategorikan sukses adalah negara yang geostrategi dan

realitas geopolitiknya sesuai. Negara melindungi wilayah domestiknya,

kemudian mengkontrol sumber daya dan memastikan bahwa akses menuju

pusat-pusat sumber daya aman sehingga dapat meningkatkan dan

mempertahankan kekuasaan.13 Namun hal tersebut harus disertai dengan

kekuatan militer dan biaya yang besar, khususnya untuk sumber daya yang

melalui laut, sungai, atau pulau-pulau. Selain itu, untuk memperlancar

konsep geostrategi, negara memerlukan kekuatan besar lain yang didapat

melalui aliansi baik negara besar maupun negara-negara kecil yang

memiliki tujuan yang sama dan terletak di daerah yang dianggap penting,

seperti kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika.

b. Border Pressure dan Proyeksi Kekuatan

Variabel yang utama dalam geostrategi adalah batas dari sebuah

negara. Ketika batas negara terancam atau tidak stabil, maka negara tersebut

harus memusatkan upayanya dalam menjaga keamanan teritorinya. Hal

yang sangat sulit dan kurang efektif dilakukan untuk menjalankan sebuah

kebijakan luar negeri yang jauh dari teritori sebuah negara. Keamanan

wilayah tidaklah sama dengan keamanan pada umumnya. Faktanya,

integritas wilayah adalah satu-satunya aspek dari keamanan sebuah negara,

dapat dibantahkan. Karena mempertahankan keamana sebuah negara

dimulai jauh dari border atau batas negara tersebut. Untuk itu batas nasional

merupakan keamanan utama yang penting untuk dijaga. Menurut Grygiel,

negara yang sukses adalah negara yang mampu menyelaraskan geostrategi

mereka dengan realitas geopolitik. Artinya, negara mampu melindungi diri

dengan stabilitas perbatasan, mampu mengontrol sumber daya, mampu

12 Hazairin Pohan, Perkembangan Kawasan Eropa Tengah dan Timur Dan Kebijakan Luar Negeri RI, 2004, (online)

13Grygiel, Op.Cit.

7

Page 11: Geostrategy of Ottoman empire

menghubungkan dan mengamankan rute perdagangan dengan pusat sumber

daya tersebut, dan mampu meningkatkan, serta mempertahankan kekuatan.14

Hal ini akan menjadi tidak berguna bila mengorbakan keamana

teritorial. Stabilitas dan keamanan dari batas negara sangat dipengaruhi oleh

kedua perbedaan geografi antara batas daratan dan lautan. Selain itu,

karakteristik dari batas daratan dan politik merupakan hal pokok dari

perimbangan kekuatan (balance of power). Perbedaan paling mendasar

adalah antara batas-batas darat dan laut.

Secara historis, perbatasan darat lebih berbahaya daripada perbatasan

laut. Hal ini dikarenakan perbatasan darat berbatasan langsung dengan

wilayah negara lain. Sehingga tingkat invasi oleh negara lain semakin

meningkat dibandingkan perbatasan laut yang dipisahkan oleh lautan yang

luas. Invasi melalui darat cenderung lebih mudah dan lebih murah daripada

melalui jalur laut maupun udara. Harold Sprout mengamati bahwa ilmu

pengetahuan dan teknologi telah membuat langkah besar menuju

penaklukan ruang dan waktu.15 Namun, ada kalanya perbatasan darat

menjadi lebih sulit untuk dijangkau karena perbatasaan darat yang ditutupi

oleh pegunungan yang tinggi serta hutan yang lebat sehingga lebih sulit

untuk ditembus daripada melalui perbatasan laut.

Secara geografis perbatasan darat tidak selalu berbahaya ataupun

stabil. Perbatasan darat yang sangat mudah untuk dilalui bisa jadi sangat

stabil karena tidak ada alasan politik bagi negara tetangga untuk menjadikan

wilayah tersebut zona ketegangan. Demikian pula dengan perbatasan laut,

perbatasan laut bisa menjadi sangat berbahaya ataupun stabil karena

beberapa alasan. Oleh sebab itu, kita tidak dapat mengesampingkan faktor-

faktor lain dibalik masalah fisik perbatasan yakni faktor stabilitas

perbatasan. Dimana faktor ketidakstabilan perbatasan dapat berasal dari

faktor hubungan politik yang mendasari antarnegara yang bersangkutan.

Semakin konfliktual hubungan negara-negara tersebut, maka semakin tidak

stabil perbatasan mereka. Baik perbatasan darat maupun berbatasan laut.16

14Ibid., hal. 3615 Ibid., hal. 3716 Ibid.

8

Page 12: Geostrategy of Ottoman empire

Jadi dapat disimpulkan bahwa stabilitas perbatasan suatu negara

merupakan suatu kondisi yang sangat penting. Suatu negara mungkin akan

puas dengan keamanan teritorialnya dan lebih memilih untuk tidak

memperluas pengaruh serta kontrol atas wilayah strategis diluar bordernya.

Dengan demikian negara tersebut akan memiliki banyak waktu untuk

membuat kebijakan luar negeri untuk mengejar kendali rute perdagangan

serta sumber daya.17

Proyeksi kekuatan atau power projection adalah kemampuan negara

dalam mengaplikasikan semua atau beberapa dari elemen-elemen kekuatan

nasional seperti politik, ekonomi, informasi, dan militer untuk secara efektif

dan cepat menyebarkan dan mempertahankan kekuatan dalam dan dari

berbagai lokasi yang tersebar. Hal tersebut digunakan untuk merespon

krisis, untuk berkontribusi dalam pencegahan, ataupun untuk meningkatan

stabilitas regional.18 Kompleksitas geostrategi negara dapat digunakan untuk

memproyeksikan kekuatan negara tersebut. Namun, proyeksi kekuatan

sebuah negara akan sulit dilakukan ke daerah yang berjauhan dengan negara

tersebut. Dengan geostrategi, negara mendapatkan pertimbangan baru dalam

mengarahkan proyeksi kekuatan yang akan dilakukan. Hal paling sederhana

adalah ke daerah atau ke wilayah dimana sebuah kebijakan luar negeri

ditujukan. Hal itu merupakan contoh kecil dari proyeksi kekuatan negara

tersebut.

c. Geostrategic Players

Geostrategic player merupakan aktor yang memiliki kapasitas dan

national will untuk menjalankan kekuasaan dengan menyebarkan dan

menanamkan pengaruhnya kepada wilayah-wilayah diluar batas wilayahnya

dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan geopolitik dan kepentingan

nasionalnya.19 Pelaku geostrategic player memiliki potensi menjadi

geopolically volatile, dengan alasan untuk mencari pemenuhan ideologi,

menaikkan status negara penyebaran agama, pemenuhan ekonomi, dan

17 Ibid., hal. 3918 Staff Writer, MilitaryFictory.com, Definition Of The United States Department Of Defense

Military Term "Power Projection", 17 September 2015, (online)19 Zbigniew Brzezinski, The Grand Chessboard: American Primacy and Its Geostrategic

Imperatives, 1997, hal. 22

9

Page 13: Geostrategy of Ottoman empire

upaya menjadi negara super power.20 Walaupun negara yang menjadi

geostrategic player merupakan negara yang memiliki peran penting dalam

sistem internasional dan memiliki power yang besar, namun tidak semua

negara yang memiliki peran penting dalam sistem internasional dan

memiliki power yang besar merupakan geostrategic player.

Menurut Brzezinski, terdapat setidaknya lima geopolitical players yang

dapat diidentifikasi menggunakan Eurasia’s new Political Map, yaitu

Perancis, Jerman, Rusia, Cina dan India. Great Britain hingga saat ini

memiliki peran yang penting dalam sistem internasional namun tidak

memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi active geostrategic

players.21 Inggris tidak memiliki kepentingan untuk menyebarkan

ideologinya.

1.6. Studi Kasus: Kekaisaran Ottoman

Negara Ottoman mucul sebagai salah satu negara Turki kecil yang

timbul di Asia kecil selama runtuhnya Kekaisaran Selju Turki. Ottoman

turki mulai menyerap negara lainnya dan selama pemerintahan Muhammad

II (1451-1481), dinasti Turki diakhiri. Fase pertaman dari ekspansi Ottoman

dengan merebut wilaya kekaisaran Byzantine, Bulgaria dan Serbia di bawah

kekuasaan Usman I, Orkhan I, Murad I dan Beyazid I. Kemudian Bursa

jatuh ketangan Ottoman pada tahu 1326 dan Adrianople di tahun 1361 yang

menjadi ibukota dari Ottoman. Kosovo (1389) dan Nikopol (1396)

merupakan kemengan besar Ottoman dimana daerah tersebut berada di

Semenanjung Balkan. Hal ini lah yang membuat Negara Ottoman menjadi

ancaman terbesar Eropa pada saat itu.22

Geostrategi dari kekaisaran Otoman dapat berhasil karena dapat

mengelola dengan baik keseimbangan dalam menjaga kontrol atas sumber

daya dan rute dengan menjaga keamana batas daratan. Di abad ke 13

sampai pertengahan 16, kekaisaran otoman mengekspansi ke arah Eropa.

Ekspansi ini dilakukan dengan alasan bahwa daratan eropa sangat

20Ibid.21Ibid., hal. 2322 University of Michigan, Brief History of Ottoman Empire, (online)

10

Page 14: Geostrategy of Ottoman empire

menguntungkan dan dengan merupakan daerah yang dengan strategis

penting yang mana Balkan dan daerah yang lebih tinggi yaitu Sungai

Danube, yang merupakan Eropa tengah. Daerah tersebut berasal dari

daerah Konstatinopel yang menerima

Kekaisaran Ottoman dikenal sebagai kekaisaran “Ruler of Two

Continents and Two Seas”. Anggapan ini menimbulkan bahwa focus

geostrategi Ottoman juga melibatkan fokus pada daerah lautan. Padahal

dari dekade pertama sampai dekade ke 14 fokus geostrategi mereka ada ke

daratan eropa. Daerah Timur tengah seperti Persia, Mesir, dan daerah

Utara Afrika beserta daerah Mediterania merupakan daerah peripheral

untuk kekaisaran Ottoman. Sebaran geostrategy kekaisaran ottoman tidak

melibatkan daerah pesisir Eropa. Hal ini disebabkan karena menurut

Sultan daerah yan paling penting dan dipenuhi dengan banyak sumber

daya berada di daerah Asia Kecil, Eropa sampai ke Asia Timur Jauh (Asia

Tenggara). Selain untuk itu juga, Sultan juga merasa bahwa kekaisaran

Ottoman belum cukup mampu menyaingi kekutan laut atau naval power

yang dimiliki Prancis, Venesia, Spanyol atau Inggris Raya.

Dalam ekspansi dan sebaraan kekuatan yang dilakukan oleh

kekaisaran Ottoman, ada dua hal yang sangat mempengaruhi alasan

mengapa Ottoman memfokuskan arah kebijakan luar negeri dan

geostrateginya ke Eropa dan daerah dataran Asia lainnya. Pertama,

Ottoman membawa misi agama. Geostrategy kekaisaran Ottoman juga

tidak terlepas dari misi agama yang biasa disebut faktor ghazi. Ghazi

adalah prajurit Muslim yang siap berperang untuk menyebarkan agama

Islam. Perang untuk menyebarkan agama Islam ini bisa disebut Perang

Suci Muslim atau Ghaza. Kedua, di Eropa sedang terjadi kekosongan

kekuataan (Power Vaccum).

11

Page 15: Geostrategy of Ottoman empire

Pivot Point dari Geostrategi yang dilakukan oleh Ottoman empire

adalah daratan yang dipenuhi oleh sumber daya, khususnya Eropa dan

daerah Asia kecil.

Sumber: www.umich.edu

Geostrategic players atau aktor Geostrategic dalam kasus ini adalah

Sultan-sultan yang mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk lebih

mengekspansi wilayah-wilayah di sekitar kekaisaran Ottoman. Hal ini

disebabkan oleh keinginan Sultan untuk mengamankan daerah

kekuasaannya, sehingga ia berusaha untuk mengarahkan power projectionya

kewilayah yang berada di sekitar Ottoman.

Jika di analisa dari segi border pressure, arah proyeksi kekuatan yang

dilakukan oleh kekaisaran Ottoman disebabkan karen kondisi border

Ottoman yang tidak stabil. Akibat dari kondisi border yang tidak stabil

tersebutlah maka proyeksi kekuatan yang dilakukan oleh Ottoman empire

tidak jauh dari daerah perbatasan kekaisaran Ottoman itu sendiri.

Dalam menjaga daerah yang telah di aneksasi, Ottoman empire

mempunyai prajurit yang bernama Janisari. Janisari merupakan kelompok

infatri Ottoman yang dibentuk untuk menjadi kekuatan baru dari kekasiaran

Ottoman. Janisari atau Yeniçeri (New Force) merupakan sekelompok orang

Non-Turki yang dibentuk untuk menjaga daerah kekaisaran Ottoman. Untuk

memperkuat Janisari, Sultan Murad kemudian mendistribusikan sebagian

12

Page 16: Geostrategy of Ottoman empire

para penakluknya yang hadal ke Janisari. Selain itu, Sultan Murad juga

mengembangkan sistem devşirme. Sistem devşirme merupakan sistem

dimana pemuda Kristen dari provinsi Balkan berpindah agama ke Islam dan

menjadi pelayanan Sultan.23

Dalam perjalanannya, kekaisaran ottoman mengalami kemunduran. Ada

dua faktor yang menyebabkan kekaisaran ottoman runtuh, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Secara internal, ada tiga permasalahan besar

yang mengakibatkan kemunduran Ottoman. Pertama adalah kematian dari

Sultan Sulaiman, dan ketidakcakapan para Sultan pengganti Sultan

Sulaiman. Karena tidak ada sosok pemerintah yang tegas, maka permasalah

tersbesar yang dihadapi adalah korupsi. Kedua, adanya tuntutan kenaikan

upah dari Janisaris yang merupakan keturunan kasta virtual namun tidak

diimbangi dengan kinerja mereka yang baik. Ketiga, luas wilayah Ottoman

yang berimplikasi pada Kebijakan Sultan yang ingin menganeksasi wilayah

baru. Ketika Sultan akan berperang dengan musuh, maka dibutuhkan waktu

yang cukup banyak untuk menuju tempat musuh dan membutuhkan prajurit

yang cukup banyak dalam menaklukan lawan.

Kemudian, selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang

mempengaruhi kejatuhan kekaisaran ottoman. Pertama adalah, adanya

kemunduran ekonomi di Ottoman serhingga membuata kas pemerintahan

Ottoman terganggu. Kekaisaran Ottoman kehilangan monopoli di wilayah

yang merupakan power proyeksinya. Hal ini diakibatkan oleh Portugis yang

berhasil menemukan wilayah ke Asia, di masa The Age of Explorations.

Selain itu, terjadinya inflasi besar-besaran pada tahun 1500-an yang

merupakan akibat dari eksploarasi yang dilakukan oleh Spanyol. Dimana

pada waktu itu Spanyol berhasil membawa emas dan perak ke Eropa.

Faktor eksternal lainnya adalah adanya peningkatan teknologi dalam bidang

militer yang terjadi di Eropa. Sedangkan stagnasi terjadi di kekaisaran

Ottoman.24

23 Stanford Jay Show. Historical Empire, Eurasia and Africa: Ottoman Empire. Ensyclopedia Britanica. Diakses di: http://www.britannica.com/place/Ottoman-Empire#toc44375 24 The decline of the Ottoman Empire (1565-1918) diakses di

http://www.flowofhistory.com/units/asia/6/FC49

13

Page 17: Geostrategy of Ottoman empire

14

Page 18: Geostrategy of Ottoman empire

BAB III PENUTUP

1.7. Simpulan

Geostrategi merupakan pertimbangan geografis yang digunkan

kebijakan luar negeri suatu negara atau lebih tepatnya geostrategi

menggambarkan dimana negara memusatkan usahanya dengan

memproyeksikan kekuatan militer dan mengarahkan kegiatan diplomatiknya.

Kebijakan luar negeri kemudian diarahkan dengan melihat pertimbangan

wilayah, agar proyeksi kekuatan negara tersebut bisa berjalan dengan efektif

dan efisien. Geostrategi kekaisaran Ottoman digunakan untuk mengeluarakan

kebijakan luar negri yang ekspansif. Kebijakam luar negeri yang

ekspansionari ini disebabkan oleh border yang tidak stabil. Karna border yang

tidak stabil, maka power projection yang diarahkan oleh kekaisaran Ottoman

tidak jauh-jauh dari wilayah Ottoman itu sendiri. Olehkarena itu juga, fokus

geostrategi kekaisaran Ottoman lebih cenderung ke land Power ketimbang sea

Power.

1.8. Saran

Saran untuk mengerjakan tugas mengenai bahasan ini adalah pada saat

pengumpulan data haruslah mengambil data dari sumber terpercaya dan

memahami bahasan yang diambil, serta mengetahui batasan-batasan sampai

mana yang harus dideskripsikan.

15

Page 19: Geostrategy of Ottoman empire

DAFTAR PUSTAKA

Brzezinski, Zbigniew. 1997. The Grand Chessboard: American Primacy and Its

Geostrategic Imperatives. Basic Books: New York.

Calam, Ahmad dan Sobirin. Formulasi Geopolitik di Era Reformasi, Jurnal

SANTIKOM vol. 7 (2). Agustus 2009

Chairunnisa. 2014. Kebijakan Luar Negeri Rusia Terhadap Cina Masa

Pemerintahan Vladimir Putin. eJournal Ilmu Hubungan Internasional

vol. 2 (2). (online). diakses di http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2014/05/PDF%20EJOURNAL%20(05-06-14-09-06-

49).pdf. pada 16 Oktober 2015

Dellecker, Adrian dan Thomas Gomart. 2011. Russian Energy Security and

Foreign Policy. Taylor & Francis: New York. (online). Diakses di

https://www.google.co.id/search?

hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=isbn:1136724230 pada 13 Oktober 2015

Dueck, Colin. 2013. Geopolitic Reborn. Foreign Policy Research Institute.

(online). diakses di http://www.fpri.org/articles/2013/07/geopolitics-

reborn pada 17 Oktober 2015

Hafeznia, Mohammad Reza. A New Definition of Geopolitics dalam buku judul

Revista Geopolitica. (online). Diakses di

https://books.google.co.id/books?

id=zBeXF2Ub26QC&dq=relation+between+geopolitics+and+foreign+p

olicy&hl=id&source=gbs_navlinks_s pada 17 Oktober 2015

Li, Sean.J.. Why China is On the March in Africa. NEWSWEEK LLC. 4 Desember

2014. (online). Diakses di http://www.newsweek.com/opinion-why-

china-march-africa-289274 pada 16 September 2015

Grygiel, Jakub. 2006. Great Powers and Geopolitical Change. Baltimore: The

Johns Hopkins University Press.

Pohan, Hazairin. Perkembangan Kawasan Eropa Tengah dan Timur dan

Kebijakan Luar Negeri RI, 2004. (online). Diakses di

web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/18-LectureUI.pdf pada 17

Oktober 2015

16

Page 20: Geostrategy of Ottoman empire

University of Michigan. Brief History of Ottoman Empire. (online). Diakses di

http://www.umich.edu/~turkish/links/ottemp_brhist.html pada 17

Oktober 2015

Writer, Staff. MilitaryFictory.com. Definition Of The United States Department

Of Defense Military Term "Power Projection". 17 September 2015.

(online). Diakses di http://www.militaryfactory.com/dictionary/military-

terms-defined.asp?term_id=4153 pada 15 Oktober 2015

17