harvad fisiologi
DESCRIPTION
Harvad FisiologikedokteranTRANSCRIPT
Pendahuluan
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dan beraktivitas. Karena itu, kita
dianjurkan untuk berolah raga paling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga sangat
bermanfaat untuk kesehatan sistem kardiovaskuler. Seseorang yang sehat dan fit akan dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berarti. Hal ini disebabkan
masih terdapatnya cadangan energi yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra.
Aktivitas fisik merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari
karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukannya. Dengan
majunya dunia teknologi memudahkan semua kegiatan sehingga menyebabkan kita
kurangbergerak, seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa
dimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang gerak.
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh
aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan
tubuh kita dalam melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes Harvard adalah
salah satu jenis tes jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes
ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja
berat. Semakin cepat jantung beradaptasi(kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini menghitung
kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa
lelah. Subjek (orang yang melakukan tes) melangkah naik dan turun pada kursi/bangku
setinggi 18 inchi dengan mendengarkan detak metronom dengan frekuensi 120 x permenit.
Jumlah langkah disamakan dengan bunyi detak metronom dengan menaikan kaki sebelah
pada detak metronom pertama dan kaki yang lainnya lagi pada detak selanjutnya dalam
waktu 5 menit atau sampai subjek kelelahan.
Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tes Harvard
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau
mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung
kembali normal maka semakin bugar tubuhnya.
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan
dari seluruh bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan
pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan,
pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi
diluar kesadaran.
c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas
3. Untuk mempertahankan sikap badan
B. Jaringan Otot
Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar.
Fungsi-fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya.
Namun tidak kalah penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa
darah kita dan mengatur alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan
menyebabkan pembuangan limbah, dan berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses
internal.
Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas,
elastisitas, dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini
berpasangan namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi
(penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi
karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai
engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-
serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.
C. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
1. Pengaruh Denervasi
Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang normal tidak berkontraksi
kecuali sebagai respons terhadap rangsang saraf motoriknya. Kerusakan persarafan ini
menimbulkan atropi ototdan juga menyebabkan kepekaan otot yang abnormal serta
meningkatkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot
terhadap asetilkolin yang beredar dalam darah.
2. Unit motorik
Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka,
bercabang-cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil
otot yang dapat berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu motor
neuron bukan satu serat otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron
tersebut.
3. Elektromiografi
Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman
kegiatan listrik otot pada osiloskop sinar katoda.
4. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap
Otot rangka manusia saat istirahat, kalaupun ada, hanya sedikit ada sedikit kegiatan
spontan. Pada kegiatan volunter minimal, sejumlah kecil unit motorik terbangkit, dan
dengan meningkatnya kegiatan volunter makin banyak unit motorik yang terbangkit.
5. Kekuatan Otot Rangka
Otot rangka manusia dapat menahan 3-4 kg tegangan per cm2 potongan melintang.
Nilai itu kira-kira sama dengan yang diperoleh pada berbagai hewan percobaan dan
tampaknya sama pada semua spesies mamalia. Oleh karena otot manusia banyak yang
potongan melintangnya reatif besar, tegangan yang dihasilkannya dapat sangat besar.
6. Mekanik tubuh
Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip
fisiologi. Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang
sama dengan atau mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali
kontraksinya.
7. Penyakit otot
Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin
glikoprotein menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan
otot progresif. Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat
dan berakhir fatal.
8. Perkembangan Otot
Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan
mengenai pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir
ini. Miogenin merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin
merangsang fibroblas menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi
homozigot untuk gen miogenin mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot,
termasuk otot-otot yang perlu untuk pernapasan.
D. Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
2. Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam
jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal “asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada
membran.
4. Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk
berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu
potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama
seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik
potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan
retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di
dalam retikulum ini.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang
menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksti otot yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium
dari miofibril akan menyebabkan kontaksi terhenti.(6:74)
Ada tiga jenis kerja otot yaitu :
a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian
berkontraksi dan relaksasi (misalnya, menaiki bukit).
b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian
memperpanjang istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa
beban (misalnya, menuruni bukit).
c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya,
berdiri tegak).
Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot. Efek
kerja mekanik diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan
murni postural. Dalam kasus terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih
digunakan dan benar-benar berubah menjadi bentuk panas disebut pemeliharaan panas
(kekuatan otot kali durasi kerja postural).
E. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik.
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan
adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan
fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan
mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung
kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah
organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke
jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari
jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter
tubuh mengalami perubahan, antara lain :
1) Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan
cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut
jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi
maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan
sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex
jantungsendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat
berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih
tinggi dariposisi duduk.
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke
jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah
jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan
kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan
istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang
lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah
tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut
disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung
yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia.
2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh
ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh
perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama
dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung
dan perangsangan parasimpatis menurunkannya.
Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis
membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan
yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika
kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang
tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu
volume darah dalam ventrikel berkurang.
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah
sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system
peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan
(aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari
ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding
dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang
memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi
110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam
keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat
setara dengan 150-220ml/kontraksi.
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang
membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan
oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet.
Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah
jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini
akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah
absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan
meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung
dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat.
Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan vasodilator
dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan
derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol
yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus
jantung.
Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan
frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang
digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian
pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan
berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg
dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol,
tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg
dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak
berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya
lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung
koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi
pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan
meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit
menurun (8)
Tekanan dalah arteri ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah
yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung.
Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan
naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun.
Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :
1) Kekuatan memompa jantung.
2) Banyaknya darah yang beredar.
3) Viskositas (kekentalan) darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah.
Tujuan
1. Melaksanaakn tes kesanggupan kardiovaskuler cara Harvad.
2. Menilai kesanggupan kardiovaskuler seseorang.
Alat Yang Diperlukan
1. Bangku setinggi 18 inci
2. Metronom (frekuensi 120x/menit)
3. Stopwatch
Tata Kerja
1. Lakukan tes kesanggupan kardiovaskuler ini minimal 3 OP
2. Suruh OP berdiri menghadap bangku yang sesuai sambil mendengarkan detakan
metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.
3. Suruh OP menempatkan salah satu kakinya dibangku, tepat pada waktu detakan
metronom.
4. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua), kaki lainnya dinaikkan ke
bangku sehingga OP berdiri tegak diatas bangku.
5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
6. Pada detakan ke-4, kaki yang masih di atas bangku diturunan pula sehingga OP
berdiri tegak lagi di depan bangku.
7. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari
5 menit.
Catat beberapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan sebuah
stopwatch.
8. Segera setelah itu, OP disuruh duduk, kemudian hitung dan catat frekuensi denyut
nadi nya selama 30 detik segera setelah selesai (denyut nadi maksimum), kemudian
pada menit ke-1, ke-2 dan ke-3 setelah naik-turun bangku, sebagai berikut:
Denyut nadi maksimum: .....
Setelah Naik-Turun Bangku ∑ Denyut Nadi
1’ – 1’30”
2’ – 2’30”
3’ – 3’30”
Total Denyut Nadi
9. Hitung indeks kesanggupan kardiovaskuler OP serta berikan penilaiannya dengan
memasukkan data hasil jumlah denyut nadi di
http://www.brianmac.demon.co.uk/havrad.htm. setelah itu ditentukan klasifikasi hasil.
10. Perkirakan VO2max OP dengan menggunakan Gambar-HTS1. dibawah ini.
Petunjuk cara menggunakan daftar:
1. Tariklah garis dari ∑ denyut nadi OP segera setelah percobaan selesai menuju
berat badan OP, dan VO2max OP terdapat di persilangan.
2. Pastikan anda menggunakan skala yang sesuai dengan jenis kelamin OP.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
OP1 (Randy)
Denyut nadi maksimum: 74 kali selama 30 detik
Setelah Naik-Turun Bangku ∑ Denyut Nadi (Selama 30 detik)
1’ – 1’30” 66
2’ – 2’30” 57
3’ – 3’30” 50
Total Denyut Nadi 173
OP2 (Widya)
Denyut nadi maksimum: 55 kali selama 30 detik
Setelah Naik-Turun Bangku ∑ Denyut Nadi (Selama 30 detik)
1’ – 1’30” 48
2’ – 2’30” 44
3’ – 3’30” 43
Total Denyut Nadi 13
OP3 (Andi)
Denyut nadi maksimum: 80 kali selama 30 detik
Setelah Naik-Turun Bangku ∑ Denyut Nadi (Selama 30 detik)
1’ – 1’30” 69
2’ – 2’30” 59
3’ – 3’30” 52
Total Denyut Nadi 180
Hasil nomogram untuk menentukan VO2max dari denyut nadi maksimum setelah percobaan
dan berat badan:
VO2max OP 1 = berada di titik 1,6
VO2max OP 2 = berada di titik 2, 8
VO2max OP 3 = berada di titik 2,0
B. Pembahasan
Pada tabel frekuensi denyut nadi, untuk OP 1 berjenis kelamin laki-laki terlihat
setelah melakukan harvard tes selama 3 menit 47 detik, denyut nadi maksimum (dihitung
segera setelah latihan) sebesar 74 x/menit. Kemudian OP beristirahat selama menit ke-1
dengan frekuensi denyut nadi 66 x/menit, menit ke-2 dengan frekuensi denyut nadi 57
x/menit, menit ke-3 dengan frekuensi denyut nadi 50 x/menit. Pada OP 2 berjenis
kelamin perempuan terlihat setelah melakukan harvard tes selama 48 detik, denyut nadi
maksimum (dihitung segera setelah latihan) sebesar 55 x/menit. Kemudian OP
beristirahat selama menit ke-1 dengan frekuensi denyut nadi 48 x/menit, menit ke-2
dengan frekuensi denyut nadi 44 x/menit, menit ke-3 dengan frekuensi denyut nadi 43
x/menit. Selanjutnya pada OP 3 berjenis kelamin laki-laki terlihat setelah melakukan
harvard tes selama 3 menit, denyut nadi maksimum (dihitung segera setelah latihan)
sebesar 80 x/menit. Kemudian OP beristirahat selama menit ke-1 dengan frekuensi
denyut nadi 69 x/menit, menit ke-2 dengan frekuensi denyut nadi 59x/menit, menit ke-3
dengan frekuensi denyut nadi 52 x/menit. Namun lama kelamaan saat OP beristirahat
selama tiga menit maka terjadi penurunan frekuensi denyut nadi.
Berasarkan grafik nomogram menunjukkan denyut nadi subyek (garis paling kiri)
dihubungkan dengan berat badan subyek (garis paling kanan) sesuai dengan jenis
kelaminnya. Garis yang terbentuk dari denyut nadi subyek dan berat badan subyek
tentunya akan memotong garis VO2max (garis yang ditengah). Perpotongan pada garis
VO2max tersebut menunjukkan secara langsung VO2max subyek.
Setelah melakukan harvard tes selama 3 menit 47 detik, pada OP 1 berjenis kelamin
laki-laki didapatkan data ∑ frekuensi denyut nadi 173x/menit dengan berat badan 45 kg
sehingga membutuhkan volume oksigen maksimal 1,6 liter/menit. Sedangkan OP 2
berjenis kelamin perempuan setelah melakukan harvard tes selama 48 detik didapatkan
data ∑ frekuensi denyut nadi 135x/menit dengan berat badan 55 kg sehingga
membutuhkan volume oksigen maksimal 2,8 liter/menit. Selanjutnya pada OP 3 berjenis
kelamin laki-laki setelah melakukan harvard tes selama 3 menit didapatkan data ∑
frekuensi denyut nadi 180x/menit dengan berat badan 57 kg sehingga membutuhkan
volume oksigen maksimal 2,0 liter/menit.
Dalam hal ini yang dapat diketahui faktor yang mempengaruhi yaitu jenis kelamin
dan berat badan menyebabkan daya tahan berbeda terlihat nilai VO2max-nya. Dapat pula
diketahui semakin berat tugas atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula tingkat
kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut.
Kesimpulan
Maka didapati kesimpulan dengan adanya tes havrad diketahui nilai VO2max setiap OP yaitu
VO2max OP 1 berada di titik 1,6; VO2max OP 2 berada di titik 2, 8; VO2max OP 3 berada di titik
2,0 adanya aktivitas akan mempengaruhi kerja jantung dengan cara peningkatan frekuensi denyut
nadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.Jakarta : EGC.
2. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina : Elsevier Saunders.
3. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman : Georg Thieme
Verlag.
4. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia.