hiponatremi

Upload: sallykartika

Post on 10-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 hiponatremi

    1/12

    1

    HIPONATREMIA

    Definisi dan klasifikasi

    Hiponatremia adalah suatu kondisi dimana kadar natrium dalam plasma lebih rendah dari 135

    mEq/L.1,2 .1Hiponatremi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok:

    1. Berdasarkan osmolalitas plasma

    Hiponatremia isotonic

    Jika konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L dan osmolalitas plasma normal yaitu

    280-285 mOsm/Kg/H2O.

    Contoh : pseudohiponatremia pada hiperlipidemia dan hiperproteinemia.2

    Hiponatremia hipotonik

    Jika konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L dan osmolalitas plasma normal yaitu

    20 mEq/ L menandakan hiponatremi terjadi karena natrium keluar melalui

    ginjal (diuretik, insufisiensi renal, asidosis tubular ginjal, nephropaty salt-

    wasting). Jika konsentrasi natrium urin < 20 mEq/L maka kehilangan natrium

    terjadi di luar ginjal ( diare, muntah, melalui kulit/ keringat, lung losses,

    third space pada pankreatitis).

    Gangguan gastrointestinal

    Diare dan muntah yang berlebihan dan tidak langsung diberi cairan

    pengganti dapat menyebabkan kehilangan sejumlah cairan dan

  • 5/20/2018 hiponatremi

    2/12

    2

    natrium. Pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan penurunan

    natrium urin pada keadaan diare, tetapi mungkin dapat meningkat pada

    pasien dengan muntah yang berlebihan sehingga pemeriksaan

    laboratorium yang baik dalam menggambarkan deplesi volume yaitu

    pemeriksaan klorida.2

    Keringat yang berlebihan

    Aktifitas fisik yang berlebihan seperti maraton dapat menyebabkan

    deplesi volume, kehilangan natrium dan klorida pada keringat yang

    berlebihan.2

    Penggunaan diuretik yang berlebihan

    Menurut literatur, 73 % kasus hiponatremi disebabkan karena

    penggunaan thiazid, 20% karena kombinasi thiazid dengan

    antikaliuretik dan 7 % disebakan oleh furosemid1.2

    Cerebral salt wasting syndrome (CSWS)

    CSWS merupakan suatu sindroma yang terjadi setelah prosedur

    neurosurgikal ataupun setelah terjadi trauma kepala. Pada kondisi ini

    AVP disekresikan karena stimulasi baroresptor.2

    Defisiensi mineralokortikoid

    Pada kondisi ini terjadi kegagalan dalam menekan pelepasan AVP

    akibat hipoosmolalitas.2

    2. Euvolemik

    Hiponatremia hipotonik euvolemik berhubungan dengan adanya kelompok

    sindroma klinis yang selanjutnya harus dibedakan menurut pemeriksaan

    osmolalitas urin. Hal ini terjadi karena intake cairan yang berlebihan

    sedangkan ginjal tidak mampu untuk mengeksresikan. Jika konsentrasi

    natrium urin > 20 mEq/ L maka telah terjadi gagal ginjal, SIADH, hipotiroid.

    Jika konsentrasi natrium urin < 20 mEq/L kemungkinan karena polidipsi.

    Hal ini dapat terjadi pada keadaan dibawah ini:

    SIADH ( syndrome inappropiate anti diuretic hormon) konsentrasi

    natrium yang rendah karena kelenjar hipofisis di dasar otak

    mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretic

    Sindroma nefrogenik

    Defisiensi glukokortikoid

  • 5/20/2018 hiponatremi

    3/12

    3

    Hipotiroid

    Pada hipotiroid terjadi peningkatan resistensi vascular dan penurunan

    curah jantung yang menyebakan gangguan perfusi ginjal.

    Keringat yang berlebihan Intake cairan yang rendah Pada pasien yang mengkonsumsi bir beer

    potomaniadalam jangka waktu yang lama.

    Polidipsia primer

    Polidipsia primer terjadi pada 20 % pasien psikiatrik khususnya

    skizofrenia. Pada kondisi ini intake cairan berlebihan tidak diikuti

    dengan diurnal diuresis.2

    3.

    Hipervolemik

    Hiponatremia hipotonik hipervolemik terjadi akibat adanya peningkatan total

    cairan tubuh yang selanjutnya dapat dibedakan dengan pemeriksaan

    konsentrasi natrium pada urin. Dapat terjadi karena kegagalan ginjal dalam

    mengkeksresikan cairan. Pada pasien ini ditemukan edema karena retensi

    cairan dan natrium.2

    Gagal jantung

    Hiponatremia hipervolemik pada gagal jantung pada awalnya terjadi

    akibat penurunan curah jantung dan tekanan darah, yang menstimulasi

    vasopressin, katekolamin dan renin-angiotensin-aldosteron. Kadar

    vasopressin yang meningkat telah dilaporkan pada pasien dengan

    disfungsi ventrikel kiri sebelum gagal jantung muncul. Pada pasien

    gagal jantung yang memburuk, berkurangnya stimulasi

    mekanoreseptor diventrikel kiri, sinus karotis, arkus aorta dan arteriol

    aferen ginjal memicu peningkatan aktivitas simpatis, system RAS, dan

    pelepasan vasopressin tanpa rangsang osmotik, ditengah-tengah

    berbagai neurohormon lain. Walaupun total air tubuh meningkat,

    peningkatan aktivitas simpatis ikut menyebabkan retensi natrium dan

    air. Pelepasan vasopresin yang bertambah menyebabkan bertambahnya

    jumlah saluran akuaporin di duktus koligentes ginjal. Ini memacu

    retensi air yang bersifat abnormal dan hiponatremia hipervolemik.2,3

    Sirosis

  • 5/20/2018 hiponatremi

    4/12

    4

    Hiponatremi yang terjadi pada pasien sirosis dikarenakan gagal

    jantung, pelepasan AVP.2

    Sindroma nefrotik, gagal ginjal akut dan kronik.2

    Hiponatremia hipertonikJika konsentrasi natrium plasma 285 mOsm/Kg/H2O. Contoh : hiperglikemia dan pemberian cairan hipertonik

    seperti manitol.2,3,4

    2. Berdasarkan konsentrasi natrium plasma

    Hiponatremia ringan

    Konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L

    Hiponatremia sedang

    Konsentrasi natrium plasma < 130 mEq/L

    Hiponatremia berat

    Konsentrasi natrium plasma < 120 mEq/L.2

    3. Berdasarkan konsentrasi ADH

    Hiponatremia dengan ADH meningkat

    1. Peningkatan ADH dikarenakan deplesi volume sirkulasi efektif yang

    menyebabkan Na keluar berlebihan dari tubuh yaitu ginjal (diuretik, salt-

    losing nephropaty, hipoaldosteron) dan non ginjal seperti diare.2

    2. Peningkatan ADH tanpa disertai deplesi volume misalnya pada SIADH.2

    Hiponatremia dengan supresi ADH fisiologis

    Polidipsia primer atau gagal ginjal merupakan keadaan dimana eksresi cairan lebih

    rendah dibanding asupan cairan yang menimbulkan respons fisiologis untuk supresi

    sekresi ADH.2

    4. Berdasarkan waktu

    Hiponatremia akut

    Disebut akut bila kejadian hiponatremi berlangsung kurang dari 48 jam. Pada keadaan

    ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang. Hal ini

    terjadi akibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang

  • 5/20/2018 hiponatremi

    5/12

    5

    osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga hiponatremi simptomatik atau

    hiponatremi berat.2

    Hiponatremia kronik

    Disebut kronik bila kejadian hiponatremia berlangsung lambat yaitu lebih dari 48 jam.Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran ataupun

    kejang. Gejala yang terjadi seperti mengantuk dan lemas. Kelompok ini disebut juga

    hiponatremi asimptomatik atau hiponatremi ringan.2

    Patofisiologi hiponatremia

    Osmolalitas tubuh diatur oleh sekresi arginin vasopresin (AVP) dan rangsangan haus. AVP

    merupakan hormon antidiuretik yang dihasilkan oleh hipotalamus dan di transportasikan

    melalui axon ke hipofisis posterior. AVP berperan dalam mengatur homeostasis. Aktivasi

    reseptor AVP menyebabkan ekskresi cairan berkurang, regulasi AVP juga diatur oleh

    baroresptor di sistem saraf pusat dan sistem kardiopulmonal. Natrium serum merupakan hasil

    bagi dari jumlah natrium dengan volume plasma. Osmolalitas plasma normal yaitu 280-285

    mOsm/Kg/H20.2,3,4,5

    Hiponatremia isotonic

    Pada kondisi ini jumlah natrium plasma sebenarnya dalam keadaan normal. Isotonik

    hiponatremi terjadi pada keadaan hiperlipidemia ataupun hiperproteinemia. Plasma

    tersusun atas cairan dan solut (zat terlarut). Hiperlipidemia dan hiperproteinemia

    meningkatkan solut plasma dan menurunkan jumlah cairan plasma, sehingga pada

    keadaan ini terjadi pseudohiponatremi. Dimana denominator dalam penghitungan

    jumlah natrium plasma menjadi lebih tinggi sehingga kadar natrium plasma menjadi

    turun.2,3,4,5

    Hiponatremia hipotonik

    Osmolalitas antara cairan intraseluler sama dengan cairan ekstraseluler. Pada keadaan

    hiponatremi hipotonik, jumlah cairan plasma lebih besar dibandingkan jumlah solut

    sehingga osmolalitas plasma menjadi turun.2,5

    Hiponatremia hipotonik hipovolemik Dalam kondisi deplesi total natrium

    tubuh, terjadi peningkatan AVP meningkat dan retensi H2O bebas

    untukmempertahankan volume intravaskular. Namun, retensi H2Obebas saja tidak

    cukup untuk mengembalikan volume ekstraseluler cairan pada keadaan hipovolemia.

  • 5/20/2018 hiponatremi

    6/12

    6

    Selain itu,penggantian kehilangan natrium dan H2O dengan H2O bebasdapat

    mempotensiasi peningkatan kadar plasma AVP yang tidaksesuai, yang dapat

    memperburuk hiponatremia.2 Hipovolemia dengan natrium urin kurang dari 20 mEq /

    L atau FENa kurang dari 1% menunjukkan retensi natrium ginjalyang aktif untuk

    mengkompensasi kehilangan ekstrarenal,seperti kehilangan pencernaan atau

    insensible water loss dengan penggantian H2O bebas. Pasien hipovolemik dengan

    natrium urin melebihi 20 mEq / L atau melebihi FENa 1% menunjukkan adanya

    kehilangan natrium ginjal akibat pemberian diuretik, osmotik diuresis, salt-losing

    nephropaty, alkalosis metabolik, atau insufisiensi adrenal.2 Sebagian besar kasus dari

    natriuresis primer disebabkan oleh pemberian diuretik thiazide dibandingkan dengan

    loopdiuretics. Diuretik thiazide dapat menyebabkan kehilangan natrium ginjal yang

    berlebihan dan deplesi volume, sehingga timbul hiponatremia berat segera setelah

    mulai terapi. Yang termasuk Salt losing nephropathy yaitu tubular asidosis ginjal,

    penyakit polikistik ginjal, dan uropati obstruktif. Baik tubular asidosis ginjal tipe II

    dan alkalosis metabolic menyebabkan hiponatremia sebagai akibat dari

    bikarbonaturia, yang menimbulkan ekskresi natrium. Kedua insufiensi adrenal primer

    dan sekunder dapat mengakibatkan defisiensi glukokortikoid dan / atau

    mineralokortikoid, yang mengakibatkan hiponatremia.2

    Hiponatremia hipotonik euvolemik terjadi karena intake cairan yang

    berlebihan sedangkan ginjal tidak mampu untuk mengeksresikan. Hal ini dapat terjadi

    pada keadaan dibawah ini berhubungan dengan adanya kelompok sindroma klinis

    yang selanjutnya harus dibedakan menurut pemeriksaan osmolalitas urin. Kondisi

    euvolemik dengan osmolalitas urin 285 mOsm/Kg/H2O. Hipertonisitas bisa terjadi

    karena peningkatan zat terlarut yang tidak bebas keluar masuk kompartemen,

    contohnya glukosa manitol, gliserol, atau sorbitol sehingga terjadi perpindahan cairan

  • 5/20/2018 hiponatremi

    7/12

    7

    dari ICF ke ECF sehingga menurunkan kadar natrium ECF. Hiponatremia jenis ini

    biasanya dihubungkan dengan peningkatan osmolalitas. Contohnya, pada pasien

    hiperglikemia setiap kenaikan glukosa 3 mmol/L, natrium serum turun 1 mmol/L.

    Manifestasi klinis hiponatremia

    Gejala klinis hiponatremia tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Secara umum gejala

    klini pada hiponatremia dapat dilihat dibawah ini.

    Manifestasi klinis menurut sistem yang dipengaruhi

    Sistem tubuh Manifestasi

    Sistem saraf pusat Sakit kepala, confusion, hiper atau hipoaktif

    refleks tendon

    dalam, kejang, koma, peningkatan tekanan

    intrakranial

    Kardiovaskular Hipertensi dan bradikardia secara signifikan

    meningkatkan

    tekanan intrakranial

    Muskuloskeletal Fatigue, kram, twitching

    Gastrointestinal Anoreksia, diare, mual, muntah

    Ginjal oliguria

    Diagnosis

    Manifestasi klinis dari hiponatremia biasanya akibat adanya edema otak, yang

    menyebabkan gejala neurologis dan sistemik. Pada kondisi kronik (CHF, Sirosis),

    hiponatremia dapat asimtomatik akibat adanya adaptasi sel dengan mempertahankan gradien

    osmolar dan melindungi dari terjadinya edema serebri. Pada hiponatremia akut (postoperatif,

    drug-induced), gejala tidak spesifik dan sangat luas. Gejala awal yaitu adanya anoreksia,

    kesemutan, mual, muntah, sakit kepala, iritabilitas, disorietasi, konfusi, fatigue, dan letargi,

    dimana gejala lanjut yang dapat ditemukan adalah adanya gangguan status mental, kejang,

    koma, dan gagal napas, dan dapat menyebabkan kematian. Saat gejala neurologis dari

    hiponatremia muncul, disebut sebagai ensefalopati hiponatremia.

  • 5/20/2018 hiponatremi

    8/12

    8

    Hiponatremia terklasifikasi berdasarkan osmolalitas plasma yang ditentukan melalui

    pemeriksaan penunjang laboratorium dan status volume yang ditentukan melalui pemeriksaan

    fisik. Penentuan hiponatremia secara sistematik diperlukan untuk menentukan penyebab dan

    terapi yang akan diberikan. Dapat dilakukan pengukuran osmolalitas plasma, status volume,

    konsentrasi natrium urin dan osmolalitas. Osmolalitas plasma, pertama dilakukan untuk

    menyingkirkan hiponatremia hipertonik >295 mOsm/kg dan pseudohiponatremia,

    hiponatremia isotonik, 280295 mOsm/kg. Sedangkan pada penurunan osmolalitas plasma,

    hiponatremia hipotonik < 280 mOsm/kg diperlukan penentuan volume status yang akurat.

    Meskipun begitu, pengukuran osmolalitas plasma seringkali kurang akurat dan tidak dapat

    digunakan sebagai penentuan terapi.

    Pengukuran konsentrasi natrium urin merupakan pemeriksaan penunjang yang paling

    sering dan paling dapat digunakan untuk menentukan diagnosis banding. Status volume

    diklasifikasikan secara klinis sebagai hipervolemik, euvolemik, atau hipovolemik, dan

    merupakan pemeriksaan penunjang yang baik dilakukan untuk diagnosis akurat dan terapi

    yang adekuat. Manifestasi klinis pada kondisi hipervolemik seperti edema, crackles pada

    paru, tekanan vena jugular leher terdistensi, dan terdapat S3 pada auskultasi jantung.

    Manifestasi klinis pada kondisi hipovolemik yaitu adanya hipotensi orthostatik, takikardia,

    dan oliguria/anuria. Jika tidak ditemukan tanda-tanda diatas, status volume dikategorikansebagai keadaan euvolemik. Monitor ketat dan evaluasi serial diperlukan pada hiponatremia.

    1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (termasuk penentuan status volume)

    2. Pengukuran osmolalitas plasma

    Hiponatremia hipertonik (POsm > 295 mOsm/kg)

    Hiponatremia isotonik (POsm 280295 mOsm/kg)

    Hiponatremia hipotonik (POsm < 280 mOsm/kg)

    3. Pengukuran natrium urin dan osmolalitas (ditambahkan informasi status volume)

    Hiponatremia hipotonik hipervolemik

    UNa > 20 mEq/L or Azotemia (gagal ginjal kronis)

    FENa > 1%

    UNa < 20 mEq/L or Edema (CHF, sirosis, sindroma nefrotik)

    FENa < 1%

  • 5/20/2018 hiponatremi

    9/12

    9

    Hiponatremia hipotonik euvolemik

    UOsm < 100 mOsm/kg Polidipsia (primer) Psikogenik

    Low-solute (beer) potomania

    UOsm > 100 mOsm/kg Peningkatan AVP or mimicSyndrome of inappropriate antidiuresis

    Endokrinopati

    UOsm bervariasiReset osmostat syndrome

    Hiponatremia hipotonik hipervolemik

    UNa > 20 mEq/L atau Natriuresis primer (renal)

    FENa > 1%

    UNa < 20 mEq/L atau Kehilangan natrium ekstrarenal (dengan

    FENa < 1% penggantian dengan H2O bebas)

    4. Terapi Inisial

    Hiponatremia hipertonik Memperbaiki kondisi hiperglikemia. Hiponatremia isotonik

    Mengobati penyebab gangguan metabolisme protein atau lipid. Hiponatremia hipotonik

    Pemberian cairan diuretics, restriksi H2O.

    Penentuan osmolalitas plasma memberikan dasar terapi inisial hiponatremia. Pada

    hiponatremia hipertonik, tata laksana diberikan langsungpada penyebabnya. Tidak ada terapi

    spesifik pada hiponatremia isotonic selain memberikan terapi pada gangguan metabolisme

    lipid dan protein yang mendasari. Untuk hiponatremia hipotonik diberikan secara

    simptomatis, dan berdasarkan status volume.2,8

    Pada hiponatremia hipotonik, gejala biasanya semakin terlihat saat konsentrasi plasma

    natrium

  • 5/20/2018 hiponatremi

    10/12

    10

    Secara umum, pada satu setengah dari total defisit dapat digantikan dalam 12 jam

    pertama, dengan 0.5 mEq/L/jam (12 mEq/L/hari). Rumus dibawah dapat digunakan dalam

    mengestimasi efek 1 L infus natrium dalam konsentrasi plasma natrium.2

    Perubahan dalam natrium plasma = (Natrium pada infusNatrium plasma)

    (Total body water + 1)

    Total body water (l) dikalkulasi dengan mengkalikan berat badan (kg) dengan 0.5 pada

    perempuan, 0,6 pada laki-laki, 0,45 pada lansia wanita, dan 0,5 pada lansia pria.2

    Konsentrasi natrium pada infus yaitu pada salin 3% = 513 mEq/L,salin 0.9% =154

    mEq/L, salin 0.45% = 77 mEq/L. Rumus lainnya juga ada yang memperhitungkan infus

    natrium yang mengandung kalium dan elektrolit lainnya.2,8

    Nonpeptide arginine vasopressin reseptor (AVP-R) antagonis adalah kelas obat baru

    yang mempromosikan aquaresis, istilah yang digunakan untuk menggambarkan ekskresi air

    bebas elektrolit tanpa ekskresi natrium atau kalium. Sering disebut sebagai "vaptans" atau

    "aquaretics" untuk menunjukan efek mereka yang kontras dengan diuretik, AVP-R antagonis

    menghambat aksi AVP pada reseptornya secara langsung, khususnya menargetkan pada V1A

    reseptor pembuluh darah sel-sel otot dan reseptor V2 pada sel duktus kolektivus ginjal. Saatini hanya conivaptan aquaretic yang disetujui oleh Food and Drug Administration AS,

    diindikasikan untuk pengobatan simtomatik dan hiponatremia hipervolemik dan euvolemik

    pada pasien rawat inap, khusus SIADH dan CHF. Karena haus adalah salah satu efek

    samping dari obat ini, diperlukan restriksi cairan.8

    5.Reevaluasi dan penyesuaian terapi

    Reevaluasi serial dan tappering down harus dilakukan secara hati-hati sampai tercapai

    kondisi normonatremia euvolemik.2,8 Hiponatremia hipotonik akut, memiliki onset < 48 jam,

    dan dapat terkoreksi secara cepat. Meskipun begitu, koreksi dari hiponatremia kronik

    asimptomatik terkadang tidak diberikan, seperti pada pasien sirosis atau reset osmostat

    syndrome. Terlebih lagi, tata laksana yang berlebihan dapat mengakibatkan morbiditas dan

    mortalitas. Kerusakan batang otak yang permanen dapat muncul akibat osmotic myelinolysis

    syndrome, yang terlihat dari adanya central pontine myelinolysis akibat osmotically-induced

    demyelination.7,8

  • 5/20/2018 hiponatremi

    11/12

    11

    Tatalaksana Hiponatremia Hipervolemik Hipotonik

    Tujuan tatalaksana pada pasien hiponatremia hipervolemik hipotonik adalah untuk

    memperbaiki konsentrasi natrium plasma dengan 1 sampai 2 mEq / L / jam baik

    menggunakan salin hipertonik atau salin isotonik, kadangkadang dalam kombinasi dengan

    diuretik, sampai gejala mayor (misalnya, perubahan status mental yang berat, kejang)

    mereda. Yang penting untuk diperhatikan adalah salin hipertonik merupakan kontraindikasi

    relatif pada hipervolemia, sehingga penggunaan salin isotonik lebih direkomendasikan pada

    pasien sebagai terapi inisial. Sekali gejala mayor membaik, pengobatan harus kemudian

    menjadi kurang agresif dan diarahkan pada memperbaiki penyebab dasar hiponatremia.

    Akhirnya, restriksi cairan adalah pengobatan pilihan, dengan batas 0,5 sampai 1 L / hari,

    dengan atau tanpa diuretik, mengoreksi tidak lebih dari 0,5 mEq/ L/jam. AVP-R antagonis

    dapat diperlukan pada pasien simptomatik dengan CHF. Perawatan awal pasien asimtomatik

    adalah restriksi air bebas dengan atau tanpa diuretik untuk memperbaiki hiponatremia dan

    meningkatkan status volume.5,8

    Tatalaksana Hiponatremia Hipotonik Euvolemik

    Tatalaksana yang diberikan pada pasien dengan gejala hiponatremia hipotonik

    euvolemik adalah untuk memperbaiki konsentrasi natrium plasma dengan 1 sampai 2 mEq/L/ jam menggunakan salin hipertonik sampai gejala mayor mereda, kemudian beralih ke salin

    isotonik 0,5-1 mEq/ L/ jam setelahnya. Diuretik dapat digunakan untuk mengurangi

    kelebihan cairan selama pengobatan, tetapi penggunaannya harus diminimalkan. Setelah

    kondisi telah asimtomatik, tata laksana dapat diganti menjadi restriksi air bebas. Tatalaksana

    inisial pada pasien asimptomatik adalah restriksi cairan 0,5-1 L / hari, dengan koreksi tidak

    lebih dari 0,5 mEq / L / jam selama jangka waktu beberapa hari.

  • 5/20/2018 hiponatremi

    12/12

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Craig, Sandy. Hyponatremia. Diunduh dari

    http://emedicine.medscape.com/article/767624-overview. (Accessed on 21 June 2014)

    2. Brenner B, Singer G. Fluid and electrolyte disturbances. In: Kasper DL, Braunwald E,

    Fauci A, et al, editors. Harrisons principles of internal medicine. 16th ed. New York:

    McGraw-Hill; 2005:25163.

    3. Reynolds RM, Padfield PL, Seckl JR. Disorders of sodium balance. BMJ 2006;

    332:702-5.

    4. Horacio J.Adrogue, Nicolaos E.Madias. The Challenge of Hyponatremia.JASN.2012

    5. Rudolph et al. Hyponatremia. Hospital Physician. January 2009; 2332.

    6.

    Parikh C, Berl T. Disorders of water metabolism. In: Feehally J, Floege J, Johnson RJ,

    editors. Comprehensive clinical nephrology. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;

    2007:97.

    7.

    Agrawal V, Shashank R Joshi. Hyponatremia and Hypernatremia : Disorder of Water

    Balance. JAPI. December 2008

    8. Richard H.Sterns, Sagar U. The Treatment of Hyponatremia.UPHS.2009.