hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman dan ... · menghasilkan kuncup bunga pertama...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN AGROKLIMAT DENGAN FENOFlSlOLOGl TANAMAN DAN KUALGTAS BL'AH MANGGIS Dl LIMA
SENTRA PRODllKSl Dl PULAU JAWA
ENDANG GUNAWAN
PROGRAM STUD1 AGRONOMI SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
SUJUT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamyz bahwa segala pernyataandalam tesis
ini yang berjudul:
Nubungan AgroMimat dengan Fenofisiologi Tanaman dan Kualitas Buah
Manggis di Lima Sentra Produksi di Pulau Jawa
Mempakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan dari
Komisi Pembimbing saya, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. . .
Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lainnya.
Semua dzra dan infom~asi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dapat
diperiksa kebenarannya
Bogor, Januari 2007
ENDANG GUNAWAN. 2006. Hubungan Agroklimat dengan Fenofisiologi Tanaman d ln Kuditas Buah di Lima Sentra Produksi Manggis di Pulau Jal.va. Dibimbing oleh ROEDHY PCERLVANTI dan SRI SEI'YATI HARJADI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman, mengetahui iiubungan agroklimat dengan produktivitas dan kualitas buah manggis di lima sentra produksi. Penelitian ini dilakukan di lima sentra produksi manggis yaitu: Lsuwiliang-Bogor, Wanayasa-Punvakarta, Puspahiang-Tasikmalaya, Kaligesing-Purworejo dan Watulimo-Trenggalek. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai Mei 2005.
Pengamatan terhadap periode uubus, periode dornlansi tunas, periode berbunga, periode berbuah, periode pmen, produktivitas dan kualitaz buah serta analisis kandungan NPK daun dan karbohidrat daun selalna empat stildia pertumbuhan-perkembangan tanaman. dilakukan pada 20 sampel tanaman manggiS yang berumur antara 30-35 rahun. Selain itu dilakukan pengamatan harian terhadap curah hujan; suhu dan kelenibaban udara. Pada awal penelitian dilakukan analisis struktur, tekstur, k e i ~ tanah dan kandungan hara N, P, K, Mg, dan Ca tanah. Selanjutnya andisis kanciungan hara N, P, K, Mg, dan Ca tanah dilakukan selama empat stadia pertumbuhan-perkembangan tanaman.
Lima sentra produksi manggis menunjukkan tiga pola curah hujan yang berbeda, yaitu, 1) pola curah hujan yans halnpir merata setiap bulannya terjadi di Le~wiliang, hujan turun pada musim ~ n g h u j a n maupun kemarau tetapi jumlah dan intensitas hujan pada musim kemanu lebih rendah, 2) pola curah hujan yang memiliki perbedaan yang cukup t ega antara lnusim penghujan dar. musim kemarau terjadi di Wanayasa dan Puspahiang, diqtrih~ici curah hujan yang tinggi terjadi pada musim penghujan dan jarang turun hujan pada musim kemarau, walaupun turun hujan, jumlah dan inrensitasnya sangat rendah, 3) pola curah hujan yang memiliki perbedaan yang rssas antara musim penghujan dan musim kemarau terjadi di Kaligesing dan Warnlimo, curah hujan tertinggi terjadi pada musim penghujan dan jarang atau tidak rsrjadi turun hujan pada musim kemarau.
Pola curah hujan berhubungan dengan periode dormansi tunas. Periode kering berhubungan dengan awal keluar kuncup bunga. Daerah Leuwiliang dengan periode kering yang kurang dari 30 hari menghasilkan kuncup bunga manggis pertama setelah 16 bari turun hujan pada awal musim hujan. Daerah Wanayasa dan Puspahiang yang memiliki periode kering kurang lebih 100 hari menghasilkan kuncup bunga pertama setelah mengalami periode kering kurang lebih 80 hari tanpa turun hujan. Daerali haligesing dengan periode kering selama 122 hari menghasilkan kuncup bunga psrtama setelah mengalami periode kering selama 121 hari tanpa turun hujan sedmgkan daerah Watulimo yang memiliki periode kering lebih dari 150 h g i menghasilkan kuncup bunga pe r tma setelah mengalami periode kering selama 138 hu i tanpa hujan.
Produktivitas tanaman tertinggi terjadi di Wanayasa dan terendah di Leuwiliang. Kedua daerah ini memiliki perbedaan yang nyata pada pola curah Ilujannya. Tetapi daerah dengan pola curah bujan sama yang menunjukkan produktivitas tanaman berbeda, diduga disebabkan adanya perbedaan kandungan hara N, P, K daun dan karbohidrat dam. Daerah dengan pola curah hujan yang sama tetapi kandungan hara N, P, K dam dan karbohidrat daun yang lebih tinggi n~enghasilkan produktivitas yang lebih ringgi.
Panjang-pendeknia periode kering t ~ d & berpengaruh terhadap jumlah bunga yang dihasilkan. Sedang!tan intensitas periode kering bs~pengaruh terhadap jundah bunga yang dihasilkan. Secara !id& langsuig intensitas periode kering berpengaruh terhadap produlitivitas tanamail. Produkiivitas tanaman berkorelasi positif dengan jumlah bunga dan buah yang terbentuk. Jumlah buah yang terbentuk berkorelasi negatif jumlall bunga dm buah yang rontok. Jumlah bunga dan buah ronfok berkorelasi positif dengan jumlah curah hujan dan berkorelasi negatif dengan kandungan hara K daun sena karbohidrat daun selama periode perkembangan buah. Produktivitas tanaman berhubungan dengan kandungan NPK daun serta karbohidrat daun. Terdapat korelasi positif antara produktivitas dengan kandungan NPK daun dan karbohidrat daun
Kualitas buah manggis ditunjukkan oleh kemulusan kulii buah, padatan total terlarut dan asam total tertitrasi. Jumlah buah manggis dengall kulit mulus iertin~gi dihasilkan daerah Wanayasa s e d a n g k jjllmlah buah dengan kulit buah mulus terendah dihasilkan daerah Kaligesing. Kedua daerah ini memiliki . . -. perbedaan nyata pada kandungan karbohidrat daun tanamannya. Kemulusan kulit buah berkorelasi positif dengan kandmgan'.kbohidrat daun tanamen. Padatan total terlarut buah tertinggi dihasilkan m a r ~ ~ s dari Kaligesing d m terendah dari Leu~viliang, diduga disebabkan oleh perbcdaan jumlah curah hujan altar kedua daerah tersebut. Padakul total terlarut berkorelasi negatif dengan jumlah curah hujan saat perkembangan buah Asm total tenitmi buah tertinggi terdapat pada m'mggis daerah Puspahiang dan terendah pada manggis dari Kaligesing, diduga disebabkar. oleh perbedaan jumlah curah hujan, kmdungan karbohidrat dam tanman dan pH tanah antar kedua daerah tersebut. Asa~n total tertitrasi berkorelasi positif dengan kandungan karbohidrat daun d m berkorelasi negatif dengap pH tanah serta jumlah curah hujan saat pcrkembangan buah.
HUBUNGAN AGROKLIMAT DENGAN FENOFlSlOLOGl TANAMAN DAN KUALlTAS BUAH hrlANGGlS Dl LIMA
SENTRA PRODUKSI Dl PULAU JAWA
Endang Gunawan
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelat
Magister Sains pada Program Studi Agronomi
PROGRAM STUD1 AGRONOMI SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Tzsis : Hubungan Agroklimat dengan Fenofisiologi Tanaman dan Kualitas Buah Manggis di Lima Sentra Produksi di Pulau Jawa
Nama : Endang Gunawan NT : A351020341 Progranl S:udi : Agronomi
Disetujui
1 . Ko~nisi Pembimhing
. Ir. Roedh). Poerwanto.MSc Ketua
Prof. Dr. Ir. Sri Setyati Hariadi. h4Sc Anggota
Diketahui
,,,,a s, ,
Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS '. 0 Prof:+: '\
Tanggal Ujian : 16 November 2006 Tanggal Lulus : JAN 2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur All?a~ndulillah penulis panjatkzn ke liadirat Allah SWT, karena
atas rahrnat dan hidayat-Nya penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh Program Riset Unggulan Strategis
Nasional (RUSNAS) melalui Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, LPPM-IPB.
Pada kesempatan ini pe~lulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus
dan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, MSc dan Prof Dr.,Ir. Sri Setyari ijarjsdi,
MSc., selaku komisi pembimbing, atas segala bimbingan, masukan, saran dan
kritik yang sangat berarti bagi penulis selama pelaksanaan penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini.
2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi., atas kesediaannya sebagai dosen penguji
1uar kolnisi dan atas semua saran serta masukannya.
3. Dr. Ir. H. Sobir, MSi, selaku kepala Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
LPPM-IPB atas izin, bantuan, fasilitas dan dorongan moril dalam
peilyelesaian studi S2 penulis.
4. Staf dosen dan peneliti di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM-IPB Prof.
Dr. Ir. Hj. Syafrida Manuwoto, MSc., Ir. Hj. Yayah K. Wagiono, MEc., Dr. Ir.
Sriani Sutjiprihati, MS., Dr. Ir. Darda Efendi, MSi., Dr. Ir. Winarso D.
Widodo, MS., Dr. Ir. M. Firdaus, MSi., Ir. Ivone 0. Sumaraw, MS. dan Willy
Bayuardi, SP., MSi, atas segala diskusi, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan.
5. Rekan Staf peneliti dan karyawan di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
LPPM-IPB Kusuma Darms SP., MSi.,., Heri Harti SP., Naekman Naibaho,
SP., Rena Destriani Amd, Rika Lesmawati, Amd., Sulasih SP., dan M.
Syafmdin atas segala batuan, dorongan moril dan keramahtamahannya.
6. Keluarga Bapak H. Sayuti, Bapak Ade Sugema, Bapak Ayi, Bapak
Sastrosupardi (Alm) dan Bapak Arif, atas segala izin, bantuan fasilitas
pemakaian kebun manggisnya sebagai bahan penelitian penulis.
7. Bapak Sulaeman, Bapak H. Tbramsyah, BA dan Bapak Baisuni serta seluruh
karyawan Kebun Percobaan Tajur d a ~ ~ Pasirkudr? atas segala bailtuan dan
dukungan moril yang telah diberikan.
8. Rekan-rekan penelitian manggis, Ir. Liferdi, MSi, Ir. Lizawati, MSi, Eko
Setiawan SP., MSi., Sopiandi SP., MSi. dan Juanasri SP., MSi., atas
kebersamaan, suka-duka dan diskusinya selama penelitian berlangsung,
semoga pengetahuan yang telah kita peroleh dapat bermanfaat.
9. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Program Studi Agronomi angkatan
2002, atas segala kebersamaannya dalam menuntut illnu di pescasarjana IPB.
10. Kedua -orang tua Bapak Warsan Tedjasukmana, Mamah Tuti dan seluruh
keluarga atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepads penillis.
11. Istri tercinta Ratnasari SP., dua sejoli te rsqa~lg M. Aqsha Assyada Gunawan
dan Sylmi Jasmina Chaimnisa atas pengorbanan, ketulusan, kesabaran dan
pengertian yang telah diberikan selanla ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama
pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan fihak lain yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2007
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 14 Maret 1977
dari ayah Warsan Tedjasukrnana dan ISu Tuti. Penulis merupakan anak keempat
dari einpat bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus Sarjana Pertanian dari Program Studi
Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tahun 2000-2002
penulis sempat bekerja di PT. Multi Benih Unggul Indonesia Jakxta sebagai
agronomis. Sejak Maret 2003 hingga saat ini bekerja di Pusat Kajian Buah-buahan
Tropika LPPM-IPB sebagai staf peneliti.
Bulan Juli 2002 peilulis diterima di Program Studi Agronomi pada
Sekolah Pascasarjana (S2) IPB.
DAFTAR IS1
Halaman ... DAFTAR TABEL ........................................................................................... 111
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ iv
L a t a Belakang ................................................................................... 1 . . Tujuail Penelltian .......................................... :: ...................................... 4 . .
Manfaat Pe~lelitian ................................................................................ 4
Hipotesis .............................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
Botani manggis .................................................................................... 5
.......................................................................... Fenofisiologi Tananlan 6
.......................................... Kebutuha Agroklimat Tanaman Manggis 11
............................................................ Produksi Manggis di indonesia 14
................................................................. Kualitas Manggis Indonesia 16
BAHAN DAN METODE ................................................................................. 21
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 21
Bahan dan Alat .................................................................................... 21 . .
Metodologi Penelltian ........................................................................... 21
....................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN 27
PEMBAHASAN UMUM ................................................................................. 51
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 73
Kesimpulan ......................................................................................... 73
Saran .................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................... 79
D A K A R TABEL
No . Teks Halaman
1 Waktu Panen Tanaman Manggis di Beberapa Sentra Produksi Manggis Indonesia ................................................................ 14
2 Kriteria mutu produk pertanian ................................................................ 16
3 Indeks kemasakan buah manggis ............................................................... 18
4 Posisi geografi dan keiinggian tempat lima sentra produksi manggis ....... 27
5 Sebarnn buuln basah dan kering serta curah hujan rata-rata di lima sentra produksi manggis Tahun 2003-2005 ............................... 28
6 . Keadam suhu maksimum dan minimum di lima sentra produksi manggis ....................................................................................... 31
7 Karah~eristik fisik dan kelas tanah di lima sentra produksi manggis ........ 32
8 Kandungan Hara makro primer tanah di lima sentra produksi pada saat tanaman berbunga tahun 200; ................................................ 33
9 Periode trubus dan dormansi tun= di lima sentra produksi tahun 2004 .. 37
......... 10 Periode keluar kuncup bunga dan anthesis di lima sentra produksi 40
11 Periode Pertumbuhan dan perkembangan buah serta panen manggis di lima sentra produksi ............................................................................... 43
12 Produktivitas tanaman manggis di lima sentra produksi tahun 2003-2005 ........................................................................................ 46
13 Jumlah Bunga. persentase bunga rontok dan jumlah fruitset pada ................................................. tanamm manggis di lima sentra produksi 46
14 Bobot bagian buah manggis di lima sentra produksi ................................ 48
15 Persentase buah yang dihasilkan berdasarkan kelas super. A. B. C dan D di lima sentra produksi ............................................................................... . 4 9
16 Penampakan buah dan kandungan kimia buah manggis di lima sentra produksi ........................................................................................... 50
DAPTAR GAMBAR
No . Teks Halaman
1 Pola penyebaran curah hujan di lima sentra produksi manggis pulau Jawa pada tahun 2003-2005 .............................................................. 29
2 Keadaan suhu maksimum-minimum dan kelembaban udara harian rata-rata di lima sentra produksi manggis ................................................................. 31
3 Fenologi tanaman manggis di Leuwiliang. Wanayasa dan Puspahiang tahun 2003-2005 35
4 Fenologi tanaman manggis & Kaligesing dan Watulimo tahun 2003-2005 ..................................................................................... 36
5 Perubahan kandungan hara NPK daun dan karbohidrat daun tanan~an manggis di lima sentra produksi ................................................... 39
6 Hubungan antara periode perkembangan kuncup bunga san~pai anthesis dengan kandungan N. P daun dan karbohidrat daun ................................ .... 41
7 Pertumbuhan buah manggis sejak anthesis sampai siap panen .................. 43
8 Hubungan antara diameter buah manggis dengan kandungan P daun ......... 44
9 Hubungan antara persentase jumlah bunga dan buah muda yang rontok dengan kandungan karbohidrat daun dan hara K daun ................................ 47
10 Kalender manajemen tanaman manggis di Leuwiliang ............................... 60
1 1 Kalender manajemen tanaman manggis di Wanayasa ................................ 64
12 Kalender manajemen tanaman manggis di Puspahiang ............................... 66
......................... 13 Kalender manajemen tanaman manggis di Kaligesing ; ..... 68
14 Kalender manajemen tanaman manggis di Watulimo ................................ 71
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk pcubah periode trubcs, periode dorrnansi tunas, periode kuncup-a~rhesis, periode
........................ anthesis-buah rnatang pada tahun 2004-2005 ................ .. 79
2 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah bobot bagian buah manggis dan praduktivitas tanaman tahun 2003/2004 dan tahun 200412005 ................................................................................... SO
3 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah fisik dan kimia ...................................................... buah manggis di lirna sentra produksi 8 1
4 'I abel matriks korelasi antara produktivitas tararnan, jumlah bunga & buah rontok, periode akhir panen-awal trubus, periode kuncup-anthesis, diameter buah, kemulusan kulit buah, padatan total terlarut, asarn total tertitrasi, N daun, P daun, K daun dan karbohidrat daun ................................................................................. 82
5 Tabel matriks korelasi antara produktivitas tanaman, periode dormansi tunas, jumlah bunga & buah rontok, kemulusan kulit buah, jumlah curah hujan, pH tanah dan kandungan P tanah ................................................................................. 83
6 Tabel Rataan kandungan hara NPK daun : karbohidrat daun dan CM rasio daun tanarnan manggis di lima sentra produksi saat anthesis .................... 84
PENDAHULUAN
Manggis (Garcinia mangostana L.) mempakan salah satu buah tropika
yang lnemililti kekhasan dari segi bentuk dan rasa, sehingga literature lama
menyebutnya sebagai "gueen of Tropical Fruirs ". Keunikan dan kekhasan buah
manggis baik dari segi beniuk maupun rasan)-a menjadi daya tarik konsumen
sehingga menyebabkan permintaan terhadap buah manggis tetap ada dan
cenderung meningkat. Hal ini dibuktikan denzan adanyaepeningkatan volume
ekspor manggis Indonesia dari ,1808 ion pada tahun 1997 menjadi 6012 ton pada
September tahun 2005 (BPS, 2005). Sejak tahun 1989, manggis merupakan salah
satu andalan ekspor buah Indonesia, dan mulai tahun 2000 hingga tahun 2004
buah ini menempati urutan pertama dalam ha1 volun~e ekspor buah segar
Indonesia (BPS, 2004).
Sampai saat ini buah manggis yang beredar di pasar, baik domestik maupun
untuk kebutuhan ekspor berasal dari tanaman manggis rakyat yang beracia dalam
hutan campuran. Hutan campuran yang berisi tananlan manggis tersebut tersebar
di beberapa wilayah Indonesia mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan,
Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku. Keberadaan tanaman manggis pada hutan
campuran umumnya berupa tanaman w-arisan yang tumbuh tanpa input budidaya.
Dengan kondisi tersebut, produktivitas dan halitas manggis Indonesia masih
rendah bahkan di beberapa sentra produksi serinz kali terjadi penurunan produksi
dan kegagalan panen. Pada tahun 2004 produksi manggis Indonesia 621 17 ton,
turun sebesar ?I%, yaitu kurang lebih 16956 ton dari total produksi tahun 2003
(Ditjen.Hortikultura, 2005). Tahun 2004. volume manggis yang masuk pasar luar
negeri hanya 5,45% dari total produksinya berbeda' dengan tahun sebelumnya
yang nlencapai 8,20% (FAO, 2004). Walaupun demikian, setiap tahun sejak tahun
1992 sampai saat ini Indonesia manlpu mengekspor manggis secara kontinyu pada
rnusimnya.
Indonesia mampu mengekspor manggis secara kontinyu sepanjang tahun,
karena awal dan masa panen dari masing-masing sentra produksi berbeda antara
satu dengan lainnya. Menurut data Direktorat Tanaman Bua!l-Ditjen Bina
Prod.Horti (2003) untuk beberapa selitra di Pulau Sumatra seperti I~idaragiri Hulu,
Indaragiri Hilir, memiliki waktu panen yang lebiih awal (Sulan Juni - Desember)
dibandingkan sentra produksi lain seperti Bogor, Purwakarta, Tasiknlalaya,
Purworejo, Trenggalek (bulan November - April) dan Kabupaten Lima Puluh
Kota (Januari - Mei).
Selain waktu awal panen yang berbeda-beda, kualitas buah manggis yang
dihasilkan pada berbagai sentra tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.
Buah manggis daerah Leuwiliang Bogor berukuran sedang (90 - 110 gram per
butir) kulitnya millus licin, tapi rasanya kurang manis. Sedangkan buah manggis
daerah Kaligesing'Purworejo berukuran relatif sama dengan manggis Leuwiliang,
kulitnya kurang mulus kadang berburik tapi rasanya mailis. berbeda dengan buah
manggis dari daerah Puspahiang Tasikrnalaya, ukurannya besar 120 - 200 gram
per butir dengan kulit yang mulus licin den rasanya manis (Waluyo, 2003).
Menurut beberapa eksportir, kriteria manggis untuk ekspor salah satunya
ditentukan oleh negara tujuan ekspor. Misalnya kualitas manggis untuk tujuan
ekspor ke negara Asia Timur (Taiwan, Jepang dan Korea) harus memiliki kriteria
kulit mulus mengkilap tanpa burik, kulit tidak retaklmengeras kelopak hijau dan
lengkap, bobot buah minimum 100 gram d a ~ i tidak bergerah kuning, sedikit
berbeda dengan kriteria manggis ekspor tujuan negara Timur Tengah (Uni Emirat,
Arab Saudi, Kuwait dll) yang memberikan toleransi kualitas manggis minimal
memiliki bobot rata-rata 60 gram, kulit tidak 100% mulus maksimal burik 10%,
kulit tidak retaklmengeras, kelopak lengkap dan tidak bergetah kuning.
Menurut Direktorat Tanaman Buah-Ditjen Bina Produksi Hortikultura
(2002), karakteristik agroklimat dan tanah di selu:uh sentra produksi manggis
Indonesia beragam. Sentra-sentra produksi tersebut berada pada ketinggian 0-800
mdpl., dengan curah hujan rata-rata 20-450 mmlbulan, kelembaban udara'45-98%:
suhi udara 20-34'~, jenis tanah beragam (podzolik merah kuning, aluvial,
organosol, andosol, latosol, regosol, litosol, dan rendzina) dan pH tanah berkisar
antara 3-7.
Perbedaan awal w k t u panen, periode musim panen dan kualitas buah yang
terjadi di masing-masing sentra produksi diduga disebabkan oleh adanya
perbedaan karakteristik tanah dan agroklima! yang spesifik di setiap sentra
produksi. Berdasarkan letak garis bujur t e m ~ a f sentra tersebilt berada, semakiu ke
barat waktu panen manggis lebih awsl dibandingkan wakru paneii di wiiayah
sebelah timurnya. Namun perkiraan awal dan periode panen suatu daerah yang
berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya seringkali tidak tepat. Diduga
faktor agroklimat berpe~lgan~h terhadap waktu panen manggis. Seperti tanaman
buah tropika lainnya, pembungaan tanaman manggis diduga dipengaruhi oleh
periode kering sebelumn!.a. Menurut Paul1 and Nakasone (1998) tanaman
manggis berbunga setelah mengalami keadaan musitn kering selama 15-30 hari.
Pola produksi dan produktivitas tanaman berhubungan erat dengan
fenofisiologi tanaman. Fenofisiologi merupakan siklus pertumbuhan dan
perkembangan tanaman .yan$ berhubungan erat dengan fisiologi intcnral tarlarnan
yang dipengaruhi faktor iklim 1iGlcungan tumbuhnya. Faktor lingkungan tanaman
akan mempengaruhi proses fisiologi yang terjadi pada tanaman yang diwujudkan
oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur iklim yang diduga
berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman antara lain adalah suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan, panjang hari dan intensitas cahaya. Proses
fisiologi yang diduga mempengaruhi perubshan fenologi tanaman antara lain
adalah kandungan hormon, nitrogen, karbohidrat dan nisbah C/N yang terdapat
pada tanaman (Samson, 1986).
Hasil penelitian yang mengemukakan hubungan karakteristik agroklimat
dengan fenologi tanaman dan kualitas buah manggis di berbagai sentra produksi
manggis di Indonesia masih terbatas. Akibatnya informasi periode produksi, awal
panen dan karakteristik kualitas manggis dari berbagai sentra produksi di
Indonesia masih kurang. Informasi ini sangat penting bsgi pengembangan
produksi manggis secara komersial dan untuk eksportir manggis. Penelitian untuk
., mengetahui hubungan antara karakteristik agroklimat dengan fenofisiologi
tanaman dan kualitas buah dari setiap sentra produksi penting untuk dilakukan
sehingga dapat diperoleh infom~asi yang berguna bagi pengembangan manggis
Indonesia
Tujuan Penelitian
Penelitian iili merupakan observasi lapang di lima sentra produksi manggis
puiau Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah:
I . Mengetahui hubungan agroklimet dengan fenofisiologi tanaman.
2. Mengetahui hubungan agroklimat dengan produktivitas tanaman.
3. Mengetahui hubungan agroklimat dengan kualitas buah manggis.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah:
Mengestimasi saat panen buah secara tepat berdasarkan awal hujan
setelah periode kering.
a Mendapatkan karakteristik kualitas buah terbaik berdasarkan
karak2eristik agroklimat di lima sentra produksi.
a h4endapatkan data awal untuk masukan dan perbaikan manajemen kebun.
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
a Turunnya hujan setelah periode kering menentukan awal keluar kuncup
bunga yang selanjutnya menentukan awal panen.
Lama periode kering menentukan produktivitas tanaman
a Intensitas periode kering menentukan produktivitas tanarnan.
a Agroklimat menentukan produktivitas tanarnan dan kualitas buah
manggis.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Manggis
Ylanggis dan Kerabatnya
Tanaman manggis termasuk dalam famili Guttiferae yang memiliki getah
kuning. Kerabat dekat manggis dalam satu famili meliputi : Cratoxylon celebicum
EL.. C. !andestiant;n7 MQ., C. ceneatuni MQ., C. fornzasum EL., C. galancum
I;honii, C. inophyllun7, C. poIyanthum Khorth, Mesua ferrealinn, Marninae hook
F . (Heyne, 1987). Kerabat dekat tanaman manggis dalam satu genus antara lain
Gurciniu dulcis, (3.' celebicu, G. subellipricu, G. porrecra, G. fruticosa, G.
pqgilfolia, G. nervosa dun G. parvivoliu (Verheij dan Coronel, 1997; Ileyne,
1987). Menurut Reza el al. (1994) kerabat manggis mencapai 400 species dan
yang dapat dimanfaatkan buahnya hanya terdiri dari 40 species. inanggis
merupakan allotetraploid dazi persilangan antara G. homroniana x G.mc.lacensis
(Veli1ei.i dan Coronel, 1997).
4lorfologi Tanaman Manggis
Manggis rnerupakan tanaman pohon berkayu keras dengan tinggi pohon
maksimum 20 meter. Batang lurus mengecil ke arah ujung yang berakhir dengan
rajuk yang berbentuk kerucut. Percabangan tersususn dalam pasangan yang
berselang seling, muncul dari batang dengan sudut lancip, yang kemudian rnenjadi
horizontal atau nlenggantung. Seiuruh bagian tanaman dapat mengeluarkan getah
kuning yang lengket dan kental (Soenarjono, 1997; Verheij dan Coronel, 1997;
Samson, 1986).
Daun manggis berhadapan menyilang dan pada pasangan daun teratas
tangkainya menutupi kuncup tenninalnya. Lembaran daun berbentuk lonjong
berukuran ( I5 - 25) cm x (7 - 13) cm, menjangat dan tebal, pinggirannya rata dan
bagian ujungnya loncos (Cuspidate). Lembaran daun sebelah bawah berwarna
hijau kuning dengan urat tengah yang berwama hijau muda, menonjol pada kedua
belah daun dan memiliki banyak urat samping yang menonjol dan berjarak sama
[Verheij dan Coronel, 1997). Daun pada keseluruhan tajuk tanaman manggis
selalu berwarna hijau (evergreen).
Perakaran manggis sangAt jdek dan sedikit, tidak mempunyzi bulu akar
dengan pertumbuhan akar yang sangat lambat. Perakaran rnudah rusak dan mudah
terganggu akibat lingktlngan yang kurang menguntungkan, sehingga luas
pem~ukaan kontak antara akar dan media tumbuh menjadi sempit (Cox, 1989
dulunl Poerwanto el al., 1995).
Bunga mangggis muncul dari ujung pucuk yang tua. Calon bunga muncul
dalaln bentuk bengkakan besar di ujung ranting. Kuncup bunga memerlukan
waktu kurang lebih 25 hari sampai bunga mekar (anthesis) dan buah akan matang
sekitar 100 - 123 hari setelah untlresis. Bunga berada di ketiak dauil, dengan dam
kelopak dan daun mahkota berjumlah 4 - 5 helai. Bunga memiliki jumlah benang
sari yang bervariasi dan bersifat rudinzenfer. Tangkai sari tersaru rnenjadi satu
tiang tengah dengan membentuk 4 - 5 berkas. Putiknya mengecil atau tidak ada
sama sekali. Buah manggis berbentuk buah huni, berbiji 2 - 4 butir. Bijinya besar
terbungkus oleh arilus yang berisi sari buah berwama putih bersih, embrionya
berupa massa yang padat yang hanya tersusun atas hipokotil, sedangkan keping
bijinya tidak ada (Verheij dan Coronel, 1997).
Asal Usul dan Peryebaran Tanaman Manggis
Manggis merupakan salah satu tanaman buah tropis yang diduga berasal
dari daerah Semenanjung Malaya, dengan pusat sumber plasma nutfah terdapat di
Malaysia dan Kalimantan Timur (Soenarjono, 1997). Pada awalnya,
pembudidayaannya hanya terbatas di Asia Tenggara, yaitu Myanmar, Kamboja,
Thailand, Filipina, Indonesia sampai ke Papua New Guini (Seonarjono, 1997:
Verheij dan Coronel, 1997). Dalam waktu dua abad terakhir tanaman ini sudah
tersebar ke negara - negara tropik lainnya termasuk Srilangka, India Selatan,
Amerika Tengall, Brazil dan Australia, sekarang ini di negara Australia tersebut
terdapat kebun - kebun manggis dalam skala komersial.
Fenofisiologi Tanaman
Fenofisiologi berasal dari gabungan fenologi dan fisiologi. Fenofisiologi
tanaman dapat diartikan sebagai serangkaian gejala alamiah penampakan bentuk
yang diperlihatkan tanaman yang berhubungan erat dengan proses dan fungsi
yang terjadi dalam tubuh tanaman yang dipeoearuhi oleh keadaan lingkungan
klimatologis.
Studi fenofisiologi pada tanalnan buall-buahan sangat penting dilakukan
oleh pihak yang berkepentingan pada tanaman buah. Pemahaman terhadap
fenofisiologi digunakan dalam ha1 pengelolaan kebun tanaman buah, supaya
jadwal pemupukan, pemangkasan, irigasi dan manipulasi tanaman lainnya dapat
dilakukan secara tepat (Sauco, 1996; Nicols, 1996). Studi fenofisiologi mulai
banyak dilakukan pada tanaman buah-buahan tropika seperti, advocad (Whiley et
al., 1988 dalam Whiley er rrl., 20029, duku (Norlia, 1996), mangga (Cull, 1991
dalam Litz, 1997)
Fenologi
Fenologi merupakan bagian dari ekologi yang mempelajari hubungan
antara pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan keadaan lingkungan
meteorologis dan klimatologis. Verheij dan Coronel (1997) mendefinisikannya
sebagai suatu rangkaian peristiwa tahunan mulai pertumbuhan pucuk yang
serempak, keadaan tak aktif, pembungaan, pembuahan da r l u ~ h n y a daun pada
suatu lingkungan tertentu. Pada advokad, studi fenolngi mempaksn suatu
pendekatan yang dapat digunakan untuk pengembangan strategi dalam
meningkatkan penampilan dari cabang tanaman buah-buahan kearah yang lebih
baik. Tujuan akhir dalam mempelajari fenologi adalah menjaga keseimbangan
antara pertumbuhan vegetatif dan generatif, membatasi vigor vegetatif yang
berlebihan untuk mendorong kearah pembentukan buah yang lebih besar (Whiley
et al, 1988 dalam Whiley et al., 2002).
Kondisi iklim tahunam yang bervariasi mempengaruhi fenologi, berbagai
ha1 yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan perhitungan aplikasi hara,
air, hormon tumbuh tanaman dan manipulasi ..kanopi melalui pemangkasan
(Whiley and Searle, 1996).
Trubus dan Dormansi Tunas
Trubus ~nerupakan stadia pertumbuhan tunas yang dimulai dari pecah
tunas sampai dengan perkembangan tunas mencapai daun berukuran maksimum.
Tertumbuhan pucuk tanaman dimulai dengan pembelahan sel-sel meristem pada
titik tumbuh. Semakin cepat proses pembelahan sel terjadi, akan semakin cepat
pula pertumbuhan (Weaver 1972) sehingga semakiii banyak terjadi trubus.
Pada tanaman tropika siklus tmbus tanaman sangat beragam. Dalam satu
tahun dapat terjadi satu sampai beberapa kali trubus. Lama pertumbuhan dan
perkembangan trubus dapat terjadi dalam beberapa nlinggu sampai beberapa
bulan, dan interval antara pertumbuhan trubus juga berbeda-beda antara lain
teryantung spesies, kultivar dan posisi percabangan tanaman (Kramer dan
Kozlo\vsski, 1979). ...
Pada fanaman mangga, Whiley el aL(1996)- dalcrrn Litz (1997)
menyebutkan pertumbuhan dan perkembangan trubus sejak keluar kuncup sampai
daun de~vasa menggunakan waktu selama 2-3 bulan, tergantung kultivar dan
keadaan iklim. Selanjutnya Liferdi (2000) melaporkan periode trubus pertama
untuk rambutan Lebak Bulus dan Binjai 35 hari, Rapiah 36 hari dan Gamda 39
hari. Tanaman advokat, waktu yang diperlukan untuk perturnbuhan dan
perkembangan kuncup sampai daun dewasa berukuran maksimum kurang lebih 30
hari (Scora et al., 2007 dalam Whiley ei al., 2002). Hidayat (2002), melaporkan
periode tmbus pada tanaman manggis adalah 34,7 hari pada tanaman berumur 2
tahun, 33,3 hari pada tanaman 4 tahun dan 49,2 hari pada tanaman 8 tahun.
Frekuensi terjadinya trubus pada tanaman manggis tergantung umur
tanaman. Dalam kurun waktu satu tahun, tanaman manggis muda mengalami
enam kali tmbus sedangkan tanaman dewasa hanya menghasilkan satu sampai dua
kali trubus (Yacoob & Tindall 1995). Pada kondisi terkontrol intervaI trubus
setiap 40 - 45 hari selama 18 bulan pertama (Downton et a1 1990). Hidayat (2002)
menyatakan bahwa sebelum bercabang, bibit manggis dapat menghasilkan 5 - 6
kali trubus per tahun dan pada tanaman manggis dewasa umur 8 tahun hanya
menghasilkan 2 kali trubus .
Dormansi tunas pada tumbuhan berkayu adalah suatu periode dimana
jaringan atau organ yang mengandung meristem tidak tumbuh atau mengalami
masa istirahat pada saat-saat tertentu (Lang 1994). Pertumbuhan yang terhenti
hanya dinilai secara visual, padahal mungkin saja pada organ atau jaringan
tersebut n~asih berlangsung proses akumulasi senyawa-senyawa organik tertentu
atau terjadi perubahan struktur mikroskopik (Lang, 1994).
Masa dormansi tunas pada tanaman buah-buahan Gerbeda sat11 dengan
lainnya. Psrbedaan ini selain dipengaruhi oleh perbedazn spesies juga oleh
kultivarlvarietas, umur, dan keadaan lingkungan (Verheij dan Coronel, 1997).
Dormansi runas pertama pada tanaman rambutan berlansung selama 45 hari untuk
varietas Binjai, 37 hari ulltuk -mietas Rapiah, 48 hari untuk varietas Garuda dan
39 hari u n ~ k varietas Lebak Bulus (Liferdi, 2000).
Penelitian Hidayat (2002) menunjukkan bahwa periode dorman lebih
panjang daripada periode trubus. Periode dorman tunas pada tanaman manggis
juvenil lebih pendek dibandingkan tanaman yang sudah d k a s a . Hidayat (2002)
melaporkan periode tanaman manggis berumur 2 tahun adalah 75,3 hari, manggis
umur 4 tahun selama 84 hari dan manggis umur 8 tahun 132 hari.
Hasil penelitian Hidayat (2002) menunjukkan pertumbuhan tanaman
manggis yang lambat disebabkan oleh panjangnya siklus trubus dan silclus cubu us
yang panjang disebabkan oleh periode dormansi tunas yang lama. Semakin tuz
umur tanarnan manggis asal biji pertumbuhannya semakin lambat. Periode
dormansi tunas berhubungan dengan aktivitas fisiologi tanaman seperti, laju
fotosintesis. daya hantar stomata dan laju transpirasi dan kandungan zat endogen
seperti fitohom~on, karbohidrat dan status hara.
Di daerah tropis, trubus biasanya berlangsung pada musim hujan dan
dormansi runas terjadi pada musim kemarau. Namun demikian pada musim
kemarau, m b u s dimungkinkan terjadi jika air tersedia atau ada upaya untuk
menghindarkan dormansi dengan tindakan budidaya seperti perompesan,
pengeringan diikuti dengan pengairan dan aplikasi zat pemecah dormansi (Erez,
2000).
Pembungaan dan Pembuahan
Pada tanaman tingkat tinggi terdapat empat tahap dalam proses
pembungaan berlangsung, yaitu induksi bunga atau evokasi, differensiasi bunga,
pendewasaan bagian bunga dan anthesis (Sedgley and Griffin, 1989). Lang (1952)
dalam Poenvanto (2003) inemisahkan proses pembentukan bunga menjadi 4
tahap: 1 ) induksi bunga, diferensiasi primordia bunga, 2) penyusunan Iorgznisasi
bunga, diferensiasi bagian-bagian bunga sera* indi\.idu. 3) pematangan bunga,
yang terjadi bersamaaan dengan proses pertumbuhan bagian-bagian bunga. 4)
anlhesis atau bunga n~ekar.
Tahap induksi bunga dinyatakan sebagai tahap perubahan dari fase
vegetatif ke fase reproduktif. Induksi bunga merupakan fase yang paling penting
dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi pembahan fisiologis dan biokimia
pada mata tunas sedangkan secara morfologi belum terjadi perubahan secara
visual. Induksi bunga dapat dideteksi melalui peningkatan sintesis asam nukleat
dan protein yang dibutuhklul untuk pembelahan.dan diferensiasi sel (Sedgley and
Griffin, 1989). Berbagai faktor berperan dalam induksi pembungaan, yaitu: 1)
faktor ekstemal, ialah suhu, stres air dan panjan~ hari, 2) fzktor irlteinal, ialah
kandungan nitrogen, karbohidrat, asam amino dan hormon, serta 3) faktor
manipulasi manusia, seperti g i d l i ~ i g i n g i pemangkasan, pengeringan,
peinangkasan akar, pelengkungan batang dan pemberian ZPT (Poerwanto, 2003).
Inisiasi bunga n l e ~ p a k a n pembahan morfologi pertama yang dapat
dideteksi pada kuncup tunas, yaitu dengan terbentuknya kubah apeks. Selama
inisiasi bunga berlangsung pada bagian intei~ial terjadi diferensiasi bagian-bagian
bunga. Pada tanaman buah seperti Jeruk. apel. mangga dan rambutan diferensiasi
bunga dimulai dengan perubahan bentmk apeks dari kerucut menjadi kubah.
Kubah akan tems mendatar dan kemudian primordia sepal terbentuk di sisi
luarnya. Kemudian diikuti pembentukan primordia petal, pembentukan tangkai
sari dengan kantong sarinya dan selanjutnya terbentuk pistil (Poerwanto, 2003).
Pada tanaman manggis Rai (2004) melaporkan diferensiasi bunga manggis terjadi
4 hari setelah akhir induksi. Pada pangkal tunas terbentuk primordia bunga berupa
masa kompak berbentuk bulat panjang.
Peristiwa mekarnya bunga dikenal dengan anthesis. Pada saat itu terjadi
1) ekspansi petal dan tangkai sari yang memerlukan pembesaran.se1 dari organ
tersebut, 2) tangkai sari memanjang, kantong sari membelah dan menyebarkan
tepung sari ke luar, 3) kepala putik siap dan menjadi reseptif terhadap tepung sari.
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap membukanya bunga. Gazit and Degani
(2002) dalam Whiley et al., (2002) menyebutkan cuaca yang berawan dapat
menunda mekarnya bunga advokat selama beberapa meliit sampai 1 jam. Selain
itu temperatur dan curah hujan berpengrruh terhadap proses mekar d m
tnenutupnya bunga (Sedgley and Griffin, 1989).
Pada tanaman manggis muda, munculnya bunga berlangsung satu sampai
dua kali dalani setahun. Bunga - bunga muncul dari ujung pucuk yang yang tua,
calon bunga muncul dalam bentuk bongkahan besar di ujung ranting. Pada tahap
ini, kuncup bunga niemerlukan waktu sekitar 25 hari sampai bunga mekar atau
anthesis (Verheij dan Coronel, 1997).
Tidak semua kuncup bunga dapat tun~buh dan berkembang mencapai
anthesis dan membentuk buah. Tidak hanya kuncup bunga, bunga yang mekar
penuh maupun buah muda dapat gugur. Jumlah buah yang masih tersisa sesudah
periode gugur disebut fruit set. Gugur bunga dan buah muda pada buah-buahail
tropis sangat tinggi. Berbagai penelitian menyrbutkan pada jeruk,fruit sd hanya
mencapai 0,l-3,5%, pada mangga 2%: rambutan 2-3%, sedangkan pada ape1 di
daerah temperate ~nencapai 5-15%. Pada manggis sampai saat belum ada laporan
persentase fiuit set. Poenvanto (2003) menyebutkan beberapa faktor penyebab
gugur bunga dan buah muda, antara lain: 1) psngaruh hujan, 2) kekeringan, 3)
panas yang ekstrem, dan 4) kompetisi diantara organ yang berkemhang.
Periode pertumbuhan dan perkembangan buah sampai buah matang
fisiologis berbeda, tergantung spesies dan kultivar. Pada mangga, buah yang
mencapai,fiuif set dapat dipanen setelah 3-5 bulan setelah anthesis (Crane et al.,
(1 997) dalanz Litz (1 997), pada Rambutan 3-4 bulan setelah anthesis (Verheij d m
Coronel, 1997), pada Advokat 8-17 bulan setelah anthesis (Wolstenholme, 2002
dalam Whiley et a/., 2002). Sedangkan pada manggis 3-4 bulan setelah anthesis
(Verheij dan Coronel, 1997). Di Indonesia, buah manggis matang fisiologis 104
hari setelah anthesis (Satuhu, 1997).
Kebutuhan Agroklimat Tanaman Manggis
Ketinggian Tempat d a n Keadaan Tanah
Manggis merupakan salah satu tanaman tropik basah. Pada berbagai
sentara produksi, tanaman manggis dapat hidup pada dataran rendah sampai
ketinggian 800 meter diatas permukaan lau; (dpl) yang mempunyai tipe iklim A
(basah). Tanaman manggis seringkali tumbuh berasosiasi dengan tanaman durian
dan duku (Soenarjono, 1997).
Karakieristik tanah yang disukai tanaman manggis ada!ah j- -nis tanah
porous, gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan pH tanah 5
- 7 dan cenderung toleran terhadap pH rendah di lahan gambut. Kondisi tanah
tanaman rnanggis membutuhkan kondisi tanah yang lembab tetapi tidak tergenang
(Paull and Nakasone, 1993).
Curah Eiujan
Curah hujan yang merata antara 1000 - 1500 rnm per tahun dengan 10
bulan basah dalam setahun sangat disukai tanaman manggis. Udara yang lembab
(> 80 %) dengan suhu 20 - 30 OC sangat menunjang pertumbuhan tanaman
manggis (Soenarjono. 1997; Tirtawinata et al, 1995). Sejauh ini tanaman manggis
yang produktif di Indonesia, tersebar di berbagai tempat pulau Jawa dan Sumatra
pada ketinggian 5 - 500 m dp, dengan curah hujan diatas 1000 mrn per tahun.
Curah hujan yring tinggi berhubungan erat dengan ketersediaan air di
daerah tersebut. Tanaman manggis muda dapat sangat terhambat pertumbuhannya
kalau kekurangan air. Stress air pada tanaman manggis dapat menimbulkan efek
pengecilan ukuran daun dan panjang tunas dalam waktu yang cukup lama.
Tanaman manggis membutuhkan air yang cukup terutama saat memasuki fase
generatif. Setelah terjadinya induksi pembungaan, pasokan air yang cukup sangat
diperlukan untuk rnendukung pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah
(Paull and Nakasone. 1998).
Cahaya Matahari
Daerah tropika dicirikan dengan berlimpahnya energi radiasi cahaya
sepanjang tahun. Adanya radiasi cahaya yang berasal dari matahari, akan
mempengamhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, contohnya dalam ha1
memproduksi makanan dan fase reproduktif tanaman (Suharsono, 2000). Namun
di daerah tropika, dengan melimpahnya cahaya matahari belum tentu memberikan
manfaat yang optimal karena secara umum ketersediaan cahaya matahari tersebut
terkumpul pada suatu periode yang pendek dan tidak merata. Menurut Baradas
(1979) dalam Suharsono (2000) energi cahaya matahari yang diterima daerah
tropika mungkin merup~kan faktor pembatas. Hal ini dijelaskaq karena pada saat
musim hujan dimana pertumbuhan tanaman sedang berjalan optimal, justru
cahaya matahari tidak diterima secara optimal karena terhalang oleh adanya 9wan.
Menurut William end Yoseph (1970) dulam Suharsono (2000) kira-kira
hanya 2% saja dari energi matahari yang tersedia dapat dimanfaatken taneman.
dari total radiasi yang diterima daun 50% dipakai untuk fotosintesis. Titik
keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi, jumlah radiasi matahari yang
diperlukan sekitar 100 - 200 footcandle (0.015 - 0.03 cal/cm2/menit), khususnya
untuk daun-daun tananian yang langsung terkena radiasi matahari.
Kebutuhaii cahaya pada setiap tanaman di daerah tropika berbeda-beda
antara satu dengan laimya. Kebutuhan cahaya tanaman manggis berbeda dengan
tanaman tropika laimya. .Tanaman manggis tahan terhadap naungan dan
pertumbuhannya dapat berlangsung pada tingkat cahaya yang lebih rendah
dibanding tanaman lain. Bahkan tanaman manggis yang masih muda memerlukan
naungan, d a u ~ y a sangat peka terhadap sinar matahari lansung. Menurut
Lukitariati (1996) taraf naungan paranet 50% dan 75% memberikan pertumbuhan
bibit manggis yang paling haik dibandingkan naungan pada taraf 25% dan tanpa
naungan.
Titik kejenuhan cahaya pada bibit manggis (umur 8 bulan) tercapai pada
intensitas cahaya 700 pmol~lm21detik (Ramlan ef al., 1992) intensitas cahaya ini
diperoleh pada naungan 50%. Wiebel et al. (1992) juga melaporkan ha1 yang
sama pada tanaman manggis berumur satu tahun. Semakin dewasa tanaman
manggis, kebutuhan naungan semakin berkurang dan titik jenuh cahayanya
meningkat. Pada tanaman manggis dewasa sinar matahari penuh dapat
mempercepat masa awal produksinya (Verhei dan Coronel, 1997).
Suhu dan Keiembaban Udara
Setiap jenis tanaman tumbuh dengan baik dalam batas - batas suhu
tertentu. Tanaman manggis membutuhkan suhu optimum antara 25 - 3 5 ' ~ dengan
kelembaban udara lebih dari 80%. Keadaan suhu di bawah S'C dan di atas 38OC,
tanaman manggis tidak dapat bertahan hidup. Demikian juga suhu di bawah 2 0 ' ~
walaupun tanaman manggis dapat bertahan hidup, pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat (Paul1 and Nakasone, 1998).
P r ~ d u k s i Manggis di lndonesis
Sentra Produksi Manggis Indonesia
Tanaman manggis di Indonesia tumbuh menyebar di beberapa wilayah
Indonesia, nlulai dari dataran rendah sampai menengah (600 m dpl) dengan tipe
iklim basah. Beberapa sentra produksi manggis di Indonesia antara lain: Propinsi
Sumatra Barat, Jambi, Riau, Jawa Barat (Bogor, Punvakarta, Sukabumi,
Tasikmalaya), Jawa Tengah (Punvorejo), Yogyakarta (Kulon Progo), Jawa Timur
(Trenggalek, Malang Selatan, Banyuwangi), Bali (Bangli, Tabanan), Nusa
Tengara Barat (Lombok Barat) dan Maluku (Maluku Tengah) (Soenarjono, 1997).
Pola Panen Manggis Indonesia
Menurut Direktorat Tanalnan Buah Ditjen Bina Produksi Hortikultura
(2001) waktu panen manggis di seluruh Indonesia cukup panjang sekitar 11 bulan
terhitung mulai bulan Juni sampai Mei tahun berikutnya. Waktu panen yang
cukup panjang tersebut diduga karena pada beberapa sentra produksi terdapat
perbedaan waktu produksi dan panen. Selain waktu panen yang berbeda, di
beberapa sentra produksi terjadi dua kali produksi dalam satu tahun, sehingga
panen manggis menjadi kontinu dalam beberapa waktu (Soenarjono, 1997;
Verheij dan Coronel, 1997).
Tabel 1 Waktu Panen Tanaman Manggis di Beberapa Sentra Produksi Manmis Indonesia
"W
No. Provinsi KabupatedSentra Populasi Luas Bulan Panen produksi (pohon) Panen (ha)
1. Aceh Aceh Tenggara 5000 50 7 , s 2. Sumatra Utara Tapanuli Selatan 2700 27 1.2.10.11.12
Deli Serdang 45800 458 11.12 Labuhail Batu 12500 125 10.11 Langkat 3165 31.7 2.3.4
3. Sumatra Barat Pasaman 300 3 10.1 1 4. Sumatra Belitung* 39800 382 1.2.3
Selatan Lahat 11450 115 1.2 5. Riau Indragiri Hilir 95800 960 10.11
Bengkalis 1077100 10771 6.7.8
Lanjutan Tabel 1
- No. Provinsi KabupatenfSentra Populasi Luas Bulan Panen
produksi (pohon) Panen (ha) 6. Jawa Barat Pandeglang* 10100 101 1.2.3.4.5.10.1
Tengah
Sumber : Direktorat Tanaman Buah, Ditjen Bina Prod.Horti, 2001
Berdasarkan keadaan tanaman manggis yang tumbuh alami tanpa
perneliharaan. produktivitas manggis di Indonesia sampai saat ini relatif ., rendah,
berkisar antara 30 - 50 kg per pohon. Jika dibandingkan dengan produktivitas
manggis di Malaysia dan India yang dapat mencapai 200 - 300 kg per pohon
(Verheij dan Coronel, 1997), produktivitas manggis di Indonesia sangat rendah.
Dengan keadaan agroklimat yang mirip dengan Malaysia, manggis Indonesia
memiliki potensi produksi yang tinggi, jika diusahakan dengan baik.
KuaEtas Manggis Indonesia
Kramer dan Twigg (1970) dalanz Hariyadi (2000) mutu atau kualitas
adalah sesuatu yang membedakan produk satu dengan yang lain, terutama yang
berhubungan dengan daya terima dan kepuasan konsumen. Mutu atau kualitas
buah ditentukan pada saat panen. Pemanenan pada tingkat ketuaan dan waktu
yang tepat dengall cara yang benar akan menghasilkan buah berkualitas tinggi
(Sjaifullah, 1996). Panen terlalu cepat . . akan menghasilkan buah berkualitzs rendah
dan tidak akan matang dengan sempurnz meskipun ha!l diperam atau disimpan.
Sebaliknya, panen yang terlambat akan mempercepat penlbusukan. Secara umum ,
kriteria lnutu suatu produk psrtanian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria Mutu Produk Pertanian
Kategori Mutu Kriteria
a. Mutu Visual Ukuran (dirnensi, bobot, Jan volun~e),
bentuk (rasio antar dimensi), warna
(keseragaman dan kecerahan), dan
kondisi umum (adaltidaknya
kerusakan dan kotoran)
b. Mutu Tekstur Kekerasan, keempukan, dan
kerenyahan
c. Mutu Flavor Rasa manis, rasa asan, intensitas rasa
pahit, rasa sepat (asirigency),
intensitas dan kualitas aroma
d. Mutu Gizi Kandungan karbohidrat, protein,
- lemak, vitamin, dan mineral
e. Mutu Fungsional Kandungan antioksidan, serat, asam
Iemak omega-3
f. Mutu Keamanan Bebas patogen dan toksin yang
membahayakan kesehatan manusia
Sumber : Hariyadi, 20u0
Sifat Fisik Buah Manggis
Salah satu penilaian mutu buah ! ang paling mudah dilakukan adalah dari
segi fisik. Menurut Sjaifullah (1996), wameter mutu secara fisik yang dinilai
adalah ukuran buah, warna kulit, warns daging buah, kekerasan, serta kesegaran
dan kebersihan kulit buah. Persyaratan rnutu buah manggis untuk ekspor lebih
diutamakan dari penampilan fisik buah daripada kandungan kimia (Satuhu et al. ,
1999)
Ukuran bush meru~akan kriteria penting, baik sebagai daya tarik . .c
konsumen maupun untuk keperluan penanganan dan pengolahan lanjutan. Seleksi
dan pengkelasan mutu berdasarkan ukuran merupakan ha1 yang sangat umum
dilakukan pada buah. Hariyadi (2000) mengemukakan ukuran biasanya
dinyatakan dengan salah satu atau kombinasi dari tiga parameter, yaitu :
1) dimensi, 2) bobot, dan 3) volunle. Dimensi produk pertanian meliputi panjang,
lebar, diameter, dan keliling dari produk )-ang diukur. Pada umumnya ada korelasi
yang baik antara dimensi dengan bobor. semakin besar dimensi produk maka
semakin besar pula bobotnya. Selanjutnya Satuhu (1999) mengelompokan buah
manggis ke dalam empat grade berdasskan diameter dan bobotnya, yaitu : 1)
grade super A (diameter 20,36 + 1,02 mm, bobot 135,14 + 15,44 g), 2) grade A
(diameter 18,70 5 0,96 mm, bobot 105,Sl + 12,l l g), 3) grade B (diameter 17,02
+ 0,61 mm, bobot 78,07 f 6,31 g), dan 4) grade C (diameter 15,58 + 0,25 mm, - bobot 62,30 + 2,83 g).
Wama kulit juga dijadikan kriteria untuk menentukan mutu buah manggis.
Indeks warna merupakan cara terbaik untuk mengukur tingkat kematangan buah.
Indeks warna kulit buah manggis dapar dilihat pada Tabel 3. Menurut Sjaifullah
(1996) rasa terenak didapat bila buah dikonsumsi setelah buah mencapai indeks
warna tertinggi atau satu tingkat dibawahnya.
Pematangan pada buah manggis ditandai dengan melunaknya kulit buah.
Buah yang masak dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak dan kulitnya mudah
dibuka daripada buah yang belum marang. hlenurut Satuhu et al. (1999) kulit
buah yang lunak merata n~erupakan tanda bahwa buah manggis bermutu baik,
sedangkan jika kulit buah keras dan sulir dibuka merupakan salah satu ciri bahwa
daging buah telah rusak.
TabeI 3 Indeks Kemasakan Buah h4anggis
I Indeks Warna I Deskripi
bergetah bila dipotong.
Warna kulit kuning dengan bercak
merah atau ungu. Getah pada kulit
0
I I 1 agak berbrang dan isi masih sulit
Vi7arna kulit hijau
kesan merah. Kulit buah masih
dipisahkan dari kulit.
Seluruh permukaan klllit bildh
I 2 I benrarna merah dan sedikit bergetah. ( Isi bisa dipisahkan dari kulit.
Warna kulit coklat
I 3 ( selumh pemukaan. Kulit buah masih I terdapat getah bila buah dikonsumsi.
War~ia kulit ungu kemerahan pda I I ( selumh permukaan. Kulit bush tidak ( I 4 / mengandung getah. Bud1 siap I 1 I dikonsumsi dan isi buah mudah I
I I I Sumber : DEPTAN, I999
5
Hasil penelitian Daryono dan Sosrodiharjo (1986) menunjukkan bahwa
dipisahkan dari kulit.
Warna kulit ungu gelap atau
kehitaman pada seluruh permukaan.
sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit dan 11anya 18,7 % berupa daging
buah beserta bijinya. Nilai tersebut menunjukkan buah manggis memiliki edible
portion yang nilainya jauh lebih kscil dibanding dengan buah-buahan lain yang
umumnya sekitar 60 %. Konsumen umumnya menyukai buah manggis yang
berdaging tebal dan tidak mengandung banyak biji. Bobot daging buah merupakan
salah satu kriieria yang sangat pznting dalam penentuail mutu buah manggis
(Romeida et al., 1997). Selanjutnya Hildisutrisno (2002) menyatakan bahwa
standar mutu buah manggis yang didasarkan pada minat konsumeii dalam negeri
adalah daging buah tebal dan nilai edibleportionnya sekitar 55 %.
Kriterin Mutu Buah Manggis
Sjaifullah (1996) mengemukakan penilaian mutu buah secara kimia
dilakukan dengan meilgukur kandungan pati, kandungan gula, keasaman, protein,
vitamin, dan mineral. Menurut Satuhu (1999) kandungan kimia buah manggis
tidak dipengaruhi oleh ukuran maupun penampilan bualmya. Kandungan kimia
buah yang berukuran kecil hampir sama dengan buah yang berukuran besar.
Demikian pula kandungan kimia buah yang mulus hampir sama dengan buah yang
burik.
h4enurut Sjaifullah (1996) kandungan gula atau padatan terlarut total
merupakan refleksi dari rasa manis yang juga menunjukkar. derajat ketuaan atau
kemasakan bual~. Kadar gula buah secara kontinyu meningkat sejalan dengan
proses penuaan atau pernasakan.
Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980) menunjukkan bahwa keass?n:zr:
daging buah rnanggis pada permulaan perturnbuhan terus meningkat seicing
dengan bertambahnya umur buah, kemudian keasaman mencapai tingkat
maksimurn, selanjutnya keasamannya menumn. Kandungan asam maksimum
terdapat pada buah yang bemmur 103 hari SBM, nilai ini tercapai bersamaan
dengan ukuran fisik buah yang maksimum.
Perbandingan kadar gula-asam (sugar-acid ratio) merupakan salah satu
penentu mutu buah manggis. Umumnya rasa buah ditentukan oleh adanya
perpaduan rasa manis dan rasa asam dengan perbandingan yang tepat (Sjaifullah,
1996). Buah manggis yang dikehendaki konsumen, rasanya manis (kadar gula
18.5%) sedikit asam (kadar asam 0.4%) dengan kadar getah dan air sedikit
(Hadisutrisno, 2002)
Penilaian mutu suatu produk dengan metode ini bersifat subjektif,
sehicgga biasanya penilaian ini melibatkan beberapa panelis sebagai penguji.
Penilaian organoleptik pada buah manggis meliputi rasa, penampakan, dan ada
tidaknya getah kuning.
Rasa berperan penting dalam menentukan mutu buah manggis. Rasa
dipengaruhi ole11 komponen-komponen kimia yang dikandung buah seperti gula,
asarn organik, alkohol, aldehid, maupun ester.
Parameter uiituk nienilai mutu buah manggis berupa keutuhan dan
kesegaran sepal. kesegaran kulit, dan keburikan buah. salah satu syarat mutu
ekspor buah manggis adalah jumlah dan kesegaran sepal buah (Satuhu ei al.,
1997). Buah manggis kualitas ekspor minimal mempunyai tiga buah sepal yang
berwarna hijcu segar.
Daging buahlaril yang terkena getah kuning menyebabkan rasa buahnya . .
menjadi pahit. Demikian pula apabila getah kuning keluar dan mengotori kulit
buah maka penampakan buah menjadi kurang menarik. Karena itu buah manggis
yang banyak getahnya tidak memenuhi standar lnutu ekspor.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lima sentra produksi mafiggis di Pulau Jawa,
yaitu Leuwiliang (Bogor), Wanayasa (Purwakarta), Puspahiang (Tasikmalaya),
Kaligesing (Punvorejo) dan Warulimo (Trenggalek). Lima sentra produksi ini
berada pada ketinggian tempat 50 - 800 m dpl.
Analisis tanah dan jaringan daun dilakukan di Laboratorium Tanah
Jurasan Tanah Faperta IPB dan Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
IPB. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai Mei 2005.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanamaz manggis yang
sudah berproduksi, berumur kurang lebih 30 tahun. Pada masing-madng sentra
produksi dipilih 20 sampel tanaman manggis yang seragam bentuk dan ukuran
tajuknya. Pada setiap tanaman san~pel di pilih 9 cabang primer yang mewakili
tajuk bagian atas, tengah dan bawah.
Bahan penunjang yang digunakan adalah: bahan kimia untuk analisis tanah
dan jaringan tanaman (kandungan hara mikro, nitrogen dan karbohidrat), bahan
kimia untuk analisis kualitas buah (asam tertitrasi). Peralatan yang digunakan
adalah alat pengukur suhu (termometer maksimum-minimum dan termometer
bola basah-kering), alat pengukur kelembaban udara (higrometer), alat pengukur
curah hujan manual, alat pendukung lapangan, peralatan laboratorium untuk
analisis kimia tanah, jaringan daun dan buah.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan obsemasi lapang, tanpa memberikan perlakuan.
Pada masing-masing sampel tanaman setiap lokasi dilakukan pengamatan
terhadap petubahan fenofisiologinya dari setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan selama dua musim panen dalam dua tahun. Diamati juga hubungan
antara iklim mikro spesifik dan karakteristik tanah dengan perubahan fenofisiologi
dari setiap fase dalam dua musim tersebut.
Penelitian ini nienggunakan rmcangan acak kelompok (RAK), dengan
lokasi sentra sebagai kelompok. Jumlah tanaman salnpel sebagai ulangan. Analisis
statistik dilakukan untuk melihat perbedaan karakteristik tanah dan iklim mikro
setiap sentra produksi, fase pertumbuhan-perkembangan tanaman dan pola
sebaran panen serta kualitas buah di masing-masing sentra produksi.
Penentuan tanaman sampel adalah dengan memilih 20 pohon manggis
pada suatu area dengan populasi manggis yang dapat mewakili sentra produksi
terpilih. Tanaman yang dipilih sebagai sampel sudah diseleksi dengan kriteria
umur yang seragam 30-35 tahun, diameter batang 18-20cm pada ketinggian 1 -., ' meter dari penukaan tanah, tinggi tanaman 6-8m, diameter tajuk 2,s-3in.
Pengambilan sampel jaringan daun dilakukan pada empat stadia pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yaitu 1) saat trubus akhir, daun sudah berukuran
maksirnum dan sudah tidak bembah \varna, 2) saat 70 hari setelah awal dormansi
tunas, 3) saat pertumbuhan buah, 50% buah sudah berdiameter 3cm dan 4)
seminggu setelah panen terakhir dilakukan. Pengambilan sampel daun dilakukan
pada musim kedua. Selama dua musim panen yaitu pada tahun 200312004 dan
200412005, pengambilan sampel buah dilakukan untdk mengetahui produkrivitas
tanaman. Sampel buah yang digunakan adalah seluruh buah yang dapat dipanen
dari masing-masing pohon, sehingga diketahui pula jumlah total buah yang
dihasilkan per pohon. Sedangkan pengambilan sampel buab untuk pengamatan
kualitas buah hanya dilakukan pada musim kedua pada tahun 200412005. Sampel
buah untuk pengamatan kualitas fisik adalah seluruh buah yang dipanen dari
masing-masing pohon. Sedangkan sampel buah untuk analisis kimia diambil
secara acak dari buah yang dihasilkan oleh 9 cabang primer yang mewakili tajuk
bagian atas, tengah dan bawah. Pengamatan pada penelitian lapang ini secara
lengkap dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai berikut:
1. Pengumpulq data tanah dan iklim mikro harian, yaitu:
- Tekstur, struktur tanah dan kandungan kimia tanah (hara makro-mikro)
pada tiga fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu setelah
trubus, sebelum berbunga, pertumbuhanlperkelnbangan buah dan
setelah panen).
- Suhu udara diukur dengan tsrmometer maksimum minimu~li.
- Kelembaban udara diukur menggunakan alat higrometer~
- Curah hujan diukur dengan pengukur curah hujan manual.
2. Tajuk tanaman
- waktu trubus, ditetapkan saat tanaman mengeluarkan tmbus sampai
50%.
- periode trubus dihitung sejak pecah kuncup daun sampai daun
berukuran maksimum dan tidak lagi mengalami perubahan warna.
- Awal dormansi tunas dihitung sejak daun sudah mencapai ukuran ,..
maksimunl dan berwama hijau tua kebiru-biruan.. ...
- Periode dormansi tunas dihitung sejak daun berwarna llijau tua
kebiruan dan berukuran maksimum sampai ujung tangkai daun siap
menumbuhkan kuncup baru.
- Pengamatan dilakukan pada sampel daun yang tumbuh pada 9 cabang
primer dari masing-masing pohon.
3. Pembungaan dan pembuahan
- Waktu berbunga, ditetapkan saat tanainan mengeluarkan bunga sampai
50%.
- Periode pertumbuhan dan perkembangan bunga, dihitung sejak keluar
kuncup sanlpai anthesis.
- Jumlah bunga yang mencapai anthesis
- Perkembangan Buah (ukuran diameter buah setelah anthesis sampai
buah siap dipanen).
- Penghitungan buah yang gugur, buah yang gugur dikumpulkan dan
dimasukkan di kantong plastik yang sudah disiapkan di bawah pohon.
Penghitungan dilakukan setiap satu minggu sekali.
- Pengamatan dilakukan pada sampel bunga dan buah yang muncul pada
9 cabang primer dari masing-masing pohon.
4. Produksi buah
- Jumlah buah total yang dapat dipanen per pohon.
- Produksi total per pohon dihitung dari jumlah total buah yang dipanen
selama periode panen
5. Kuaiitas buah
a. Ukuran buah
- Bobot per butir, diukur dsngan menggunakan timbangan
berkapasitas maksilual 1 kg.
- Diameter buah, diukur pada bagian tengall buah secara transversal
dengan menggunakan jangka sorong
- Jumlah buah per kg .,
b. Mutu buah
- - Jumlah buah berdasarkan kelas kriteria eksportir (Waluyo, 2003):
1. Super ; 2 125 g/buah
2. K e l a s A ; l l l - 1 0 0 g b u a h
3. Kelas B ; 90,9 - 76,9 gbuah
4. Kelas C ; 66,7 - 62,s f iuah
5. Kelas D ; 55,s - 50 g~buah
Pengkelasan dari total buah yang dihasilkan per pohon
- Kemulusan buah
1. kulit burik dengan skoring; 1 = 0% burik, 2 = 25% burik,
3 = 50% burik, 4 = 75% burik dan 5 = 100% burik.
2. getah kuning dalam buah dengan skoring; 1 = 0% getah
kuning, 2 = 25% getall kuning, 3 = 50% getah kuning, 4 =
75% getah kunicg dan 5 = 100% getah kuning
- Prosentase bagian yang dapat dimakan (Edible portion).
Edible portion merupakan bobot dari daging buah manggis yang
dinyatakan dalam satuan ?/o. Edible portion dimmuskan - sebagai
berikut :
Bobot Daging Buah g Edible portion = X 100%
Bobot Blrah Utuh g
- Kelengkapan dan warna kelopak
- Padatan total terlarut diukur dengan menggunakan
handre?jiakfometer. Daging buah diblender halus menjadi pulp.
Pulp lalu disaring dengan kertas tisu. Hasil saringan diteteskan
pada refraktometer dan kadar padatan terlarut total dinyatakan
dalam %.
- Kandungan asam total tenitrasi dihitung lnelalui asam tertitrasi.
Sejumlah 10 g hancuran buah atau pulp ditambahkan akuades dan
disaring dengan kertas tisu. Penambahan akuades sampai total
larutan 250 ml. Sejumlah 25 ml filtrat dititrasi denganNaOH 0.1 N
menggunakan indikator fenolftaleii: salnpai terbentuk t w n a merah
jambu.
rnl rirran x iV x fp x- 64 Total asani = X I00 %
mg sainpel
N : Nonnalitas larutan NaOH
$1 : Faktor pensenceran (250125)
6. Pengambilan sampel untuk analisis kandungan hara makro N, P, K, Mg Ca
tanah serta jaringan tanaman dilakukan secara periodik pada empat stadia
pertumiui~dl~ dm perkembangan tanaman (pada akhir trubus, sebelum
kpluar bunga, saat pertumbuhanlperkembangan buah dan se~ninggu setelah
panen). Pengambilan sample tanah jaringan dan organ tanaman dilakukan
pada pagi hari dan segera dimasukan ke dalam cool box. Setelah sampai di
laboratorium, sampel dimasukan kedalamfieezer dengan suhu - 1 0 ' ~ dan
pada hari berikutnya diksringkan dengan menggunakan oven. Sampel
yang sudah kering disimpan kembali ke dalam freezer.
7. Analisis kandungan kkarbohidrat daun menggunakan metode Somogyi
Nelson. Prinsip kerjanya adalah gula dalam bentuk glukosa dalam sampel
diekstraksi dengan alkohol 85% kemudian dididihkan selarna 30 menit.
Setelah alkohol diuapkan. glukosa yang tertinggal dalam larutan ditambah
tembaga sulfat kemudian dididihkan dan ditambah pereaksi Nelson.
Kemudian penetapan kandungan glukosa dilakukan dengan membaca
absorbannya dengan spekuofotometer pada panjang gelombang 500-660
nm. Pengukuran kandungan total pati diukur dengall membandingkan pada
larutan standar glukosa
8. Analisis kandungan nitrogen mecggunakan metode Kjedahl. Prinsip
kerjanya adalah sampel didestruksi dengan asam sulfat pekat dengzii
menggunakan kalium sulfat dan merkuri oksida sebagai katalisator.
Nitrogen organik yang terdapat dalarn sampel diubah menjadi ion
ammonium. Kemndian ammonium didestilasi dengan penambahan
natrium hidroksida. Kadar nitrogen dalam sampel ditentukan dengan
Kjeltec Auto analyzer.
Perbandingan rataan peubah diketahui melalui sidik ragam. (uji F) dan
diuji lanjut dengan uji jarak.ianda Duncan (UJGD) pada taraf nyata 5 ?!I. Uji F
dan uji jarak ganda Duncan dilakukan dengan bantuan program SAS 6.12 under
ulindo~ts. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
peubah pengamatan unsure iklim mikro dan tanall dengan peubah vegetatif dan
generatif tananlan. Model regresi untuk mengetahui pengaruh suatu atau beberapa
variabel prediktor terhadap variabel respon, untuk memprediksi variabel prediktor
yang paling berpengaruh terhadap variabel respon digunakan analisis regresi
stepwise. Analisis korelasi, regresi dan regresi stepwise dilakukan dengan bantuan
program Minitab 13 under windo~r~s.
HASIL DAN PEMBAHAS.4N
Keadaen Liagkungan Lima Sentra Produksi
Letak Geografi dan Ketinggian Tempat
Secara geografi daerah Leuwiang, Wanayasa dan Puspahiang merupakan
sentra produksi manggis yang berada pada bagiau barat pulau Jawa, sedangkan
Kaligesing dan Watulimo berada pada bagian tengah pulau Jawa. Secara lengkap
posisi geografi dan ketinggian rempat lirna sentra produ!:si disajikan dalarn
Tabel 4. ...
Tabel 4 Posisi geografi dan ketinegian tempat lima sentra produksi manggis
. . - ** Hasil perhitungan manual dengan altimeter
Sentra Produksi
Leuwiliang Wanayasa Puspahiang Kaligesing Watulimo
Berdasarkan letak garis lintangnya semua sentra produksi berada pada
posisi antara 6O-8'LS. Sedangkan berdasarkan letak garis bujurnya kelima tempat
tersebut tersebar pada garis bujur yang berbeda. Perbedaan dan kesarnaan letak
lintang maupun bujur berhubungan dengan keadaan iklim setempat. Letak
geografis suatu tempat merupakan salah satu faktor penentu utama keadaan atau
karakteristik iklimnya (Handoko, 1994).
Berdasarkan pembagian ketinggian tempat menurut Terra terdapat dua
kelompok sentra produksi manggis, yaitu 1) Wanayasa sebagai sentra produksi
manggis dataran tinggil > 700 mdpl, dan 2) Leuwiliang, Puspahiang, Kaligesing
dan Watulimo sebagai' sentra produksi manggis dataran rend&< 700 mdpl.
Perbedaan ketinggia~ tempat berpengaruh terhadap keadaan iklim wilayah
setempat.
* Suoractohardio et 01.. 1966
Ketinggian Tempat (mdpl)**
410 800 520 340 400
Posisi Geografi* Lintang 6'60' LS 6"701 LS
Bujur 106"60' BT 107'50' BT
7'40' LS 1 108°10' BT 7'70' LS 110" BT So LS 11 1°70' BT
Curah Hujan dan Poia Curah Hujan
Berdasarkm hasil penganlatan yazg dilakukan di lima sentra produksi
diketahui bahwa mssing-masing tempat memiliki penyebaran, intensitas, jumlah
dan lama hujan yang berbeda baik secara harian maupun musimannya (Tabel 5).
Curah hujan merupakan faktor penting dalam aktivitas pertanian terutama
produksi tanaman di daerah tropika. Penyebaran, intensitas, dan larnanya hujan
harian maupun musiman di daerah tropika sangat bervariasi berdasarkan tempat
dan waktu (Suharsono, 2000).
..-
Tabel 5 Sebaran bulan basah d m kering sena curah hujan rata-rata di lima sentra produksi manggis tahun-2003-2005
.- Bulan Curah Hujan
Tempat Basah Kering Tahunan Jumlah Curah Hujan Jumlah Curah Hujan Rata- (bulan) rata-rata (mm) (bulan) rata-rata (mm) rata(n1m)
Leuwiliang I I 426,O I 42,O 4503 Wanayasa 8 428,6 4 52,O 3487 Puspahiang 8 391,6 4 51,5 2978 Kaligesing 8 331,l 4 39,5 2899 Watulimo 7 399,4 5 36,O 2514
Secara umum hasil pengamatan selama du? tahun, kelima tempat tersebut
masing-masing memiliki curah hujan yang tinggi pada kisaran 2500 - 4500
mmltahun atau 230 - 420 mmlbulan. Daerah Leuwiliang memiliki jumlah bulan
basah terbanyak sebanyak 11 bulan dengan curah hujan rata-rata 426 mm/bulan.
Sedangkan bulan keringnya hanya 1 bulan dengan curah hujan 42 mm.
Daerah Wanayasa, Puspahiang dan Kaligesing memiliki 8 bulan basah
dengan curah hujan rata-rata per bulan mtara 331,I-428,6 mm. Sedangkan bulan
kering di tiga daerah ini sebanyak 4 bulan dengan curah hujan rata-rata per bulan
antara 39,s-52,O mm.
Daerah Watulimo memiliki bulan basah paling sedikit yaitu 7 bulan
dengan curah hujan rata-rata per 6ulan 399,4 mm. Sedangkan jumlah bulan
keringnya terbanyak dibandingkan empat daerah lainnya yaitu 5 bulan dengan
curah hujan rata-rata per bulan 36,O mm.
Berdasarkan pembagian wilayah iklim menurut Schmidt dan Ferguson
melalui perhitungan nilai Q, kelima sentra produksi tersebut termasuk dalam tiga
tipe iklim, yaitu tipe A untuk Leuwiliang, tipe B untuk Wanayasa dan Puspahiang,
serta tipe C untuk Kaligesing dan Watulimo. Dengan demikian Leuwiliang
mempunyai sifat daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Wanayasa dan Puspahiang bersifat daerah basah dengan vegetasi hutan hujan
tropika. Kemudian Kaligesing dan Watulimo bersifat daerah agak basah.
Gambar 1 Pola penyebaran curah hujan di lima sentra produksi manggis pulau Jawa pada tahun 2003-2005.
Berdasarkan pola curah hujan yang ada, dari lima sentra produksi manggis
tersebut dapat digolongkan menjadi tiga tipe pola curah hujan (Gambar 1). Tipe
pertama terdapat pada daerah Leuwiliang. Daerah Leuwiliang memiliki pola yang
berbeda dibanding daerah lainnya. Daerah iili memiliki pola curah hujan yang
hampir merata setiap bulannya. Hujan turun pada musim penghujan maupun
kemarau, tetapi jumlah dan intensitas curah hujan pada musim kemarau lebih
rendah (Tabel 5). Daerah ini tidak memiliki perbedaan yang tegas antara musim
penghujan dan kemarau.
Tipe kedua terdapat pada daerah Wanayasa dan Puspzhiang, daerah ini
memiliki perbedaan antara musim penghujan dan kemarau yang cukup tegas.
Distiibusi curah hujan yang tinggi terjadi pada saat musim penghujan dan pada .'"
musim kemarau jarang terjadi hujan walaupun terjadi, jumlah dan intensitas curah
hujannya sangat rendah.
Tipe ketiga terdapat pada daerah Kaligesing dan Watulimo. Perbedaan
yang tegas antara musim hujan dengan kemarau terjadi di daerah Kaligesing dan
Watulimo, curah hujan tertinggi terjadi pada saat musim penghujan dan pada
musim kemarau jarang terjadi turun hujan. Bahkan pada bulan Agustus - Oktober,
tercatat tidak terjadi turun hujan sama sekali.
Suhu Udara
Tidak terdapat perbedaan yang tegas antara lima sentra produksi manggis
dalam ha1 suhu udara harian. Kisaran suhu harian rata-rata di lima ternpat tersebut
berada pada kisaran 24 -26OC. Keadaan suhu maksimum dan minimum di lima
sentra Produksi disajikan pada Tabel 6.
Kelembaban Udara
Kisaran kelembaban udara harian rata-rata di lima sentra produksi ad.alah
sebagai berikut: Leuwiliang 69:85%, Kaligesing 67-77%,Wanayasa, Puspahiang
dan Watulimo 68-82%. Secara umum pola perubahan kelembaban udara harian
menunjukkan terjadi penurunan kelembaban pada bulan Juli dan mencapai nilai
terendah pada bulan September lalu meningkat kembali pada bulan Qktober.
Selama bulan Nopember sampai Juni, fluktuasi naik turunnya rendah. Penurunan
kelembaban ndara harian pada bulan Juli sampai September diduga berhubungan
dengan bertepatan musim kemarau yang terjadi di daerah tersebut.
Tabel 6 Keadaan suhu maksimum dan minimum di lima sentra produksi manggis
Sentra Prnd~~ksi Suhu (OC) Periode
fl April - A ustus Wanayasa Maksimumlsiang 33 Juni - Juli
Minimumlmalam 15 Juni - November Puspahiang Maksimumlsiang 3 4 Juli
Minimum/malam 16 Juni - Maret Kaligesing Maksimumlsiang 33 Oktober - Februari
Minimumlmalam 18 April - Mei Watulimo Maksimumfsiang 33 Agustus - Juli
Minimudmalam 17 Maret - September
80
70
60 -a- Mnayasa
% 50 --c Puspahiang
40 -+- Kaligesing
0 4 , , , , , , ! , , ~ ! P,
J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A
40 , -Leuwiliang mx
35 --Leuwiliang Mn
30 - n;-- Wanayasa Max
25 --Wanayasa Mn -Puspahiang mx
20 ~ P u s p a h i a n g M n 15 -rr- KaligeSing Max
1 J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A
Gambar 2 Keadaan suhu maksimum-minimum dan kelembaban udara harian rata-rata di S i a sentra produksi rnanggis.
Struktur, Tekstur dan %!as Taaah
Berdasarkan struktur tanahnya, peda limn sentra praduksi dapat
digolongkan menjadi empat tipe yaitu: I ) remahlgranuler yang terdapat pada
tanah ll'anayasa, 2) granulerlgumpal membulat pada tanah Puspahiang, 3) gumpal
membulat/bersudut pada tanah Leuwiliang dan Kaligesing, dan 4) gumpal
bersudut/prisma/tiang pada tanah Watulimo. Sedangkan berdasarkan tekstur
tanahnya, dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1) lempung berdebu untuk
tanah \ilanayasa, 2) Lempung liar berdebu untuk tanah Puspahiang dan Watulimo,
dan 3) liat berdebu untuk tanah Leuwiliang dan Ka!igesing.
Berdasarkan klasifikasi Sistem Pusat Penelitiai~ Tanah (:9a2) dalam
Hardjoxigeno (2003), kelas tanah di !ima sentra prsduksi terdiri dari dua
kelompok, yaitu: 1) podsolik untuk Le!rc.iliang dan Kaligesing, dan 2) latosol,
latosol coklat untuk Wanayasa, latosol merah coklat untuk Puspahiang serta
Watulimo. Hasil analisis kelas tanah ini sesuai dengan kelas tanah hasil survai
Lembaga Penelitian Tanah pada Tahun 1966 (Supraptohardjo, el al., 1966).
Tabel 7 Karakteristik fisik dan kelas tan.& di lima sentra pi-sk~!c;i ~ a n g g i s
Sentra Karakteristik Tanah Produksi Struktur Tekstur Kelas*
Leuwiliang Gumpal membulatbersudut Liat berdebu Podsolik Remahlgranuler Lempung berdebu Latosol
Wanayasa coklat
Granulerlgumpal membulat Lempung liat Latosol Puspahiang berdebu nierah coklat
Kaligesing Gumpal membulatbersudut Liat berdebu Podsolik Gumpal Lempung liat Latosol
Watulimo bersudut/prisma/tiang berdebu merah coklat *Sistem Pusat Penelitian Tanah (1982)
Berdasarkan hasil analisis tanah dalam penelitian ini diketahui bahwa pH
tanah di lima sentra produksi berkisar antara 4,24-5,63, nilai ini menunjukkan
bah~va tanah di lima sentra produksi manggis tersebut termasuk masam. Terdapat
perbedaan yang nyata antara tallah latosol Wanayasa, Puspahiang dan Watulimo
dengan tanah podsolik Leuwiliang dan Kaligesing. pH tanah latosol Wanayasa,
Puspahiang dan Watulimo lebih tinggi dibanding tanah podsolik Leuwiliang tapi
lebih rendah dibandillg tanah podsolik Kaligesing. Keadaan ini tidak sesuai
dengan pendapat Soepardi (1983) yang mengemukakan bahwa pH tanah podsolik
lebih rendah dibanding tanah latosol. Lebih ti~igginya pH tanah podsolik di
Kaligesing diduga disebabkan oleh tingginya kandungan hara Ca dan Mg tanah.
Kandungan hara Ca dan Mg tanah di Kaligesing dan Watulimo lebih tinggi
dibanding Wanayasa dan Puspahiang (Tabel 8).
Tahel 8 Kandungan Hara makro primer tanah di lima sentra produksi pada saat tanaman berbunga tahun 2003
Sentra Kandungan Hara Makro Primer Tanah* - Produksi - pu N total PA) P (%) K (%) ;;. Ca PA/,) ~ g ( % )
Leuwiliang 424d 0, I Sc 1.1 l e 0,32c 0,87e 0,43e Wanayasa 4 6 2 ~ 0,14c I,54c 0,33c 1,72d 0,78d Puspahiang 4 5 6 ~ 0,17b 1 ,:2d O,S9b 3,84c 2,94a Kaligesing 5,63a 0,14c 2,62a I ,20a 4,09a 2,24b Watulimo 4,90b 0,19a 2.03b 0,69c 4,02b 1,42c
*) angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Hasil analisis tanah pada awal penelitian di Tahun 2003, menunjukkan
adanya pe~bedaan kandungan hara N. P, K, Ca dan Mg pada setiap sentra
produksi. Perbedaan kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg tanah diduga
berhubungan dengan karakteristik iklim mikro dan tanah masing-masing daerah.
Kandungan hara N tanah terendah terdapat pada daerah Leuwiliang,
Wanayasa dan Kaligesing sedangkan hara N tanah tertinggi terdapat pada tanah
daerah Watulimo. Hal ini diduga berhubungan dengan keadaan curah hujan dan
kandungan mineral liat tanah. Penganlbilan sampel awal tanah di Leuwiliang dan
Wanayasa dilakukan pada musim hujan. Hara N, terutama dalam bentuk nitrat
mudah tercuci oleh air hujan. Sedangkan di Kaligesing, hara N tanah, terutama
amonium diduga banyak diikat oleh mineral liat. Tekstur tandh Kaligesing banyak
mengandung liat (Tabel 7).
Kandungan hara P tanah tertinggi terdapat pada tanah Kaligesing dan
terendah terdapat pada tanah Leuwiliang. Walaupull memiliki kelas tanah yang
sama yaitu podsolik, perbedaan kandungan hara P tanah ini diduga berhubungan
dengan nilai pH tanah. Nilai pH tanah Kaligesing lebih tillggi dibanding pH tanah
Leuwiliang. Pada kondisi tanah masam terjadi fiksasi P oleh Alumunium yang
menyebabkan hara P tanah yang tersedia untuk tanarr.an menjadi berkurang.
Kandungan hara K tertinggi terdapat pada tanah Kaligesing. sedangkan
terendah pada tanah daerah Leuwiliang dan Wanayasa. Kandungan hara K yang
tinggi pada tanah Kaligesing diduga berhubungan dengan tingginya kandungan
mineral liat pada tanah Kaligesiilg dan rendahnya curah hujan pada saat
pengambilan sampei tanah. Lain halnya dengan tanah Leuwiliang. walaupun
mengandung mineral liat yang tinggi, hara K tanah diduga banyak tercuci oleh
hujan. Sedangkan pada tanah Wanayasa, hara K diduga banyak tercuci oleh air
hujan. Junllah hara K dalam tanah berhubungan dengan banyaknya mineral liat 0
tanah dan pencucian oleh air hujan (Hardjowigeno, 2003).
Hara Ca tanah tertinggi terdapat pada tanah Kaligesing dan terendah pada
tanah Leuwiliang. Perbedaan nilai pH tanah diduga menyebabkan perbedaan
kandungan hara Ca tanah. Peningkatan nilai pH tanah inendekati 6, meningkatkan
kandungan hara Ca tanah yang tersedia untuk tanaman (Soepardi, 1983).
Kandungan hara Mg tanah tertinggi terdapat pada tanah Puspahiang dan terendah
terdapat pada tanah Leuwiliang. Seperti pada hara Ca tanah, hara Mg tanah
dipengaruhi oleh r~ilai pH pada tanah kedua daerah tersebut.
Fenologi Tanaman Manggis
Trubus dan Dormausi Tunas
Berdasarkan hasil pengamatan selama dua musim panen, pertumbuhan
tajuk tanaman manggis pada lima Iokasi sentra produksi memiliki pola
pertumbuhan yang sama yaitu trubus, dorman, trubus/berbunga, berbuah. Periode
trubus antar lima sentra produksi tidak memiliki perbedaan yang n)ata (Tabel 9),
tetapi terdapat perbcdaan waktu awal, puncak dan akhir trubus di lima sentra
produksi. Awal periode trubus tanaman dari paling awal sampai paling akhir pada
tahun 2004 adalah Leuwiliang tanggal 14 Februari, Wanayasa 12 Maret,
Puspahiang 21 Maret, Watulimo 3 1 Maret dan Kaligesing 11 April.
Perbedaan awal periode trubus berhubungan dengan akhir periode panen
sebelumnya dari masing-masing sentra prodaksi. Waktu panen buah terakhir
tahun 2004 di lima scntra produksi berbeda, berturut-turut sebagai berikut:
Leuwiliang 30 Januari, Wanayasa 21 Februari, Puspahiang 5 Maret, Watulimo 14
Maret dan Kaligesing 3 1 Maret.
Trubus Kuncuo BB~unga Mekar Buah Panen Curah RH *----+ Suhu Harian
Gambar 3 Fenologi tanaman manggis di Leuwiliang, Wanayasa dan Puspahiang tahun 2003-2005.
sD
70 ie
6(1
E M
YI
a 2 10
I A S O N O J P U A U J I A S O N D I F U A
Kaligesing
Watulimo
Trubus q Kuncu~ OBunga Mekar Buah Panen O ~ u r a h RH c~--, Suhu
Gambar 4 Fenologi tanaman manggis di Kaligesing dan Watulimo tahun 2003- 2005.
Perbedaan terjadinya awal trubus dipengaruhi akhir periode panen
sebelurnnya dan larnanya periode antara akhii panen sebelurnnya dengan awal
trubus. Periode antara akhii panen dan awal trubus paling pendek sampai paling
panjang berturut-turut, Kaligesjng 11,6 hari, Leuwiliang l5,2 hari, Puspahiang
16,4 hari, Watulimo 17,O hari dan Wanayasa l8,7 hari. Perbedaan periode antara
akhir panen dan awal trubus diduga berhubungan dengan tinggi rendahnya
produktivitas tanaman. Terdapat korelasi positif (R=0,803) antara produktivitas
tanaman dengan periode antara akhi panen-awal trubus. Hasil penelitian
menunjukkan produktivitas rata-rata pohon manggis dari masing-masing sentra
produksi dari yang tertinggi sarnpai terendah adalah sebsgai beri~ut : Wanayasa,
Watulinio, Puspahiang, Leuwiliang dan Kaligesing.
Tabel 9 Periode trubus dan dormansi tunas di lima sentra produksi tahun 2004
Sentra Trubus Dorn~ansi Tunas Periode (hari)* Dormansi Awal Puncak Akhir Awal Puncak Akhir Trubus tunas
Leuwiliang 14 Feb 25 Feb 28 Feb 18 Mar 25 Mar 3 Apr 45,95a 94,15d -- Wanayasa 12 Mar 22 Mar I Apr 23 Apr 28 Apr 5 ~Mei 47,25a 98,15c Pgspahiang 21 Mar 2 Apr 8 Apr I Mei 6 Mei 1 I Mei 47,OOa 100,15b Kaligesing 1 l Apr 15 Apr 22 Apr 28 Mei , 1 Jun 8 Jun 47,40a 102,SOa Watuliino 31 Mar 8 Apr 12 Apr 14 Mei I8 Mei 22 Mei 46,50a 103,25a *) angka-aiigka yang diikuti humf yang sama pada kolo~n yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Pada satu minggu setelah panen sampai stadia trubus terjadi peningkatan
kandungan N daun, kemudian menurun pada akhir trubus. Peningkatan dan
penurunan kandungan N daun ini, polanya sanla di semila sentra produksi.
Kandungan P daun terendah terjadi pada stadia trubus. Penurunan kandungan P
daun dan karbohidrat daun terjadi sejak seminggu setelah panen. Kandungan
Karbohidrat daun tetap rendah sampai stadia trubus, selanjutnya meningkat pada
akhir trubus. Perubahan kandungan hara N, P daun dan karbohidrat daun disajikan
pada Gambar 5).
Perbedaan akhir periode trubus rnenyebabkan perbedaan awal terjadinya
dormansi tunas pada masing-masing sentra produksi. Awal dormansi tunas tahun
2004 berturut-turut sebagai berikut: Leuwiliang 18 Mar, Wanayasa 23 April,
Puspahiang 1 Mei, Watulimo 14 Mei dan Kaligesing 28 Mei. Perbedaan nyata
terdapat pada periode dorrnansi tunas antar sentra produksi (Tabel 9).
Perbedaan lama dan singkatnya periode dormansi tunai ini diduga
berhubungan dengan tinggi rendahnya curah hujan yang terjadi selama periode
dormansi pada masing-masing sentra produksi (lihat Gambar 3 dan Gambar 4).
Terdapat korelasi negatif (R= - 0,876) antara besar curah hujan saat periode
dormansi tunas dengan panjang-pendeknya periode dormansi tunas. Curah hujan
di Leuwiliang yang turun sepanjang waktu memungkinkan cadangan air tanah
terus terjaga. ha1 ini menyebabkan periode dormansi tunas tanaman menjadi lebih
pendek dibandingkan empat daerah lainnya. Ketersediaan air tanah yang cukup,
mendukung laju penyerapan air dan hara oleh akar secara optimal, memungkinkan
menjaga ketersediaan air dalam tanaman sebagai bahan fotosintesis dan media
translokasi hara serta fotosintat tanaman. Menurut Crabbed and Barnola (1996),
ketersediaan air dalam tanaman berperan penting pada perilaku mata tunas.
Setelah mata tunas tanaman memasuki stadia ekodormansi, pasokan air yang
cukup pada mata tunas menyebabkan mata tunas pecah dan tumbuh.
Saat tanaman mas& stadia dormansi tunas, terjadi penurunan kandungan
N daun. Kandungan N daun terendah terjadi sekitar 70 hari setelah awal dormansi
tunas. Sebaliknya terjadi peningkatan kandungan P dan K daun serta karbohidrat
daun sejak akhir trubus sampai stadia dormansi tunas. Kandungan P daun dan
karbohidrat daun tertinggi terjadi sekitar 70 hari setelah awal dormansi tunas.
AT: nM~ir Trubus, 70 HSaD: 70 hari setelnh awol don~~aus i tunas, PB : Perbesaran bunh, SP : seminqgu setelnh panen - Waliayasa - Wahllilno Puspahiang - Kaligesi~~g -Leuwiliang
Gambar 5 Perubahan kandungan hara NPK daun dan karbohidrat daun tanaman manggis di lima sentra produksi.
Pembungaan
Pada umumnya tanaman manggis di lima sentra produksi berbtinga pacia
akhir musim kemarau atau awal musin1 hujan. Terdapat perbedaar. waktu awal
keluarnya kuncup bunga pertama. Pada musim 2004/2005, tanarnan manggis di
daerah Leuwiliang paling awal menghasilkan kuncup bunga yaitu tanggal 30 Juli,
puncak keluar kuncup bunga 10 Agustus dan kuncup bunga terakhir muncul 15
Agustus. Kuncup bunga pertama keluar, setelah turun hujan selama 16 hari pada
awal musirn hujan. Periode kering di Leuwiliang terjadi seIama 19 hari yaitu pada
tanggal 12 sampai 30 Juni.
Tanaman manggis Wanayasa menghasilkan kuncup. bunga pertama pada
27 Agustus, puncak keluar kuncup bunga 15 September dan akhir keluar kuncup
bunga 22 September. Kuncup bunga pertama keluar setelah mengalami periode
kering se!ama 88 hari. Periode kering di Wanayasa terjadi dari 1 juni sampai
30 September.
Daerah Puspahiang menghasilkan kuncup bunga pertama pada 8
September, puncak keluar kuncup bunga 22 September dan akhir keluar kuncup
bunga 30 September. Kuncup bunga pertama kelusr setelah me~lgalami periode
kering selama 83 hari. Periode kering di Puspahiang terjadi mulei tanggal 16 j ~ n i
sampai 2 Oktober.
Kuncup bunga pertama di daerah Kaligesing keluar pada 29 September,
puncak keluar kuncup bunga 14 Oktober dan akhir keluar kuncup bunga 22
Oktober. Kuncup bungs pertama keluar setelah mengalami periode kering selama
121 hari. Periode kering terjadi pada 1 Juni sampai 30 September.
Daerah Watulimo menghasilkan kuncup bunga pertama pada 15
September, puncak keluar kuncup bunga 22 September dan akhir keluar kuncup
bunga 30 Septe3ber. Kuncup bunga pertama keluar setelah mengalami periode
kering selama 158 hari. Periode kering di Watulimo terjadi pada I Mei sampai
2 Oktober.
Perbedaan awal keluar kuncup bunga diduga disebabkan ole11 adanya
perbedaan lama periode kering pada masing-masing sentra produksi. Tanaman
manggis memerlukan adanya periode k e r i ~ g untuk induksi (Verheij, 1998). Paul1
and Xakasone (1999) menyebutkan bahwa tanaman manggis menlerlukan periode
kering selama 15-20 hari untuk stimulasi pembungaan. Namun pada berbagai
literctur yang ad2, tidak menyebutkan jarak iyaktu antara akhir periode kering
dengall awal keluar kuncup bunga.
Tabel 10 Periode keluar kuncup bunga dan anthexis di lima sentra produksi
Sentra Keluar Kuncup Bunga Anthesis Periode Produksi Kuncup-
Awal Puncak Akhir Awal Puncak Akhir Anthesis
- (hari)* 20 Agt 25 Agt I Sep 5 Sep l l Sep 19 Sep
Leuwi'iang 30 Jul 10Agt 15 Agt 14Agt 21 Agt 2 Sep 17,15a 9 Sep 22 Sep l Ckt 24 Sep 7 Okt 16 Okt
Wanayasa 2 7 Agt I5 Sep 22 Sep I0 Sep 24 Sep 1 Okt 15,95b 1 Okt 15 Okt 22 Okt 17 Okt 3 Nop 10 Nop
Puspal~iang 8 Sep 22 Sep 30 Sep 22 Sep . 6 Okt 17 Okt .' 17,25a 23 Okt 6 Nop I5 Nop 7Nop 24 Nop 1 Des
Kaligesing 29 Sep 14 Okt 22 Okt I5 Okt l Nop 9 Nop 17,858
Walulimo 9 Okt 22 Okt 27 Okt 24 Oh7 4 Nop 13 Nop 15 Sep 22 Sep 30 Sep I k t 17 Okt 22 Okt 16,05b
*) angka-angka yang diikuti hurufyanx sama pada kolom !ang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat prrbedaan periode perkembangan
lcuncup bunga sampai anthesis antar sentra produksi. Periode pcrkembangan
kuncup bunga sampai unthesis daerah Leuwilia~ig, Puspahiang dan Kaligesing
menunjukkan waktu yang lebih lama dibandingkan daerah Wanayasa, dan
Watulimo.
Perbedaan periode perkembangan kuncup bunga - anthesis, diduga
berhubungan dengan kandungan hara N. P daun dan karbohidrat daun. Terdapat
korelasi negatif antara kandungan N daun (R= - 0,881), P daun (R= - 0,898) dan
karbohidrat daun (R= - 0,890) dengan periode perkembangan kuncup bunga -
anthesis (Gambar 6). Sedangkan korelasi kandungan K daun dengan periode
perkembangan kuncup bunga - anthesis tidak nyata. Peningkatan kandungan hara
N, P daun dan karbohidrat daun dapat mempercepat perkembangan kuncup bunga
- anthesis. Hasil penelitian menunjukkan kandungan N, P daun karbohidrat daun
di daerah Wanayasa dan Watulimo lebih tinggi dibandingkan daerah Puspahiang,
Leuwiliang maupun Kaligesing (Lampiran Tabel 6).
0 0.5 1 1.5 2 2.5 ' 3 Karbohidrat (%)
Gambar 6 Hubungan antara periode perkernbangan kuncup bunga sampai anthesis dengan kandungan N, P daun dan karbohidrat daun
Perbedaan periode perkembangan ku1;cup bullga - anthesis juga diduga
berhubungan dengan keadaan curah hujm di wilayah tersebut. Curah hujan yang
cukup tinggi pada bulsn September di Leuwiliang diduga menghambat laju
perkenibangan kuncup bunga mencapai nnthesis. Keadaan lingkungan atmosfir
yang terus berawan di awal illusim hujan di Puspahiang diduga menjadi penyebab
lambatnya perkembangan kuncup bunga mencapai anfhesis. Gazit and Degani
(2002) dalarn Whiley er aL(2002), menemukan adanya penundaan pembukaan
kuncup bunga advokad selama beberapa nlenit sa:n;ai setuejan? pada kondisi
cuaca berawan, selain itu turunnys hujan depat nlenunda mekarnya kuncup bunga
selama satu sampai dua jam.
Pembuahan
Bunga memasuki stadia pertumbuhan dan perkembangan buah sejak
mahkota bunga atau sepal lepas dari pangkal bunga setelah bunga mekar
sempurna atau anthesis.. Periode pertumbuhan dan perkembangan buah tidak
berbeda nyata antar lima sentra pmdi~ksi. Periode pertumbuhan dan
perkembangan pentil buah menjadi h a h yang matang dengan kriteria kulit buah
semburat merah muda 25%, berkisar antara 103-105 hari atau 15-16 minggu
setelah anthesis.
Periode pertumbuhan dan perkembangan buah di lima sentra produksi
disajikan pada Tabel 11. Pertumbuhan dan perkembangan buah manggis di lima
sentra produksi menunjukkan pola sigmoid, dimana terjadi pertumbuhan buah
yang lambat pada minggu 1-3 setelah anthesis, selanjutnya terjadi pertumbuhan
buah yang cepat pada minggu 4-1 1 setelah anrhesis lalu kembali lambat pada
minggu 12-14 setelah anthes~s kemudian tidak tejadi pertumbuhan ,. lagi pada
minggu 15-16 setelah anthesis (Gambar 7). Pada umur 15-16 minggu atau 103-
105 hari setelah anthesis buah mencapai ukuran yang maksimum.
Pada umumnya stadia pertumbuhan dan perkembangan buah di setiap
sentra produksi, terjadi pada saat jumlah curah hujan mulai meningkat sehingga
ketersediaan air tanah cukup untuk mendukung laju pembelahan dan perbesaran
sel buah secara optimum. Ga~ilbar 7 menunjukkan adanya dua kelo~npok kurva
pertumbuhan buah manggis yang ditunjukkan dengan diameter transversal buah,
sejak anthesis sampai siap panen.
Tabel 1 1 Periode Pertumbuhan dan perkembangan buah serta panen manggis di lima sentra produksi
Sentra Pertumbuhan & Panen Buah Periode (hari)* Produksi Perkembangan Buah
Anthesis- Panen Awal Puncak Akhir Awal Puncak Akhir Buah Awal-
matang akhir 8 Sep 13 Sep 10 Okt 21 Des 26 Des 30 Jan
Leuwiliang 16 Agt 24 Agt 22 Sep 28 Nop 8 Des 20 Jan 103,90a 40 26 Sep 8 okt 28 Okt 3 Jan l Feb 21 Feb
Wanayasa 13 Sep 26 Sep 10 Okt 27Des 9 Jan 15 Feb 103,90a 49 20 Okt 5 Nop 18 Nop 28 Jan 1 Feb 5 Mar
Puspahiang 25 Sep 10 Okt 28 Okt 8 Jan 23 Jan 22 Feb 103,85a 45
10 Nop 26 Nop 8 Des 22 Feb 7 Mar 31 Mar Kaligesing 17 Okt 5 Nop 12 Nop 2 Feb 15 Feb 1 Mar 103,80a 32
26 Okt 8 Nop 29Nop 8 Feb 1 Mar 14Mar Watulimo 3 Okt 21 Okt 1 Nop 17 Jan 31 Jan 15 Feb 103,70a 30 *) angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
50
.6i .-.. Wanayasa
d 40 Puspahiang 8 Kaligesing
X
Gambar 7 Pertumbuhan buah manggis sejak anthesis sampai siap panen.
Tiga sentra produksi, yaitu Wanayasa, Watulimo dan Puspahiang
menghasilkan buah dengan diameter yang lebih besar dibanding daerah
Leuwiliang dan Kaligesing. Pertambahan diameter buah diduga berhubungan
dengan kandungan NPK daun dan karbohidrat daun tanaman. Terdapat korelasi
transversal buah (Gambar 8): sedangkan N, K daun dan kar'oohidrat daun
walaupm~ korelasinya positif3 nilainya tidak n:;ata.
0 0.05 0,1 0,15
P daun (%)
Gambar 8 Hubungan antara diameter buah manggis dengan kandungan P daun
Kenyataan lain, menunjukkan intensitas hujan yang sangat tinggi dapat
meningltatkan jamlah penfl buah pang rontok. Pada penelitian ini diketahui
bahwa kerontokan bunga atau penti1 buah sering terjadi pada stadia anthesis d m
stadia perkembangan buah. paitu pada 1 - 50 hari setelah anthesis.
Terdapat tiga kelompok sentra produksi berdasarkan persentase jumlah
bunga dan buah yang rontok. Daerah dengan kerontokan bunga lbuah 6 - 10%
yaitu Wanayasa dan Puspahiang. lalu daerah dengan kerontokan bungahuah 15 -
16% yaitu Leuwiliang dan Watulimo:. terakhir daerah dengan kerontokan
bungalbuah 18 - 20% adalah Kaligesing. Perbedaan persentase kerontokan
bungahuah dari keriga kelolnpok daerah tersebut diduga berhubungan dengan
perbedaan tinggi rendahnya curah h u j a ~ d m kompetisi fotosintat antar organ
tanaman dan kandungan hara daun.
Awal panen buah manggis pertama dilakukan di daerah Leuwiliang yaitu
pada tanggal 28 Nopember 2001, selanjutnya berturut-turut Wanayasa 27
Desember 2004, Puspahiang 8 Januari 2005, Watulimo 17 Januari 2005 dan
Kaligesing 2 Februari 2005. Perioae panen secara umum berkisar antara 30
san~pai 49 hari. Panen bud1 terpanjang terjadi di daerah Wanayasa yaitu 49 hari
dan tzrpendek di daerab Kaligesing 32 hari dan \\'atulimo 30 hari. Perbedaan awal
panen dan lama periode panen antar sentra produksi, jika diurutkan menjadi satu
dapat nlenghasilkan periode panen total menjadi lebih panjang kurang lebih 120
hari.
Produksi &an Kualitas Manggis di Lima Sentra Produksi .
Produlctivitas Manggis . .
Produksi total bobot buah per pohon dalam dua musim panen yaitu tahun
2003 sainpai 2005, berkisar antara 6 - 45 kg. Xilai produktivitas tanaman ini
berbeda nyata antar sentra produksi. Berdasarkan produktivitasnya, aari lima
sentra produksi tersebut dapat dilcelompokan menjadi 3 kelompok daerah. Urutan
kelompok daerah dengan produktivitas tanaman teriinggi sampai terendah adalah
1) Wanayasa, 2) Watulimo, dan 3) Leuwilians dan Kaligesing. Secara Iengkap
data produktivitas tanaman manggis di semua sentra produksi disajikan dalam
Tabel 12.
Berdasarkan analisis regresi, diketahui bahwa jumlah buah paling
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas tanaman. Jumlah buah
tertinggi dihasilkan oleh tanaman manggis dari Wanayasa. Jumlah buah yang
dihasilkan berkorelasi positif dengan kandunsan karbohidrat daun dan hara P
daun. Hasil analisis menunjukkan kandungan hara P dan karbohidrat daun pada
tanaman manggis Wanayasa paling tinggi dibandingkan daerah Watulimo maupun
Leuwiliang dan Kaligesing (Lampiran Tabel 6). Kandungan hara P daun
tanamaii paiing berpengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan. Semakin
tinggi kandungan P daun jumlah buah yang dihasilkan semakin banyak. Menurut
Marschner (1995), hara P berpengaruh terhadap pembentukan organ reproduksi
seperti bunga, buah dan biji, peningkatan hara P dapat meningkatkan jumlah
bunga dan buah tanaman.
Persentase bunga dan buah yang rontok berbeda nyata antar daerah.
Berdasarkan persentase rontok bunga dan buah muds dari lima sentra produksi
dapat digolongkan menjadi 3 kelompok. Dari urutan tertinggi sampai terendeh,
adalah 1) Kaligesing, 2) Leuwiliang dan Watulimo, 3) Wanayasa dan Puspahiang.
Secara lengkap disajikan pada Tabei 13.
Tabel 12 I'roduktivitas tanaman nianggis di lima sentra produksi tahun 2003-2005
Produktivitas
Lokasi 2003/2004 200412005 (kglpohon) (jumlah (kglpohon) (jumlah
buahlpohon) bualdpohon)
Leuwiliailg 16,27d 325,29 20,5 1 e 410,34
Puspaliiang 21,lZe 422,54 3 i ,79c 635,SO
Kaligesinr 16,06d 321,l 1 24,33d 486,7 1
Watulimo 38,08b ' 761,49 42,28b 845,66 *) angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 13 Jumlah Bunga, persentase bunga rontok dan jumlah fruitset pada tanaman manggis di lima sentra produksi
Jumlah Bunga & Jumlah Buah Lokasi
Jumlah Bungs Buah Rontok (%) (fruit set) Leuwiliang 342,99d 1 S,72b 288,93d - Wanayasa 579,65a 9,85c 522,28a
Puspahiang 41 1,30c 8,37c 376,43c
Kalizesine 395,77c 18,93a 321,12d - - Watuliino 520,99b 15,67b 439,lSb
*) angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Perbedaan jumlah bunga dan buah yang rontok diduga berhubungan
dengan keadaan tinggi rendahnya curah hujan dan kandungan Karbohidrat serta
hara N, P, K daun pada masing-masing sentra produksi. Di daerah Leuwiliang,
Kaligesing, dan Watulin~o; jumlah bunga dan buah muda yang rontok berkorelasi
positif (R = 0,5 19) dengan jumlah curah hujan pada periode pertumbuhan buah
berlangsung. Sedangkan untuk daerah Wanayasa dan Puspahiang persentase
kerontokan bunga dan buah muda berkorelasi negatif sangat nyata dengan
kandungan karbohidrat daun (R = -0,811) dan hara K daun (R= -0,718).
Berdasarkan analisis regresi, diketahui adanya hubungan tingkat
kerontokan bunga dan buah dengan kandungan karbohidrat daun tanarnan.
Hubungan regresi jurnlah bunga dan buah rontok dalam persen dengan kandungan
karbohidrat dan hara K daun disajikan dalam Ga~zbar 9.
Ketersediaan karbohidrat yang cukup rnemungkinkan pcnbagian aliran
lcarbohidrat mera!a ke masing- rias sing pentil buah. Hal ini memungkinkan tingkat
persaingan akan kebutullan cadangall makarian untuk pe~tumbuhan dan
perkernbangan buah relatif kecil. Keberadaan hara K yang cukup, berperan dalam
dalam pen~bagian translolcasi karbohidrat ke masing-masing buah yang sedang
tumbuh dan berkembang. Pen~bagian karbohidrat yang cukup ~ a d a masing- . .-
masing buah menlungkinkan buah tetap melekat h a t pada tangkainya.
Karbahidrat daun (rnglg)
Gambar 9 Hubungan antara persentase jumlah bunga dan buah muda yang rontok dengan kandungan karbohidrat daun dan hara K daun.
Kualitas Buah
Antar seiitra produksi terdapat perbedaan yang nyata pada bobot buah rata-
rata, bobot aril, bobot bagian yang dapat dimakan atau edible portion, bobot biji
total, bobot kelopak, bobot kulit dan bobot tangkai. Demikian pula dengan
diameter buah dan tebal kulit buah.
Bobot buah tertinggi diperoleli dari tanaman manggis d e i daerah
Watulimo, dengan bobot rata - rata 95,19 ghuah. Sedangkan bobot buah terendah
dihasilkan oleh tanaman manggis dari Leuwiliang dengan bobot rata - rata 74,78
ghuah dan Kaligesirig dengan bobot rata - rata 76,53 gtbuah. Bagian buah yang
dapat dimakan terbesar terdapat pada buah dari Puspahiang, yaitu sebesar 38,47%,
tapi tidak berbeda nyata dengan buah dari Wanayasa dan Leuwiliang. Sedangkan
bagian buah yang dapat dimakan terkecil terdapat pada buah dari Watulimo yaitu
32,44%, tidak berbeda nyata dengan buah dari Kaligesing.
Bobot rata-rata per butir buah manggis dari daerah Watulimo paling tinggi
dibandingkan buah manggis dari empat daerah lainnya, karena ketebalan dan
bobot kulit manggisnya lebih tinggi pula. Bobot kulit merupakan bagian buah
yang paling berpengaruh terhadap bobot per butir dibandingkan bagian buah
laimya. Kulit buah yang lebih tebal diduga berhubungan dengan unsur Ca.
Kandungan hara Ca tanah daerah Watulilno lebih tinggi dibandingkan tiga daerah
lainnya. Unsur Ca berperan penting dalam penyusunan struktur dinding sel
sebagai Ca-pektat dalam lamella tengall (Marschner, 1995).
Tabel 14 Bobot bagian buah manggis di lima sentra produksi
Bobot (g)
Lokasi Rata2 Edible Per Aril portion Biji total Kelopak kulit tangkai
buah (%) Leawiliang 74,7Sc 27,27bc 36,40ab 1,07d 2,02c 43,46c 0,96d
Wanayasa 83,07b 30,87ab 37,04ab 1,12cd 2,09c 47,58bc 1,39b
Pus~ahia~~g 85.32b 33.20a 38.47a 1,44b 2,6Sb 46,53bc 1,46b
Kaligesing 76,53c 25,62c 333 I bc 1,38cb 2,12c 49,86b 1,l lc
Watulimo 95,19a 30,83ab 32,44c 2,OOa 2,97a 57,63a 1,74a *) angka-angka yang diikuti hurufyang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji . - jarak bergan& Duncan pada taraf j%..
Pada penelitian ini diketahui bahwa dari berbagai komponen bagian buah
yang ada, bobot kulit merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap bobot
per buah. Hal ini ditunjukan meialui persamaan Y = i8.96 + 1.30X, dimana Y
adalah bobot per buah dan X bobot kulit buah. Pada Tabel 14 diketahui bahwa
tiobot kulit buah tertinggi dimiliki oleh ~nanggis dari Watulimo sedangkan bobot
kulit terendah terdapat pada manggis dari Leuwiliang.
Berdasarkan hasil pengkelasan ukuran buah, secara umum buah manggis
yang dillasilkan di lima sentra ~roduksi , persentase tertinggi berada dalam kelas B
yaitu 38%, lalu kelas A sebesar 29,4% dan kelas C 22%. Sedangkan kelas super
dan kelas D masing-masing 5% dan 5.6%. Berdasarkan daerah sentra produksi,
persentase buah n~anggis kelas super dan A tertinggi dihasilka~ daerah Wztulimo,
kemudian Wanayasa dan Puspahiang. Daerah Kaligesing menghasilkan buah
manggis dengan persentase kelas C dan D tertinggi dibanding empat daerah
laimya.
Buah manggis yang dihasilkan di lima sentra produksi memiliki perbedaan
yang nyata dalam ha1 kemulusan buah, padatan terlarut total dan asam terlarut
total. Buah dengan tingkst kulit burik tertinggi berasal dari Kaligesing. Rata - rata
buah n~empunyai skor burik 4,52. Persentase buah dengan skor burik 4 dari total
buah yang dapat dipanen sebesar 16,21%. Skor b u r s buah terendah terdapat pada
manggis dari Wanayasa yaitu I,79 tapi tidak berbeda nyata dengan buah dari
Puspahiang dan Watulimo. Buah dengan skor burik 1,79 jumlahnya 34,4% dari
total buah yang dapat dipanen.
Tabel 15 Persentase buah yang dihasilkan berdasarkan kelas super, A, B, C dan D di lilna sentra produksi
Kemulusan kulit buah berkorelasi positif sangat nyata dengan kandungan
Karbohidrat daun (R = 0,767), N daun (R = 0,726), P daun (R = 0,730)dan K daun
(R = 3,772). Hasil analisis regresi menunjukkan adanya hubungan antara
kemulusan kulit buah dengall kandungan hara K daun tanaman.
Umumnya, getah kuning yang terdapat dalam buah manggis di lima sentra
produksi berada dalam skor 1,11 - 2,17, artinya getah kuning hanya dalam 1 - 5%
bagian dagingnya. Namun demikian persentase jumlah buah yang mengandung
getah kuning dari total buah yang dapat dipanen berbeda nyata pada masing -
masing sentra produksi. Persentase buah yang bergetah kuning tertinggi berasal
dari Kaligesing dan Leuwiliang, yaitu 24,4%, sedangkan persentase terkecil
terdapat pada manggis yang berasal dari Wanayasa, yaitu 9%.
Parlatan terlarut total yang terdapat dalam buah manggis dari lima sentra
produksi ini berkisar antara 12 - 2O35rii;s. Namun padatan terlarut total rata-rata
per buah dari setiap daerah memilihi perbedaan yang nyata. Padatan terlarut total
tertinggi dihasilkan buah manggis dari Kaligesing 17,96 "Briks dan Puspahiang
17,46 "Briks, lalu Watulimo 16,26 "Brikr dan Wanayasa 15,55 'Briks. Sedangkan
buah dengan padatan terlamt total terendah terdapat pada buah manggis dari
Leuwiliang 14,74 'Briks.
Tabel 16 Penampakan buah Jan kiindur,gan kimia buah manggis di lima sentra produksi . .
G e i h Padatan Asam Burik % % Getah Terlarut total
Lokasi Kun!ng (skor 1-5) Burik (skor , - j) Kuning Total tertitrasi
("Bri ks) ("/.I
Leuwiliang 3)24 70,27b 2.09 25,03a 14,74e 1,16a
Wanayasa 1,79 41,05tl 1.18 9,452 15,55d 0,97b
Puspahiang 2>14 55,31c 1.1 1 13,27c 17,461, 1,20a
Kaligesing 4,52 89,71a 2:17 25,03a 17,96a 0,59c
Watulilno 2,30 66,22b 1 , S i lS,94b 16,26c 0,89b
*) angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Pada penelitian ini diketahui bahwa buah manggis dengan asam total
tertitrasi terendah berasal dari Kaligesing, yaitu 0,59% nilainya berbeda nyata
dengan buah manggis dari empat daerah lainnya. Buah manggis dari Wanayasa
dan Watulimo memiliki nilai asam mtal tertitrasi0,97% dan 0,89% namun
keduanya tidak. berbeda nyata. Sedanskan buah manggis dengan asam total
tertitrasitertinggi dihasilkan buah dari Leuwiliang 1,16% dan Puspahiang 1,20%,
nilainya tidak berbeda nyata.
PEMBAEA3AN UMUM
Hasil penelitian yang telah ailaksanakan lnenunjukkan adanya tiga
kelompok tipe iklim menurut Scmidrh-Ferguson dari lima sentra produksi
manggis di pulau Jawa. Keadaan ikli~u mikro yang menunjukan perbedaan yang
nyata adalah curah hujan. Dalam ha1 ini perbedaan lerlihat pada jumlah curah
hujan rata-rata per bulan, distribusi jum!ah bulan basah dan jumlah bulan kering
dalam satu tahun.
Jumlah curah hujan rata-rats per bul.an berhubungan dengan intensitas Tan"
distribusi curah huja~i pada bulan basah maupun bulan kering. Jumlah curah hujan
yang tinggi pada bulan Februari-April msmungkinkan ketersediaan air tanah yang
cukup untuk mendukung stadia trubus krlangsung secara optimum. Akan tetapi
jumlah curah hujan yang masih tinggi pada periode dorlnansi tunas menyebabkan
periode dormansi tunas menjadi lebih pendek. Menurut Crabbed and Bamola
(1996), ketersediaan air dalam tananla1 berperan penting pada perilaku mata
tunas. Setelah tanaman n~emasuki stadia ekodormansi, pasbkan air yang cukup
pada mata tunas menvebabkan mata t u n a pecah dan tumhuh.
Pada penelitian ini diketahui zdanya hubungan antara periode kering
dengan pembungaan tanaman manggis. Perbedaan panjang pendeknya periode
kering pada suatu daerah berpengaruh ierhadap awal keluarnya kuncup bunga
pertama. Daerah Leuwiliang yang mengalami periode kering selama 19 hari
menghasilkan kuncup bunga pertama stelah turun hujan selama 16 hari pada
awal musim hujan. Daerah Wanayasa dan Puspahiang yang memiliki periode
k i n g kurang lebih 100 hari menghasilkan kuncup bunga pertama setelah
mengalami periode kering kurang lebih SO hari tanpa tunln hujan. Daerah
Kaligesing dengan periode kering selama 122 hari menghasilkan kuncup bunga
pertama setelah mengalami periode kering selama 121 hari tanpa turun hujan
sedangkan daerah Watulimo yang memiliki periode kering lebih dari 150 hari
menghasilkan kuncup bunga pertama sctelah mengalami periode kering selama
138 hari tanpa hujan. Selain itu peningkatan C/N rasio daun yang mencapai
puncak pada waktu kurang lebih 70 hari setelah dormansi tunas dapat digunakan
sebagai sinyal awal akan berbunganya tanaman manggis. Pada penelitian ini
diketahui keluarnya kuncup bunga penama terjadi sekitar 22-25 hari sctelah
pun@ C/N rasio tercapai. Rai (2004) melaporkan terjadinya peningkzan C/N
rasio daun sebelum tanaman manggis berbunga sedangkan pada tanaman yang
tidak berbunga tidak menunjukkan adanya peningkatan C/N rasio daun.
Pada kelima sentra produksi, pertumbuhan dan perkembangan buah menunjukkan
pola yang sama dan mencapai ukuran maksimum pada periode yang sama. Pada
stadia ini, ketersediaan air berlimpah karena curah hujan yang tinggi dan stabil.
Keadaan ini memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan buah berlangsung
secara optimum.
Hasil penganatan menunjukltan adanya per6edaan awal dan akhir keluar
kuncup bunga antar daerah dan antar tanaman tiap daerah. Perbedaan ini
menyebabkan a\\.al dan akhir periode panen antar daerah berbeda. Sedangkan
panjang-pendeknya periode panen dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya serta
keserempakan keluarnya bunga. Berdasarkan populasi tanaman manggis sampel
di tiap daerah diketahui periode panen berkisar antara 30-49 hari. Sehingga dapat
diketahui pula total periode panen pada lillla sentra produksi menjadi lebih
panjang menjadi kurang lebih 120 hari atau 4 bulan.
Pada penelitian ini diketahui bahwa dari tiga faktor agroklimat yang
diamati yaitu curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara, diduga faktor yang
paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman adalah curah hujan. Curah
hujan yang tinggi dan turun secara teratur memungkinkan ketersediaan air tanah
selalu berada pada kapasitas lapang. Ketersediaan air tanah pada kapasitas lapang
memungkinkan beberapa proses fisiologi seperti transpirasi, fotosintesis dan
translokasi dalanl tanaman berjalan secara optimum. Transpirasi merupakan
proses fisiologi yang sangat penting karena: pergerakan air dalam xylem esensil
~nyerapan bagi penyebaran hara dalam tanaman, kehilangan air prasyarat uctuk p-
C 0 2 dalanl fotosintesis dan lepasnya 0 2 (Harjadi dan Yahya, 1988). Dalam
fotosintesis, air berperan penting dalam pembukaan stomata yang menjaga suplai
C02, menjaga aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam proses biokimia dan
sebagai bahan baku fotosintesis. Suplai air yang cukup akan menjaga efektivitas
translokasi fotosintat dari source ke sink dan tranlokasi hara mineral dalam
tanaman.
Pada penelitian ini panjang-pendeknya periode kering szbe!um ian?man
berbunga tidak berpengaruh terhadap jumlah bunga yang dihasilkan per tanaman.
Intensitas periode kering diduga berpengaruh terhadap jumlah bunga dan buah
yong dihasilkan. Daerah dengan intensitas periode kering yang kontinyu tanpa
hujan menghasilkan bunga yang lebih banyak dibandingkan daerah yang periode
keringnya diselingi hujan walaupun jumlahnya rendah, dibawah 100 mm. Dengan
asumsi faktor lain mendu!tung pertumbuhan dan perkembangan bunga menjadi
buah, dan buah mampu mencapai kernarangan yang optimum rnaka secara tidak
langsung intensitas periode kering berpengaruh terfiadap produktivitas tanaman.
Keadaan di lapangan menunjukkan saat tanaman masuk fase reproduktif
keadaan curah hujan di semua daerah cukup tinggi. Tetapi produktivitas tanaman
berdasarkan jumlah buah manggis yang dihasilkan menunjukkan perbedaan antar
tiga kelompok lokasi, yaitu l j Wanayasa, 2) Puspahiang dan Watulimo, dan 3)
Leuwiliang dan Kaligesing. Kemungkinan adanya faktor lain yang berpengaruh
terhadap produktivitas tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan adanya
hubungan antara kandungan hara P daun dan karbohidrat daun dengan jumlah
buah yang dihasilkan. Semakin tinggi kandungan P daun aan karbohidrat daun
maka sernakin banyak jumlah buah yang dihasilkan. Menurut Marschner (1995),
hara P berpengaruh terhadap pembentukan organ reproduksi seperti bunga, buah
dan biji. Selanjutnya Samra and Arora. 1997 dalam Litz (1997) menyatakan
kandungan P daun berhubungan dengan pembentukan cabang yang kuat danfruit
ser yang tinggi pada mangga. Sedangkan pada advokat var. Fuerte pengaruh hara
P sangat kecil dalam peningkatan ~roduksi selama 5 tahun di Afrika Selatan
(Koen and du Plessis, 1991 dalanz Whiley et al., 2003).
Kandungan hara P daun tanaman mariggis Wanayasa lebih tinggi
dibandingkan daerah lainnya diduga berhubungan dengan penyerapan hara P
tanah yang lebih baik oleh tanaman. Berdasarkan struktur dan tekstur tanahnya,
daerah Wanayasa merupakan tanah yang paling baik dibandingkan ketiga daerah
lainnya. Struktur tanah yang remah d m granuler rnembulat dan tekstur tanah
lempung mempunyai drainase yang haik sehingga tata udara baik, unsur-unsur
hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003). Keadaan
struktur tanah yang demikian memungkinkm pertumbuhan d a ~ i perkembangan
serta penyebaran akar menjadi optimum. Selain itu kandungan bahan organik
tanah 'Xanayasa lebih baik dibandingkan tanah daerah lainnya. Fungsi bahan
organik adalah mempertahanltan struktur tanah, meningkatkan daya pegang air
tanah dan sumber unsur mineral bila telah terurai (Hardjowigeno, 2003).
Ketersediaan hara bagi tanaman sangat tergantung kepada kelarutan zat hara. pH
tanah, kapasitas tukar kation, tekstur tanah dan jumlah bahan organik yang ada
(Harjadi, 1996).
Juinlah buah yang dihasilkan bel.hubungan dengan kandungan karbohidrat
daun tanaman. Junilzh buah yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah bunga dan
buah yang ro~ tok . Ilasil pengamatan menhnjukkan adanya korelasi negatif antara
!:andungan. karbohidrat daun dengan tingkat kerontokan bunga dan' buah muda.
Kandungan karbohidrat daun tanaman manggis Wanapasa lebih tinggi
dibandingkan daerah lainnya. Pada tanaman manggis, keluarnya bunga tidak
serempak sehingga mernungkinkan dalam satu tanaman terdapat bunga yang baru
muncul, bunga yang mekar dan buab yang membesar bahkan terjadi trubus. Hal
ini memungkinkan adanya persaingan penggunaan karbohidrat. Poerwanto (2003)
meno~mllknkan bahwa kompetisi penggunaan fotosintat diantara organ yang
berkembang dapat menyebabkan gugumya bunga atau buah muda. Selanjutnya
Spiegel and Goldschmidt (1996) menyatakan cadangan karbohidrat diduga
sebagai faktor pembatas untuk @uit set dan perbesaran buah. Ketersediaan
karbohidrat yang cukup memungkinkan pembagian aliran karbohidrat merata ke
masing-masing bunga dan buah muda yang sedang berkembang. Pen~bagian
karbohidrat yang cukup pada bunga dan buah memungkinkan bunga mapun buah
tetap melekat kuat pada tangkainya.
Kandungan karbohidrat daun tanaman manggis Wanayasa yang lebih
tinggi dibandingkan tanaman manggis daerah lainnya diduga disebabkan- karena
fotosintesis yang lebih baik. Dengan asumsi ketersediaan air tanah yang sama di
semua daerah, namun kapasitas source tanaqan Wanayasa lebih baik dibanding
daerah lainnya. Tajuk tanaman manggis Wanayasa lebih vigor dibandingkan tajuk
tanaman manggis daerah lain. Keadaan daun lebih hijau dan mengkilap
dibandingkan daun tanaman manggis daerah Kaligesing maupun Leuwiliang.
Keadaan daun yang hijau mengkilap diduga ~nendukung proses fotosintesis yang
lebih baik.
Ketinggian tempat dari lima sentra produksi juga diduga berpengaruh
terhadap kandungan karbohidrat dam tanaman. Perbedaan ketinggian tempat ini
berhubungan dengan suhu harian daerah masing-masing, terutama pencapaian
suhu minimum pada saat rnalam hari. Suhu minimum berhubungan dengan laju
respirasi pada malam hari. Kondisi suhu malam yang rendah memungkinkan
perombakan fotosintat melalui respirasi menjadi lebih rendah sehingga diduga
lebih banyak cadangan fotosintat yang disimpan. Suhumalarn yang mencapai 5OC
atau lebih lebih dingin dari suhu siang dapat menurunkan laju respirasi yang
terjadi pada tanaman (Acquaah, 2002). Kondisi suhu malam yang rendah di
daerah Wanayasa yaitu 16_+1,1 'C, memungkinkan cadangan fotosintat dalam
tajuk tanaman lebih tinggi, ha1 ini ditunjukan dengan paling tingginya kandungan
karbohidrat daun dibandingkan daerah lainnya.
Terdapat perbedaan yang nyata pada kualitas buah terjadi antar sentra
produksi. Perbedaan ini terjadi pada bobot buah per butir, kemulusan kulit buah,
kandungan gdah kuning pada buah, padatan total terlarut d m asam total tertitrasi.
L-Iasil pengamatan menunjukken bahwa keiebalan dan bobot kulit
merupakan bagian buah yang paling berpengaruh terhadap bobot per butir
dibandingkan bagian buah laimya. Kulit buah yang lebih tebal diduga
berhubungan dengan unsur Ca tanah. Kandungan hara Ca tanah daerah lebih
tinggi menghasilkan buah manggis dengan kulit buah yang lebih tebal. Dalam
penelitian ini hubungan antara kandungan Ca daun dengan kandungan Ca
tanah.belum jelas. Kulit buah yang tebal diduga akan meningkatkan ketahanan
buah manggis terhadap kerusakan saat pengangkutan dan transportasi. Unsur Ca
berperan penting dalam penyusunan stmktur dinding sel sebagai Ca-pektat dalam
lamella tengah (Marschner, 1995). Akan tetapi keberadaan kulit buah yang tebal
tidak diharapkan karena yang diinsinkan konsumen adalah buah dengan edible
portion yang lebih banyak. Selain itu kulit yang tebal mengakibatkan buah
manggis sukar dikupas. Penanganan pascapanen dan transportasi yang lebih baik
menjadikan pentingnya kulit rnanggis yang tebal untuk ketahanan buah dapat
diabaikan.
Berdasarkan hasil pengkelasan bud1 menurut bobot buah per butir, secara
umum buah manggis yang dihasilkan di lima sentra produksi Lerada pada kelas B,
yaitu pada kisaran 76,9 - 90,9 gram per butir. Hal ini menunjukkan bahwa pada
umumnya bobot buah manggis di lima sentra produksi belum mencapai potensi
bobot per buah maksimum yang dapai dicapai oleh tanaman pada masing-masing
daerah. Bobot buah per butir yang rendah diduga berhubungan dengan Itandungan
karbohidrat daun tanaman. Kandungan karbohidrat yang rendah menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan buah menjadi terhanbat dan gaga1 mencapai
ukuran maksimum. Pada jeruk, Spiegel and Goldschlnidt (1996) menyatakan
peningkatan cadangan fotosintat dengan girdling selama stadia perbesaran buah
dapat meningkatkan ukuran buah sampai 30% dari ukuran buah tanpa perlakuan.
Perbedaan yang nyata terdapat pada kemulusan kulit buah manggis yang
dihasilkan oleh daerah Wanayasa densan buah manggis yang dihasilkan oleh
daerah Kaligesing. Perbedaan ini diduga berhubungan dengan kandungan hara K
daun. Kandungan hara K daun tanaman manggis Wanayasa lebih tinggi dari daun
tanaman manggis Kaligesing. Selain itu tsrdapat dugaan kemulusan kulit buah ini
berhubungan dengan tingkat kesehatan daun, keadaan di lapangan menunjukkan
daun yang terserang hama thrips dan aphid, menghasilkan buah dengan kulit
burik. Kenlungkinan thrips yang awalnya menyerang daun terutama daun muda
kemudian menyebar ke bunga dan berianjut ke buah muda sampai matang.
Serangan tlxips dan aphid di daerah Kaligesing dan Leuwiliang lebih banyak
dibandingkan daerah Wanayasa. Penyebaran thrips dan aphid ini diduga
berhubungan dengan keadaan kelembaban dan suhu harian pada daerah tersebut.
Dengan keadaan kelembaban yang hampir sama daerah Kaligesing dan
Leuwiliang memiliki suhu udara yang lsbih tinggi. Thrips dan aphid menyukai
tempat dengan kelembaban yang tinggi dan hangat.
Padatan terlarut total yang terdapat dalam buah lnanggis dari lima sentra
produksi ini berkisar antara 12 - 20°Briks. Namun padatan total terlantt rata-rata
per buah dari setiap daerah memiliki perbedaan yang nyata. Padatan total terlarut
tertinggi dihasilkan buah manggis dari daerah Kaligesing dengan 17,96 'Briks
sedangkan buah dengan padatan total terlarut terendah terdapat pada buah
lnanggis dari Leuwiliang 14,74 'Briks. Kilai pH tanah dan hara Mg tanah berperan
pentiilg dalai:: n~eningkatkan kadar padatan terlarut total buah (Pantastico: 1986b).
i'?ilai padatan terlarut total dapat digunakan uiituk meodugz tingkat kemanisan
buah manggis tersebut. Sjaifullah (1996) mrnyatakan bahwa padatan total terlarut
illencerminkan rasa manis sekaligus menunjukkan derajat ketuaan atau
keinatangan buah. Selain padatan total terlarut terdapat faktor lain yang
berpengaruh terhadap rasa manis pada buah, yaitu asam total tertitrasi.
Buah manggis dengan asam total tertitrasi terendah berasal dari
Kaligesing. yaitu 0,59% nilainya berbeda nyata deilgan buah manggis dari empat
daerah lainnya. Nilai asam total tertitrasi ini diduga berhubungan dengan pH tanall
dan kandungan karbohidrat daun. Asam total terlitrasi berkorelasi negatif dengan
pH tanah dan berkorelasi positif sangat nyata dengan kandungan karbohidrat
daun. Karbohidrat merupakan substrat untuk pembeiltukan senyawa organik lain
tem~asuk asam sitrat dan berbagai asam lainnya (Salisbury and Ross, 1992).
Berdasarkan rataan nisbah padatan total terlarut dengan asam total
tel-titrasi (nisbah PTTIATT) diketahui bahwa buah dari Kaligesing memiliki nilai
tei-tinggi. Sedangkan nilai terendah diperoleh dari buah manggis daerah
Leuwilia~g. Hasil ini sesuai dengan penelitian kualitas manggis vang dilakukan
Purnawan (2004). Nisbah gula/asarn merupakan salah satu parameter untuk
n~enilai mutu buah. Umumnya semakin tinggi perbandingan padatan total terlarut
dengan asarn total tertitrasi maka semakin baik mutu buah untuk dikonsumsi
(Singleton dan Gortner, 1965 dalarn Lodh dan Pantastico, 1986).
Manfaat dari Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diperolch suatu pendekatan sang dapat
digunakan untuk mengestimasi saat panen buah secara tepat berdasarkan dugaan
awal hujan setelah periode kering. Tentunya sentrr, produksi manggis tersebut
sudah diketahui karakteristik agroklimatnya terutama pola curah hujan dari tahun
ke tahun. Setelah diketahui pola curah hujannya, keluarnya bunga manggis dapat
diprediksi berdasarkan dugaan awal hujan. Daerah dengan periode kering yang
kurang dari 30 hari, bunga pertama muncul kurang lebih dua minggu serelah turun
hujan pada awal musim hujan. Daerah yang memiliki musim kemarau -1 -5 bulan
dengan periode kering antara 100 - 150 hari. kuncup bunga pertama keluar setelah
83 - 138 hari setelail ~r.engalan:i periode kering walaupun tidak PJrun hujan
sebe1umny.a. Daerah yang meniiliki periode keriiig kuraog iebih 100 hari,
menghasilkan kuncup bunga pertama setelah mengalami kurang lebih 80 hari
periode kering. Daerah yang memiliki periode kering 120 hari menghasilkan
kuncup bunga pertama setelali mengalami periode kering selama 121 hari
sedangkan daerah yang memiliki periode kering 150 hari menghasilkan kuncup
bunga pertama setelah mengalanii periode kering selama 138 hari. Berdasarkan
awal keluarnya kuncup bunga dapat diprediksi perkiraan panen bush pertama dan
puncak panen. Panen buah pertania dapat diperkiralcan setelah 125-130 hari
setelah keluar kuncup bunga atau 103- 105 setelah anthesis. ~ e d a i ~ k a n perkiiaen
puncak panen terjadi setelah 20-30 hari setelah panen pertania.
Daerah dengan produktivitas tanaman tertinggi sampai terendah adalah
Wanayasa, \J1atulimo, Puspahiang, Kaligesing dan Leuwiliang. Produktivitas
tanaman manggis daerah Watulinio mendekati produktivitas tanaman daerah
Wanayasa dan persentase kelas buah dengan ukuran 76 gtbuah ke atas yang lebih
tinggi akan tetapi kualitas buah dalam ha1 tingkat kemulusan kulit buah,
persentase buah yang bebas getah kuning, edible portion dan padater. !"t-! !::larut
lebih rendah. Selain itu buah manggis daerah Watulimo memiliki ketebalan kulit
yang paling tinggi dibandingkan empat daerah laimya.
Berdasarkan uji organoleptik, diketahui bahwa manggis dari Puspahiang
merupakan manggis yang paling disukai oleh para panelis, namun demikian rataan
skor rasa manggis asal Puspahiang tidak berbeda nyata dengan skor rasa manggis
asal Wanayasa maupun Kaligesing. Daerah Puspahiang menghasilkan buah
manggis dengan kualitas yang sedikit dibawah manggis Wanayasa terutama dalam
ha1 kemulusan kulit buah sedangkan untuk persentase buah yang bebas getah
kuning, dan persentase kelas buah dengan ukuran 76 g ke atas tidak berbeda nyata
bahkan kandungan padatan total terlarutnya lebih tinggi.
Daerah Kaligesing dan Leuwiliang menghasilkan buah dengan kualitas
yang paling rendah terutama dalam ha1 persentase kelas buah dengan ukuran 76 g
Ibuah ke atas yang rendah, keniulusan kulit buah yang rendah dan persentase buah
yang bergetah kuning tertinggi. Tetapi kandungan padatan total terlarutnya lebih
tinggi dibandingkan ernpat daerah lainnya.
Buah manggis dengan kualitas ekspor tertinggi dihasilkan oleh daerah
Wanayasa. Hal ini berhubungan dengan persen!ese kelas buah yang berukuran 76
g/buah keatas dengan edible parlion yang cukup tinggi dan tingkat kemulusan
kulit buah serta persentase buah yang bebas getall kuning yang paling tinggi.
Selain itu warna kelopak manggis Wanayasa lebih hijau segar dibandingkan
daerah lainnya. Sampai saat ini kriteria buah manggis kualitas eltspor untuk tujuan
pasar terbesar dunia yaitu Asia Timur memiliki kriteria bobot per buah minimum
76 gram dengan tingkat kemulusan kulit buah minimum 90% (Waluya, 2003).
Input Budidaya di Lima Sentra Produksi
Secara umum input budidaya untuk semua daerah ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan kualitas buah. input budidaya yang
dilakukan pada satu daerah dengan daerah laimya tidak sama tergantung pada sisi
mana yang paling penting di perlakukan. Kegiaran teknis yang dilakukan melalui
perbaikan lingkungan tumbuh dan modifikasi pada tarlaman itu sendiri.
Leuwiliang
Input budidaya lebih diutamakan dalam ha1 peningkatan produktivitas
tanaman dan kualitas buah terutama dalam ha1 peningkatan kemulusan kulit buah,
persentase buah yang bebas getah kuning dan peningkatan kandungan padatan
total terlarut. Daerah Leuwiliang memiliki topografi lahan yang tidak rata,
tanaman manggis umumnya tumbuh pada lahan-Iahan yang miring. Selain itu
tanaman manggis Leuwiliang tumbuh pada tanah podsolik dengan tekstur liat
yang tinggi. Tekstur tanah liat bersifat mengembang saat air tanah berlimpah dan
mengkerut jika air tanah kurang. keadaan ini menjadi tidak menguntungkan saat
musim kemarau karena menyebabkan tanah retak dan patah yang berakibat
terhadap putusnya perakaran tanaman. Keadaan lahan yang miring diduga
menyebabkan tingginya tingkat round of yan: mengakibatkan banyak tercucinya
bahan orgafiik dipermukaan tanah. Tanah podsolik berhubungan dengan pH tanah
yang berpengamh terhadap ketersediaan hara terutama P.
( Panen I I Periode Panen I I
-
Uraian
Siklus Tanaman
Bulan A g s / Sep 1 Okt 1 Nop 1 Des 1 Jan 1 Feb Mar 1 Apr 1 Mei 1 Jun 1 Jul
Pucuk yang
Peflumbuhan & Perkembangan buah
Kcbutuitan hara N l 'c~~iupulta~t N Kebutuhan liara P Pemupukan P Kebutulian hard K I'emupultan I< I'upult ltandang Pengapuran
Periode I ~ M k u p a i r Kebutuhan air maksimum F, Kebutul~an cukupair Kerin9 4 I / Pengendalian H~~~ penyakit
--
Gambar 10 Kalender manajemen tanaman manggis di Leuwiliang.
k k c b 2 h a n q 1- X kcbutullan -I /- I'uncak kcbutuhan N- total
s$?j
Penyemprot?n aphid, thrips & Peneeorok daun
+:$::> .-..
Kontrol kelembaban lingkungan tajuk dan sanitasi bawah taiuk
I '*Ed, a,T:10
.kcbutuhan 4) Puncak kcbutuhan P ___( /- % kcbu t~~hm total total
I*<*.
-I *.*. *:*t ... tu
% k ~ b b t ~ ~ l ~ l - Puncak kebutohnn /- % kcbutuhan totill tola1 .
'* : .,. -I
-- @&I "-,,
, , - * ) V 1 ~
.:i ! ,.-,.
Penpemprotai aphid 81
: . .. a;': - .;j?;:
Pada individu tanaman yan2 tumbuh pada lahan miring dapat dibuat teras
bangku untuk menurunkan tingkat pencuciarl material organik di permllkaan
tanah. Peinberiau humus atau pupuk kandang diberikan secara teratur minimal
dua kali pertahun untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Sedangkan
pemberian kapur minimal dua kali per tahun dilakukail untuk meningkatkan pH
tanah dan kandungan Mg tanah. Pzningkatan pH tanah sampai kisaran 6-6,5 dan
kandungan Mg diduga dapat meningkatkan padatan toptal terlarut b u d .
Kandungan hara tanah di Leuwiliang sangat rendah terutama kandungan P,
K, Ca dan Mg. Pada daun tanaman diketahui pula lcandungan N, P, K daun yang
rendah. Peningkatan hara N daun terjadi sejak seminggu setelah panen saclpai
saat awal pertumbuhan vegetatif. Keadaan ini menunjukkan bahws hara N bcnyak
dimobilisasi ke trubus yang sedang tumbuh. Oleh karena itu disarankan dilakukan
pemupukan N sebanyak setengah kebutuhan N total tanaman untuk rnendukung
pertumbuhan vegetatif yang optimum. Adanya peningkatan hara P dan K daun
walaupun tidak setinggi peningkatan hara N daun. Hal ini menunjukkan adanya
penggunaan hara P dan K dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding hara N.
Pemupukan P disarankan diberikan sepertiga dari total kebutuhan P tnnnmm dan
pupuk K diberikan seperempat dari total kebutuhan K tanaman, sefi~inggu setelah
panen terakhir.
Pengamatan secara visual menunjukkan tanaman manggis dengan daun
yang kusam dan kurus menghasilkan buah dengan kulit yang burik. Berdasarkan
penampakan daun tanaman yang kurang hijau, kusam dan kurus diduga tanaman
sangat kekurangan hara N. Daerah Leuwiliang memiliki curah hujan yang sangat
tinggi dan merata setiap bulannya. Diduga lebih benyak hara N tanah yang tercuci
dibandingkan yang terseiap tanaman. Selain itu pada awal trubus, daun muda ?
sangat rentan terhadap serangan ulat penggorok daun, thrips dan aphids.
Pencegahan terhadap serangan hama ketiga hama tersebut saat trubus penting
dilakukan terutarna sejak awal trubus keluar. Pengawasan hama daun terus
dilakukan sampai daun berukuran dewasa. Serangan hama yang tinggi diduga
berhubungan dengan tingginya tingkat kelembaban udara dalam tajuk maupun
lingkungan pertanaman terutama pada pertanaman yang rapat baik dengan
tanaman manggis lain maupI.!n jenis tanaman lain. Perbaikan sanitasi dan tingkat
kelembaban udara dapat dilakukan me!alui pembersihan gulma di sekitar tanaman
dan pemangkasan cabang tanaman manggis itu sendiri maupun ianaman lain yang
menaungi tanaman manggis secara rapat. Tingkat kelembaban udara yang
dipertahankan stabil pada saat buah membesar diduga dapat mengurangi
munculnya getah kuning pada buah.
Pemupukan N, P, K, pupuk kandang dan pengapuran perlu dilakukan
pada awal keluar kuncup bunga. Jumlah pupuk P yarig diberikan disarankan
sebanyak duapertiga dari total kebutuhan P tanaman, sedangkan pupuk N dan K
diberikan seperempat dari total kebutuhan N dan K tanaman. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan jumlah bunga yang dihasilkan tanainan dan mengurangi
tingkat kerontokan bunga dan buah muda yang akan banyak terjadi setelah kurang
lebih sebulan setelah kuncup bunga keluar.
Stadia pertumbuhan dan perkembangan buah terjadi pada saat curah hujan
sangat tinggi. Namun setelah tejadi fruil set, curah hujan yang tinggi tersebut
sudah tidak menyebabkan kerontokan pada buah muda. Pada stadia ini
peningkatan hara N daun, sebaliknya terjadi penurunan hara P dan K daun.
Pemupukan N, K dengan komposisi pupuk K setengah dari total kebutuhan I(
tanaman dan pupuk N seperempat dari total kebutuhan N tanaman disarankrn
dilakukan pada stadia perkembangan buah. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan ukuran bobot per buah dan kualitas buah.
Wanayasa
Input budidaya masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
tanaman dan ukuran bobot per buah. Produktivitas tanaman manggis daerah
Wanayasa paling tinggi dibandingkan empat daerah lainnya, akan tetapi masih
rendah dibanding potensi produktivitas tanaman itu sendiri.
Dibandingkan empat daerah lainnya, daerah Wanayasa memiliki
karakteristik lahan dan tanah yang paling baik. Walaupun demikian untuk
mencapai potensi produktivitasnya perlu dilakukan input budidaya seperti
pemupukan, pengapuran dan pemangkasan jenis tanaman lain yang mengganggu
tanaman manggis. secara umum tananlan manggis di Wanayasa sudah mempunyai
jarak tanam yang cukup namun dengall tanaman lain yang tumbuh disekitarnya
kadangkala masih berdekatan. Tanarnan secara umum tumbull pada lahan yang
relatif dotar sehingga pembuatan teras tidak diperlukan.
Awal trubus terjadi pada saat curah hujan mulai rnenurun dari 300mm
pada bulan Maret hingga I00 mm pada bulan Mei. i.lamun demikian pada saat
periode tmbus; jurnlah curah hujan yaiig ada diduga cukup untuk ketersediaan air
dalam mendukung pertumbuhan trubus tanaman.
Pemupukan N: P, I< dengan jumlah N setengah dari total kebutuhai N
tanaman. pupuk P sepertiga dari total kebutuhan P tanaman dan pupuk K
satupere~iipat dari total kebutuhan K tanaman pada awal trubus atau seminggu
setelah panen. Pemupukan yang diberikan segera setelah panen terakhir ditujukan
untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman dan memulibkan kondisi
tanaman setelah pengurasan cadangan karbol~idrat melalui buali yang dipanen.
Pemupukan kompos atau pupuk kandang tetap dilakokan minimal satu kali
setahun untuk mernpertahankan tingkat kegemburan tanah.
Pengawasan dan kontrol pada periode vegetatif ini penting dilakukan sejak
awal keluar trubus sampai akhir trubus. Serangan ulat penggorok daun dan thrips
tetap ada walapun tidak seticggi di daerah Leuwiliang. Sedangkan seralgan
aphids tidak nampak, diauga suhu Wanayasa yang lebih rendah kurang sesuai
untuk perkembangan aphids.
Pemupukan NPK dan pengapuran dilakukan pada bulan Agustus.
Komposisi pupuk NPK yang diberikan, kandungan P-nya duapertiga dari total
kebutuhan P tanaman, N dan K dalam jumlah satuperempat total kebutuhan N dan
K tanaman. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ju~nlah bunga yang keluar.
Sedangkan pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dan Mg tanah.
Peningkatan kandungan Mg tanah dan pH tanah yang mendekati 6,s dimaksudkan
untuk meningkatkan padatan total terlarut yang masih rendah.
Adanya peningkatan curah hujan pada.:saat awal keluamya bunga
memungkinkcn tidak perlu dilakukan penyiraman tambahan. Walaupun masih
rendah, jumlah curali hujan tersebut diduga cukup. Periode perkembangan bunga
terjadi saat curah hujan inulai meningkat. Penyiraman penting dilakukan apabila
curah hujan per bulan masih dibawah 100 mm.
Bulan - Uraian Ags 1 Sep 1 Okt ( Nop I Des I Jan I Feb I Mar I Apr I Mei I jun / Jui
Siklus Tanaman
Gambar 1 I Kalender manajemen tanaman inanggis di Wanayasa. OI P
Pemupukan N, K dengan K &!am ju:;llah ss!engah dari total kebutuhan I(
tanaman dan N daiam jumlah satuperempar kebutuhan 14 tanaman pzntiny
dilakukan sejak bunga anihesis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
kerontokan bunga dan buah muda. Antisipasi kerontokan builga dan buah muda
yang disebabkan curah hujan yang tinggi, dilakukan dengan aplikasi ZPT yang
dapat lllelllperkuat tangkai bungahah.
Puspahiang
Daerah Puspahiang memiliki kelas tan& yang hampir sania dengan
Wanayasa, hanya saja kondisi lahannya tidak datar sama seperti Leu+,liang.
Sehingga pada lahan-lahan yang miring hanya mengandung sedikii topsoil dan
bahan organik. Input budidaya di daerah Puspahiang ditujukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, bobot per buah dan kemulusan kulit buah.
Seperti daerah Leuwiliang, pembuatan trras individu penting dilakukan
untuk memperbaiki keadaan lahan. Pemupukan N, P, K, pengapuran dan
pemberian bahan organik sangat penting dilakukan. Daun tanaman manggis
Puspahiang lerlihat kurang sehat dan mulus dibandingkan daun tanaman manggis
dari Wanayasa, diduga tanaman masih kekurangan hara N.
Pemupukan NPK dengan jumlah N setengah dari total kebutuhan N
tanaman, pupuk P sepertiga dari total kebutuhan P tanaman dan pupuk K
satuperenlpat dari total kebutuhan K tanaman. dilakukan segera setelah panen
terakhir selesai. Pemupukan N yang tinggi berguna untuk mendukung
pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemupukan bahan organik penting dilakukan,
minimal dua kali per tal~un. Pemberian pup& organik dilakukan bersamaan
dengan pelnupukan NPK setelah panen dan sebelufn tanaman berbunga.
Pengawasan dan kolltrol pada periode vegrratif ini penting dilakukan sejak
awal keluar trubus sampai akhir trubus. Serangan ulat penggorok daun, aphids dan
thrips tetap ada walapun tidak setinggi di daerah Leuwiliang. Pencegahan penting
dilakukan karena serangan ulat penggorok daun dan aphids di Puspahiang mirip
dengan daerah Leuwiliang.
keluar trubus
. . . . . .- . . -. .
Bulan Ags 1 Sep 1 Okt 1 Nop 1 Des 1 Jan I Feb 1 Mar I Apr 1 Mei 1 Jun I JU)
Siklus Tanaman Pucuk ysng tidak berbunga
Pt-mupukan NPK dan pengapuran dilakukan pada bulan Agustus.
Komposisi pupuk NPK yang diberikan, kandungan P-nya duapertiga dari total
kebutuhan P tanaman, N dan K dalam jumlah satuperempat total kebutuhan N dan
K tanaman. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah bi~nga yang keluar.
Pengapuran lebih ditujukan untuk meningkatkan pH tanah.
Kemungkinan belum adanya peningkatan curah hujan pada saat awal
keluamya bunga, pmemerlukan adanya penyiraman tambahan. Keadaan curah
hujan yang rendah jika berlanjut akan menyebabkan kekeringan. Kekeringan - dapar menyebabkan perkembangan bunga terhambat. Pemupukan N dan K
dengan jumlah K setengah dari total kebutuhan K tanaman serta pupuk N satu
perempat dari total kebutuhan N tanaman disarankan dilakukan sejak anthesis
Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah muda.
Pada awal stadia pembungaan merupakan puncak dari kebutuhan hara P tanaman.
Sedangkan peningkatan kebutuhan hara K mulai terjadi sejak keluar kuncup
bunga. Puncak kebutuhan hara K terjadi pada stadia perkembangan buah.
Pemberian ZPT yang dapai memperkuat tangkai bungafbuah perlu dilakukan
untuk antisipasi kerontokan bunga dan buah muda yang disebabkan curah hujan
yang tinggi.
Kaligesing
Kondisi lahan dan kelas tanah daerah Kaligesing mirip dengan kondisi
daerah Leuwiliang. Sehingga pendekatan input budidaya yang diberikan hampir
sama, yaitu peningkatan produktivitas tanaman dan kualitas buah, terulama dalarn
ha1 perbaikan tingkat kemulusan kulit buah. Persentase buah dengan kulit yang
tidak mulus atau burik paling tinggi dibandingkan daerah lainnya. Kegiatan yang
harus dilakukan adalah pembuatan teras individu, pemangkasanlpenebangan
tanaman manggis atau tanaman lain yang tumbuh berhimpitan, pemupukan NPK,
pemupukan bahan organik, pengapuran dan penyiraman tambahan. Awal trubus
keluar seminggu setelah panen terakhir selesai. Curah hujan mulai menurun dari
290 mm pada bulan April dan memrun hingga 60 mm pada bulan Juni. Pada awal
periode trubus, jumlah curah hujan yang ada diduga cukup untuk mendukung
perturnbullan trubus tanaman. Namun pada puncak periode trubus curah hujan
mulai kurang sehingga per111 dilakukan penyiraman sampai akhir periode trubus.
Pemupukan NFK, pupuk kandang dan pengapuran dilakukan segera
setelah panen terakhir selesai. Komposisi pupuk N sebanyak setengah kebutuhan
N total tanaman berguna untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman.
Sedangkan pupuk P sebanyak sepertiga kebutuhan total P tanaman dan pupuk K
sebanyak satuperempat kebutuhan total tanaman diberikan untuk nlemulihkan
kondisi tanaman setelah cadangan fotosintat terkuras melalui panen. Pupuk
kandang berguna untuk memperbaiki sifat fisik tanah Kaligesing. Sedangkan
pengapuran dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan pH tanah. . . . .
Pemberian jupuk'kandeng rnini~llal dua kali setahun pertama bersamaan dengan
pemupukan NPK segera setelah panen terakhir selesai, kedua bersamaan dengan
pemupukan NPK pada awal berbunga.
Hampir sama dengan keadaan daun tanaman di daerah Leuwiliang, daun
tanaman di Kaligesing menulijukkan penampilan yang sangat kusam, kurus dan
rusak. Keadaan ini diduga berhubungan dengan tingkat kemulusan kulit buah.
Selain diduga kekurangan unsur hara terutama N, keadaan daun yang
rusak ini juga disebabkan ole11 serangan hama pada saat daun muda. Pengawasan
kontrol ketat pada periode vegetatif ini penting dilakukan sejak awal keluar
trubus sanpai akhir trubus. Serangan ulat penggorok daun, aphids dan thrips
paling tinggi dibandingkan empat daerah lainnya. Pencegahan dan memberantasan
secara tepat penting dilakukan karena serangan thrips dan aphids selain
berpengaruh terhadap kesehatan daun juga diduga berpengaruh terhadap
kerusakan kulit buah. Thrips dan aphid yang menyerang pada saat daun muda
berpindah ke bunga setelah daun dewasa. Kerusakan pada bunga berlanjut hingga
bunga berkembang menjadi buah. Bersamaan dengan pertumbuhan dan
perkembangan buah bekas tusukan hama pada kulit tidak hilang bahkan
berkembang menjadi burik pada kulit.Tingginya serangan hama daun tanaman di
.Kaligesing diduga berhubungan dengan tingkat kelembaban udara yang sangat
tinggi di sekitar tajuk dan pertanamall. Penurunan tingkat kelembaban udara dapat
dilakukan dengan melancarkan sirkulasi udara disekitar tajuk melalui
pemangkasan dan penjarangan tanaman manggis maupun tanaman lainnya.
Pemupukan NPK, pemberian pupuk kandang dan pengapuran dilakukan
pada bulan Agustus. Komposisi pupuk NPK yang diberikan, jumlah pupuk P
disarankan sebanyak duapertiga dari total kebuiu!lan P ianaman, sedangkan pupuk
N dan K satuperempat dari total kebutuhan N dan K tanaman. Tujuannya adalah
untuk n~eningkatkan jumlah bunga yang keluar. Adanya peningkatan curah hujan
pada saat awal keluarnya bunga memungkinkan tidak perlu dilakukan peilyiraman
tamhahan. Walaupun masih rendah, jumlah curah hujan tersebut diduga cukup.
Periode perkembangan bunga terjadi saat curah hujan mulai meningkat.
Pemupukan N, K dengan jumlah K setengah dari total kebutuhan K
tananla11 dan jumlah. N satuperempat dari total kebutuhan N tananan disarankan
dilakukan sejak anthesis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kerontokan
bunga dan buah muda. Hara K yang tinggi dibutuhkan untuk meningkatkan
ukuran dan mutu buah. Pemberian ZPT yang dapat rnemperkuat tangkai
bunphuah perlu dilakukan untuk antisipasi kerontokan bunga dan buali muda
yang disebabkan curah hujan yang tinggi.
Watulimo
Keadaan daerah Watulimo mirip dengan daerah Puspahiang terutama
dalam ha1 kelas tanah, ketinggian tem7at hanya saja keadaan lahannpa lebih datar.
Tanaman manggis umumnya banyak tumbuh pada lahan yang relatif datar. Input
budidaya tetap diarahkan pada peningkatan produktivitas tanaman dan kualitas
buah terutama dalam ha1 perbaikan kemulusan kulit buah dan padatan total
terlarut serta penurunan jumlah buah yang bergetah kuning. Input budidaya yang
dilakukan adalah pemupukan NPK, pemberian pupuk kandang, pengapuran,
penjarangan tanaman dan penyirarnan tambahan.
Awal trubus umumnya keluar setelah dua minggu panen terakhir selesai.
Pada saat tersebut curah hujan mulai menurun dari 200 rnm pada bulan Maret dan
menurun sampai 78 mm pada bulan Mei. Jumlah curah hujan pada awaI trubus
diduga cukup untuk mendukung keluarnya trubus tanaman. Namun pada puncak
periode trubus curah hujan mulai kurang sehingga perlu dilakukan penyiraman
sampai akhir periode trubus. Pemupukan NPK dengan jumlah pupuk N setengah
dari total kebutuhan N tanaman, pupuk P sepertiga dari total kebutuhan P tanarnan
dan pupuk K satuperempat dari total kebutuhan K tanaman pada awal trubus atau
seminggu setelah panen. Selain itu pemberian pupuk kandang perlu dilakukan
segera hersanlaan dengan pemupukan NPK.
Siklus Tanaman I Pucuk y a n g t idak hcrbungn kclunr t rubus ,
I I v I
Panen Pcr iode Panen
Kebutuhan kebutuhan % kebutuhan Puncak h a r a N total total 1- kebutuhan N
l ' ? ~ wfs we.- .%%
4 Pemirpultan N -
I'uncak kcbutuhan P
Puncak kebutuhan K
Irigasi ICrl. ," Kebutull;ln cuhup air 1- Kcr7n,
Gambar 14 Kalender manajemen tanaman manggis di Watulimo.
Pengawasan dan kontrol pada periode vegetatif, penting dilakukan sejak
awai keluar trubus sampai akhir trubus. Serangan ulat penggorok daun, aphids dan
thrips sama seperti daerah Puspahiang. Pencegahan penting dilakukan karena
serangan ulat penggorok daun dapat msnyebabkan daun baru rusak, sedangkan
thrips dan aphids dapat menyebar menyrang bunga sampai stadia perkembangan
buah yang berakibat pada ketidak- mulusan kulit buah.
Pemupukan NPK dan pengapuran dilakukan pada bulan September.
Komposisi pupuk NPK yang diberikan. kandungan P-nya duapertiga dari total .. .
keburuhan P tanainan, N dan K dalam jumlah satuperempat total kebutuhan N dan
K tanaman. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah bunga yang keluar.
Lalu pengapuran diberikan untuk meningkatkan pH tanah. Kapur yang digunakan
diusahakan lebih banyak mengandung Mg dibanding Ca. Karena lebih
diprioritaskan untuk peningkatan padatan total terlarut pada buah.
Awal keluarnya bunga terjadi pada saat curah hujan meningkat. Sehingga
memungkinkan tidak perlu dilakukan penyiralnan tambahan. Jumlah curah hujan
yang ada diduga cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bunga.
Pemupukan N,K dengan jumlah K setengah dari total kebutuhan K
taraman dan N satuperempat dari total kebutuhan N tanaman disarankan
dilakukan sejak anthesis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kerontokan
bunga dan buah muda. Pemberian ZPT yang dapat memperkuat tangkai
bungahuah perlu dilakukan untuk anrisipasi kerontokan bunga dan buah muda
yang disebabkan curah hujan yang tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat tiga tipe pola curah hujan berdasarkan jumlah, intensitas d ~ " r
distribusi hujan pada lima sentra produksi manggis pulau Jawa, yaitu 1)
Leuwiliang, 2) Wanayasa dan Puspahiang, 2) Kaligesing dan Watulimo.
2. Perbedaan pola curah hujan tahunan berpengaruh terhadap panjang-pendeknya
periode dormansi tunas.
3. Lama periode kering berpengaruh terhadap awal keluar kuncup bunga, daerah
dengan periode kering kurang dari satu bulan yaitu Leuwiliang menghasilkan
kuncup bunga pertania setelah 16 hari turun hujan pada awal musim hujan,
daerah dengan periode kering lebih dari riga bulan, kuncup bunga pertama
muncul setelah 83 hari periode kering di Puspahiang, setelah 88 hari periode
kering di Wanayasa, setelah 121 hari periode kering di Kaligesing dan setelah
138 hari periode kering di Watulimo tanpa rurun hujan sebelumnya.
4. Prcd-ktivitas tanaman manggis tertinggi di Wanayssa dan terendah di
Leuwiliang. Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh intensitas periode kering.
5. Buah manggis dengan kemulusan kulit buah tertinggi di Wanayasa dan
terendah di Kaligesing. Kemulusan kulit buah dipengaruhi oleh kandungan
hara K daun.
6. Padatan total terlarut buah teninggi di Kalipesing dan terendah di Leuwiliang.
Padatan total teriarut dipengaruhi oleh kandungan Mg tanah dan pH tanah.
Sedangkan kandungan asam total tertitrasi buah tertinggi di Puspahiang dan
terendah di Kaligesing. Asam total tertitrasi dipengaruhi oleh kandungan
karbohidrat daun.
Saran
1. Perlu dilanjutkan penelitian pengamatanfenofisiologi tanaman sekurangnya
tiga siklus sehingga diperoleh data saat pansn raya (on year) dan panen kecil
(off year). Kandungan hara dan karbohidrar daun sebaiknya dianalisis setiap
bulan untuk melihat perubahan tananian sesuai dengan perubahall cuaca.
2. input budidaya sangat penting dilakuk-n mengingat produktivitas tanaman
dan kualitas buah di lima sentra produksi masih rendah. Kultur tekr.is seperti
pembuatan teras individu, pemangkasanlpenjarangan tanaman, pemupukan
NPK, pemupukan bahan organik dan pengapuran harus dilakukan di semua
daerah narnun disesuaikan dengan kebutuhan, tujuan dan karakteristik
agroklilnat daerah masing-masing.
3. Pengembangan kebun manggis dalam skala luas dan komersial dapat
dilakukan di daerah Pulau Jawa yang memiliki karakteristik agroklimat yang
sama atau mirip dengan daerah Waneyasa.
4. Pendugaan awal dan puncak panen buah ~nanggis suatu daerah dapat
diprediksi berdasarkan data iklim tahunan pada daerah tersebut. Buah rnanggis
kualitas ekspor tertiuggi dihasilkan oleh daerah Wanayasa sehingga
pengumpul dianjurkan untuk memiliki gudang penyimpanan dan pascapanen
di Wanayasa. Buah manggis dengan kulit buah paling tebal dapat
dikumpulkan dari dacrah Watulimo.
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah G. 2002. Horticulture - principles and practices 2nd edt. New Jersey:Pearson Education. Inc.
Alnieyda, N. and Martin. F.W. 1976. Cultivation of neglected tropical fruits with promise. Part I. The mangosteen. Agricultural Research Service. US Departemen of .4gricultural. ARS-S-155. p: 1-19.
Anonimous. 2003. Volume dan Nilai Ekspor Manggis Indonesia. Biro Pusat Statistika. Jakarta.
. 2001. Vademekum Buah-buahan; Luas Panen, Produksi dan Bulan Panen. Direktorat Tanaman Buah Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
. 2003. Profil sentra produksi manggis. Direktorat Tanaman Buah Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.
. 2005. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas buah, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka tahun 2004. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura. Jakarta.
Crabbe J and Barnola P. 1996. A new conceptual approach to bud dormancy in woody plant. I n G.A. Lang (eds). Plant Dormancy.England: CAB Intematiolial
Daryono M dan Sosrodiharjo S. 1986. Cara praktis penentuan saat pemanenan buah manggis dan sifat-sifatnya selama penyimpanml. Bul. Penel. Hort. 14(2):39-42.
DEPTAN. 1999. Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Manggis. Badan Agribisnis, Departemen Pertanian.
Efendi D. 1994. Stimulasi pembungaan mangga (Mangifera indicaL. Cv. Arumanis) dengan kalium nitrat dan paclobutrazol. Tesis. Program Pascasarjana Instirur Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan).
Erez A. 2000. Bud dormancy, phenomenon: problems and solution in the tropics and subtropics. p. 17-48: I n Temperete fruit crops in warm climates. London:~luwer Academic Publishers.
Gomez KA, Gomez A.4. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta:UI. Press.
Hadisutrisno B. 2002. Srrategi Pengendalian penyakit utama pada manggis : Penyakit getah kuning selayang pandang. Makalah disampaikan dalam Seminar Agribisnis Manggis24 Juni 2002. Hotel Salak, Bogor.
Eandoko ,1994. Klimatologi dasar-landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsure-unsui iklim. Jakarta:Pustaka Jaya.
Hariyadi RD dan Hariyadi P. 2000. Mu:u dan keamanan pangan. Makalah dalam Pelatihan Sistem Jaminan Mutu Buah 7-1 1 Desember 2000. PKBT-LP IPB. Bogor.
Harjadi, SS dan Yalrya S. 1988. Fisiologi stress lingkungan. PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Harjadi, MMSS. 1996. Pengantar agronomi, ceiakan XII. Jakarta:PT. Gramedia .~.,
Pustaka Utama
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu tanah. Jakarta:CV.Akademi Pressindo
Hidayat, R . 2002. Kajian Ritrne Pertumbuhan Tanaman Manggis (Garcinia mangosfana L.) dan ~aktor-faktor yang Menpengaruhi. Disertasi-Doktor. Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor (fidak dipublikasikan).
http:l/www.fao.or.id. Horticulture expor-impor. 12 Desember 2003
http://www.fao.or.id. Horticulture expor-impor. 30 Desember 2004.
Hume EP. 1947. Difficulties in mangosteen culture. Tropical Agriculture 24:l-3
Lodh SB, Pantastico EB. 1986. Perubahan-perubahan selana pertumbuhan organ- organ penimbun. Dalam Pantastico EB. (Eds) Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan subtropika. Yogyakarta:Gajah Mada Univ. Press.
Lukitariati S. 1996. Pengaruh naungan dan konsentrasi asam indol butirat terhadap pertumbuhan bibit batang bawah manggis, Jurnal Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 6(3);220-226
Liferdi. 2000. Studi fenologi empat varietas rambutan (Nephelium lapaceurn L.). Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (fidak dipublikasikan).
Litz RE. 1997. The manggo - botany, production and uses. ond don:^^^ International.
Purnawan S. 2004. Kualitas buah manggis (Garcinia mangostana L.) dari lima lokasi sentra produksi di pulau Jawa [Skripsi]. Bogor:Instuitut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.
Poenvanto, R. 2002. Peningkatan Produksi dan Mutu untuk Mendukung Ekspor Manggis. Makalah Seminar Agribisnis Manggis Indonesia. Hotel Salak, Bogor.
Poerwanto R dan lrdiastuti R. 2003. Effects of ringing on production and starch fluctuationof rambutan in off-year. Second International Symposium On
Lychee, Longan, Rambutan and %her Sapindaceae Plants. Chiang Mai, Thailand, 25-28 August 2003.
. 1995. Peluang dan prospek usahatani manggis. Makalah Seminar Peluang dan Prospek Usahatani Manggis Indonesia Nopember 1995. Institut Pertanian Bogor.
., Hidayat, I<., Diana, E. dan Zahara. R. 1995. Usaha mempercepat pertumbuhan batang bawah manggis. Pros.Simp.Hort.Nas., 105-1 12
, dan Susanto S. 1996. Pengaturan pembungaan dan pembuahan jeruk siem (Citrus reiiculaia Blanco) dengaa paclobutrazol dan zat pemecah dormansi. J.1I.Pert.Indo. Voi.6(?.). . . .
. 2003. Budidaya buah-buahan modul 111 - proses pembungaan dan pembuahan. Program Studi Hortikultura. Faperta IPB
Paull, R.E., and Nakasone, H.Y. 1998. Tropical Fruits. London:CAB International.
Rai n\i. 2004. Fisiologi pertumbuhan dan pembungaan tanaman manggis (Garcinia nlangostana L.) asal biji dan sarnbungan [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sekolall Pasca sarjana.
Ramlan. M.F., Malunud, T.M.M., Hasan, B.M. and Karim, M.Z. 1992. Studies on photosynthesis on young mangosteen plants grown under several growth conditions. Acta.Hort., 321 :482-489.
Romeida A, Alnopri, Taufik M, dan Fahrunozi. 1997. Pendugaan daya hasil tanaman manggis berdasarkan aktivitas nitrat reduktase. Akta Agrosia l(2): 9-13.
Tirtawinata MR. 2002. Pengelolaan terpadu kebun manggis. Makalah Seminar Agribisnis Manggis di Hotel Salak 24 Juni 2002. Bogor.
, Wijaya, Enggis, T. 1995. Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis. Jakarta:PT.Penebar Swadaya.
Salisbury FB and Ross CW. 1992. Plant physiology 4"' edt. Ca1ifornia:Wadsworth Publ. Co.
Samson, J.A. 1989. Tropical Fruits. London:Longman scientific and technical.
Satuhu S. 1999. Penanganan manggis segar untuk ekspor. Penebar Swadaya, Jakarta
. Roosmani, dan Sastra D. 1999. Karakterisasi mutu buah manggis segar. J. Hort. 8 (4) : 1284-1292.
, Roosmani ABST, dan Sjaifullah. 1997. Karakterisasi sifat fisik dan kimia buah manggis dari beberapa cara panen. J Hort. G (5) : 493-507.
Sedley M, Griffin AR. 1989. Sexual reproduction of tree crops. Toronto:Academic Press.
Sjaifullah. 1996. Petunjuk memilib buah segar. Jakarta:Penebar Swadaya.
Soenarjono, H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Jakarta:PT.Penebar Swadaya.
Soepardi G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian- IPB. Bogor . .
Sosrodiharjo S. 1980. Penentuan waktu pemetikan buah manggis. Bul. Penel. Hort. 8 (5): 11-17.
Spiegel P and Goldschmidt EE. 1996. Biology of l~orticultural crops -biology of citrus. Cambridge University Press.
Suharsono H. 2000. Pertanian Di Daerah Tropika. Makalah Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Agroklimatologi 31 Agustus - 2 Nopember 2000. Kerjasama Litbang Deptan dengan Jurusan GEOMET FMIPA IPB. Bogor.
Waluyo B. 2003. Peluang dan tantangan dalam ekspor buah manggis. Makalah Semicar Dukungan Kebijakan d m Teknologi Lepas Panen untuk Pengemnbangan Agribisnis Manggis, Balitbang Mekanisasi Deptan, 23 Desember 2003. Serpong.
Wiebel J, Chacko EK and Dowton WJS. 1992. Mangosteen (Garcinia mangostana L.) - a potential crop for tropical northern australia. Acta.Hort., 321:132-137.
Whiley AW, Schaffer B, and Wolstenholme BN. 2003. The avocado-botany, production and uses. London:CAB International.
Lampiran 1 Tabel rekapitulasi sidik ragam u~ltuk peubah periode trubus, periode dorn:rlnsi tunas, periode kuncup-anthesis, periode anfhesis-buah matang pada tahun 2004-2005
No. Peubah Sumber JK KT F-Hitung PI> F Keraga~nan
- p~ p~~ p~
1 Periode trubus Lokasi 28,26 7,07 1,17 0,330
2 Periode dorrllansi Lokasi 1076,64 269,16 127,72 0,001 " ;
tunas
iok%si 3 Perigde kuncup - 38,OO 9,50 11,28 0,0001 ahf.hesis
4 Ppriode aiirhesis - Lokasi 0,3.1. 0,08 0,13 0,971 buah matang
Lampiran 2 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah bobot bagian buah manggis dan produktivitas tanaman tzhu2 200312004 dan tahun 250411005
No. Peubah Sumber JK KT F- Pr > F Keraganlan HiturLg
1 Bobot biji total Lokasi 5,49 1,37 17,25 0,001
2 Bobot kelopak Lokasi 7,lO 1,78 63;00 0,001
Lokasi 3 Bobot kulit 1139,3? 284,99 12,32 0,001
4 Bobot tangkai Lokasi
buah
5 Bobot arii Lokasi 373,62 93,40 4,29 0,006
6 Bobot per buah Lokasi 2632,37 658,09 14,84 0,001
7 Produktivitas Lokasi 12883,14 3220,79 228,64 0,0001 2003/2004
8 Produktivitas Lokasi 9400,78 2350,19 272,84 0,0001
2004/2005
Lampiran 3 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah fisik dan kimia b u d manggis di lima sentra produksi
No. Peubah Sumber JK KT F-Hitung Pr>F Keragaman
1 Diameter Lokasi 315.07 78,77 17,63 0,OO 1 longitudinal buah
2 Diameter Lokasi 148.50 37,12 15,66 0,001 transversal buah . .
3 % Bagian yang Lokasi 252.64 63,16 3 3 3 0,O 16 dapat dimakan
4 Tebal kulit Lokasi 35.21 8,SO 108,9 0,0001
5 Kemulusail kulit Lokasi 48.51 12,12 39,02 0,0001
6 Getah kuning Lokasi 9.72 2,42 1,12 0,360
7 Padatan total Lokasi 70.12 17,53 65,68 0,0001 terlarut
8 Asarn total Lokasi 2.46 0,61 40,07 0,0001 tertitrasi
Lampiran 4 Tabel matriks korelasi antara prodiiktivitas tanaman, jumlah bunga & buah rontck, periode akhir panen-awal trubus, periode kuncup- ant!zesis, diameter buah, ksrnulusan kulit buah, padatan total terlarut, asaln total tertitrasi, N dam, P daun, K daun dan karbohidrat daun
Peubah Produktivitas Jumlah
N daun P daun K daun Karbohidrat buah
Produktivitas 0,952 0,704. 0,913 0,769 0,600
Periode - akhir panen- 0,803 " .- awal trubus
Periode kuncup- anthesis
Jumlah bunga
Jumlah buah 0,952 0,709 0,873 0,734 0,605
Jumlah bunga&buah :ontok
Diameter buah
Kemulusan 0,726 0,730 0,772 0,767 kulit buah
Padatan total -0,478 -0,035 -0,238 -0,385 terlarut
Aswm total 0,529 0,227 0,486 0,695 tertitrasi
Getah -0,521 -0,263 -0,286 -0,416 kuning
Lampiran 5 Tabel matriks korelasi antara produktivitas tanaman, piriode do~mansi tunas, jurnlah bunga & buah rontok, kemulusan kl~iit buah, jumlah curah hujan, pH tanah dan kandungan P tanah
Peubah Produktivitas Jumlah Jumlah Jumlah Kemulusan Periode buah bunga bunga&buah kulit buah dormansi
rontok tunas
Produktivitas 0.952 0,949 -0,463
Jumlah curah hujan
pH tanah -0,560
P tanah -0,622
Lampiran 6 Tabel Rataan kandungan hara NPK daun , karbol~idrat daun dan C N rasio daun tanaman manggis di lima sentra produksi saat anthesis
- - Hara Daun Manggis
I okasi N tot (%) Karbohidrat
(mn/n) C/N P (%) K (%)
Leuwiliang 0,82c 2,07d 2,8 1 bc 0,08c I ,20c
Kaligesing 0,27d 1,14e 4,48a 0,07c 0,82d
Watuli~no 0,90b 2,34c 2,72bc 0,16b 1,30b
') angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyzk pada Uji jarek berganda Duncan pada taraf 5%,