hubungan antara asertivitas dengan prokrastinasi akademik...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI
INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
SRY PEGIANTRI TOLEWO
80 2012 053
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
3
4
HUBUNGAN ANTARA ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Sry Pegiantri Tolewo
Heru Astikasari S. Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara
asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Teknologi
Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. Sampel pada penelitian ini adalah
berjumlah 100 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik snowball
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala Tuckman
Procrastination Scale (1991) dan skala Rathus Assertiveness Schedule (1973). Teknik
analisa data menggunakan perhitungan korelasi Product Moment Pearson. Dari hasil
analisa data diperoleh r = 0,482 dengan p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan
positif signifikan antara asertivitas dan prokrastinasi akademik. Sumbangan efektif
asertivitas terhadap prokrastinasi akademik sebesar 23,3%.
Kata kunci : asertivitas, prokrastinasi akademik
ii
Abstract
This study aims to find a significant negative relationship between assertiveness with
academic procrastination on the students of the Faculty of Information Technology,
Satya Wacana Christian University. Samples of this research are 100 students and the
sampling technique used is the snowball sampling technique. Data collection is done by
using the scale of Tuckman Procrastination Scale (1991) and Rathus Assertiveness
Schedule (1973). Data analysis technique is done by using correlation calculation of
Product Moment Pearson. From the analysis of data obtained r = 0.482, p = 0.000 (p
<0.05), which means there is a significant positive relationship between assertiveness
and academic procrastination. Assertivity effective contribution to academic
procrastination is 23.3%.
Keywords: assertiveness, academic procrastination
1
PENDAHULUAN
Era yang semakin modern ini, manusia dihadapkan dengan banyak pilihan.
Manusia di tuntut untuk menggunakan waktu dengan efektif agar pekerjaan yang
dilakukan bisa terselesaikan dengan baik. Namun, masih saja ditemukan orang-orang
yang melakukan penundaan terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Menunda suatu
pekerjaan baik disadari maupun tidak disadari telah menjadi perilaku yang sering
dilakukan sehingga menjadi masalah dan menimbulkan kerugian. Terlebih khusus pada
mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Mahasiswa berada pada
jenjang pendidikan yang paling tinggi yaitu perguruan tinggi. Mahasiswa dalam tahap
perkembangannya di golongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21
tahun dan 22-24 tahun (Monks, Knoers, Hardianto, 2002).
Fenomena yang terjadi secara umum, prokrastinasi akademik terjadi dimana
mahasiswa menunda mengerjakan tugas kuliah, menunda belajar ketika akan
menghadapi ujian dan terkadang memilih melakukan hal-hal yang sifatnya lebih
menyenangkan dan tidak berhubungan dengan tugasnya, seperti jalan- jalan, sibuk
online di jejaring sosial, nongkrong tanpa batas waktu, bermain game tanpa batas, dan
lain-lain. Fenomena tersebut menunjukkan adanya kecenderungan untuk tidak segera
memulai ketika menghadapi suatu tugas maupun belajar, hal ini merupakan indikasi dari
perilaku menunda atau prokrastinasi dalam melakukan tugas (Jannah, M & Muis, T,
2014).
Proses penundaan dalam bidang akademik di sebut prokrastinasi akademik.
Rachmahana (2001) kegiatan belajar mahasiswa atau perkuliahan mempunyai arti sangat
penting bagi mahasiswa, namun tidak sedikit mahasiswa memandang belajar sebagai
2
suatu aktivitas yang membosankan dan dianggap tidak terlalu penting, misalnya banyak
ditemukan mahasiswa malas mengikuti perkuliahan, merasa enggan untuk belajar, tidak
mengikuti praktikum, menunda tugas yang harus diselesaikan dan bahkan sering tidak
mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Sikap dan perilaku yang dilakukan merupakan
suatu penundaan yang memberikan efek negatif hingga mengakibatkan kegagalan.
Menurut Ferrari (dalam Ghufron, 2003) prokrastinasi akademik banyak
berakibat negatif dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan
sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai bahkan bila diselesaikan hasilnya tidak
maksimal. Penundaan dapat terjadi ketika mahasiswa tidak menetapkan tujuan, tidak
merencanakan bagaimana cara mencapainya dan tidak memonitor kemajuan mereka
menuju tujuan secara memadai. Masalah tersebut juga dapat muncul pada mahasiswa
yang berprestasi rendah dan rendahnya ekspektasi keberhasilan, berusaha
mempertahankan nilai-nilai diri (self-worth) dengan menghindari kegagalan, melakukan
penundaan, adanya paham kesempurnaan (perfectionist), tenggelam dalam kecemasan,
dan menjadi tidak tertarik atau merasa terasingkan (Santrock, 2009).
Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi dilakukan
seseorang karena kecemasan, perfeksionis, susah mengambil keputusan, ketergantungan
dan selalu membutuhkan bantuan, keputusan diri yang rendah, malas, asertivitas,
ketakutan untuk sukses, susah mengatur waktu, kurang adanya kontrol, adanya resiko
yang diakibatkan dan pengaruh dari teman. Selain itu juga, dari hasil penelitian Yong
(2010) menunjukkan bahwa prokrastinasi di pengaruhi oleh keragu-raguan, tingkat
percaya diri yang rendah, task aversiveness, rasa malas, manajemen waktu, perfeksionis
dan asertivitas.
3
Asertivitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi. Kata
asertif berasal dari bahasa inggris “to assert” yang berarti positif yaitu menyatakan
sesuatu dengan terus-terang atau tegas serta bersikap positif (Fensterheim dan Baer,
1995). Pada dunia perguruan tinggi mahasiswa di tuntut untuk bisa mandiri dalam
menyelesaikan tugasnya karena mereka di nilai sudah dewasa dalam mengambil suatu
keputusan. Tugas banyak, deadline, perkuliahan dan mereka harus membagi waktu
dengan kegiatan di luar. Hal tersebut dapat membuat mereka cemas ketika mereka
belum menyelesaikan tugasnya. Terkadang mereka tidak percaya diri akan kemampuan
yang dimilikinya, kondisi tersebut membuat mereka tidak berani untuk meminta
bantuan kepada orang lain. Namun, ada juga permasalahan lain adanya rasa takut dan
malu untuk bertanya kepada teman-teman atau dosen mengenai tugas yang akan
dikerjakan dan mengemukakan pendapat. Tetapi ada juga sebagian mahasiswa yang
memiliki keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pikiran-pikirannya, hal ini di
sebut sebagai perilaku asertif. Rendahnya asertivitas membuat mereka cenderung pasif
dalam memandang dan melakukan hal-hal, misalnya tidak ingin bertanya, ada rasa malu
bahkan tidak menerima bantuan kepada orang-orang di sekitarnya untuk membantu
mengerjakan tugas atau masalah yang ditangani. Akibatnya individu sering menetap
dekat dengan batas waktu sehingga tugas-tugas yang diberikan tidak dapat dilakukan
dan cenderung melakukan penundaan (Kurniawan, 2013). Hal ini didukung penelitian
Evy (2015) yang menyatakan bahwa sumbangan efektif asertivitas terhadap
prokrastinasi akademik sebesar 61,8%.
Penelitian yang dilakukan Elis dan Knaus (2011) menunjukkan bahwa 70%
mahasiswa akademik di Amerika melakukan prokrastinasi akademik. Penelitian lain,
Solomon dan Rothblum (1984) diketahui bahwa mahasiswa melakukan prokrastinasi
4
secara bervariasi terhadap tugas akademik. Dari 342 orang mahasiswa Amerika yang
menjadi subjek penelitiannya, 46% mahasiswa melakukan prokrastinasi terhadap tugas
menulis, 27,6% mahasiswa melakukan prokrastinasi terhadap belajar untuk persiapan
ujian, 30,1% mahasiswa melakukan prokrastinasi terhadap tugas membaca, 10,6%
mahasiswa melakukan prokrastinasi terhadap tugas administratif, 23% mahasiswa
melakukan prokrastinasi dalam menghadiri perkuliahan dan 10,2% mahasiswa
melakukan prokrastinasi terhadap aktivitas perkuliahan secara umum. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Kartadinata & Tjundjing (2008) di salah satu Perguruan tinggi Surabaya
terdapat 95% dari angket yang disebarkan pada 60 subjek mahasiswa mengatakan
bahwa pernah melakukan prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa
tersebut melakukan prokrastinasi adalah rasa malas mengerjakan tugas (42%) dan
banyak tugas lain yang harus di lakukan (25%).
Fenomena terjadi juga pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW,
sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa mahasiswa yang
mengatakan sering melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas. Dengan alasan,
adanya rasa malas untuk mengerjakan tugas, kemudian ada juga yang mengatakan
terlalu sibuk dengan kegiatan mereka baik itu di dalam kampus yaitu kegiatan
organisasi yang mereka ikuti atau kegiatan di luar kampus. Lebih memilih melakukan
hal-hal yang lebih menyenangkan yang bukan bagian dari perkuliahan, adanya rasa
malu untuk bertanya jika ada kesulitan baik itu kepada teman atau dosen. Sehingga
mereka cenderung menunda-nunda untuk mengerjakan tugas. Selain itu juga, fenomena
pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti pada 8 orang mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi angkatan
2011 dan sebelumnya pada bulan November 2015. Mereka mengatakan bahwa mereka
5
melakukan penundaan dalam mengerjakan tugasnya dan lebih banyak melakukan hal-
hal yang lebih menyenangkan dan bukan bagian dari perkuliahan, hal tersebut
dikarenakan kurang fokus dalam perkuliahan, malas, tidak mempunyai target dalam
perkuliahan sehingga terlalu santai, tugas terlalu banyak, jika memiliki tugas yang
dianggap sulit malas untuk bertanya kepada orang lain dan kadang tidak dikerjakan
bahkan pada saat pengumpulan tugas tersebut tidak masuk kelas. Hal ini terbukti juga,
dari penelitian Rianita (2014) dengan hasil sebesar 68% mahasiswa Fakultas Teknologi
Informasi UKSW cenderung melakukan prokrastinasi. Dari penelitian ini, alasan
mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW melakukan prokrastinasi adalah jenuh
dengan tugas-tugas yang diberikan, lebih memilih melakukan kegiatan yang tidak ada
hubungannya dengan perkuliahan, kemudian terlalu sibuk dengan kegiatan yang
diadakan oleh organisasi yang di ikuti sehingga mereka sering menunda-nunda
mengerjakan tugas kuliah. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Husetiya (2010)
mengenai hubungan asertivitas dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas
psikologi UNDIP Semarang, dimana hasilnya ada hubungan negatif yang signifikan
antara asertivitas dan prokrastinasi akademik. Artinya, semakin tinggi prokrastinasi
akademik maka semakin rendah asertivitas. Sebaliknya, semakin rendah prokrastinasi
akademik maka semakin tinggi asertivitas. Sedangkan, penelitian yang dilakukan
Ermida & Apsari (2012) mengenai hubungan prokrastinasi akademik dan asertivitas
pada siswa SMA, dimana hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan antara asertivitas
dan prokrastinasi akademik.
Solomon & Rothblum (1995) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik
adalah kecenderungan seseorang untuk menangguhkan atau menunda dalam
6
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan studi seseorang, sehingga tidak
dapat menyelesaikan tugas studi pada waktunya.
Menurut Tuckman (1991) aspek prokrastinasi meliputi :
1. A general self-description of the tendency to deal with things
Kecenderungan dalam melakukan sesuatu merupakan kecenderungan untuk
membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu di
prioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang penting.
2. A tendency to avoid unpleasantness and to have difficulty doing unpleasant things
Kecenderungan untuk menghindari ketidaknyamanan dan mengalami kesulitan
dalam melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan yaitu kecenderungan untuk
merasa keberatan mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus
dikerjakannya tersebut atau jika memungkinkan akan menghindari hal-hal yang
dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan.
3. A tendency to blame others for one’s own predicaments
Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain akan keadaan yang tidak
menyenangkan yang dialami yakni kecenderungan menyalahkan pihak lain atas
penderitaan yang dialami diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditunda.
Menurut Ghufron (2010) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi
akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu mempengaruhi seseorang
melakukan prokrastinasi akademik. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi
psikologis dari individu yaitu :
7
(1) Kondisi Fisik Individu
Seseorang yang mengalami kelelahan (fatigue) karena memiliki banyak
aktivitas, akan cenderung lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi. Fisik yang kurang
prima dapat membuat seseorang menjadi malas untuk mengerjakan suatu tugas dan
memilih untuk menunda tugas tersebut. Misalnya mahasiswa yang kuliah sambil
bekerja, atau mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi akan mudah lelah karena harus
membagi waktu antara kuliah, bekerja dan berorganisasi. Jika mahasiswa tidak mampu
menjaga kesehatan dan membagi waktu dengan baik maka dapat mengakibatkan
penundaan terhadap tugas kuliah karena kondisi fisik yang sudah lelah.
(2) Kondisi Psikologi Individu
Kondisi psikologis individu akan berpengaruh terhadap kepribadian dan perilaku
seseorang dalam melakukan prokrastinasi akademik. Beberapa penelitian juga
mendukung pendapat di atas. Salah satunya Stell (2007) dalam penelitiannya
menyebutkan prokrastianasi bisa terjadi karena self-regulatory failure (kegagalan dalam
pengaturan diri), rendahnya self-efficacy, self-control, keyakinan irrasional (takut akan
gagal dan prefeksionis). Selain itu juga, Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan
bahwa prokrastinasi dipengaruhi oleh kecemasan, perfeksionis, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketergantungan dan selalu membutuhkan bantuan, keputusan diri
yang rendah, kemalasan, asertivitas, ketakutan untuk sukses, kesulitan mengatur waktu,
kontrol diri, adanya resiko yang diakibatkan dan pengaruh dari teman.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi
prokrastinasi.
8
(1) Gaya Pengasuhan Orang Tua
Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Ghufron, 2010) menemukan bahwa
tingkat penghasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku
prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat
pengasuhan otoriter ayah menghasilkan anak wanita yang bukan prokrastinator.
(2) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan
pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh
pengawasan.
Selain faktor-faktor diatas, ada berbagai masalah lain yang dapat menyebabkan
timbulnya perilaku prokrastinasi yaitu, (a) karakteristik tugas, (b) karakter kepribadian,
(c) tekanan, (d) pemberontak.
Asertif atau asertivitas berasal dari bahasa inggris “to assert”, yang diartikan
sebagai ungkapan sikap positif, yang dinyatakan dengan tegas dan terus terang. Rathus
dan Nevid (1983) mengemukakan bahwa perilaku asertif sebagai “the expression of
your genuine feelings, standing up for your legitimate rights and refusing unreasonable
request”. Pernyataan tersebut menekankan pada perilaku menampilkan keberanian
untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, pikiran-pikiran apa
adanya dan mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan
yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu
kelompok. Orang asertif sebagai orang yang dapat mewujudkan perasaannya yang asli,
menegakkan hak-hak pribadi masing-masing dan menolak permintaan-permintaan dari
9
orang lain yang tidak masuk akal dengan cara yang tidak menghina, tidak mengancam,
dan tidak meremehkan orang lain (Rathus, 1996).
Menurut Rathus dan Nevid (1980) menyatakan bahwa individu yang memiliki
perilaku asertif memiliki ciri-ciri :
a. Meminta pertolongan dari orang lain dan menolak permintaan yang tidak layak.
b. Menyatakan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain dengan cara efektif.
c. Menjalin interaksi sosial termasuk menyapa, membuka percakapan, serta
mengetahui apa yang harus dikatakan.
d. Mengungkapkan perasaan-perasaan serta apa yang dipikirkan pada individu lain
serta spontan dan tidak berlebihan.
e. Memberikan pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan menerima
pujian yang diberikan oleh orang lain.
f. Memberikan keluhan/komplain pada orang lain dan menerima keluhan orang
lain.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan, fenomena-fenomena dan penelitian sebelumnya
diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui apakah ada hubungan negatif yang signifikan
antara asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Teknologi
Informasi UKSW. Semakin tinggi asertivitas maka semakin rendah prokrastinasi
akademik, sebaliknya semakin rendah asertivitas maka semakin tinggi prokrastinas
akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Antara Asertivitas
Dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiwa Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana”.
10
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu :
1. Variabel tergantung : Prokrastinasi Akademik
2. Variabel bebas : Asertivitas
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang akan menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Teknologi dan Informasi Universitas Kristen Satya Wacana, jumlah sampel
adalah 100 responden. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini :
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW angkatan 2011 dan
sebelumnya.
2) Mahasiswa yang terdaftar aktif
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel secara Snowball sampling. Artinya, metode pengambilan sampel dilakukan
dengan menentukan sampel pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan
informasi dari sampel pertama, sampel ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari
sampel kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar, seolah-olah
terjadi efek bola salju.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan untuk
memperoleh data dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini akan
11
menggunakan skala psikologi dengan menggunakan instrumen jenis skala Likert. Pada
skala Likert ini, terdapat dua macam pernyataan yaitu favorable (pernyataan yang
mendukung atau memihak objek sikap) sedangkan unfavorable (pernyataan yang tidak
mendukung atau tidak memihak objek sikap). Skala psikologi yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 skala, yaitu :
1. Skala Prokrastinasi Akademik
Skala ini menggunakan skala yang diadaptasi dari Tuckman Procrastination
Scale (TPS) yang dikembangkan oleh Tuckman (1991). Tuckman Procrastination
Scale dimodifikasi oleh peneliti dengan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
terlebih dahulu dan dilakukan penyesuaian dengan subjek yang akan diteliti. Skala
ini untuk mengukur gambaran diri secara umum mengenai kecenderungan
membuang waktu, menghindari tugas karena mengalami kesulitan ketika melakukan
hal yang dianggap tidak menyenangkan (task avoidance), kecenderungan
menyalahkan orang lain untuk setiap konsekuensi berikutnya dari pilihan
prokrastinasi (blaming others).
Skala prokrastinasi akademik ini terdiri pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable, dimana pernyataan-pernyataan tersebut mengarah kepada keadaan
sebenarnya diri individu atau penilaian diri sendiri (self report). Tuckman
Procrastination Scale yang telah diadaptasi berisi 35 item terdiri dari pernyataan
favorable 24 item dan pernyataan unfavorable 11 item dan menggunakan
pengskalaan model likert dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skor untuk pilihan
jawaban (SS) = 4, (S) = 3, (TS) = 2 dan (STS) = 1. Penentuan item valid
12
menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada
skala pengukuran dikatakan valid apabila ≥0,250. Pada percobaan pertama
didapatkan data valid sebanyak 22 item.
2. Skala Asertivitas
Skala yang digunakan untuk mengukur asertivitas adalah adaptasi dari Rathus
Assertiveness Schedule atau skala asertivitas Rathus (1973). Skala ini untuk
mengukur gambaran diri dengan menggunakan ciri-ciri perilaku asertif yaitu, (a)
Meminta pertolongan dari orang lain dan menolak permintaan yang tidak layak. (b)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain dengan cara efektif. (c)
Menjalin interaksi sosial termasuk menyapa, membuka percakapan, serta
mengetahui apa yang harus dikatakan. (d) Mengungkapkan perasaan-perasaan serta
apa yang dipikirkan pada individu lain serta spontan dan tidak berlebihan. (e)
Memberikan pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan menerima pujian
yang diberikan oleh orang lain. (f) Memberikan keluhan/komplain pada orang lain
dan menerima keluhan orang lain.
Rathus Assertiveness Schedule diadaptasi oleh peneliti dengan menerjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan dilakukan penyesuaian dengan
subjek yang akan diteliti. Skala asertivitas ini terdiri pernyataan favorable dan
pernyataan unfavorable, dimana pernyataan-pernyataan tersebut mengarah kepada
keadaan sebenarnya diri individu atau penilaian diri sendiri (self report). Skala
asertivitas berisi 30 item terdiri dari pernyataan favorable 10 item dan pernyataan
unfavorable 20 item dan menggunakan pengskalaan model likert dengan empat
pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
13
tidak setuju (STS). Skor untuk pilihan jawaban (SS) = 4, (S) = 3, (TS) = 2 dan (STS)
= 1. Penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang
menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dikatakan valid apabila apabila
≥0,250. Pada percobaan pertama didapatkan data valid sebanyak 21 item.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil perhitungan variabel prokrastinasi akademik, berikut adalah
lategorisasi deskriptifnya. Kategori disusun penulis berdasarkan data yang diperoleh
dengan menggunakan rumus :
a. Variabel Prokrastinasi Akademik
Tabel 1.1 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik
Interval Kategorisasi Mean N Presentase
63≤ x≤77 Tinggi
57,50
27 27%
49≤ x≤63 Sedang 63 63%
35≤ x≤49 Rendah 10 10%
Jumlah 100 100%
14
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui terdapat 27 orang (27%) mahasiswa
Fakultas Teknologi Informasi UKSW memiliki prokrastinasi akademik yang tergolong
tinggi, 63 orang (63%) tergolong sedang dan 10 orang (10%) tergolong rendah. Mean
yang diperoleh adalah 57,50. Berdasarkan hasil kategori diatas, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi cenderung melakukan
prokrastinasi akademik pada tingkat sedang dengan rentang skala 49≤ x<63.
b. Variabel Asertivitas
Tabel 1.2 Kategorisasi Asertivitas
Interval Kategorisasi Mean N Presentase
56≤ x≤65 Tinggi
52,15
30 30%
47≤ x≤56 Sedang 58 58%
38≤ x≤47 Rendah 12 12%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui terdapat 30 orang (30%) mahasiswa
Fakultas Teknologi Informasi UKSW memiliki asertivitas yang tergolong tinggi, 58
orang (58%) tergolong sedang dan 12 orang (12%) tergolong rendah. Mean yang
diperoleh 52,15. Berdasarkan hasil kategori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi cenderung memiliki asertivitas pada
tingkat sedang dengan rentang skala 47≤ x<56.
15
Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk
variabel prokrastinasi akademik sebesar 0,853 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data yang diuji berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk
variabel asertivitas sebesar 0,949 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diuji
berdistribusi normal. Jadi, kedua variabel yaitu Prokrastinasi Akademik dan Asertivitas
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PROKRASTINA
SI ASERTIVITAS
N 100 100
Normal Parametersa Mean 57.50 52.15
Std. Deviation 7.697 5.202
Most Extreme
Differences
Absolute .085 .095
Positive .055 .066
Negative -.085 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .853 .949
Asymp. Sig. (2-tailed) .460 .329
b. Uji Linieritas
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,064 dengan signifikansi
0,403 (diatas 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan linear antara variabel
Prokrastinasi Akademik dengan Asertivitas. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
16
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PROKRASTI
NASI *
ASERTIVITA
S
Between Groups (Combined) 2376.577 22 108.026 2.384 .003
Linearity 1364.006 1 1364.006 30.108 .000
Deviation from Linearity 1012.571 21 48.218 1.064 .403
Within Groups 3488.423 77 45.304
Total 5865.000 99
c. Analisis Korelasi
Hasil korelasi diperoleh koefesien korelasi antara Prokrastinasi Akademik dan
Asertivitas sebesar 0,482 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara Asertivitas dan Prokrastinasi
Akademik. Sehingga hipotesis yang di ajukan yaitu “Ada hubungan negatif antara
Asertivitas dan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi”
ditolak. Hasil analisis korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Correlations
PROKRASTINA
SI ASERTIVITAS
PROKRASTINASI Pearson Correlation 1 .482
Sig. (1-tailed) .000
N 100 100
ASERTIVITAS Pearson Correlation .482 1
Sig. (1-tailed) .000
N 100 100
17
PEMBAHASAN
Dari uraian hasil penelitian mengenai hubungan antara Prokrastinasi Akademik
dan Asertivitas pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW didapatkan hasil
ada hubungan positif yang signifikan antara Asertivitas dan Prokrastinasi Akademik
pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi UKSW. Hasil uji korelasi menunjukkan
koefisien korelasi antara Asertivitas dan Prokrastinasi Akademik sebesar 0,482 dengan
signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
Prokrastinasi Akademik dan Asertivitas. Hasil data yang diperoleh pada penelitian ini,
bertentangan dengan hasil penelitian Husetiya (2010) bahwa ada hubungan negatif yang
signifikan antara asertivitas dan prokrastinasi akademik.
Hipotesis dalam penelitian ini ditolak dimungkinkan karena adanya beberapa
penyebab. Hasil penelitian ini yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara
asertivitas dan prokrastinasi akademik, artinya bahwa semakin tinggi asertivitas maka
semakin tinggi prokrastinasi akademik. Sebaliknya, semakin rendah asertivitas maka
semakin rendah prokrastinasi akademik. Hal ini berarti bahwa memiliki sikap asertif
tidak menjamin bahwa seseorang itu tidak akan melakukan prokrastinasi. Adanya
hubungan positif yang signifikan dapat pula dikarenakan mahasiswa yang memiliki
respon yang sama terhadap lingkungan dimana mereka berada. Salah satu faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi adalah kondisi lingkungan yang lenient, prokrastinasi
akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah pengawasan daripada
yang penuh pengawasan (Millgram, dalam Ghufron 2003). Kondisi lingkungan yang
seperti ini mengakibatkan rata-rata mahasiswa melakukan prokrastinasi. Hal ini
didukung wawancara dengan beberapa subjek, dimana kondisi lingkungan yang ada
disekitar mereka membuat mereka untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti
18
bermain game, nongkrong dan kegiatan lainnya sehingga membuat mereka kurang
fokus dalam perkuliahan, terlalu santai karena tidak mempunyai target. Hal ini
didukung oleh penelitian dari Rianita (2014) mengemukakan bahwa jika mahasiswa
berada pada lingkungan yang sama maka tingkat prokrastinasi akan menunjukkan hal
yang sama pula. Selain itu juga, kondisi psikologi individu akan berpengaruh pada
kepribadian dan perilaku seseorang dalam melakukan prokrastinasi. Hal ini diakui oleh
beberapa mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, dimana jika mereka memiliki tugas
yang dianggap sulit tidak mau untuk bertanya kepada orang lain dan kadang tugas
tersebut tidak dikerjakan bahkan saat pengumpulan tugas tidak mengumpulkan tugas
tersebut. Faktor lainnya adalah karakteristik tugas dan tekanan. Mahasiswa jika
memandang tugas yang diberikan terlalu sulit cenderung menunda untuk mengerjakan,
tugas banyak dan tidak memiliki tujuan dalam diri.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada penelitian ini diperoleh hasil,
prokrastinasi akademik memiliki rata-rata/ mean 57,50 berada pada kategori sedang.
Sedangkan asertivitas memiliki rata-rata/ mean 52,15 berada pada kategori sedang. Hal
ini menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik dan asertivitas pada mahasiswa
Fakultas Teknologi Informasi angkatan 2011 dan sebelumnya berada pada tingkat
sedang, yang berarti hampir sebagian dari mereka melakukan prokrastinasi akademik
dan memiliki asertivitas yang baik. Dalam hasil penelitian ini, sumbangan efektif
asertivitas terhadap prokrastinasi akademik sebesar 23,3%.
19
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian uji korelasi, dapat diketahui nilai koefisien korelasi antara
Asertivitas dan Prokrastinasi Akademik sebesar 0,482 dengan nilai signifikansi
0,000 bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara asertivitas dan
prokrastinasi akademik.
2. Prokrastinasi Akademik dan Asertivitas sebagian besar berada pada kategori
sedang.
SARAN
1. Bagi Subjek Penelitian
Diharapkan kepada mahasiswa yang memiliki prokrastinasi untuk mengurangi
bahkan menghindari perilaku prokrastinasi agar tidak memperburuk prestasi belajar.
Mahasiswa yang memiliki asertivitas mempertahankan sikap tersebut, namun
memiliki sikap tersebut tidak menjamin untuk tidak melakukan perilaku
prokrastinasi. Sehingga, dibutuhkan kemampuan mengontrol diri agar tidak terjadi
prorkrastinasi khususnya pada bidang akademik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya lebih memperhatikan lagi faktor-faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik seperti ketakutan akan kegagalan,
perfeksionisme, pengaruh teman sebaya, manajemen waktu yang kurang efektif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arista, A. (2010). Perbedaan Prokrastinasi Akademik antara Kepribadian Tipe A dan
Tipe B. Skripsi Sarjana pada Program Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana.
Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi ed. ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas ed. ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burka, JB and Yuen, LM. (2008). Procrastination: Why You Do it and What to Do
About it ?. Reading, MA: Addison-Wesley.
Evy. V. (2015). Hubungan Asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas
VIII di SMP Negeri 1 kota Mungkid, Magelang. S1. Fakultas Ilmu Pendidikan.
Ermida & Apsari, Y.F (2012). Pelatihan SAT (Self Regulation, Assertiveness, Time
Management) dan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA. Jurnal. Surabaya :
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Fikri, M. Jauharul (2013) Hubungan asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Ghufron, M. Nur. 2003. Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap
Penerapan Disiplin Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Jurnal
Psikologi Tabularasa. Vol.2, no 1, 1-18
Husetiya,Y. (2010). Hubungan antara Asertivitas dengan Prokrastinasi Akademik pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Naskah
Publikasi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Janssen, J. (2015). Academic Procrastination: Prevalence Among High School and
Undergraduate Student and Relationship to Academic Achievement. Educational
Psychology and Special Education Dissertations. Georgia State University.
Jannah, M & Muis, T. (2014). Prokrastinasi Akademik (Perilaku Penundaan Akademik)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Jurnal BK
UNESA, Vol. 04, No. 03
Kurnia, M. (2009). Hubungan antara Kemandirian dengan Kecenderungan
Prokrastinasi Akademik pada Remaja Akhir. Skripsi Sarjana pada Program
Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
21
Kurniawati. E. (2010). Hubungan Self Efficacy sebagai Mahasiswa dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Kurniawan. R. (2013). Hubungan antara Self Reguation Learning dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Psikologi. Skripsi. Semarang : Universitas
Negeri.
Putri. A. L.D. (2014). Hubungan dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa fakultas psikologi universitas Kristen satya wacana
salatiga. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universutas Kristen Satya Wacana.
Rianita. N. (2014). Hubungan antara Self Regulation Learning dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa. Skripsi. Salatiga : Fakultas Psikologi, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Rathus, A.S. (1973). A 30-item Schedule for Assessing Assertive Behavior. Behavior
Therapy. New Jersey, Montclair State College, hal. 389-406
Rathus, S. A., & Nevid, J. S. (1980). Adjustment and growth: The challenges of life.
New York: Holt, Rinehart & Winston.
Senecal, C., Koestner, R., & Vallerand, R.J. (1995). Self-Regulation and Academic
Procrastination. The Journal of Social Psychology. Vol. 135. No. 5, 607-619.
Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and
Coginitive Behavioral Correlates. Journal of Counceling Psychology, Vol. 31, No.
4 (h. 503-509)
Tuckman, B.W. (1990). “Measuring Procrastination Attitudinally and Behaviorally”.
Paper presented at meeting of American Educational Research Association.
Boston.
Windarti, E. (2007). Perbedaan Tingkat Asertivitas ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa
IPA dan IPS di SMU Xaveirus Pringsewu Lampung. Skripsi Sarjana pada Program
Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Yusuf, Muri. A. (2014) Metode Penelitian. Jakarta: Prenamedia Group.
Yong, L.F. (2010). A Study on the Assertiveness and Academic Procrastination of
English and Communication Students at a Private University in Malaysia -
ResearchGate. American Journal of Scientific Research. Swiburne University of
Technology.