hubungan kebiasaan prokrastinasi …digilib.unila.ac.id/60605/3/skripsi tanpa pembahasan.pdfakademik...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN KEBIASAAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN TINDAKAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
SHARLENE SABRINA AZZAHRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2019
2
HUBUNGAN KEBIASAAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN TINDAKAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
SHARLENE SABRINA AZZAHRA
1658011025
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2019
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF ACADEMIC PROCRASTINATION AND ACADEMIC DISHONESTY ACTIVITIES IN STUDENTS OF MEDICAL
EDUCATION STUDY PROGRAM FACULTY OF MEDICINE LAMPUNG UNIVERSITY
By
SHARLENE SABRINA AZZAHRA
Background: The act of academic dishonesty is a dishonest act taken by students in completing assignments and examinations which include several attempts such as cheating and plagiarism. Studies show that 20% of students begin cheating behavior from the first year of college. One of the patterns of behavior related to academic dishonesty is procrastination. Academic procrastination is a form of behavior when someone delays starting a job or completing it. Some preliminary studies show that there is a relationship between academic procrastination and academic dishonesty. Purpose: Knowing the picture of academic procrastination, academic dishonesty, and the relationship between the habit of procrastination and academic dishonesty among students of the Medical Education Study Program at the Faculty of Medicine Lampung University. Method: Observational analytic method with cross sectional approach with 120 students of the Medical Education Study Program at the Faculty of Medicine Lampung University as respondents, which were taken using the proportionate stratified random sampling method. The study was conducted by interviewing the Procrastination Assessment Scale-Students questionnaire and the Academic Practices Survey at the Faculty of Medicine Lampung University. The results of this study were processed using statistic software with Gamma Test method. Result: The results of the analysis with 95% confidence level showed correlation coefficient (r) 0.464 with p value 0.428 (p > 0.05) Conclusion: There is no relationship between the habit of academic procrastination with academic dishonesty in students of the Faculty of Medicine Lampung University Keywords: academic procrastination, academic dishonesty
ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN TINDAKAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
SHARLENE SABRINA AZZAHRA
Latar Belakang: Tindakan ketidakjujuran akademik merupakan tindakan tidak jujur yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan pengerjaan ujian dengan beberapa upaya seperti mencontek dan plagiarisme. Studi menunjukkan bahwa 20% dari mahasiswa mulai melakukan perilaku menyontek dari tingkat pertama. Salah satu pola perilaku yang terkait dengan tindakan ketidakjujuran akademik adalah prokrastinasi. Prokrastinasi akademik adalah suatu bentuk perilaku seseorang menunda memulai pekerjaan atau menyelesaikannya. Beberapa studi pendahulu menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kebiasaan prokrastinasi akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik. Tujuan: Mengetahui gambaran prokrastinasi akademik, ketidakjujuran akademik, dan hubungan kebiasaan prokrastinasi dengan ketidakjujuran akademik mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Metode: Metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan 120 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sebagai respondennya, yang diambil dengan metode proportionate stratified random sampling. Penelitian dilakukan dengan wawancara kuesioner Procrastination Assessment Scale-Students dan Academic Practices Survey di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Hasil dari penelitian ini diolah menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Gamma. Hasil: Hasil analisis dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan koefisien korelasi (r) 0,464 dengan nilai p 0,428 (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan prokrastinasi akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Kata Kunci: prokrastinasi akademik, tindakan ketidakjujuran akademik
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 9 Februari 2000,
merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang dilahirkan dari pasangan bapak
Heru Kurniawan dan ibu Eka Zulfianti.
Jenjang Pendidikan penulis diawali dari Taman Kanak-kanak (TK) Rumahku pada
tahun 2004, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada
tahun 2005 – 2011, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Bandar
Lampung yang kemudian pindah ke SMP Negeri 1 Kota Bogor pada tahun 2011 –
2014 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 6 Kota Bogor dan
mengikuti program Akselerasi pada tahun 2014 - 2016.
Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama masa studi, penulis juga
termasuk aktif dalam Lembaga Kemahasiswaan, seperti menjadi Executive
Apparantice di BEM FK Unila, menjadi Ketua Komisi C DPM FK Unila dan aktif
dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh pihak Fakultas. Selain itu, Penulis
juga pernah aktif di sebuah organisasi luar fakultas yaitu AIESEC Universitas
Lampung.
“Success depends on your attitude;
Happiness depends on your gratitude.”
-Debasish Mridha
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang atas berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW dengan mengharap syafaatnya di yaumil akhir kelak.
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN KEBIASAAN PROKRASTINASI
AKADEMIK DENGAN TINDAKAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana kedokteran di Universitas Lampung. Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung,
2. Ibu Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung,
3. dr. Mukhlis Imanto, S.Ked., Sp.THT-KL., selaku Pembimbing Akademik
saya selama di dunia perkuliahan,
4. dr. Dwita Oktaria, S.Ked., M.Pd.Ked., selaku Pembimbing Utama Skripsi
saya, yang selalu bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran,
2
memberi dukungan selama pengerjaan skripsi, dan bersedia mendengarkan
keluh kesah saya selama penelitian,
5. dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., MPH., selaku Pembimbing Kedua Skripsi
saya, yang selalu bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran,
memberi dukungan selama pengerjaan skripsi, dan bersedia mendengarkan
keluh kesah saya selama penelitian,
6. dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked., selaku Pembahas Skripsi saya yang
senantiasa selalu memberi saran dan masukan, serta bersedia meluangkan
waktu untuk membina saya selama pengerjaan skripsi,
7. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK., dr. Putu Ristyaning Ayu
Sangging, S.Ked., M.Kes., Sp.PK., dr. Intanri Kurniati, S.Ked., Sp.PK., dan
dr. Risti Graharti, S.Ked., selaku dosen-dosen pembina saya selama menjadi
asisten dosen mata kuliah Patologi Klinik, yang selalu bersedia membina
saya,
8. Seluruh Staf Dosen dan seluruh Staf karyawan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung,
9. Kedua orangtua saya, Bapak dan Ibu yang sangat saya cintai dan saya
sayangi, Bapak Heru Kurniawan, S.E., M.M., dan Ibu Eka Zulfianti, S.T.,
yang telah melahirkan, membesarkan, selalu mendoakan yang terbaik untuk
saya, yang selalu bersedia mendengarkan tangisan, keluh kesah selama
perjalanan saya di perkuliahan, telah rela banting tulang mencari nafkah
untuk menghidupi saya dan adik saya, terima kasih karena selalu
memberikan yang terbaik, mohon maaf saya belum dapat membalas segala
bentuk kebaikan yang telah dikerahkan. Teteh sayang Bapak dan Ibu!
10. Adik saya, Muhammad Sachio Ramiro, yang sedang menempuh Pendidikan
di bangku SMA, terima kasih karena sudah sabar memiliki saya sebagai
kakaknya. Terima kasih sudah menjaga Bapak dan Ibu dirumah sementara
saya kuliah di Lampung,
11. Kakek Almarhum Sofyan Yusuf, yang telah menemani saya sejak saya
kecil, mengantar jemput saya selama saya masih di bangku SD, hingga
SMP, bahkan sampai saat kuliah pun Almarhum masih bersedia menemani
saya,
12. Seluruh keluarga besar lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
terima kasih telah memberi dukungan dan semangat untuk saya dapat
menyelesaikan pendidikan sarjana.
13. Kepada sahabat-sahabat saya, sejak SMP, Leony Puspita Wijaya dan Faza
Siti Sabira Prakoso, terima kasih telah menjadi sumber tawa disaat-saat saya
terpuruk, atas saran dan dukungan yang kalian berikan selama ini.
14. Kepada sahabat-sahabat saya, sejak SMA, Maura Marda Mayangsari, yang
sudah mendahului saya menerima gelar S.Ked., dan Andrea Tiara Putri,
yang sudah meraih gelar diploma, terima kasih telah berjuang bersama saya!
15. Kepada sahabat-sahabat saya selama masa perkuliahan, Vira Katya Aurelia,
Ashilah Mumtaz Hakim, Caesaria Sinta Zuya, Jihan Audini Karim, RA
Putry Kemala Ayu, dan Kinanti Rahmadhita, terima kasih telah rela
berteman dengan saya, menemani saya selama di masa perkuliahan through
ups and downs. Sukses bersama!
16. Kepada sahabat, dan partner bermusik saya, Iqbal Lambara Putra, yang
selalu saya butuhkan, yang selalu rela saya repotkan, yang selalu
mendengarkan saat saya bercerita, yang selalu ngeselin. Terima kasih atas
semuanya!
17. Kepada twinny saya dalam semua hal, Neema Putri Prameswari, dan yang
menjadikan saya sebagai asistennya, Bagus Pratama, dan juga teman baik
semester awal yang kembali berteman dekat pada semester akhir, Nadhila
Nur Shafitha, terima kasih!
18. Kepada teman-teman dengan topik skripsi Pendidikan Kedokteran, yang
selalu bersedia membantu dalam proses penelitian, terima kasih telah
berbagi pengalaman.
19. Kepada teman-teman Asisten Dosen Patologi Klinik Periode 2018/2019,
terima kasih atas pengalamannya selama ini!
20. Kepada teman-teman pengurus DPM FK UNILA Periode 2018/2019,
terima kasih atas pengalaman dan kerjasamanya selama ini!
21. Kepada teman-teman seluruh angkatan TR16EMINUS, teman-teman yang
pernah menjadi teman satu kelompok tutorial/CSL dengan saya, terima
kasih atas pengalaman dan kerjasamanya selama ini!
22. Kepada Jason Mikail Amper, dan adik-adik DPA 3, terima kasih banyak
sudah sabar menghadapi saya sebagai kakak tingkat dan kakak binaan,
sukses selalu Renal!
23. Seluruh responden penelitian saya, terima kasih atas bantuan, kerjasama dan
kesediaannya menjadi responden penelitian saya.
24. Kepada sahabat virtual saya yang menjadi my bestest of friends, Nadya
Hanifa dan Sheren Harlim, terima kasih atas dukungan, semangat, motivasi
yang telah diberikan selama saya berkeluh kesah kepada kalian. I love you
guys.
25. Kepada orang-orang yang datang dan pergi, ke dan dari kehidupan saya,
terima kasih karena kalian telah mengajarkan saya cara untuk ikhlas.
26. Seluruh pihak yang berperan penting dalam kehidupan saya saat studi
berlangsung, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap skripsi ini bermanfaat dan memberikan
pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya, maupun bagi penulis
sendiri.
Bandarlampung, Desember 2019
Penulis,
Sharlene Sabrina Azzahra
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 5 1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Prokrastinasi ................................................................................................ 7 2.1.1 Definisi ................................................................................................... 7 2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi ................................ 9 2.1.3. Jenis Prokrastinasi Akademik ............................................................. 17 2.1.4. Area atau Ruang Lingkup Prokrastinasi Akademik ............................ 18 2.1.5. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik ................................................. 19 2.1.6. Dampak Prokrastinasi Akademik ........................................................ 21 2.1.7. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik .................................... 22 2.1.8. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik ..................................................... 23
2.2. Ketidakjujuran Akademik ...................................................................... 26 2.2.1. Definisi ................................................................................................ 26 2.2.2. Bentuk-bentuk Perilaku Ketidakjujuran Akademik ............................ 28 2.2.3. Tindakan Mencontek (Cheating) ........................................................ 32 2.2.4. Plagiasi/Plagiarisme ............................................................................ 34 2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakjujuran Akademik ..................... 36 2.2.4. Alat Ukur Ketidakjujuran Akademik .................................................. 41
2.3. Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Tindakan Ketidakjujuran Akademik ......................................................................................................... 43
ii
2.4. Kerangka Teori ........................................................................................ 46 2.5. Kerangka Konsep ..................................................................................... 47 2.6. Hipotesis .................................................................................................... 47
2.6.1. Hipotesis Null (H0) ............................................................................ 47 2.6.2. Hipotesis Alternatif (Ha) ..................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 48
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 48 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 48
3.2.1. Tempat Penelitian .............................................................................. 48 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................................... 48
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................... 48 3.3.1. Populasi ............................................................................................. 48 3.3.2. Sampel ............................................................................................... 49
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 51 3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 51 3.6. Prosedur Penelitian ............................................................................. 51
3.6.1. Instrumen Penelitian .......................................................................... 51 3.6.2. Kategorisasi ....................................................................................... 52 3.6.3. Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 53 3.6.4. Alur Penelitian .................................................................................. 57
3.7. Pengumpulan Data .............................................................................. 58 3.8. Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 58
3.8.1. Pengolahan Data ................................................................................ 58 3.8.2. Analisis Data ..................................................................................... 59
3.9. Etika Penelitian ................................................................................... 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 60
4.1. Hasil Uji Penelitian ............................................................................. 60 4.1.1. Karakteristik Subyek Penelitian ........................................................ 60 4.1.2. Analisis Univariat .............................................................................. 61 4.1.3. Analisis Bivariat ................................................................................ 70
4.2. Pembahasan ......................................................................................... 71 BAB V KESIMPULAN & SARAN ................................................................... 78
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 78 5.2. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian ....................................................................... 50 Tabel 2. Definisi Operasional ............................................................................... 51 Tabel 3. Kategorisasi ............................................................................................. 52 Tabel 4. Tabel rtabel ................................................................................................ 56 Tabel 5. Sebaran Angkatan ................................................................................... 60 Tabel 6. Jenis Kelamin Responden ....................................................................... 61 Tabel 7. Gambaran Tingkat Prokrastinasi Akademik ........................................... 61 Tabel 8. Analisis Kuesioner PASS ........................................................................ 61 Tabel 9. Gambaran Tingkat Frekuensi Tindakan Ketidakjujuran Akademik ....... 65 Tabel 10. Analisis Kuesioner APS (Bagian Plagiarisme) ..................................... 66 Tabel 12. Analisis Kuesioner APS (Bagian Cheating) ......................................... 69 Tabel 13. Analisis Bivariat Variabel Prokrastinasi dan Ketidakjujuran Akademik ............................................................................................................................... 70
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori .................................................................................... 46 Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Prokrastinasi Dengan Ketidakjujuran Akademik .............................................................................................................. 47 Gambar 3. Alur Penelitian ..................................................................................... 57
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 2. Lembar Informed Consent Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4. Kuesioner Skala Prokrastinasi Akademik Lampiran 5. Kuesioner Skala Ketidakjujuran Akademik Lampiran 6. Hasil Uji Validasi Kuesioner PASS Lampiran 7. Hasil Validasi Kuesioner APS Lampiran 8. Hasil Analisis Reliabilitas Kuesioner PASS Lampiran 9. Hasil Analisis Reliabilitas Kuesioner APS Lampiran 10. Hasil Analisis Univariat Variabel Prokrastinasi Akademik Lampiran 11. Hasil Analisis Univariat Variabel Ketidakjujuran Akademik Lampiran 12. Analisis Bivariat Variabel Prokrastinasi Akademik dan Ketidakjujuran Akademik Lampiran 13. Kuesioner Hasil Penelitian Lampiran 14. Dokumentasi Pengambilan Data
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sikap profesional perlu diterapkan oleh perguruan tinggi sebagai lembaga
pendidikan tertinggi yang akan menghasilkan pemuda-pemudi penerus bangsa
Indonesia. Bagi perguruan tinggi seperti Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,
sikap profesional dengan 3 kompetensi utama yaitu, knowledge, skill, dan attitude,
merupakan salah satu hal krusial yang harus diterapkan, sehingga pembinaan sikap
tersebut sudah diterapkan kepada para mahasiswa sejak tahun pertama. Pembinaan
tersebut tidak hanya memperkenalkan mahasiswa kepada hal-hal yang berkaitan
dengan sikap profesional, namun mahasiswa juga dikenalkan beberapa faktor yang
dapat merusak sikap profesional, diantaranya adalah dengan melakukan tindakan
ketidakjujuran akademik (academic dishonesty) (Harding, dkk., 2004).
Ketidakjujuran akademik merupakan tindakan yang ilegal, tindakan tidak jujur
yang sengaja dilakukan oleh para mahasiswa dalam menyelesaikan tugas, evaluasi
pembelajaran ataupun ujian, yang meliputi beberapa upaya, seperti: mencontek,
plagiarisme, mencuri atau memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan
akademik, kerjasama di saat yang tidak tepat, dan beberapa upaya lainnya yang
menyalahi aturan dalam sistem akademik (Lovett-Hooper, dkk., 2007). Menurut
Kaufman (2008), ketidakjujuran akademik adalah tindakan menyontek dan plagiasi.
2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya, menyontek di perguruan tinggi
sedang berkembang dalam dekade terakhir. Hal tersebut dianggap sebuah masalah
dikarenakan frekuensi dan mahasiswa mengorbankan pendidikannya untuk apa
yang mereka anggap sebagai sebuah indikator keberhasilan. Umumnya, masyarakat
menghimbau para mahasiswa untuk mendapatkan nilai IPK yang tinggi, demi
mendapatkan pekerjaan yang layak, meraih masa depan atau alasan pribadi lainnya,
dan biasanya, mahasiswa ikut berpatok pada stigma tersebut, dimana jika mereka
ingin mendapatkan gaji yang besar, IPK yang mereka dapat harus tinggi. Nilai
menjadi ukuran penting dalam masyarakat, sehingga meraih IPK yang tinggi
memicu timbulnya plagiarisme dan perilaku menyontek (Witherspoon, dkk., 2010)
Di Amerika Serikat, studi menunjukkan bahwa 20% dari mahasiswa mulai
melakukan perilaku menyontek dari tingkat pertama. Penelitian di Jerman
membuktikan 75% mahasiswa di perguruan tinggi melakukan ketidakjujuran
akademik paling sedikit satu dari tujuh jenis ketidakjujuran akademik seperti
plagiasi. Mahasiswa yang melakukan ketidakjujuran akademik ataupun melanggar
etika kerja dan profesi, dapat meningkatkan kecenderungan pengulangan
melakukan tindakan ketidakjujuran akademik maupun non-akademik. Selain itu, di
masa depan nanti perilaku ketidakjujuran tersebut dapat meningkatkan
kecenderungan mahasiswa untuk terlibat dalam perilaku yang tidak etis dalam
kehidupan sosial seperti melanggar norma-norma sosial. Beberapa faktor yang
sangat terkait dengan tindakan ketidakjujuran akademik adalah keyakinan, persepsi,
dan pola perilaku. Salah satu pola perilaku yang terkait dengan tindakan
ketidakjujuran akademik adalah prokrastinasi (Rujoiu, 2014).
3
Prokrastinasi adalah sebuah bentuk perilaku seseorang yang belum memulai
pembuatan tugas/proses pembelajaran mandiri dan/atau menunda menyelesaikan
tugas yang menyebabkan tugas tidak selesai tepat waktu dan penyelesaiannya
sering terlambat. Mahasiswa akan mempertimbangkan melakukan tindakan
ketidakjujuran akademik dikarenakan adanya kebiasaan menunda pekerjaan.
Kebiasaan penundaan terhadap pengerjaan tugas dan proses pembelajaran mandiri
ini mengakibatkan kinerja mahasiswa menjadi terhambat, tidak pernah
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, serta sering terlambat dalam menghadiri
kuliah atau pertemuan-pertemuan lainnya. Prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa
banyak berakibat negatif dan merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan
perhatian karena berpengaruh bagi mahasiswa itu sendiri dan bagi orang lain, juga
bagi lingkungan, berupa hasil akhir yang kurang maksimal. Prokrastinasi dapat
dipandang dari rendahnya kebiasaan belajar, ataupun cara mahasiswa tersebut
memanajemen waktu yang dimiliki. Terdapat enam area prokrastinasi akademik,
yaitu tugas membuat laporan, tugas belajar, tugas membaca mingguan, tugas
administratif, tugas menghadiri pertemuan dan tugas akademik secara umum
(Solomon & Rothblum, 1984).
Sudah dilakukan beberapa penelitian mengenai hubungan prokrastinasi
akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Roig dan Lauren DeTomasso pada tahun 1995, didapatkan hasil
bahwa terdapat kemungkinan besar mahasiswa yang membiasakan kebiasaan
prokrastinasi akademik akan memilih untuk melakukan tindakan tidak jujur. Selain
itu, pernah dilakukan penelitian di Jerman yang mendapatkan hasil bahwa
prokrastinasi akademik merupakan salah satu faktor yang berperan besar dibalik
4
tindakan ketidakjujuran akademik (Patrzek, dkk., 2015). Di Indonesia juga
penelitian tentang hubungan prokrastinasi akademik dengan ketidakjujuran
akademik telah dilakukan. Ditemukan adanya hubungan yang signifikan diantara
keduanya dengan nilai p = 0,00 (p < 0,05) (Rizki, 2009; Indah and Shofiah, 2012).
Semakin tinggi derajat prokrastinasi mahasiswa berkorelasi positif terhadap
semakin tingginya praktek ketidakjujuran akademiknya. Namun, adapula
penelitian yang mengemukakan adanya hubungan yang tidak terlalu signifikan
antara prokrastinasi akademik dan perilaku menyontek yang merupakan bagian dari
ketidakjujuran akademik. Menurut Warsiyah (2013), kebiasaan prokrastinasi
akademik memiliki suatu pengaruh tidak langsung kepada mahasiswa melalui
tindakan ketidakjujuran akademik yang dilakukan mahasiswa tersebut (seperti
contohnya, sanksi etik, sanksi akademik). Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
terdapat kesenjangan antara hasil penelitian satu dan lainnya, dan hal tersebut
menarik perhatian peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik.
Peneliti tertarik untuk meneliti topik tersebut karena berdasarkan penelitian
dasar yang telah dilakukan oleh peneliti melalui observasi lingkungan sekitar dan
kegiatan sehari-hari, fenomena ini juga kerap terjadi di lingkungan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditulis oleh peneliti, dapat dirumuskan masalah
berupa apakah terdapat hubungan antara kebiasaan prokrastinasi akademik dengan
tindakan ketidakjujuran akademik?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kebiasaan prokrastinasi akademik dengan tindakan
ketidakjujuran akademik.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran prokrastinasi akademik mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
b) Mengetahui gambaran ketidakjujuran akademik mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
c) Mengetahui hubungan prokrastinasi dengan ketidakjujuran akademik
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Manfaat bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menghindari perilaku
prokrastinasi terhadap tugas-tugas akademik, sehingga mencegah terjadinya
kecenderungan untuk melakukan tindakan ketidakjujuran akademik, dan
mempermudah untuk meminimalisir kasus penyimpangan atau
ketidakjujuran akademik.
b) Manfaat bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
Dengan diketahuinya ada/tidaknya hubungan prokrastinasi akademik
dengan ketidakjujuran akademik diharapkan mahasiswa dapat
6
menyesuaikan kebiasaan sehari-hari dan mencegah kecenderungan
terjadinya ketidakjujuran akademik.
c) Manfaat bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung mengenai kebiasaan
prokrastinasi akademik, tindakan ketidakjujuran akademik, sehingga dapat
membantu pencegahan meningkatnya prevalensi pelaku tindakan-tindakan
tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prokrastinasi
2.1.1 Definisi
Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinatinare. Kata “pro”
memiliki arti bergerak maju atau mendorong maju dan “crastinus” memiliki arti
keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi memiliki arti menunda sampai hari
berikutnya (Ferrari, Jhonson, & McCown, 1995).
Ellis dan Knaus (2002) berpendapat bahwa penundaan pekerjaan yang telah
menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai prokrastinasi.
Penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan
tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, hal yang selalu
dilakukan oleh seseorang saat menghadapi suatu pekerjaan.
Bangsa Mesir kuno mengartikan prokrastinasi dengan dua arti. Pertama,
prokrastinasi berarti menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna untuk
menghindari kerja yang penting dan usaha yang impulsif. Kedua, prokrastinasi
juga memiliki arti sebagai kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam
menyelesaikan tugas yang penting untuk menafkahi hidup (Ghufron, 2003).
Menurut Balkis dan Duru (2009) prokrastinasi merupakan perilaku
meninggalkan kegiatan penting yang bisa dilakukan dan telah direncanakan
8
sebelumnya tanpa alasan yang masuk akal. Seseorang dapat melakukan
prokrastinasi pada semua hal atau hanya pada hal-hal tertentu seperti menunda
dalam pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah tangga, aktivitas akademik, dan
lain-lain.
Milgram (1991) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu perilaku
spesifik yang meliputi:
a. Perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun
menyelesaikan suatu tugas, pekerjaan atau aktivitas.
b. Perilaku yang menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya
keterlambatan menyelesaikan pekerjaan.
c. Perilaku yang melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku
prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, contohnya
pekerjaan perkantoran, tugas perkuliahan, maupun tugas rumah tangga.
d. Perilaku yang menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan,
contohnya perasaan cemas, perasaan bersalah, amarah, kepanikan, dan
sebagainya.
Prokrastinasi akademik merupakan penundaan pada jenis tugas formal yang
berhubungan dengan akademik (Ferrari, Jhonson, & McCown, 1995).
Prokrastinasi akademik juga diartikan sebagai suatu penundaan terhadap tugas
akademik yang dianggap penting seperti persiapan ujian, dan hal-hal terkait
administrasi dan kehadiran (Solomon & Rothblum, 1984).
Berdasarkan beberapa pengertian yang tokoh dan peneliti sebelumnya
jelaskan di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku prokrastinasi
akademik merupakan perilaku atau kebiasaan menunda untuk memulai maupun
9
menyelesaikan pekerjaan, tugas atau aktivitas yang dilakukan secara sengaja
sehingga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif kepada si pelaku.
2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi
Ghufron dan Risnawita (2014) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik yaitu faktor internal dan
eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang ada pada diri individu yang
dapat mempengaruhi prokrastinasi. Faktor internal terdiri dari:
a. Kondisi Fisik Individu
Kondisi fisik dapat menjadi faktor munculnya prokrastinasi, misalnya
kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan akan lebih cenderung
melakukan prokrastinasi. Kondisi kesehatan yang menurun juga dapat
meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami prokrastinasi.
b. Kondisi Psikologis Individu
Rendahnya kontrol diri merupakan salah satu aspek pada diri individu
yang membuat seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
prokrastinasi. Aspek-aspek lain seperti tingkat kecemasan dalam
berhubungan sosial, regulasi diri, dan motivasi juga dapat
mempengaruhi tingkat kecenderungan seseorang melakukan
prokrastinasi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor di luar diri individu yang dapat
mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor ini yaitu:
10
a. Gaya Pengasuhan Orangtua
Kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada anak dapat
disebabkan oleh tingkat pengasuhan otoriter ayah. Sedangkan ayah
dengan tingkat pengasuhan demokratis menghasilkan anak yang bukan
prokrastinator. Anak dengan avoidance procrastination cenderung
dimiliki oleh anak dengan ibu yang melakukan avoidance
procrastination pula.
b. Kondisi lingkungan
Lingkungan yang rendah dalam pengawasan lebih cenderung
menyebabkan kondisi lingkungan yang rentan akan kebiasaan
prokrastinasi akademik. Sedangkan lokasi sekolah di desa atau di kota
tidak memiliki pengaruh terhadap kecenderungan terjadinya perilaku
prokrastinasi.
Solomon dan Rothblum (1984) juga mengemukakan bahwa prokrastinasi
tidak hanya terjadi dikarenakan oleh manajemen waktu yang buruk dan
kebiasaan belajar yang salah saja, namun berkaitan juga dengan interaksi antara
perilaku, kognitif dan afeksi seseorang. Maka, mereka membagi faktor-faktor
penyebab prokrastinasi menjadi:
1. Fear Of Failure (Takut Akan Kegagalan)
Rasa takut muncul karena terlalu khawatir apabila gagal dalam mengerjakan
tugasnya dengan baik. Kekhawatiran yang berlebih dapat disebabkan oleh
rasa kurang percaya akan kemampuan diri.
11
2. Anxiety (Kecemasan)
Rasa cemas dapat disebabkan oleh rasa khawatir atau takut yang berlebihan.
Kecemasan yang berlebihan dapat memunculkan berbagai gangguan fisik
yang mengakibatkan hilangnya fokus dalam mengerjakan tugas.
Kecemasan dapat timbul karena respon terhadap situasi yang kelihatannya
tidak menakutkan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari dugaan atau
prasangka pribadi.
3. Perfectionism (Perfeksionisme)
Pemikiran ini cenderung membuat seseorang mematok suatu standar terlalu
tinggi dengan ambisi yang berlebihan. Apabila seorang mahasiswa adalah
seorang perfeksionis, ia akan selalu merasa kurang puas terhadap hasil yang
telah dikerjakannya dan selalu menggali data dan informasi lain untuk
melengkapi tugas tersebut. Secara tidak langsung, mereka termasuk
mengulur waktu sampai tenggat waktu pengumpulan tugas.
4. Low Self-Confidence (Kurang Percaya Diri)
Seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah berarti ia tidak
sepenuhnya yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh pikiran-pikiran atau sugesti yang irasional. Seseorang
tersebut akan merasa bahwa ia tidak dapat menyelesaikan suatu tugas karena
tidak yakin dengan hasil pekerjaannya. Waktu pun bisa terbuang percuma
untuk memikirkan hal-hal seperti itu.
5. Perceive Aversiveness of the Task
Sifat menganggap tugas merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan
merupakan hasil pemikiran irrasional yang dapat menjadikan mahasiswa
12
tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan akan cenderung
menyepelekan dan menunda-nunda mengerjakannya.
Sedangkan Steel (2007, 2010) mengemukakan hasil penelitiannya dimana
ditemukan empat faktor utama yang mendukung perilaku prokrastinasi. Faktor-
faktor tersebut adalah:
1. Fenomenologi Prokrastinasi
Orang yang melakukan penundaan dalam pengerjaan tugasnya sebenarnya
tidak bermaksud untuk menunda, mereka melakukan penundaan tersebut
untuk menghindari rasa cemas dan berharap esok harinya ia memiliki
kinerja yang lebih baik lagi. Namun, tanpa mereka sadari justru mereka akan
merasa lebih cemas apabila masa tenggat waktu semakin dekat.
2. Karakteristik Tugas
Karakteristik yang dimaksud dapat dilihat dari pemberian reward dan
punishment. Ketika mahasiswa mengumpulkan tugasnya terlambat dan
dosennya tidak memberikan punishment (hukuman), maka mahasiswa
tersebut cenderung akan mengulangi perilakunya lagi. Ketika hal itu terjadi
terus-menerus, prokrastinasi dapat terbentuk sebagai suatu kebiasaan.
Selain itu, karakteristik tugas yang dapat dilihat adalah jenis tugas, apakah
tugas tersebut merupakan tugas yang disukai atau tidak. Jika seseorang
mendapat tugas yang kurang/tidak disukai, mungkin akan terjadi
penghindaran untuk mengerjakan tugas tersebut. Hal ini disebut juga
dengan task aversiveness.
13
3. Perbedaan Individu
Dalam penelitiannya, Steel menemukan bahwa tipe kepribadian juga
berpengaruh terhadap perilaku prokrastinasi. Ia meneliti lima tipe
kepribadian, yaitu (1) neuroticism, (2) extraversion, (3) agreeableness, (4)
openness to experience, dan (5) conscientiousness. Namun hanya tipe
kepribadian extraversion yang dipercaya memiliki peran dalam perilaku
prokrastinasi. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Catrunada dan Puspitawati (2008) ditemukan adanya perbedaan
kecenderungan prokrastinasi tugas yang signifikan berdasarkan tipe
kepribadian introvert dan extrovert pada mahasiswa. Mahasiswa introvert
memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan prokrastinasi
tugas dibandingkan mahasiswa extrovert. Hal ini disebabkan oleh
performansi masing-masing individu pada aktivitas motorik.
4. Demografi
Munculnya perilaku prokrastinasi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Rizki (2009) menyampaikan beberapa faktor yang juga mempengaruhi
prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi tiga macam. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Karakteristik tugas
Karakteristik tugas yang membosankan pada umumnya membuat
mahasiswa melakukan penundaan terhadap suatu tugas.
2. Faktor kepribadian
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan lebih memiliki
kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi.
14
3. Pengaruh faktor situasional, gangguan atau distraksi lingkungan
Menurut Catrunada dan Puspitawati (2008), terdapat sepuluh wilayah
yang menjadi faktor-faktor dilakukannya prokrastinasi:
1. Anxiety (Kecemasan)
Tingkat kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan seseorang cenderung
menunda pengerjaan tugas yang seharusnya dapat diselesaikan.
2. Self-Depreciation (Pencelaan Diri Sendiri)
Seseorang dengan penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri, selalu
menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak percaya diri dengan
kemampuannya sendiri dapat meningkatkan kecenderungan penundaan
pengerjaan tugas.
3. Low Discomfort Tolerance (Rendahnya Toleransi Terhadap
Ketidaknyamanan)
Adanya kesulitan yang ditemui seseorang dapat membuat seseorang
tersebut mengalami kesulitan sehingga perasaan frustasi dan cemas tidak
dapat ditoleransi, mengakibatkan mereka memilih untuk mengalihkan diri
sendiri dari kesulitan yang dihadapi.
4. Pleasure-Seeking (Mencari Kesenangan)
Seseorang yang tidak mau lepas dari zona nyaman atau zona kesenangan
memiliki kecenderungan yang tinggi dalam mencari situasi yang
membuatnya merasa nyaman, sehingga orang tersebut akan memiliki hasrat
kuat untuk bersenang-senang dan memiliki impulse control yang rendah.
15
5. Time Disorganization (Tidak Dapat Mengatur Waktu)
Lemahnya kemampuan untuk mengatur waktu dapat membuat seseorang
menjadi sulit untuk membedakan pekerjaan penting dan kurang penting
untuk dikerjakan terlebih dahulu, sehingga akan muncul rasa kesulitan
untuk menentukan apa yang seharusnya dikerjakan terlebih dahulu.
6. Environmental Disorganization (Ketidakteraturan Lingkungan)
Tidak teraturnya lingkungan dapat terjadi sebagai bentuk interupsi dari
orang lain, kurangnya privasi, dan berbagai faktor internal seperti kebiasaan
untuk tidak membereskan lingkungan kerja. Adanya begitu banyak
gangguan di sekitar lingkungan kerja dapat membuat seseorang untuk tidak
berkonsentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
7. Poor Task Approach (Lemahnya Pendekatan Terhadap Pekerjaan)
Jika seseorang merasa tidak siap untuk bekerja, ia berkemungkinan besar
untuk melempar/melewatkan pekerjaan tersebut karena tidak tahu apa yang
harus dilakukan dan dari mana harus memulai.
8. Lack of Assertion (Kurangnya Penegasan)
Seseorang yang kesulitan untuk berkata tidak terhadap berbagai permintaan
yang ditujukan kepadanya, sedangkan masih banyak pekerjaan lain yang
harus diselesaikan olehnya. Hal tersebut dapat menimbulkan pekerjaan yang
dimiliki menjadi tercecer dan tidak terselesaikan dengan baik.
16
9. Hostility With Others (Permusuhan dengan Orang Lain)
Kemarahan terus menerus dapat menimbulkan dendam, sikap permusuhan
sehingga dapat memperlihatkan sikap menolak atau menentang apapun
mengenai hal tersebut.
10. Stress and Fatigue (Rasa Tertekan dan Kelelahan)
Stres merupakan hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup.
Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah seseorang menyikapi tuntutan
tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat stres seseorang.
Selain berbagai faktor yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh dan peneliti
sebelumnya, ada satu faktor yang berperan besar dalam perilaku prokrastinasi,
yaitu kurangnya kemampuan untuk memanajemen waktu dengan baik. Menurut
Santrock (2007), manajemen waktu akan membantu seseorang untuk menjadi
lebih produktif dan dapat menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang dimiliki.
Menurutnya, untuk dapat melakukan manajemen waktu yang baik harus
mempertimbangkan beberapa aspek seperti:
1. Merencanakan dan Mengatur Prioritas Kegiatan
Terdapat suatu matriks waktu yang dibagi menjadi empat kuadran
berdasarkan tingkat kedesakan rencana yang dijadwalkan, yaitu urgent, not
urgent, important dan not important. Kegiatan yang utama atau penting
(important) merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tujuan yang
dimiliki. Lain halnya dengan aktivitas mendesak (urgent) adalah aktivitas
yang membutuhkan perhatian atau perlakuan sesegera mungkin.
17
2. Mengaplikasikan dan Mengevaluasi Hasil
Untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, seseorang harus
dapat menentukan aktivitas yang palin gpenting dan juga mengalokasikan
waktu yang memadai untuk mengerjakan aktivitas tersebut. Untuk itu,
pembuatan catatan kecil berisi daftar kegiatan adalah sesuatu yang penting.
Daftar kegiatan tersebut dapat dijadikan acuan evaluasi diri mengenai
manajemen waktu.
2.1.3. Jenis Prokrastinasi Akademik
Ferrari, Jhonson dan McCown (1995) membagi prokrastinasi menjadi dua
jenis prokrastinasi berdasarkan manfaat dan tujuannya, yaitu:
a. Functional Procrastination
Penundaan pengerjaan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi
yang lebih lengkap dan akurat. Prokrastinasi jenis ini biasanya dilakukan
untuk mengumpulkan data-data penting, referensi atau informasi lain yang
terkait dengan tugas penting. Untuk mengumpulkan data memang
diperlukan waktu yang tidak pasti; sesuai dengan jenis informasi yang dicari.
Prokrastinasi jenis ini sering terjadi pada tugas-tugas yang berhubungan
dengan penelitian.
b. Dysfunctional Procrastination
Penundaan pengerjaan tugas yang tidak memiliki tujuan dan memiliki
akibat buruk dan cenderung untuk menimbulkan masalah. Prokrastinasi
jenis ini dapat dibagi lagi menjadi dua berdasarkan tujuan dilakukannya
penundaan, yaitu:
18
1) Decisional Procrastination
Penundaan pengerjaan tugas yang terkait dengan pengambilan
keputusan. Jenis prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden kognitif
dalam menunda untuk memulai melakukan suatu kerja dalam
menghadapi situasi yang dianggap penuh dengan tekanan. Prokrastinasi
dapat dilakukan sebagai suatu bentuk coping atau bentuk penyesuaian
diri pada situasi penuh tekanan. Jenis prokrastinasi ini biasa terjadi
sebagai akibat dari kegagalan dalam mengidentifikasi pekerjaan, yang
kemudian dapat menimbulkan konflik dalam diri seseorang, sehingga
akhirnya seseorang tersebut memilih untuk menunda pemutusan
masalah. Jenis prokrastinasi ini berhubungan dengan kelupaan,
kegagalan proses kognitif, namun tidak ada kaitannya dengan tingkat
intelegensi seseorang.
2) Avoidance Procrastination atau Behavioral Procrastination
Penundaan pengerjaan tugas yang dilakukan sebagai suatu cara untuk
menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk
dilakukan. Jenis prokrastinasi ini dilakukan dengan tujuan menghindari
kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan yang nantinya akan
mendatangkan nilai negatif pada dirinya atau mengancam kepercayaan
dirinya. Jenis prokrastinasi ini berhubungan dengan keinginan untuk
menjauhkan diri dari tugas yang menantang.
2.1.4. Area atau Ruang Lingkup Prokrastinasi Akademik
Menurut Solomon dan Rothblum (1984), area-area dari perilaku
prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:
19
1. Tugas mengarang
Meliputi penundaan melaksanakan tugas-tugas menulis seperti tugas
makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya.
2. Tugas belajar menghadapi ujian
Mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian seperti ujian tengah
semester, ujian akhir semester, dan ulangan harian/mingguan.
3. Tugas membaca
Meliputi penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan
dengan tugas akademik yang diwajibkan.
4. Tugas administratif
Meliputi penundaan untuk kegiatan administratif seperti menulis catatan,
mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, atau mengembalikan buku
perpustakaan.
5. Menghadiri pertemuan
Penundaan maupun keterlambatan dalam menghadiri pertemuan/kelas.
6. Penundaan kinerja akademik secara keseluruhan
Penundaan dalam pengerjaan atau penyelesaian tugas-tugas akademik
secara keseluruhan.
2.1.5. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik
Ferrari, Jhonson & McCown (1995) dan Steel (2007) mengatakan bahwa
prokrastinasi akademik memiliki 4 aspek tertentu yang dapat diukur dan diamati,
berupa:
20
1. Perceived Time
Seseorang yang cenderung melakukan perilaku prokrastinasi adalah orang
yang sulit/gagal dalam menepati tenggat waktu. Mereka memilih untuk
berorientasi pada masa sekarang tanpa mempertimbangkan masa depan.
Pelaku prokrastinasi tahu bahwa tugas/pekerjaan yang dihadapinya harus
segera diselesaikan, namun ia menunda-nunda untuk
mengerjakan/menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan
individu tersebut gagal memperkirakan waktu yang ia butuhkan untuk
mengerjakan tugas/pekerjaan tersebut.
2. Intention-action
Perbedaan antara keinginan dengan tindakan terwujud pada kegagalan
seseorang dalam mengerjakan tugas/pekerjaan walaupun seseorang tersebut
memiliki keinginan untuk mengerjakan dan menyelesaikannya. Hal tersebut
berkaitan juga dengan kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja yang
sesungguhnya.
3. Emotional Distress
Perilaku prokrastinasi dapat membawa perasaan tidak nyaman pada
pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu rasa cemas pada
diri pelaku prokrastinasi. Pada mulanya mungkin pelaku merasa tenang
karena merasa waktu yang tersedia masih banyak, namun tanpa terasa waktu
sudah hampir habis dan timbulah rasa cemas karena belum menyelesaikan
tugas.
21
4. Perceived Ability
Keraguan terhadap kemampuan diri sendiri dapat menyebabkan seseorang
melakukan prokrastinasi, ditambah dengan rasa takut dan gagal yang
mengakibatkan seseorang menyalahkan dirinya. Untuk menghindari
munculnya perasaan tersebut maka seseorang memilih untuk menghindari
tugas-tugas karena takut akan kegagalan.
2.1.6. Dampak Prokrastinasi Akademik
Menurut Ursia, Siaputra & Susanto (2013), prokrastinasi akademik dapat
memberikan berbagai dampak negatif bagi seseorang dengan banyaknya waktu
yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Tice & Baumsteir
(1997) juga mengatakan bahwa perilaku prokrastinasi akademik dapat
menyebabkan stres dan memberikan pengaruh pada disfungsi psikologis
seseorang. Seseorang dengan kebiasaan prokrastinasi akan menghadapi tenggat
waktu dan hal tersebut dapat menjadi tekanan yang nantinya menimbulkan stres.
Menurut Mancini (2003), dampak dari perilaku prokrastinasi dapat di bagi
menjadi dampak internal dan dampak eksternal.
1) Dampak Internal
Jika seorang pelaku prokrastinasi selalu memiliki perasaan takut gagal, dan
selalu melakukan prokrastinasi besar-besaran akan suatu hal, maka
seseorang tersebut akan selalu merasa gagal akan diri sendiri dan tidak
memiliki kepercayaan akan diri sendiri, dan menyesal akan tindakan yang
telah dilakukan.
22
2) Dampak Eksternal
Penundaan dalam pengerjaan tugas dapat mengakibatkan seseorang tidak
dapat mengerjakan tugas dengan baik dan membuat seseorang tersebut
mendapat suatu sanksi berupa sanksi akademik.
Menurut Solomon dan Rothblum (1984), beberapa kerugian yang
diakibatkan oleh perilaku prokrastinasi akademik adalah tugas yang tidak
terselesaikan, tugas yang terselesaikan namun hasilnya tidak memuaskan yang
disebabkan oleh karena individu yang terburu-buru dalam menyelesaikan tugas
tersebut untuk mengejar tenggat waktu, menimbulkan kecemasan sepanjang
waktu sampai munculnya depresi, tingkat kesalahan yang tinggi karena individu
merasa tertekan dengan tenggat waktu yang semakin sempit disertai dengan
peningkatan rasa cemas sehingga individu tersebut sulit untuk berkonsentrasi
secara maksimal, waktu yang terbuang lebih banyak, dan dapat merusak kinerja
akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, motivasi belajar yang rendah
serta rasa percaya diri yang rendah.
2.1.7. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik
Terdapat beberapa teori perkembangan yang berpengaruh kepada
prokrastinasi akademik, yaitu teori psikodinamik, teori behavioristik, teori
kognitif dan behavioral-kognitif.
1. Teori Psikodinamik
Berdasarkan teori ini, prokrastinasi akademik dianggap sebagai dampak
trauma dari masa lalu. Menurut Freud (dalam Ghufron dan Risnawita, 2014),
dikatakan bahwa seseorang secara tidak sadar melakukan penundaan, untuk
23
menghindari penilaian seseorang akan ego dan harga dirinya. Hal tersebut
mengakibatkan seseorang tersebut cenderung menghindari pengerjaan atau
penyelesaian tugas.
2. Teori Behavioristik
Teori ini menganggap bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul
diakibatkan oleh proses pembelajaran yang salah. Selain itu, kondisi
lingkungan juga dapat berpengaruh kepada terjadinya perilaku prokrastinasi
akademik. Sebagai contoh, ketika mahasiswa berada di lingkungan kampus
yang pengawasannya ketat, ia akan terdorong untuk segera menyelesaikan
tugasnya. Namun, ketika dirasanya tidak ada yang mengawasinya, maka
mahasiswa tersebut memilih untuk bersantai dalam menyelesaikan tugas,
karena ia merasa tidak ada tekanan untuk harus segera menyelesaikan tugas
(Ghufron dan Risnawita, 2014).
3. Teori Kognitif dan Behavioral-Kognitif
Ellis dan Knaus (2002) berpendapat bahwa prokrastinasi akademik dapat
terjadi karena adanya keyakinan/pemikiran irrasional yang dimiliki oleh
seseorang. Keyakinan tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam
mempersepsikan tugas kuliah, memandang tugas sebagai sesuatu yang berat
dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task dan fear of failure)
(Burka & Yuen, 1983).
2.1.8. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik
Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur skala
prokrastinasi akademik, seperti:
24
1. Procrastination Assessment Scale for Student (PASS)
PASS disusun dan dikembangkan oleh Solomon dan Rothblum pada tahun
1984, bersamaan dengan penelitian mereka yang berjudul “Academic
Procrastination: Frequency and Cognitive-behavioral Correlates”. PASS
memiliki 2 bagian, yaitu bagian pertama dengan cakupan 6 area dari fungsi
akademik, yaitu: mengerjakan pekerjaan tertulis, belajar untuk ujian, rutin
membaca bahan pelajaran, melakukan pekerjaan-pekerjaan administratif,
menghadiri pertemuan, dan melakukan pekerjaan akademik secara umum.
Bagian kedua dari PASS menggunakan beragam scenario yang
menggambarkan perilaku prokrastinasi akademik, dan beberapa factor yang
mungkin mempengaruhi kecenderungan dalam melakukan prokrastinasi
akademik, yaitu: kecemasan, perfeksionisme, kesulitan dalam mengambil
keputusan, ketergantungan dan selalu mencari bantuan orang lain,
keengganan dalam bertugas dan toleransi frustasi yang rendah, kurangnya
rasa percaya diri, rasa malas, kurangnya penegasan, takut akan kesuksesan,
tendensi untuk merasa kewalahan dan sulit untuk manajemen waktu,
pemberontakan, pengambilan resiko dan pengarun teman sebaya ,yang
menggunakan 291 mahasiswa sebagai sampel penelitian.
2. Tuckman’s Procrastination Scale (TPS)
TPS disusun dan dikembangkan oleh Tuckman pada tahun 1991 yang
bertujuan untuk meneliti kecenderungan mahasiswa dalam melakukan
prokrastinasi dalam menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan akademik.
Skala ini mengukur prokrastinasi dalam beberapa aspek, yaitu: keyakinan
seseorang dalam menyelesaikan tugas dengan baik, kemampuan dalam
25
menunda keinginan/kebahagiaan, dan frekuensi menyalahkan factor
eksternal saat gagal menyelesaikan pekerjaan.
3. Aitken’s Procrastination Inventory (API)
API disusun oleh Aitken pada tahun 1982, bertujuan untuk menilai
kecenderungan seseorang melakukan penundaan dalam tugas menulis dan
belajar menjelang ujian.
4. Kuesioner Prokrastinasi Akademik Oleh Dini Ahmaini
Dini Ahmaini menyusun skala prokrastinasi akademik berdasarkan
indikator prokrastinasi akademik yang dikemukakan oleh Schouwenburg
(dalam Ferrari, dkk., 1995), yaitu penundaan dalam memulai atau
menyelesaikan pekerjaan yang dihadapi, kelambanan dalam menyelesaikan
pekerjaan, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan
melakukan aktivitas lain yang dianggap lebih menyenangkan daripada
mengerjakan pekerjaan yang harus dikerjakan pada tahun 2010 untuk
kepentingan penelitiannya yang berjudul “Perbedaan Prokrastinasi
Akademik Antara Mahasiswa yang Aktif dengan yang Tidak Aktif dalam
Organisasi Kemahasiswaan PEMA USU” dengan angket berisikan 35 butir.
5. Kuesioner Prokrastinasi Akademik oleh Laurentius Wisnu
Sama halnya dengan Dini Ahmaini, penelitian milik Laurentius Wisnu pada
tahun yang sama, dengan judul “Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta” dengan angket yang berisikan 36 butir berisikan angket
prokrastinasi akademik yang disusun berdasarkan indikator yang sama
dengan Ahmaini. Penelitian ini didahului dengan beberapa bentuk uji
26
coba/tryout angket skala prokrastinasi yang ia susun pada 110 responden,
yang pada akhirnya dilakukan penelitian dengan angket tersebut kepada 357
responden.
6. Kuesioner Prokrastinasi Akademik oleh Siti Annisa Rizki
Siti Annisa Rizki juga menggunakan indikator berdasarkan Schouwenburg
untuk menyusun skala prokrastinasi akademik demi kepentingan
penelitiannya yang berjudul “Hubungan Prokrastinasi Akademis dan
Kecurangan Akademis pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara” pada tahun 2009 yang berisikan 48 butir. Penelitian ini di
ujicobakan kepada 247 orang dan pada akhirnya dilakukan penelitian pada
205 orang.
2.2. Ketidakjujuran Akademik
2.2.1. Definisi
Ketidakjujuran akademik secara luas tidak hanya mencakup perilaku
ketidakjujuran yang dilakukan oleh siswa atau mahasiswa saja, namun juga
termasuk pihak-pihak yang terkait dalam suatu institusi seperti staf pengajar,
guru/dosen, pimpinan dan karyawan-karyawan dalam lingkungan akademik.
Menurut Cizek (2003), ketidakjujuran akademik dapat didefinisikan sebagai
suatu perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa dengan sengaja, meliputi: (1)
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas,
(2) memberikan keuntungan kepada mahasiswa lain didalam ujian atau tugas
dengan cara yang tidak jujur, (3) pengurangan keakuratan yang diharapkan pada
performansi mahasiswa. Sementara menurut Hendricks (2004), ketidakjujuran
27
akademik didefinisikan sebagai berbagai bentuk perilaku yang memberi
keuntungan bagi mahasiswa secara tidak jujur yang meliputi kegiatan
mencontek, plagiarisme, mencuri dan memalsukan sesuatu yang berhubungan
dengan akademis. McCabe dan Trevino (2001) menyebutkan bahwa
ketidakjujuran akademik yang paling serius mencakup empat perilaku:
plagiarisme, fabrikasi atau memalsukan daftar pustaka, merubah hasil kerja yang
dilakukan oleh orang lain, dan menyalin beberapa kalimat dari bahan lain tanpa
catatan kaki di sebuah laporan. Menurut pandangan Von Dran, Callahan dan
Taylor (dalam Money, 2008) ketidakjujuran akademik merupakan perilaku tidak
etis yang dilakukan dengan sengaja.
Davis (2009) menyatakan bahwa perilaku ketidakjujuran akademik
didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh
siswa pada pengajar pada lingkungan akademik. Ia menyatakan bahwa perilaku
curang merupakan “deceiving or depriving by trickery, defrauding misleading
or fool another”. Menurutnya, ketika hal tersebut dikenakan pada istilah
ketidakjujuran menjadi suatu perbuatan yang dilakukan oleh murid/mahasiswa
yang menipu, mengaburkan atau mengecoh pengajar hingga pengajar berpikir
bahwa pekerjaan akademik yang dikumpulkan adalah hasil pekerjaan siswa
tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli yang dicantumkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa ketidakjuuran akademik adalah suatu perilaku tidak etis
yang dilakukan dengan sengaja oleh mahasiswa, meliputi pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan dalam menyelesaikan ujian, tugas atau apapun yang
berhubungan dengan akademik, memberikan keuntungan kepada mahasiswa
28
lain dalam pengerjaan ujian atau tugas dengan cara yang tidak jujur,
pengurangan keakuratan yang diharapkan dari performansi mahasiswa dengan
penekanan terhadap tindakan tidak jujur meliputi tindakan mencontek,
plagiarisme, mencuri serta memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan
akademik.
2.2.2. Bentuk-bentuk Perilaku Ketidakjujuran Akademik
Menurut beberapa peneliti terdahulu, bentuk-bentuk dari perilaku
ketidakjujuran akademik dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a. Penggunaan Materi yang Dilarang Untuk Digunakan
Penggunaan materi yang dilarang untuk digunakan menurut Davis (2009)
terjadi ketika seseorang mampu memiliki akses untuk menggunakan materi-
materi yang tidak diperbolehkan oleh penguji dikarenakan akses dan
penggunaan materi tersebut dapat meningkatkan keakuratan mereka
menjawab tes. Penggunaan materi yang dilarang digunakan dapat dilakukan
dalam berbagai macam cara, antara lain:
1. Melihat hasil jawaban orang lain,
2. Menuliskan rumus/materi ujian pada meja ujian,
3. Membawa contekan materi, kunci jawaban, bukku atau catatan
pelajaran lainnya yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk
digunakan,
4. Mendapatkan kunci jawaban ujian sebelum pelaksanaan ujian,
5. Menggunakan bantuan alat ataupun perangkat lunak komputer dalam
penyelesaian suatu tugas maupun ujian.
29
b. Melakukan Kolaborasi yang Dilarang Dilakukan
Davis (2009) menjelaskan bahwa perilaku kolaborasi kreatif yang dilakukan
pada perilaku ketidakjujuran akademik. Perilaku ini dapat dilakukan dengan
cara:
1. Menyebarkan jawaban ujian pada sesama peserta dengan menggunakan
kode,
2. Secara sengaja menjatuhkan lembar jawaban sehingga jawaban ujian
dapat dilihat oleh peserta lain,
3. Menyebarkan lembar jawaban pada rekan lain,
4. Menuliskan jawaban pada kertas lain, alat tulis atau benda lain untuk
disebarkan pada peserta ujian lainnya,
5. Berperan sebagai ataupun memerintahkan seseorang untuk menjadi joki
ujian,
6. Menyebarkan jawaban ujian melalui pesan singkat telepon genggam.
c. Plagiasi
Pavela (1997) menjelaskan plagiasi sebagai “Deliberate adoption or
reproduction of ideas or words or statement of another person as one’s own
without acknowledgement.” Pavela menjelaskan beberapa bentuk plagiasi
yang terjadi dalam kegiatan akademik, antara lain:
1. Mengganti nama pada naskah tugas yang dikerjakan orang lain untuk
dikumpulkan pada penyelesaian tugas yang diakui sebagai hasil
kerjanya,
2. Menyalin sebagian maupun keseluruhan tugas yang dikerjakan orang
lain dan diakui sebagai hasil kerjanya,
30
3. Tidak menuliskan kutipan dengan layak.
Davis (2009) menyatakan bahwa kemajuan teknologi internet juga dapat
menyebabkan suatu bentuk plagiasi, yaitu plagiasi internet. Sebagai contoh,
mengunduh materi yang tersedia di internet untuk dikumpulkan sebagai
pemenuhan kewajiban akademik.
d. Pemalsuan/Fabrikasi
Menurut Pavela (1997), pemalsuan dalam kegiatan akademik dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Memalsukan kutipan yang dituliskan dalam karya tulis,
2. Mengubah hasil dalam laporan penelitian dengan mengganti data-data
hasil penelitian yang telah dilakukan agar hasil penelitian sesuai dengan
harapan,
3. Melaporkan hasil penelitian yang sebenarnya tidak dilakukan.
e. Misrepresentasi
Hollinger dan Lance-Kaduce (dalam Whitley, 2002) menyatakan bahwa
misrepresentasi merupakan perilaku seseorang memberikan informasi yang
tidak tepat pada penguji yang berpotensi menguntungkan mereka dalam
kegiatan akademik. Misrepresentasi dalam kegiatan akademik dapat terjadi
dalam berbagai macam cara, yaitu:
1. Memberikan alasan yang tidak tepat dalam pengumpulan tugas
(berbohong sehingga tugas yang terlambat dikumpulkan dapat diterima
oleh penguji),
2. Memberikan alasan yang tidak tepat saat melewatkan ujian sehingga
dapat memperoleh ujian susulan.
31
f. Sabotase
Dijelaskan oleh Stern dan Havlicek (dalam Whitley, 2002) bahwa sabotase
merupakan suatu aksi yang dilakukan untuk mencegah seseorang
menyelesaikan tugasnya. Sabotase dalam kegiatan akademik tersebut dapat
terjadi dalam berbagai cara, yaitu:
1. Mengganggu penelitian rekan lain,
2. Menghilangkan materi sehingga rekan lain berpotensi mengalami
kegagalan dalam kegiatan yang bersangkutan,
3. Menghilangkan tugas yang telah dikumpulkan oleh peserta lain yang
menyebabkan hilang atau berkurangnya nilai seseorang.
g. Tidak Berkontribusi Secara Layak Pada Tugas Kelompok
Hollinger dan Lance-Kaduce (dalam Whitley, 2002) menyebutkan bahwa
seseorang yang tidak berkontribusi pada tugas kelompok dengan baik dan
benar termasuk dalam bentuk ketidakjujuran akademik. Hal ini dapat
dievaluasi saat seseorang tidak turut membantu dalam tugas kelompok
secara baik dan benar namun ia terdaftar sebagai anggota kelompok yang
mengerjakan suatu tugas.
Pavela (1997) dan Colby (2006) menyebutkan pada umumnya terdapat
empat hal yang termasuk ketidakjujuran akademik, (1) menyontek dengan
menggunakan materi yang tidak sah dalam ujian, (2) menggunakan
informasi, referensi atau data palsu, (3) plagiat, (4) membantu peserta ujian
lain untuk contekan seperti membiarkan peserta ujian lain menyalin
tugasnya, memberikan kumpulan soal-soal yang sudah diujiankan,
mengingat soal ujian kemudian membocorkannya. Anitsal I, Anitsal M.M.,
32
dan Elmore (2009) menambahkan bahwa terdapat dua kategori
ketidakjujuran akademik, yaitu ketidakjujuran akademik pasif dan aktif.
Tindakan ketidakjujuran akademik pasif meliputi, (1) melihat orang lain
mencontek atau menemukan adanya kecurangan akademik tapi tidak
melaporkannya, (2) memberikan informasi tentang soal ujian kepada orang
yang belum ujian di mata kuliah yang sama. Tindakan ketidakjujuran
akademik aktif meliputi, (1) meminta orang lain untuk mengambil soal ujian,
(2) menyalin jawaban dari orang lain, (3) menggunakan alat komunikasi
seluler untuk meminta atau mengirimkan jawaban.
2.2.3. Tindakan Mencontek (Cheating)
Jones (2011) menyatakan bahwa cheating merupakan sebuah bentuk
perilaku yang dengan curang dilakukan untuk menghindari sesuatu untuk
mendapat manfaat, maupun keuntungan yang tidak wajar atau bertujuan untuk
melindungi seseorang yang melakukannya. Menurut Jones, perilaku mencontek
meliputi:
1. Memberikan atau menerima informasi selama ujian berlangsung, secara
offline maupun online,
2. Menggunakan bahan yang tidak dilegalkan selama ujian berlangsung,
seperti membawa catatan kecil, menuliskan contekan pada bagian tubuh, di
meja atau kursi, di kamar mandi atau tempat lainnya,
3. Mengerjakan ujian maupun menulis makalah untuk orang lain, bertukar
pekerjaan selama ujian,
4. Menyerahkan makalah yang sama atau versi berbeda dari makalah tersebut
yang pada dasarnya isinya sama.
33
Dirdjosumarto (2016) mengelompokkan metode mencontek menjadi tiga,
yaitu berupa tulisan (pada bagian tubuh, pada pakaian/benda sekitar),
komunikasi secara visual dan lisan (mengkopi jawaban orang lain, menanyakan
jawaban ujian pada orang lain), dan metode lain (menggunakan barang yang
dilarang digunakan pada saat ujian).
Menurut Hetherington dan Feldman (dalam Pratiwi, 2015) bentuk perilaku
mencontek dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, antara lain:
1. Individual opportunistic, sebuah bentuk perilaku penggantian suatu
jawaban ketika ujian sedang berlangsung dengan menggunakan bahan
belajar atau catatan ketika dosen keluar dari kelas,
2. Independent planned, sebuah bentuk perilaku membawa dan menggunakan
catatan ketika ujian berlangsung, yang dipersiapkan sebelum ujian
berlangsung,
3. Social active, sebuah bentuk perilaku mencontek dimana mahasiswa
menyalin atau melihat atau meminta jawaban dari orang lain,
4. Social passive, sebuah perilaku mengizinkan seseorang untuk melihat atau
menyalin jawabannya.
Kaufman (2008) menyatakan dalam masyarakat saat ini, mencontek
dijadikan sebuah kelaziman dan kezaliman diantara mahasiswa. Sebelum
menjadi mahasiswa, mereka melakukan berbagai cara untuk mencontek di
bangku SMA dan cenderung melanjutkan praktek tidak etis tersebut di bangku
perguruan tinggi. Menurut Rujoiu O, dan Rujoiu V (2014), terdapat hubungan
antara ketidakjujuran akademik dan ketidakjujuran ditempat kerja karena adanya
probabilitas yang tinggi, bahwa orang-orang yang melakukan tindakan tidak
34
jujur di perguruan tinggi akan cenderung melakukan ketidakjujuran di tempat
kerja. Oleh karena itu, etika perlu disosialisasikan dan diajarkan di perguruan
tinggi.
2.2.4. Plagiasi/Plagiarisme
Permendiknas No. 17 tahun 2010 (dalam Soetanto, 2014) mengartikan
plagiarism/perilaku plagiat sebuah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja
dalam memperoleh atau mencoba memperoleh nilai untuk suatu karya ilmiah,
dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah milik orang
lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat
dan memadai.
Istiana dan Purwoko (2016) menyatakan bahwa terdapat beberapa ruang
lingkup plagiarisme:
1. Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip,
dan tanpa menyebutkan identitas sumbernya,
2. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan
identitas sumbernya,
3. Menggunakan data milik orang lain tanpa menyebutkan identitas
sumbernya,
4. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan diri sendiri,
5. Melakukan parafrase tanpa menyebutkan identitas sumbernya,
6. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan oleh pihak lain seolah
karya tulis hasil diri sendiri.
Soelistyo (2011) mengemukakan beberapa tipe plagiarisme, yaitu (1)
plagiarisme kata demi kata dimana penulis menggunakan kalimat penulis lain
35
secara persis tanpa menyebutkan sumbernya, (2) plagiarisme atas sumber
dimana penulis menggunakan gagasan atau kemukaan orang lain tanpa
memnyebutkan sumbernya, (3) plagiarisme kepengarangan dimana penulis
mengakui dirinya sendiri sebagai pengarang karya tulis orang lain, dan (4) self
plagiarism dimana penulis mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu
redaksi publikasi, dan mendaur ulang karya tulis, atau dimana penulis
memplagiasi karya tulis milik sendiri.
Clough (2003) menyimpulkan bahwa plagiarisme tidak hanya sebuah
bentuk meminjam, atau meniru hasil karya orang lain, namun juga dapat terjadi
dalam berbagai bentuk, antara lain:
1. Plagiarisme kata per kata, sebuah tindakan menyalin secara langsung
sebagian besar dari sebuah sumber tanpa menyantumkan kutipan, tanpa
perizinan serta tanpa penyantuman darimana sumber tersebut berasal,
2. Plagiarisme parafrase, sebuah tindakan menulis ulang dari sebuah sumber,
dengan menggunakan kata-kata sendiri, namun sumber aslinya masih dapat
dikenali,
3. Plagiarisme sumber sekunder, sebuah tindakan mengutip sumber asli yang
didapat melalui sumber sekunder, dengan menghiraukan sumber asli yang
sebenarnya,
4. Plagiarisme struktur sumber, sebuah tindakan penjiplakan struktur dari
sebuah argument yang didapat dari sebuah sumber,
5. Plagiarisme ide, merupakan tindakan penggunaan ulang suatu gagasan asli
dari sebuah sumber tanpa bergantung pada bentuk teks/dengan parafrase,
36
6. Plagiarisme authorship, merupakan tindakan penyantuman nama sendiri
pada hasil karya orang lain.
Menurut Istiana dan Purwoko (2016), ada beberapa alasan pemicu
terjadinya tindakan plagiarisme/plagiasi yang terjadi pada mahasiswa, yaitu
terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah tugas yang menjadi beban bagi
seseorang yang pada akhirnya terdorong untuk copy-paste karya orang lain,
rendahnya minat baca dan analisis terhadap referensi, kurangnya pemahaman
mengenai kapan dan bagaimana cara melakukan mengutipan, dan kurangnya
perhatian dari dosen terhadap persoalan plagiarisme.
Tindakan plagiarisme seharusnya mendapat sanksi. Dalam Permendiknas
No. 17 tahun 2010 (dalam Soetanto, 2014), sanksi bagi plagiator diatur dalam
pasal 12, yaitu sanksi bagi mahasiswa berupa teguran, peringatan tertulis,
penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa, pemberian nilai satu atau
beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa, pemberhentian dengan hormat
dari status sebagai mahasiswa, pemberhentian tidak dengan hormat dari status
sebagai mahasiswa atau pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari
suatu program.
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakjujuran Akademik
Jones telah melakukan penelitian mengenai ketidakjujuran akademik pada
tahun 2011, dan didapatkan alasan mahasiswa melakukan tindak ketidakjujuran
akademik bervariasi, seperti: (1) ingin mendapatkan nilai yang lebih baik (92%),
(2) prokrastinasi (83%), (3) tidak ada waktu untuk menyiapkan ujian karena
sibuk akan hal lain, (4) kurang mengerti atau tidak memahami informasi (58%),
37
(5) tidak tertarik dengan matakuliah atau tugas kuliah yang diberikan, (6) jadwal
kuliah yang sangat padat (33%), (7) berpendapat bahwa semua orang mencontek
(25%), (8) dosen tidak peduli bahwa mahasiswa mencontek (17%), (9) pengaruh
dari teman (17%).
Lewellyn dan Rodriguez (2015) menghubungkan tindakan ketidakjujuran
akademik dengan teori fraud triangle, yang selanjutnya pada penelitiannya
disebut triangle of academic dishonesty yang terdiri dari incentive (takut gagal,
terlalu sibuk, tekanan social, takut kehilangan beasiswa, pengaruh teman),
opportunity (perkembangan teknologi, tidak ada sanksi akademik), dan attitude
(sensitive terhadap etika, sadar akan perilaku mencontek, kualitas pengajaran
yang rendah).
Menurut Hendricks (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
ketidakjujuran akademik, meliputi:
1. Faktor Individual
Terdapat berbagai variabel yang mampu mengidentifikasikan karakteristik
personal yang dapat memprediksi perilaku tidak jujur. Variabel-variabel
tersebut adalah:
a. Usia
Mahasiswa yang berusia lebih muda lebih banyak melakukan
ketidakjujuran akademik daripada mahasiswa yang lebih tua.
b. Jenis Kelamin
Mahasiswa lebih banyak melakukan ketidakjujuran akademik
dibandingkan mahasiswi. Berdasarkan teori sosialisasi peran jenis
38
kelamin, wanita dalam bersosialisasi lebih mematuhi peraturan
daripada pria.
c. Prestasi Akademik
Hubungan antara ketidakjujuran akademik dan prestasi akademik
tidaklah seperti hubungan ketidakjujuran akademik dengan usia
ataupun jenis kelamin, hubungan antara ketidakjujuran akademik
dengan prestasi akademik bersifat konsisten. Mahasiswa yang memiliki
prestasi akademik rendah lebih banyak melakukan kecurangan
akademik daripada mahasiswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi.
Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah berusaha
memperoleh prestasi akademik yang lebih tinggi dengan cara
berperilaku tidak jujur dan lebih mau mengambil resiko daripada
mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang tinggi.
d. Pendidikan Orangtua
Mahasiswa dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan
yang tinggi akan lebih baik dalam mempersiapkan diri dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak akademik. Selain itu,
mahasiswa tersebut juga akan memiliki komitmen yang tinggi dalam
pendidikan yang dijalaninya.
e. Aktivitas Ekstrakulikuler
Mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan ekstrakulikuler memiliki
komitmen yang rendah berkaitan dengan pendidikan. Dua aktivitas
yang telah diteliti secara ekstensif adalah mahasiswa yang tergabung di
dalam perkumpulan mahasiswa dan kegiatan ekstrakulikuler lain.
39
2. Faktor Kepribadian Mahasiswa
a. Moralitas
Mahasiswa dengan level kejujuran rendah akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan perilaku tidak jujur, dan mahasiswa
dengan tingkat religiusitas yang rendah akan memiliki kecenderungan
untuk melakukan tindakan ketidakjujuran akademik.
b. Variabel yang Berkaitan dengan Pencapaian Akademik
Beberapa variabel yang berkaitan dengan pencapaian akademik
seseorang adalah motivasi, pola kepribadian dan harapan akan
kesuksesan.
c. Prokrastinasi, Impulsivitas dan Afektivitas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendricks (2004),
didapatkan adanya hubungan antara tindakan ketidakjujuran akademik
dengan impulsivitas dan kekuatan ego seseorang. Impulsivitas yang
memiliki pengertian sebagai kepekaan individu untuk melakukan
sesuatu yang mendatangkan reward tercepat, memiliki peranan besar
dalam menimbulkan kebiasaan prokrastinasi, yang juga akan
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur waktu (Steel
2007). Prokrastinasi sendiri merupakan salah satu faktor dari kejadian
ketidakjujuran akademik. Selain itu, seseorang dengan kecemasan level
tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku curang.
Variabel prokrastinasi yang terkait dengan penelitian ini masuk dalam
kategori ini.
40
3. Faktor Konstektual
a. Keanggotaan Perkumpulan Mahasiswa
Mahasiswa yang tergabung dalam sebuah perkumpulan mahasiswa
cenderung lebih sering melakukan perilaku tidak jujur. Pada suatu
perkumpulan, penyediaan catatan ujian lama, tugas-tugas, tugas
laboratorium dan tugas akademik lain akan lebih mudah untuk dicari
dan didapatkan.
b. Perilaku Teman Sebaya
Hubungan antara perilaku teman sebaya dengan tindakan
ketidakjujuran akademik dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
pembelajaran social (Social Learning Theory) dari Bandura (1997) dan
teori hubungan perbedaan (Differential Association Theory) dari Edwin
Sutherland (1970). Teori-teori tersebut mengemukakan bahwa perilaku
manusia dipelajari dan didapatkan dengan mencontoh perilaku orang
lain yang memiliki hubungan dekat dengan individu lain yang memiliki
perilaku menyimpang akan berpengaruh terhadap perilaku individu
tersebut.
c. Penolakan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Curang
Penolakan teman sebaya terhadap tindakan tidak jujur merupakan salah
satu faktor penentu yang penting dan memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan perilaku pada individu.
41
4. Faktor Situasional
a. Belajar Terlalu Banyak, Kompetisi dan Ukuran Kelas
Mahasiswa yang terlalu banyak belajar dan menganggap suatu
pembelajaran adalah kompetisi dengan mahasiswa lain memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindakan tidak jujur dibandingkan
mahasiswa yang biasa saja. Ukuran kelas juga menentukan
kecenderungan mahasiswa untuk melakukan tindakan tidak jujur
dimana mahasiswa akan lebih melakukan tindakan tersebut jika berada
di dalam ruangan kelas yang besar.
b. Lingkungan Ujian
Mahasiswa yang berpikir bahwa hanya ada sedikit resiko untuk
ketahuan saat melakukan tindakan tidak jujur lebih cenderung untuk
melakukan tindakan tersebut di dalam ruangan ujian.
2.2.4. Alat Ukur Ketidakjujuran Akademik
Terdapat satu bentuk alat ukur ketidakjujuran akademik yang telah disusun
oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu:
1. Academic Dishonesty Questionnaire
Academic Dishonesty Questinnaire atau Academic Dishonesty Scale
digunakan untuk menilai tingkat kecurangan akademik yang dilakukan pada
individu tingkat mahasiswa, yang diadaptasi dari alat ukur/skala yang di
kembangkan oleh Lin & Wen pada tahun 2007 dalam “Academic
Dishonesty in Higher Education”.
42
2. Academic Practices Survey
Kuesioner ini di desain untuk menunjang penelitian milik Roig dan
deTommaso pada tahun 1995 yang berjudul “Are College Cheating and
Plagiarism Related to Academic Procrastination?”. Kuesioner ini disusun
berdasarkan adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Evans dan Craig
dengan judul “Adolescent Cognitions for Academic Cheating as a Function
of Grade Level Achievement Status” pada tahun 1990, dan Greene dengan
judul “Everybody does it: academic cheating” pada tahun 1992. Kuesioner
ini berisikan 16 butir pernyataan mengenai plagiarisme dan 8 butir
mengenai perilaku mencontek.
3. Kuesioner Ketidakjujuran Akademik oleh Anon Kurniawan
Kuesioner ketidakjujuran akademik yang disusun oleh Anon Kurniawan
pada tahun 2011 didasari oleh beberapa indikator ketidakjujuran akademik
menurut Hendricks (2004). Angket ini berisikan 105 butir dengan target 40
responden sebagai responden ujicoba. Setelah dilakukannya ujicoba,
penelitian dilanjutkan dengan angket berisikan 79 butir dengan responden
berjumlah 109 responden.
4. Kuesioner Ketidakjujuran Akademik oleh Siti Annisa Rizki
Seperti kuesioner yang disusun oleh Anon Kurniawan (2011), kuesioner ini
disusun oleh Siti Annisa Rizki pada tahun 2009 berdasarkan indikator
menurut Hendricks (2004) pada penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Prokrastinasi Akademis dan Kecurangan Akademis pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara” pada tahun 2009. Angket
yang disusun berisikan 60 butir, yang kemudian dilakukan ujicoba kepada
43
247 responden., lalu angket tersebut direvisi menjadi berisikan 48 butir, dan
dilakukan penelitian pada 205 responden.
2.3. Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Tindakan Ketidakjujuran
Akademik
Beberapa peneliti telah melakukan beberapa penelitian mengenai topik
hubungan prokrastinasi akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik.
Putri dan Vivik (2012) telah melakukan penelitian dengan judul penelitian
“Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Ketidakjujuran Akademik Pada
Mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau” yang berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan hasil terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dan
ketidakjujuran akademik. Hasil analisa data yang dilakukan menunjukkan
bahwa prokrastinasi akademik berkontribusi sebesar 49,6% terhadap
ketidakjujuran akademik mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau. Lebihnya
sebesar 50,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi ketidakjujuran akademik yang dimiliki mahasiswa.
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Warsiyah (2013) dengan judul
penelitian “Pengaruh Tingkat Keimanan, Prokrastinasi Akademik dan Sikap
terhadap Menyontek pada Perilaku Menyontek Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo” yang memberikan hasil prokrastinasi akademik tidak
berpengaruh kepada perilaku mencontek sebagai bagian dari tindakan
ketidakjujuran akademik dengan besar 0,2%.
Selanjutnya terdapat penelitian yang telah dilakukan oleh Khairat, et al.,
(2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Prokrastinasi Akademik terhadap
44
Perilaku Menyontek pada Siswi SMA di Pesantren X” yang memberikan hasil
bahwa didapatkan prokrastinasi akademik memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap perilaku mencontek sebagai bagian dari tindakan
ketidakjujuran akademik pada siswi SMA di Pesantren X dengan skor
prokrastinasi 56,7% dan skor perilaku mencontek 83,77%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mafrohim (2015) dengan judul
penelitian “Hubungan Prokrastinasi Akademik dan Kecurangan Akademik pada
Mahasiswa yang Tinggal Di Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah Yogyakarta”
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara kecurangan akademik
dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang tinggal di Pondok Pesantren
Al-Luqmaniyyah Yogyakarta, yakni semakin tinggi tingkat prokrastinasi
akademik, maka semakin tinggi pula tingkat kecenderungan ketidakjujuran
akademiknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Annisa Rizki (2009) yang berjudul
“Hubungan Prokrastinasi Akademis dan Kecurangan Akademis pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara” membuahkan hasil
penelitian yang menyatakan pada 205 sampel mahasiswa Fakultas Psikologi
USU didapatkan hubungan positif antara prokrastinasi akademik dan
kecurangan akademik dimana semakin tinggi prokrastinasi akademik maka
semakin tinggi pula kecurangan akademiknya, demikian sebaliknya dengan
semakin rendahnya prokrastinasi akademiknya maka semakin rendah pula
kecurangan akademiknya.
Mesovilia Prima Guna pada tahun 2017 melaksanakan penelitian yang
berjudul “Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Perilaku Plagiarisme di
45
Kalangan Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya” yang memberikan hasil
terdapatnya hubungan kuat dan signifikan dengan r analisis > r tabel pada α 5%,
yaitu 0,638 > 0,195 yang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif
yang kuat dan signifikan antara prokrastinasi akademik dengan perilaku
plagiarisme. Penelitian ini juga menemukan hasil prokrastinasi akademik
memberikan kontribusi terhadap plagiarisme mahasiswa sebesar 40,7%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heni Maryati pada tahun 2014
dengan judul “Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Perilaku Menyontek
pada Mahasiswa” dengan sampel 301 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Medan Area didapatkan hasil terdapat hubungan positif antara prokrastinasi
akademik dengan perilaku mencontek, dengan koefisien determinasi sebesar
0,255 yang dapat diartikan bahwa variabel prokrastinasi akademik
mempengaruhi perilaku mencontek sebesar 25,5%
Selain penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari
Indonesia yang telah disebutkan diatas, terdapat pula penelitian yang telah
dilakukan oleh Patrzek, et al., (2014) dengan judul “Investigating The Effect of
Academic Procrastination on The Frequency and Variety of Academic
Misconduct: a Panel Study” yang memberikan hasil prokrastinasi akademik
memiliki berbagai macam efek terhadap frekuensi terjadinya berbagai macam
tindakan ketidakjujuran akademik. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi
akademik cenderung melakukan tindakan ketidakjujuran akademik. Penelitian
tersebut juga mengatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir melakukan tindakan
ketidakjujuran akademik dengan prevalensi lebih rendah dibandingkan dengan
mahasiswa tingkat awal.
46
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roig dan DeTommaso (1995)
dengan judul “Are College Cheating and Plagiarism Related to Academic
Procrastination?” didapatkan hasil bahwa terdapat kemungkinan besar
mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik cenderung melakukan
kegiatan plagiarisme sebagai bagian dari tindakan ketidakjujuran akademik.
2.4. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori (Sumber: Hendricks, 2004)
Faktor Individu
1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Prestasi Akademik 4. Pendidikan Orang Tua 5. Ekstrakulikuler
Faktor Kepribadian 1. Moralitas 2. Pencapaian Akademik 3. Prokrastinasi,
Impulsivitas dan Afektivitas
Faktor Konstektual 1. Keanggotaan
Perkumpulan Mahasiswa 2. Perilaku Teman Sebaya 3. Penolakan Perilaku
Curang
Faktor Situasional
1. Belajar Terlalu Banyak,
Kompetisi dan Ukuran
Kelas
2. Lingkungan Ujian
Tindakan Ketidakjujuran
Akademik
47
2.5. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Prokrastinasi Dengan Ketidakjujuran
Akademik
2.6. Hipotesis
2.6.1. Hipotesis Null (H0)
Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa terhadap tindakan ketidakjujuran akademik yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
2.6.2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat hubungan antara kebiasaan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa terhadap tindakan ketidakjujuran akademik yang dilakukan
oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Prokrastinasi
Tindakan Ketidakjujuran
Akademik
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan bentuk studi cross sectional. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antara prokrastinasi
akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada bulan Oktober-November tahun 2019.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa aktif Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang
terdiri dari angkatan 2016, 2017, 2018 dan 2019 yang berjumlah 795
orang.
49
3.3.2. Sampel
Pada penelitian ini, besar sampel penelitian ditentukan secara
propotionated stratified random sampling dengan rumus analitik
korelatif karena peneliti telah mengetahui jumlah populasi.
Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus analitik korelatif
menurut Dahlan (2014), sebagai berikut:
! = ${(Za + Zb)*}
0,5ln(1 + 21 − 2)4*
+ 3
Keterangan :
n : Besar Sampel
a : Kesalahan tipe I adalah 5%, maka Za adalah 1,64
b : Kesalahan tipe II adalah 10%, maka Zb adalah 1,44
r : Koefisien Korelasi adalah 0,705
Maka untuk mengetahui besar sampel penelitian dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
! = 6{(1,64 + 1,44)*}
0,5ln(1 + 0,7051 − 0,705):
*
+ 3
= 120 Mahasiswa
Berdasarkan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus analitik
numerik-numerik didapatkan hasil 120 mahasiswa. Jadi, besar sampel
50
yang akan digunakan adalah 120 mahasiswa yang akan dibagi menjadi
4 angkatan, yaitu angkatan 2016, 2017, 2018 dan 2019. Pengambilan
sampel akan dilakukan secara Proportionate Stratified Random
Sampling dan didapatkan jumlah anggota sampel sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian
Angkatan Jumlah Total Jumlah Sampel 2016 238 Mahasiswa ;*<
=>? @238 = 36
2017 220 Mahasiswa ;*<=>? @220 = 33
2018 183 Mahasiswa ;*<=>? @183 = 28
2019 154 Mahasiswa ;*<=>? @154 = 23
Pada penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Seluruh mahasiswa angkatan aktif Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
b. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung yang bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Yang berhalangan hadir saat pengumpulan data responden
berlangsung.
51
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian adalah:
a. Variabel Independent : Prokrastinasi Akademik
b. Variabel Dependent : Ketidakjujuran Akademik
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Prokrastinasi Akademik
Penundaan pada jenis tugas yang berhubungan dengan akademik (Ferrari, dkk., 1995)
Kuesioner (Skala Prokrastinasi Akademik)
Pengisian Mandiri
1= Rendah 2 = Tinggi
Ordinal (Kategorik)
Ketidakjujuran Akademik
Tindakan illegal dan tidak jujur yang berupa plagiarisme dan tindakan kecurangan (Kaufman, 2008)
Kuesioner (Skala Ketidakjujuran Akademik)
Pengisian Mandiri
0= Rendah 1= Sedang 2= Tinggi
Ordinal (Kategorik)
3.6. Prosedur Penelitian
3.6.1. Instrumen Penelitian
1. Skala Prokrastinasi Akademik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Procrastination
Assessment Scale-Students atau PASS yang disusun oleh Solomon dan
Rothblum pada tahun 1984.
Peneliti memilih untuk menggunakan kuesioner ini dikarenakan kuesioner
PASS merupakan salah satu kuesioner primer dan kuesioner pertama yang
52
disusun untuk mengukur kebiasaan prokrastinasi akademik. Berdasarkan
panduan penggunaan instrumen penelitian tersebut, peneliti diinstruksikan
untuk menggunakan butir yang berada didalam bagian pertama dari
kuesioner yang merupakan bagian “Ruang Lingkup Prokrastinasi” dalam
pengolahan data, dan peneliti juga diinstruksikan untuk mengeluarkan butir
nomor 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 dari pengolahan data.
2. Skala Ketidakjujuran Akademik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Academic Practices
Survey atau APS yang disusun oleh Roig dan deTommaso pada tahun 1995.
Peneliti memilih untuk menggunakan kuesioner ini dikarenakan kuesioner
APS merupakan salah satu kuesioner primer dan kuesioner pertama yang
disusun untuk mengukur frekuensi seseorang melakukan tindakan
ketidakjujuran akademik. Pada kuesioner APS tidak ada instruksi khusus
yang harus peneliti terapkan pada proses pengolahan data, hanya saja
penyusun kuesioner mengatakan bahwa pengolahan data kuesioner APS
dapat digabung antara bagian plagiarisme dan menyontek, ataupun dipisah.
3.6.2. Kategorisasi
Tabel 3. Kategorisasi
Variabel Jenjang Kategorisasi
Mean Standar Deviasi
Rentang Nilai Kategori
Prokrastinasi Akademik
x < (skor rerata x 10)
33,59 4,145 x < 40 Rendah
x ³ (skor rerata x 10)
x ³ 40 Tinggi
Ketidakjujuran Akademik x < (µ- 1.0s) x < 32 Rendah
(µ-1.0s) £x£(µ+1.0s)
41,98 10,031 32 £x£52 Sedang
(µ+1.0s)< x x > 52 Tinggi
53
Kategorisasi variabel prokrastinasi akademik didasari oleh panduan
penggunaan instrumen penelitian PASS yang disusun oleh Solomon dan
Rothblum pada tahun 1984, dimana apabila rerata skor yang didapatkan
³ 4 dapat dikatakan memiliki kebiasaan prokrastinasi akademik yang
tinggi. Apabila rerata skor yang didapatkan adalah < 4, berarti responden
memiliki kebiasaan prokrastinasi akademik yang rendah.
Sementara itu, pembagian kategorisasi variabel ketidakjujuran akademik
didasari oleh frekuensi responden melakukan tindakan ketidakjujuran
akademik, dikarenakan tidak ada teori yang mendasari pembagian
kategorisasi tindakan ketidakjujuran akademik, peneliti memilih untuk
membagi kategori menjadi frekuensi melakukan tindakan ketidakjujuran
akademik rendah, sedang, dan tinggi.
3.6.3. Uji Instrumen Penelitian
A. Hasil Uji Skala Prokrastinasi Akademik
Procrastination Assessment Scale-Students memiliki nilai
reliabilitas Cronbach Alpha 0,81 dengan koefisien korelasi antara
0,700 yang didapatkan dari uji Pearson Correlation. Peneliti telah
melakukan validasi ulang untuk kepentingan penelitian ini. Pada
instrument ini, peneliti mengadaptasi berdasarkan instrument asli
PASS yang disusun oleh Solomon dan Rothblum yang
berstandarkan Bahasa Inggris, yang kemudian peneliti terjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia secara mandiri, dan telah melalui
proses bimbingan mengenai isi dan konteks dengan pembimbing.
54
Peneliti melakukan uji validitas pada kuesioner PASS kepada 30
responden, dengan hasil 5 butir kuesioner yang tidak valid.
Dilakukan uji validitas kembali dengan memperbaiki tata bahasa
yang ada pada butir kuesioner kepada 40 responden yang
menghasilkan 5 butir kuesioner yang tidak valid. Dilakukan uji
validitas kembali dengan memperbaiki tata bahasa yang ada pada
butir kuesioner kepada 45 responden mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, dan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas lain, dengan hasil akhir rhitung > rtabel,
dengan 5 butir penyataan yang tidak valid dari keseluruhan butir.
Peneliti juga telah melakukan uji reliabilitas pada butir kuesioner
PASS yang valid tersebut dengan hasil nilai Cronbach’s Alpha
0,713. Nilai 0,713 pada uji reliabilitas memiliki arti kuesioner
tersebut memiliki nilai reliabilitas yang tinggi menurut kategori
koefisien reliabilitas.
B. Hasil Uji Skala Ketidakjujuran Akademik
Reliabilitas kuesioner Academic Practices Survey didapatkan
dengan menggunakan perhitungan Cronbach Alpha yang
menghasilkan nilai reliabilitas kuisioner ini adalah 0,870. Uji
validitas dilakukan menggunakan Pearson Correlation dan
didapatkan koefisien korelasi antara 0,700. Peneliti telah
melakukan validasi ulang untuk kepentingan penelitian ini. Pada
instrument ini, peneliti mengadaptasi berdasarkan instrument asli
APS yang disusun oleh Roig dan deTommaso yang berstandarkan
55
Bahasa Inggris, yang kemudian peneliti terjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia secara mandiri, dan telah melalui proses
bimbingan mengenai isi dan konteks dengan pembimbing.
Peneliti melakukan uji validitas pada kuesioner APS kepada 30
responden, dengan hasil 3 butir kuesioner yang tidak valid.
Dilakukan uji validitas kembali dengan memperbaiki tata bahasa
yang ada pada butir kuesioner kepada 40 responden yang
menghasilkan 3 butir kuesioner yang tidak valid. Dilakukan uji
validitas kembali dengan memperbaiki tata bahasa yang ada pada
butir kuesioner kepada 45 responden mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan hasil akhir rhitung > rtabel,
dengan 2 butir penyataan yang tidak valid dari keseluruhan butir.
Peneliti juga telah melakukan uji reliabilitas pada butir kuesioner
APS yang valid tersebut dengan hasil nilai Cronbach’s Alpha 0,744.
Nilai 0,744 pada uji reliabilitas memiliki arti kuesioner tersebut
memiliki nilai reliabilitas yang tinggi menurut kategori koefisien
reliabilitas. Nilai rtabel dapat dilihat pada Tabel 4. berikut.
56
Tabel 4. Tabel rtabel
N Taraf Signifikansi N Taraf Signifikansi N Taraf Signifikansi 5% 10% 5% 10% 5% 10%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 49 0,281 0,364 26 0,388 0,496 50 0,279 0,361
57
3.6.4. Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian yang dilanjutkan
dengan mengurus izin penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Setelah mendapatkan izin, penelitian ini meminta persetujuan responden melalui
pengisian lembar informed consent. Kemudian dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner. Pengumpulan data dilakukan setelah responden selesai mengisi
kuesioner. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis. Setelah analisis data,
maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan penelitian.
Pembuatan proposal penelitian skripsi
Seminar proposal penelitian skripsi
Pengajuan izin etik penelitian skripsi
Pelaksanaan penelitian skripsi
Pengumpulan data
Analisis data
Hasil dan Kesimpulan Penelitian
58
3.7. Pengumpulan Data
Data primer didapatkan dengan cara membagikan kuesioner kepada mahasiswa
aktif Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
yang memenuhi kriteria inklusi.
3.8. Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan aplikasi/program komputer
statistik untuk kebutuhan analisis. Menurut Dahlan (2014), berikut
langkah-langkah proses pengolahan data menggunakan program komputer:
A. Editing
Melakukan pengecekan ulang pada isi kuesioner apakah jawaban
yang diperoleh sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
B. Coding
Menerjemahkan data kedalam simbol yang cocok untuk keperluan
analisis.
C. Data Entry
Memasukkan data ke dalam komputer.
D. Verifying
Verifikasi secara visual data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer.
E. Computer Output
Pencetakan hasil analisis oleh program komputer.
59
3.8.2. Analisis Data
Analisis penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Penyajian data berupa jumlah atau frekuensi tiap kategori (n) dan
presentase tiap kategori (%), yang dapat digambarkan dalam bentuk
tabel atau grafik (Dahlan, 2014).
2. Analisis Bivariat
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Gamma
merupakan uji korelatif dengan syarat kedua variabel bebas dan
variabel terikat berskala kategorik ordinal. Nilai p dianggap bermakna
apabila p<0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak sehingga hubungan
bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel
dependen. Sedangkan bila p>0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima
sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
independen yang diteliti dengan variabel dependen (Besral, 2010).
3.9. Etika Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan
telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung berdasarkan dengan persetujuan etik (ethical approval) No:
3495/UN26.18/PP.05.02.00/2019. Peneliti telah melakukan informed consent pada
subjek penelitian dengan memberikan lembaran informed consent yang diisi oleh
subjek penelitian.
78
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan kebiasaan prokrastinasi
akademik dengan tindakan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Prevalensi kebiasaan prokrastinasi pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Lampung sebagai berikut, rendah yaitu 115
orang (95,83%), dan tinggi terdiri dari 5 orang (4,17%)
2. Prevalensi tindakan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung sebagai berikut, rendah
yaitu 7 orang (5,83%), sedang 100 orang (83,33%), dan tinggi 13 orang
(10,84%).
3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kebiasaaan prokrastinasi akademik dengan
tindakan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
79
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti akan memberikan beberapa
saran yang sekiranya akan berguna bagi peneliti selanjutnya, pihak universitas
maupun fakultas dan juga bagi mahasiswa. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
Bila terdapat peneliti yang ingin meneliti variabel yang sejenis dengan
penelitian ini, maka disarankan agar:
a) Memperhatikan faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi
variabel ketidakjujuran akademik.
b) Mempertimbangkan pemilihan instrumen penelitian yang digunakan,
dan disesuaikan dengan karakteristik responden.
c) Jika peneliti selanjutnya memilih untuk menggunakan instrumen
penelitian yang sama, perlu dipertimbangkan untuk uji validasi
terhadap skala yang lebih besar, dengan perbaikan atau penyesuaian
isi/konteks dari instrumen.
d) Meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan
ketidakjujuran akademik.
2. Saran Untuk Universitas dan/atau Fakultas
Pihak Universitas maupun pihak Fakultas dapat memberikan
pembinaan/kuliah singkat kepada mahasiswa untuk meminimalisir
kebiasaan prokrastinasi akademik, dan juga menggalakkan peraturan
akademik demi meminimalisir angka kejadian tindakan ketidakjujuran
akademik yang terjadi antar mahasiswa.
80
3. Saran Untuk Para Mahasiswa
Diharapkan untuk pada mahasiswa mengurangi kebiasaan prokrastinasi
akademik yang berpotensi untuk memberikan dampak negatif pada
prestasi maupun pada kepribadian diri, dan diharapkan untuk
menjauhi/mengurangi tindakan ketidakjujuran akademik yang dapat
menjadi kebiasaan yang akan terus menerus dilakukan hingga di dunia
kerja nanti.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ahmaini, D. 2010. Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Mahasiswa yang Aktif dengan yang Tidak Aktif dalam Organisasi Kemahasiswaan PEMA USU. Skripsi. Diakses tanggal 29 Mei 2012 dari http://www.isjd.pdii/lipi.go.id/admin/jurnal/.pdf
Aitken, M. E. (1982). A personality profile of the college student procastinator. Dissertation Abstracs International, 43, 722-723a.
Al-Adawiyah, R., & Syamsudin, H. 2008. Agar Ngampus Tak Sekadar Status. Surakarta: Indiva Media Kreasi.
Anitsal, I., Anitsal, M.M., & Elmore, R. 2009. Academic dishonesty and intention to cheat: a model on active versus passive academic dishonesty as perceived by business student. Academic of Educational Leadership Journal,13 (2): 17-26.
Arifah, W., Setiyani, R., Arief, S. 2018. Pengaruh prokrastinasi, tekanan akademik, religiusitas, locus of control terhadap perilaku ketidakjujuran akademik mahasiswa Pendidikan akuntansi UNNES. Economic Education Analysis Journal. Fakultas Ekonomi UNNES. Abstrak 7(1)
Aulia, F. 2015. Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan akademik pada mahasiswa. Jurnal RAP UNP Program Studi Psikologi Universitas Negeri Padang. 6(1): 23-32
Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Balkis, M.,& Duru, E. 2009. Prevalence of academic procrastination behavior among pre servic teachers and its relationship with demographics and individual preferences. Journal of Theory and Practice in Education. Vol 5, No.1
Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman & Company.
82
Becker, DJ., Connolly, P., Lentz, Morrison J. 2006. Using the business fraud triangle to predict academic dishonesty among business students. Academy of Educational Leadership Journal. 10(1): 37-54
Besral. 2010. Pengolahan dan analisa data 1 menggunakan SPSS. Jakarta: Departemen biostatistika FKM UI.
Bolin, AU. 2004. Self control, perceived opportunity, and attitudes as predictor of academic dishonesty. The Journal of Psychology Arkansas State University. 138(2): 101-114
Burka, J.B & Yuen, L.M. 1983. Procrastination: Why You Do It and What To Do About It. PA: Addison-Wesley.
Catrunada, L.,& Puspitawati, I. 2008. Procrastination Tasks Differences On Thesis Introvert and Extrovert Personality. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Skripsi
Cizek. 2003. Preventing, Detecting, and Addressing Academic Dishonesty. Handbook of The Teaching of Psychology.
Clough, P. 2003. Old and New Challenges in Automatic Plagiarism Detection. United Kingdom: Department of Information Studies, University of Sheffield.
Colby, B. 2006. Cheating: What Is It. http://clas.asu.edu/files/AI%20Flier.pdf, diakses pada tanggal 2 Desember 2018.
Cresswell, John C. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset terj. Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dahlan, MS. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Davis, S.F. 2009. Cheating in School : What We Know and What We Can Do. Chicester: Wiley Blackwell.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ellis,A.,& Knaus, W.J. 2002. Overcoming Procrastination. New York: McGraw-Hill
Evans, E. Craig, D. 1990. Adolescent cognitions for academic cheating as a function of grade level achievement status. Journal of Adolescent Research, 5(3): 325-345
Ferrari, J.R., Jhonson, J.L.,& McCown, W.G., 1995. Procrastination And Task Avoidance : Theory, Research and Treatment. New York: Plenum Press.
83
Ghufron, M. N., 2003. Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik. Yogyakarta: Pascasarjana UGM. Tesis
Ghufron, M.N.,& Risnawita, R.S. 2014. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Greene, A., Saxe, L. 1992. Everybody (else) does it: academic cheating. Presented at The Annual Meeting of The Eastern Psychological Association.
Guna, M. 2017. Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Perilaku Plagiarisme di Kalangan Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.
Harding, T., Carpenter, D., Finelli, C., Passow, H. 2004. Does Academic Dishonesty Relate to Unethical Behavior in Professional Practice? An Exploratory Study. Michigan. https://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/handle/2027.42/55268/2004%20SEE%20WES.pdf?sequence=3&isAllowed=y diakses pada tanggal 2 Desember 2018
Hartaji, Damar A. 2012. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Skripsi strata satu, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Hendricks, B. 2004. Academic dishonesty: a study in the magnitude of and justification for academic dishonesty among college undergraduate and graduate students. Journal of College Student Development. 35 (March), 212-260.
Indah, P.S dan Shofiah, V., 2012. Hubungan prokrastinasi akademik dengan ketidakjujuran akademik pada mahasiswa psikologi UIN Suska Riau. Jurnal Psikologi, 8 (1) : 29-36.
Istiana, P., Purwoko. 2016. Panduan Anti Plagiarisme. Yogyakarta: Perpustakaan Universitas Gajah Mada.
Jones, C., Hai-Jew, S. 2009. Issues of academic integrity: an online course for students addressing academic dishonesty. Merlot Journal of Online Learning and Teaching, 5(2).
Jones, D. 2011. Academic Dishonesty: Are More Students Cheating. Business Communication Quarterly, 74(2):141-150
Jones, L. 2011. Academic Integrity & Academic Dishonesty: A Handbook About Cheating&Plagiarism. Florida: Florida Institute of Technology.
Kaufman, H.E. 2008. Moral and ethical issues related to academic dishonesty on college campuses. Journal of College&Character, 9(5).
84
Kurniawan, A. 2011. Perilaku Kecurangan Akademik pada Mahasiswa Psikologi Unnes. Skripsi. Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Kusuma, L, W, A. 2010. Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas PSikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Lewellyn, P., Rodriguez, L. 2015. Does academic dishonesty relate to fraud theory? A comparative analysis. American International Journal of Contemporary Research, 5(3):294-305
Lin, C., Wen, L. 2007. Academic dishonesty in higher education. Nationwide Study in Taiwan, 54(1), 85-97
Lovett-Hooper, G., Komarraju, M., Weston, R. 2007. Is plagiarism a forerunner of other deviance? Imagined futures of academically dishonest students. Ethics & Behavior, Volume 17 : 323 36.
Mancini, M. 2003. Time Management. New York: McGraw-Hill.
Maryati, H. 2014. Hubungan Prokrastinasi Akademik Dengan Perilaku Menyontek Pada Mahasiswa. Medan: Fakultas Psikologi, Universitas Medan Area.
Mappakaya, B. A. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
McCabe, D. L., Trevino, L. K., & Butterfield, K. D., 2001. Cheating in Academic Institutions: A Decade of Research. Ethics and Behavior, 3(11) : 219-232.
Milgram, N.. 1991. Procrastination. In R. Dulbecco (Ed.), Encyclopedia of Human Biology (Vol. 6, 149-155). New York: Academic Press.
Money, B.S. 2008. Academic Dishonesty in Higher Education: The Impact of a Student Development Approach.
Pambayun, S.E.S. 2014. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Patrzek. J., Sattler. S., Veen, F.V., Grunsche, C., Fries, S., 2015. Investigating the effect of academic procrastination on the frequency and variety of academic misconduct: a panel study. Studies in Higher Education, 40(6) : 1014-29.
Pavela, G. 1997. Applying the power of association on campus: a model code of academic integrity. Journal of College and University Law, 24 (1), 1-22.
85
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pratiwi, M. 2015. Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP Ahmad Yani Turen Malang. Malang: Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Prawira, IDMS. 2014. Analisis pengaruh dimensi fraud diamond terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 3(2)
Purnamawati, S. 2016. Dinamika Perilaku Kecurangan Akademik Pada Siswa Sekolah Berbasis Agama. Program Magister Psikologi, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rizki, S. A. 2009. Hubungan Prokastinasi Akademis dan Kecurangan Akademis pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Roig, M and DeTommaso, L, 1985. Are College Cheating Plagiarism to Academic Procrastination?. Psychological Reports, (II) : 691-98.
Rujoiu, O. and Rujoiu, V., 2014. Academic dishonesty and workplace dishonesty, an overview. Bucharest, s.n : 928-38.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Erlangga.
Setiawan, I. B. 2016. Perbedaan Kecurangan Akademik Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Bidang Ilmu pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Soelistyo, H. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanesius.
Soetanto, H. 2014. Bahan Ajar: Plagiarisme Akademik. Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Solomon, L.J & Rothblum, E.D. 1984. Academic procrastination: frequency and cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology. Vol 31 No.4
Steel, P., 2007. The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin, 133(1) : 65 94.
Steel, P. 2010. Arousal, Avoidant, and Decisional Procrastinators: Do They Exist? Personality and Individual Differences, 48, 926-934.
86
Sutherland, E. H. 1970. The Sociology of Crime and Delinquency. John Wiley&Sons, Inc. Hal 208
Tice, D.M., & Baumeister, R.F. 1997. Longitudinal Study of Procrastination, Performance, Stress and Health: The Costs and Benefits of Dawdling. Psychological Science, 8(6), 454-458.
Tuckman, B. W. 1991. The Development and Concurrent Validity of The Procrastination Scale. Educational and Psychological Measurement, 51, 473-480
Ursia, N.R., Siaputra, I.B.,& Sutanto, N. 2013. Prokrastinasi Akademik dan Self-Control pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1): 1-18.
Warsiyah, 2013. Perilaku Menyontek Mahasiswa Muslim (Pengaruh Tingkat Keimanan, Prokrastinasi Akademik dan Sikap terhadap Menyontek pada Perilaku Menyontek Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo). Semarang: IAIN Walisongo. Tesis
Whitley, B. E., & Spiegel, P. 2002. Academic Dishonesty. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Witherspoon, M., et al. 2010. Academic Dishonesty of Under Graduater: Methods of Cheating. Denver, Colorado. Paper presented at The Annual Meeting of The American Educational Research Association in May.