hubungan antara self efficacy dan goal setting...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN GOAL SETTING DENGAN PRESTASI KERJA AGEN ASURANSI
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNTUK MEMENUHI
SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PSIKOLOGI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAUniversitas Islam Negeri
OLEH :
NOFIKA SARI
NIM: 106070002275
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
i
i
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN GOAL SETTING DENGAN PRESTASI KERJA AGEN ASURANSI
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNTUK MEMENUHI
SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PSIKOLOGI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAUniversitas Islam Negeri
OLEH :
NOFIKA SARI
NIM: 106070002275
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN GOAL SETTING DENGAN PRESTASI KERJA AGEN ASURANSI
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS PSIKOLOGI UNTUK MEMENUHI
SYARAT-SYARAT MENCAPAI GELAR SARJANA PSIKOLOGI
OLEH :
NOFIKA SARI
NIM : 106070002275
DI BAWAH BIMBINGAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi Miftahuddin, M.Si
NIP : 197303172006041001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1425 H/2025 M
ii
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self Efficacy dan Goal Setting dengan
Prestasi Kerja Agen Asuransi ” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2
september 2010 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi.
Jakarta, 2 September 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP : 130 885 522 NIP : 19561231983032001
Anggota
Penguji I Penguji II
Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi
NIP : 19770608 200501 2003
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi Miftahuddin, M. Si
NIP : 197303172006041001
iii
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nofika sari NIP : 106070002275 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN GOAL SETTING DENGAN PRESTASI KERJA AGEN ASURANSI adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 3 September 2010 Yang Menyatakan Nofika Sari NIM : 106070002275
ABSTRAKSI
A. Fakultas Psikologi
B. Nofika Sari
C. Hubungan Antara Self Efficacy dan Goal Setting dengan Prestasi Kerja Agen Asuransi
D. Hal : 69 +lampiran
E. Prestasi adalah tuntutan dalam semua bentuk organisasi. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan prestasi agen asuransi adalah self efficacy dan goal setting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan self efficacy dan goal setting dengan prestasi kerja agen asuransi serta ingin mengetahui besarnya sumbangan self efficacy dan goal setting terhadap prestasi kerja.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di PT Astra CMG Live dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model likert. Teknik pengolahan dan analisa dilakukan dengan analisa statistik regresi ganda.
Jumlah item valid untuk skala self efficacy adalah 21 item dengan reliabilitas sebesar 0,881, untuk skala goal setting jumlah item yang valid adalah 38 item dengan reliabilitas sebesar 0,896, sedangakan untuk skala prestasi kerja jumlah item yang valid 30 item dengan reliabilitas sebesar 0,914. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan teknik statistik maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan dengan arah positif antara self efficacy dan goal setting dengan prestasi kerja. Hal ini berarti variabel self efficacy dan goal setting secara bersama-sama memberikan konstribusi sebesar 15% bagi prestasi kerja.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambahkan faktor-faktor seperti iklim organisasi, sikap fasilitas kerja dan disarankan juga membuat alat ukur dengan pernyataan-pernyataan yang baik agar dapat mengukur apa yang ingin diukur dan disarankan untuk mengambil jumlah sampel yang lebih besar agar bisa lebih mewakili populasinya sehingga hasil penelitiannya bisa digeneralisasikan.
F. Bahan bacaan : 29 buku (1986-2005)
xiv
MOTTO
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal
yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan. Aldus Huxley
Karya sederhana ini ku persembahkan teruntuk:
• Allah SWT
• Ayah dan Ibuku tercinta, melalui cucuran keringat, tangisan, do’a
dan air mata engkau mebesarkanku. (semoga ini bukan akhir dari
usaha ananda untuk dapat membahagiakan kalian, tetapi merupakan
awal dari usaha itu)
• Adik dan kakakku tersayang (gapailah cita setinggi mungkin dan
bahagiakanlah orang tua kita selagi masih ada asa)
• Orang terkasih dalam hidupku. (terima kasih yang tak terhingga
untuk kebahagiaan yang telah kau berikan kepadaku karena kau
telah menjadikan aku bagian dari hidupmu)
iv
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan hidayah-NYA
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul “Hubungan Antara Self Efficacy dan Goal Setting dengan Prestasi
kerja Agen Asuransi”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat
merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Dalam hal ini penulis sangat menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
dimiliki, sehingga penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih sangat
jauh dari sempurna. Alhamdulilah dengan keikhlasan dan bantuan dari berbagai
pihak, sudah sepantasnya penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, beserta jajaranya di
Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak hal untuk penulis jadikan
sebagai bekal kehidupan.
2. Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi dan Miftahuddin, M.Si selaku pembimbing 1
dan pembimbing II yang telah banyak membimbing dan membagi ilmunya
kepada penulis selama belajar dan menyelesaikan penulisan skripsi ini di
Fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kedua orang tuaku tercinta, terutama bapak yang telah dengan susah payah
dan segenap jiwa raga berusaha agar ananda dapat menyelesaikan bangku
perkuliahan dan memperoleh gelar kesarjanaan.
v
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi, pimpinan dan seluruh karyawan
perpustakaan dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh jajaran staf bidang akademik Fakultas Psikologi atas bantuannya
kepada kami untuk mengurus nilai-nilai, surat izin, dan lain-lain, serta
memberikan petunjuk prosedur penyelesaian persyaratan kelulusan.
6. PT asuransi (Astra CMG Life) yang turut membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian.
7. Terimakasih juga kepada Nico Aqunaldo yang telah memberi semangat
yang besar kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik-adikku tersayang, Ahmad Sauqi Fadil, Lutsfia Aini, Mega dan kakak-
kakakku tersayang, Nurlaila Sari, Willya Sari, Sandi Alamsyah Fiky M
Habson tanteku Nurseha mamangku Jafar Sidiq terima kasih ya kalian telah
memberikan semangat.
9. Teman-teman dan sahabat-sahabatku tercinta Nurmalia, Nur Malasari dan
Marissa serta teman kelas C angkatan 2006.
10. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT dan
senantiasa berada dalam lindungan-NYA. Dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membaca khususnya dan bagi perkembangan ilmu
psikologi pada umumnya. Amien amien amien.
Jakarta, 25 Agustus 2010
Penulis
v
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………… ….. i
Halaman Persetujuan………………………………………………………. ii
Halaman Pengesahan………………………………………………………. iii
Halaman Motto dan Persembahan………………………………………….. iv
Kata Pengantar……………………………………………………………… v
Daftar Isi……………………………………………………………………. vii
Daftar Tabel………………………………………………………………… viii
Daftar Gambar……………………………………………………………… xi
Abstraksi…………………………………………………………………….. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ...........................................................................................1
Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian .......................................................8
1.2.1 Pembatasan Masalah……………........................................................8
1.2.2 Perumusan Masalah ..............................................................................9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................................9
1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................9
1.3.2 Manfaat Penelitian…………………………………………………... 9
1.4. Sistematika Penulisan .........................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prestasi Kerja ......................................................................................................12
2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja .................................................................. 12
2.1.2 Aspek-Aspek Prestasi Kerja ................................................................13
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja..............................17
2.2. Self Efficacy ........................................................................................................19
ix
2.2.1 Pengertian Self Efficacy…………………………………………… 19
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy .................................20
2.2.3 Fungsi Self Efficacy...............................................................................22
2.3. Goal Setting ........................................................................................................24
2.3.1 Pengertian Goal Setting ........................................................................24
2.3.2 Aspek-aspek Goal Setting..................................………………….. 26
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Goal Setting…………………. 27
2.3.4 Faktor-Faktor yang dipengaruhi Goal Setting ……………………. 28
2.4. Kerangka Berpikir...............................................................................................30
2.5. Hipotesis .............................................................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian....................................................................................................34
3.1.1. Pendekatan Penelitian …………………………………………….. 34
3.1.2. Metode Penelitian…………………………………………………… 34
3.2. Variabel Penelitian..............................................................................................35
3.2.1. Identifikasi variabel Penelitian …………………………………….. 35
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………… 36
3.3. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .........................................37
3.3.1. Populasi Penelitian ………………………………………………… 37
3.3.2. Sampel Penelitian…………………………………………………… 38
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………………. 38
3.4. Metode dan Instrumen Penelitian .......................................................................38
3.4.1. Metode Pengumpulan data………………………………………… 38
3.4.2. Instrumen Penelitian ……………………………………………,, 39
3.5.Teknik Uji Instrumen...............................…………………………………….. 40
3.5.1. Uji Instrumen ...........................…………………………………….. 40
3.5.2. Uji Persyaratan.........................…………………………………….. 41
ix
ix
3.6.Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....……………………………………. 41
3.7. Hasil Uji Instrumen Penelitian................…………………………………….. 43
3.7.1. Uji Reliabilitas .......................…………………………………….. 50
3.8. Prosedur Penelitian .................................……………………………………. 51
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Responden …………………………………………… 53
4.2. Analisis Data………………………………………………………………… 55
4.2.1 Uji Normalitas…………………………………………………….. 55
4.2.2 Distribusi Penyebaran Skor Subjek………………………………. 58
4.3. Hasil Penelitian………………………………………………………………. 60
BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Diskusi……………………………………………………………………… 64
5.2. Kesimpulan…………………………………………………………………. 65
5.3. Saran………………………………………………………………………… 68
5.3.1 Saran Teoritis……………………………………………………… 68
5.3.2 Saran Praktis……………………………………………………….. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blue Print Try Out Skala Self Efficacy……………………………………….. 43
Tabel 3.2. Blue Print Revisi Skala Self Efficacy………………………………………… 44
Tabel 3.3. Blue Print Try Out Skala Goal Setting………………………………………… 45
Tabel 3.4. Blue Print Revisi Skala Goal Setting………………………………………….. 46
Tabel 3.5. Blue Print Try Out Skala Prestasi Kerja………………………………………. 47
Tabel 3.6. Blue print Revisi skala Prestasi Kerja………………………………………… 49
Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………………. 53
Tabel 4.2. Responden berdasarkan tingkat Pendidikan…………………………………. 54
Tabel 4.2.4. Statistik Deskriftif…………………………………………………………… 59
Tabel 4.3.1. Model Summary……………………………………………………………. 62
Tabel 4.3.2. Variabel Removed………………………………………………………….. 63
Tabel 4.3.3. Model Summary (metode stepwise)………………………………………… 64
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 32
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di tahun 2008 menjadi periode yang penuh dengan tantangan bagi industri
asuransi jiwa. Optimisme para pelaku bisnis asuransi jiwa buyar karena terpaan
krisis global. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, pertumbuhan
premi jiwa hanya 5,2% saja. Kemudian kesulitan dalam mendapatkan nasabah
baru sangat dirasakan langsung oleh para agen asuransi. Industri asuransi
termasuk asuransi di Indonesia, sebagian besar menggunakan agen untuk menjual
dan memproduksi produk asuransi (Ali, 2002). Para agenlah yang biasanya
berhubungan langsung dengan calon pembeli dan pembeli polis asuransi.
Krisis ekonomi yang terjadi memang menjadi salah satu kondisi yang dapat
mempengaruhi kinerja agen. Namun demikian, profesi sebagai agen asuransi yang
menawarkan produk jasa yang memiliki ciri tidak teraba / maya (intangibility)
merupakan sebuah pekerjaan yang unik dan sulit. Stanton (1996) menjelaskan
bahwa membangun program promosi untuk manfaat jasa tak teraba adalah sangat
sulit bila dibandingkan dengan menjual sesuatu produk yang dapat dilihat. Ada
agen yang mampu dan kurang atau tidak mampu menjalankan pekerjaan ini.
Adanya agen yang merasa kesulitan atau tidak mampu dalam menawarkan produk
2
dan membujuk calon pembeli polis untuk membeli produknya dapat
mempengaruhi hasil yang dicapai.
Kemudian, hal ini menginspirasi agen asuransi untuk bekerja dengan baik
sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil kerja yang ia capai. Hal ini akan
menguntungkan juga bagi perusahaan dimana ia bekerja. Agen asuransi sebagai
tenaga pemasar dalam perusahaan asuransi merupakan dasar keberhasilan
perusahaan. Peningkatan kualitas SDM agen asuransi tersebut menjadi penting
mengingat kegiatan asuransi di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan dengan
kegiatan asuransi dalam lingkup ASEAN dan dunia. Hal ini, selain dikarenakan
oleh menurunnya daya beli, kesadaran berasuransi pada masyarakat Indonesia
juga masih rendah.
Sebagai suatu bentuk organisasi, perusahaan asuransi menuntut kinerja tinggi
untuk mencapai tujuannya. Bagi agen asuransi tingkat prestasi kerja yang tinggi
dapat memberikan keuntungan tersendiri seperti meningkatkan gaji, memperluas
kesempatan untuk dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan,
serta membuat ia semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya.
Sebaliknya, tingkat prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa
karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia
sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi,
dan sebaliknya kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga
menyebabkan agen tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Prestasi kerja
agen asuransi akan membawa dampak bagi agen asuransi yang bersangkutan
3
maupun perusahaan tempat ia bekerja. Hal utama yang dituntut oleh perusahaan
dari karyawannya adalah prestasi kerja mereka yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh perusahaan (Roberson dan Cooper, 1983 dalam As’ad,
1991).
Dalam lingkup yang lebih luas, Locke (dalam Jewell & Siegall 1990)
menyatakan bahwa tujuan yang sukar merupakan hasil sejauh mana anggota
organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya
yang telah diikuti. Prestasi kerja menurut Hasibuan (1990) adalah suatu hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta
waktu.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja. Menurut Timpe (1999),
faktor-faktor prestasi kerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat
seseorang. Misalnya, prestasi kerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang
mempunyai prestasi kerja buruk disebabkan orang tersebut mempunyai
kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk
memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku,target/ goal
sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja,
dan iklim organisasi.
4
Pada umumnya orang menganggap bahwa gaji yang tinggi akan mendorong
seseorang agen untuk berprestasi serta mendorong agen untuk puas dengan
pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Salah satu kebutuhan manusia yang terkuat
adalah kebutuhan untuk berprestasi, bahwa ia melakukan sesuatu, bahwa
pekerjaannya itu penting, sering tidak bersemangat dalam menjalankannya dan
sering mengeluh tentang pekerjannya. Mereka memperoleh kepuasan setelah
berhasil menyelesaikan pekerjaann yang sulit. (Anoraga, 2001).
Selain bersaing dengan perusahaan asing, seorang agen asuransi juga harus
berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya asuransi. Berbeda
dengan penjual produk finansial lainnya, seperti tabungan dan deposito.
Masyarakat Indonesia sudah cukup tinggi kesadarannya untuk menabung,
sehingga para pemasar deposito dan tabungan hanya menjual produk saja tanpa
harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya memiliki tabungan atau deposito.
Hal ini menyebabkan agen asuransi harus bekerja dua kali. Yang pertama
menyadarkan dan meyakinkan calon pembeli akan pentingnya asuransi, yang
kedua baru menjual produk (Pieloor, 2008). Untuk menyadarkan dan meyakinkan
calon pembeli, maka hal utama yang diperlukan adalah keyakinan akan
kemampuan diri sendiri. Jika seorang agen asuransi tidak yakin akan kemampuan
dirinya sendiri bagaimana mungkin ia dapat meyakinkan calon pembeli (Bandura,
1996).
Berdasarkan uraian di atas, salah satu aspek penting yang perlu diteliti adalah
self efficacy para agen asuransi. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan
5
kemampuan dirinya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam situasi
spesifik (Bandura, 1986). Semakin kuat self-efficacy yang dimiliki seseorang,
semakin terdorong untuk tetap bertahan pada aktivitas yang memiliki tantangan.
Selain itu, individu juga akan semakin terpacu untuk menghadapi masalah-
masalah yang ada dan akan mengeluarkan usaha yang lebih besar untuk
menguasai (mengatasi) masalah yang dihadapinya tersebut. Dengan demikian
maka diasumsikan prestasi kerja agen pun akan semakin meningkat. Jika
seseorang mempunyai self efficacy yang tinggi, maka harapan untuk mengerjakan
tugasnya dengan baik juga tinggi, yang pada akhirnya jika individu tersebut
diminta untuk menentukan goalnya, diharapkan ia menentukan goal setting yang
tinggi juga.
Menurut Solomon (1990), selain dapat meningkatkan besarnya usaha seorang
dalam menyelesaikan suatu tugas yang dianggapnya mudah, yang pada akhirnya
akan meningkatkan performasi atau prestasi kerja, self efficacy juga dapat
meningkatkan besarnya usaha seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas yang
dianggapnya mudah. Dengan meningkatkan self efficacy pada pekerja, sehingga
mereka memiliki goal yang tinggi pada goal setting, dan akan meningkatkan
pemasukan pada perusahaan.
Selain self efficacy, faktor lain yang ingin diteliti ialah goal setting. Goal
setting atau penentuan tujuan yang ingin dicapai seorang agen asuransi juga
penting secara spesifik, dengan tingkat goal yang dibuat cukup sulit namun tetap
dapat dicapai.
6
Penelitian yang dilakukan oleh Paula Sinta Aryani Widyastuti dan Salamah
Wahyuni tentang Pengaruh Kepribadian Terhadap Self Efficacy dan proses
penentuan tujuan atau goal setting dalam rangka memprediksi kinerja individu
menunjukan kemampuan terhadap kinerja dipengaruhi oleh self efficacy dan
penetapan tujuan atau goal setting, disamping pengaruh langsung kemampuan
terhadap kinerja. Orientasi tujuan pembelajaran, orientasi kinerja mempengaruhi
kinerja melalui pengaruhnya pada self efficacy dan penetapan tujuan. Sementara
itu self efficacy mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui
pengaruhnya terhadap penentuan tujuan. Jadi, kinerja seseorang akan menjadi
lebih baik jika ia mempunyai tujuan yang spesifik dengan demikian apa yang
dilakukannya menjadi lebih baik.
Asumsi mengenai adanya hubungan Self Efficacy dan Goal setting dengan
prestasi kerja agen asuransi perlu diteliti lebih lanjut. Karena diasumsikan bahwa
self efficacy memiliki sumbangan yang cukup besar dalam prestasi kerja seorang
agen asuransi. Selain self efficacy ada hal lain yang membuat prestasi agen
asuransi juga meningkat yaitu goal setting (penetapan tujuan) dengan adanya goal
setting maka seorang agen tentunya akan mempunyai target yang pasti dalm
penjualannya. Oleh karena itu, goal setting (penetapan tujuan) juga memberi
sumbangan yang cukup besar juga dalam prestasi kerja agen asuransi. Alasan lain
adalah karena masih sedikit sekali penelitian yang meneliti tentang agen asuransi.
7
Sehubungan dengan masalah-masalah di atas, maka penulis menganggap
perlu untuk meneliti lebih lanjut mengenai “hubungan self efficacy dan goal
setting dengan prestasi kerja agen asuransi”.
8
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya dan agar lebih terarah penelitian ini, maka
masalah utama yang akan diteliti dibatasi pada hubungan Self Efficacy dan Goal
Setting dengan Prestasi kerja Agen Asuransi.
Pada penelitian ini, konsep-konsep varians yang perlu dibatasi pengertiannya,
yaitu sebagai berikut :
a. Prestasi kerja
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu (Mangkunegara,
2006).
b. Self Efficacy
Self Efficacy adalah penilaian seseorang terhadap dirinya dan keyakinan
mengenai seberapa besar kemampuannya mengerjakan suatu tugas tertentu
(Bandura, 1986)
c. Goal Setting
Goal setting adalah proses penetapan sasaran atau tujuan dalam bidang
pekerjaan secara bersama-sama menentukan atau menetapkan sasaran atau
9
tujuan-tujuan kerja yang akan dilaksanakan tenaga kerja sebagai
pengemban tugas dalam suatu periode tertentu (Gibson, dkk, 1985).
1.2.2. Perumusan Masalah
Setelah membatasi pembatasan masalah, penulis perlu mengajukan
pertanyaan yang mengarah pada perumusan masalah dalam penulisan ini,
1. Apakah ada hubungan yang signifikan self efficacy dan goal setting dengan
prestasi kerja agen asuransi?
2. Seberapa besar kontribusi self efficacy dan goal setting terhadap prestasi
kerja agen asuransi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self efficacy dan goal
setting dengan prestasi kerja agen asuransi dan mengetahui besarnya pengaruh self
efficacy dan goal setting terhadap prestasi kerja.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah:
a. Mengembangkan pengetahuan mengenai self efficacy dan goal setting
pada prestasi kerja agen asuransi dalam kajian psikologis khususnya di
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
b. Dapat dijadikan langkah awal atau motivasi bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah:
a. Memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan asuransi sehingga
dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan self efficacy dan goal
setting dengan prestasi kerja agen asuransi.
b. Memberikan informasi yang berharga bagi orang lain yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.khususnya bagi para agen asuransi dan
pengetahuan untuk masyarakat mengenai asuransi.
1.4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, akan digunakan kaidah APA style, yaitu
kaidah penelitian berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh APA (American
Psychological Association). Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini
terdiri dari lima bab, meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, identifikasi masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sisitematika penulisan.
11
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori prestasi kerja self
efficacy, goal setting, hubungan self efficacy goal setting dengan
prestasi kerja dan hipótesis penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai pendekatan dan metode penelitian,
definisi variabel dan operasional variabel, subyek penelitian,
pengumpulan data, dan teknik análisis data dan hasil uji validitas &
reliabilitas skala.
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian
BAB V : DISKUSI , KESIMPULAN DAN SARAN
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Prestasi Kerja
2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja
Menurut Mangkunegara (2006), pengertian prestasi kerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Disebut juga sebagai kinerja atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan
performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada
“Prestasi” dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan kata “achievement”. Tetapi
karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka
dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang
dicapai”, sedangkan menurut Sirait (2000), prestasi kerja adalah proses evaluasi
prestasi atau unjuk kerja pegawi yang dilakukan oleh organisasi.
Menurut Nindyati (2003), pemahaman tentang prestasi kerja tidak bisa
dilepaskan dari pemahaman yang bersifat multidimensional. Kemauan dan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dapat terlihat
dari prestasi kerjanya, dalam usaha penerapan konsep, gagasan, ide, dengan
efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Tetapi kemampuan ini bukan hanya pada kemampuan mengelola, tetapi
13
memimpin dan mengaplikasikan semua kemampuan yang ada dalam dirinya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dalam suatu unit
perusahaan.
Dengan demikian, prestasi kerja karyawan berarti prestasi atau konstribusi
yang diberikan oleh karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
serta fungsinya sebagai karyawan dari perusahaan. Selain itu, prestasi kerja
dibatasi sebagai hasil dari perilaku kerja karyawan yang menunjang tercapainya
output atau prestasi dan berkaitan dengan usaha untuk menyelesaikan tugasnya
pada periode waktu tertentu.
2.1.2 Aspek-aspek prestai kerja
Menurut Hasibuan (2000), aspek-aspek yang dinilai dari prestasi kerja
mencakup.
1. Kesetiaan
Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang
tidak bertanggung jawab.
2. Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaan.
14
3. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahan.
4. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
5. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan
kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
6. Kerja sama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan
karyawan lainnya secara vertical dan horizontal di dalam maupun di luar
pekerjaan sehingga hail pekerjaan akan semakin baik.
15
7. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain
atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8. Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,
memberi kesan meyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta
berpenampilan simpatik dan wajar.
9. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan,
mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyeselesaian masalah
yang dihadapinya.
10. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam meyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
16
11. Tanggung jawab
Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
Unsur prestasi karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau
perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai
mencakup seperti hal-hal diatas.
Sedangkan menurut Ranupandojo (2000), pemilihan aspek-aspek yang
digunakan dalam penilaian prestasi kerja merupakan hal yang paling sulit dan
memerlukan pertimbangan yang mendalam dari pihak manajemen perusahaan.
Aspek yang dipilih biasanya berkisar antara 4 sampai dengan 12 aspek.
Sebenarnya semakin banyak aspek yag dipertimbangkan semakin teliti penilaian
tersebut. Tetapi yang penting adalah apakah aspek-aspek tersebut cukup mewakili
persyaratan prestasi kerja yang dinilai.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan dari
Ranupandojo (2000), yaitu ada empat aspek yang biasa dipakai untuk menilai
prestasi kerja yaitu:
1. Kualitas kerja, indikatornya ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan.
2. Kuantitas kerja, indikatornya output, perlu diperhatikan juga bukan hanya
output rutin, tetapi juga seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja “ekstra”.
17
3. Dapat tidaknya diandalkan, indikatornya mengikuti instruksi, inisiatif, hati-
hati, kerajinan.
4. Sikap, indikatornya sikap terhadap perusahaan karyawan lain dan pekerjaan
serta kerja sama.
Jadi, berdasarkan aspek-aspek prestasi kerja di atas sangat penting bagi
seorang karayawan agar dapat memiliki prestasi kerja yang baik yaitu kerjasama
seperti mampu berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan para karyawan
lainya, agar dapat menguasai pekerjaan yang diberikan kepadanya, menyusun
program apa yang akan dikerjakannya, melaksanakan pekerjaannya dan pada
akhirnya akan mampu mencapai prestasi kerja yang baik pula. Dengan demikian
kualitas perusahaan yang baik atau sukses akan dapat diraih.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
Menurut (Timpe, 1999), factor-faktor prestasi kerja terdiri dari factor internal
dan factor eksternal. Factor internal (disposisional) yaitu factor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, keyakinan yang dimiliki seseorang
mengenai kemampuannya (self efficacy), prestasi kerja seseorang baik disebabkan
karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,
sedangkan seseorang mempunyai prestasi kerja buruk disebabkan orang tersebut
mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya
untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor yang
18
mempengaruhi prestasi kerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti
perilaku,target/ goal sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau
pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Sedangkan menurut (Anoraga, 2001) pada umumnya orang menganggap
bahwa gaji yang tinggi, pendapatan yang tinggi akan mendorong seseorang agen
untuk berprestasi serta mendorong agen untuk puas dengan pekerjaan serta
lingkungan kerjanya. Salah satu kebutuhan manusia yang terkuat adalah
kebutuhan untuk merasa berprestasi, bahwa ia melakukan sesuatu, bahwa
pekerjaannya itu penting, sering tidak bersemangat dalam menjalankannya dan
sering mengeluh tentang pekerjannya. Mereka memperoleh kepuasan setelah
berhasil menyelesaikan pekerjaann yang sulit (Anoraga, 2001).
Dapatlah diduga bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh self efficacy dan goal
setting. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan meneliti mengenai hubungan self
efficacy dan goal setting dengan prestasi kerja pada agen asuransi.
19
2.2. Self Efficacy
2.2.1 Pengertian Self Efficacy
Kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu tidak hanya oleh
pengetahuan atau wawasan mengenai suatu hal. Bandura (1986) menyebutkan
satu istilah yang merupakan media perantara antara apa yang diketahui individu
dengan perilakunya yaitu self efficacy dan kemudian mendefinisikannya sebagai
suatu keyakinan atas kemampuan diri sendiri untuk mengatur dan bertindak dalam
menghadapi situasi tertentu.
Penilaian mengenai kemampuan diri tersebut berkaitan dengan sikap
subyektif individu, karena menilai kemampuannya berdasarkan persepsi mengenai
dirinya sendiri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Brown & Brook (1990) bahwa
self efficacy merupakan penilaian yang subyektif atas kemampuan yang dimiliki
individu berkaitan dengan hal tertentu, sehingga self efficacy tidak tergantung dari
kemampuan obyektif yang dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih berkaitan dengan
keyakinan seseorang tentang kemampuannya.
Banyak ahli telah mengembangkan dan melakukan penelitian mengenai
konsep self efficacy. Bandura adalah salah satu tokoh yang paling konsisten
mengangkat konsep ini. Menurut Bandura self Efficacy adalah belief atau
keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil
(outcomes) yang positif (Santrock, 2001).
20
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan self efficacy adalah
penilaian seseorang terhadap dirinya dan keyakinan mengenai beberapa besar
kemampuannya mengerjakan suatu tugas tertentu. Kemudian diartikan sebagai
keyakinan individu akan kemampuan dan kompetensinya atas kinerja tugas yang
diberikan untuk mencapai tujuan dan mengatasi hambatan.
2.2.2. Ciri-ciri Self Efficacy
Menurut Bandura self Efficacy adalah belief atau keyakinan seseorang bahwa
ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif
(Santrock, 2001). Ciri-ciri dari self efficacy yaitu:
1. Penilaian terhadap dirinya
2. Keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Self efficacy seseorang menurut Bandura (1989) dipengaruhi oleh empat
sumber informasi, yakni:
1. Hasil kerja yang dicapai secara nyata (performance Accomplishment).
Hasil kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas merupakan
sumber informasi yang sangat berpengaruh karena didasari oleh
pengalaman nyata dalam penguasaan suatu tugas. Suatu kesuksesan
21
yang diperoleh akan menigkatkan keyakinan seseorang akan
kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas sedangkan
sebaliknya kegagalan yang sering dialami akan menghasilkan rendahya
persepsi seseorang mengenai kemampuannya dalam menyelesaikan
suatu tugas (baron & Byrne, 1994). Pada percobaan Bandura (1986)
peningkatan self efficacy bisa ditanamkan melalui pengalaman sukses
secara langsung jika seorang agen asuransi selalu berhasil menjual
polis asuransi, maka hal ini akan meningkatkan self efficacy dirinya.
Sebaliknya jika seorang agen asuansi gagal berulang kali dalam
menjual polis asuransi, maka hal ini menyebabkan self efficacy dirinya
menurun.
2. Observasi terhadap pengalaman orang lain (vicarious experience).
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan
dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas tertentu akan
meningkatkan keyakinan individu dalam megerjakan suatu tugas yang
sama.
3. Persuasi verbal mengenai kondisi individu. Informasi tentang
kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh orang lain biasanya
digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa mereka cukup mampu
untuk mengerjakan tugas tertentu. Keyakinan ini dapat meningkat self
efficacy sehingga diharapkan dapat mendorong orang tersebut untuk
melakukan tugas tersebut untuk melakukan tugas
22
4. Kondisi fisiologis seseorang (physiological state). Dalam menilai
kemampuan seseorang dipengaruhi oleh informasi mengenai keadaan
fisiknya. Tanda-tanda fisiologis, seperti detak jantung dan keringat
dingin, juga menghasilkan informasi mengenai kemampuan seseorang.
Hal-hal tersebut diatas dapat diasosiasikan sebagai stress dan
ketegangan yang mengindikasikan ketidakmamuan seseorang.
(Bandura, 1990). Untuk mengubah dan memodifikasi self efficacy
dengan jenis informasi ini (tanda-tanda fisiologis), individu dapat
menigkatkan keadaan fisiknya, mengurangi tingkat stress, dan
mengubah cara individu dalam menginterpretasikan keadaan tubuhnya
(Bandura, 1990).
2.2.4. Fungsi self efficacy
Menurut Bandura (1986), self efficacy berpengaruh pada individu dalam
beberapa hal yaitu :
a. Pilihan tingkah laku
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang harus mengambil keputusan
mengenai aktivitas yang akan dilakukannya, waktu luang yang akan
digunakan dan lama kegiatan tersebut dilakukan.
b. Usaha dan ketekunan berusaha
Menurut Gould dan Weiss (1981 dalam Baron & Byrne, 1994) self
efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan dan
23
seberapa lama seseorang mampu bertahan mengalami tantangan dan
pengalaman yang buruk. Orang yang menilai diriya memiliki self
efficacy tinggi pada suatu tugas atau kegiatan tertentu akan berusaha
keras untuk mengerjakannya. Orang yang menilai dirinya memiliki self
efficacy tinggi, jika ia mengalami kesulitan akan memperbesar
usahanya sedangkan orang yang memiliki self efficacy yang rendah
tidak akan berusaha keras bila mengalami kesulitan, akan mengurangi
usahanya dan lebih mudah menyerah dalam menghadapi tantangan
tugas ini serta memiliki perasaan dirinya tidak mampu.
c. Pola pikir dan reaksi emosi
Penilaian seorang terhadap kemampuan dirinya mempengaruhi pola
pikir dan reaksi emosional sewaktu melakukan transaksi dengan
lingkungan.
d. Sebagai peramal tingkah laku selanjutnya
Dengan demikian orang-orang yang memiliki self efficacy tinggi
memiliki keterlibatan yang lebih banyak dengan lingkungan
sekitarnya. Demikian pula dalam mengerjakan tugas dimasa yang akan
datang dia akan menjadi lebih terlibat dan tidak mudah menyerah
karena menurut mereka usaha yag dihasilkan disebabkan karena
kinerja keras dan kemampuan mereka. Sebaliknya bagi orang yang
memiliki self efficacy yang rendah ia akan menghindar dari
24
keterlibatan mengerjakan tugas bahkan cenderung lebih pemalu dan
pasrah dalam menerima hasil.
e. Sebagai penentu performasi selanjutnya
Banyak hasil penelitian yang menunjukan bahwa self efficacy secara
signifikan mempengaruhi prestasi kerja yang ditampilkan seseorang.
Solomon (dalam Stenberg, 1990) mengatakan bahwa selain dapat
meningkatkan performasi atau prestasi kerja, self efficacy juga dapat
meningkatkan besarnya usaha seseorang dalam menyelesaikan suatu
tugas yang dianggapnya mudah, yang pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi kerja individu tersebut. Penelitian sebelumnya
telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara self
efficacy dengan seseorang dalam menjalankan tugas.
Kepuasan dalam bekerja dapat diperoleh dari situasi dimana penghasilan dan
kepuasan diri serta meningkatkan self efficacy dalam diri terjadi secara
bersamaan. Seorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi, maka harapan
untuk mengerjakan tugasnya dengan baik juga tinggi, yang pada akhirnya individu
tersebut akan menentukan goal yang tinggi juga
25
2.3 Goal Setting
Locke (1960) mengemukakan bahwa maksud-maksud untuk bekerja ke arah
suatu tujuan merupakan sumber utama dari motivasi kerja. Untuk memahami
motivasi kerja dan mengembangkan teknik untuk meningkatkan motivasi kerja
diantara para pekerja. Salah satu caranya adalah menggunakan teori mengenai
goal setting.
2.3.1. Pengertian Goal Setting
Menurut Rubin (dalam Aamodt, 2002) Goal Setting adalah salah satu bentuk
teknik motivasi verbal untuk membangkitkan respon-respon yang telah dikenal
dalam menghadapi suatu tugas atau situasi “aurosal familiarity of responsis”.
Goal setting adalah penetapan apa yang hendak dicapai seseorang (Lock &
Lantham, dalam Woolfolk, 1998).
Locke dan Latham (dalam Pintrich & Schunk, 1996) mengatakan bahwa
definisi goal adalah sesuatu yang secara sadar diusahakan individu agar tercapai,
tetapi hal tersebut berada diluar individu tersebut. Menurut Newstrom dan Davis
(1996), goal adalah target dan objektif untuk performasi dimasa yang akan datang.
Locke (1990) menyatakan bahwa setiap orang akan membuat perhitungan
dalam membuat goal. Ketika seseorang telah menentukan goal untuk dirinya maka
ia akan memiliki motivasi dan berusaha untuk mencapai goal yang telah
dibuatnya. Goal tersebut akan mempengaruhi performasi mereka dalam bekerja.
26
Goal setting bisa bekerja sebagai proses motivasional karena goal setting bisa
menciptakan diskrepansi antara performasi saat ini dengan performasi yang
diarapkan. Misalnya pada pegawai asuransi dapat dilihat jika performasinya saat
ini lebih rendah dari goal yang telah ditetapkannya maka dapat terlihat gap atau
deskrepansi diantaranya dan hal ini dapat menjadi motivator bagi dirinya.
Menurut Kotler (1988), semakin tinggi motivasi seorang penjual, maka
semakin bersar juga usaha yang dilakukannya, semakin besar usaha akan
menghasilkan performasi yang semakin tinggi, performasi yang semakin tinggi
akan menghasilkan reward yang lebih besar, reward yang lebih besar akan
menghasilkan kepuasan yang lebih besar, dan kepuasan yang lebih besar akan
menghasilkan motivasi yang lebih besar.
Griffin dan Ebbert (1996) mengatakan bahwa goal setting mempunyai dua
karakteristik utama. Pertama, goal setting yang ditetapkan mempunyai derajat
kesulitan menengah. Bila suatu goal terlalu mudah, goal tersebut tidak akan
meningkatkan usaha dan motivasi. Tetapi goal yang terlalu sulit juga gagal
memotivasi agen asuransi. Kedua, tujuan harus brsifat spesifik. Suatu goal yang
“do your best” misalnya, goal jenis ini tidak akan memotivasi agen asuransi
setinggi jenis goal yang spesifik. Kespesifikan tujuan ini digunakan untuk
memfokuskan perhatian dan energi tepat pada apa yang harus dilakukan.
27
2.3.2. Aspek-Aspek Goal setting
Rubin (2002) dengan menggunakan akronim bahasa inggris –SMART
objective- berikut ini adalah aspek yang dapat mengukur dan menjelaskan
mengenai tujuan yang dimiliki oleh seorang agen asuransi.
1. Specific, tujuan menunjukkan kepada agen mengenai apa yang harus
dilakukannya disertai prosedur pencapaian, dan hasil yang diharapkan
perusahaan.
2. Measurable, tujuan seorang agen harus dapat diukur dalam pengertian
kuantitatif dan kualitatif.
3 Attainable, yang dimaksudkan disini adalah goal setting yang dibuat haruslah
bisa dicapai oleh oang yang menjalaninya. Pada penelitian ini agen asuransi
diminta untuk membuat goal yang sesuai dengan kemampuan mereka
sehingga dapat dicapai.
4 Reasonable, tujuan harus dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia.
5 Timely, hasil pencapaian tujuan harus tetap dan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
28
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Goal Setting
Menurut Davis & Newstrom (1990) mnyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi goal setting adalah penerimaan,komitmen dan spesifikasi Untuk
menjelaskan bagaimana terjadinya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap sistem
penetapan sasaran atau target berdasarkan hasil ini (goal setting), di bawah ini
akan dijelaskan pengertian satu persatu faktor-faktor tersebut.
a. Penerimaan
Penerimaan terhadap sasaran atau target yang tenaga kerja sebab tujuan
ditetapkan terjadi karena adanya kemauan untuk menerima target yang
dibebankan, sasaran yang efektif tidak hanya cukup diketahui saja tetapi juga
harus dapat diterima tenaga kerja untuk dilaksanakan.
b. Komitmen
Pengertian komitmen secara umum adalah adanya suatu kesepakatan atau
persetujuan antara tenaga kerja dengan perusahaan. Gibson dkk (1985)
mengemukakan pengertian komitmen adalah keadaan yang melibatkan
identifikasi dan loyalitas yang diwujudkan terhadap perusahaan tempat individu
bekerja.
c. Spesifikasi
Pengertian spesifikasi atau kesamaan sasaran tujuan menurut Gibson dkk,
(1985) adalah derajat secara kuantitatif dari pada sasaran atau tujuan itu.
29
d. Umpan Balik
Umpan balik kerja ini adalah informasi yang berasal dari dlam pengolahan
pekerjaan, informasi dari orang lain, bagaimana keadaan pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan apakh tergolong sukses, berhasil atau tidak berhasil.
e. Partisipasi
Menurut Beac (1975) partisipasi adalah proses yang melibatkan tenaga kerja
dalam aktivitas organisasi secara mental dan fisik. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa partisipasi umumnya dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
tenaga kerja untuk mengemukakan sumbangan pikiran terhadap pemecahan
masalah dan tindak lanjut pelaksanaan kerja.
f. Tantangan
Adanya tingkat tantangan dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan
akan membuat tenaga kerja bekerja lebih keras dan bersungguh-sungguh dari pada
tidak ada tantangan sama sekali.
2.3.4. Faktor-Faktor Yang Dipengaruhi Goal Setting
Locke et al (1981 dalam Bandura, 1986) mengemukakan proses bagaimana
goal pada goal setting dapat meningkatkan prestasi kerja dari seseorang,
Mekanisme tersebut adalah:
• Mengarahkan perhatian dan aktivitas untuk mecapai goal
• Meningkatkan daya usaha dalam pencapaian target usaha
30
• Meningkatkan daya tahan ketekunan serta keuletan dalam mencapai target
usaha.
• Mengembangkan strategi pencapaian goal.
Menurut Locke et al (1990) hubungan antara goal dan prestasi kerja yang
ditampilkan digambarkan dalam bentuk kurva linear,yang berarti semakin sulit
atau detail suatu goal maka semakin tinggi juga prestasi kerja yang dicapai. Akan
tetapi ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu pertama kemampuan (ability)
yang memadai, kedua penerimaan (acceptence) terhadap sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu pekerja ikut menentukan goal untuk
dirinya sendiri. Yang ketiga diberikannya umpan balik. Agen asuransi diminta
untuk menentukan goalnya sendiri agar bisa menerima hasil yang didapat.
Menurut Locke dan Lantham (dalam Baron & Byrne, 1994) motivasi
seseorang meningkat tinggi ketika individu mempunyai goal yang spesifik sesuai
dengan pekerjaan mereka. Hal ini terjadi karena individu tersebut
membandingkan antara performasi individu saat ini dengan prestasi kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai goal yang ditentukan . jika ada perbedaan maka para
pekerja biasannya meningkatkan usaha mereka dalam rangka mencapai goal yang
ditentukan.
31
2.4. Kerangka Berpikir
Sebagai suatu bentuk organisasi, perusahaan asuransi menuntut kinerja tinggi
untuk mencapai tujuannya. Tingkat prestasi kerja karyawan yang rendah
menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam
pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang
tingkatannya lebih tinggi.
Oleh karena itu, prestasi kerja agen asuransi akan membawa dampak bagi
agen asuransi yang bersangkutan maupun perusahaan tempat ia bekerja. Prestasi
kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Sebaliknya,
prestasi kerja agen yang rendah dapat menurunkan tingkat kualitas dan
produktivitas kerja, meningkatkan tingkat keluar masuk agen, yang pada akhirnya
akan berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Hal utama yang dituntut
oleh perusahaan dari para agen asuransi adalah prestasi kerja mereka yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Roberson dan Cooper,
1983 dalam As’ad, 1991).
Sebagai seorang agen asuransi harus berusaha meningkatkan kesadaran
masyarakat akan perlunya asuransi. Berbeda dengan penjual produk financial
lainnya, seperti yang ditawarkan oleh agen tentang perlunya menabung, atau
mendepositokan uang.
Agen asuransi harus bekerja dua kali, yaitu menyadarkan dan meyakinkan
calon pembeli akan pentingnya asuransi, kemudian, baru menjual produk. Untuk
32
menyadarkan dan meyakinkan calon pembeli, maka hal utama yang diperlukan
oleh seorang agen asuransi adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri atau
disebut dengan self efficacy. Jika seorang agen asuransi tidak yakin akan
kemampuan dirinya sendiri bagaimana mungkin ia dapat meyakinkan calon
pembeli. Saat ini sudah banyak perusahaan asuransi yang meningkatkan kinerja
para agen dengan menanamkan self efficacy pada para pekerja agen asuransinya.
Menurut Solomon (dalam As’ad, 1990), selain self efficacy dapat
meningkatkan besarnya usaha seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas yang
dianggapnya mudah, self efficacy juga dapat meningkatkan besarnya usaha
seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas yang dianggapnya mudah, yang pada
akhirnya akan meningkatkan prestasi kerja individu tersebut.
Selain self efficacy ada faktor lain yang dapat meningkatkan produktivitas
seorang agen asuransi yaitu goal setting atau penetapan tujuan. Dengan adanya
tujuan yang akan dicapai maka seorang agen asuransi mempunyai target yang
pasti. Dengan demikian, nantinya seorang agen akan bekerja lebih giat lagi karena
ingin mencapai target yang ia buat dan akan memberi keuntungan pada
perusahaan.
Penelitian ini dimaksud untuk menguji apakah ada hubungan antara self
efficacy dan goal setting dengan prestasi kerja pada agen asuransi dan seberapa
besar sumbangan yang diberikan oleh 2 variabel tersebut. Asumsi dasar dari
penelitian mengenai adanya hubungan Self Efficacy dan Goal setting dengan
prestasi kerja. Selain self efficacy ada hal lain yang membuat prestasi agen
33
asuransi juga meningkat yaitu goal setting (penetapan tujuan) dengan adanya goal
setting maka seorang agen tentunya akan mempunyai target yang pasti dalam
penjualannya. Oleh karena itu goal setting (penetapan tujuan) juga memberi
sumbangan yang cukup besar juga dalam prestasi kerja agen asuransi.
Gambar 2.1
Skema Hubungan Antara Self Efficacy dan Goal Setting Dengan Prestasi Kerja
Prestasi Kerja
Goal Setting
Self Efficacy
34
2.3. Hipotesis
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara self efficacy dan goal setting
dengan prestasi kerja
H0 : Tidak ada hubungan antara self efficacy dan goal setting dengan prestasi
kerja
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dimana
pendekatan kuantitatif bekerja dengan angka, yang datanya berupa bilangan (skor
atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis menggunakan statistik untuk
menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik (Alsa,
2004).
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
korelasional dengan mempelajari keeratan hubungan antara variabel-variabel
bebas dengan variabel terikat. Menurut Suryabrata (1997), penelitian korelasional
digunakan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan variasi-variasi pada faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi, yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya keterkaitan hubungan
tersebut.
36
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan
tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla,
et,al.,2006:87).
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Kerlinger (1990) variabel ialah sesuatu yang nilainya berubah-rubah
atau berbeda-beda. Nilai karakteristik suatu elemen merupakan nilai variabel dan
biasanya menunjukkan suatu variabel dipergunakan bilangan atau nilai (X, Y, Z).
Penelitian ini terdiri dari 3 variabel, yaitu independent variabel atau variabel
bebas terdiri dari 2 (variabel) dan dependent variabel atau variabel terikat terdiri
dari 1 (variabel).
Independent variabel (variabel bebas) :
Self efficacy (X1)
Goal setting (X2).
Dependent variabel :
Prestasi kerja(Y).
37
3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel bebas (IV)
Variable bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Self efficacy dan
goal setting
Definisi Operasional self efficacy (X1)
Self efficacy didefinisikan sebagai keyakinan sebagai seseorang akan
kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan menjual asuransi untuk mencapai
hasil tertentu. Yang mempunyai 2 ciri, yaitu: keyakinan diri sendiri dan penilaian
diri.
Goal setting
Definisi operasional goal setting adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
pekerja dalam jangka waktu satu bulan secara spesifik. Wirawan (2009)
mengemukakan aspek-aspek yang dapat mengukur dan menjelaskan mengenai
tujuan yaitu: Spesific, Measurable, Attainable, Reasonable dan Timely
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah objek dari suatu studi atau penelitian, variabel terikat
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi kerja.
a. Definisi Operasional Prestasi Kerja (Y)
Definisi operasional prestasi kerja dalam menjual asuransi adalah premi yang
diperoleh agen asuransi dalam waktu satu bulan terakhir.untuk mengukur prestasi
38
kerja seorang agen maka peneliti menggunakan teori Ranupandojo (2000), ada 4
aspek yang dapat mengukur prestasi kerja agen yaitu Kualitas kerja, indikatornya
ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan. kuntitas kerja, indikatornya
output, perlu diperhatikan juga bukan hanya output rutin, tetapi juga seberapa
cepat bisa menyelesaikan kerja “ekstra”. Dapat tidaknya diandalkan, indikatornya
mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan. Sikap, indikatornya sikap
terhadap perusahaan karyawan lain dan pekerjaan serta kerja sama.
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002). Populasi
dalam penelitian ini adalah agen asuransi PT Astra CMG Live, yang memiliki
populasi sebanyak 100 orang yang terdiri dari 60 laki-laki dan 40 wanita. Adapun
karakteristik populasinya adalah sebagai berikut:
1. Agen Asuransi
2. Laki-laki ataupun perempuan
39
3.3.2 Sampel Penelitian
Sedangkan sampel adalah himpunan atau elemen yang akan diteliti dan
dianggap dapat menggambarkan populasinya (Salam & Aripin, 2006). Adapun
jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
teknik Total random sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari
suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama
(Sevilla, 1993). Dengan metode total sampling yaitu teknik sampling yang
menggunakan seluruh populasi menjadi anggota sampel (Soehartono,2002).
3.4 Metode dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket.
Sedangkan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala, dimana skala adalah suatu perangkat simbol atau angka-angka yang
ditetapkan menurut aturan individu atau tingkah laku mereka (Sevilla, 1993). Di
dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 macam skala yaitu Skala self
efficacy, skala goal setting dan skala prestasi kerja.
40
3.4.2 Instrumen Penelitian
a. Skala self efficacy (X1)
Pada skala self efficacy, skala ini diukur melalui 2 ciri, yaitu: keyakinan diri
sendiri dan penilaian diri sendiri Skala ini terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu
Sangat Yakin (SY), Yakin (Y), Tidak Yakin (TY), Sangat Tidak Yakin (STY).
Item-item tersebut terdiri dari item favorabel dan unfavorabel. Untuk item
favorabel, pilihan jawaban Sangat yakin (SY) diberi nilai 4, Yakin (Y) diberi nilai
3, Tidak Yakin (TY) diberi nilai 2, Sangat Tidak Yakin (STY) diberi nilai 1.
Sedangkan untuk item unfavorabel, pilihan jawaban Sangat yakin (SY) diberi nilai
1, Yakin (Y) diberi nilai 2, Tidak Yakin (TY) diberi nilai 3, Sangat Tidak Yakin
(STY) diberi nilai 4.
b. Skala Goal setting(X2)
Pada skala goal setting, penulis menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh
peneliti dan komponen objeknya didasarkan pada aspek-aspek oleh Rubin (2002)
yaitu Spesifik, measurable, attainable,reasonable dan Timely. Skala yang
digunakan oleh penulis dalam metode pengumpulan data untuk skala goal setting
adalah skala likert yan memiliki 4 kategori jawaban yang sudah ada yaitu Sangan
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju.
c. Skala Prestasi Kerja (Y)
Pada skala Prestasi kerja, penulis mengunakan skala yang dibuat sendiri oleh
peneliti dan komponennya yaitu menurut Ranupandojo (2000) kualitas kerja,
41
kuantitas kerja, dapat tidaknya diandalkan dan sikap. Metode pengumpulan data
untuk skala prestasi kerja, menggunakan skala model Likert yang terdiri dari 4
kategori jawaban yaitu Sangan Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju.
3.5. Teknik Uji Instrumen
3.5.1. Uji Instrumen
Sebelum penelitian ini dilaksanakan peneliti melakukan uji instrument kepada
60 orang dari sampel penelitian. Uji instrumen ini dilaksanakan dengan tujuan :
a. Mengetahui tingkat validitas instrumen
b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk mengatur
tingkat reliabilitas dari item tersebut maka digunakan teknik Alpha Cronbach
(Saifudin Azwar, 2003)
3.5.2. Uji Persyaratan
Uji persyaratan ini adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam
mengolah data. Uji persyaratan yang digunakan disini adalah uji normalitas
dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.
42
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran hipotesis.
Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis multi regresi,
untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara variabel X1 (self efficacy) dan
X2 (goal setting) dengan variabel Y (prestasi kerja). Analisis multi regresi adalah
suatu metode untuk mengakaji akibat-akibat dan besarnya akibat dari lebih satu
variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip
korelasi dan regresi (Kerlinger, 1990).
Besarnya suatu (korelasi) ditunjukkan dengan koefisien korelasi. Apabila
tanda koefisien korelasi positif (+) maka arah hubungannya searah dan jika tanda
koefisien korelasi negative (-) maka hubungannya berlawanan arah.Jika r hitung
lebih besar daripada r tabel maka korelasi dianggap signifikan (Ha diterima dan
Hi ditolak). Namun, apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel maka korelasi
dianggap tidak signifikan (Ha ditolak dan Hi diterima).
1. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas instrument (uji validitas) untuk menghitungnya
penulis menggunakan program SPSS Versi 17.0.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukan sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi 2 kali atau lebih atau dapat dipercaya
43
(apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama).
Untuk menghitung reliabilitas alat pengumpulan data (uji reliabilitas) digunakan
teknik Alpha Cronbach, dengan perhitungan menggunakan program SPSS Versi
17.0.
3. Uji regresi ganda, yang digunakan untuk menguji hipotesis, berikut rumusnya :
Y= a+b1X1+b2X2 (Sulistiyono,2006).
Keterangan:
Y: Nilai yang diprediksi (DV)
X: Nilai variabel prediktor (IV)
a: Koefisien variabel
b: Konstanta
3.7. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Berikut ini adalah blue print self efficacy, goal setting dan prestasi kerja
44
Skala self efficacy (X1)
Item self efficacy dibuat dengan menggunakan teori dari Bandura (1986)
Tabel 3.1
Blue Print Try Out Skala Self Efficacy
NO Karakteristik Item Fav. Item Unfav. Total
1 Keyakinan diri sendiri
11,12,17,10,7 23,16,24,18,1,
2
11
2 Penilaian diri sendiri
13,16,22,9,5
3,7, 8,
15,25,6,4,14
19,
14
Total 13 12 25
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 25 item dalam instrument ini,diperoleh 21
yang valid yaitu item nomor: 1,2,3,4,5,6,10,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,24,25
sedangkan 4 item lainnya tidak valid yaitu pada item nomor:7,11,20,22. Semua
item yang valid digunakan sebagai alat ukur penelitian. Berikut ini adalah blue
print revisi self efficacy
Tabel 3.2
Blue Print Revisi Skala Self Efficacy
NO Karakteristik Item Fav. Item Unfav. Total
1 Keyakinan diri sendiri
12,17,10,7 23,24,18,1, 2 9
2 Penilaian diri sendiri
13,16,9,5
3,8,
15,25,6,4,14
19
12
Total 10 11 21
45
Skala Goal setting (X2)
Item goal setting dibuat dengan menggunakan teori Rubin.
Tabel 3.3
Blue print Try Out Skala Goal Setting
N
O
DIMENSI INDIKATOR Item Fav. Item Unfav. Tota
l
1 Spesifikasi • Sasaran kerja
9,23,48,24,
10,25,11,17,28
,
29
12,27,13,14
,
26,31,44,16
,
34
19
2 Terukur (measurable)
• Target yang jelas dan terarah
15,6,8,17 7,46,36,37 8
3 Bisa dicapai
• Target-target yang dapat dicapai
43,45,18,20,
38,35
3,22,40,33
5,19,39,41
2,42,21
16
4 Ada batas waktu
• Menyesuaikan waktu klien
1,4 47,34 4
TOTAL 48
46
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 48 item dalam instrument ini, diperoleh 38
item yang valid yaitu nomor:
1,2,4,5,6,9,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,30,31,32,33,34,38
,39,40,41,42,43,44,45,46 sedangkan 10 item lainnya tidak valid yaitu pada item
nomor:3,7,8,12,28,29,35,36,47,48. Semua item yang valid digunakan sebagai alat
ukur penelitian. Berikut ini adalah blue print revisi goal setting.
Tabel 3.4
Blue print Revisi Skala Goal Setting
NO DIMENSI INDIKATOR Item Fav. Item
Unfav.
Total
1 Spesifikasi • Sasaran kerja yang diinginkan perusahaan
9,48,10,
25,11,17
12,27,
13,14,26
31,44
34
14
2 Terukur • Memiliki target yang jelas dan terarah
15,6,8,17 46,
37
6
3 Bisa dicapai • Target-target yang bisa dicapai
43,45,18,38
3,22,40,33
5,19,39
42,21
13
4 Ada batas waktu
• Menyesuaikan waktu klien
1,4 47,34 4
TOTAL 38
47
Skala Prestasi Kerja (Y)
Item skala prestasi kerja dibuat dengan mengunakan teori dari Ranupandojo(2000)
Tabel 3.5
Blue Print Try Out Skala Prestasi Kerja
NO DIMENSI INDIKATOR Item Fav. Item
Unfav.
Total
1 Kualitas kerja
• Ketepatan
• Ketelitian
• Keterampilan
• kebersihan
1
37
4
5
2
36
3,32
31
9
2 Kuantitas kerja
• out put rutin
• seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja “ekstra
30,34
13,29,14
33,35
23,25
9
3 Dapat tidaknya diandalkan
• intruksi
• inisiatif
• Hati-hati
• kerajinan
22
16,26
9,27
12
24
15
17,10
11
11
4 Sikap • terhadap perusahaan
• karyawan lain
• pekerjaan
• kerja sama
6
19
7
20
21
18
8
28
8
TOTAL 37
48
Berdasarkan hasil uji coba terhadap 37 item dalam instrument ini, diperoleh 30
item yang valid yaitu item nomor:
1,2,3,4,5,6,9,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,34,36,
37 sedangkan 7item lainnya tidak valid yaitu pada item nomor: 7,
8,10,11,19,26,35. Semua item yang valid digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Berikut ini adalah blue print revisi prestasi kerja.
49
Tabel 3.6
Blue Print Revisi Skala Prestasi Kerja
NO DIMENSI INDIKATOR Item Fav. Item
Unfav.
Total
1 Kualitas kerja
• Ketepatan
• Ketelitian
• Keterampilan
• Kebersihan
1
37
4
5
2
36
3,32
31
9
2 Kuantitas kerja
• out put rutin
• seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja “ekstra
30,34
13,29,14
33,35
23,25
9
3 Dapat tidaknya diandalkan
• intruksi
• inisiatif
• Hati-hati
• Kerajinan
22
16,26
9,27
12
24
15
17,10
11
11
4 Sikap • terhadap perusahaan
• karyawan lain
• pekerjaan
• kerja sama
6
19
20
21
18
28
6
TOTAL 30
50
3.7.1. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas skala self efficacy, goal setting dan prestasi kerja. Setelah
dilakukan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien alpha
cronbach pada program SPSS versi 17.0 maka diperoleh hasil :
1. Reliabilitas skala self efficacy dengan 25 item menghasilkan reliabilitas
sebesar 0,881
2. Reliabilitas skala goal setting dengan 48 item menghasilkan reliabilitas
0,896
3. Reliabilitas prestasi kerja dengan 37 item menghasilkan reliabilitas sebesar
0,914
Kaidah reliabilitas menurut Guilford dalam Kuncoro (2005) adalah :
>0,90 = Sangat Reliabel
0,70-0.9 = Reliabel
0,40-0,7 = Cukup Reliabel
\0,20-0,4 = Kurang Reliabel
<0,2 = Tidak reliable
Sehingga untuk skala self efficacy dapat dikatakan reliable karena memiliki nilai
koefisien 0,881, untuk skala Goal Setting dapat dikatakan reliable karena
memiliki nilai koefisien alpha 0,896, untuk skala prestasi kerja dapat dikatakan
51
sangat reliable karena memiliki nilai koefisien sebesar 0,914. Ini berarti ketiga
skala tersebut layak untuk dijadikan alat ukur penelitian.
3.8. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
• Dimulai dengan perumusan masalah yang akan diteliti.
• Menentukan variabel yang akan diteliti.
• Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang
tepat mengenai variabel penelitian.
• Menentukan subjek penelitian.
• Persiapan alat pengumpulan data dengan menentukan dan menyusun
alat ukur atau instrument penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu berupa skala model likert yang terdiri dari skala
self efficacy, goal setting dan prestasi kerja.
2. Tahap uji coba alat ukur
• Melakukan uji coba terhadap alat ukur yang telah dibuat. Uji coba
dilakukan pada tanggal 9 juli 2010 kepada agen asuransi.
• Memilih item-item dari skala yang valid dan reliabel.
• Memilih dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel
untuk dijadikan alat ukur siap pakai dalam penelitian ini.
52
3. Tahap Pelaksanaan
• Menentukan jumlah sampel penelitian.
• Melaksanakan pengambilan data penelitian pada tanggal 14-16 juli
2010.
4. Tahap pengolahan data
• Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
• Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat
tabel data.
• Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis.
• Membuat kesimpulan dan laporan akhir.
53
BAB IV
PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek
Gambaran umum subjek diuraikan secara rinci di bawah ini, meliputi jenis
kelamin dan pendidikan. Berikut ini adalah gambarannya.
1. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1. Subjek berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Frekwensi Persentase
1 Laki-laki 60 60%
2 Perempuan 40 40%
Total 100 100%
Dari hasil persentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden
dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda. Yang terdiri dari 60
0rang (60%) berjenis kelamin laki-laki dan 40 orang (40%) berjenis kelamin
perempuan. Responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari
jenis kelamin laki-laki.
54
2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2 Subjek berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Frekwensi Persentase
1 SMA/sederajat 20 20%
2 Diploma 41 41%
3 Sarjana 39 39%
Total 100 100%
Berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini responden yang
pendidikan nya diploma sedikit lebih banyak dibandingkan dengan yang sarjana
dan SMA. Subjek yang berpendidikan Diploma dengan frekwensi 41 subjek
dengan presentase sebesar 41% dari total subjek yang ada. Kemudian disusul oleh
subjek yang berpendidikan Sarjana dengan frekwensi 39 subjek dengan presentase
sebesar 39% dari total subjek. Lalu yang berpendidikan SMA/sederajat dengan
frekwensi 20 subjek dengan presentase sebesar 20 % dari total subjek yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini
sedikit lebih banyak yang berpendidikan Diploma. Hal ini terjadi karena peluang
pekerjaan saat ini dibuka mulai dari tingkat pendidikan SI dan diploma.
55
4.2. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi untuk mengetahui
lebih jauh hubungan antara variabel dengan cara mencari nilai koefisien
determinasi. Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menggambarkan
seberapa besar perubahan antar variasi dan variabel dependent.
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self
efficacy dan goal setting dengan prestasi kerja, maka diajukan hipotesis penelitian
(Ha) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self efficacy
dan goal setting dengan prestasi kerja agen asuransi. Untuk menganalisanya, maka
menggunakan multiple regresi. Berikut adalah hasil perhitungannya dengan
menggunakan SPSS 17.0:
Tabel 4.3.1. Model Summary
Model Summary
Change Statistics Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change F Change df1
df2
Sig. F Change
1 .398a
.159 .141 7.03630 .159 9.139 2 97 .000
a. Predictors: (Constant), goalsetting, selfefficacy
Berdasarkan table diatas, diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara
self efficacy, goal setting dengan prestasi kerja dengan nilai R sebesar 0,398 ini
berarti self efficacy dan goal setting secara bersama-sama berpengaruh positif dan
56
signifikan terhadap prestasi kerja. Kemudian sumbangan yang diberikan self
efficacy dan goal setting terhadap prestasi kerja yaitu sebesar 15,9%.
Sedangkan melalui perhitungan statistik metode stepwise diperoleh informasi
variabel yang paling besar pengaruhnya adalah self efficacy. Berikut ini tabel
hasil perhitungan statistik pengaruh variabel self efficacy dan goal setting
terhadap prestasi kerja dengan bantuan SPSS versi 17.0:
Tabel 4.3.2. Variabel Removed (Metode Stepwise)
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Selfefficacy . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
a. Dependent Variable: prestasikerja
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa variabel yang lebih besar
mempengaruhi prestasi kerja agen asuransi adalah self efficacy sedangkan goal
setting dikeluarkan dari tabel karena tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi kerja agen asuransi.
57
Tabel 4.3.3. Model Summary (Hasil Stepwise)
Model Summary
Change Statistics
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
R Square Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .360a .129 .121 7.12047 .129 14.569 1 98 .000a. Predictors: (Constant), selfefficacy Berdasarkan tabel diatas, dengan menggunakan metode stepwise maka besar
sumbangan yang diberikan self efficacy tanpa variabel goal setting didapat nilai R
Squere sebesar 0,129 berarti besarnya sumbangan yang diberikan self efficacy pada
prestasi kerja agen asuransi yaitu sebesar 12,9% sedangkan goal setting hanya
memberikan sumbangan sebesar 3%. kemudian sisanya sebesar 88% disumbangkan
oleh faktor-faktor yang tidak terukur yang dapat mempengaruhi prestasi kerja agen
asuransi. Faktor-faktor tersebut yaitu seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan
kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
58
BAB V
DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Diskusi
Berdasarkan kesimpulan di atas, bahwa secara bersama-sama self efficacy
dan goal setting dengan prestasi kerja terdapat hubungan positif yang signifikan.
Hal tersebut berarti seorang agen asuransi yang memiliki self efficacy dan goal
setting yang tinggi maka agen tersebut akan menghasilkan prestasi kerja yang
baik juga. Ketika seorang agen memiliki prestasi yang baik, maka ia akan merasa
bangga kepada dirinya sendiri karena telah mencapai target yang ia capai karena
keyakinan (self efficacy) yang ia miliki dalam menjual polis asuransi.
Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Bandura (1996) bahwa,
semakin kuat self efficacy yang dimiliki seseorang semakin terdorong untuk tetap
bertahan pada aktivitas yang memiliki tantangan. Seperti seorang agen asuransi
apabila ia memiliki self efficacy yang kuat maka ia akan berusaha untuk tetap
bertahan menjalani pekerjaannya sebagai agen karena ia memiliki self efficacy
yang kuat dan ia akan berusaha untuk menjual polis asuransi yang telah ditetapkan
perusahaan dengan baik. Selain itu seorang agen akan semakin terpacu untuk
menghadapi masalah yang ada dan akan mengeluarkan usaha yang lebih besar lagi
untuk mengatasi masalah tersebut. Seorang agen tidak akan mudah menyerah
ketika ia menghadapi masalah yang datang dari klien. Sebaliknya ia akan semakin
terpacu untuk menyelesaikan masalah yang dia hadapi dengan baik. Dengan
59
demikian, pada akhirnya seorang agen asuransi akan mendapatkan prestasi yang
baik pula dan akan membawa keuntungan bagi perusahaan ditempat ia bekerja.
Sebagaimana dijelaskan pada bab II yang dimaksud dengan prestasi kerja yang
dikemukakan oleh Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu. Seorang agen
yang ingin mencapai prestasi kerja yang baik tentunya memiliki criteria yang
telah ditetapkan yaitu seperti pengalaman, kesungguhan dan waktu yang ia miliki.
Dengan demikian maka ia nantinya akan menghasilkan prestasi kerja yang baik
pula.
Tetapi dalam penelitian ini variabel goal setting tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi kerja agen asuransi. Hal ini bertolak belakang
dengan teori yang ada yaitu menurut Locke (1990) menyatakan bahwa setiap
orang akan membuat perhitungan dalam membuat goal. Ketika seseorang telah
menentukan goal untuk dirinya maka ia akan memiliki motivasi dan berusaha
untuk mencapai goal yang telah dibuatnya. Goal tersebut akan mempengaruhi
performasi mereka dalam bekerja.
Kemudian penelitian yang terkait dan telah diteliti yaitu penelitian yang
berjudul “pengaruh kepribadian terhadap self efficacy dan penentuan tujuan
(goal setting) dalam rangka memprediksi kinerja individu” oleh Paula Sinta
Aryani Widyastuti dan Salamah Wahyuni didapatkan kesimpulan bahwa
kemampuan terhadap kinerja dipengaruhi oleh self efficacy dan penetapan tujuan
60
atau goal setting, disamping pengaruh langsung kemampuan terhadap kinerja.
Orientasi tujuan pembelajaran, orientasi kinerja mempengaruhi kinerja melalui
pengaruhnya pada self efficacy dan penetapan tujuan. Sementara itu self efficacy
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui pengaruhnya
terhadap penentuan tujuan. Jadi, kinerja seseorang akan menjadi lebih baik jika ia
mempunyai tujuan yang spesifik dengan demikian apa yang dilakukannya menjadi
lebih baik. Hal ini semakin menambah bukti bahwa self efficacy memang
memberikan konstribusi yang dapat meningkatkan prestasi kerja agen asuransi.
Adapun penelitian yang terkait sebelumnya yang didapat bahwa goal setting
tidak memiliki hubungan secara langsung hal ini bertolak belakang dengan teori
yang dinyatakan oleh Locke (1990) bahwa setiap orang akan membuat
perhitungan dalam membuat goal ketika seseorang telah menentukan goal untuk
dirinya maka ia akan memiliki motivasi dan berusaha untuk mencapai goal yang
telah dibuatnya. Artinya bahwa seseorang yang telah memiliki target maka ia akan
terus berusaha untuk mencapai targetnya tersebut dan ini otomatis akan
meningkatkan prestasi kerja agen tersebut dalam melakukan penjualan.
Setelah diketahui bahwa variabel self efficacy yang lebih besar memberikan
pengaruh kepada prestasi kerja agen asuransi maka self efficacy penting untuk
diperhatikan bagi setiap agen asuransi. Keyakinan tersebut datang dengan cara
mensugesti dirinya sendiri bahwa ia mampu dan yakin bisa menjual polis yang
telah di tetapkan oleh perusahaan. Sehingga akan memberi keuntungan yang besar
juga kepada perusahaan ditempat ia bekerja. Dengan adanya keyakinan (self
efficacy) maka seorang agen akan mampu melakukan penjualannya dengan baik
61
dan dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Hal ini akan berdampak positif
bagi perusahaan di tempat ia bekerja.
Pada awalnya, mungkin tidak semua perusahaan asuransi menekankan
keyakinan bahwa ia mampu (self efficacy) dalam penjualan polis asuransi.
Perusahaan asuransi hanya mencoba menjual dengan sebaik-baiknya dan berusaha
untuk mendapatkan untung yang besar. Tanpa disadari ternyata ada faktor yang
sangat penting yang ada pada setiap agen yaitu keyakinan bahwa ia mampu
menjual polis asuransi dengan baik.
62
5.2. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah:
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara self efficacy dan goal
setting dengan prestasi kerja agen asuransi. Dengan demikian semakin tinggi
self efficacy dan goal setting maka semakin tinggi pula prestasi kerjanya.
4. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa secara bersama-sama self efficacy
dan goal setting memberikan pengaruh kepada prestasi kerja agen asuransi
sebesar 15,9%, dan sisanya sebesar 85% berasal dari variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan sumbangan yang diberikan self
efficacy sebesar 12,9% dan goal setting memberi sumbangan sebesar 3%.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penulis menyadari
bahwa secara keseluruhan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
keterbatasan tersebut, penulis mencoba berbagi pengalaman dan memberikan
saran sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian yang terkait yaitu saran
teoritis dan saran praktis. Berikut uraiannya:
63
5.3.1. Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa, disarankan agar lebih
memperhatikan item-item pernyataan pada skala, kualitasnya pernyataan
agar dapat lebih mengukur apa yang ingin diukur.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah subjek
penelitian agar dapat mendapatkan hasil yang dinginkan.
3. Untuk peneliti yang ingin meneliti judul yang sama disarankan untuk
mengunakan faktor-faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
iklim organisasi, fasilitas kerja dan sikap. Sehingga nantinya akan
mendapatkan hasil yang baik.
5.3.2. Saran Praktis
Dalam hal praktis, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk para agen sebaiknya setiap agen asuransi diharapkan untuk
memiliki keyakinan diri (self efficacy) dan target yang ingin dicapai oleh
setiap agen asuransi.
2. Untuk perusahaan sebaiknya diadakan pelatihan untuk meningkatkan self
efficacy agen asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, M. (1991). Psikologi industri. Yogyakarta: Liberty.
Anastasi. A. (1989). Psikologi Terapan (Penerjemah: Aryatmi Siswonardjono). Jakarta: Penerbit Rajawali.
Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja. Rineka Cipta : Jakarta.
Aamodt, G.M. (1999). Industrial Organizational Psychology: An Applied Approach. Canada: United states.
Azwar syaifuddin.(2003). Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta : Pustaka Pelajar. Bandura, A. (1986). Social learning theory. Englewood Cliffa, New Jersey: Practice-Hall. (1982). Self Efficacy in Changing Society. Cambridge. University press.USA Baron,Robert A & Byrne, Donn., (2005). Psikologi Sosial. Edisi ke-10. Jilid 2.Alih Bahasa :
Ratna Djuwita. Jakarta : Erlangga. Beach, Dale, S. (1975). Personnel: the management of people at work. 14th. Ed.). New York:
McMillan Publishing Co. I nc. Beck. JR. A. C. and Hillmar, E. D. (1976). Making MBO/R Work. Addison-Wesley.
Davis, K. and Newstrom, J. W. (1989). Human behavior at work (8th Ed.) Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Gibson. J. L.Ivancevich, J., and Donnelley, Jr. J. H.(1985). Organization, behavior, structure,
and Proceces. (5th. Ed.). Texas: Business Publication Inc. Grivin, R.W. & Ebert, R.J. (1996). Buseness. Englewood Cliff, new Jrsey : Prentice Hall, Inc. Guilford, J.P. & Frucher. (1994). Fundamental Statistic in Psychology and education. Tokyo
: McGraw-Hill. Greenberg, J & Baron, R.A. (1993). Behavior In Organizations. New York: McGraw-Hill,
Inc. Hasibuan, M.S.P. (1990). Manajemen sumber daya manusia: dasar kunci keberhasilan.
Jakarta: CV Haji Mas Agung.
Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Jewell & Siegall, M. (1990). Psikologi industri/organisasi modern. Jakarta: Penerbit Arcan.
Kuncoro, S.Psi, MM. (2004). Aplikasikomputer psikologi:diktat kuliah dan panduan praktikum. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia.
Kotler, Philip, 1982. Marketing management, analysis, planning and control. (4th, Ed.). New Delhi: Prentice-Hall of India, Private Limited.
Kerlinger, N.F. (1990). Asas-asas penelitian behavioral. Gadjah Mada University press. Latham. G. P.. and Seari, L. M. 1979. Importance of supportive relationship in goal setting.
Journal of Applied Psychology. Vol. 64, No. 2. Luthans. F. (2006). Perilaku Organisasi (edisi 10.) Yogyakarta: Andi. Mangkunegara, A.A.A.P. (2006). Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta: Refika Aditama. Miner, M.B. (2000). Industrial organizational psychology. New York: McGraw-Hill, Inc. Pervin, A.L. (1997). Personality Theory and research. New York: chichester Brisbane
Toronto.
Pintrich, PR & Schunk, DH. (1996). Motivation in education, theory, research, and applications.New Jersey : prentice-Hall, Inc.
Robbins, S.P. (1993). Organizational behavior: concept, controversion & application (Edisi ke-5). San Diego: Prentice Hall International, Inc.
(2001). Organizational behavior. New Jersey: Prentice Hall.
Robbins, S.P & Judge, T.A (2000). Organizational behavior. New York: McGraw-Hill, Inc
Santrock, J.W. (2002). Life-span development jilid 2.Alih Bahasa, Juda Damamik, Ahmad Chusairi. Ed.5. Jakarta: Erlangga.
Sulistiyono, S. (2006). Statistika Psikologi 2. Jakarta: Univ Persada Indonesia. Suryabarata, Sumardi, (2005). Metotodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sevilla, Consuelo G. (2006). Pengantar Metode Penelitian.jakarta: Universitas Indonesia. Singgih, (2001). Teknik Statistik. Jakarta :Universitas Indonesia. Timpe, D.A. (1999). Seri Managemen Sumber Daya Manusia Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia
Asri Media.
Woolfolk. (1998). Goal Setting. WWW. Kabarindonesia.com.