hubungan hi dan hn
TRANSCRIPT
![Page 1: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/1.jpg)
![Page 2: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/2.jpg)
• Voluntarisme– Hidup berdampingan dan terpisah.
• Obyektivis– Dua bagian dari satu perangkat hukum.
![Page 3: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/3.jpg)
Pertanyaan yang timbul
Hukum
Internasional
Hukum
Nasional
Masing-Masing berdiri sendiri
SISTEM HUKUM
![Page 4: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/4.jpg)
Pertanyaan yang timbul
Hukum
Internasional
Hukum
Nasional
Kedudukan
Terkait dengan pengutamaan
HI dan HN
![Page 5: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/5.jpg)
Pertanyaan yang timbul
Hukum
Internasional
Hukum
Nasional
Hukum
Internasional
Menjelma
Berkembang
![Page 6: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/6.jpg)
Pertanyaan yang timbul
Hukum
Internasional
Hukum
Nasional
Proses yang terjadi/cara
Proses yang terjadi/caraHukum
Internasional
Hukum
Nasional
![Page 7: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/7.jpg)
Pertanyaan yang timbul
Hukum
Internasional
Hukum
Nasional
Pandangan Teori/Aliran
Praktek Negara-Negara
![Page 8: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/8.jpg)
Teori/Aliran
• Ada 2 teori/aliran yang dikenal mengenai hubungan hukum internasional dan hukum nasional, yaitu:MonismeDualisme
![Page 9: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/9.jpg)
• Satu kesatuan hukum;
• Tokoh Hans Kelsen & Georges Scelle, HI=HN;
• Meskipun HI=HN namun mengenai masalah pengutamaannya, ada 2 Golongan, yaitu Golongan HI diatas HN dan HN diatas HI.
![Page 10: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/10.jpg)
HI diatas HN
• Alasannya HI merupakan sumber dari HN, sehingga HN tunduk pada HI.
• Kelompok ini menekankan terciptanya nilai-nilai universal kemanusiaan sebagai landasan utama dalam norma-norma hukum internasional.
• Tercipta ketertiban dan keamanan masyarakat internasional.
![Page 11: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/11.jpg)
HN diatas HI
• Golongan ini berdasar pada sejarah perkembangan ilmu hukum.
• HN usianya lebih tua dari HI.• Suatu negara dengan Hukum
Nasionalnya tidak mudah untuk mengesampingkan Hukum Nasionalnya untuk mentaati Hukum Internasional.
• HI bersumber pada HN, dan HI merupakan kelanjutan dari HN.
![Page 12: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/12.jpg)
• Tokoh: Triepel dan Anzilotti;• Bidang hukum yang berbeda dan berdiri
satu sama lainnya (terpisah);• Menurut aliran ini perbedaan tersebut
terdapat pada:1. Perbedaan Sumber Hukum2. Perbedaan Mengenai Subjek3. Perbedaan Mengenai Kekuatan Hukum
(Vertikal-Horizontal)
![Page 13: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/13.jpg)
• Pandangan Dualisme ini dibantah oleh golongan Monisme, dengan alasan bahwa:
a. Walaupun kedua sistem hukum itu mempunyai istilah yang berbeda, namun subyek hukumnya adalah sama, yaitu pada akhirnya subyek hukum internasional adalah individu-individu dalam suatu negara.
b. Sama-sama mempunyai kekuatan hukum mengikat.
![Page 14: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/14.jpg)
Kedua teori atau aliran ini sebenarnya hanyalah merupakan teori yang untuk
kurun waktu sekarang ini sudah tidak lagi memiliki nilai terapan. Sebab kedua
teori/aliran ini menampakkan sika a priori yang jika dihubungkan keadaan yang nyata sekarang ini ternyata teori/aliran
tersebut sudah jauh ketinggalan.
![Page 15: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/15.jpg)
![Page 16: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/16.jpg)
• Teori-teori ini muncul sebagai reaksi atas kekurangan dan kelemahan kedua teori diatas.
• Teori-teori ini bertitik tolak pada asumsi bahwa:
1. Hukum internasional dan Hukum nasional tidak perlu dipertentangkan satu dengan yang lainnya;
2. Tidak perlu ditempatkan pada kedudukan hirarki;
3. Tidak perlu dipisahkan secara tegas satu dengan yang lainnya.
![Page 17: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/17.jpg)
Teori-teori tersebut, antara lain:
a. Teori Transformasi;
b. Teori Delegasi, dan
c. Teori Harmonisasi.
![Page 18: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/18.jpg)
Teori Transformasi
• Menurut teori ini, peraturan-peraturan hukum internasional untuk dapat berlaku dan dihormati sebagai norma hukum nasional harus melalui proses transformasi atau alih bentuk, baik secara formal maupun substansial.
![Page 19: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/19.jpg)
Teori Delegasi/Inkorporasi
• Menurut teori ini, implementasi dari hukum internasional diserahkan kepada negara-negara atau hukum nasionalnya itu masing-masing.
• Tidak perlu dialih bentuk, melainkan langsung diterima.
![Page 20: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/20.jpg)
Teori Harmonisasi
• Menurut teori ini, Hukum Internasional dan Hukum Nasional harus diartikan sedemikian rupa bahwa antara keduanya itu terdapat keharmonisan.
![Page 21: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/21.jpg)
![Page 22: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/22.jpg)
Dalam PRAKTEK NEGARA-NEGARA, contoh:
INGGRIS• Inggris menganggap hukum
kebiasaan internasional sebagai bagian dari hukum nasionalnnya;
• Namun tidak berarti bahwa Inggris menerima demikian saja Hukum Kebiasaan Internasional tersebut.
![Page 23: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/23.jpg)
• Kemudian dipertanyakan, apa syarat yang harus dipenuhi agar hukum kebiasaan internasional menjadi bagian dari hukum nasionalnya?
• Di Inggris jika hukum kebiasaan internasional tersebut bertentangan dengan undang-undang di Inggris, baik yang sudah ada maupun yang baru ada, maka Inggris akan menolak hukum kebiasaan internasional tersebut.
![Page 24: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/24.jpg)
• Mengenai Perjanjian Internasional, Inggris dalam prakteknya membedakan dua golongan supaya menjadi bagian dari hukum nasionalnya, yaitu:
1. Perjanjian Internasional yang membutuhkan persetujuan Parlemen;
2. Perjanjian Internasional yang tidak memerlukan persetujuan parlemen.
![Page 25: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/25.jpg)
AMERIKA SERIKAT• Di Amerika Serikat, mengenai hukum
kebiasaan internasional menyerupai praktek di Inggris karena Sistem Hukum Anglo-Saxon yang dianut AS berasal dari Sistem Hukum Inggris.
• Sedangkan mengenai Perjanjian Internasional, AS membedakan 2 golongan, yaitu:
a. Perjanjian yang tidak berlaku dengan sendirinya (non-self executing treaty);
b. Perjanjian yang berlaku dengan sendirinya (self-executing treaty).
![Page 26: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/26.jpg)
JERMAN
• Dalam konstitusinya (The Federal Republic of Germany) dalam Pasal 25-nya menyatakan bahwa “aturan umum dalam hukum internasional (general rule of international law) merupakan bagian integral dari hukum federal. Oleh karena itu bersifat supreme dan dapat menciptakan secara langsung hak-hak dan kewajiban bagi para warganya”.
![Page 27: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/27.jpg)
INDONESIAHukum Kebiasaan Internasional• Indonesia untuk beberapa hal menerima
hukum kebiasaan internasional sebagai bagian dari hukum nasional Indonesia. Misal dalam Hukum kebiasaan dilaut (hak lintas damai), Perlakuan terhadap orang asing sesuai dengan standar minimum menurut HI.
• Namun, pernah terjadi bahwa Indonesia bertindak sebaliknya yaitu mengesampingkan Hukum Kebiasaan Internasional dan mengutamakan hukum atau undang-undang nasionalnya.
![Page 28: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/28.jpg)
• Kasus nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing milik Belanda yang beropersi di Indonesia dengan dikelurakannya Undang-Undang No. 86 tahun 1957.
• Yang mana UU tersebut mengesampingkan hukum kebiasaan internasional yang berlaku untuk kasus tersebut, yaitu masalah ganti rugi.
• Menurut HKI, ganti rugi harus “prompt, effective and adequate” .
• Indonesia tidak menganut prinsip itu, namun memperkenalkan prinsip baru, yaitu pembayaran ganti rugi harus disesuaikan dengan kemampuan negara yang menasionalisasi.
![Page 29: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/29.jpg)
Perjanjian Internasional• Dasar hukum Pasal 11 UUD NRI 1945,
yang menyatakan:1. Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain;
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkai dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan DPRl;
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur oleh Undang-Undang.
![Page 30: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/30.jpg)
• Dasar Hukum Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, yang menyatakan Perjanjian Internasional adalah Setiap Perjanjian dibidang hukum publik, yang diatur oleh hukum internasional, dan dibuat oleh Pemerintah dengan negara, organisasi internasional, atau subjek hukum internasional.
![Page 31: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/31.jpg)
Contoh HI memberi kontribusi pada HN Indonesia, yaitu:
• Civil Liability Convention (1969), Hukum ini diterima oleh Indonesia dalam Keputusan Presiden No. 18 tahun 1978, yang hasilnya langsung mengikat rakyat (sebagai subyek HN).
![Page 32: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/32.jpg)
• Contoh lain, Liability Convention (1972), yang mana dalam konvensi tersebut diatur benda-benda angkasa yang diatur di bumi, oleh Indonesia dipakai dalam Hukum Nasionalnya yaitu dengan adanya Keputusan Presiden No. 20 tahun 1996.
![Page 33: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/33.jpg)
• Melalui cara bagaimana kaidah hukum nasional suatu negara dapat berkembang menjadi hukum internasional?
• Ketiga cara tersebut adalah:1. Melalui hukum kebiasaan internasional;
2. Melalui yurisprudensi;
3. Melalui perjanjian dan konvensi internasional.
![Page 34: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/34.jpg)
Hubungan saling membutuhkan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional
• Beberapa peranan dan fungsi HI dalam menunjang penerapan HN:
1. Hukum Internasional berfungsi menjembatani penerapan hukum nasional negara-negara;
2. Hukum Internasional dibutuhkan oleh hukum nasional supaya para subyek hukum nasional dari dua negara atau lebih dapat mengadakan hubungan hukum (perdata) internasional.
![Page 35: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/35.jpg)
3. Hukum Internasional dibutuhkan oleh hukum nasional sebab dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengharmonisasikan hukum nasional negara-negara mengenai suatu masalah tertentu.
4. Hukum Internasional dibutuhkan oleh hukum nasional, sebab hukum internasional dapat menjadi masukan bagi hukum nasional berkenaan dengan suatu masalah yang pengaturannya terlebih dahulu muncul di dalam hukum (konvensi) internasional.
![Page 36: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/36.jpg)
![Page 37: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/37.jpg)
Justiciability
• Keadaan dimana suatu masalah dapat dipermasalahkan oleh suatu badan peradilan.
• Suatu masalah dapat dikatakan dapat diadili bilamana masalah tersebut dapat dijadikan objek bagi analisis hukum dan adjudikasi.
![Page 38: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/38.jpg)
Act of State
• Alasan yang dapat dijadikan dasar penolakan atas penanganan suatu perkara dengan mendasarkan bahwa perbuatan tersebut disandarkan pada kedaulatan negara.
• Terkait dengan kekebalan yang dimiliki oleh suatu negara sebagai konsekuensi kedaulatan.
![Page 39: Hubungan hi dan hn](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052321/555686b3d8b42abc5a8b55b9/html5/thumbnails/39.jpg)
Konsep Opposability
• Dalam Pasal 27 KW 1969 dinyatakan “sebuah negara peserta tidak boleh menggunakan ketentuan yang terdapat dalam hukum internalnya sebagai justifikasi atas kegagalannya untuk menunaikan kewajiban internasionalnya”