hukum kesehatan dan hukum kedokteran

22
HUKUM KESEHATAN DAN HUKUM KEDOKTERAN Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan, dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat. Hukum Kesehatan adalah : Hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan; meliputi perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara (Van der Mijn) Hukum yang secara khusus berisikan perangkat, kaidah maupun keteraturan sikap tindak yang berkaitan dengan kesehatan (Soerjono Soekanto) Menurut Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum Hukum kesehatan merupakan seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan denagn upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan. Bedanya dengan hukum Kedokteran hanya ruang lingkupnya

Upload: oktania-putri-kusnawan

Post on 28-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

HUKUM KESEHATAN DAN HUKUM KEDOKTERAN

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu

kekuasaan, dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat.

Hukum Kesehatan adalah :

Hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan;

meliputi perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara (Van der

Mijn)

Hukum yang secara khusus berisikan perangkat, kaidah maupun keteraturan

sikap tindak yang berkaitan dengan kesehatan (Soerjono Soekanto)

Menurut Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah

semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini menyangkut

hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat

sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara

pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana, pedoman

standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum

Hukum kesehatan merupakan seperangkat kaidah yang mengatur seluruh

aspek yang berkaitan denagn upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.

Bedanya dengan hukum Kedokteran hanya ruang lingkupnya

Ruang lingkup Hukum Kesehatan; semua aspek yang berkaitan dengan

kesehatan (kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial)

Hukum Kedokteran adalah :

Ruang lingkup; hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi

kedokteran

Karena masalah kedokteran juga dalam ruang lingkup kesehatan maka

hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan

Ruang lingkup dan kedudukan Hukum kesehatan

1. Disiplin ilmu hukum

2. Disiplin ilmu kesehatan

Page 2: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

Ruang lingkup :

1. Hukum kesehatan individu : Hukum kedokteran, Hukum keperawatan,

Hukum kefarmasian, Hukum kebidanan.

2. Hukum kesehatan masyarakat : Hukum keamanan pangan, Hukum

Epidemi, Hukum Reproduksi, Hukum Kesling.

1. Undang-Undang Praktik Kedokteran

Memahami kesehatan dan peran Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

dan registrasi

Berbagai upaya hukum yang dilakukan dalam memberikan perlindungan

menyeluruh kepada masyarakat sebagai penerima pelayanan, dokter dan dokter

gigi sebagai pemberi pelayanan telah banyak dilakukan, akan tetapi kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat cepat tidak

seimbang dengan perkembangan hukum.

Perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan praktik kedokteran dan

kedokteran gigi dirasakan belum memadai selama ini masih didominasi oleh

kebutuhan formal dan kepentingan pemerintah, sedangkan porsi profesi masih

kurang.

Oleh karena itu untuk menjembatani kepentingan kedua belah pihak serta

untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan objektif seorang dokter dan

dokter gigi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan

pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang terdiri atas Konsil

Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi.

Dalam menjalankan fungsinya Konsil Kedokteran Indonesia bertugas

melakukan registrasi terhadap semua dokter dan dokter gigi yang akan

menjalankan praktik kedokteran, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter

dan dokter gigi, dan melakukan pembinaan bersama lembaga terkait lainnya

terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran.

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum,

untuk meningkatkan, mengarahkan dan member landasan hukum serta menata

kembali berbagai perankat hukum yang mengatur penyelengaraan praktek

Page 3: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

kedokteran agar dapat berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi maka perlu diatur praktik kedokteran dalam saru undang-undang.

Untuk itu perlu dibentuk undang-undang tentang praktik kedokteran.

Dalam UU ini diatur:

1. Asas dan tujuan penyelenggaraan praktek kedokteran yang menjadi

landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah serta manfaat, keadilan,

kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan keselamatan pasien.

2. Pembentukan konsil kedokteran Indonesia

3. Registrasi dokter dan dokter gigi

4. penyusunan, pemetapan dan pengesahan standar pendidikan profesi dokter

dan doktergigi

5. Penyelenggaraan praktek kedokteran Indonesia.

6. Pembentukan majelis kehormatan disiplin kedokteran Indonesia

7. Pembinaan dan pengawasan praktek kedokteran.

8. Pengaturan ketentuan pidana.

HAM dalam UU Kesehatan

Pengakuan pada pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (the rights of

self determination) yang diwujudkan dalam bentuk informed consent

Pasien berhak menentukan apakah ia akan menerima atau menolak

tindakan medik

Imunisasi tidak disebut apakah wajib atau sukarela

Hakekat dan Fungsi Hukum Kesehatan

Hakekat Hukum Kesehatan

• Adalah penerapan Hukm Perdata, Hukum Pidana dan Hukum

Administrasi Negara.

Fungsi Hukum Kesehatan

o Ketertiban masyarakat

o Selesaikan sengketa di masyarakat

o Social engineering

Page 4: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

Sumber Hukum Kesehatan

A. PerUU, adalah peraturan tertulis yg dikeluarkan oleh lembaga yang

berwenang

B. Yurisprudensi yaitu berupa putusan pengadilan yang sudah mempunyai

kekuatan hak yang tetap

C. Konvensi/Kebiasaan sbg peraturan perilaku yang tidak tertulis

D. Doktrin/ajaran ilmu pengetahuan yg berupa teori, konsep, norma yang

dapat ditemukan dalam kepustakaan

Perundang-undangan di bidang kesehatan

1. UU No.23/92 tentang Kesehatan yang saat ini sedang direvisi

2. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran (catatan: Putusan MK No.

4/PUU- V/2007 ttg Pengujian UUPK thd UUD’45)

3. Berbagai Peraturan Pelaksana Bidang Kesehatan

Peraturan Pelaksanaan PerUU Kesehatan

1. Permenkes 1419/2005 ttg Praktik Dr yg diubah dg No. 512/2007.

2. Kepmenkes 1239/2001 ttg Registrasi Praktik Perawat

3. KepMenKes No. 900/VII/2002 ( 11 BAB,47 pasal ) : Registrasi dan

praktik Bidan

4. Permenkes 269/08 ttg Rekam Medik.

5. Permenkes 290/08 ttg Informed Consent

6. Permenkes 159b/III/1998 ttg Rumah Sakit

7. KepMenKes No. 496/IV/2005 ttg Pedoman Audit Medik RS

2. Informed consent

Dalam aspek hukum kesehatan, hubungan dokter dengan pasien terjalin

dalam ikatan transaksi atau kontrak terapeutik. Masing-masing pihak yaitu yang

memberi pelayanan (medical providers) dan yang menerima pelayanan ( medical

receivers) mempunyai hak dan kewajiban yang harus dihormati. Dalam ikatan

demikianlah masalah persetujuan tindakan medik (informed consent) ini timbul.

Page 5: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

2.1 Pengertian inform consent

Informed artinya telah diberitahukan telah disampaikan atau telah

diinformasikan. Consent artinya persetujuan yang diberikan kepada seseorang

untuk berbuat sesuatu. Maka informed consent adalah persetujuan yang diberikan

pasien kepada dokter setelah diberi penjelasan.

Yang dimaksud informed atau memberi penjelasan disini adalah semua

keadaaan yang berhubungan dengan penyakit pasien dan tindakan medik apa yang

akan dilakukan dokter serta hal-hal lain yang perlu dijelaskan dokter atas

pertanyaaan pasien atau keluarga.

Dalam Permenkes no.589 tahun 1989 dijelasakan bahwa yang dimaksud

dengan informed concent adalah persetujuam yang diberikan pasien atau keluarga

atas dasar penjelasan mengenai tindakan medic yang akan dilakukan terhadap

pasien tersebut. Dalam pengertian demikian, informed concent bisa dilihat dari

dua sudut yaitu dari pengertian umum dan khusus.

2.1.1 Pengertian Umum

Informed concent adalah persetujuan yang diperoleh dokter sebelum

melakukan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medik apapun yang akan

dilakukan.

2.1.2 Pengertian Khusus

Informed concent merupakan persetujuan atau izin tertulis dari pasien atau

keluarga pada tindakan operatif atau tindakan invasif lain yang beresiko.

2.2 Bentuk informed concent :

o Tersirat atau dianggap telah diberikan (implied consent)

Keadaan normal

Keadaan darurat

o Dinyatakan (expressed consent)

Lisan

Tulisan

Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat,

tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dari sikap dan tindakan

Page 6: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah yang biasa dilakukan atau yang

sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium, melakukan suntikan pada pasien, melakukan penjahitan luka.

Presumed consent artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan

menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh dokter.

Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau

tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan

yang biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya kepada pasien disampaikan

terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi

salah pengertian. Misalnya pemeriksaan dalam rectal tauche vagina, mencabut

kuku dan tindakan lain yang melebihi prosedur dan pemeriksaan umum.

Namun bila tindakan yang akan dilakukan mengandung resiko seperti

tindakan pembedahan atau prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang invasif

sebaiknya didapatkan informed concent secara tertulis.

2.3 Komunikasi, Informasi dan Persetujuan

Hubungan antara dokter-pasien dlm pelayanan kesehatan, adalah

hubungan antar manusia yg terjadi karena adanya komunikasi (communicare).

Dlm komunikasi ada pesan & tujuan bersama, sehingga ada saling pengertian

antara para pihak dlm suatu kegiatan. Komunikasi dokter-Pasien dlm pelayanan

kesehatan dijalin agar pasien mendapat info tentang penyakit yg dideritanya &

serta alternatif bentuk terapi yg ditawarkan dokter padanya. Jika pasien setuju

maka pasien akan berikan persetujuan atas tawaran dokter tersebut, inilah yg

disebut Informed Consent.

2.3.1 Kriteria Komunikasi :

1. Kecakapan dokter

2. Sikap dokter

3. Pengetahuan Dokter sebagai komunikator

4. Sistem sosial budaya

Page 7: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

2.3.2 Hubungan Komunikasi dan Informasi

Bahwa tidak semua komunikasi ditujukan untuk memberi informasi &

membentuk pengertian, bahkan komunikasi kadang dipakai untuk

mempengaruhi orang lain

Komunikasi dr-pasien hrs didsrkan pd sikap saling percaya

Kepercayaan masing-masing pihak akan membentuk komunikasi yg saling

menguntungkan untuk menentukan tindakan lebih lanjut, yaitu saling

berikan informasi.

2.4 Ruang lingkup informed consent

Bagian yang terpenting dalam pembicaraan mengenai informed consent

mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau

keluarga. Masalahnya adalah, informasi mengenai apa (what), yang perlu

disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (who),

dan informasi yang mana (which) yang perlu disampaikan.

Dalam Permenkes No 585 tahun 1989 tentang informed concent

dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada

pasien atau keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus

disampaikan. Mengenai apa (what) yang harus disampaikan, tentulah segala

sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Ini mencakup bentuk, tujuan,

resiko, manfaat dari terapi yang akan dilaksanakan dan alternatif terapi.

Penyampaian informasi haruslah secara lisan. Penyampaian formulir untuk

ditandatangani pasien atau keluraga tanpa penjelasan dan pembahasan secara lisan

dengan pasien atau keluarga tidak memenuhi persyaratan.

Mengenai kapan (when) disampaikan, tergantung pada pada waktu yang

tersedia setelah dokter memutuskan atau melakukan tindakan invasive dimaksud.

Pasien atau keluarga pasien harus diberi waktu yang cukup untuk menentukan

keputusannya. Yang menyampaikan (who) informasi, tergantung dari jenis

tindakan yang akan dilakukan. Dalam Permenkes dijelaskan dalam tindakan

bedah dan tindakan invasif lainnya harus diberikan oleh dokter yang akan

melakukan tindakan. Penyampaian informasi ini memerlukan kebijaksanaan dari

Page 8: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

dokter yang akan melakukan tindakan tersebut atau petugas yang ditunjuk untuk

itu dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi pasien. Mengenai

informasi yang mana (which) yang harus disampaikan dalam Permenkes

dijelaskan haruslah selengkap-lengkapnya, kecuali dokter menilai informasi

tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak

diberiakn informasi.

2.5 Persetujuan

Inti dari persetujuan adalah persetujuan haruslah didapat sesudah pasien

mendapat informasi yang adekuat. Yang harus diperhatikan adalah bahwa yang

berhak memberikan persetujuan adalah pasien yang sudah dewasa (diatas 21

tahun atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental.

Dalam banyak informed concent yang ada selama ini, penandatanganan

persetujuan ini lebih sering dilakukan oleh keluarga pasien. Hal ini mungkin

berkaitan dengan kesangsian terhadap kesiapan mental pasien, sehingga beban

demikian diambil alih oleh keluarga pasien.

Untuk pasien dibawah umur 21 tahun dan pasien penderita gangguan jiwa

yang menandatangani adalah orangtua/wali/keluarga terdekat. Untuk pasien dalam

keadaan tidak sadar, atau pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat

dan secara medik berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan

medik segera, maka tindak diperlukan persetujuan dari siapapun (pasal 11 bab IV

PERMENKES no 585).

Terdapat 5 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya informed concent

yaitu :

1. Diberikan secara bebas

2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian

3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien

dapat memahami tindakan itu perlu dilakukan.

4. Mengenai sesuatu hal yang khas

5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

Page 9: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

2.6 Penolakan

Tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medik yang

akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian, kalangan dokter maupun kalangan

kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluaraga mempunyai hak

untuk menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Ini disebut sebagai informed

refusal.

Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternatif tindakan yang

diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah

sakit meminta pasien atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap

anjuran tindakan medik yang diperlukan.

2.7 Kedudukan Hukum Informed consent

- Informed Concent merupakan “ surat pernyatan” bahwa pasien telah

diberitahu hal-ihwal penyakit & pengobatan yang akan diberikan, kerugian

& keuntungan serta alternatifnya termasuk penjelasan tentang biaya.

- Jadi sifatnya perbuatan sepihak (meski didahului proses komunikasi 2

pihak) maka ada yang mendefinisikan sebagai “ijin” atau permisi.

- Perlu Komunikasi – Informasi, dalam hal menghasilkan persetujuan /

kesepakatan.

- Dalam Hubungan Hukum ada perbuatan masing-masing pihak & ada

perbuatan dua belah pihak.

- Atas dasar hal tersebut maka perlu Informed Consent dalam pelayanan

kesehatan.

2.8 Hakikat informed consent

1. Merupakan sarana legimitasi bagi dokter untuk melakukan intervensi

medik yang mengandung resiko serta akibat yang tidak menyenangkan

2. Merupakan pernyataan sepihak; maka yang menyatakan secara tertulis

(written consent) hanya yg bersangkutan saja yg seharusnya

menandatangani.

Page 10: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

3. Merupakan dokumen walau tidak pakai materai tetap syah, untuk

peradilan (hakim) harus “pemateraian kemudian (nazejelling)” di kantor

pos setempat.

2.9 Fungsi informed consent

- Sebagai bentuk penghormatan terhadap harkat & martabat pasien selaku

manusia

- Promo terhadap hak untuk menentukan nasib sendiri

- Untuk mendorong dokter/dokter gigi melakukan kehati-hatian dalam

mengobati pasien

- Menghindari penipuan & misleading dari dokter

- Mendorong diambilnya keputusan yg lebih rasional

- Mendorong keterlibatan publik dalam masalah pelayanan kesehatan

(Pengawas)

- Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang pelayanan

kesehatan

2.10 Manfaat Informed consent

Bagi Pasien :

1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yg lebih adekuat

2. Perlindungan hukum preventif

3. Implementasi hak atas diri sendiri

4. Pasien dapat memilih dan memutuskan dengan benar apa yang akan

dilakukan terhadap dirinya

Bagi dokter :

1. Sebagai legalitas untuk dapat melakukan tindakan medik

2. Sebagai perlindungan Hukum preventif

3. Untuk dapat bertindak lebih hati-hati

Bagi sarana pelayanan kesehatan :

1. Sebagai bagian dari dokumen rekam medis

2. Sebagai bukti administratif & bukti yuridis

Page 11: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

3. Sarana yang terkait dengan akreditasi (bagi RS)

3. Malpraktek medik dan pencegahan

3.1 Pengertian Malpraktek

Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan

tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yg lazim di pergunakan dalam

mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang

sama.

Yang dimaksud dengan kelalaian disini adalah sikap kurang hati-hati,

yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya

dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-

hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika

kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan

orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum “De minimis

noncurat lex” yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap

sepele. Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan

bahkan merenggut nyawa orang lain maka diklasifikasikan sebagai kelalaian berat

(culpalata).

Tolak ukur culpalata adalah:

1. Bertentangan dengan hukum

2. Akibatnya dapat dibayangkan

3. Akibatnya dapat dihindarkan

4. Perbuatan dapat dipersalahkan

Jadi malpraktek medik merupakan kelalaian yang berat dan pelayanan

kedokteran dibawah standar.

Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:

1. Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum

dikalangan profesi kedokteran

Page 12: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

2. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi (tidak legeartis)

3. Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak

hati-hati

4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.

Jika dokter hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etik

kedokteran, maka ia hanya telah melakukan malpraktek etik. Untuk dapat

menuntut penggantian kerugian karena kelalaian, maka penggugat harus dapat

membuktikan adanya 4 unsur berikut:

1. Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien

2. Dokter telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipergunakan

3. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya

4. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan dibawah standar

Contoh kasus:

Seorang dokter umum melakukan pembedahan benjolan pada leher

seorang wanita yang kemudian timbul komplikasi perdarahan. Dokter

menghentikan tindakannya sedangkan benjolan tersebut belum diangkat

seluruhnya. Padahal dikota tempat dokter ini bekerja ada dokter spesialis bedah.

Dalam kasus ini dokter umum tersebut melanggar KODEKI Bab I pasal 2 dan 11,

KUHP pasal 360.

KODEKI Bab I pasal 2:

Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran

tertinggi.

KODEKI Bab I pasal 11

Dalam hal tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian

dalam penyakit tersebut.

Page 13: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

KUHP pasal 360

Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka

berat atau luka sedemikian, sehingga berakibat penyakit atau halangan sementara

untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara

selama-lamanya 5 tahun.

3.2 Penanganan Malpraktek

Dalam etik sebenarnya tidak ada batas-batas yang jelas antara boleh atau

tidak, oleh karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksinya.

Di negara-negara maju terdapat suatu Dewan Medis (Medical Council)

yang bertugas melakukan pembinaan etik profesi dan menanggulangi

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap etik kedokteran. Di negara kita

IDI telah mempunyai Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK), baik di

tingkat pusat maupun di tingkat cabang. Karena fungsi MKEK ini belum

memuaskan, maka pada tahun 1982 Departemen Kesehatan membentuk Panitia

Pertimbangan dan Pembinaan Etik Kedokteran (P3EK) yang terdapat di pusat dan

di tingkat provinsi.

Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktek etik yang tidak

dapat ditanggulangi oleh MKEK, dan memberi pertimbangan serta usul-usul

kepada pejabat yang berwenang.

3.3 Upaya Pencegahan Malpraktek

1. Dokter harus menyadari akan hak setiap pasien, ia berhak untuk mengetahui

penyakit apa yang dideritanya, prosedur diagnostik apa yang perlu dilakukan,

metode mana yang akan dipakai untuk pengobatan penyakitnya serta

bagaiman prognosanya.

2. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien, haruslah sesuai dengan

standar yang telah disepakati oleh organisasi profesi dan fakultas dimana ia

dididik menjadi dokter; mulai dari anmnesa yang baik, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, terapi yang diberikan dan jangan lupa REKAM

MEDIS ( MEDICAL RECORD)

Page 14: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

3. Dalam setiap akan melakukan tindakan yang mengandung resiko, misalnya

operasi atau prosedur diagnostik perlu dibuat suatu formulir persetujuan atas

tindakan tersebut serta resiko yang dapat terjadi.

4. Jika terjadi peristiwa, segera menghubungi organisasi profesi (IDI), oleh

karena di dalam organisasi tersebut terdapat badan yang khusus menangani

masalah yang berkaitan atau yang diduga malpraktek. Adapun badan tersebut

adalah MKEK( Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) dan BPA (Badan

Pembelaan Anggota).

Pasal-pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan penyimpangan dalam praktek

kedokteran :

1. Dalam Bab XIV : Kejahatan terhadap kesusilaan,

Pasal 229 KUHP, dapat merupakan penyulit bagi dokter yang menjalankan

program keluarga berencana.

2. Dalam Bab XV : Meninggalkan orang yang perlu ditolong,

Pasal 304 KUHP, dapat merupakan penyulit bagi dokter atau rumah sakit,

yang menolak pasien.

3. Dalam bab XIX : Kejahatan terhadap nyawa,

Pasal 344 KUHP, dapat dikaitkan dengan masalah euthanasia

Pasa 349 KUHP, memuat ancaman hukuman bagi dokteryang melakukan

pengguguran kandungan

4. Dalam bab xxi : menyebabkan mati atau luka-luka karena kealpaan,

Pasal 361 KUHP, memuat ancaman hukuman bagi dokter yang melakukan

kejahatan sesuai dengan pasal 359 KUHP dan pasal 360 KUHP

(menyebabkan mati atau luka-luka).

Page 15: Hukum Kesehatan Dan Hukum Kedokteran

DAFTAR PUSTAKA

1.