ii. tinjauan pustaka 2.1 teori balanced scorecard · kaplan dan norton (1992), sebagai perkembangan...
TRANSCRIPT
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Balanced Scorecard
2.1.1 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan
Kaplan dan Norton (1992), sebagai perkembangan dari konsep pengukuran
kinerja yang mengukur kinerja perusahaan. Menurut Kaplan & Norton, Balanced
Scorecard terdiri dari dua kata yaitu :
1. Scorecard yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil
kinerja yang sesungguhnya.
2. Balanced dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel atau
karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu:
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, dan dari
intern maupun ekstern.
Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan
strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh perusahaan. Balanced
Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari
strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan
(Tunggal, 2001).
Tujuan dan ukuran Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi.
Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif,
finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan
(Kaplan dan Norton, 2001). Tujuan dan pengukuran keuangan dalam Balanced
11
Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran – ukuran keuangan dan non
keuangan yang ada melainkan merupakan hasil dari proses top – down
berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha. Misi dan strategi harus
diterjemahkan oleh Balanced Scorecard menjadi suatu tujuan dan ukuran yang
nyata.
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem
manajemen pengukuran dan pengendalian secara cepat dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajemen tentang kinerja bisnis. Pengukuran
kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif
keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran
dan pertumbuhan.
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic atau
lebih tepat dinamakan suatu “Strategic Based Accounting System” yang
menjabarkan misi dan startegic perusahaan kedalam tujuan operasional dan tolak
ukur kinerja, dimana Balanced Scorecard ini memiliki karakterisrik sebagai
berikut :
1. Komprehensif : Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup
dalam pengukuran kinerja, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif ini menghasilkan
manfaat bagi perusahaan, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang
berlipat ganda dan berjangka panjang, serta membantu perusahaan untuk
memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
12
2. Koheren : Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun
hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan
dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran yang ditetapkan dalam
perspektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran
keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Seimbang : Keseimbangan diantara keempat perspektif dalam Balanced
Scorecard yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik, sangat
penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka panjang.
Bobot keempat perspektif dalam Balanced Scorecard adalah seimbang,
dimana perspektif yang satu tidak melebihi perspektif yang lain.
4. Terukur : Balanced Scorecard mengukur sasaran strategik yang sulit
untuk diukur. Sasaran strategik di perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang
tidak mudah terukur, namun dalam Balanced Scorecard ketiga perspektif
non keuangan tersebut ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan
untuk mengukur kinerja perusahaan (Mulyadi,2005).
2.1.2 Perspektif Balanced Scorecard
Kalpan dan Norton (2000) mengemukakan, bahwa Balanced Scorecard
terdiri dari empat perspektif, yakni 1) perspektif keuangan, 2) perspektif
pelanggan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Penjabaran lebih rinci dari empat perspektif diatas adalah sebagai
berikut.
2.1.2.1 Perspektif keuangan
13
Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran keuangan mempunyai dua
peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada
pengukuran keuangan yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah
direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif
yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Kaplan dan Norton (2000), siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu:
bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap
tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan keuangan yang berbeda.
1. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini
diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial
bagi bisnis tersebut. Untuk itu, maka pada tahap growth perlu
dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk
baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan
fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan
jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja
secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan
pelanggan. Secara keseluruhan tujuan keuangan pada tahap ini adalah
mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat
pertumbuhan penjualan di pasar sasaran.
2. Sustain (bertahan) di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai
akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan
mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada
tahap ini tujuan keuangan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh
keuntungan.
14
3. Harvest (menuai) di mana suatu organisasi atau badan usaha akan
berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan keuangan dari tahap
ini adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran
dana.
2.1.2.2 Perspektif pelanggan
Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi pelanggannya jika
manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi daripada pengorbanan yang
dikeluarkan oleh pelanggan tersebut untuk mendapatkan produk atau jasa itu. Dan
suatu produk atau jasa semakin bernilai apabila manfaatnya mendekati atau
bahkan melebihi dari apa yang diharapkan pelanggan. Kaplan dan Norton (2001)
mengharapkan perusahaan membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target
pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan
kemampuan, sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan.
Kepuasan pelanggan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen
terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat
pelayanan yang diharapkan (expected service). Definisi kepuasan pelanggan
berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
ketepatan penyampaiannya untuk mrngimbangi harapan pelanggan. Kepuasan
pelanggan mengungkapkan keselarasan antara harapan seseorang dan hasil yang
diperoleh, yang didalamnya pelanggan terus berpartisipasi.
Parasuraman dkk. (1985) meneliti kualitas jasa dan faktor-faktor yang
menentukannya. Mereka menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu:
1. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan
memuaskan.
15
2. Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.
3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik
dan memahami kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
2.1.2.3 Perspektif proses bisnis internal
Dalam perspektif proses internal bisnis, perusahaan harus
mengidentifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus
melakukannya dengan sebaik-baiknya, karena proses internal tersebut memiliki
nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan memberikan pengembalian yang
diharapkan oleh pemegang saham. Para manajer harus memfokuskan perhatiannya
pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan. Kinerja
perusahaan dari perspektif tersebut diperoleh dari proses bisnis internal yang
diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dari kompetensi
yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja
proses dan kompetensi tersebut.
Berdasarkan identifikasi kebutuhan konsumen, perusahaan mendesain
kemudian mengembangkan apa yang dibutuhkan oleh konsumen (fase ini
termasuk fase untuk pasar) setelah itu perusahaan mulai memproduksi kemudian
memasarkan dan melakukan pelayanan purna jual (fase nilai penawaran). Hal ini
guna memenuhi kepuasan pelanggan. Masing-masing perusahaan memiliki
seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya.
16
Secara umum Kaplan dan Norton (2001) membaginya menjadi 3 prinsip
dasar yaitu :
1. Inovasi
Inovasi sebagai gelombang panjang penciptaan nilai di mana perusahaan
pertama kali menemukan dan mengembangkan pasar baru, pelanggan baru, serta
kebutuhan yang sedang berkembang dan yang tersembunyi dari pelanggan yang
ada saat ini. Kemudian dengan melanjutkan gelombang panjang penciptaan dan
pertumbuhan nilai, perusahaan merancang dan mengembangkan produk dan jasa
baru yang memungkinkan menjangkau pasar dan pelanggan baru dan memuaskan
kebutuhan pelanggan yang baru teridentifikasi.
2. Operasi
Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan nilai di dalam
perusahaan. Dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan
penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan. Proses ini menitikberatkan
kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien,
konsisten dan tepat waktu.
3. Layanan purna jual
Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan,
penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan serta proses pembayaran.
2.1.2.4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan
pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh.
Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif
17
keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat
mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan
prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal.
Menurut Norton dan Kaplan (2000), dalam kaitannya dengan sumber daya
manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :
1. Tingkat kepuasan karyawan
Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan kecepatan bereaksi.
Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan jasa.
2. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)
Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan
yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila
tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan.
3. Produktivitas karyawan
Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan
keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang dilakukan para pekerja
terhadap jumlah keseluruhan pekerja.
2.2 Teori Bisnis
2.2.1 Pengertian Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), bisnis adalah usaha yang dijalankan
yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Menurut Grififin dan Ebert (2007),
18
bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud
mendapatkan laba. Dari pengertian diatas, dapat penulis menyimpulkan bisnis
adalah kegiatan sebuah organisasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan menciptakan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan dalam
meningkatkan kualitas hidup mereka.
2.2.2 Jenis – Jenis Bisnis
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1996), ada beberapa macam jenis
bisnis, untuk memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang
pertambangan atau menggali bahan-bahan tambang yang terkandung di
dalam perut bumi.
2. Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.
3. Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.
4. Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan
produk-produk yang tidak berwujud.
2.2.3 Elemen Bisnis
Elemen bisnis yang utama dan merupakan sumber daya yang kompetitif
bagi sebuah bisnis terdiri dari empat elemen utama yaitu:
1. Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-
kegiatan bisnis.
19
2. Bahan material, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari sumber daya alam,
termasuk tanah, kayu, mineral, dan minyak. Sumber daya alam tersebut
disebut juga sebagai faktor produksi yang dibutuhkan dalam melaksanakan
aktivitas bisnis untuk diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat.
3. Sumber daya manusia, yaitu sumber daya yang berkualitas yang
diperlukan untuk kemajuan sebuah bisnis.
4. Keterampilan manajemen.
5. Suatu bisnis yang sukses adalah suatu bisnis yang dijalankan dengan
manajemen yang efektif. Sistem manajemen yang efektif adalah sistem
yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tata kerja manajemen.
2.3 Teori Keuangan
Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan
berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam
transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah (Ridwan dan
Inge, 2003).
Terdapat dua pandangan terhadap teori keuangan ini, yaitu :
1. Pandangan klasik
Teori keuangan pada pandangan klasik dapat dibedakan menjadi dua yaitu
teori kuantitas dan teori sisa tunai. Teori kuantitas adalah perubahan dalam
penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya ke atas
harga – harga, dan perubahan kedua variabel tersebut adalah kearah yang sama.
20
Teori sisa tunai berpendapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akan
menimbulkan perubahan harga-harga yang sama tingkatnya.
2. Pandangan Keynes
Teori keuangan Keynes menerangkan tiga hal, yaitu :
1) Tujuan – tujuan memegang uang
a. Permintaan uang untuk transaksi
Tingkat spesialisasi yang tinggi hanya mungkin wujud apabila
pertukaran dilakukan dengan menggunakan uang karena dengan ini
pemilik uang dapa dengan mudah menggunakannya untuk membeli
barang – barang yang mereka perlukan.
b. Permintaan uang untuk berjaga – jaga
Uang yang disisihkan untuk tujun menghadapi keadaan kesusahan
atau masalah penting lain di masa depan dinamakan permintaan uang
untuk tujuan berjaga – jaga. Permintaan uang untuk tujuan awasan
adalah permintaan uang untuk menghadapi kesusahan – kesusahan
seperti apabila ada anggota keluarga yang sakit.
c. Permintaan uang untuk spekulasi
Masyarakat menggunakan pola uangnya untuk tujuan spekulasi yaitu
disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berhargaseperti
Obligasi Pemerintah, saham perusahaan dan “treasury bill”.
2) Permintaan uang dalam grafik
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat
untuk ketiga tujuan meminta uang yaitu tujuan transaksi, tujuan berjaga-
jaga, tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-
21
jaga ditentukan oleh pendapatan nasional dan sifatnya berbeda dengan
permintaan uang untuk tujuan spekulasi yang ditentukan oleh suku bunga.
3) Permintaan dan penawaran uang dan suku bunga
Dalam teori Keynes, suku bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Kurva penawaran uang adalah tidak elastik sempurna
(tegak lurus).
2.4 Teori Kepuasan Pelanggan
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan
(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Kotler
(2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan
harapannya. Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai
ketika kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan
konsumen. Sebaliknya, bila kualitas tidak memenuhi dan melebihi harapan,
keinginan dan kebutuhan konsumen maka kepuasan tidak tercapai. Konsumen
yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mencari
perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. Dari berbagai pendapat
di atas dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen yaitu tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dia rasakan dengan
harapannya.
Wilkie (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 elemen dalam kepuasan
konsumen yaitu :
22
1. Expectations
Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk sebelum
konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses pembelian
dilakukanan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang mereka terima
sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Barang atau jasa yang
sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.
2. Performance
Pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual barang atau jasa ketika
digunakan tanpa diperngaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja aktual barang
atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.
3. Comparison
Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja barang atau
jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa tersebut.
Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian sesuai atau
melebihi perepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.
4. Confirmation/disconfirmation
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terehadap
penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain.
Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya
disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja
aktual produk. konsumen akan merasa puas ketika tejadi confirmation /
discofirmation.
23
5. Discrepancy (ketidaksesuaian)
Discrepancy mengindikasikan bagaimana perbedaan antara level kinerja
dengan harapan. Negative disconfimations yaitu ketika kinerja aktual berada
dibawah level harapan, kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan
tingginya level ketidakpuasan. Sebaliknya positive disconfimations yaitu ketika
kinerja aktual berada diatas level harapan. Ketika konsumen puas, maka
konsumen akan menggunakan barang atau jasa yang sama, dan ketika konsumen
merasa tidak puas maka konsumen akan menuntut perbaikan atau komplain
terhadap perusahaan.
2.5 Kinerja Perusahaan
Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja.
Hawkins (1979) dalam buku The Oxford Paperback Dictionary mengemukakan
pengertian kinerja sebagai berikut : “Performance is: (1) the process or manner of
performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or
other entertainment”.
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.
Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan
menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang
disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian
kinerja.
Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
24
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian
penilaian kinerja perusahaan mengandung makna suatu proses atau system
penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi)
berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann,
1996; Brandon & Drtina, 1997).
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi
perusahaan. Pengukuran tersebut antara lain dapat dipergunakan untuk menilai
keberhasilan perusahaan dan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun
sistem imbalan dalam perusahaan. Menurut Anderson & Donald (1991:1008),
pengukuran kinerja didefinisikan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang seberapa baik tindakannya tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dimana perusahaan memerlukan penyesuaian – penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
Pada dasarnya terdapat tiga langkah dalam mendefinisikan pengukuran
untuk suatu program balanced scorecard, yaitu: langkah I: Mendefinisikan
pengukuran untuk setiap tujuan strategis. Setiap tujuan strategis dari setiap
perspektif dalam program balanced scorecard harus paling sedikit memiliki satu
pengukuran kinerja; langkah II: Mendefinisikan sumber-sumber untuk
pengukuran (identifikasi menggunakan tanda periksa V); dan langkah III:
mendefinisikan bagaimana pengukuran itu diturunkan (dihasilkan) dan dilaporkan
(Prijambodo, 2012).
25
2.6 Koperasi
2.6.1 Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan hukum yang berdasarkan atas asas kekeluargaan
yang anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum dengan tujuan
untuk mensejahterakan anggotanya. Umumnya koperasi dikendalikan secara
bersama oleh seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak suara yang
sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan
koperasi biasa disebut sisa hasil usaha atau SHU biasanya dihitung berdasarkan
andil.
Chaniago (1984) memberikan definisi, koperasi adalah suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang – orang atau badan hukum yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah
para anggotanya.
Menurut Hadhikusuma (2000), koperasi merupakan suatu perkumpulan
orang-orang yang bekerja sama dengan bertujuan mensejahterakan para anggota
koperasi tersebut. Selain itu, koperasi juga memberikan kebebasan untuk masuk
atau keluar sebagai anggota sesuai dengan peraturan yang ada.
Adapun pengertian koperasi menurut Richard Kohl dan Abrahamson
(dalam Ropke, 2003:13), koperasi adalah badan usaha dengan kepmilikan dan
pamakai jasa merupakan anggota koperasi itu sendiri serta pengawasan terhadap
badan usaha tersebut harus dilakukan oleh mereka yang menggunakan
jasa/pelayanan badan usaha itu.
26
2.6.2 Tujuan, Prinsip, dan Fungsi dan Peran Koperasi
Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dalam bab II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992, menyatakan
bahwa koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945. Menurut
Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya,
melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi
skala kecil.
Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992 dan yang berlaku
pada saat ini di indonesia adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Koperasi bersifat sukarela terhadap siapapun yang membutuhkan bantuan
dalam koperasi dan bersifat terbuka kepada para anggota dan yang lain (mau
membaur atau tidak menutup diri dengan anggota koperasi maupun yang lainnya).
2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
Koperasi adalah organisasi yang demokratik, anggotanya bebas
memberikan pendapat atau aspirasinya sendiri secara melibatkan diri dengan aktif
dalam keputusan.Bagi koperasi setiap anggota mempunyai hak mengundi yang
sama (satu anggota satu undi) dan koperasi di lain peringkat juga diuruskan secara
demokratik.
27
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
SHU dibagikan secara rata sesuai dengan seberapa besarnya jasa anggota
tersebut sehingga tidak menimbulkan rasa iri terhadap para anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Setiap pinjaman yang dipinjam oleh anggota harus disesuaikan dengan
modal yang ditanam didalam koperasi.
5. Kemandirian
Koperasi bersifat mandiri maksudnya tidak tergantung pada pinjaman atau
modal dari pihak lain tetapi semata-mata hanya dari anggota saja.
6. Pendidikan perkoperasian
Koperasi menyediakan pendidikan dan latihan untuk anggotanya, lembaga
yang dipilih, pengurus dan pekerja agar mereka boleh menyumbang secara
berkesan kepada kemajuan koperasi.
7. Kerjasama antar koperasi
Koperasi membantu anggotanya secara lebih berkesan di samping
mengukuhkan gerakan koperasi dengan cara bekerja bersama-sama di peringkat
tempatan, wilayah, nasional dan antarabangsa.
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi
dan peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini.
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
28
2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan
yang dikelola secara demokratis.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
2.6.3 Penggolongan Koperasi
Penggolongan koperasi adalah pengelompokan koperasi ke dalam
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu pula
(Baswir, 2013). Koperasi kemudian dapat digolongkan ke dalam beberapa
kelompok besar berdasarkan pendekatan. dan dalam masing-masing kelompok
besar dapat digolong – golongkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang lebih
khusus.
1. Koperasi berdasarkan bidang usaha, dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang
penyediaan barang – barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para
anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu koperasi
konsumsi sangat tergantung pada ragam anggota dan daerah kerja
tempat koperasi didirikan.
b. Koperasi produksi adalah yang kegiatan utamanya memproses bahan
baku menjadi barang jadi /setengah jadi.
29
c. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk
membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang
dihasilkannya.
d. Koperasi kredit/simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam
pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan
kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk
usahanya. Selain itu koperasi simpan pinjam juga bertujuan mendidik
anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta menghidari
anggotanya dari jeratan para rentenir.
2. Koperasi berdasarkan jenis komoditi dapat dibedakan menjadi :
a. Koperasi ekstraktif adalah koperasi yang melakukan usaha dengan
menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung
tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber alam itu.
b. Koperasi pertanian dan peternakan adalah koperasi yang melakukan
usaha berhubungan dengan komoditi pertanian dan peternakan
tertentu, berdasarkan usaha anggotanya. Dan umumnya beranggotakan
para petani, buruh tani dan pengusaha ternak.
c. Koperasi industri dan kerajinan adalah koperasi yang menjalankan
dibidang industri dan kerajinan tertentu. Usahanya meliputi
penggadaan , pengolahan, bahan baku menjadi barang jadi atau
gabungan ketiganya.
d. Koperasi jasa – jasa bertujuan untuk menyatukan potensi ekonomi
yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Contohnya : koperasi
jasa audit, koperasi jasa angkutan dan lainnya.
30
3. Koperasi berdasarkan profesi anggotanya meliputi :
a. Koperasi Karyawan
b. Koperasi Pegawai Negeri Sipil
c. Koperasi Angkatan Laut, Darat, Laut dan Udara
d. Koperasi Mahasiswa
e. Koperasi Pedagang Pasar
f. Koperasi Veteran RI
g. Koperasi Nelayan dan
h. Koperasi Kerajinan.
4. Koperasi berdasarkan daerah kerjanya
a. Koperasi primer : koperasi yang beranggotakan orang yang biasanya
didirikan pada lingkup wilayah terkecil tertentu. Contonya : KUD
(Koperasi Unit Desa).
b. Koperasi pusat : koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi
primer, biasanya didirikan sebagai pemusatan dari berbagai koperasi
primer dalam lingkup wilayah tertentu.
c. Koperasi gabungan : koperasi gabungan hampir sama dangan koperasi
pusat, kopersi gabungan tidak beranggotakan orang-orang, melainkan
beranggotakan koperasi-koperasi pusat yang berasal dari wilayah
tertentu. Contoh : GKBI.
d. Koperasi induk : koperasi yang beranggotakan berbagai koperasi pusat
atau koperasi-koperasi gabungan yang berkedudukan di ibukota
Negara. Contoh : Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) , Induk
Koperasi Karyawan ( inkopkar).
31
2.7 Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Himpuni (2008) dengan judul “Analisis
Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kinerja koperasi berdasarkan analisis balanced scorecard. Hasil dari penelitian ini
dinilai secara keseluruhan belum mencapai hasil yang optimal, dimana total
pencapaian dari keempat perspektif hanya sebesar 74,80 persen. Total skor pada
perspektif keanggotaan sebesar 40,00 persen (tingkat pencapaian sebesar 120
persen). Hal ini menunjukkan bahwa usaha KUD Sumber Alam untuk terus
menerus meningkatkan kesejahteraan angotanya dapat terwujud. Perspektif
keanggotaan memiliki kinerja yang baik dimana pencapaian akhir yang diperoleh
melebihi total pencapaian perspektif yang lain. Sedangkan total skor perspektif
keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan, dan proses bisnis internal masing
masing 9,49 ; 23,47 dan 1,85 ( tingkat pencapaian masing-masing 85,4 persen,
84,5 persen, dan 20,00 persen.
Penelitian yang dilakukan Putrayasa (2011) dengan judul “Pengukuran
Kinerja Ditinjau dari Empat Perspektif Balanced Scorecard pada Koperasi Mertha
Yasa di Desa Penarungan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kinerja koperasi apabila diukur menggunakan balanced scorecard. Adapun hasil
dari penelitian ini dengan penerapan empat perspektif balanced scorecard yang
ditinjau dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis
internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyatno dkk (2011) dengan judul
“Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard”. Hasil dari
32
penelitin ini berdasarkan tiap perspektif balanced scorecard menunjukkan bahwa
perspektif finansial, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif
pelanggan, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif proses
bisnis internal, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik.
Berdasarkan hasil pembahasan dari beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya
dan belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai pengukuran kinerja
menggunakan metode balanced scorecard pada Koperasi Kredit Kubu Gunung
Tegaljaya.
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis
Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya merupakan koperasi yang
menghimpun dana dari anggota dalam bentuk simpan pinjam, wajib, dan sukarela
dan berdiri sejak tahun 1998. Peneliti menemukan bahwa permasalahan yang
terjadi pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya adalah pengukuran kinerja
yang digunakan pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya masih
menggunakan pengukuran kinerja keuangan. Padahal seperti yang kita ketahui,
pengukuran kinerja yang baik bukan hanya diukur menggunakan kinerja keuangan
saja, tetapi diukur juga menggunakan kinerja non keuangan. Teori balanced
scorecard, teori bisnis, teori keuangan, dan teori kepuasan pelanggan merupakan
dasar yang digunakan untuk menemukan pemecahan atas permasalahan yang
muncul.
33
Untuk mengetahui keberhasilan dan untuk mewujudkan akuntabilitas
publik khususnya pertanggungjawaban terhadap anggota Koperasi Kredit Kubu
Gunung Tegaljaya, perlu dilakukan pengukuran atas kinerja organisasinya. Dari
penggabungan teori balanced scorecard didapatkan empat perspektif dalam
balanced scorecard yaitu: 1) perspektif keuangan yang dihitung dengan rasio
likuiditas menggunakan current ratio, rasio solfabilitas menggunakan total debt to
total assets, dan rasio profitabilitas/rentabilitas menggunakan net profit margin; 2)
perspektif anggota yang dihitung dengan pertumbuhan anggota dan kepuasan
anggota; 3) perspektif proses bisnis internal yang dihitung dengan Manufacturing
cycle efficiency (MCE); dan 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang
dihitung dengan produktivitas karyawan, tingkat retensi karyawan, dan tingkat
kepuasan karyawan. Hasil analisis tersebut akan direkomendasikan kepada
Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya.
34
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Kinerja Koperasi Kredit Kubu Gunung
Tegaljaya
Koperasi Kredit
Kubu Gunung Tegaljaya
Permasalahan Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya
− Pengukuran kinerja masih berdasarkan pengukuran
kinerja keuangan
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
1. Rasio
Likuiditas:
current ratio
2. Rasio
Profitabilitas:
net profit
margin
3. Rasio
Solvabilitas:
total assets to
debt ratio
1. Pertumbuhan
pelanggan
2. Kepuasan
pelanggan
Manufacturing
Cycle
Efficiency
(MCE)
1. Produktivitas
karyawan
2. Tingkat retensi
karyawan
3. Tingkat kepuasan
karyawan
Hasil Analisis
Rekomendasi
− Teori Balanced Scorecard
− Teori Bisnis
− Teori Keuangan
− Teori Kepuasan Pelanggan