iii bahan dan metode penelitian 3.1 bahan...
TRANSCRIPT
III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
3.1.1 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah semen yang berasal dari kambing Peranakan
Etawah (PE) yang berumur 3 tahun. Kambing Peranakan Etawah (PE) tersebut
dikandangkan secara individu di Kandang Kambing Perah Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran Desa Ciparanje, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten
Sumedang yang setiap harinya diberi makan berupa rumput, konsentrat dan
leguminosa. Semen diambil pada hari Senin dan Rabu pukul 09.00 WIB.
3.1.2 Bahan dan Peralatan Penelitian
Beberapa bahan dan peralatan penelitian yang diurutkan sesuai proses
penelitian berlangsung.
a. Penampungan Semen
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses penampungan semen
adalah vagina buatan atau artificial vagina, vaselin, air hangat, tabung
penampungan semen, pompa udara, dan kertas tabel.
b. Evaluasi Semen Segar
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses evalusi semen segar
adalah semen segar kambing Peranakan Etawah (PE), NaCl fisiologis, pewarna
eosin, tabung penampungan semen, pH indikator, object glass, cover glass, batang
pengaduk, pipet haemocytometer, kamar Neubaeur, mikroskop, pembakar busen,
korek api, counter, dan tisu.
c. Separasi dan Pencucian Spermatozoa
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses separasi dan pencucian
spermatozoa adalah semen kambing Peranakan Etawah yang sudah dievaluasi,
Bovine Serum Albumin (BSA) merek Sigma, Brackett-Oliphant (BO), water bath,
aquabidetilata, tabung reaksi, tabung sentrifugasi, alat sentrifugasi, rak tabung,
mikro pipet, kertas tabel, dan tisu.
d. Pengenceran Semen
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses pengenceran semen
adalah semen segar kambing Peranakan Etawah (PE) hasil sexing, tris kuning telur,
Penicillin, Streptomycin, gliserol, aquabidetilata, tabung reaksi, rak tabung, mikro
pipet, kertas tabel, dan tisu.
e. Pengemasan Semen Cair
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses pengemasan semen cair
adalah semen kambing Peranakan Etawah (PE) hasil sexing, mini straw volume
0,25 ml, dan alat pengemasan semen.
f. Pembekuan Semen
Bahan dan peralatan yang digunakan pada proses pembekuan semen adalah
mini straw volume 0,25 ml yang berisi semen cair kambing Peranakan Etawah (PE)
hasil sexing, N2 cair, styrofoam, rak besi, penjepit besi, container, canister, goblet,
dan thermometer.
g. Thawing Straw
Bahan dan perlatan yang digunakan pada saat proses thawing straw adalah
mini straw volume 0,25 ml yang berisi semen beku kambing Peranakan Etawah
(PE) hasil sexing, bejana berisi air hangat bersuhu 38˚C, gunting, dan tisu.
h. Pengamatan Kualitas Semen Post Thawing
• Motilitas Spermatozoa Post Thawing
Pengamatan ini membutuhkan beberapa bahan dan peralatan antara lain
semen kambing Peranakan Etawah (PE) hasil sexing post thawing, object glass,
cover glass, pipet haemocytometer, kamar Neubaeur, mikroskop, counter dan tisu.
• Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa Post Thawing
Pengamatan ini membutuhkan beberapa bahan dan peralatan antara lain
semen kambing Peranakan Etawah (PE) hasil sexing post thawing, larutan
Hypoosmotic Swelling Test (HOST Test) yaitu fruktosa, natrium sitrat, dan
aquabidestila, object glass, cover glass, mikroskop, counter dan tisu.
• Abnormalitas Spermatozoa Post Thawing
Pengamatan ini membutuhkan beberapa bahan dan peralatan antara lain
semen kambing Peranakan Etawah (PE) hasil sexing post thawing, pembakar busen,
pewarna eosin, aquabidestila, object glass, cover glass, mikroskop, counter dan
tisu.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Prosedur Penelitian
Berikut adalah prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini,
a. Pembuatan Media Brackett-Oliphant (BO)
Pembuatan Media Brackett-Oliphant (BO) berguna untuk media separasi
spermatozoa dan diracik sehari sebelum pelaksanaan separasi spermatozoa karena
larutan ini harus digunakan dalam keadaan segar. Media Brackett-Oliphant (BO)
ini digunakan dengan melarutkan dua larutan, yaitu larutan stok A dan stok B.
Larutan stok A terdiri dari NaCl 0,1 M, KCl, NaH2PO4.H2O, CaCl2.2H2O, dan
MgCl2.6H2O yang dilarutkan di dalam aquabidestilata dan stok B yang terdiri dari
NaHCO3 juga dilarutkan di dalam aquabidestilata.
Volume Brackett-Oliphant yang digunakan untuk separasi dalam satu kali
ulangan adalah 100 ml, yang terdiri dari 76 ml stok A dan 24 ml stok B. Volume
Brackett-Oliphant yang digunakan untuk mengencerkan semen tergantung pada
volume semen, motilitas, konsentrasi, volume yang diinginkan dan konsentrasi
spermatozoa yang diinginkan.
b. Penampungan Semen
Penampungan semen dilakukan di Kandang Kambing Perah Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran selama dua kali dalam seminggu pada hari
Senin dan Rabu pukul 09.00 WIB. Semen yang akan ditampung berasal dari satu
ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE). Sebelum proses penampungan semen
dilakukan, persiapkan satu set vagina buatan atau artificial vagina. Satu set vagina
buatan atau artificial vagina ini sebelumnya harus dicuci menggunakan air panas
agar steril. Setelah itu satu set vagina buatan siap digunakan masukan air panas
dengan suhu 38-40˚ ke dalam AV, kemudian dikocok lalu tiup lubang vagina buatan
untuk menyesuaikan dengan penis kambing jantan Peranakan Etawah (PE), dan lalu
mengoleskan vaselin ke area ujung depan selongsong karet.
Pemancing atau teaser yang digunakan adalah seekor kambing betina
Peranakan Etawah (PE) yang diikat di kandang jepit. Penampungan dilakukan
dengan melihat seekor jantan yang sudah melakukan false mount selama 2-3 kali.
Tangan kanan memegang vagina buatan sedangkan tangan kiri memegang pangkal
penis untuk diarahkan ke vagina buatan. Semen diejakulasikan ke dalam vagina
buatan dan biarkan kambing jantan memberikan dorongan ke vagina buatan agar
semen yang keluar lebih banyak. Setelah semen tertampung, lepaskan tabung
penambung semen dari set vagina buatan dan semen siap dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan evaluasi.
c. Evaluasi Semen Segar
Evaluasi semen segar dibagi menjadi dua bagian yaitu evaluasi
makroskopis dan mikroskopis.
• Evaluasi Makroskopis
o Volume
Volume semen kambing yang diperoleh dari proses penampungan dapat
diketahui dengan cara membaca skala yang terdapat pada tabung penampungan.
Volume semen kambing bervariasi yaitu 0,5-1,5 ml.
o Warna
Warna semen dapat diketahui langsung dengan cara melihat semen yang
terdapat pada tabung penampungan. Warna putih krem adalah warna normal semen
kambing. Jika warna selain warna putih krem seperti merah atau hijau kekuning-
kuningan, kemungkinan semen mengandung bakteri ataupun darah dan semen akan
diafkir.
o Bau
Bau semen dapat diketahui langsung dengan cara mencium bau semen yang
terdapat di tabung penampungan. Bau semen kambing normal memiliki bau khas
semen. Jika tercium bau tidak wajar atau busuk kemungkinan banyak spermatozoa
yang telah mati dan semen akan diafkir.
o Konsistensi
Konsistensi atau kekentalan atau viskositas semen akan berkaitan dengan
kepadaran atau konsentrasi spermatozoa. Konsistensi dapat dilihat dengan cara
menggoyangkan tabung penampung berisi semen secara perlahan. Semen dengan
konsistensi kental akan terlihat pada proses kembalinya larutan semen ke posisi
tegak akan lebih lama dibandungkan dengan semen yang konsistensinya encer.
Konsistensi semen kambing yang baik adalah konsistensi yang kental.
o pH
Pemerikasaan derajat keasaman atau pH dilakukan dengan cara
menempelkan pH indikator ke semen. pH semen kambing yang normal berkisar
antara 6,8-7,0.
• Evaluasi Mikroskopis
o Gerakan Massa
Gerakan masa diamati dengan cara meletakkan satu tetes semen ke object
glass tanpa menggunakan cover glass kemudian diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x10. Gerakan massa spermatozoa digolongkan sebagai
berikut:
• Sangat baik (+++ atau 3+), jika gerakan bergelombang cepat dan padat,
membentuk pusaran-pusaran gelombang.
• Baik (++ atau 2+), jika gerakan aktif kedepan.
• Lumayan atau sedang (+ atau 1+), jika gerakan sangat lemah atau gerakan
berayun.
• Buruk (nekrospemia atau nilai 0), jika sperma tidak bergerak.
Standar gerakan massa untuk dapat diproses lebih lanjut adalah (++ atau 2+ dan
+++ atau 3+).
o Konsentrasi Spermatozoa Total
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pipet haemocytometer dan
kamar hitung neubauer. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
• Semen dihisap dengan pipet hemocytometer sampai tanda 0,5.
• Hisap larutan NaCl 3% 0,1 M sampai tanda 101.
• Kocok larutan dengan gerakan membentuk angka 8 selama 2–3 menit.
• Beberapa tetesan pertama dibuang dan dikocok lagi.
• Kamar hitung neubauer ditutup dengan cover glass.
• Satu tetes semen diteteskan pada sisi cover glass.
• Jumlah sel spermatozoa dihitung dalam 5 kamar menurut arah diagonal.
Setiap kamar mempunyai 16 ruangan kecil, maka di dalam 5 kamar terdapat
80 ruangan kecil. Seluruh gelas hemocytometer memiliki 400 ruangan kecil.
Dengan volume setiap ruangan kecil adalah 0,1 mm3 dan pengenceran 200
kali, maka dapat dihitung konsentrasi sperma dengan perhitungan sebagai
berikut:
Konsentrasi Total = Jumlah spermatozoa × 107 sperma per ml
o Motilitas Spermatozoa
Motilitas spermatozoa adalah kemampuan spermatozoa untuk melakukan
gerak maju atau progresif. Motilitas spermatozoa dapat dihitung dengan
menggunakan pipet haemocytometer dan kamar hitung neubauer. Semen diambil
dengan menggunakan haemocytometer samapai pada angka 0,5 kemudian
diencerkan dengan NaCl fisiologis. Setelah itu dari haemocytometer tersebut
dikeluarkan sebanyak 1 tetes. Sehingga pengenceran yang dilakukan pada semen
adalah 200 kali. Kemudian teteskan semen pada kamar hitung neubauer dan diamati
jumlah sperma motil sebanyak 5 lapang pandang. Persentase motilitas spermatozoa
yaitu:
%M =KT − KM
KT× 100%
Keterangan:
M : Motilitas
KT : Konsentrasi Total
KM : Konsentrasi Sperma Mati/ Non Motil
Ilustrasi 1. Pengamatan Motilitas Spermatozoa di Kamar Neubauer
Sumber: Rizal, dkk (2006)
o Abnormalitas Spermatozoa
Abnormalitas spermatozoa adalah keadaan dimana spermatozoa tidak
dalam bentuk yang normal. Abnormalitas meliputi abnormalitas primer dan
sekunder. Abnormalitas primer terjadi bukan karena kecelakaan proses produksi
tetapi bersifat genetik yaitu kepala kembar, kepala pipih, kepala besar atau kecil,
ekor dua, ekor kecil atau besar dan lain-lain sedangkan abnormalitas sekunder
terjadi karena kecelakaan proses produksi antara lain badan atau leher patah, ekor
melingkar atau keriting, kepala terpisah dari ekor dan lain-lain. Abnormalitas
spermatozoa dihitung dengan membuat preparat ulas eosin. Jumlah spermatozoa
yang abnormal dihitung bersama dengan spermatozoa yang normal kurang lebih
sebanyak 200 sel spermatozoa. Persentase sel spermatozoa yang abnormal adalah:
Ab =A
A + B× 100%
Keterangan:
Ab : Persentase Spermatozoa Abnormal
A : Jumlah spermatozoa yang Abormal
B : Jumlah Spermatozoa yang Normal
Ilustrasi 2. Pengamatan Abnormalitas Spermatozoa
Sumber: Lodhi, dkk, 2008
Keterangan:
1 = spermatozoa double-tail
2 = spermatozoa twin-head
d. Separasi dan Pencucian Spermatozoa
Separasi dilakukan dengan cara memasukan larutan BSA 10% dan 5%
masing-masing 2 ml kedalam tabung, kemudian masukan 1 ml semen yang telah
diencerkan dengan BO dengan perbandingan semen dan BO yaitu 1:7 pada tabung
yang sama. Inkubasi tabung yang telah berisi larutan BSA dan semen dalam water
bath pada suhu 35oC selama 45, 60 dan 75 menit, setelah diinkubasi 1 ml larutan
bagian atas dibuang karena dianggap sebagai spermatozoa mati dan 4 ml larutan
berikutnya dipisahkan berdasarkan batas antara konsentrasi larutan 5% dan 10%,
lapisan bagian atas diberi label X dan lapisan bawah diberi label Y. Tambahkan
larutan BO sebanyak 5 ml pada masing-masing tabung dan sentrifugasi dengan
kecepatan 1800 rpm selama 10 menit, setelah disentrifugasi cairan supernatan
dibuang sedangkan bagian bawah yang berbentuk pellet merupakan spermatozoa
hasil separasi.
e. Pengenceran Semen
Tabung reaksi yang berisi semen hasil sexing atau pellet ditambahkan
dengan larutan pengencer BO dengan cara menuangkankan larutan BO melalui
dinding tabung reaksi secara perlahan. Pellet tersebut kemudian diencerkan dengan
tris kuning telur yang telah mengandung antibiotik penicillin dengan dosis 1000
IU/ml pengencer dan streptomycin sebanyak 1 mg/ml pengencer. Proses
selanjutnya adalah menambahkan gliserol sebanyak 6% dari total pengencer pada
tabung koleksi yang berisi campuran semen dan pengencer. Kocok secara perlahan
agar tidak terjadi gelembung menggunakan mikropipet.
f. Pengemasan Semen Cair
Semen cair hasil sexing kemudian akan dikemas ke mini straw bervolume
0,25 ml. Pemasukan semen cair ke dalam mini straw menggunakan alat
pengemasan berupa pompa penghisap dan selang plastik penghisap. Bagian mini
straw yang memiliki sumbat disambungkan dengan selang plastik penghisap
sedangkan ujung selang plastic lainnya disambungkan ke pompa penghisap.
Tuangkan semen cair hasil sexing ke dalam cawan untuk pengisian mini straw,
kemudian hidupkan pompa penghisap agar semen masuk ke dalam mini straw.
Selanjutnya ujung mini straw ditutup dengan tepung polyvinyl alcohol.
g. Equilibrasi
Straw yang telah berisi semen cair kemudian disimpan ke dalam lemari es
dengan temperatur 5°C selama 2-4 jam, proses ini dinamakan proses equilibrasi.
Proses ini bertujuan agar spermatozoa menyesuaikan diri dengan pengencer dan
persiapan sebelum proses pembekuan.
h. Pembekuan Semen
Beberapa tahapan proses pembekuan dimulai dari proses pre-freezing yaitu
dengan cara menguapi mini straw yang telah berisi semen cair hasil sexing dengan
uap N2 cair di dalam styrofoam berusuhu -80˚ sampai dengan -100˚C selama 7-8
menit dengan jarak mini straw dengan permukaan cairan sekitar 3-5 cm. Tahapan
berikutnya adalah proses freezing dengan cara memindahkan mini straw ke dalam
container yang berisi N2 cair hingga suhu -196˚C. Pengangkatan mini straw
menggunakan pinset, kemudian dimasukan ke goblet yang nantinya ditempatkan
ke dalam canister yang akan dimasukan ke dalam container.
i. Thawing Semen
Thawing semen dilakukan untuk mencairkan kembali semen beku
dilakukan dengan cara memasukan mini staw yang membeku tadi ke dalam bejana
berisi air dengan suhu 38˚C selama 30 detik.
j. Pengamatan Kualitas Semen Post Thawing
Kualitas semen yang diamati saat post thawing adalah membran plasma
utuh, motilitas dan abnormalitas.
• Motilitas Spermatozoa
Prosedur yang digunakan untuk mengamati motilitas sperma hampir sama
dengan yang digunakan saat evaluasi mikroskopis semen segar hanya berbeda pada
sampel. Sampel yang diamati adalah semen diambil dari mini straw setelah
dilakukannya proses post thawing. Pengambilan semen ini dilakukan dengan cara
memotong mini straw di bagian tengah.
• Keutuhan Membran Plasma
Prosedur yang digunakan untuk mengamati keutuhan membran plasma
adalah sebagai berikut.
1. Membuat larutan hypoosmotik swelling test (HOST-Test) yaitu larutan
0,179 gr NaCl 0,1 M dalam 100 ml aquabidestilata.
2. Menggunting bagian tengah mini straw untuk mengambil sampel semen,
lalu masukan ke larutan hypoosmotik swelling test (HOST-Test). Inkubasi
selama 1 jam.
3. Membuat preparat ulas dari larutan tersebut.
4. Mengamati preparat ulas dengan pembesaran 40 kali, dengan menghitung
200 sel spermatozoa. Spermatozoa yang membran plasmanya masih utuh
ditandai dengan ekor yang membengkak, melingkar, dan menggembung
akibat terpapar larutan hypoosmotik swelling test (HOST-Test) sedangkan
yang rusak, ekornya lurus (Saili, 1999).
Ilustrasi 3. Pengamatan Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa
Sumber: Ariswan, 2014
Keterangan:
a = spermatozoa bermembran plasma utuh (swelling)
b = spermatozoa bermembran plasma tidak utuh (non-swelling)
• Abnormalitas Spermatozoa
Prosedur yang digunakan untuk mengamati abnormalitas sperma hampir
sama dengan yang digunakan saat evaluasi mikroskopis semen segar hanya berbeda
pada sampel. Sampel yang diamati adalah semen diambil dari mini straw setelah
dilakukannya proses post thawing. Pengambilan semen ini dilakukan dengan cara
memotong mini straw di bagian tengah.
3.2.2 Perlakuan Percobaan
Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut:
P1 = 45 menit waktu inkubasi
P2 = 60 menit waktu inkubasi
P3 = 75 menit waktu inkubasi
Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali.
3.2.3 Peubah yang Diamati
• Motilitas Spermatozoa (%)
Pengamatan motilitas dilakukan setelah proses post thawing, persentase
motilitas spermatozoa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% Motilitas spermatozoa =konsentrasi total – sperma yang mati
konsentrasi total sperma×100%
• Keutuhan Membran Plasma (%)
Evaluasi untuk melihat keutuhan membran plasma dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40 kali, dengan menghitung 200 sel
spermatozoa. Keutuhan membran plasma diamati dengan cara memasukan sampel
semen kedalam larutan hypoosmotik swelling test (HOST-Test) yaitu larutan 0,179
gr NaCl dalam 100 ml aquabidestilata. Presentase keutuhan membran plasma
dihitung menggunakan rumus:
MPU =P
P + Q× 100%
Keterangan:
MPU : Membran Plasma Utuh
P : Jumlah spermatozoa ekor melingkar
Q : Jumlah spermatozoa ekor lurus
• Abnormalitas Spermatozoa (%)
Pengamatan abnormalitas dilakukan setelah proses post thawing,
presentasi abnormalitas spermatozoa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ab =A
A + B× 100%
Keterangan:
Ab : Persentase Spermatozoa Abnormal
A : Jumlah spermatozoa yang Abormal
B : Jumlah Spermatozoa yang Normal
2.2.4 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
perlakuan dan enam kali ulangan. Model matematika Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang digunakan adalah:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij = respon hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = rata-rata perlakuan
αi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh galat yang timbul dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik
ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sidik Ragam
Sumber keragaman db JK KT Fhitung Ftabel
Perlakuan t-1 = 2 JKP KTP KTP
KTG
Galat t(r-1) = 15 JKG KTG
Total tr – 1 = 17 JKT
Keterangan: db = Derajat Bebas JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah t = Total Perlakuan r = Banyaknya Ulangan
Hipotesis:
H0 : P1 = P2 = P3
H1 : P1 ≠ P2 ≠ P3 atau minimal ada sepasang perlakuan yang tidak sama.
Kaidah keputusan:
1. Bila Fhitung < Ftabel, maka terima H0 artinya tidak ada perbedaan yang nyata
(non significant).
2. Bila Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0 dan terima H1 artinya ada perbedaan
yang nyata (significant).
Jika didapatkan kesimpulan dari analisis ragam yaitu menolak H0 atau
terdapat perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata terhadap hasil pengamatan yang
dilakukan maka perlu dilakukan uji lanjutan menggunakan metode Ortogonal
Polinomial. Menurut Hanifiah (1991), metode ini digunakan untuk menguji
kecenderungan hubungan fungsional antara perlakuan – perlakuan dan
pengaruhnya terhadap objek penelitian pada percobaan – percobaan faktor tunggal
(disebut juga trend comparison). Hubungan fungsional antara variabel bebas y dan
peragam tak bebas x secara polinomial dinyatakan sebagai berikut:
Ƴ = ∝+ 𝛽1𝑥+ 𝛽2𝑥2+ ... + 𝛽𝑛𝑥n
Keterangan:
α = Intersepsi
βi = (i =1 ,2,…, n) = koefisien regresi parsial yang berasosiasi dengan derajat
polynomial ke- i
Y = Respon
X = Perlakuan
Gomez dan Gomez (1995) telah menguraikan perhitungan untuk
mendapatkan koefisien ortogonal polinomial untuk derajat polinomial pertama
(linier), derajat polinomial kedua (kuadratik), dan derajat polinomial ketiga (kubik),
sebagai berikut:
L = a+ Xi
Qi b cXi + Xi2
Ci = d+ eXi + fXi2 + Xi3
Tabel 3. Analisis Ragam Sesuai Dengan Pembandingan Ortoghonal Polynomial
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas (db)
Jumlah
Kuadrat (JK)
Kuadrat
Tengah (KT)
Statistik Uji F
Perlakuan
Linier
Kuadratik
Kubik
Kuartik
t – 1
1
1
1
1
JKP
JKP1
JKP2
JKP3
JKP4
KTP
KTP1
KTP2
KTP3
KTP4
F
F1
F2
F3
F4
Galat
Percobaan
Sisa JKG KTG
Total n-1 JKT
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik
uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis. Penentuan derajat polinomial
didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan
hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang
signifikan (Widhiarih, 2001).
3.2.5 Tataletak Percobaan
Ilustrasi 4. Pengacakan Perlakuan
Tabel 4. Data Pengamatan
Penampungan Perlakuan
P1 P2 P3
1 P1U1 P2U1 P3U1
2 P1U2 P2U2 P3U2
3 P1U3 P2U3 P3U3
4 P1U4 P2U4 P3U4
5 P1U5 P2U5 P3U5
6 P1U6 P2U6 P3U6
Keterangan:
P : Perlakuan ke (1,2,3)
U : Ulangan ke (1,2,...,6)
P3U1 P2U1 P1U1
P1U3 P1U2 P3U2
P2U2 P2U3 P1U4
P2U5 P1U5 P2U4
P3U3 P1U6 P3U4
P3U5 P2U6 P3U6
1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13 14 15
16 17 18