ii.pdf
TRANSCRIPT
![Page 1: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/1.jpg)
9
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses
perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian
anak. Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pertama dan utama bagi
pendidikan anak, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi
anak.
Menurut Soelaeman (1994:21), “keluarga merupakan suatu kelompok orang
sebagai suatu kesatuan atau unit yang kumpul dan hidup bersama untuk waktu
yang relatif berlangsung terus, karena terikat oleh pernikahan dan hubungan
darah”.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa berkumpulnya orang dalam
suatu persekutuan hidup yang diikat oleh rasa kasih sayang dalam waktu yang tak
terbatas merupakan inti dari kehidupan keluarga.
Menurut Maciver dan Page dalam Soelaeman (1994:9), terdapat lima ciri
khas keluarga yang umumnya terdapat dimana-mana yaitu :
a. Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita)
b. Dikukuhkan oleh suatu pernikahan
c. Adanya pengakuan terhadap keturunan atau anak yang dilahirkan
dalam rangka hubungan tersebut.
d. Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama
e. Diselenggarakannya kehidupan rumah tangga.
![Page 2: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/2.jpg)
10
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dilihat dari bentuk dan jenisnya, keluarga dapat dibedakan menjadi dua
bentuk dan jenis yaitu :
1) Keluarga besar atau luas (Extended Family)
Extended Family merupakan keluarga terkecil disamping ayah, ibu dan
anak-anak termasuk pula didalamnya paman, bibi, kakek, nenek, cucu, mertua,
ipar, keponakan, dan sebagainya yang kadang-kadang dinamakan dengan istilah
kerabat.
2) Keluarga kecil atau inti (Nuclear Family)
Nuclear family merupakan keluarga yang didasarkan pada hubungan darah
dan terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga inti tersebut lazimnya juga disebut
rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan
proses pergaulan.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Soelaeman (1994:85-115), antara lain :
a. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan
anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada
umumnya. Fungsi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaannya, melainkan
menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya
pendidikan, perencanaan dan pengelolaannya.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga dalam mengembangkan individu
anak menjadi pribadi yang mantap, juga meliputi upaya membantu dan
![Page 3: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/3.jpg)
11
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik dan berprestasi dalam
kehidupan pribadi.
c. Fungsi Proteksi atau Fungsi Perlindungan
Fungsi proteksi atau fungsi perlindungan adalah fungsi keluarga dalam
melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungannya,
melindungi dari pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancamnya lebih-
lebih dalam kehidupan dewasa ini yang kompleks.
d. Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial antara anak dan orangtuanya yang
didasari dengan kemesraan. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan
cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, persahabatan, identifikasi dan
persamaan mengenai nilai-nilai.
e. Fungsi Religius
Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajarkan anak dan
anggota keluarganya kepada kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar
untuk mengerti kaidah-kaidah agama melainkan untuk menjadi insan beragama
yang sadar akan kedudukan dan kewajibannya kepada Allah SWT.
f. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga dalam mencari nafkah,
perencanaan, pembelanjaan dan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan para anggotanya.
![Page 4: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/4.jpg)
12
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
g. Fungsi Rekreasi
Keluarga memerlukan suasana akrab, rumah yang hangat diantara anggota-
anggota keluarga dimana hubungan antar keluarga bersifat saling mempercayai
bebas tanpa beban dan diwarnai suasana santai. Rekreasi memberikan imbalan
pada pengeluaran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang rutin dan
mungkin menimbulkan kejenuhan. Rekreasi di sini tidak berarti keluarga itu harus
pergi atau berlibur ke sesuatu tempat tetapi dapat dilakukan di rumah misalnya
dengan meluangkan waktu sehari untuk berkumpul dan bersantai dengan seluruh
anggota keluarga.
h. Fungsi Biologis
Fungsi biologis adalah fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan biologis anggotanya. Salah satunya adalah kebutuhan akan
perlindungan fisik guna kelangsungan hidupnya, perlindungan kesehatan,
perlindungan dari rasa lapar, haus dan kedinginan, kepuasan bahkan kenyamanan
dan kesegaran jasmani, termasuk juga kebutuhan biologis ialah kebutuhan seksual
dengan keinginan untuk mendapatkan keturunan yang dapat dipenuhi dengan
wajar dan layak sebagai suami istri dalam keluarga.
3. Peran Orangtua
Setiap manusia yang menjadi bagian dari masyarakat senantiasa mempunyai
status atau kedudukan yang akan menimbulkan suatu peran atau peranan. Jadi
status merupakan posisi di dalam suatu sistem sosial. Peran adalah perilaku yang
terkait dengan status tersebut.
![Page 5: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/5.jpg)
13
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Peran merupakan
pemeranan dari perangkat hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan ia
menjalankan suatu peranan. Peranan menentukan apa yang diperbuat seseorang
dalam masyarakat.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam Jeffy (2011) orang tua adalah merupakan
pendidik utama dan pertama bagianak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari
pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia
dalam Jeffy (2011) orangtua adalah ayah dan / atau ibu seorang anak, baik melalui
hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orangtua memiliki peranan yang
sangat penting dalam membesarkan anak. Ali Qaimi dalam Jeffy (2011) juga
mengatakan bahwa orang tua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan
memainkan peran penting dan terbesar dalam melaksanakan tanggung jawab ini.
Dari satu sisi, orang tua adalah pembawa warisan keturunan dan di sisi lain
merupakan bagian dari masyarakat.
Jadi orangtua adalah orang dewasa pertama bagi anak yang harus mau
menerima terhadap segala tingkah laku anaknya, tempat anak menggantungkan,
tempat ia mengharapkan bantuan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
menuju kedewasaan, serta bertanggung jawab penuh terhadap kesuksesan anak
untuk hidup di masa depan. Orangtua memegang peranan penting untuk
meningkatkan prestasi belajar anak tanpa dorongan dan rangsangan dari orangtua
maka perkembangan dan prestasi belajar anak mengalamai hambatan.
![Page 6: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/6.jpg)
14
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa orangtua
adalah suatu tindakan untuk memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar,
serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya untuk mencapai tahapan
tertentu.
Orangtua akan berperan aktif untuk menunjang keberhasilan anak. Hal ini
bisa dicapai dengan bagaimana peran orangtua memberi motivasi, bimbingan,
fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya. Kebiasaan
belajar yang baik dan disiplin diri harus dimiliki anak, selain itu kebutuhan untuk
berprestasi tinggi dan berdaya saing tinggi harus selalu ditanamkan pada diri anak
sedini mungkin. Jika hal ini telah dilakukan maka keberhasilan anak lebih mudah
untuk dicapai.
Peran orangtua yang seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam
meletakkan dasar-dasar pendidikan terhadap anak-anaknya. Orangtua juga harus
bisa menciptakan situasi pengaruh perhatian orangtua dengan menanamkan
norma-norma untuk dikembangkan dengan penuh keserasian, sehingga tercipta
iklim atau suasana keakraban antara orangtua dan anak. Menurut Nurcholis
Madjid dalam Jeffy (2011) peran orang tua adalah peran tingkah laku, tulada atau
teladan, danp ola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati
oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh. Peran orangtua menurut Stainback dan
Susan dalam Jeffy (2011) antara lain:
a) Peran sebagai fasilitator Orangtua bertanggung jawab menyediakan diri
untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan
keterampilan belajar yang baik ,memajukan pendidikan dalam keluarga
dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan
yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis.
![Page 7: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/7.jpg)
15
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b) Peran sebagai motivator Orangtua akan memberikan motivsi kepada anak
dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,
mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres
yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sekoalah dan memberi penghargaan terhadap prestasi
belajar anak dengan memberi hadiahmaupun kata-kata pujian.
c) Peran sebagai pembimbing atau pengajar Orangtua akan memberikan
pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui
pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak,
membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar
dan tingkah laku anak yang kurang baik.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa orangtua
mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pendidikan yang
terbaik bagi anak mereka. Orangtua berperan amat penting dalam aspek
perkembangan anak, karena orangtua adalah guru pertama bagi anak karena
orangtualah yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada
anak-anaknya.
4. Pendidikan Keluarga Sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah, selain
kelompok belajar, kursus, dan pendidikan sejenis. Pendidikan keluarga merupakan
satuan pendidikan luar sekolah yang sifatnya sangat mendasar disebabkan karena
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak
menurut Ki Hajar Dewantara dalam Soelaeman (1994:85), yang didalamnya
berlangsung proses pembelajaran antara orangtua dengan anak untuk
menanamkan nilali-nilai dan norma serta keterampilan untuk mempersiapkan
(khususnya anak) dalam kehudupan selanjutnya.
Proses pedidikan keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah,
karena ditandai dengan adanya hubungan fungsional antara komponen-komponen
![Page 8: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/8.jpg)
16
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pendidikan luar sekolah. Hubungan fungsional antara komponen pendidikan luar
sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Masukan mentah (raw input) dalam pendidikan keluarga yang menjadi
masukan mentah yaitu anggota keluarga khususnya anak dengan
karakteristiknya, termasuk perbedaan umur, jemis kelamin,dan sifat dari
masing-masing anak.
b. Masukan sarana (instrumental input) meliputi keseluruhan sumber dan
fasilitas yang memungkinkan bagi anak untuk melakukan kegiatan table
manner, masukan sarana dalam pendidikan keluarga meliputi orangtua sebagai
pendidik, dan pengalaman dari orangtua sebagai pedoman dalam mendidik
anak, tujuan dari pendidikan keluarga yang ditetapkan orangtua dan fasilitas
pendukung dalam proses pendidikan pada keluarga.
c. Proses, menyangkut interaksi antara masukan sarana dan masukan mentah.
Dalam pendidikan keluarga proses menyangkut interaksi antara orangtua dan
anak berupa bimbingan, arahan dan pembinaan. Dalam interaksi ini orangtua
menggunakan peran orangtua serta berusaha untuk menumbuhkan aspek
perkembangan anak.
d. Masukan lingkungan (enviromental input) yaitu faktor lingkungan yang
menunjang atau mendorong berjalannya proses pendidikan dalam
keluarga,meliputi lingkungan masyarakat dimana keluarga itu tinggal dan
anggota keluarga lainya seperti kakek, nenek, saudara serta keadaan rumah.
e. Keluaran (out put) perubahan tingkah laku anak sesuai harapan orangtua
menjadi seorang anak yang disiplin dan mengenal tata krama dalam makan.
![Page 9: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/9.jpg)
17
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
f. Masukan lain (other input) adalah daya dukung lain yang memungkinkan anak
dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan
kehidupannya.
g. Pengaruh (impact) menyanngkut hasil yang diperoleh anak yaitu dampak yang
ditimbulkan dari proses pendidikan keluarga dalam menumbuhkan aspek
perkembangan anak.
B. Aspek Perkembangan Anak
1. Perkembangan Anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan
orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak
lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin
dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam
Gunarsa, 1995) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam
Suryabrata, 2000), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi
anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak
mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita
kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang
diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sobur dalam Mardyy (2012), mengartikan anak sebagai orang yang
mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa
dengan segala keterbatasan. Sejalan dengan itu menurut Siti Haditno dalam
![Page 10: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/10.jpg)
18
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mardyy (2012), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan
pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak
merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak
untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik
dalam kehidupan bersama.
Adapun perkembangan anak menurut Fatimah (2006:23) yaitu :
a. Perkembangan Intelek
Intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan
saraf otaknya. Karena daya pikir menunjukan fungsi otak, kemampuan itelektual
atau kemampuan berfikir dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu
menunjukan fungsinya dengan baik. Menurut Piaget, Perkembangan kognitif
seseorang meliputi tahapan berikut ini :
1) Masa sensorik, motorik (0,0-2,5 tahun)
Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan
aktifitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Ia memberikan reaksi
motorik terhadap rangsangan yang diterimanya dalam bentuk reflek, seperti
reflek mencari putting susu ibu, reflek menangis, reflek kaget, dan lain-lain.
Reflek-reflek ini kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih
canggih, misalnya berjalan.
2) Masa pra operasional (2,0-7,0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah dalam menggunakan simbol yang mewakili suatu
konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan seorang anak melakukan
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang dilihatnya.
![Page 11: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/11.jpg)
19
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Masa konkreto prarasional (7,0-11,0 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang konkret. Ia
mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu identifikasi
(mengenali sesuatu), negasi (mengikari sesuatu), dan reproaksi (mencari
hubungan timbal-balik antara beberapa hal).
4) Masa operasional (11,0-dewasa)
Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu bepikir abstrak dan
hipotesis. Pada tahap ini, ia mampu memperkirakan hal-hal yang mungkin
terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan.
b. Perkembangan Emosi
Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas
dimiliki oleh manusia. Sebab, hanya manusia yang memiliki perasaan, sedangkan
hewan tidak mempunyai perasaan. Pada awal pertumbuhannya, yang dibutuhkan
bayi adalah kebutuhan primer, yaitu makan, minum, dan kehangatan tubuh.
Semakin besar kebutuhan biologisnya, semakin banyak dan kompleks karena
pertumbuhan fisik itu diikuti oleh perkembangan emosinya.
c. Perkembangan Sosial
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak
dapat berdiri sendiri tetapi, memerlukan bantuan individu lain. Pada umumnya,
setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.
Anak-anak itu kemudian akan membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya,
memahami dunianya, dan dunia pergaulan yang lebih luas. Selanjutnya, manusia
mengenal kehidupan bersama, berkeluarga, bermasyarakat atau berkehidupan
![Page 12: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/12.jpg)
20
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sosial. Dalam perkembanganya, ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu tidak
seorang diri, harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi, dan
sebagainya.
d. Perkembangan Bahasa
Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan
dengan sesamanya. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda,
gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Berbicara adalah bahasa lisan. Dalam perkembangan awal berbahasa lisan, bayi
menyampaikan isi pikiran atau perasaanya dengan menangis, tersenyum atau
ocehan. Perkembangan lebih lanjut, yang telah berusia 6-9 bulan, ia mulai
berkomunikasi dengan satu kata atau dua kata, seperti maem, mama, mimi, dan
sebagainya. Dengan demikian, ia mampu menyusun frase dan kalimat tiga kata
untuk menyatakan maksud atau keinginannya.
e. Bakat Khusus
Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki setiap individu yang
memerlukan rangsangan atau latihan agar berkembang dengan baik. Seseorang
yang memiliki bakat akan mudah diamati karena kemampuan yang dimilikinya
berkembang dengan pesat, seperti kemampuan di bidang seni, oah raga atau
keterampilan.
f. Sikap, Nilai, dan Moral
Pada awalnya pengenalan nilai dan pola tindakan itu masih bersifat paksaan,
dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan
perkembangan inteleknya, anak berangsur-angsur mulai mengikuti berbagai
![Page 13: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/13.jpg)
21
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ketentuan yang berlaku di dalam keluarga. Semakin lama semakin luas hingga
ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan negaranya.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.36), anak-anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan
yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-
pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tangguang jawab
keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus
dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Pengembangan moral
anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan
sekolah.
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran
nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan
dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan
penghargaan Wantah (2005: 123).
Untuk memberikan bimbingan, arahan, dan pengawasan terhadap anaknya
dibutuhkan adanya kerja sama dalam bentuk kesepakatan atau kompromi agar
kelak tidak membingungkan anak dalam menerima pendidikan tersebut. Apabila
![Page 14: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/14.jpg)
22
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
anaknya bersalah, maka orang tua harus konsisten untuk memberikan hukuman
sesuai dengan perbuatannya.
Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat
motorik di otak. Hurlock dalam idblognetwork (2010) mengatakan bahwa
perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik
merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal
cord.
Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot-otot kasar (gross
muscle) atau motorik kasar dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau
motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,
naik turun tangga, dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot
halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh
yang lebih spesifik, seperti menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan
motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua
kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan agar anak bisa
berkembang dengan optimal.
![Page 15: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/15.jpg)
23
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Thelen dalam idblognetwork (2010), mengemukakan bahwa perkembangan
keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan
lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan
yang jelas dan dapat diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat
mempengaruhi penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut.
Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga
mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan
yang mendapat stimulasi lebih banyak dalam belajar berjalan akan lebih cepat
menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi
pada usia yang sama.
Pengertian kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat
susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam
ebookbrowse:2012). Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap,
sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan
perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget dalam ebookbrowse (2012), yang hidup dari tahun 1896 sampai
tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia
merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-
fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang
yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif
(constructivism). Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
![Page 16: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/16.jpg)
24
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran
konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak
membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di
sekitarnya. Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu
sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya
dengan lingkungan di sekitarnya.
Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya
pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui
sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kirakira 3 tahun mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara,
bercakap-cakap).
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat
berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan dapat
mengekspresikan perasaannya. Dengan bahasa orang dapat membuka cakrawala
berfikir dan mengmbangakan wawasannya. Anak-anak belajar bahasa melalui
interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan rumah,sekolah, atau masyrakat.
Di sekolah anak belajar bahsa melalui interaksi dengan guru, teman sebaya
dan orang dewasa lainnya. Guru atau pendidik anak usia dini perlu memahami
tentang perkembangan dan pengembangan bahasa anak. Menurut Ensiklopedia
Indonesia dalam Rike (2010) bahasa adalah kumpulan kata dan aturan yang tetap
di dalam menggabungkannya berupa kalimat, merupakan system bunyi yang
melambangkan pengertian-pengertian tertentu. Menurut Eliason dalam Rike
(2010) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya
![Page 17: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/17.jpg)
25
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Anak belajar bahasa sejak
masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan,
senyuman dan gerakan badan, belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia
sebelum enam tahun.
Erik Erikson dalam Nur Hayat (2011) seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust
(percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon
rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa
percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan
menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs
ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya
dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi
kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa
malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia
4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan
orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya
dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya
diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
![Page 18: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/18.jpg)
26
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini :
Tabel 2.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2 – <4 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
2 – < 3 tahun 3 – < 4 tahun
I. Nilai-nilai Agama
dan Moral Merespons
hal-hal yang terkait
dengan nilai agama
dan moral.
1. Mulai meniru gerakan
berdoa/sembahyang sesuai
dengan agamanya.
2. Mulai meniru doa pendek
sesuai dengan agamanya.
3. Mulai memahami kapan
mengucapkan salam, terima
kasih, maaf, dsb.
1. Mulai memahami
pengertian perilaku yang
berlawanan meskipun
belum selalu dilakukan
seperti pemahaman
perilaku baik-buruk,
benar-salah, sopan tidak
sopan.
2. Mulai memahami arti
kasihan dan sayang kepada
ciptaan Tuhan.
II. Motorik
A. Motorik Kasar
1. Berjalan sambil berjinjit.
2. Melompat ke depan dan ke
belakang dengan dua kaki.
3. Melempar dan menangkap
bola.
4. Menari mengikuti irama.
5. Naik-turun tangga atau
tempat yang lebih tinggi /
rendah dengan berpegangan.
1. Berlari sambil membawa
sesuatu yang ringan
(bola).
2. Naik-turun tangga atau
tempat yang lebih tinggi
dengan kaki bergantian.
3. Meniti di atas papan yang
cukup lebar.
4. Melompat turun dari
ketinggian kurang lebih 20
cm (di bawah tinggi lutut
![Page 19: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/19.jpg)
27
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Motorik Halus
1. Meremas kertas atau kain
dengan menggerakkan lima
jari.
2. Melipat kertas meskipun
belum rapi/lurus.
3. Menggunting kertas tanpa
pola.
4. Koordinasi jari tangan
cukup baik untuk
memegang benda pipih
seperti sikat gigi, sendok
anak).
5. Meniru gerakan senam
sederhana seperti
menirukan gerakan pohon,
kelinci melompat).
1. Menuang air, pasir, atau
biji-bijian ke dalam
tempat penampung
(mangkuk, ember).
2. Memasukkan benda kecil
ke dalam botol (potongan
lidi, kerikil, biji-bijian).
3. Meronce manik-manik
yang tidak terlalu kecil
dengan benang yang agak
kaku.
4. Menggunting kertas
mengikuti pola garis lurus.
III. Kognitif
A. Mengenal
pengetahuan umum.
1. Menyebut bagian-bagian
suatu gambar seperti gambar
wajah orang, mobil,
binatang, dsb.
2. Mengenal bagian-bagian
tubuh (lima bagian).
4. Menemukan/mengenali
bagian yang hilang dari
suatu pola gambar seperti
pada gambar wajah orang,
mobil, dsb.
5. Menyebutkan berbagai
nama makanan dan
rasanya (garam, gula atau
cabai).
6. Memahami perbedaan
![Page 20: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/20.jpg)
28
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Mengenal konsep
ukuran, bentuk, dan
pola
1. Memahami konsep ukuran
(besar-kecil, panjang-
pendek).
2. Mengenal tiga macam
bentuk (lingkaran, segitiga,
kotak).
3. Mulai mengenal pola.
antara dua hal dari jenis
yang sama seperti
membedakan antara buah
rambutan dan pisang;
perbedaan antara ayam
dan kucing.
1. Menempatkan benda
dalam urutan ukuran
(paling kecil-paling
besar).
2. Mulai mengikuti pola
tepuk tangan.
3. Mengenal konsep banyak
dan sedikit
IV. Bahasa
A. Menerima Bahasa
B. Mengungkapkan
Bahasa.
1. Hafal beberapa lagu anak
sederhana.
2. Memahami cerita/dongeng
sederhana.
3. Memahami perintah
sederhana seperti letakkan
mainan di atas meja, ambil
mainan dari dalam kotak.
1. Menggunakan kata tanya
dengan tepat (apa, siapa,
bagaimana, mengapa,
dimana).
2. Pura-pura membaca cerita
bergambar dalam buku
dengan kata-kata sendiri.
3. Mulai memahami dua
perintah yang diberikan
bersamaan contoh: ambil
mainan di atas meja lalu
berikan kepada ibu
pengasuh atau pendidik.
1. Mulai menyatakan
keinginan dengan
mengucapkan kalimat
sederhana (saya ingin
![Page 21: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/21.jpg)
29
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
main bola)
2. Mulai menceritakan
pengalaman yang dialami
dengan cerita sederhana.
V. Sosial-Emosional
Mampu
mengendalikan emosi
1. Mulai bisa mengungkapkan
ketika ingin buang air kecil
dan buang air besar.
2. Mulai memahami hak
orang lain (harus antri,
menunggu giliran).
3. Mulai menunjukkan sikap
berbagi, membantu, bekerja
bersama.
4. Menyatakan perasaan
terhadap anak lain (suka
dengan teman karena baik
hati, tidak suka karena
nakal, dsb.).
5. Berbagi peran dalam suatu
permainan (menjadi dokter,
perawat, pasien penjaga
took atau pembeli).
1. Mulai bisa melakukan
buang air kecil tanpa
bantuan.
2. Bersabar menunggu
giliran.
3. Mulai menunjukkan sikap
toleran sehingga dapat
bekerja dalam kelompok.
4. Mulai menghargai orang
lain.
5. Bereaksi terhadap hal-hal
yang dianggap tidak benar
(marah apabila diganggu
atau diperlakukan
berbeda).
6. Mulai menunjukkan
ekspresi menyesal ketika
melakukan kesalahan.
Sumber: Permendiknas No. 58
![Page 22: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/22.jpg)
30
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 2.2
Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 – ≤ 6 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan
4 – < 5 tahun 5 – < 6 tahun
I. Nilai-nilai Agama
dan Moral Merespons
hal-hal yang terkait
dengan nilai agama
dan moral.
1. Mengenal Tuhan melalui
agama yang dianutnya.
2. Meniru gerakan beribadah.
3. Mengucapkan doa sebelum
dan / atau sesudah
melakukan sesuatu.
4. Mengenal perilaku
baik/sopan dan buruk.
5. Membiasakan diri
berperilaku baik.
6. Mengucapkan salam dan
membalas salam.
1. Mengenal agama yang
dianut.
2. Membiasakan diri
beribadah.
3. Memahami perilaku mulia
(jujur, penolong, sopan,
hormat, dsb).
4. Membedakan perilaku
baik dan buruk.
5. Mengenal ritual dan hari
besar agama.
6. Menghormati agama
orang lain.
II. Motorik
A. Motorik Kasar
1. Menirukan gerakan
binatang, pohon tertiup
angin, pesawat terbang,
dsb.
2. Melakukan gerakan
menggantung (bergelayut).
3. Melakukan gerakan
melompat, meloncat, dan
berlari secara terkoordinasi
4. Melempar sesuatu secara
terarah
4. Melakukan gerakan tubuh
secara terkoordinasi untuk
melatih kelenturan,
keseimbangan, dan
kelincahan.
5. Melakukan koordinasi
gerakan kaki-tangan-
kepala dalam menirukan
tarian atau senam.
6. Melakukan permainan
fisik dengan aturan.
![Page 23: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/23.jpg)
31
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Motorik Halus
C. Kesehatan Fisik
5. Menangkap sesuatu secara
tepat
6. Melakukan gerakan
antisipasi
7. Menendang sesuatu secara
terarah
8. Memanfaatkan alat
permainan di luar kelas.
1. Membuat garis vertikal,
horizontal, lengkung
kiri/kanan, miring
kiri/kanan, dan lingkaran.
2. Menjiplak bentuk.
3. Mengkoordinasikan mata
dan tangan untuk
melakukan gerakan yang
rumit.
4. Melakukan gerakan
manipulative untuk
menghasilkan suatu bentuk
dengan menggunakan
berbagai media.
5. Mengekspresikan diri
dengan berkarya seni
menggunakan berbagai
media.
1. Memiliki kesesuaian antara
usia dengan berat badan.
7. Terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri.
8. Melakukan kegiatan
kebersihan diri.
1. Menggambar sesuai
gagasannya.
2. Meniru bentuk.
3. Melakukan eksplorasi
dengan berbagai media
dan kegiatan.
4. Menggunakan alat tulis
dengan benar.
5. Menggunting sesuai
dengan pola.
6. Menempel gambar dengan
tepat.
7. Mengekspresikan diri
melalui gerakan
menggambar secara detail.
1. Memiliki kesesuaian
antara usia dengan berat
![Page 24: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/24.jpg)
32
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Memiliki kesesuaian antara
usia dengan tinggi badan.
3. Memiliki kesesuaian antara
tinggi dengan berat badan.
badan.
2. Memiliki kesesuaian
antara usia dengan tinggi
badan.
3. Memiliki kesesuaian
antara tinggi dengan berat
badan.
III. Kognitif
A. Mengenal
pengetahuan umum
dan sains.
1. Mengenal benda
berdasarkan fungsi (pisau
untuk memotong, pensil
untuk menulis).
2. Menggunakan benda-benda
sebagai permainan
simbolik (kursi sebagai
mobil).
3. Mengenal gejala sebab-
akibat yang terkait dengan
dirinya.
4. Mengenal konsep
sederhana dalam kehidupan
sehari-hari (gerimis, hujan,
gelap, terang, temaram,
dsb).
5. Mengkreasikan sesuatu
sesuai dengan idenya
sendiri.
6. Mengklasifikasi benda
berdasarkan fungsi.
7. Menunjukkan aktivitas
yang bersifat eksploratif
dan menyelidik (seperti:
apa yang terjadi ketika air
ditumpahkan).
8. Menyusun perencanaan
kegiatan yang akan
dilakukan.
9. Mengenal sebab-akibat
tentang lingkungannya
(angin bertiup
menyebabkan daun
bergerak, air dapat
menyebabkan sesuatu
menjadi basah.)
10. Menunjukkan inisiatif
dalam memilih tema
permainan (seperti: ”ayo
kita bermain pura-pura
seperti burung”).
![Page 25: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/25.jpg)
33
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Konsep bentuk,
warna, ukuran dan
pola
C. Konsep bilangan,
lambang bilangan
dan huruf
1. Mengklasifikasikan benda
berdasarkan bentuk atau
warna atau ukuran.
2. Mengklasiifikasikan benda
ke dalam kelompok yang
sama atau kelompok yang
sejenis atau kelompok yang
berpasangan dengan 2
variasi.
3. Mengenal pola AB-AB dan
ABC-ABC.
4. Mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi
ukuran atau warna.
1. Mengetahui konsep banyak
dan sedikit.
2. Membilang banyak benda
satu sampai sepuluh.
11. Memecahkan masalah
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Mengenal perbedaan
berdasarkan ukuran:
“lebih dari”; “kurang
dari”; dan “paling/ter”.
2. Mengklasifikasikan benda
berdasarkan warna,
bentuk, dan ukuran (3
variasi)
3. Mengklasifikasikan benda
yang lebih banyak ke
dalam kelompok yang
sama atau kelompok yang
sejenis, atau kelompok
berpasangan yang lebih
dari 2 variasi.
4. Mengenal pola ABCD-
ABCD.
5. Mengurutkan benda
berdasarkan ukuran dari
paling kecil ke paling
besar atau sebaliknya.
1. Menyebutkan lambang
bilangan 1-10.
2. Mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan.
![Page 26: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/26.jpg)
34
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Mengenal konsep bilangan.
4. Mengenal lambang
bilangan.
5. Mengenal lambang huruf.
3. Mengenal berbagai
macam lambang huruf
vokal dan konsonan.
IV. Bahasa
A. Menerima Bahasa
B. Mengungkapkan
Bahasa.
1. Menyimak perkataan orang
lain (bahasa ibu atau
bahasa lainnya).
2. Mengerti dua perintah yang
diberikan bersamaan.
3. Memahami cerita yang
dibacakan
4. Mengenal perbendaharaan
kata mengenai kata sifat
(nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb.).
1. Mengulang kalimat
sederhana.
2. Menjawab pertanyaan
sederhana.
3. Mengungkapkan perasaan
dengan kata sifat (baik,
senang, nakal, pelit, baik
hati, berani, baik, jelek,
dsb.).
4. Menyebutkan kata-kata
yang dikenal.
5. Mengutarakan pendapat
kepada orang lain.
5. Mengerti beberapa
perintah secara bersamaan.
6. Mengulang kalimat yang
lebih kompleks.
7. Memahami aturan dalam
suatu permainan.
1. Menjawab pertanyaan
yang lebih kompleks.
2. Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki
bunyi yang sama.
3. Berkomunikasi secara
lisan, memiliki
perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol
untuk persiapan membaca,
menulis dan berhitung.
4. Menyusun kalimat
sederhana dalam struktur
![Page 27: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/27.jpg)
35
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Keaksaraan
6. Menyatakan alasan
terhadap sesuatu yang
diinginkan atau
ketidaksetujuan.
7. Menceritakan kembali
cerita/dongeng yang pernah
didengar.
1. Mengenal simbol-simbol.
2. Mengenal suara–suara
hewan/benda yang ada di
sekitarnya.
3. Membuat coretan yang
bermakna.
4. Meniru huruf.
lengkap (pokok kalimat-
predikat-keterangan).
5. Memiliki lebih banyak
kata-kata untuk
mengekpresikan ide pada
orang lain.
6. Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan.
1. Menyebutkan simbol-
simbol huruf yang dikenal.
2. Mengenal suara huruf
awal dari nama benda-
benda yang ada di
sekitarnya.
3. Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki
bunyi/huruf awal yang
sama.
4. Memahami hubungan
antara bunyi dan bentuk
huruf.
5. Membaca nama sendiri.
6. Menuliskan nama sendiri.
V. Sosial-Emosional
Mampu
mengendalikan emosi
1. Menunjukkan sikap
mandiri dalam memilih
kegiatan.
2. Mau berbagi, menolong,
dan membantu teman.
1. Bersikap kooperatif
dengan teman.
2. Menunjukkan sikap
toleran.
3. Mengekspresikan emosi
![Page 28: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/28.jpg)
36
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Menunjukan antusiasme
dalam melakukan
permainan kompetitif
secara positif.
4. Mengendalikan perasaan.
5. Menaati aturan yang
berlaku dalam suatu
permainan.
6. Menunjukkan rasa percaya
diri.
7. Menjaga diri sendiri dari
lingkungannya.
8. Menghargai orang lain.
yang sesuai dengan
kondisi yang ada (senang-
sedih-antusias dsb.)
4. Mengenal tata krama dan
sopan santun sesuai
dengan nilai sosial budaya
setempat.
5. Memahami peraturan dan
disiplin.
6. Menunjukkan rasa empati.
7. Memiliki sikap gigih
(tidak mudah menyerah).
8. Bangga terhadap hasil
karya sendiri.
9. Menghargai keunggulan
orang
Sumber: Permendiknas No. 58
2. Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Dulu dalam buku-buku pemeliharaan anak sering terpusat pada membantu
orangtua bagaimana membesarkan anak agar sehat jasmani dan emosinya
terkontrol dengan baik. Buku-buku tersebut mengajarkan bagaimana menidurkan,
memberi makan, menghentikan kerewelan dan memandikan anak. Orangtua
hampir tidak dibantu akan perannya sebagi guru dan pengasuh dalam
mengembangkan kecerdasan anak, padahal peran orangtua khususnya ibu sebagai
pengasuh anak juga berkaitan juga dengan perannya sebagai pendidik bagi anak.
Pada uraian sebelumnya telah dibahas mengenai pentingnya pendidikan dalam
keluarga karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak.
![Page 29: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/29.jpg)
37
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Orangtua sendiri adalah guru pertama dan peling penting yang tidak pernah
dimiliki seorang anak.
Perkembangan diri anak, pertumbuhan kemampuan dan daya kritisnya serta
pengolahannya terhadap lingkungan itu tidak berlangsung sendirian melainkan
terekam pula didalamnya pengaruh yang diterimanya dari perlengkapan dan
penghayatan atau persepsinya terhadap situasi keluarga yang dihidupinya sejak
dini. Jika anak dalam hubungannya sehari-hari dengan anggota keluarganya sering
merasa diterima, merasa senang maka lingkungan keluarganya itu betul-betul
dirasakannya sebagai situasi keluarganya, anak akan merasa sebagai bagian dari
mereka. Pola pikirnya, perasaannya, seleranya, kemampuannya, kesenangan dan
ketidaksenangannya sadar atau tidak sadar akan coba diselaraskan anak dengan
situasi keluarganya.
Pengalaman-pengalaman yang dilalui sewaktu kecil, baik pengalaman pahit
maupun menyenangkan semuanya mempunyai pengaruh dalam kehidupan
nantinya karena kepribadian yang meliputi kebiasaan-kebiasaan, sikap dan
pandangan hidup terbentuk dari pengalaman sejak kecil, terutama pada tahun-
tahun pertama dari kehidupan anak. Pengalaman-pengalaman itu termasuk dalam
hal pendidikan, perlakuan orangtua, sikap orangtua terhadap anak atau sikap
orangtua satu sama lain.
Hubungan antara orangtua dan anak dalam keluarga sangat penting artinya
bagi perkembangan kepribadian anak karena orangtua merupakan orang pertama
yang dikenal oleh anak dan melalui orangtualah anak mendapat kesan-kesan
pertama tentang dunia luar. Orangtua merupakan orang pertama yang
![Page 30: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/30.jpg)
38
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
membimbing tingkah laku anak. Orangtua akan bereaksi terhadap tingkah laku
anak baik itu dengan menerima, menyetujui, membenarkan, menolak atau
melarang. Melalui pemberian nilai tersebut maka dalam diri anak akan terbentuk
norma-norma tentang apa yang baik atau buruk dan apa yang boleh atau tidak
boleh. Dengan demikian terbentuklah hati nurani anak yang mengarahkan tingkah
laku selanjutnya dan kewajiban orangtua adalah mengembangkan hati nurani yang
kuat dalam diri anak.
a. Hubungan suami istri
Jika hubungan suami istri hangat serta serasi, maka sikap mereka terhadap
anak lebih menunjukkan sikap yang pengertian dan toleransi.
b. Jumlah anak dalam keluarga
Pada keluarga dengan satu anak, orangtua lebih cenderung untuk memberi
perhatian lebih pada anak dan cenderung menuntut banyak pada anak.
c. Kepibadian orangtua
Kepribadian orangtua tidak dapat lepas dari bagaimana orangtua itu dulu
diasuh oleh orangtuanya. Sering nampak kesinambungan antara sikap orangtua
dulu terhadap dia dan bagaimana sikapnya dalam pendidikan anak-anaknya.
Banyak orangtua yang berlaku keras dalam pendidikan anaknya karena dulupun
mereka mendapat perlakuan yang keras dari orangtuanya.
d. Pengalaman orangtua
Bagaimana pengaruh orangtua terhadap perkembangan perilaku dan
kepribadian anaknya ditentukan oleh sikap, perilaku dan kepribadian orangtua.
Perilaku orangtua terhadap anaknya ditentukan oleh sikapnya terhadap
![Page 31: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/31.jpg)
39
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengasuhan anak yang juga merupakan aspek dari struktur kepribadiannya.
Kepribadian orangtua mempunyai dampak terhadap situasi psikologis dalam suatu
keluarga dan terhadap perkembangan kepribadian anak.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan mengenai peran ayah dan
ibu dalam perkembangan anak.
1) Peran Ayah
Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga ayah berperan sebagai kepala
keluarga, ia memimpin kehidupan keluarga dan tanggung jawab terhadap
keseluruhan kehidupan keluarga itu. Dalam kehidupan masyarakat ayah
sebagai kepala keluarga yang mewakili keluarga secara keseluruhan, ia
berperan sebagai penanggung jawab tentang kelancaran kehidupan keluarga
dan berperan pula sebagai penghubung antara keluarga dengan keluarga lain
maupun antara anggota-anggota keluarga dengan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan anak dan keluarga, ayah adalah pelindung, salah
satu cara yang dapat ia gunakan sebagi pelindung adalah dengan menciptakan
komunikasi antar anggota keluarga. Ayah yang baik akan berperan sebagai
pendengar yang baik bagi anggota keluarganya khususnya anak, ia akan
mendengar setiap pendapat dan usulan yang diajukan oleh setiap anggota
keluarga, memberikan kebenaran dan penghargaan akan setiap pendapat yang
diajukan tersebut dan jika pandangan anggota keluarga tersebut salah maka ia
akan membimbing atau meluruskannya dengan bijak.
Dalam permulaan kehidupan anak, kehidupan ayah masih berada di
belakang layar dan belum langsung dihayatinya sebab sehari-hari anak lebih
![Page 32: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/32.jpg)
40
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berurusan dengan ibu dalam memenuhi kebutuhan vitalnya. Baru disaat-saat
kemudian ayah akan tampil sebagai lambang wibawa bagi seluruh anggota
keluarga dan berperan sebagai anutan dan arahan sehingga ia mendapat tempat
dihati anak. Secara umum peran ayah dalam hal pendidikan dan pengasuhan
meliputi :
a) Sumber kekuasaan dalam keluarga
b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
d) Pelindung terhadap ancaman dari luar
e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
f) Pendidik dalam segi-segi yang rasional
2) Peran Ibu
Banyak ibu-ibu yang menganggap bahwa tugas utama seorang ibu adalah
merawat anaknya, menjaga kesehatannya, memperhatikan gizi makanan di
rumah, mengusahakan agar pakaian anak selalu rapih dan bersih serta
mengajarkannya sopan santun mengenai tata pergaulan. Jarang ibu-ibu
menyadari bahwa banyak yang dapat ibu lakukan untuk merangsang
perkembangan anak.
Banyak rangsangan atau pendidikan yang dapat ibu lakukan ialah melalui
bagaimana ibu mengasuh anak atau melalui pola pengasuhan anak yang ibu
lakukan. Pola asuh sendiri yaitu model bimbingan atau bantuan dan latihan yang
diberikan kepada anak. Banyak bentuk-bentuk pola asuh yang dapat diterapkan
![Page 33: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/33.jpg)
41
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mulai dari pola asuh yang cenderung otoriter hingga yang cenderung
membiarkan yang kesemuanya itu berdampak pada kehidupan anak selanjutnya.
Anak dilahirkan dengan ciri-ciri dan bakat yang berbeda-beda. Potensi
atau bakat ini menentukan limit atau batas-batas dari perkembangan anak,
namun pada kenyataanya limit ini tidak pernah atau jarang sekali tercapai.
Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan anak, maka orangtua khususnya
ibu harus memiliki kemampuan dalam menerapkan berbagai pola bimbingan
yang tepat sehingga dapat mengembangkan kemampuan anak secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Tugas seorang pendidik ialah mengusahakan suatu lingkungan pendidikan
yang optimal. Lingkungan yang dimaksud adalah segala pengaruh-pengaruh
yang diterima individu sejak lahir dan bukan sejak anak masuk sekolah. Ibu
merupakan guru pertama dan yang paling utama bagi seorang anak. Guru yang
dimaksud bukan berarti ibu membantu anak dengan pelajaran formal, peranan
ibu lebih banyak mengajar dengan contoh-contoh, menciptakan lingkungan
yang berstimulus, bercakap-cakap dengan anak, mendengarkan anak secara
serius, mencintainya, membiarkan anak mengajar dirinya di bawah bimbingan
ibu, memperkenalkannya kepada hal-hal yang mengagumkan dari dunia yang
ibu ketahui dan mengambil manfaat dari setiap kesempatan untuk belajar di
dalam kehidupan ibu dan anak. Ibu mempunyai kesempatan yang banyak untuk
membentuk kepribadian dan kemampuan anak, untuk mengajarkannya dengan
memberikan perhatian yang khusus sesuai dengan tempo anak dan pada saat-
saat dimana anak paling senang atau merasa tertarik untuk belajar.
![Page 34: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/34.jpg)
42
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa rumah merupakan tempat
yang baik dan ibu adalah guru yang ideal. Di rumah anak dapat belajar pada
batas kemampuannya sendiri tak ada tekanan sekolah, tidak ada jadwal belajar
yang formal, tidak ada tes, tidak ada rasa takut karena kesalahan yang
memalukan di depan umum. Di rumah anak dapat menerima umpan balik atas
pujian atau koreksi dengan cepat. Di rumah seorang ibu cukup mempunyai
waktu dan kesempatan untuk mengamati dan mengenal anaknya sebagai
individu, tidak hanya sebagai anggota kelompok. Ibulah yang paling tahu minat
anaknya dan tahu bila anak perlu dorongan atau pujian. Anak-anak yang
mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensinya secara optimal
akan tumbuh menjadi anak-anak yang bahagia, produktif dan kreatif sehingga
mereka akan lebih mampu mengahadapi macam-macam masalah dan tantangan
hidup.
Dewasa ini tak sedikit karena tuntutan keadaan dan masyarakat, seorang
ibu harus bekerja di sekolah, kantor atu pabrik. Juga tidak sedikit ibu yang
mengambil bagian aktif dalam masyarakat dan semua itu adalah baik. Tetapi
bagaimanapun juga satu hal harus diingat bahwa ibu adalah seseorang yang
mempunyai tanggung jawab tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh siapapun.
C. Table Manner
1. Pengertian Table Manner
Etika makan atau table manner merupakan aturan yang harus dilakukan saat
kita bersantap di meja makan. Etika makan yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa
ini menjadi aturan standar yang dilakukan setiap orang baik makan di rumah,
![Page 35: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/35.jpg)
43
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
restoran atau acara resmi. Walaupun dalam budaya berbagai bangsa ada aturan
dan norma yang berlaku tersendiri, table manner ini perlu menjadi panduan
pengajaran etika di meja makan.
Gina Adrlany Karsana, Presiden Director Highscope Indonesia dalam Lilis
(2010), berpendapat bahwa table manner hendaknya sudah diperkenalkan kepada
anak-anak sejak dini. Jangan dulu terpaku pada aturan secara Intemasional dalam
table manner nya, tapi banyak hal lain di luar segala aturan tersebut.
Table manner juga penting untuk meningkatkan disiplin anak.
Menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak-anak dan bisa berkomunikasi
dengan orang lain. Belajar table manner juga mengajarkan prilaku kepada anak
menjadi tuan rumah sejak dini. Sehingga table manner juga bisa dipraktikan di
luar rumah. Meningkatkan hubungan harmonis orangtua dan anak. Prilaku itu juga
mendidik anak untuk bergaul seperti ketika mengajak teman-teman mereka ke
pesta.
Usia 3 tahun merupakan usia yang cocok untuk mengajarkan etika makan.
Anak usia ini sudah bisa bicara dengan jelas, mampu diajak untuk berkomunikasi
dua arah, kemampuan mendengar dan menjalankan perintah sudah cukup baik,
begitu juga dengan kemampuan motoriknya sudah cukup baik sehingga tidak
banyak menemukan kesulitan untuk memegang peralatan makan sendok dan
garpu dengan benar.
Menurut Gina dalam okezone.com (2010) manfaat apabila table manners
diajarkan sejak dini di antaranya memperbaiki kemampuan motorik anak ketika
menggunakan peralatan makan dengan benar, meningkatkan level konsentrasi
![Page 36: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/36.jpg)
44
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
anak berlatih duduk dengan postur yang benar. Selain itu dapat membuat suasana
nyaman dan mendapatkan positive feedback dari orang-orang di sekitar.
Selain itu dapat meningkatkan kedisiplinan diri dengan mengetahui bahwa
segala aktivitas ada waktunya. Dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk
anak sejak dini dengan memulai dan mengakhiri suatu rutinitas.
Sekaligus bisa untuk meningkatkan keharmonisan hubungan antara orangtua
dan anak pada saat di meja makan. Bahkan, table manners juga menguntungkan
anak dalam kehidupan sosialnya karena dapat menumbuhkan kepercayaan diri
pada anak-anak dengan bersosialisasi dengan orang lain. Table manners juga
mempermudah anak-anak untuk beradaptasi dan diterima di lingkungan yang
baru. Atau dengan table manners minimal anak tahu bagaimana cara makan yang
baik.
Sebaiknya sistem pembelajaran table manners disesuaikan dengan tahap
umur mereka dari yang terbilang sangat muda sampai anak sedang berada pada
masa paling aktif. Misalnya dari umur 4 sampai 6 tahun, mereka bisa mencuci
tangan sebelum makan dan menata meja dengan melipat serbet. Kemudian untuk
umur-umur selanjutnya anak-anak diajarkan untuk memakan hidangan yang lebih
rumit seperti spageti, menuliskan undangan sendiri, dan seterusnya.
Dalam pembelajaran etika makan, ada pula hal baik lain yang sekaligus
dapat diajarkan yaitu :
a. Menumbuhkan rasa percaya diri anak ketika makan bersama orang lain
b. Melatih anak berkomunikasi dengan orang lain.
c. Memupuk sikap dan perilaku untuk menghargai dan menghormati orang lain.
![Page 37: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/37.jpg)
45
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Belajar menjadi tuan rumah yang baik sejak dini dan meningkatkan
keharmonisan antara orangtua dan anak –sebab makan bisa Anda jadikan
media komunikasi keluarga.
2. Cara Table Manner
Menurut Alexander dalam Ekasari (2010) table manner dan etika yang perlu
diketahui oleh anak yaitu :
a. Tolong dan terima kasih
Dua kata ini merupakan dasar dari sopan santun dan table manner. Dengan
mengajarkan si kecil mengucapkan dua kata tersebut, mereka pun dapat
menunjukkan rasa terimakasih dan tau cara menghormati orang lain.
Menurut Alexander dalam Ekasari (2010), "ketika keluarga berkumpul
bersama-sama ini merupakan kesempatan untuk anak belajar sopan santun
dengan mengatakan 'tolong' dan 'terimakasih'. Interaksi saat makan malam
merupakan waktu terbaik karena memiliki kesempatan untuk berbagi sesuatu."
b. Mengunyah
Menurut Ekasari (2010), para pakar etika setuju bahwa salah satu table
manner yang paling penting adalah mengunyah dengan mulut tertutup.
Ajarkan anak untuk terus melakukannya dengan cara menunjukkan pada
mereka bagaimana mengunyah yang baik.
c. Berbicara tanpa makan
![Page 38: ii.pdf](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022042614/55721373497959fc0b925518/html5/thumbnails/38.jpg)
46
Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ini juga salah satu table manner yang paling penting, jangan pernah
berbicara dengan mulut penuh makanan. Hal ini juga berlaku walau tangan si
kecil menutup mulutnya. Selain mengganggu, sulit memahami perkataan
seseorang saat mulutnya penuh dengan makanan.
d. Table manner
Menurut Martin dalam Ekasari (2010). “mulailah mengajarkan si kecil
bagaimana cara memegang garpu dan sendok yang benar. Selain itu ajarkan
mereka bagaimana cara makan yang bersih. Pada akhirnya hal ini akan
membantu orangtua menikmati makanannya sendiri karena tidak lagi repot
membenarkan posisi pisau si kecil”.