ii.pdf

38
9 Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KERANGKA TEORITIS A. Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pertama dan utama bagi pendidikan anak, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak. Menurut Soelaeman (1994:21), “keluarga merupakan suatu kelompok orang sebagai suatu kesatuan atau unit yang kumpul dan hidup bersama untuk waktu yang relatif berlangsung terus, karena terikat oleh pernikahan dan hubungan darah”. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa berkumpulnya orang dalam suatu persekutuan hidup yang diikat oleh rasa kasih sayang dalam waktu yang tak terbatas merupakan inti dari kehidupan keluarga. Menurut Maciver dan Page dalam Soelaeman (1994:9), terdapat lima ciri khas keluarga yang umumnya terdapat dimana-mana yaitu : a. Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita) b. Dikukuhkan oleh suatu pernikahan c. Adanya pengakuan terhadap keturunan atau anak yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut. d. Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama e. Diselenggarakannya kehidupan rumah tangga.

Upload: fia-pyoo

Post on 10-Aug-2015

18 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii.pdf

9

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses

perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian

anak. Oleh karena itu, keluarga sebagai lembaga pertama dan utama bagi

pendidikan anak, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi

anak.

Menurut Soelaeman (1994:21), “keluarga merupakan suatu kelompok orang

sebagai suatu kesatuan atau unit yang kumpul dan hidup bersama untuk waktu

yang relatif berlangsung terus, karena terikat oleh pernikahan dan hubungan

darah”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa berkumpulnya orang dalam

suatu persekutuan hidup yang diikat oleh rasa kasih sayang dalam waktu yang tak

terbatas merupakan inti dari kehidupan keluarga.

Menurut Maciver dan Page dalam Soelaeman (1994:9), terdapat lima ciri

khas keluarga yang umumnya terdapat dimana-mana yaitu :

a. Adanya hubungan berpasangan antara kedua jenis (pria dan wanita)

b. Dikukuhkan oleh suatu pernikahan

c. Adanya pengakuan terhadap keturunan atau anak yang dilahirkan

dalam rangka hubungan tersebut.

d. Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama

e. Diselenggarakannya kehidupan rumah tangga.

Page 2: ii.pdf

10

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dilihat dari bentuk dan jenisnya, keluarga dapat dibedakan menjadi dua

bentuk dan jenis yaitu :

1) Keluarga besar atau luas (Extended Family)

Extended Family merupakan keluarga terkecil disamping ayah, ibu dan

anak-anak termasuk pula didalamnya paman, bibi, kakek, nenek, cucu, mertua,

ipar, keponakan, dan sebagainya yang kadang-kadang dinamakan dengan istilah

kerabat.

2) Keluarga kecil atau inti (Nuclear Family)

Nuclear family merupakan keluarga yang didasarkan pada hubungan darah

dan terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga inti tersebut lazimnya juga disebut

rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan

proses pergaulan.

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Soelaeman (1994:85-115), antara lain :

a. Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan

anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada

umumnya. Fungsi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaannya, melainkan

menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya

pendidikan, perencanaan dan pengelolaannya.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga dalam mengembangkan individu

anak menjadi pribadi yang mantap, juga meliputi upaya membantu dan

Page 3: ii.pdf

11

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mempersiapkannya menjadi anggota masyarakat yang baik dan berprestasi dalam

kehidupan pribadi.

c. Fungsi Proteksi atau Fungsi Perlindungan

Fungsi proteksi atau fungsi perlindungan adalah fungsi keluarga dalam

melindungi anak dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungannya,

melindungi dari pengaruh yang tidak baik yang mungkin mengancamnya lebih-

lebih dalam kehidupan dewasa ini yang kompleks.

d. Fungsi Afeksi atau Fungsi Perasaan

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial antara anak dan orangtuanya yang

didasari dengan kemesraan. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan

cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, persahabatan, identifikasi dan

persamaan mengenai nilai-nilai.

e. Fungsi Religius

Keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajarkan anak dan

anggota keluarganya kepada kehidupan beragama. Tujuannya bukan sekedar

untuk mengerti kaidah-kaidah agama melainkan untuk menjadi insan beragama

yang sadar akan kedudukan dan kewajibannya kepada Allah SWT.

f. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga dalam mencari nafkah,

perencanaan, pembelanjaan dan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan para anggotanya.

Page 4: ii.pdf

12

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Fungsi Rekreasi

Keluarga memerlukan suasana akrab, rumah yang hangat diantara anggota-

anggota keluarga dimana hubungan antar keluarga bersifat saling mempercayai

bebas tanpa beban dan diwarnai suasana santai. Rekreasi memberikan imbalan

pada pengeluaran energi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang rutin dan

mungkin menimbulkan kejenuhan. Rekreasi di sini tidak berarti keluarga itu harus

pergi atau berlibur ke sesuatu tempat tetapi dapat dilakukan di rumah misalnya

dengan meluangkan waktu sehari untuk berkumpul dan bersantai dengan seluruh

anggota keluarga.

h. Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan biologis anggotanya. Salah satunya adalah kebutuhan akan

perlindungan fisik guna kelangsungan hidupnya, perlindungan kesehatan,

perlindungan dari rasa lapar, haus dan kedinginan, kepuasan bahkan kenyamanan

dan kesegaran jasmani, termasuk juga kebutuhan biologis ialah kebutuhan seksual

dengan keinginan untuk mendapatkan keturunan yang dapat dipenuhi dengan

wajar dan layak sebagai suami istri dalam keluarga.

3. Peran Orangtua

Setiap manusia yang menjadi bagian dari masyarakat senantiasa mempunyai

status atau kedudukan yang akan menimbulkan suatu peran atau peranan. Jadi

status merupakan posisi di dalam suatu sistem sosial. Peran adalah perilaku yang

terkait dengan status tersebut.

Page 5: ii.pdf

13

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Peran merupakan

pemeranan dari perangkat hak dan kewajiban. Apabila seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan ia

menjalankan suatu peranan. Peranan menentukan apa yang diperbuat seseorang

dalam masyarakat.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam Jeffy (2011) orang tua adalah merupakan

pendidik utama dan pertama bagianak-anak mereka, karena dari merekalah anak

mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari

pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia

dalam Jeffy (2011) orangtua adalah ayah dan / atau ibu seorang anak, baik melalui

hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orangtua memiliki peranan yang

sangat penting dalam membesarkan anak. Ali Qaimi dalam Jeffy (2011) juga

mengatakan bahwa orang tua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan

memainkan peran penting dan terbesar dalam melaksanakan tanggung jawab ini.

Dari satu sisi, orang tua adalah pembawa warisan keturunan dan di sisi lain

merupakan bagian dari masyarakat.

Jadi orangtua adalah orang dewasa pertama bagi anak yang harus mau

menerima terhadap segala tingkah laku anaknya, tempat anak menggantungkan,

tempat ia mengharapkan bantuan dalam pertumbuhan dan perkembangannya

menuju kedewasaan, serta bertanggung jawab penuh terhadap kesuksesan anak

untuk hidup di masa depan. Orangtua memegang peranan penting untuk

meningkatkan prestasi belajar anak tanpa dorongan dan rangsangan dari orangtua

maka perkembangan dan prestasi belajar anak mengalamai hambatan.

Page 6: ii.pdf

14

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa orangtua

adalah suatu tindakan untuk memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar,

serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya untuk mencapai tahapan

tertentu.

Orangtua akan berperan aktif untuk menunjang keberhasilan anak. Hal ini

bisa dicapai dengan bagaimana peran orangtua memberi motivasi, bimbingan,

fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya. Kebiasaan

belajar yang baik dan disiplin diri harus dimiliki anak, selain itu kebutuhan untuk

berprestasi tinggi dan berdaya saing tinggi harus selalu ditanamkan pada diri anak

sedini mungkin. Jika hal ini telah dilakukan maka keberhasilan anak lebih mudah

untuk dicapai.

Peran orangtua yang seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam

meletakkan dasar-dasar pendidikan terhadap anak-anaknya. Orangtua juga harus

bisa menciptakan situasi pengaruh perhatian orangtua dengan menanamkan

norma-norma untuk dikembangkan dengan penuh keserasian, sehingga tercipta

iklim atau suasana keakraban antara orangtua dan anak. Menurut Nurcholis

Madjid dalam Jeffy (2011) peran orang tua adalah peran tingkah laku, tulada atau

teladan, danp ola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati

oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh. Peran orangtua menurut Stainback dan

Susan dalam Jeffy (2011) antara lain:

a) Peran sebagai fasilitator Orangtua bertanggung jawab menyediakan diri

untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan

keterampilan belajar yang baik ,memajukan pendidikan dalam keluarga

dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan

yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis.

Page 7: ii.pdf

15

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Peran sebagai motivator Orangtua akan memberikan motivsi kepada anak

dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres

yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam

kegiatan-kegiatan sekoalah dan memberi penghargaan terhadap prestasi

belajar anak dengan memberi hadiahmaupun kata-kata pujian.

c) Peran sebagai pembimbing atau pengajar Orangtua akan memberikan

pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui

pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak,

membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar

dan tingkah laku anak yang kurang baik.

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa orangtua

mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pendidikan yang

terbaik bagi anak mereka. Orangtua berperan amat penting dalam aspek

perkembangan anak, karena orangtua adalah guru pertama bagi anak karena

orangtualah yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada

anak-anaknya.

4. Pendidikan Keluarga Sebagai Satuan Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah, selain

kelompok belajar, kursus, dan pendidikan sejenis. Pendidikan keluarga merupakan

satuan pendidikan luar sekolah yang sifatnya sangat mendasar disebabkan karena

keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak

menurut Ki Hajar Dewantara dalam Soelaeman (1994:85), yang didalamnya

berlangsung proses pembelajaran antara orangtua dengan anak untuk

menanamkan nilali-nilai dan norma serta keterampilan untuk mempersiapkan

(khususnya anak) dalam kehudupan selanjutnya.

Proses pedidikan keluarga merupakan bagian dari pendidikan luar sekolah,

karena ditandai dengan adanya hubungan fungsional antara komponen-komponen

Page 8: ii.pdf

16

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidikan luar sekolah. Hubungan fungsional antara komponen pendidikan luar

sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Masukan mentah (raw input) dalam pendidikan keluarga yang menjadi

masukan mentah yaitu anggota keluarga khususnya anak dengan

karakteristiknya, termasuk perbedaan umur, jemis kelamin,dan sifat dari

masing-masing anak.

b. Masukan sarana (instrumental input) meliputi keseluruhan sumber dan

fasilitas yang memungkinkan bagi anak untuk melakukan kegiatan table

manner, masukan sarana dalam pendidikan keluarga meliputi orangtua sebagai

pendidik, dan pengalaman dari orangtua sebagai pedoman dalam mendidik

anak, tujuan dari pendidikan keluarga yang ditetapkan orangtua dan fasilitas

pendukung dalam proses pendidikan pada keluarga.

c. Proses, menyangkut interaksi antara masukan sarana dan masukan mentah.

Dalam pendidikan keluarga proses menyangkut interaksi antara orangtua dan

anak berupa bimbingan, arahan dan pembinaan. Dalam interaksi ini orangtua

menggunakan peran orangtua serta berusaha untuk menumbuhkan aspek

perkembangan anak.

d. Masukan lingkungan (enviromental input) yaitu faktor lingkungan yang

menunjang atau mendorong berjalannya proses pendidikan dalam

keluarga,meliputi lingkungan masyarakat dimana keluarga itu tinggal dan

anggota keluarga lainya seperti kakek, nenek, saudara serta keadaan rumah.

e. Keluaran (out put) perubahan tingkah laku anak sesuai harapan orangtua

menjadi seorang anak yang disiplin dan mengenal tata krama dalam makan.

Page 9: ii.pdf

17

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Masukan lain (other input) adalah daya dukung lain yang memungkinkan anak

dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan

kehidupannya.

g. Pengaruh (impact) menyanngkut hasil yang diperoleh anak yaitu dampak yang

ditimbulkan dari proses pendidikan keluarga dalam menumbuhkan aspek

perkembangan anak.

B. Aspek Perkembangan Anak

1. Perkembangan Anak

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan

orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak

lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin

dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam

Gunarsa, 1995) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam

Suryabrata, 2000), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi

anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak

mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang

disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita

kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang

diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Sobur dalam Mardyy (2012), mengartikan anak sebagai orang yang

mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa

dengan segala keterbatasan. Sejalan dengan itu menurut Siti Haditno dalam

Page 10: ii.pdf

18

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mardyy (2012), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan

pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak

merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak

untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik

dalam kehidupan bersama.

Adapun perkembangan anak menurut Fatimah (2006:23) yaitu :

a. Perkembangan Intelek

Intelek atau daya pikir seseorang berkembang sejalan dengan pertumbuhan

saraf otaknya. Karena daya pikir menunjukan fungsi otak, kemampuan itelektual

atau kemampuan berfikir dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu

menunjukan fungsinya dengan baik. Menurut Piaget, Perkembangan kognitif

seseorang meliputi tahapan berikut ini :

1) Masa sensorik, motorik (0,0-2,5 tahun)

Masa ini adalah masa ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan

aktifitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Ia memberikan reaksi

motorik terhadap rangsangan yang diterimanya dalam bentuk reflek, seperti

reflek mencari putting susu ibu, reflek menangis, reflek kaget, dan lain-lain.

Reflek-reflek ini kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih

canggih, misalnya berjalan.

2) Masa pra operasional (2,0-7,0 tahun)

Ciri khas masa ini adalah dalam menggunakan simbol yang mewakili suatu

konsep. Kemampuan simbolik ini memungkinkan seorang anak melakukan

tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang dilihatnya.

Page 11: ii.pdf

19

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Masa konkreto prarasional (7,0-11,0 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah dapat melakukan berbagai tugas yang konkret. Ia

mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu identifikasi

(mengenali sesuatu), negasi (mengikari sesuatu), dan reproaksi (mencari

hubungan timbal-balik antara beberapa hal).

4) Masa operasional (11,0-dewasa)

Pada usia remaja dan seterusnya, seseorang akan mampu bepikir abstrak dan

hipotesis. Pada tahap ini, ia mampu memperkirakan hal-hal yang mungkin

terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan.

b. Perkembangan Emosi

Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas

dimiliki oleh manusia. Sebab, hanya manusia yang memiliki perasaan, sedangkan

hewan tidak mempunyai perasaan. Pada awal pertumbuhannya, yang dibutuhkan

bayi adalah kebutuhan primer, yaitu makan, minum, dan kehangatan tubuh.

Semakin besar kebutuhan biologisnya, semakin banyak dan kompleks karena

pertumbuhan fisik itu diikuti oleh perkembangan emosinya.

c. Perkembangan Sosial

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, setiap individu tidak

dapat berdiri sendiri tetapi, memerlukan bantuan individu lain. Pada umumnya,

setiap anak akan lebih tertarik kepada teman sebaya yang sama jenis kelaminnya.

Anak-anak itu kemudian akan membentuk kelompok sebaya sebagai dunianya,

memahami dunianya, dan dunia pergaulan yang lebih luas. Selanjutnya, manusia

mengenal kehidupan bersama, berkeluarga, bermasyarakat atau berkehidupan

Page 12: ii.pdf

20

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sosial. Dalam perkembanganya, ia mengetahui bahwa kehidupan manusia itu tidak

seorang diri, harus saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi, dan

sebagainya.

d. Perkembangan Bahasa

Fungsi pokok bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan

dengan sesamanya. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda,

gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran dan perasaan kepada orang lain.

Berbicara adalah bahasa lisan. Dalam perkembangan awal berbahasa lisan, bayi

menyampaikan isi pikiran atau perasaanya dengan menangis, tersenyum atau

ocehan. Perkembangan lebih lanjut, yang telah berusia 6-9 bulan, ia mulai

berkomunikasi dengan satu kata atau dua kata, seperti maem, mama, mimi, dan

sebagainya. Dengan demikian, ia mampu menyusun frase dan kalimat tiga kata

untuk menyatakan maksud atau keinginannya.

e. Bakat Khusus

Bakat adalah kemampuan khusus yang dimiliki setiap individu yang

memerlukan rangsangan atau latihan agar berkembang dengan baik. Seseorang

yang memiliki bakat akan mudah diamati karena kemampuan yang dimilikinya

berkembang dengan pesat, seperti kemampuan di bidang seni, oah raga atau

keterampilan.

f. Sikap, Nilai, dan Moral

Pada awalnya pengenalan nilai dan pola tindakan itu masih bersifat paksaan,

dan anak belum mengetahui maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan

perkembangan inteleknya, anak berangsur-angsur mulai mengikuti berbagai

Page 13: ii.pdf

21

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ketentuan yang berlaku di dalam keluarga. Semakin lama semakin luas hingga

ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan negaranya.

Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses

pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor

lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan

dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.

Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.36), anak-anak akan

tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan

yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-

pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tangguang jawab

keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus

dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. Pengembangan moral

anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan

sekolah.

Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi

pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran

nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan

dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan

penghargaan Wantah (2005: 123).

Untuk memberikan bimbingan, arahan, dan pengawasan terhadap anaknya

dibutuhkan adanya kerja sama dalam bentuk kesepakatan atau kompromi agar

kelak tidak membingungkan anak dalam menerima pendidikan tersebut. Apabila

Page 14: ii.pdf

22

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anaknya bersalah, maka orang tua harus konsisten untuk memberikan hukuman

sesuai dengan perbuatannya.

Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak.

Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan

pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan pusat

motorik di otak. Hurlock dalam idblognetwork (2010) mengatakan bahwa

perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan

pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik

merupakan kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal

cord.

Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot-otot kasar (gross

muscle) atau motorik kasar dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau

motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot

besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari,

naik turun tangga, dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot

halus. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh

yang lebih spesifik, seperti menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan,

mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan

motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua

kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan agar anak bisa

berkembang dengan optimal.

Page 15: ii.pdf

23

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Thelen dalam idblognetwork (2010), mengemukakan bahwa perkembangan

keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan

lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan

yang jelas dan dapat diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat

mempengaruhi penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut.

Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga

mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan

yang mendapat stimulasi lebih banyak dalam belajar berjalan akan lebih cepat

menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi

pada usia yang sama.

Pengertian kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat

susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam

ebookbrowse:2012). Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap,

sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat

susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan

perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.

Jean Piaget dalam ebookbrowse (2012), yang hidup dari tahun 1896 sampai

tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia

merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-

fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang

yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif

(constructivism). Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari

pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap

Page 16: ii.pdf

24

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran

konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak

membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di

sekitarnya. Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu

sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya

dengan lingkungan di sekitarnya.

Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya

pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui

sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kirakira 3 tahun mulai memiliki

kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara,

bercakap-cakap).

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat

berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan dapat

mengekspresikan perasaannya. Dengan bahasa orang dapat membuka cakrawala

berfikir dan mengmbangakan wawasannya. Anak-anak belajar bahasa melalui

interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan rumah,sekolah, atau masyrakat.

Di sekolah anak belajar bahsa melalui interaksi dengan guru, teman sebaya

dan orang dewasa lainnya. Guru atau pendidik anak usia dini perlu memahami

tentang perkembangan dan pengembangan bahasa anak. Menurut Ensiklopedia

Indonesia dalam Rike (2010) bahasa adalah kumpulan kata dan aturan yang tetap

di dalam menggabungkannya berupa kalimat, merupakan system bunyi yang

melambangkan pengertian-pengertian tertentu. Menurut Eliason dalam Rike

(2010) perkembangan bahasa dimulai sejak bayi dan mengandalkan perannya

Page 17: ii.pdf

25

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada pengalaman,penguasaan dan pertumbuhan bahasa. Anak belajar bahasa sejak

masa bayi sebelum belajar berbicara mereka berkomunikasi melalui tangisan,

senyuman dan gerakan badan, belajar bahasa sangat krusial terjadi pada usia

sebelum enam tahun.

Erik Erikson dalam Nur Hayat (2011) seorang ahli psikoanalisis

mengidentifikasi perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust

(percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon

rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa

percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan

menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs

ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau

melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.

Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya

dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi

kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa

malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia

4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan

orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.

Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya

dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya

diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.

Page 18: ii.pdf

26

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini :

Tabel 2.1

Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2 – <4 Tahun

Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

2 – < 3 tahun 3 – < 4 tahun

I. Nilai-nilai Agama

dan Moral Merespons

hal-hal yang terkait

dengan nilai agama

dan moral.

1. Mulai meniru gerakan

berdoa/sembahyang sesuai

dengan agamanya.

2. Mulai meniru doa pendek

sesuai dengan agamanya.

3. Mulai memahami kapan

mengucapkan salam, terima

kasih, maaf, dsb.

1. Mulai memahami

pengertian perilaku yang

berlawanan meskipun

belum selalu dilakukan

seperti pemahaman

perilaku baik-buruk,

benar-salah, sopan tidak

sopan.

2. Mulai memahami arti

kasihan dan sayang kepada

ciptaan Tuhan.

II. Motorik

A. Motorik Kasar

1. Berjalan sambil berjinjit.

2. Melompat ke depan dan ke

belakang dengan dua kaki.

3. Melempar dan menangkap

bola.

4. Menari mengikuti irama.

5. Naik-turun tangga atau

tempat yang lebih tinggi /

rendah dengan berpegangan.

1. Berlari sambil membawa

sesuatu yang ringan

(bola).

2. Naik-turun tangga atau

tempat yang lebih tinggi

dengan kaki bergantian.

3. Meniti di atas papan yang

cukup lebar.

4. Melompat turun dari

ketinggian kurang lebih 20

cm (di bawah tinggi lutut

Page 19: ii.pdf

27

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Motorik Halus

1. Meremas kertas atau kain

dengan menggerakkan lima

jari.

2. Melipat kertas meskipun

belum rapi/lurus.

3. Menggunting kertas tanpa

pola.

4. Koordinasi jari tangan

cukup baik untuk

memegang benda pipih

seperti sikat gigi, sendok

anak).

5. Meniru gerakan senam

sederhana seperti

menirukan gerakan pohon,

kelinci melompat).

1. Menuang air, pasir, atau

biji-bijian ke dalam

tempat penampung

(mangkuk, ember).

2. Memasukkan benda kecil

ke dalam botol (potongan

lidi, kerikil, biji-bijian).

3. Meronce manik-manik

yang tidak terlalu kecil

dengan benang yang agak

kaku.

4. Menggunting kertas

mengikuti pola garis lurus.

III. Kognitif

A. Mengenal

pengetahuan umum.

1. Menyebut bagian-bagian

suatu gambar seperti gambar

wajah orang, mobil,

binatang, dsb.

2. Mengenal bagian-bagian

tubuh (lima bagian).

4. Menemukan/mengenali

bagian yang hilang dari

suatu pola gambar seperti

pada gambar wajah orang,

mobil, dsb.

5. Menyebutkan berbagai

nama makanan dan

rasanya (garam, gula atau

cabai).

6. Memahami perbedaan

Page 20: ii.pdf

28

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Mengenal konsep

ukuran, bentuk, dan

pola

1. Memahami konsep ukuran

(besar-kecil, panjang-

pendek).

2. Mengenal tiga macam

bentuk (lingkaran, segitiga,

kotak).

3. Mulai mengenal pola.

antara dua hal dari jenis

yang sama seperti

membedakan antara buah

rambutan dan pisang;

perbedaan antara ayam

dan kucing.

1. Menempatkan benda

dalam urutan ukuran

(paling kecil-paling

besar).

2. Mulai mengikuti pola

tepuk tangan.

3. Mengenal konsep banyak

dan sedikit

IV. Bahasa

A. Menerima Bahasa

B. Mengungkapkan

Bahasa.

1. Hafal beberapa lagu anak

sederhana.

2. Memahami cerita/dongeng

sederhana.

3. Memahami perintah

sederhana seperti letakkan

mainan di atas meja, ambil

mainan dari dalam kotak.

1. Menggunakan kata tanya

dengan tepat (apa, siapa,

bagaimana, mengapa,

dimana).

2. Pura-pura membaca cerita

bergambar dalam buku

dengan kata-kata sendiri.

3. Mulai memahami dua

perintah yang diberikan

bersamaan contoh: ambil

mainan di atas meja lalu

berikan kepada ibu

pengasuh atau pendidik.

1. Mulai menyatakan

keinginan dengan

mengucapkan kalimat

sederhana (saya ingin

Page 21: ii.pdf

29

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

main bola)

2. Mulai menceritakan

pengalaman yang dialami

dengan cerita sederhana.

V. Sosial-Emosional

Mampu

mengendalikan emosi

1. Mulai bisa mengungkapkan

ketika ingin buang air kecil

dan buang air besar.

2. Mulai memahami hak

orang lain (harus antri,

menunggu giliran).

3. Mulai menunjukkan sikap

berbagi, membantu, bekerja

bersama.

4. Menyatakan perasaan

terhadap anak lain (suka

dengan teman karena baik

hati, tidak suka karena

nakal, dsb.).

5. Berbagi peran dalam suatu

permainan (menjadi dokter,

perawat, pasien penjaga

took atau pembeli).

1. Mulai bisa melakukan

buang air kecil tanpa

bantuan.

2. Bersabar menunggu

giliran.

3. Mulai menunjukkan sikap

toleran sehingga dapat

bekerja dalam kelompok.

4. Mulai menghargai orang

lain.

5. Bereaksi terhadap hal-hal

yang dianggap tidak benar

(marah apabila diganggu

atau diperlakukan

berbeda).

6. Mulai menunjukkan

ekspresi menyesal ketika

melakukan kesalahan.

Sumber: Permendiknas No. 58

Page 22: ii.pdf

30

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 2.2

Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4 – ≤ 6 Tahun

Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan

4 – < 5 tahun 5 – < 6 tahun

I. Nilai-nilai Agama

dan Moral Merespons

hal-hal yang terkait

dengan nilai agama

dan moral.

1. Mengenal Tuhan melalui

agama yang dianutnya.

2. Meniru gerakan beribadah.

3. Mengucapkan doa sebelum

dan / atau sesudah

melakukan sesuatu.

4. Mengenal perilaku

baik/sopan dan buruk.

5. Membiasakan diri

berperilaku baik.

6. Mengucapkan salam dan

membalas salam.

1. Mengenal agama yang

dianut.

2. Membiasakan diri

beribadah.

3. Memahami perilaku mulia

(jujur, penolong, sopan,

hormat, dsb).

4. Membedakan perilaku

baik dan buruk.

5. Mengenal ritual dan hari

besar agama.

6. Menghormati agama

orang lain.

II. Motorik

A. Motorik Kasar

1. Menirukan gerakan

binatang, pohon tertiup

angin, pesawat terbang,

dsb.

2. Melakukan gerakan

menggantung (bergelayut).

3. Melakukan gerakan

melompat, meloncat, dan

berlari secara terkoordinasi

4. Melempar sesuatu secara

terarah

4. Melakukan gerakan tubuh

secara terkoordinasi untuk

melatih kelenturan,

keseimbangan, dan

kelincahan.

5. Melakukan koordinasi

gerakan kaki-tangan-

kepala dalam menirukan

tarian atau senam.

6. Melakukan permainan

fisik dengan aturan.

Page 23: ii.pdf

31

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Motorik Halus

C. Kesehatan Fisik

5. Menangkap sesuatu secara

tepat

6. Melakukan gerakan

antisipasi

7. Menendang sesuatu secara

terarah

8. Memanfaatkan alat

permainan di luar kelas.

1. Membuat garis vertikal,

horizontal, lengkung

kiri/kanan, miring

kiri/kanan, dan lingkaran.

2. Menjiplak bentuk.

3. Mengkoordinasikan mata

dan tangan untuk

melakukan gerakan yang

rumit.

4. Melakukan gerakan

manipulative untuk

menghasilkan suatu bentuk

dengan menggunakan

berbagai media.

5. Mengekspresikan diri

dengan berkarya seni

menggunakan berbagai

media.

1. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan berat badan.

7. Terampil menggunakan

tangan kanan dan kiri.

8. Melakukan kegiatan

kebersihan diri.

1. Menggambar sesuai

gagasannya.

2. Meniru bentuk.

3. Melakukan eksplorasi

dengan berbagai media

dan kegiatan.

4. Menggunakan alat tulis

dengan benar.

5. Menggunting sesuai

dengan pola.

6. Menempel gambar dengan

tepat.

7. Mengekspresikan diri

melalui gerakan

menggambar secara detail.

1. Memiliki kesesuaian

antara usia dengan berat

Page 24: ii.pdf

32

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Memiliki kesesuaian antara

usia dengan tinggi badan.

3. Memiliki kesesuaian antara

tinggi dengan berat badan.

badan.

2. Memiliki kesesuaian

antara usia dengan tinggi

badan.

3. Memiliki kesesuaian

antara tinggi dengan berat

badan.

III. Kognitif

A. Mengenal

pengetahuan umum

dan sains.

1. Mengenal benda

berdasarkan fungsi (pisau

untuk memotong, pensil

untuk menulis).

2. Menggunakan benda-benda

sebagai permainan

simbolik (kursi sebagai

mobil).

3. Mengenal gejala sebab-

akibat yang terkait dengan

dirinya.

4. Mengenal konsep

sederhana dalam kehidupan

sehari-hari (gerimis, hujan,

gelap, terang, temaram,

dsb).

5. Mengkreasikan sesuatu

sesuai dengan idenya

sendiri.

6. Mengklasifikasi benda

berdasarkan fungsi.

7. Menunjukkan aktivitas

yang bersifat eksploratif

dan menyelidik (seperti:

apa yang terjadi ketika air

ditumpahkan).

8. Menyusun perencanaan

kegiatan yang akan

dilakukan.

9. Mengenal sebab-akibat

tentang lingkungannya

(angin bertiup

menyebabkan daun

bergerak, air dapat

menyebabkan sesuatu

menjadi basah.)

10. Menunjukkan inisiatif

dalam memilih tema

permainan (seperti: ”ayo

kita bermain pura-pura

seperti burung”).

Page 25: ii.pdf

33

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Konsep bentuk,

warna, ukuran dan

pola

C. Konsep bilangan,

lambang bilangan

dan huruf

1. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan bentuk atau

warna atau ukuran.

2. Mengklasiifikasikan benda

ke dalam kelompok yang

sama atau kelompok yang

sejenis atau kelompok yang

berpasangan dengan 2

variasi.

3. Mengenal pola AB-AB dan

ABC-ABC.

4. Mengurutkan benda

berdasarkan 5 seriasi

ukuran atau warna.

1. Mengetahui konsep banyak

dan sedikit.

2. Membilang banyak benda

satu sampai sepuluh.

11. Memecahkan masalah

sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.

1. Mengenal perbedaan

berdasarkan ukuran:

“lebih dari”; “kurang

dari”; dan “paling/ter”.

2. Mengklasifikasikan benda

berdasarkan warna,

bentuk, dan ukuran (3

variasi)

3. Mengklasifikasikan benda

yang lebih banyak ke

dalam kelompok yang

sama atau kelompok yang

sejenis, atau kelompok

berpasangan yang lebih

dari 2 variasi.

4. Mengenal pola ABCD-

ABCD.

5. Mengurutkan benda

berdasarkan ukuran dari

paling kecil ke paling

besar atau sebaliknya.

1. Menyebutkan lambang

bilangan 1-10.

2. Mencocokkan bilangan

dengan lambang bilangan.

Page 26: ii.pdf

34

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Mengenal konsep bilangan.

4. Mengenal lambang

bilangan.

5. Mengenal lambang huruf.

3. Mengenal berbagai

macam lambang huruf

vokal dan konsonan.

IV. Bahasa

A. Menerima Bahasa

B. Mengungkapkan

Bahasa.

1. Menyimak perkataan orang

lain (bahasa ibu atau

bahasa lainnya).

2. Mengerti dua perintah yang

diberikan bersamaan.

3. Memahami cerita yang

dibacakan

4. Mengenal perbendaharaan

kata mengenai kata sifat

(nakal, pelit, baik hati,

berani, baik, jelek, dsb.).

1. Mengulang kalimat

sederhana.

2. Menjawab pertanyaan

sederhana.

3. Mengungkapkan perasaan

dengan kata sifat (baik,

senang, nakal, pelit, baik

hati, berani, baik, jelek,

dsb.).

4. Menyebutkan kata-kata

yang dikenal.

5. Mengutarakan pendapat

kepada orang lain.

5. Mengerti beberapa

perintah secara bersamaan.

6. Mengulang kalimat yang

lebih kompleks.

7. Memahami aturan dalam

suatu permainan.

1. Menjawab pertanyaan

yang lebih kompleks.

2. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

bunyi yang sama.

3. Berkomunikasi secara

lisan, memiliki

perbendaharaan kata, serta

mengenal simbol-simbol

untuk persiapan membaca,

menulis dan berhitung.

4. Menyusun kalimat

sederhana dalam struktur

Page 27: ii.pdf

35

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Keaksaraan

6. Menyatakan alasan

terhadap sesuatu yang

diinginkan atau

ketidaksetujuan.

7. Menceritakan kembali

cerita/dongeng yang pernah

didengar.

1. Mengenal simbol-simbol.

2. Mengenal suara–suara

hewan/benda yang ada di

sekitarnya.

3. Membuat coretan yang

bermakna.

4. Meniru huruf.

lengkap (pokok kalimat-

predikat-keterangan).

5. Memiliki lebih banyak

kata-kata untuk

mengekpresikan ide pada

orang lain.

6. Melanjutkan sebagian

cerita/dongeng yang telah

diperdengarkan.

1. Menyebutkan simbol-

simbol huruf yang dikenal.

2. Mengenal suara huruf

awal dari nama benda-

benda yang ada di

sekitarnya.

3. Menyebutkan kelompok

gambar yang memiliki

bunyi/huruf awal yang

sama.

4. Memahami hubungan

antara bunyi dan bentuk

huruf.

5. Membaca nama sendiri.

6. Menuliskan nama sendiri.

V. Sosial-Emosional

Mampu

mengendalikan emosi

1. Menunjukkan sikap

mandiri dalam memilih

kegiatan.

2. Mau berbagi, menolong,

dan membantu teman.

1. Bersikap kooperatif

dengan teman.

2. Menunjukkan sikap

toleran.

3. Mengekspresikan emosi

Page 28: ii.pdf

36

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Menunjukan antusiasme

dalam melakukan

permainan kompetitif

secara positif.

4. Mengendalikan perasaan.

5. Menaati aturan yang

berlaku dalam suatu

permainan.

6. Menunjukkan rasa percaya

diri.

7. Menjaga diri sendiri dari

lingkungannya.

8. Menghargai orang lain.

yang sesuai dengan

kondisi yang ada (senang-

sedih-antusias dsb.)

4. Mengenal tata krama dan

sopan santun sesuai

dengan nilai sosial budaya

setempat.

5. Memahami peraturan dan

disiplin.

6. Menunjukkan rasa empati.

7. Memiliki sikap gigih

(tidak mudah menyerah).

8. Bangga terhadap hasil

karya sendiri.

9. Menghargai keunggulan

orang

Sumber: Permendiknas No. 58

2. Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Anak

Dulu dalam buku-buku pemeliharaan anak sering terpusat pada membantu

orangtua bagaimana membesarkan anak agar sehat jasmani dan emosinya

terkontrol dengan baik. Buku-buku tersebut mengajarkan bagaimana menidurkan,

memberi makan, menghentikan kerewelan dan memandikan anak. Orangtua

hampir tidak dibantu akan perannya sebagi guru dan pengasuh dalam

mengembangkan kecerdasan anak, padahal peran orangtua khususnya ibu sebagai

pengasuh anak juga berkaitan juga dengan perannya sebagai pendidik bagi anak.

Pada uraian sebelumnya telah dibahas mengenai pentingnya pendidikan dalam

keluarga karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak.

Page 29: ii.pdf

37

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Orangtua sendiri adalah guru pertama dan peling penting yang tidak pernah

dimiliki seorang anak.

Perkembangan diri anak, pertumbuhan kemampuan dan daya kritisnya serta

pengolahannya terhadap lingkungan itu tidak berlangsung sendirian melainkan

terekam pula didalamnya pengaruh yang diterimanya dari perlengkapan dan

penghayatan atau persepsinya terhadap situasi keluarga yang dihidupinya sejak

dini. Jika anak dalam hubungannya sehari-hari dengan anggota keluarganya sering

merasa diterima, merasa senang maka lingkungan keluarganya itu betul-betul

dirasakannya sebagai situasi keluarganya, anak akan merasa sebagai bagian dari

mereka. Pola pikirnya, perasaannya, seleranya, kemampuannya, kesenangan dan

ketidaksenangannya sadar atau tidak sadar akan coba diselaraskan anak dengan

situasi keluarganya.

Pengalaman-pengalaman yang dilalui sewaktu kecil, baik pengalaman pahit

maupun menyenangkan semuanya mempunyai pengaruh dalam kehidupan

nantinya karena kepribadian yang meliputi kebiasaan-kebiasaan, sikap dan

pandangan hidup terbentuk dari pengalaman sejak kecil, terutama pada tahun-

tahun pertama dari kehidupan anak. Pengalaman-pengalaman itu termasuk dalam

hal pendidikan, perlakuan orangtua, sikap orangtua terhadap anak atau sikap

orangtua satu sama lain.

Hubungan antara orangtua dan anak dalam keluarga sangat penting artinya

bagi perkembangan kepribadian anak karena orangtua merupakan orang pertama

yang dikenal oleh anak dan melalui orangtualah anak mendapat kesan-kesan

pertama tentang dunia luar. Orangtua merupakan orang pertama yang

Page 30: ii.pdf

38

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membimbing tingkah laku anak. Orangtua akan bereaksi terhadap tingkah laku

anak baik itu dengan menerima, menyetujui, membenarkan, menolak atau

melarang. Melalui pemberian nilai tersebut maka dalam diri anak akan terbentuk

norma-norma tentang apa yang baik atau buruk dan apa yang boleh atau tidak

boleh. Dengan demikian terbentuklah hati nurani anak yang mengarahkan tingkah

laku selanjutnya dan kewajiban orangtua adalah mengembangkan hati nurani yang

kuat dalam diri anak.

a. Hubungan suami istri

Jika hubungan suami istri hangat serta serasi, maka sikap mereka terhadap

anak lebih menunjukkan sikap yang pengertian dan toleransi.

b. Jumlah anak dalam keluarga

Pada keluarga dengan satu anak, orangtua lebih cenderung untuk memberi

perhatian lebih pada anak dan cenderung menuntut banyak pada anak.

c. Kepibadian orangtua

Kepribadian orangtua tidak dapat lepas dari bagaimana orangtua itu dulu

diasuh oleh orangtuanya. Sering nampak kesinambungan antara sikap orangtua

dulu terhadap dia dan bagaimana sikapnya dalam pendidikan anak-anaknya.

Banyak orangtua yang berlaku keras dalam pendidikan anaknya karena dulupun

mereka mendapat perlakuan yang keras dari orangtuanya.

d. Pengalaman orangtua

Bagaimana pengaruh orangtua terhadap perkembangan perilaku dan

kepribadian anaknya ditentukan oleh sikap, perilaku dan kepribadian orangtua.

Perilaku orangtua terhadap anaknya ditentukan oleh sikapnya terhadap

Page 31: ii.pdf

39

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengasuhan anak yang juga merupakan aspek dari struktur kepribadiannya.

Kepribadian orangtua mempunyai dampak terhadap situasi psikologis dalam suatu

keluarga dan terhadap perkembangan kepribadian anak.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan mengenai peran ayah dan

ibu dalam perkembangan anak.

1) Peran Ayah

Dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga ayah berperan sebagai kepala

keluarga, ia memimpin kehidupan keluarga dan tanggung jawab terhadap

keseluruhan kehidupan keluarga itu. Dalam kehidupan masyarakat ayah

sebagai kepala keluarga yang mewakili keluarga secara keseluruhan, ia

berperan sebagai penanggung jawab tentang kelancaran kehidupan keluarga

dan berperan pula sebagai penghubung antara keluarga dengan keluarga lain

maupun antara anggota-anggota keluarga dengan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan anak dan keluarga, ayah adalah pelindung, salah

satu cara yang dapat ia gunakan sebagi pelindung adalah dengan menciptakan

komunikasi antar anggota keluarga. Ayah yang baik akan berperan sebagai

pendengar yang baik bagi anggota keluarganya khususnya anak, ia akan

mendengar setiap pendapat dan usulan yang diajukan oleh setiap anggota

keluarga, memberikan kebenaran dan penghargaan akan setiap pendapat yang

diajukan tersebut dan jika pandangan anggota keluarga tersebut salah maka ia

akan membimbing atau meluruskannya dengan bijak.

Dalam permulaan kehidupan anak, kehidupan ayah masih berada di

belakang layar dan belum langsung dihayatinya sebab sehari-hari anak lebih

Page 32: ii.pdf

40

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berurusan dengan ibu dalam memenuhi kebutuhan vitalnya. Baru disaat-saat

kemudian ayah akan tampil sebagai lambang wibawa bagi seluruh anggota

keluarga dan berperan sebagai anutan dan arahan sehingga ia mendapat tempat

dihati anak. Secara umum peran ayah dalam hal pendidikan dan pengasuhan

meliputi :

a) Sumber kekuasaan dalam keluarga

b) Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar

c) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga

d) Pelindung terhadap ancaman dari luar

e) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan

f) Pendidik dalam segi-segi yang rasional

2) Peran Ibu

Banyak ibu-ibu yang menganggap bahwa tugas utama seorang ibu adalah

merawat anaknya, menjaga kesehatannya, memperhatikan gizi makanan di

rumah, mengusahakan agar pakaian anak selalu rapih dan bersih serta

mengajarkannya sopan santun mengenai tata pergaulan. Jarang ibu-ibu

menyadari bahwa banyak yang dapat ibu lakukan untuk merangsang

perkembangan anak.

Banyak rangsangan atau pendidikan yang dapat ibu lakukan ialah melalui

bagaimana ibu mengasuh anak atau melalui pola pengasuhan anak yang ibu

lakukan. Pola asuh sendiri yaitu model bimbingan atau bantuan dan latihan yang

diberikan kepada anak. Banyak bentuk-bentuk pola asuh yang dapat diterapkan

Page 33: ii.pdf

41

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mulai dari pola asuh yang cenderung otoriter hingga yang cenderung

membiarkan yang kesemuanya itu berdampak pada kehidupan anak selanjutnya.

Anak dilahirkan dengan ciri-ciri dan bakat yang berbeda-beda. Potensi

atau bakat ini menentukan limit atau batas-batas dari perkembangan anak,

namun pada kenyataanya limit ini tidak pernah atau jarang sekali tercapai.

Berdasarkan tahapan-tahapan perkembangan anak, maka orangtua khususnya

ibu harus memiliki kemampuan dalam menerapkan berbagai pola bimbingan

yang tepat sehingga dapat mengembangkan kemampuan anak secara optimal

sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Tugas seorang pendidik ialah mengusahakan suatu lingkungan pendidikan

yang optimal. Lingkungan yang dimaksud adalah segala pengaruh-pengaruh

yang diterima individu sejak lahir dan bukan sejak anak masuk sekolah. Ibu

merupakan guru pertama dan yang paling utama bagi seorang anak. Guru yang

dimaksud bukan berarti ibu membantu anak dengan pelajaran formal, peranan

ibu lebih banyak mengajar dengan contoh-contoh, menciptakan lingkungan

yang berstimulus, bercakap-cakap dengan anak, mendengarkan anak secara

serius, mencintainya, membiarkan anak mengajar dirinya di bawah bimbingan

ibu, memperkenalkannya kepada hal-hal yang mengagumkan dari dunia yang

ibu ketahui dan mengambil manfaat dari setiap kesempatan untuk belajar di

dalam kehidupan ibu dan anak. Ibu mempunyai kesempatan yang banyak untuk

membentuk kepribadian dan kemampuan anak, untuk mengajarkannya dengan

memberikan perhatian yang khusus sesuai dengan tempo anak dan pada saat-

saat dimana anak paling senang atau merasa tertarik untuk belajar.

Page 34: ii.pdf

42

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa rumah merupakan tempat

yang baik dan ibu adalah guru yang ideal. Di rumah anak dapat belajar pada

batas kemampuannya sendiri tak ada tekanan sekolah, tidak ada jadwal belajar

yang formal, tidak ada tes, tidak ada rasa takut karena kesalahan yang

memalukan di depan umum. Di rumah anak dapat menerima umpan balik atas

pujian atau koreksi dengan cepat. Di rumah seorang ibu cukup mempunyai

waktu dan kesempatan untuk mengamati dan mengenal anaknya sebagai

individu, tidak hanya sebagai anggota kelompok. Ibulah yang paling tahu minat

anaknya dan tahu bila anak perlu dorongan atau pujian. Anak-anak yang

mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensinya secara optimal

akan tumbuh menjadi anak-anak yang bahagia, produktif dan kreatif sehingga

mereka akan lebih mampu mengahadapi macam-macam masalah dan tantangan

hidup.

Dewasa ini tak sedikit karena tuntutan keadaan dan masyarakat, seorang

ibu harus bekerja di sekolah, kantor atu pabrik. Juga tidak sedikit ibu yang

mengambil bagian aktif dalam masyarakat dan semua itu adalah baik. Tetapi

bagaimanapun juga satu hal harus diingat bahwa ibu adalah seseorang yang

mempunyai tanggung jawab tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh siapapun.

C. Table Manner

1. Pengertian Table Manner

Etika makan atau table manner merupakan aturan yang harus dilakukan saat

kita bersantap di meja makan. Etika makan yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa

ini menjadi aturan standar yang dilakukan setiap orang baik makan di rumah,

Page 35: ii.pdf

43

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

restoran atau acara resmi. Walaupun dalam budaya berbagai bangsa ada aturan

dan norma yang berlaku tersendiri, table manner ini perlu menjadi panduan

pengajaran etika di meja makan.

Gina Adrlany Karsana, Presiden Director Highscope Indonesia dalam Lilis

(2010), berpendapat bahwa table manner hendaknya sudah diperkenalkan kepada

anak-anak sejak dini. Jangan dulu terpaku pada aturan secara Intemasional dalam

table manner nya, tapi banyak hal lain di luar segala aturan tersebut.

Table manner juga penting untuk meningkatkan disiplin anak.

Menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak-anak dan bisa berkomunikasi

dengan orang lain. Belajar table manner juga mengajarkan prilaku kepada anak

menjadi tuan rumah sejak dini. Sehingga table manner juga bisa dipraktikan di

luar rumah. Meningkatkan hubungan harmonis orangtua dan anak. Prilaku itu juga

mendidik anak untuk bergaul seperti ketika mengajak teman-teman mereka ke

pesta.

Usia 3 tahun merupakan usia yang cocok untuk mengajarkan etika makan.

Anak usia ini sudah bisa bicara dengan jelas, mampu diajak untuk berkomunikasi

dua arah, kemampuan mendengar dan menjalankan perintah sudah cukup baik,

begitu juga dengan kemampuan motoriknya sudah cukup baik sehingga tidak

banyak menemukan kesulitan untuk memegang peralatan makan sendok dan

garpu dengan benar.

Menurut Gina dalam okezone.com (2010) manfaat apabila table manners

diajarkan sejak dini di antaranya memperbaiki kemampuan motorik anak ketika

menggunakan peralatan makan dengan benar, meningkatkan level konsentrasi

Page 36: ii.pdf

44

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

anak berlatih duduk dengan postur yang benar. Selain itu dapat membuat suasana

nyaman dan mendapatkan positive feedback dari orang-orang di sekitar.

Selain itu dapat meningkatkan kedisiplinan diri dengan mengetahui bahwa

segala aktivitas ada waktunya. Dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk

anak sejak dini dengan memulai dan mengakhiri suatu rutinitas.

Sekaligus bisa untuk meningkatkan keharmonisan hubungan antara orangtua

dan anak pada saat di meja makan. Bahkan, table manners juga menguntungkan

anak dalam kehidupan sosialnya karena dapat menumbuhkan kepercayaan diri

pada anak-anak dengan bersosialisasi dengan orang lain. Table manners juga

mempermudah anak-anak untuk beradaptasi dan diterima di lingkungan yang

baru. Atau dengan table manners minimal anak tahu bagaimana cara makan yang

baik.

Sebaiknya sistem pembelajaran table manners disesuaikan dengan tahap

umur mereka dari yang terbilang sangat muda sampai anak sedang berada pada

masa paling aktif. Misalnya dari umur 4 sampai 6 tahun, mereka bisa mencuci

tangan sebelum makan dan menata meja dengan melipat serbet. Kemudian untuk

umur-umur selanjutnya anak-anak diajarkan untuk memakan hidangan yang lebih

rumit seperti spageti, menuliskan undangan sendiri, dan seterusnya.

Dalam pembelajaran etika makan, ada pula hal baik lain yang sekaligus

dapat diajarkan yaitu :

a. Menumbuhkan rasa percaya diri anak ketika makan bersama orang lain

b. Melatih anak berkomunikasi dengan orang lain.

c. Memupuk sikap dan perilaku untuk menghargai dan menghormati orang lain.

Page 37: ii.pdf

45

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Belajar menjadi tuan rumah yang baik sejak dini dan meningkatkan

keharmonisan antara orangtua dan anak –sebab makan bisa Anda jadikan

media komunikasi keluarga.

2. Cara Table Manner

Menurut Alexander dalam Ekasari (2010) table manner dan etika yang perlu

diketahui oleh anak yaitu :

a. Tolong dan terima kasih

Dua kata ini merupakan dasar dari sopan santun dan table manner. Dengan

mengajarkan si kecil mengucapkan dua kata tersebut, mereka pun dapat

menunjukkan rasa terimakasih dan tau cara menghormati orang lain.

Menurut Alexander dalam Ekasari (2010), "ketika keluarga berkumpul

bersama-sama ini merupakan kesempatan untuk anak belajar sopan santun

dengan mengatakan 'tolong' dan 'terimakasih'. Interaksi saat makan malam

merupakan waktu terbaik karena memiliki kesempatan untuk berbagi sesuatu."

b. Mengunyah

Menurut Ekasari (2010), para pakar etika setuju bahwa salah satu table

manner yang paling penting adalah mengunyah dengan mulut tertutup.

Ajarkan anak untuk terus melakukannya dengan cara menunjukkan pada

mereka bagaimana mengunyah yang baik.

c. Berbicara tanpa makan

Page 38: ii.pdf

46

Meida Anggraeni, 2012 Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Table Manner Untuk Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ini juga salah satu table manner yang paling penting, jangan pernah

berbicara dengan mulut penuh makanan. Hal ini juga berlaku walau tangan si

kecil menutup mulutnya. Selain mengganggu, sulit memahami perkataan

seseorang saat mulutnya penuh dengan makanan.

d. Table manner

Menurut Martin dalam Ekasari (2010). “mulailah mengajarkan si kecil

bagaimana cara memegang garpu dan sendok yang benar. Selain itu ajarkan

mereka bagaimana cara makan yang bersih. Pada akhirnya hal ini akan

membantu orangtua menikmati makanannya sendiri karena tidak lagi repot

membenarkan posisi pisau si kecil”.