implementasi model pembelajaran problem …
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA MATERI FIQIH SISWA KELAS X MADRASAH
ALIYAH MUHAMMADIYAH CAMBAJAWAYA KECAMATAN
BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh
Rahmat Hidayat
105 19 11013 16
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
SURAT PERNYATAAN
2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rahmat Hidayat
NIM : 105 19 11013 16
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya ( tidak dibuatkan oleh siapapun ).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi.
3. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 20 November 2020
Yang membuat pernyataan
Rahmat Hidayat NIM: : 105 19 11013 16
iii
3
ABSTRAK
Rahmat Hidayat 105 19 11013 16, 2020. Implementasi Model Problem
Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam pada
mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Dibimbing
Oleh Nurhidaya Muchtar dan Ya`kub.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam pada materi Fiqih melalui model pembelajaran Problem Based
Learning pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
classroom action research yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus
yang terdiri dari empat yahap, yaitu Perencanaan, pelaksanaan tindakan,
Observasi dan Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan.
Hasil dari penelitian in,i menunjukkan bahwa 1.) pada siklus I siswa yang
mencapai ketuntasan 22 orang atau 70,97 %. orang dan siswa yang tidak tuntas 9
orang atau 29,03 % orang sedangkan pada siklus II semua siswa yang mencapai
ketuntasan yaitu 31 orang atau 100 %. Implementasi Model Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Materi
Fiqih, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang di inginkan peneliti pada
awal peneliti sudah tercapai sehingga, peneliti ini dapat dikatakan berhasil dan
tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
Kata Kunci : Implementasi Model Problem Based Learning, Hasil
Belajar,PAI.
iv
4
Moto
Dunia bukanlah akhir dari segalanya
Melainkan hanya persinggahan dari sebuah
Perjalanan yang panjang untuk kembali
Kepada sang pencipta…..
Kupersembahkan untuk……………..
Kedua orang tuakudan saudara saudaraku yang menjadi
pendorong dalam
mencapai keberhasilanku
‘
v
5
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Implementasi Problem Based Learning .................................................. 7
B. Hasil Belajar .......................................................................................... 14
C. Tinjauan Pendidikan Agama Islam ....................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 24
B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................. 24
C. Faktor yang diselidiki ............................................................................ 24
D. Prosedur Penelitian................................................................................ 25
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 27
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 28
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 28
vi
6
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 30
B. Refleksi ................................................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43
A. Kesimpulan ........................................................................................... 43
B. Saran ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
vii
7
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000 ............................ 29
Tabel 4.1.Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus ................. 31
Tabel 4.2 Distibusi Hasil Kemampuan Siswa Siklus I .............................. 32
Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ................................................ 33
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II ....... 34
Tabel 4.5 Distribusi Hasil Belajar Siswa siklus II ....................................... 35
Tabel 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II .............................................. 36
Tabel 4.7 Distribusi Skor Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II ........... 37
Tabel 4.8 Hasil observasi sikap siswa siklus I ............................................. 38
Tabel 4.9 Hasil observasi sikap siswa siklus II ............................................ 40
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air,
sehat jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya,
mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.
Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran – ukuran Islam. 1 Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam
adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama
sekaligus mengajarkan ilmu agama islam sehingga ia mampu mengamalkan
syariat islam sesuai pengetahuan yang dimiliki.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara berbagai
komponen yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, alat, metode dan lain-lain. Masing-
masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa adalah komponen yang paling utama dalam kegiatan belajar mengajar,
karena yang harus mencapai tujuan penting dalam pembelajaran adalah siswa
yang belajar. Maka pemahaman terhadap siswa adalah penting bagi guru agar
dapat menciptakan situasi yang tepat sert memberi pengaruh yang optimal bagi
siswa untuk dapat belajar dan mendaptkan hasil belajar yang maksimal. Guru
harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan
1 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Sukses Offset, 2011), h. 23.
2
mengena pada tujuan yang diharapkan. Hal penting yang harus diperhatikan
adalah menempatkan kelas sebagai ruang belajar yang mendidik, memberi
kepuasan tersendiri, dan menghasilkan praktik pendidikan yang bermutu.2
Berbagai cara yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
telah dilaksanakan, salah satunya adalah memilih dan menentukan gaya
belajar yang sesuai dengan materi dan tidak membuat siswa bosan dalam
pembelajaran. Salah satu kendala bagi siswa saat belajar adalah kesulitan
dalam menahami, mengulang atau mengingat kembali materi yang dibaca.
Karena mereka hanya membaca dan tidak mampu mengingat kembali ketika
ditanyakan kembali materi yang telah dibacanya. Mereka membutuhkan sebuah
cara atau jalan keluar untuk mengatasi masalah yang tengah mereka hadapi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa keluardari
masalah mereka adalah dengan menuntun belajar membaca materi dengan
metode atau cara yang berbeda dari yang biasa mereka lakukan. Karena
dianggap gaya membaca materi yang biasa dilakukan oleh siswa kurang efektif
jika masih diterapkan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa, diperoleh hasil bahwa pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada materi Fiqih yang disampaikan cederung dikuasai oleh guru dengan
metode ceramahnya yang monoton, Siswa cenderung pasif ketika proses
2 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta : GP Press Group,
2013) h. 208.
3
pembelajaran berlangsung. Siswa mengantuk dan bosan saat guru menjelaskan
materi serta hasil nilai belajar siswa yang masih dibawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM).
Hal tersebut disebabkan karena kurang bervariasinya penggunaan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa.
Keadaan ini sangatlah tidak menguntungkan terutama bagi peserta didik dalam
pencapaian hasil belajar mereka. teruangkap juga masih banyak siswa yang
kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses penjelasan.
Mereka membutuhkan sebuah cara atau jalan keluar untuk mengatasi
masalah yang tengah mereka hadapi. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru
untuk membantu siswa keluar dari masalah mereka adalah dengan menuntun
belajar membaca materi dengan model pembelajaran yang berbeda dari yang
biasa mereka lakukan. Karena dianggap gaya membaca materi yang biasa
dilakukan oleh siswa kurang efektif jika masih diterapkan.
Berdasarkan kondisi tersebut siswa membutuhkan inovasi model
pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa dalam meningkatkan
hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih. Salah satu
alternatif guru dalam proses pembelajaran di kelas dalam Penerapan Model
Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada materi Fiqih di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Cambajawaya. Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Masalah
4
autentik dapat diartikan sebagai suatu masalah yang sering ditemukan siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Implementasi Model
Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi
Fiqih dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning
pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada materi Fiqih dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa
Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan
berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat SMA maupun
di madrasah Aliyah dan upaya pengembangan mutu dan hasil
pembelajaran yang semakin besar serta meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata
pelajaran Fiqih.
b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) serta Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam
menyusun karya ilmiyah secara sistematik, serta lebih paham tentang
metode pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam
pembelajaran. Serta kedepannya dapat dipahami tentang model yang
dipergunakan dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan
suasana yang efektif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memilih model
pembelajaran yang efektif dan diharapkan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih.
6
b. Bagi Siswa
1) Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan
proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses
belajar mengajar dapat dipecahkan secara bersama melalui metode
pembelajaran yang digunakan.
2) Meningkatkan hasil, minat, perhatian dan motivasi siswa dalam
interaksi proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam serta
dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif dan inovatif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi Problem Based Learning
a. Model Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi
pelajaran 3
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat
lebih tinggi.4
Jadi model problem based learning dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistematik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang akan diperlukan
dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak
3 Nurhayati Abas. “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.2004. 4 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta : Ar – Ruzz Media,
2013) hlm 215
8
hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor
melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ini
sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran yang berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu
masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih
solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah tersebut
sesuai dengan kemampuan siswa dari hasil pembelajaran dan pengalaman
yang dimiliki.
b. Karakteristik Problem Based Learning
Sebagai sebuah model pembelajaran Pembelajaran berbasis
masalah memiliki beberapa karakteristik yang membedaknnya dengan
yang lain. Menurut Wina Sanjaya terdapat tiga karakteristik dalam PBL
yaitu: 5
1) Aktivitas pembelajaran diarahkan agar siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan,
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Tanpa
masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran,
5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 214-215
9
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model Problem Based Learning dimulai dengan dengan adanya
masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang
telah diketahui dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Masalah yang dapat dijadikan fokus pembelajaran dapat
diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan
pengalaman-pengalaman belajar kepada siswa seperti kerjasama dalam
kelompok, pengalaman memecahakan masalah, dan membuat laporan.
Kerja sama dapat memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas-tugas
dan meningkatakan kesempatan untuk melakukan penyelidikan.
c. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning
Tujuan Problem Based Learning adalah kemampuan untuk
berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative
pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.
Sedangkan menurut pendapat lain mengemukakan tujuan model
Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:1) membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah;2)
belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
10
pengalaman nyata, dan 3) menjadikan para siswa yang otonom atau
mandiri.
Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti
menyimpulkan tujuan Problem Based Learning adalah membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, belajar
berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata, dan menjadi siswa yag otonom atau mandiri.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam hal ini terdapat 7 langkah untuk mengaplikasikan problem
based learning dalam pembelajaran.
1) Langkah 1 : Mengklarifikasi istilah dan konsep belum jelas Masalah
yang diberikan umumnya mengandung fenomena-fenomena yang
memang belum dipelajari, barangkali hal-hal yang baru. Karena itu
perlu memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan
konsep yang dihadirkan. Memastikan bahwa setiap anggota melihat
situasi seperti apa yang ditunjukkan oleh masalah.
2) Langkah 2 : Merumuskan masalah Ingatlah ungkapan :
Merumuskan masalah dengan baik, sebenarnya sebagian dari
penyelesainnya. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut
penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena
itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara
fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas
dahulu.
11
3) Langkah 3 : Menganalisis masalah Pada tahap ini, kelompok
mencoba mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah
dimiliki anggota tentang masalah. Jangan hanya membatasi pada
pendiskusian informasi faktual yang ada saja (yang tercantum pada
problem), tetapi juga mencoba merumuskan penjelasan yang
mungkin dengan nalar anda. Cobalah sekreatif mungkin, dengan
meninjau dari berbagai sudut pandang. Di tahap ini, curah gagasan
perlu anda lakukan.
4) Langkah 4: Menata gagasan anda dan secara sistematis
menganalisisnya. Apa yang dihasilkan di tahap ketiga, dianalisis
lebih dalam pada tahap ini. Bagian demi bagian di analisis, dilihat
keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang saling
menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis
adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya. Di tahap ini, anda bias merasakan ada
pengetahuan anda sebelumnya yang bermanfaat, dan jadi tahu ada
informasi atau pengetahuan yang belum anda miliki untuk
menyelesaikan masalah.
5) Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran Kelompok dapat
merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan pada langkah keempat. Inilah yang akan
menjadi dasar untuk penugasan-penugasan idividu disetiap
kelompok. Tentu saja kelompok harus memprioritaskan dan fokus
12
pada pembahasan tertentu, tidak semua pertanyaan harus dijawab
dengan kedalaman yang sama. Ini juga yang akan memberikan
kemungkinan materi pembahasan setiap kelompok berbeda, karena
setiap kelompok menaruh perhatian yang berbeda pada masalah
yang berbeda.
6) Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber lain (diluar
diskusi kelompok) Saat ini anda sudah mengeksplorasi pengetahuan
terkait yang anda miliki, anda sudah tau informasi apa yang anda
tidak punya, dan anda sudah punyatujuan pembelajaran. Kini
saatnya anda harus cari informasi tambahan itu, dan tentukan
dimana anda mencarinya.
7) Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi
barudari laporan-laporan individu atau subkelompok, yang
dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan
mendapatkan nformasi-informasi baru. Anggota yang mendengar
laporan haruslah mampu memahami tentang laporan yang disajikan.
Sekali lagi, pastikan apa yang disampaikan individu atau sub
kelompok ada relevansinya dengan tujuan pembelajaran dan
problem yang diberikan guru.6
6 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta : Kencana, 2009),
hlm. 73-79.
13
e. Keunggulan Model Problem Based Learning
Menurut Wina Sanjaya, Problem Based Learning memiliki
beberapa keunggulan yaitu: 7
1) Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan teknik yang cukup
bagus untuk lebih memahami isi pelajaran,
2) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru
bagi siswa,
3) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa,
4) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa
bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata,
5) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan,
6) Pemecahan masalah (Problem Solving) diangap lebih menyenangkan
dan disukai siswa,
7) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru,
7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 220
14
8) Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata, sertai. Pemecahan masalah (Problem Solving) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui
Problem Based Learning dapat mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas, memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, lebih menyenangkan dan disukai siswa sehingga
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa
2. Hasil Belajar
a) Pengertian Hasil Belajar
Dalam setiap kegiatan belajar yang dilakukan para peserta didik tentunya
akan terjadi perubahan dalam diri peserta didik, baik perilaku maupun hasil
belajar. Hasil belajar merupakan indicator terhadap kemampuan peserta didik
dalam menyerap atau memahami suatu mata pelajaran yang telah dipelajari.
Menurut Ahmadi mengatakan bahwa „‟Hasil belajar adalah hasil yang
dapat dicapai melalui usaha-usaha belajar yang berupa pengetahuan dan
keterampilan.8Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku serta peserta
didik melakukan serangkaian kegiatan belajar yang menyangkut kongnitif,
afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
8 Abu Ahmadi, Didaktif Metodik, (Toha Putra, Cetakan ke 1,1982), h.21
15
belajar dan pembelajar dari sisi pendidikan pembelajaran diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar dari sisi peserta didik hasil belajar adalah
merupakan pengalaman dan puncak hasil belajar.Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Berkaitan dengan Hasil belajar, tentunya hal ini tidak akan tercapai secara
maksimal, baik melalui pengalaman ataupun latihan tanpa disadari oleh diri
sendiri, hal ini berkaitan dengan Firman Allah SWT yaitu :
Al-quran surah Ar-Rad (13) Ayat 11, adalah sebagai berikut:
Terjemahnya :
“Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia”.9
Ayat diatas menjelaskan bahwa keberhasilan belajar bisa diusahakan, atau
prestasi belajar yang baik bisa dicapai dengan usaha yang gigih dan tidak pernah
putus asa.
9Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan
Publishing House, 2011), h.251.
16
b) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagaimana
dikemukakan oleh Nana Sudjana bahwa hasil belajar banyak faktor yang
terdapat dalam diri individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah
kemampuan yang dimiliki mminat dan perhatiannya sedangkan faktor eksternal
adalah proses pendidikan dan pengajaran yang dapat dibedakan menjadi tiga
lingkungan adalah yaitu : Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.10
Berdasarkan pada pendapat di atas maka dapat dipahami yang
mempengaruhi hasil belajar itu pada dasarnya adalah faktor internal dan
eksternal.
Adapun faktor yang mempengaruhi CTL dalam mencapai hasil belajar
diantaranya adalah
1. Faktor internal yang meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan
kesiapan),
2. Faktor eksternal meliputi keluarga dan masyarakat.
Menurut Oemar Hamalik bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar atau prestasi belajar itu adalah sebagai berikut :
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri
10
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru, 2001 ) h.6
17
Faktor yang bersumber dari diri sendiri, yaitu : faktor internal yang
sifatnya dari kondisi individu yang bersangkutan. Hal ini dapat berupa :
a) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas
b) Kurangnya minat dalam bahan pembelajaran
c) Kesehatan sering terganggu
d) Kecakapan mengikuti pelajaran yang rendah
e) Kebiasaan belajar yang buruk
f) Kurangnya penguasaan bahasa
Dengan demikian kondisi individu sangat mempengaruhi bagaimana
tingkat hasil belajar yang dicapainya.
b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
Faktor dari lingkungan sekolah dapat terjadi dimana lingkungan sekolah
yang kurang terkordinir dengan baik mengakibatkan kondisi keberhasilan
peserta didik dalam belajar juga terlambat. Hambatlah yang dating dari sekolah
khusus guru diantaranya.
a) Cara guru memberikan pelajaran
b) Kurangnya bahan bacaan
c) Kurangnya alat dalam pelaksanan pembelajaran (tulis, peraga)
d) Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik
e) Penyelenggara pelajaran yang padat
c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
Keluarga adalah tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama kali
sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, keluarga
18
sangat berpengaruh terhadap perkembangan, sehingga pendidikan yang pertama
dalam keluarga adalah orang tua. Orang tua menyadari dan mengetahui bahwa
tujuan akhir pendidikan yaitu dapat berdiri dengan hasil yang baik.
d. Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
Pendidikan dimasyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung
secara tidak sadar baik oleh masyarakat maupun anak didik itu sendiri. Lembaga
masyarakat turut membentuk anak dalam mendidik sebagai usaha untuk
membentuk sikap sosial, kegunaan serta menambah ilmu pengetahuan.11
3. Tinjauan Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
menyingimani ajaran agama islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antara umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah
Suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa
dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup.12
Sedangkan Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa Pendidikan Agama
Islam yang dimaksud dalam kajian ini adalah :
Usaha Sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
11
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan kesulitan-kesulitan Dalam Belajar, ( Bandung, Tarsito,1981,) h.117 12
Darajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Angkasa. 1992)
19
menghayati, dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat
beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional. 13
Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pendidkan Agama Islam adalah suatu usaha untuk
menyiapkan siswa untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama
Islam sehingga menjadi manusia yang beriman kepada Allah SWT dan
berakhlak dalam kehidupannya.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
“Tujuan pendidikan agama islam terciptanya manusia yang berakhlak
mulia. Itulah tujuan dasar dan utama pendidikan mesti diselenggarakan.
Adapun tujuan-tujuan lainnya hanya bersifat sekunder alias bukan pokok.
Dengan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), sangat dimungkinkan
seseorang melakukan perubahan revolusioner, tidak hanya pada dirinya
sendiri, tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga terhadap
lingkungannya”.14
Dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agam Islam (PAI) ini terdapat
beberapa versi yang merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai
berikut :
a) Tujuan umum Pendidikan Agama Islam (PAI) secara umum yaitu
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik tentang agama islam, sebab iman yang teguh
akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan
firman Allah dalam Q.S. Ad-dzariyat: 56 yang berbunyi:
13
Ahmad Tafsir, Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al-Qur`an , (Jakarta : Rineka Cipta, 1992). H. 75
14Zainal Abidin Bagir, et al., Integrasi Ilmu dan Agama: Interprestasi dan Aksi
(Bandung: Mizan,2005), h.76.
20
Terjemahan:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.15
Sehingga diharapkan dengan adanya Pendidikan Agama Islam (PAI) bisa
menjadikan muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
“Menurut Ali Asyraf mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam
(PAI) bertujuan untuk menyeimbangkan kepribadian total manusia
melalui spiritual, intelektual, rasional, perasaan dan kepekaan tubuh
manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi
pertumbuhan manusia dalam segala aspek untuk mencapai
kesempurnaan”.16
Dari definisi perumusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di atas bahwa
tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah berusaha mewujudkan
manusia ideal menurut citra islam, yakni realisasi sikap penyerahan diri
sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perseorangan, masyarakat maupun
sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam firman
Allah dalam Q.S. Al-an‟am: 162
15
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, op.cit. h. 523. 16
Ali Asyraf, Horison Baru Pndidikan Islam,terj. Sori Siregar (Bandung: Pustaka Firdaus, 1996),h. 2
21
Terjemahan:
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.17
“Pada dasarnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh
unsur pokok yaitu: al-qur-an, syari‟ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan
tarikh (sejarah islam) yang menekankan pada perkembangna politik.
Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi 5 unsur pokok yaitu: al-
qur‟an hadits, keimanan, fiqih, dan bimbingan ibadah, akhlak, serta
tarikh atau sejarah islam, ilmu pengetahuan dan kebudayaan”.18
c. Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Landasan atau dasar yang menjadi acuan Pendidikan Agama Islam
harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat
mengantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan, nilai yang terkandung harus
mencerminkan nilai yang universal yang dapat diasumsikan untuk
keseluruhan aspek kehidupan manusia, serta meruapakan standar nilai yang
dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini telahberlangsung.
Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi menjadi Tiga kategori
yaitu:
a) Al-qur‟an
Pada dasarnya Al-qur‟an adalah perbendaharaan yang besar untuk
kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Pada umumnya
17
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, op.cit, h. 150 18
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 79
22
merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moril dan spiritual.
Seorang muslim dibekali kitab Al-qur‟an sebagai kitab suci yang mana
ada misi tersirat di dalamnya agar mereka menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran, sesuai dengan firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-baqarah ayat
31 yang berbunyi:
Terjemahan:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda- benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang- orang yang benar!".19
b) Hadits
“Hadits adalah (pembicaraan, periwayatan, pernyataan) secara khusu
merupakan penuturan yang didasarkan pada perbuatan dan perkataan Nabi
Muhammad sebagaimana yang dituturkan kembali oleh para
sahabatnya”.20
Nabi Muhammad sebagai suri teladan, telah memberikan contoh pada
umatnya dalam segala aspek kehidupan, begitu juga dalam hal pendidikan
danpembelajaran.
19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit.h. 6
20Abd. Wahid, Pengantar Ulumul Hadits , (banda Aceh: PeNa BandaAceh,2017),
h.5.
23
Konsepsi dasar pendidikan dicetuskan dan dicontohkan nabi
Muhammad SAW pada umatnya memiliki corak sebagai berikut:
1) Disampaikan sebagai rahmatan lil‟alamin (rahmat bagi seluruh semesta
alam).
2) Disampaikan secara universal.
3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran secaramutlak.
4) Perilaku nabi tercermin sebagai uswatun hasanah.
5) Masalah teknik praktek dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan
penuh padaumatnya.
Dalam konteks ini merupakan fakta bahwa Islam sangat mementingkan
pendidikan dan pembelajaran.
Berdasarkan dengan beberapa konsep diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan
kegiatan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan kecakapannya oleh
pendidik terhadap peserta didik untuk mengarahkan menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur dan
berkepribadian yang utuh, yang mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran-ajaran dalam
kehidupan sehahari-hari dan juga akan mengarahkan manusia dalam kehidupan
yang lebih baik, yang akhirnya dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
reseach) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam pada materi Fiqih melalui Problem Based Learning. Penelitian tindakan
kelas dilaksanakan dalam bentuk kegiatan bersiklus yang terdiri atas empat tahap
yaiyu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang selanjutnya
tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan.21
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Peneliti mengambil lokasi di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Adapun Objek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13
laki-laki dan 18 perempuan.
C. Faktor yang diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan ini, ada beberapa faktor yang
diselidiki, yaitu :
1) Faktor siswa yaitu melihat persentase kehadiran siswa, siswa yang bertanya
materi pelajaran, siswa yang menyelesaikan tugas dan siswa yang melakukan
kegiatan lain saat proses belajar mengajar berlangsung.
21
Arikunto S, Suharjono dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Rineka Cipta. 2006
25
2) Faktor proses yaitu melihat keaktifan siswa, interaksi siswa dengan guru
maupun interaksi siswa dengan siswa lainnya dalam proses belajar mengajar
3) Faktor hasil yaitu melihat hasil belajar dengan menggunakan metode Problem
Based Learning.
D. Prosedur Penelitian
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menelaah kurikulum
2) Mengidentifikasi satu pokok bahasan yang sesuai dengan pokok bahasan
pada saat itu dan selanjutnya membuat rencana pembelajaran
3) Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu dilaksanakan tes awal untuk
mengukur hasil belajar siswa
4) Membuat pedoman observasi
5) Membuat tes hasil belajar untuk melihat kemampuan pemahaman siswa
terhadap materi yang disajikan
b. Pelaksanaan tindakan
1) Memulai proses belajar mengajar dengan menjelaskan kepada siswa
berdasarkan materi yang diajarkan
2) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah disusun
3) Menjelaskan materi
26
4) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti
5) Memberikan ulangan harian 1 pada siklus pertama
c. Observasi
Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk melihat hasil belajar
siswa selama pelaksanaan siklus I, kegiatan ini dilaksanakan pada saat
kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi
oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya
yang dilakukan. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk menentukan
tindakan pada siklus kedua.
2. Siklus II
Langkah yang dilakukan pada siklus II pada umumnya sama seperti
kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan melakukan beberapa
perbaikan seperti, mengamati siswa lebih tegas dan memberikan teguran
bagi siswa yang kurang disiplin, untuk siswa yang hasil belajarnya rendah
dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal diberikan bimbingan
khusus dikelas dan diberi kesempatan untuk mengerjakan soal latihan agar
siswa dapat lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran Fiqih. Hasil
yang diperoleh dari Siklus II ini diharapkan agar lebih baik dari siklus I.
27
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data dari kegiatan penelitiannya.Instrumen penelitian ini dapat
menguji atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan karena data yang
diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan”.22
Adapun yang
menjadi instrumen penelitian ini yaitu:
1) Observasi atau Pengamatan
Alat yang digunakan dalam observasi adalah pedoman observasi.Pedoman
observasi adalah catatan yang berisi petunjuk dalam membuat sebuah
pengamatan, khususnya pengamatan proses pembelajaran Fiqih dengan
menggunakan metode Problem Based Learning.
2) Tes
“Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,harus
ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.tes
digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai
pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan
keterampilan”.23
3) PreTes
PreTest dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa serta hasil
belajar pada media yang digunakan oleh Peneliti sebelum penerapan
Metode Pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih.
22
M. Subhana, dkk, Statistika Pendidikan (Bandung: Putaka Setia, 2000), h. 30. 23
Asep jihad dan Abdul haris Evaluasi Pembelajaran ( cet 1;Yogyakarta;Multi Pressindo,2012) h.67
28
4) Post Test
Post Test. Tes penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
diberikan kepada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh penelitian
dalam mengumpulkan data penelitianya. Adapun teknik yang digunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1) Teknik Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang dapat Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam pada materi Fiqih dengan penggunaan metode Problem Based Learning.
2) Teknik Evaluasi tertulis digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa
besar hasil belajar siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran
yang dilakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang
telah disampaikan.
3) Interview, dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara interview atau wawancara terpimpin atau interview dengan
menggunakan pedoman wawancara
G. Teknik Analisis Data
Data tentang hasil observasi secara kualitatif, sedangkan data tes hasil
belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan
29
statistic deskriptif. Untuk keperluan analisis statistic deskriptif, maka digunakan
table distribusi rata-rata.
Tabel 3.1
Kriteria persentase DEPDIKNAS Tahun 2000.
No Nilai
Kategorisasi
1 0-34 Sangat Rendah
2 35-54 Rendah
3 55-64 Sedang
4 65-84 Tinggi
5 85-100 Sangat tinggi
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua jenis,
yaitu indikator hasil belajar dan indikator proses belajar. Berdasarkan indikator
hasil belajar peneliti dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa
setelah diterapkan metode pembelajaran Problem Based Learning pada mata
pelajaran Fiqih. Apabila terdapat 75% siswa yang mendapat nilai minimal 75
sesuai dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang digunakan oleh Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya, maka kelas dianggap tuntas secara
klasikal. Sementara itu untuk indikator proses pembelajaran meningkat apabila
munculnya rasa ingin tahu siswa untuk bertanya, mendorong siswa secara aktif
dan kreatif, mencari informasi, data dan mencari jawaban atas pertanyaan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai
Implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam pada mata materi Fiqih Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan
analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data
tentang hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan
persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap siklus.
1. Analisis Kuantitatif
a. Analisis Deskriptif Siklus I
Pada Siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk ulangan
harian setelah selesai penyajian materi untuk siklus I. Adapun analisis
deskriptif skor perolehan nilai Siswa melalui dapat dilihat pada tabel 1
berikut: Model Problem Based Learning Siswa Kelas X Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa
31
Tabel 4.1.
Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Akhir Siklus I
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subyek
Skor Ideal
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rentang Skor
Skor Rata-Rata
31
100
85
50
85-50
70,96
Tabel 4.1 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada
akhir siklus I adalah dari skor ideal 100 Skor tertinggi 85 dan skor
terendah adalah 50 dengan skor rata-rata mencapai 70,96 dengan standar
deviasi 13,32 dan dengan rentang skor 85-50 yang berarti hasil belajar
Pendidikan Agama Islam pada Materi Fiqih yang dicapai siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya tersebar dari skor
terendah 50 sampai 85 .
Apabila skor kemampuan siswa pada siklus I dikelompokkan ke dalam
lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan
pada tabel 2 berikut ini.
32
Tabel 4.2
Distibusi Frekuensi dan Persentase Hasil Kemampuan Siswa Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31 siswa Kelas
X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa pada kategori sangat rendah tidak ada atau 0% siswa,
pada kategori rendah ada 3 siswa atau sekitar 9,68%, kemudian pada kategori
sedang terdapat 9 siswa atau sekitar 29,03, pada kategori tinggi terdapat 12 siswa
atau sekitar 38,71 %, dan pada kategori sangat tinggi 7 siswa atau sekitar 22,58
%.
No
Interval
Skor
Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 - 54
55 - 64
65 - 84
85 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
3
9
12
7
0
9,68
29,03
38,71
22,58
Jumlah 31 100
33
Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus I dianalisis, maka
persentase ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Skor Frekuensi Persentase Kategori
0– 69 9 29,03 % Tidak tuntas
70 – 100 22 70,97 % Tuntas
Jumlah 31 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar
siswa pada siklus I yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 9 orang atau
29,03 % sedangkan pada kategori tuntas mencapai 22 orang atau 70,97 %.
b. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II
Hasil analisis deskriptif terhadap skor hasil belajar Pendidikan Agama
Islam pada materi Fiqih setelah diterapkan Model Problem Based
Learning selama berlangsungnya siklus II terdapat pada Tabel 3 berikut:
34
Tabel 4.4
Statistik Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Siklus II
STATISTIK NILAI STATISTIK
Subyek
Skor Ideal
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Rentang Skor
Skor Rata-rata
31
100
100
75
100-75
84,51
Tabel 4.4 menujukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar PAI Materi
Fiqih siswa pada akhir siklus II adalah 84,51 dari skor ideal 100. Skor
tertinggi 100 dan skor terendah adalah 75 dan rentang skor 75-100 yang
berarti hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas Model Problem Based
Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tersebar dari skor 75
sampai 100.
Jika skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori,
maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang ditunjukkan pada tabel 4
berikut ini:
35
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa siklus
II
No
Interval
Skor
Kategori Frekuensi
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
0 – 34
35 - 54
55 - 64
65 - 84
85 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
0
0
18
13
0
0
0
58,06
41,94
JUMLAH 31 100
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 31
siswa hasil belajar PAI yang dicapai melalui Model Problem Based
Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tidak terdapat kategori
sangat rendah dan pada kategori rendah tidak ada atau 0% siswa dan
kategori sedang juga tidak ada atau 0%. kemudian pada pada kategori
tinggi terdapat 18 siswa atau sekitar 58,06 %, dan pada kategori sangat
tinggi 13 siswa atau sekitar 41,94 %.
Apabila hasil tes akhir siswa pada siklus II dianalisis, maka persentase
ketuntasan belajar siswa tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6.
36
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Skor Frekuensi Persentase Kategori
0– 69 0 0 % Tidak tuntas
70 – 100 31 100 % Tuntas
Jumlah 31 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil ketuntasan belajar siswa
pada siklus II yaitu pada kategori tidak tuntas mencapai 0 orang atau 100
% sedangkan pada kategori tuntas mencapai 31 orang atau 100 %. ini
artinya terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus
II dan semakin menguatkan bahwa penerapan Model Problem Based
Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dapat meningkatkan
hasil belajar PAI materi Fiqih. Selanjutnya Tabel 4.7. memperlihatkan
peningkatan hasil belajar siswa setelah digunakan Model Problem Based
Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dalam proses belajar
mengajar pada Tes Siklus I, dan Siklus II.
37
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil pada Siklus I dan
Siklus II
No
Interval
Skor
Kategori
FREKUENSI PERSENTASE
(%)
Siklus I Siklus
II
Siklus
I
Siklus
II
1.
2.
3.
4.
5.
0 – 34
35 - 54
55 - 64
65 - 84
85 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
0
3
9
12
7
0
0
0
18
13
0
9,68
29,03
38,71
22,58
0
0
0
58,06
41,94
Jumlah 31 31 100 100
Dari hasil deskriptif di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil
belajar siswa pada Tes Akhir Siklus I adalah 70,96 dan mengalami
peningkatan pada Tes Akhir Siklus II, yaitu 84,51. Hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam materi Fiqih setelah
diterapkan model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa
2. Analisis Kualitatif
Data kualitatif merupakan data sikap siswa yakni diperoleh melalui
lembar observasi dan tanggapan siswa. Lembar observasi pelaksanaan
38
pembelajaran dengan model hasil belajar PAI yang dicapai siswa Kelas
Model Problem Based Learning Siswa Keas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa terdiri atas dua, yaitu lembar observasi siklus I dan
lembar observasi siklus II. Lembar observasi siklus I, merupakan
gambaran sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tiap
pertemuan pada siklus I. Sedangkan lembar obsevasi siklus II merupakan
gambaran sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tiap
pertemuan pada siklus II.
Berikut ini analisis tanggapan siswa dan sikap siswa selama mengikuti
proses pembelajaran siklus I dan II.
a. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I
Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI materi
Fiqih diperoleh melalui lembar observasi.
Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama mengikuti proses
pembelajaran pada siklus I ditunjukan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I
No Komponen yang diamati
Pertemuan
I II III Persentase
1 Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran 27 28 28 89,24
39
2 Siswa yang memperhatikan pada
saat proses pembelajaran 25 24 26 80,64
3
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif selama proses
pembelajaran (main-main, ribut,
dll)
6 4 5 16,12
4
4
Siswa yang bertanya tentang
materi pelajaran yang belum
dimengerti.
5 5 6 16,12
5
Siswa yang masih perlu
bimbingan dalam mengerjakan
tugas
10 8 5 24,73
6
Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat
pada saat pembelajaran
24 25 27 81.72
Pada Tabel 4.8, diperoleh bahwa pada siklus I dari 31 yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa memperhatikan pada
saat proses pembelajaran sebanyak 80,64%; Siswa yang melakukan
aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, dll)
mencapai 16,12%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti adalah 16,12%, Siswa yang masih perlu bimbingan
dalam mengerjakan tugas sebanyak 24,73%; Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 81,72%
40
b. Sikap Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II
Data tentang sikap siswa selama mengikuti pelajaran PAI materi Fiqih
pada siklus II ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil observasi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II
No Komponen yang diamati
Pertemuan
I II III Persentase
1 Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran 28 30 30 94,62
2 Siswa yang memperhatikan
pada saat proses pembelajaran 26 28 29 89,24
3
Siswa yang melakukan aktifitas
negatif selama proses
pembelajaran (main-main,
ribut, dll)
3 2 2 7,52
4
4
Siswa yang bertanya tentang
materi pelajaran yang belum
dimengerti.
6 4 5 16,12
5
Siswa yang masih perlu
bimbingan dalam mengerjakan
tugas
5 6 5 17,20
6
Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat
pada saat pembelajaran
28 28 30 92,47
41
Pada Tabel 4.9, diperoleh bahwa pada siklus II dari 31 siswa, siswa
yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 89,24%, siswa yang
memperhatikan pada saat proses pembelajaran 89,24 % Siswa yang
melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut,
dll) mencapai 7,52%; Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang
belum dimengerti adalah 16,12%; Siswa yang masih perlu bimbingan
dalam mengerjakan tugas sebanyak 17,20%; Siswa yang memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat pada saat pembelajaran 92,47%.
B. Refleksi
Dari hasil analisis terhadap refleksi atau tanggapan siswa, dapat
disimpulkan ke dalam kategori sebagai berikut:
a. Pendapat siswa tentang pelajaran PAI
Pada umumnya siswa menganggap bahwa mata pelajaran PAI sebagai
mata pelajaran yang menyenangkan. Ada beberapa alasan yang
dikemukakan oleh siswa, diantaranya adalah PAI bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari..
b. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning
Secara umum tanggapan yang diberikan siswa terhadap penerapan
model problem based Instruction maka pelajaran PAI akan mudah
dipahami karena dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri, ketika siswa diperhadapkan
dengan suatu masalah maka siswa akan mampu menyelesaikan atau
42
menyikapi masalah itu sendiri. Dengan model pembelajaran ini mampu
memberikan motivasi balajar siswa, baik dalam kehidupan keluarga
maupun di sekolah.
c. Saran siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran PAI sehingga menjadi
lebih baik
Sebagian siswa mengusulkan sebaiknya dalam pembelajaran PAI
diberikan beberapa contoh nyata yang bervariasi dalam kehidupan sosial
agar mereka dapat lebih mengerti. Di samping itu, metode mengajar yang
diberikan oleh guru sangat menunjang dalam memotifasi siswa untuk
belajar lebih giat lagi, salah satunya dengan penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning yang disertai dengan umpan balik.
Pada umumnya siswa menanggapinya dengan positif. Termasuk guru yang
mengajar harus bijaksana dan tidak terlalu serius agar siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik. Data tentang tanggapan siswa diperoleh
melalui pertanyaan untuk refleksi siswa yang diberikan pada akhir
pertemuan
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat
disimpulkan bahwa:
Penerapan model pembelajaran Model Problem Based Learning dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi Fiqih Pada siswa
Siswa Keas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, yang indikatornya berupa
peningkatan skor rata-rata dari siklus I sebesar 70,94 ke siklus II sebesar
84,51
Semangat dan motivasi siswa meningkat terlihat ketika siswa berebutan
menjawab pertanyaan dan tugas, ini membuktikan ada peningkatan dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan mulai dari siklus I kemudian
dilanjutkan siklus II.
B. Saran
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dan
aplikasinya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka beberapa hal
yang disarankan antara lain sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning sangat
mendukung untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa.
44
2. Sebagai tindak lanjut penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning pada saat proses pembelajaran diharapkan kepada guru untuk
lebih memberikan keleluasaan siswa untuk berekspresi dan berkreasi
untuk dapat menemukan sendiri dan menyimpulkan hubungan antar
konsep dan realitas dalam pelajaran PAI
3. Melihat hasil penelitian yang diperoleh melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran sangatlah
bagus, maka diharapkan kepada guru PAI agar dapat menerapkan
model ini dalam proses pembelajaran.
45
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur`an dan Terjemahan
Abas, Nurhayati. 2004.“Penerapan Model Pembelajaran berdasarkan Masalah
(Problem Based Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”. Dalam jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Darajat Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Angkasa.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Tafsir Ahmad. 1992. Pengertian Pendidikan Islam dalam Konsep al- Qur`an.
Jakarta : Rineka Cipta
M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana.
Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariyanto, dan Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta:
Rineka Cipta.
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Kementerian Pendidikan Nasional.2011. PUSAT KURIKULUM PERBUKUAN.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2009.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
46
Muliawan,Jasa Ungguh. 2014. Penelitian Tindakan Kelas: Classroom Action
Reseach.Yogyakarta: Gava Media.
N Aditama,Nurdyansyah. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia
Learning
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto,Ngalim. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung:Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2009.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahman, Nazarudin. 2013. Manajemen Pembelajaran (Implementasi
Konsep,Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum.Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Rusmono.2014.Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu
Perluuntuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sabri, Alisuf. 2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
ProsesPendidikan.Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2006.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Sudjana, Nana. 2016.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan
Aplikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
47
Lampiran
Hasil Belajar Siswa Siklus I
NO NAMA SISWA Daftar Nilai
Siklus I
1 Nur Hakiki 85
2 Yusni Mustafa 80
3 Asran 50
4 Ilham Rusdi 80
5 Islamuddin 80
6 Muflihuddin 80
7 Muh Nur ihsan 80
8 Muh Yusuf 75
9 Riswandi 75
10 Ryan Fajar 75
11 Syaiful Alam 85
12 Syarif Hidayatullah 85
13 Zulkifli 55
14 Agussalim 60
15 Ansar 60
16 Hijrah 85
17 Irham 60
18 Komaruddin 60
19 Mirnasari 85
20 Mirnawati 55
48
21 Muh Yasir 60
22 MuhSyahrir 60
23 Muh Syarif 80
24 Nasruddin 75
25 Nurfitrianti 77
26 Rahmat Haidir 85
27 Riskayanti 85
28 Sriwahyuni 75
29 Syahdar 50
30 Syarifuddin 50
31 Akmal Idayat 75
JUMLAH 2200
RATA-RATA 70,96
”.
49
Hasil Belajar Siswa Siklus II
NO NAMA SISWA Daftar Nilai
Siklus II
1 Nur Hakiki 100
2 Yusni Mustafa 90
3 Asran 75
4 Ilham Rusdi 90
5 Islamuddin 95
6 Muflihuddin 90
7 Muh Nur ihsan 80
8 Muh Yusuf 80
9 Riswandi 80
10 Ryan Fajar 100
11 Syaiful Alam 95
12 Syarif Hidayatullah 75
13 Zulkifli 75
14 Agussalim 75
15 Ansar 75
16 Hijrah 90
17 Irham 80
18 Komaruddin 80
19 Mirnasari 90
20 Mirnawati 75
21 Muh Yasir 75
50
22 MuhSyahrir 75
23 Muh Syarif 100
24 Nasruddin 80
25 Nurfitrianti 80
26 Rahmat Haidir 100
27 Riskayanti 75
28 Sriwahyuni 75
29 Syahdar 95
30 Syarifuddin 80
31 Akmal Idayat 80
JUMLAH 2620
RATA-RATA 84,51