industri sabun dan detergen

31
INDUSTRI SABUN DAN DETERGEN Oleh : Armelia M. Nur Syamsu Sahati Zuelle Glemendo Waroy Jonison nauw JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS PAPUA MANOKWARI 2015

Upload: sahaty

Post on 01-Feb-2016

77 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

sabun dan detergen

TRANSCRIPT

Page 1: Industri Sabun Dan Detergen

INDUSTRI SABUN DAN DETERGEN

Oleh :

Armelia

M. Nur Syamsu

Sahati

Zuelle Glemendo Waroy

Jonison nauw

JURUSAN KIMIAUNIVERSITAS PAPUA

MANOKWARI2015

Page 2: Industri Sabun Dan Detergen

SABUNSejarah Sabun

• masyarakat Funisia di mulut Sungai Rhone telah membuat sabun dari lemak kambing dan abu kayu khusus.

Tahun 600 SM

• masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Tetapi pada masa itu sabun lebih di gunakan sebagai obat. Baru belakangan di gunakan sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.

Tahun 100 SM

• Italia membuat sabun mulai dianggap seni.

Tahun 700-an

Armelia

Page 3: Industri Sabun Dan Detergen

Lanjutan.. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai

pembuat sabun terkemuka. Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan

Savona menjadi pusat perdagangan karena minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah.

Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Perancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sehingga sabun pun mudah dibuat dan terjangkau bagi semua orang.

Di Amerika Utara industri sabun lahir pada tahun 1800-an.

Dalam sejarah pembuatan sabun, masing-masing negara memiliki sejarah tersendiri serta teknik pembuatannya.

Armelia

Page 4: Industri Sabun Dan Detergen

Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo, dimana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan.

Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak.

Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah.

Armelia

Page 5: Industri Sabun Dan Detergen

Sifat-sifat Sabun1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi

sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Sehingga larutan sabun dalam air bersifat basa.

2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah.

3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar.

Armelia

Page 6: Industri Sabun Dan Detergen

Macam-macam sabun

Sabun Cair

Sabun Chip

Shaving Cream

Sabun kesehatan

Sabun Bubuk

Armelia

Page 7: Industri Sabun Dan Detergen

Bahan Baku

1. Minyak/Lemak

Minyak/lemak merupakan senyawa

lipid yang memiliki struktur berupa ester

dari gliserol.

Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan

sabun, anatara lain : minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm

oil), minyak kedelai (soybean oil) dan lain-

lain.

2. Alkali

Jenis alkali yang umum digunakan dalam

proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, K2CO3,

NH4OH, dan ethanolamines.

3. Bahan Pendukung

Bahan baku pendukung digunakan untuk

membantu proses penyempurnaan sabun

hasil saponifikasi (pegendapan sabun

dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang

siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam)

dan bahan-bahan aditif.

M. Nur Syamsu

Page 8: Industri Sabun Dan Detergen

Metode - metode Pembuatan Sabun

1. Metode Batchlemak atau minyak

dipanaskan dengan alkali

(NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel.

Jika telah selesai, garam-garam

ditambahkan untuk mengendapkan

sabun.Lapisan air yang

mengandung garam, gliserol dan

kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.

Endapan sabun gubal yang

bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian

dimurnikan dengan air dan diendapkan

dengan garam berkali-kali.

Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk

mendapatkan campuran halus

yang lama-kelamaan

membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.

M. Nur Syamsu

Page 9: Industri Sabun Dan Detergen

2. Metode Kontiniu

lemak atau minyak dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng.

Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar.

Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan.

Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

M. Nur Syamsu

Page 10: Industri Sabun Dan Detergen

3. Metode Neat Soap

1

• Dalam metode ini turunan trigliserida murni dipanaskan pada mixer dengan jacket panas. Separuh dari jumlah total alkali yang digunakan diumpankan secara perlahan-lahan dengan laju alir volume sekitar 200 ml/15-20 menit.

2• Sisanya kemudian ditambahkan

bersamaan dengan EDTA (ethylene diamine tetra acetat) dan natrium klorida.

3• Natrium klorida ditambahkan untuk

mengurangi viskositas dari neat soap.

4• EDTA digunakan sebagai zat anti oksidan

dan juga sebagai pencegah kontaminasi logam dalam neat soap.

M. Nur Syamsu

Page 11: Industri Sabun Dan Detergen

Flow Chart Pembuatan Sabun (Soap Noodle) dalam Industri

M. Nur Syamsu

Page 12: Industri Sabun Dan Detergen

Flow Chart Pembuatan Sabun Secara UmumM. Nur Syamsu

Page 13: Industri Sabun Dan Detergen

Tahap-tahap Pembuatan Sabun dalam Industri 1. Saponifikasi (Penyabunan Minyak atau Lemak)

Proses reaksi saponifikasi adalah proses mereaksikan minyak dan NaOH pada reaktor pada suhu ± 125oC dengan bantuan pemanas steam.

Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur.

Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.

Sahati

Page 14: Industri Sabun Dan Detergen

1. Proses SaponifikasiMinyak dan NaOH di

masukkan di reaktor pada

suhu ± 1250C dengan bantuan pemanas

steam

Reaksi dilakukan selama 10

menit dengan bantuan

agitator dan recycle pompa

ke reaktor.

Minyak dan NaOH yang

berada dalam storage tank

(tangki penyimpanan) diumpankan ke

reaktor lalu diinjeksikan

steam sebesar 2 bar

Gliserol yang didapatkan dijadikan

bahan baku utnuk proses pembuatan

gliserin (Spent Lye)

Setelah reaksi sempurna

maka sabun dipompakan ke static separator

untuk memisahkan antara sabun dan gliserol.

Ditambahkan larutan garam NaCl (brine)

22%.

Setelash terpisah antara

sabun dan spent lye,

selanjutnya dimasukkan ke

washing coloumn sambil

diumpankan fresh lye.

Half spent lye yang

dihasilkan diumpankan kembali ke

reaktor.

Sahati

Page 15: Industri Sabun Dan Detergen

2. Netralisasi Neat Soap (Sabun Hasil Saponifikasi)

Setelah sabun telah dipisahkan di washing coloumn

selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge (Cf).

Lye yang telah dipisahkan

dikembalikan lagi ke washing

coloumn sedangkan sabunnya

dilanjutkan ke Neutralizer.

Didalam neutralizer ini aditif

yang dicampur adalah Palm

Kernel Oil (PKO) dan EDTA

(Ethylene Diamine Tetra Acetate).

Ditransfer ke Crutcher

Didalam crutcher ini neat soap

masih dicampur aditif yaitu EDTA

dan Turpinal,

kemudian diaduk agar homogen.

kemudian dilanjutkan ke

Feed Tank.

Sahati

Page 16: Industri Sabun Dan Detergen

3. Pengeringan Sabun

Setelah feed tank telah terisi maka neat soap direcycle untuk

tahap pengeringan

(drying)

direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat Exchanger (HE) dengan

speed VLS 50% dan dengan speed feed

tanknya 42% dengan tekanan 1,5 bar.

Disetting

secara perlahan-lahan.

Sabun yang sudah

dikeringkan dan didinginkan

tersimpan pada dinding

ruang vakum

ipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh

di plodder, yang

mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang

atau butiran

kemudian disimpan dalam

suatu wadah penyimpanan soap noodle

dikenal dengan nama Silo.

Sahati

Page 17: Industri Sabun Dan Detergen

4. Penyempurnaan Sabun

Dalam pembuatan produk sabun

batangan, sabun butiran

dicampurkan dengan zat

pewarna, parfum, dan zat aditif

lainnya kedalam mixer

(analgamator).

Campuran sabun

ini klemudian diteruskan untuk dimixing untuk

mengubah campuran tersebur

menjadi

suatu produk yang homogen.

Produk tersebut kemudian

dilanjutkan ke tahap

pemotongan.

Proses pembungkusan

pengemasan, dan penyusunan sabun

batangan merupakan tahap

akhir.

Sahati

Page 18: Industri Sabun Dan Detergen

Keunggulan dan kelemahan proses industri sabun

Saponifikasi Asam Lemak

Keuntungan:

1. Asam Lemak langsung digunakan tanpa proses.

2. Tidak ada Limbah.

3. Konversi reaksi 97 % (Othmer,1967)

Kelemahan:

1. Tidak ada gliserol terlibat dalam proses.

2. Temperatur dan tekanan yang digunakan begitu tinggi untuk

proses fat splitting ( T= 120O C, P= 2 atm).

3. Biaya pemeliharaan mahal.

4. Prosesnya rumit.

Sahati

Page 19: Industri Sabun Dan Detergen

Formula yang Dianjurkan Untuk Sabun Cuci dan Sabun Mandi Zuelle

Page 20: Industri Sabun Dan Detergen

DetergenSejarah Detergen

• Detergen pertama kali dikembangkan oleh Jerman dengan tujuan agar lemak dan minyak dapat digunakan dalam keperluan lainnya.

Perang Dunia II

• Lahir inovasi baru yang dilakukan ilmuwan Jerman, Fritz Gunther, yang menemukan surfaktan sebagai bahan tambahan pembuat sabun.

Tahun 1916

• Detergen untuk rumah tangga untuk pertama kalinya diluncurkan di Amerika Serikat.

Tahun 1933

• Detergen dibuat dengan pemutih oksigen

Tahun 1950-an

Zuelle

Page 21: Industri Sabun Dan Detergen

Lanjutan..

• Sabun pencuci yang dipadukan dengan bahan pelembut kain mulai dikenal luas

Tahun 1970-an

• Inovasi sabun pencuci terus berkembang seiring perkembangan mesin pencuci

Tahun 1980-an

• Industri juga kembali menghadirkan sabun pencuci baru berupa cairan yang mampu bekerja dua kali lipat lebih efektif saat mencuci pakain.

Tahun 1990-an

• Sabun memiliki enzim yang memungkinkan pakaian direndam sebpencuci sudah elum dicuci.

Tahun 1960-an

Zuelle

Page 22: Industri Sabun Dan Detergen

Detergen

Detergen berasal dari kata detergree yang merupakan bahasa latin yang berarti membersihkan.

Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun.

Kelebihannya dibandingkan sabun adalah bisa mengatasi air sadah dan larutan asam, serta harganya lebih murah.

Zuelle

Page 23: Industri Sabun Dan Detergen

Jenis Detergen Dari bentuk fisiknya, ada beberapa jenis

deterjen, yaitu deterjen cair dan deterjen bubuk. Berdasarkan dapat tidaknya zat aktif

terdegradasi, detergen terbagi atas dua bagian yaitu, detergen keras dan detergen lunak.

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, detergen dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu, detergen anionik, detergen kationik, detergen nonionik, dan detergen amfoterik.

Zuelle

Page 24: Industri Sabun Dan Detergen

BAHAN BAKU PEMBUATAN DETERJEN

1. Bahan aktif (Active ingredient)

Jenis bahan : Sodium Lauril Eter Sulfonate (SLES)

Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak.

2. Bahan pengisi (Filler)

Jenis bahan : asam lemak

Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.

Zuelle

Page 25: Industri Sabun Dan Detergen

Lanjutan

3. Bahan tambahan (Aditif) Mencegah korosi Menghambat noda/ bercak Pemutih (mengubah ultraviolet

menjadi cahaya yang terlihat) Estetika : parfum

Jonison

Page 26: Industri Sabun Dan Detergen

Proses Pembuatan Detergent

1. Alkylasi

Pada proses alkylasi terjadi kondensasi gugus alkyl dengan gugus benzene.

Proses alkylasi suatu senyawa aromatik, mula-mula dikenal sebagai sintesa “Friedel Craft”.

Pada dasarnya sintesa sebagai berikut :

Jonison

Page 27: Industri Sabun Dan Detergen

Lanjutan..

Alkyl aromatik yang menjadi tujuan adalah alkylat. Dimana gugus alkyl langsung terikat pada C dari inti senyawa

Jonison

Page 28: Industri Sabun Dan Detergen

2. Sulfonasi

Merupakan reaksi pembuatan alkyl benzene.

Pada proses ini terjadi proses substitusi gugus asam sulfonat (SO2OH) kedalam alkyl benzene sulfonat.

Reaksi sulfonasi dapat ditulis sebagai berikut

Jonison

Page 29: Industri Sabun Dan Detergen

3.Netralisasi

Proses ini merupakan kelanjutan dari proses sulfonasi dengan reaksi sebagai berikut:

Jonison

Page 30: Industri Sabun Dan Detergen

Flow Chart Pembuatan detergen dalam Industri

Jonison

Page 31: Industri Sabun Dan Detergen

SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Kelompok 1