isi jadi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor wilms atau nefroblastoma merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Makroskopis ginjal akan tampak membesar dan keras
sedangkan gambaran histopatologisnya menunjukkan gabungan dari pembentukan abortif
glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Tumor
ginjal (nefhroblastorna) juga merupakan tumor urogenitalia terbanyak setelah tumor
prostat dan tumor kandung kemih. Ginjal terdiri atas parenkim ginjal dan sistem saluran
ginjal yaitu sistem pelvikalises. Kedua bagian ginjal ini dapat terserang turnor jinak
rnaupun turnor ganas, dengan garnbaran klinik dan prognosis yang berbeda-beda. Tumor
ini dapat berasal dari tumor primer di ginjal ataupun merupakan tumor sekunder yang
berasal dari metastase keganasan di tempat lain. Tumor ginjal pirner ini dapat mengenai
parenkim ginjal ataupun mengenai sistem saluran ginjal tersebut.
Tumor wilrns merupakan tumor ganas ginjal atau kanker ginjal yang terdapat pada
anak-anak yang berumur kurang dari 4-5 tahun, paling sering pada umur 3-4 tahun,
tetapi kadang diternukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Turnor ini
biasanya unilateral dari berkembang pesat dan diikuti dengan perubahan epitel dan sel
mesodermal. Mula-mula asimtornatik, kemudian nyeri lokal, muntah, apati dan demam,
pucat, berat badan .menurun, distensi perut dan hipertensi.
Secara histologis, tumor wilms dikategorikan menjadi 2 pola yang berbeda yaitu
favorable dan unfavorable. Dari gambaran klinis pasien, adanya massa pada daerah
abdomen merupakan gambaran khas tumor wilms dan dapat diraba pada lebih dari 90%
pasien.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai asuhan keperawatan Tumor wilms (Tumor Ginjal )
1
2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui tentang pengertian Tumor wilms
b. Untuk menjelaskan tentang etiologi Tumor wilms
c.Untuk merumuskan tentang manifestasi klinis Tumor wilms
d. Untuk merumuskan tentang klasifikasi Tumor wilms
e. Untuk menjelaskan tentang komplikasi Tumor wilms
f. Untuk merumuskan tentang patofisiologi Tumor wilms
g. Untuk menjelaskan tentang penatalaksanaan medis Tumor wilms
h. Untuk menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik Tumor wilms
i. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Tumor wilms
j. Untuk merumuskan asuhan keperawatan teori Tumor wilms
k. Untuk merusumuskan asuhan keperawatan pada kasus Tumor wilms
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya
membicarakan tentang asuhan keperawatan Klien dengan tumor wilms
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :
- Apa yang yang di maksud dengan Tumor Wilms ?
- Apa saja faktor yang menyebabkan Tumor wilms?
- Apa tanda dan gejala Tumor wilms?
- Apa klasifikasi Tumor wilms?
- Bagaimana proses perjalanan penyakit ( patofisiologi ) Tumor wilms
- Apa saja penatalaksanaan medis yang di lakukan pada penderita Tumor wilms ?
- Apa saja pemeriksaan diagnostik yang di lakukan pada penderita Tumor wilms ?
- Apa saja pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada penderita Tumor wilms ?
- Bagaimana asuhan keperawatan menurut teori tentang Tumor wilms ?
2
- Bagaimana asuhan keperawatan menurut kasus tentang Tumor wilms ?
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber pembahasan
dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku cetak yang ada.
F. Sistematika Penulisan
Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari tiga bagian.
Bab I Pendahuluan.
Bab I terdiri dari latar belakang , Tujuan penulisan , pembatasan masalah , rumusan masalah
, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan.
Bab II terdiri dari pengertian , etiologi , manifestasi klinis, klasifikasi , komplikasi ,
patofisiologi , penatalaksanaan medis, pemeriksaan penunjang , dan askep teori Tumor
wilms
Bab III Tinjauan Kasus
Bab III terdiri dari Data fokus , analisa data , diagnosakeperawatan dan intervensi
keperawatan sesuai kasus dengan diagnose medis Tumor wilms
Bab VI
Bab VI terdiri dari kesimpulan dan saran
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TUMOR WILMS
Tumor Wilms adalah tumor abdomen yang sering ditemukan pada masa kanak-kanak
(biasa dikenal dengan ”Nefroblastoma” ) dan biasanya mengenai parenkim ginjal.
(Sue Hinchliff , 1999 : 465-466)
Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada
anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul
sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan
saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter
melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat. Tumor ini sering
timbul pada usia antara 1 dan 3 tahun.
Tumor Wilms merupakan keganasan genitourinarius yang paling sering pada anak-
anak, tumor ini adalah neoplasma embryonal triphasic yang mengandung berbagai
proporsi dari blastema, stroma dan epithelium. Nama wilms diambil dari nama
penemunya yaitu Dr. Max Wilms pada tahun 1899
B. ETIOLOGI TUMOR WILMS
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :
a) Etiologi tumor ini pada dasarnya belum diketahui
b) Kelainan saluran kemih
c) Aniridia (tidak memiliki iris)
d) Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya.
Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tumor Wilms bersifat kongenital. Satu persen dari tumor wilms ditemukan
familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah
berlokasi pada kromosom 11 p13. Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari sisa-
4
sisa blastoma nefrogen dan biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih dari 1
area. Tumor Wilms dapat muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran klinik tersebut
antara lain
Ada 3 hipotesis yang diajukan sebagai etiologi tumor wilms yaitu:
a) Tumor wilms terjadi sporadic, tidak diketahui penyebabnya sebagai kelainan
kongenital yang dihubungkan dengan kelainan metanefrik blastema.
b) Berhubungan dengan syndrome malformasi genetik lainnya seperti Beckwith-
Wiedemann syndrome (makroglosi, gigantisme, dan hernia umbilikal), 20% aniridia
kongenital WAGR syndrome (Wilm’s Tumor, Aniridia, Genitourinary malformation,
Mental retardation), 30% Denys-Drash syndrome (Wilms tumor,
pseudohermaphroditism, glomerulopathy), 1% Mutasi trisomi 18, Perlman’s
syndrome, Simpson-Golabi-Behmel syndrome.
c) Familial
Gen WT1 (kromosom 11p13) diduga sebagai onkogen dominant terjadinya
tumorwilms, gen spesifik jaringan dari sel blastemal ginjal. Gen WT2 (kromosom
11p15). Hilangnya heterozygositas kromosom 1p dan 16q meningkatkan mortalitas
dan relaps tumor wilms. Tumor lokus FWT 1 dan FWT2 (kromosom 17q dan 19q).
Alterasi p53 pada kromosom 17p anaplastik.
C. MANIFESTASI KLINIS TUMOR WILMS
a) Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)
b) Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks
c) Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang
akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin
d) Anemia
e) Penurunan berat badan
f) Infeksi saluran kencing
g) Demam
h) Malaise
i) Anoreksia
5
j) Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam saluran
kencing
k) Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti
aniridia, hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental
D. KLASIFIKASI TUMOR WILMS
Berdasarkan Stadium Penyakit
Stadium tumor wilms ditentukan oleh hasil-hasil pemeriksaan pencitraan, dan hasil-
hasil operatif dan patologis yang didapatkan saat nefrektomi. Stadium penyakit
adalah sama, baik untuk tumor dengan histologi baik dan histologi anaplastik,
sehingga diagnosis harus menyebutkan kedua kriteria klasifikasi (misalnya: stadium
II, dengan histologi baik, atau stadium II dengan histologi anaplastik). Sistem
klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini dibuat oleh National Wilms’ Tumor
Study Group yang ke-V (NWTSG-V), sebagai berikut
a. Stage I (43% pasien)
Untuk tumor wilms Stage I, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di bawah
ini:
a) Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya
b) Permukaan capsula renalis intak
c) Tumor tidak ruptur atau telah dibiopsi (biopsi terbuka atau biopsi jarum)
sebelum pengangkatan
d) Tidak ada keterlibatan pembuluh-pembuluh darah sinus renalis
e) Tidak ada sisa tumor yang terlihat dibelakang batas-batas eksisi
b. Stage II (23% pasien)
Untuk tumor wilms Stage II, harus didapatkan satu atau lebih kriteria di
bawah ini:
a) Tumor meluas ke belakang ginjal tetapi telah dieksisi seluruhnya
b) Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke kapsula renalis
atau invasi ekstensif ke sinus renalis)
6
c) Pembuluh-pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor
d) Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau terdapat bagian
tumor yang pecah selama operasi yang mengalir ke pinggang, tetapi tidak
melibatkan peritoneum.
e) Tidak ada tumor pada atau dibelakang batas-batas reseksi.
c. Stage III (23% pasien)
Terdapat tumor residual non hematogen dan melibatkan abdomen. Satu atau lebih
kriteria di bawah ini dapat ditemukan:
a.) Tumor primer tidak dapat direseksi karena infiltrasi lokal ke struktur-
struktur vital.
b.) Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis (hilus renalis,
paraaorta, atau dibelakangnya)
c.) Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum
d.) Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan peritoneum
e.) Pasca operasi tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis.
f.) Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik sebelum
atau saat operasi, atau trombus tumor yang transeksi
d. Stage IV (10% pasien)
Tumor wilms Stage IV didefinisikan sebagai adanya metastasis hematogen (paru-
paru, hepar, tulang atau otak), atau metastasis kelenjar getah bening di luar regio
abdomenopelvis.
e.Stage V (5% pasien)
Tumor wilms Stage V didefinisikan sebagai keterlibatan ginjal bilateral saat
dibuatnya diagnosis yang pertama kali. Untuk pasien-pasien dengan tumor Wilms
bilateral, harus ditentukan stadium untuk masing-masing ginjal sesuai dengan
7
kriteria diatas (Stage I – III) berdasarkan luasnya penyakit sebelum biopsi
dilakukan.
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya
dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara
hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru
(85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral.
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
a) T Tumor primer
b) T1 Tumor <7 cm terbatas pada ginjal
c) T2 Tumor >7 cm terbatas pada ginjal
d) T3 Tumor meluas sampai vena mayor, adrenal atau lemak perirenal
e) T3a Tumor menginvasi adrenal atau lemak perirenal tetapi masih dalam fascia gerota
f) T3b Tumor sampai vena renal atau vena cava
g) T3c Tumor mencapai vena cava abdomen diafragma
h) T4 Tumor menginvasi fascia Gerota
i) N Metastasis limf
j) N0 Tidak ditemukan metastasis
k) N1 Ada metastasis limf
l) M Metastasis jauh
m) M0 Tidak ditemukan
8
n) M+ Ada metastasis jauh.
E. KOMPLIKASI TUMOR WILMS
a. Metastasis ke paru-paru, sum-sum tulang belakang, hati, otak.
b. Sesak nafas.
c. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi (mual, muntah ,suhu tubuh
meningkat, kerontokan rambut).
d. Komplikasi pembedahan (atelektasis, pneumonia, hemoragis). ( Charette Jane :
2003)
F. PATOFISIOLOGI
Tumor wilms atau di sebut juga dengan tumor ginjal pada umumnya belum di ketahui
penyebab pastinya namun da hipotesis yang kebanyakan tumor wilms di sebabkan oleh
factor genetic , di sana melibatkan kromsom 11 P pita 13 Pada Gen tumor , akibat adanya
sel tumor dilamam tubuh , dan tumbuh /berkembang menyerang ginjal , dan
mengakibatkan tubuli dan glomelurus tidak berdifusi dengan baik pada kehamilan , sel
tumor lama kelamaan terus berkembang ke dalam ginjal , pada umumnya pembentukan
ginjal dapat terjadi pada bayi di dalam kandungan , terjadi pada umur kehamilan 8-34
minggu , yang harusnya tumbuh secara sempurna namun karena ada sel tumor
mengakibatkan perkembangan ginjal di dalam tubuh terganggu dan mengakibatkan adanya
tumor wilms , pada tahap awal tumor belum menembus kapsul ginjal , namunterus
bediferensiasi (berkembang) , Dan tumor masuk ke kapsul ginjal , hilus dan vena renal ,
dari situlah mengakibatkan disfungsi ginjal , lalu mengakibatkan terjadi gangguan
diglomelurus , glomelurus tidak dapat menampung cairan yang ada di dalam glomelurus
mengakibtkan cairan banyak kluar, dan dapat di ambil masalah keperawatannya yaitu
resiko kekurangan cairan , karena terjadi gangguan filtrasi mengakibatkan hematuria
(adanya sel darah merah di dalam urin) dan dapat di ambil masalah keperawatannya juga
resiko kekurangan cairan.
9
Dan karena ada gangguan di glomelurus terjadi gangguan eritropoisis mengakibatkan
eritrosit keluar dari urin , lalu eritrosit dalam darah turun , hb turun dandapat di tarik
masalah keperawatan intoleransi aktifitas , akibat disfungsi ginjal , mengakibtkan teradinya
gangguan asam basa , karena fungsi ginjal juga sebagai pengatur asam basa , akibat adanya
sel tumor mengakibtkan keasaaman darah berlebih atau di sebut juga asidosis metabolik,
karena keadaaan asam tinggi mengakibatkan mual muntah , nafsu makan berkurang dan
dapat di ambil masalah keperawatannya adalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh .
Tumor menembus kapsul ginjal , perrineal , hilus dan vena renal mengakibtakan
terjadinya atau terbentuknya gumpalan di luar pembuluh darah(hematoma), gumpalan
darah menyebaar ke abdomen mengakibatkan kakeksia , yaitu suatu kondisi buruk yang
menggambaran perubahan bentuk tubuh menjadi kurus. Dan dapat terlihat perubahannya
(hemihipertrofi)Karena adanya hematoma , lama kelamaan menyebar juga di paru-paru dan
mengakibtkan sesak nafas dan dapat di angkat masalah keperawatannya adalah pola nafas
tidak efektif .
Penatalaksanna medis nya adalah tindakan operasi , apabila sebelum dilakukan tindakan
opreasi (pre op) biasanya anak ataupun klurga kurang mengerti atau memahami tentang
tindakan yang akan di lakukan dan fungsinya di lakukan tindakan tersebut , dan dapat di
rumuskan masalah keperawtannya adalah ansietas atau kecemasan yang terjadi pada anak
maupun orang tua. ,
Dan apabila tindakan operasi sudah dilakukan (post op) dapat inkontuinitas jaringan , lalu
biasanya setelah itu klien akan nyeri , lalu akibat inkontuinitas jaringan , adanya laserasi
(luka stelah proses pembedahan ) dan dapat di ambil masalah keperawatannya adalah resiko
infeksi .
10
PATHWAY TUMOR GINJAL
11
Genetika
Poliferasi Patologik Blastema
Tubuli dan Glomerulus tdk berdifusi baik pada kehamilan
Blastema Renalis di janin
Tumor Wilms
Tumor belum menembus kapsul Ginjal
Berdiferensiasi
Tumor menembus Kapsul Ginjal Perrineal,Hilus,Vena renal
Disfungsi Ginjal
Gg. Glomerulus
Disfungsi Filtrasi
Gg. Keseimbangan Asam dan Basa
Asidosis Metabolik
Mual & Muntah
Hematoma
Menyebar ke abdomen
Kakeksia
Hemi Hipertrofi
Paru-paru
Sesak Nafas
Tindakan Operasi
Pre Operasi
Kurang Pengetahuan
Ansietas Anak
Keluarga
Post Operasi
Inkontinuitas Jaringan
MK :NYer
Laserasi
MK: Resiko Infeksi
Gg eritropoisisis
Eritrosit keluar dari urin
Eritrosit dalam darah
Ideopatik
Mk : pola nafas tidak
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi
dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi
dan kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika
secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral
normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing jenis
ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan
kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive
mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat
memperkecil tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.
a. Farmakologi
a.) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip
dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat
12
hematuria
MK : Resiko Kekurangan Cairan
Cairan bnyak yg Keluar
Nafsu makan berkurang
MK : Perubahan Nutrisi Krang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi tubuh berkurang
Gg. Metabolisme
Kelelahan
MK : Intoleransi Aktifitas
Hb
MK intoleransi aktifitas
sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah
terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian
sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah
selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko
ruptur intraoperatif dan mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi
total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor
Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
1) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari
berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak
melebihi 500 mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan
sebagai terapi prabedah.
2) Vinkristin
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu
dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m2). Bila
melebihi dosis dapat menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak
terjadi ekstravasasi pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat
dikombinasi dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi,
sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat menyebab relaps.
3) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan
secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis
maksimal 250 mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan
toksisitas pada miokard bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin
D.
13
4) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m2/hari selama
lima hari berturut-turut.
5) Siklofosfamid
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m2/hari secara
intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.
b. Non Farmakologi
a.) Pembedahan
keperawatan perioperatif
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi
kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk
menjalani operasi. Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh
untuk menentukan status fungsi jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan dalam posisi
telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena. Seluruh abdomen dan
dada di bersihkan.
Hasil akhir pada pasien pascaoperatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan
lesi. Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis,
karena gambaran tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan histologiknya
relative baik. Maka memiliki prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran
histologiknya buruk, maka memilii prognosis buruk. Terapi dibuat sespesifik
mungkinuntuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih sedikit menghasilkan
kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak
perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya
dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena
14
kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena
kava, tumor tersebut harus diangkat.
b.) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru.
Karena itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk
golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca
bedah juga diberikan radioterapi. Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase
ke paru, otak, hepar serta tulang
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Arteografi ginjal masih merupakan langkah diagnostik yang penting pada persangkaan
adanya tumor ganas ginjal.
b. IVU- bayangan tumor atau jaringan lunak pada film control dan nefrogam; mungkin
tampak kalsifikasi pada daerah ginjal.
c. USG- membedakan lesi kistik dari seloid
d. Ronsen thorak- menentukan adanya metastasias
e. CT SCAN- memberi batasan lebih jelas mengenai tumornya.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos abdomen
Tampak massa jaringan lunak dan jarang ditemukan klasifikasi di dalamnya.
Memperlihatkan suatu ginjal yang membesar dan ireguler.
b. Pemeriksaan pielogravi intravena
Memperlihatkan gambaran distorsi , penekanan dan pemajangan susunan pelvis.
c. Renoarteiogram
Gambaran arteri yang memasuki masa tumor.
d. Pemeriksaan foto toraks
Melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
e. Pemeriksaan laboratorium darah untuk menilai fungsi hepar dan ginjal.
15
f. Pemeriksaan urine
Dapat dijumpai adanya hematuria.
J. ASKEP TEORI TUMOR WILMS
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
c. Pengkajian Head To Toe
d. TTV
e. Kaji pola nutrisi
f. Adanya nyeri tekan pada bagian abdomen
g. Periksa adanya benjolan pada perut
h. Adanya perdarahan per uretra
4. Pengkajian Perpola
a. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata
dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem
imun. Adanya mual , muntah dananoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat
terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
16
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena
adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1
minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels ,
pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan
gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang.
GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan
penyakit ini.
d. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena
inumnitas yang menurun.
e. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
17
f. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
5. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju
endap darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua
kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang
ditemukan klsifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori,
penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan
renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks
dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.
Diagnosa Keperawatan
a) Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga
b) Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
c) Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
d) Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
f) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan.
Rencana Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ketiga.
18
Tujuan :
Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau
akumulasi cairan yang ditujukan pasien minimum
Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
Catat intake dan output secara
akurat
Kaji perubahan edema
dan Pembesaran abdomensetiap
hari
Timbang BB tiap hari dalam
skala yang sama
Uji urin untuk berat jenis,
albumin
Atur masukan cairan dengan
cermat
Berikan diuretik sesuai
order dari tim medis
Evaluasi harian keberhasilan
terapi dan dasar penentuan
tindakan
Indikator akumulasi cairan
dijaringan dan dirung ketiga
BJ Urine dan
albuminnuria menjadi indikator
regimen terapi
Sehingga anak tidak
mendapatkan lebih dari jumlah
yang ditentukan
Pengurangan cairan
ekstravaskuler sangat
diperlukan dalam mengurangi
oedema
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
Catat intake dan output
makanan secara akurat
Kaji adanya tanda-tanda
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara
berlahan. Diare sebagai reaksi oedema
19
perubahannutrisi :
Anoreksi, Letargi,
hipoproteinemia.
Beri diet yang bergizi
Beri makanan dalam porsi
kecil tapi sering
Beri suplemen vitamin dan
besi sesuai instruksi
intestine dapat memperburuk status
nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih
buruk
Membantu dalam proses metabolisme.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan
kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang
ditujukan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital setiap 4
jam
Laporkan adanya
penyimpangan dari normal
Berikan albumin bergaram
rendah sesui indikasi
Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid
sehingga mempertahangkan cairan dalam
vaskuler
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat nyeri
Lakukan tehnik
pengurangan nyeri
Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
20
nonfarmakologis
Berikan analgesik sesuai
ketentuan
Berikan obat dengan
jadwal preventif
Hindari aspirin atau
senyawanya
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
Pertahangkan tirah baring
bilah terjadi edema berat
Seimbangkan istrahat dan
aktivitas bila ambulasi
Intrusikan pada anak
untuk istrahat bila ia
merasa lelah
Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
Jelaskan alasan setiap tes
dan prosedur
Jelaskan prosedur operatif
dengan jujur
Jelaskan tentang proses
Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya
21
penyakit
Bantu keluarga
merencanakan masa depan
khususnya dalam
membatu anak menjalani
kehidupan yang normal
BAB III
22
TUNJAUAN KASUS
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Orang tua klien mengatakan teraba
mass padat pada perut anaknya
2. Orang tua klien mengatakan BAK
terdapat darah (hematuria)
3. Terdapat demam, malaise, anoreksia
4. Orang tua klien mengaku cemas
anaknya harus dioperasi
5. Orang tua klien bunging pengobatan
selanjutnya
1. BB : 22 Kg
2. TD : 110/75
Suhu : 38o C
Nadi : 100 x / menit
3. Konjungtiva anemis
4. HB : 9 gr/dl, urin : eritrosit banyak
5. CT-Scan Abdomen dengan konsentrasi
kesan : Pembesaran ginjal, infiltrasi
Tumor ke jaringan sekitar
6. USG kesan : tumor solid / padat
7. Hasil rontgen BNO – IVP : gambaran
distorsi, penekanan dan pemanjangan
susunan pelvis & kalises
8. Hasil Renoarteriogram : gambaran
arteri memasuki daerah tumor
ANALISA DATA
23
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS :
1. Orang tua klien
mengatakan BAK
terdapat darah
(hematuria)
2. Orang tua klien
mengatakan teraba
mass padat pada perut
anaknya
DO :
1. HB : 9 gr/dl, urin :
eritrosit banyak
2. Hasil rontgen BNO –
IVP : gambaran
distorsi, penekanan
dan pemanjangan
susunan pelvis &
kalises
3. USG kesan : tumor
solid / padat
4. CT-Scan Abdomen
dengan konsentrasi
kesan : Pembesaran
ginjal, infiltrasi Tumor
ke jaringan sekitar
Gangguan pemenuhan
eliminasi urine
efek sekunder dari obstruksi
saluran kemih dari tumor
ginjal
DS :
1. Terdapat malaise
Intoleransi aktivitas Kelelahan
24
DO :
1. TD : 110/75
2. Hasil
Renoarteriogram :
gambaran arteri
memasuki daerah
tumor
3. HB : 9 gr/dl, urin :
eritrosit banyak
4. Konjungtiva anemis
DS :
1. Anoreksia
DO :
1. BB : 22 Kg
Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
DS:
1. Orang tua klien
mengaku cemas
anaknya harus
dioperasi
Kecemasan Proses pembedahan
DS:
1. Orang tua klien
mengeluh bingung
akan pengobatan
selanjutnya
Kurang pengetahuan Proses penyakit dan rencana
pengobatan
25
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d efek sekunder dari obstruksi saluran kemih dari tumor ginjal
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
3. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Kecemasan b.d proses pembedahan
5. Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan rencana pengobatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hipertermi b.d proses infeksi
TUJUAN:
1. Pengeluaran urine normal.
2. Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.
KRITERIA HASIL:
1. Mampu mengosongkan kandung kemih.
2. Mampu mengontrol pengeluaran urine.
INTERVENSI :
1. Observasi dan catat jumlah/frekuensi berkemih.
2. Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih.
3. Tingkatkan pemberian cairan.
4. Berikan stimulasi terhadap pengosongan urine dengan mengalirkan air, letakkan air
hangat dan dingin secara bergantian pada daerah suprapubis, letakkan tangan dalam
air hangat sesuai kebutuhan.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
TUJUAN : Pasien mendapat istrahat yang adekuat
KRITERIA HASIL :
26
1. Klien tidak terlihat kelelahan
2. Klien tidak terlihat lemas
3. Klien dapat beraktivitas kembali
INTERVENSI :
4. Pertahankan tirah baring bilah terjadi edema berat
5. Seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi
6. 3. Intrusikan pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah
3. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
TUJUAN : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
KRITERIA HASIL :
1. Nafsu makan klien kembali normal
2. Klien menghabiskan 1 porsi makanannya
3. Berat badan klien naik
INTERVENSI :
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi
4. Kecemasan b.d proses pembedahan
TUJUAN :
1. Berkurangnya kecemasan
2. Klien dapat memehami penyakitn
KRITERIA HASIL :
1. Orang tua klien tidak menunjukkan tanda kecemasan lagi
2. Orang tua klien merasa aman dan tidak khawatir
INTERVENSI
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk berbicara.
27
3. Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini.
4. Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan system pendukung
5. Kurang pengetahuan b.d proses penyakit dan rencana pengobatan
TUJUAN :
1. Klien akan mengatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan
2. Klien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
KRITERIA HASIL :
1. Orang tua klien mengerti akan proses penyakit anaknya
2. Orang tua klien tidak bingung akan rencana pengobatan selanjutnya
INTERVENSI :
1. Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus, alternative
pengobatan, dan sifat harapan.
2. Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah
3. Lakukan `evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi
4. Tinjau ulang pasien/orang terdekatnya pentingnya mempertahankan status nutrisi
yang optimal.
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor Wilms adalah semacam tumor ganas pada ginjal yang menyerang anak-anak,
penyebabnya adalah kelainan genetika artinya penyakit ini adalah penyakit bawaan.
Tumor Wilms sporadik berkaitan dengan 10% kasus dengan hemihipertrofi yang
terisolasi atau malformasi genitourinarius seperti hipospadia, kriptorkismus, dan fusi
ginjal. umurnya tumor ini berasal dari tubulus ginjal dan dapat menyebar ke paru- paru,
tulang dan hati . mungkin saja penderita baru menyadari adanya tumor ini setelah timbul
keluhan dan penyebarannya itu, tumor ini dapat juga menghasilkan hormon kelamin,
hormon glukagon(anti insulin) sehingga merusak keseinbangan tubuh hematurin adalah
tanda utama pada penyakit ini dan tampa disertai nyeri,akan tetapi hermaturi biasanya
terjadi pada usia lanjut.
B. Saran
Dalam melakukan tindakan keperawatan seperti dalam pengkajian dan pemeriksaan
perawat harus lebih memperhatikan klien dan keluarganya karena klienya adalah anak-
anak. Karena selain Sifat klien anak-anak berbeda dengan klien yang dewasa klien anak
juga melibatkan keluarganya karean kemandirian dari anak-anak masih rendah
29