isu strategis
TRANSCRIPT
![Page 1: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/1.jpg)
IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
Setelah melakukan analisis SWOT dapat indentifikasi terhadap lingkungan internal
dan lingkungan eksternal organisasi, akan ditemukan banyak isu dengan tingkat kestrategisan
yang berbeda. Sehingga dikatakan identifikasi isu strategis merupakan inti dari proses
perencanaan strategis, karena kesalahan dalam mengenali dan mempormulasikan isu strategis
dapat mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan formulasi strategi yang diambil dan
diprioritaskan.
Alat analisis yang akan dipakai dalam menganalisis isu strategis pada organisasi
BKD adalah dengan menggunakan critical analisys dan menggunakan litmus test.
Berikut ini akan diuraikan secara satu persatu dari kedua pendekatan yang
digunakan, untuk selanjutnya dibandingkan satu dengan yang lain. Sehingga dengan
demikian diharapkan, akan diperoleh hasil berupa isu strategis yang benar-benar valid karena
dilakukan dengan dua cara atau pendekatan.
A. Pendekatan critical analisys
Pendekatan ini dipakai untuk mendapatkan isu yang benar-benar strategis dan menjawab
pertanyaan mengapa isu-isu tersebut lebih strategis dari isu-isu yang lain.
1. Pendekatan critical analisys terhadap kekuatan dan kelemahan internal
Dengan memperhatikan begitu pentingnya kedudukan aspek kekuatan dan kelemahan internal, maka untuk menjaga akurasi dan melihat tingkat strategis tidaknya aspek kekuatan dan kelemahan internal, perlu dilihat kembali determinasi aspek-aspek tersebut.
Dalam mencermati tingkat strategis kekuatan dan kelemahan internal, dilakukan dua cara yakni :
a. Menyatakan kekuatan mana yang strategis ditentukan dengan melihat apakah
pemanfaatan kekuatan tersebut memerlukan perencanaan strategis. Jika itu cukup
dikelola dengan proses perencanaan rutin, maka kekuatan itu tidak bernilai
strategis
b. Mengetahui kelemahan mana yang strategis, ditentukan dengan melihat apakah
kelemahan tersebut benar-benar merupakan masalah inti (core problem). Jika
semata-mata merupakan imbas atau akibat dari masalah inti, maka kelemahan itu
tidak strategis.
![Page 2: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/2.jpg)
Dengan menggunakan pendekatan tersebut, maka dari 9 aspek kekuatan internal,
yakni : ???????????????
Dari 9 kekuatan internal tersebut maka dapat diambill kekuatan yang merupakan
isu strategis yaitu : ??????????????
DARIIIII hal tersebut yang dijadikan isu kekuatan strategis dari organisasi BKD,
karena suatu organisasi dalam menjalankan tugasnya pertama harus mempunyai
pegawai yang cukup dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan pegawai yang
cukup tersebut juga harus dibagi dalam tugas-tugas yang jelas sesuai dengan struktur
organisasi yang telah ditetapkan. Selanjutnya organisasi baru akan dapat berjalan
dengan baik apabila organisasi tersebut ditunjang dengan alokasi dana yang cukup
dalam melaksanakan tugasnya.
Sedangkan kekuatan internal yang lainnya bukan merupakan isu kekuatan yang
strategis karena sifatnya hanya mendukung kegiatan organisasi dalam pencapaian visi
dan misinya.
Demikian juga halnya dengan 10 kelemahan internal dari organisasi BKD,
yakni : ???????????????
Dari sepuluh kelemahan internal yang dimiliki oleh organisasi BKD, maka yang
merupakan isu strategis kelemahan internal adalah : ???????????????????
Sedangkan delapan isu yang lainnya merupakan kelemahan yang bukan termasuk
dalam isu strategis karena isu tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja
organisasi dalam mencapai visi dan misinya. Dan juga ada juga kelemahan yang tidak
bisa diintervensi oleh BKD karena menyangkut kebijakan pimpinan tingkat atas,
seperti masih kecilnya wewenang BKD dalam mengadakan mutasi jabatan, promosi
jabatan maupun demosi, karena masih kuatnya campur tangan Gubernur dan Sekda
dalam hal tersebut.
2. Pendekatan critical analisys terhadap peluang dan ancaman eksternal.
Setelah melakukan critical analisys terhadap kekuatan dan kelemahan, hal yang
sama juga akan dilakukan terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal,
sehingga akan diketahui apa yang benar-benar menjadi isu strategis yang harus
mendapat penanganan khusus.
![Page 3: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/3.jpg)
Sebagaimana telah diungkapkan pada bab terdahulu bahwa terdapat beberapa
peluang yang berasal dari lingkungan eksternal organisasi, yaitu : ????????
Dari tujuh peluang yang dimiliki oleh organisasi BKD, maka dapat dijelaskan
bahwa yang menjadi isu strategis yang benar-benar berpengaruh dalam pencapaian
visi dan misi organisasi adalah : ???????????????
DARIII hal tersebut adalah isu yang sangat strategis dibanding yang lainnya.
Karena dalam pencapaian misi ketiga hal tersebut cukup berpengaruh.
Selanjutnya analisisi isu strategis terhadap ancaman yang paling berpengaruh
organisasi, dan sebagaimana yang telah diketahui bahwa ada ancaman eksternal
terhadap organisasi, yaitu antara lain : ??????????????
Dari ancaman tersebut, maka yang menjadi isu strategis yang patut diperhatikan
ada satu hal, yakni : ????????????????
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai ide dari Pemerintah Pusat
yang merevisi Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 , dengan lahirnya Undang-
undang tersebut maka otonomi daerah yang selama ini telah berjalan selama lebih
kurang dua tahun akan ditinjau kembali dan akan terjadi resentralisasi, hal ini
merupakan isu strategis tetapi karena sifatnya adalah kebijakan nasional organisasi
BKD tidak mampu untuk mengintervensinya dan tidak mampu untuk
mempengaruhi kebijakan tersebut, jadi isu ini tidak bisa dimasukkan menjadi isu yang
strategis. Sedangkan ancaman pencurian data dengan kecanggihan teknologi
komputer belum menjadi isu strategis karena pencurian data yang merupakan data
publik belum banyak terjadi, dan kebanyakan data pemerintah memang harus dibuat
transparan untuk diketahui oleh masyarakat.
B. Litmus Test
Setelah didapat isu-isu strategis dengan menggunakan critical analisys, maka untuk
mengetahui isu mana yang paling strategis dibanding dengan isu yang lain selanjutnya
digunakan pendekatan Litmus Tes agar dapat ditentukan isu-isu mana yang benar-benar
strategis yang nantinya akan dirangking dari yang paling strategis ke yang strategis.
![Page 4: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/4.jpg)
Secara teknis tes litmus terdiri dari 14 pertanyaan yang harus dijawab berkaitan
dengan isu strategis yang ditentukan. Jawaban yang diperoleh kemudian diberi skor 1 sampai
dengan 3, dimana semakin tinggi total nilai skor suatu isu maka akan semakin strategis isu
tersebut, sebaliknya semakin rendah total nilai skor suatu isu akan semakin tidak strategis isu
tersebut, yang artinya itu hanya bersifat operasional yang dapat dipecahkan melalui kegiatan
rutin.
Sesuai pertanyaan pada tes litmus, isu strategis yang dipilih, kemudian ditetapkan
scoring sesuai jawaban yang diberikan, untuk setiap pertanyaan pada daftar tes litmus
tersebut. Kemudian skor yang diperoleh dijumlahkan di mana akan diperoleh total nilai skor
14 untuk setiap isu yang mendapat nilai skor 1 dan tertinggi sebesar 42 untuk setiap isu yang
mendapat nilai skor 3 untuk setiap pertanyaan. Selanjutnya total nilai skor masing-masing isu
strategis tersebut dibagi dengan jumlah pertanyaan yang dijawab, yang berjumlah 14
pertanyaan untuk memperoleh nilai skor rata-rata.
Untuk melakukan penilaian terhadap isu strategis yang diuji, maka ditentukan interval
nilai dari tiap-tiap kelompok berdasarkan kisaran total nilai skor jawaban yang diperoleh
dengan jalan skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi jumlah kategori yakni : (1) Nilai
skor rata-rata < 1,6 berarti merupakan kelompok isu tidak strategis, (2) Nilai skor rata-rata
1,61 – 2,20 berarti merupakan kelompok isu strategis dan (3) Nilai skor rata-rata > 2,20
berarti merupakan kelompok isu sangat strategis.
Menurut John Bryson (1995:184-185) Test ini minimal memuat beberapa pertanyaan
penting yang harus dijawab.
1. Apakah isu tersebut menjadi agenda policy makers dari pimpinan puncak di
organisasi?
2. Kapan isu strategis tersebut menjadi tantangan atau peluang bagi organisasi?
3. Seberapa luas isu tersebut membawa dampak atau pengaruh langsung terhadap
pencapaian visi dan misi organisasi?
4. Berapa besar resiko finansial bagi organisasi?
5. Apakah strategi bagi pemecahan isu mensyaratkan :
a. Pengembangan tujuan dan program baru?
b. Significant dengan perubahan organisasi?
c. Significant dengan peratruran yang ada?
d. Pengetahuan dan pendalaman mengenai misi yang akan dicapai organisasi?
e. Penambahan staf yang signifikan?
![Page 5: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/5.jpg)
6. Tingkat manajemen terendah manakah yang dapat mengambil keputusan
pemecahannya?
7. Bagaimana pendalaman mengenai kewenangan yang dimiliki organisasi?
8. Konsekuensi apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak dilaksanakan?
9. Seberapa banyak pengaruhnya terhadap peraturan yang berlaku?
10. Seberapa sensitifkah isu tersebut dikaitkan dengan kondisi organisasi?
Skore dari pertanyaan ini bisa diamati dari tabel berikut .
Dari hasil inventarisasi dapat diketahui bahwa kekuatan
(strenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportuinities), dan
ancaman/tantangan (treats) adalah sebagai berikut :
Kekuatan (Strenghts)
1. Tersedianya SDM yang memadai, meliputi :
a. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)
b. Pejabat/pegawai yang telah bersertifikat AMDAL
c. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai
d. ADANYA PERATURAN PERUNDANGAN di bidang lingkungan
hidup baik ditingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota
e. Dukungan kebijakan dan regulasi dibidang Lingkungan Hidup
baik dari pemerintah Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota
f. ADANYA ORGANISASI BLH dengan struktur dan instrumen
yang cukup lengkap untuk mendukung pelaksanaan dan
kegiatan
g. Tersedianya laboratorium lingkungan sebagai instrumen
pengawasan terhadap\pelakupencemaran
h.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Keterbatasan APBD Kabupaten Wonogiri
2. Belum lengkapnya sistem informasi SDA dan LH beserta
sarana/prasarana pendukung
![Page 6: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/6.jpg)
3. Belum adanya standar baku pelayanan investasi bidang
pertambangan
4. Masih kurangnya koordinasi, Kerjasama, singkronisasi program
serta adanya kecenderungan berpola fikir lama bahwa
pelaksanaan program kegiatan hanya sebagai saran untuk
mempercepat penyerapan anggaran bukan pelaksanaan
program sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development)
5. Masih kurangnya sinergi anatara stakeholder terkait dalam
memberikan hal-hal yang bersifat inofatif, komunikatif,
sosialisasi, dan komitmen yang terus menerus sebagai usaha
untuk memberikan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
fungsi lingkungan hidup
6. Keterbatasan kualitas Sumber daya Manusia
Peluang (Opportunities)
1. Adanya kelompok peduli Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
2. Adanya tanaman hutan unggulan
3. Masih luasnya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal
4. Perkembangan iptek dan teknologi informasi
5. Dukungan dari instansi vertical
6. Adanaya UU PPLH (UU No. 32/09) sebagai pengganti UU No. 23
tahun 1997. (UU baru ini lebih mengedepankan aspek dan
pelestarian fungsi lingkungan yang semakin jelas)
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat atas haknya untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
8. Tersedianya instrumen yang dapat meningkatkan kinerja
lingkungan industri dan masyarakat seperti program : PROPER,
ADIPURA, ADIWIYATA, KALPATARU, REED
9. ADANYA SEKTOR perbankan yang dapat mendukung program
pengendalian pecemaeran lingkungan seperti : adanaya bunga
Lunak dan pembebasana biaya bea cukai untuk import peralatan
![Page 7: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/7.jpg)
pengendalian pencemaran serta pengendalian pengeluaran
kredit terhadap industri yang tidak ramah lingkungan
10. Tersedianya akedemisi dari berbagai perguruan tinggi yang
dapat memberikan solusi ilmiah untuk mengatasi permasalahan
pencemaran lingkungan
11. Adanaya tuntutan GLOBAL terhadapa pelaku usaha untuk
menerapkan teknologi ramah lingkungan
12. Adanya standar international dan standar Nasional di bidang
pengelolaan lingkungan Sepeerti : REDD.
ISU-ISU STRATEGIS PELUANG BAPEDALD A :
1. Dengan disahkannya Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang disahkan DPR RI, sebagai pengganti Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997, maka harapan
untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan ( sustainable development )
yang lebih mengedepankan aspek dan pelestarian fungsi lingkungan akan
semakin menjadi jelas. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya UU No.23/1997
meskipun telah bermanfaat bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup
diIndonesia, tetapi efektifitas implementasinya belum dapat mencapai
tujuanyang diharapkan karena adanya persoalan pada masalah substansial,
struktural maupun kultural. Dengan lahirnya UU PPLH yang baru ini kedepan
resiko bencana ekologi yang semakin masif dan tak terkendali sebagai akibat
tingkah laku manusia yang selalu mengedepankan fungsi ekonomi sebagai tolak
ukur pembangunan akan dapat diminimalisir dan ditekan.
2. Dengan peran BLH yang semakin dinamis dan terbuka, maka BLH akan semakin
berpeluang untuk selalu didukung masyarakat yang mulai memahami dan
peduli terhadap usaha pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi ini sejalan dengan
makin meningkatnya pengetahuan masyarakat. Dengan kehidupan
bermasyarakat yang makin demokratis, transparan dan berani,memberikan
dukungan kuat bagi inisiatif masyarakat untuk kontrol dan claim bagi pelaku-
pelaku perusakan lingkungan hidup, serta bagi prakarsa danpartisipasi dalam
pemeliharaan lingkungan hidup
3. Dengan adanya tuntutan global bagi para pelaku usaha untuk
lebihmeningkatkan kualitas produksi dengan penggunaan teknologi yang
![Page 8: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/8.jpg)
ramahlingkungan serta semakin ketatnya standar yang diterapkan dalam
usahapengelolaan lingkungan hidup, maka BLH berpeluang untuk
mendapatkandana dari pihak ketiga. Hal ini akan semakin meningkatkan
performankinerjanya dengan menyusun rencana strategi program kegiatan yang
lebihmenguntungkan bagi masyarakat untuk mendapatkan kualitas hidup
sehatyang lebih baik tanpa mengorbankan kepentingan pelaku usaha
dalammenjalankan roda ekonominya dalam pembangunan
Ancaman/Tantangan (Threats)
1. Kekeringan dan lahan kritis
2. Erosi dan Sedimentasi pada daerah tangkapan Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri
3. Kerusakan Hutan, lahan, green belt Waduk Gajah Mungkur Wonogiri,
dan lahan bekas penambangan
4. Kerusakan Ekosistem Sub DAS Solo Hulu, Wuryantoro, Keduang,
Temon, Alanggunggahan, Wiroko.
5. Laju kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi tidak sebanding
dengan usaha pencegahan, pemulihan dan pengelolaan lingkungan yang
dilakukan
6. Adanya pola pemikiran (mindset) dari sebgaian masyarakat baik dari
kalangan industri maupun masyarakat umum untuk tetap menghalalkan
segala cara serta mengabaikan aturan pengelolaan lingkungan hidup
karena alasan desakan atau motif keuangan ekonomi yang lebih besar.
7. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kewajibannya untuk menjaga
dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
8. Dinamikan penduduk yang semakin meningkat, memicu peningkatan
pencemaran dari sumber domestik dan emisi kendaraan bermortor
9. Jumlah beban pencemaran dari industri dan kegiatan usaha lain baik
skala besar, menengah, maupun kecil.
ISU-ISU STRATEGIS ANCAMAN BAPEDALDA :
1. Titik Jenuh/Waktu Kritis Kemampuan Alam :
Kemampuan Alam dalam menerima kondisi kerusakan yang dialaminya
padatitik tertentu akan memiliki titik jenuh/waktu kritis dimana Alam sukar atau
![Page 9: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/9.jpg)
hampirmustahil untuk dipulihkan ke kondisi semula meskipun dengan waktu
pemulihan yangsangat panjang. Hal ini bisa terjadi apabila laju kerusakan
yang terjadi tidak sebanding dengan usaha pemulihan yang dilakukan. Dengan
semakin banyaknya sertamenyebarnya lokasi bencana ekologi yang ditimbulkan
oleh ulah-polah manusiasedangkan dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan
rencana program pemulihanyang sangat terbatas, maka dibeberapa tempat lokasi
bencana ekologis yang belumsempat tertangani akan semakin parah menuju titik
kritisnya. Hal ini kedepan akansemakin menyulitkan BLH dalam menentukan
kebijakan dalam penanganannya, dilainpihak dana yang dibutuhkan tentu akan
semakin besar.
2. Paradigma Pembangunan yang Sempit
Sebagian Kepala Daerah ataupun pejabat di daerah tidak jarang
masihmemandang bahwa otonomi adalah kesempatan pemanfaatan sumber-
sumber daerahuntuk dikelola semaksimal mungkin dan digunakan oleh
daerahnya sendiri denganmengabaikan faktor lingkungan sebagai pertimbangan
utama. Egoisme yang berlatarbelakang ekonomi tersebut dapat berakibat
diabaikannya prinsif holistik pengelolaanlingkungan hidup. Dilain pihak ada
pula dari sebagian masyarakat baik dari kalanganindustri maupun masyarakat
umum untuk tetap menghalalkan segala cara sertamengabaikan aturan
pengelolaan lingkungan hidup karena alasan desakan atau motif keuntungan
ekonomi yang lebih besar
Paradigma atau pemikiran-pemikiran yang keliru seperti ini meskipun
dalamprosentase yang kecil dari kebijakan pemimpin daerah ataupun pelaku
usaha sedikitbanyak akan memberikan dampak yang tidak bisa diremehkan
dalam kelancaranpelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Padahal dalam
mewujudkan pelaksanaanpembangunan berkelanjutan tersebut semua aspek
dan parameter pendukung sepertipeningkatan kesadaran masyarakat, kerjasama
antar sektor terkait, kebijakan danaturan yang harus diterapkan harus didukung
secara bulat oleh semua pihak yangberkepentingan.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis maka ditetapkan 4 strategi Pengelolaan
Lingkungan Hidup Sebagai berikut :
![Page 10: Isu Strategis](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071921/55cf9df1550346d033aff621/html5/thumbnails/10.jpg)
1. Pro Cooperation :
Pemerintah, Swasta, Masyarakat dan Akedimisi bersatu padu mengatasi permasalahan
Lingkungan
2. Pro Green Development
Mengedepanakn pembangunan yang berwawasan lingkungan di semua sektor
3. Pro Green Law Enforcement
Penegakan hukum yang berpihak pada lingkungan hidup melalui penguatan jejaring
aparatur penegak hukum lingkungan hidup
4. Green Regulation & Budgeting
Kebijakan dan pendanaan yang pro lingkungan