kajian ekonomi regional jawa timur - bi.go.id · bahan soft copy dari kajian ini dapat di download...

157
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Upload: hakhuong

Post on 04-Sep-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

TRIWULAN II - 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan sof t copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (ht tp://www.bi.go.id)

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Visi, M isi dan Nilai St rat egis Bank Indonesia

Visi dan M isi

Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur)

Misi Kantor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

dan sistem pembayaran secara ef isien dan opt imal serta memberikan saran kepada

Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang

Visi Bank Indonesia :

Menjadi lembaga bank sent ral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai st rategis yang dimiliki serta pencapaian inf lasi yang rendah

dan nilai tukar yang stabil

M isi Bank Indonesia :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efekt ivitas t ransmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efekt if dan ef isien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkont ribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, ef isien, dan lancar yang

berkont ribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhat ikan aspek perluasan akses dan kepent ingan

nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung t inggi nilai-nilai st rategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU.

Nilai Nilai St rategis :

Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi

Jawa Timur Triwulan II - 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian

triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders

eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian,

perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun

prospek ke depan.

Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai

pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun

swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama

ini dapat lebih dit ingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan

masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat

memberikan kemanfaatan yang maksimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan

kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada

umumnya.

Surabaya, 13 Agustus 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

WILAYAH IV (JAWA TIMUR)

Dwi Pranoto Direktur Eksekutif

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GRAFIK iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ix

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv

DAFTAR ISTILAH xv

DAFTAR SINGKATAN xviii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1

1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. I 2014 1

1.1.1 SISI PERMINTAAN 2

a. Konsumsi 3

b. Investasi 6

c. Ekspor - Impor 10

c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 10

c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 11

1.1.2 SISI PENAWARAN 13

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 15

b. Sektor Indust ri Pengolahan 17

c. Pertanian 20

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 22

e. Bangunan 23

f . Pengangkutan dan Komunikasi 25

BOKS 1

BOKS 2

BOKS 3

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 26

2.1 KONDISI UMUM 26

2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 27

2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 32

2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 35

2.5 INFLASI MENURUT KOTA 37

2.6 DISAGREGASI INFLASI 40

BOKS 4 KONEKTIVITAS DAERAH UNTUK MENINGKATKAN PERDAGANGAN ANTAR DAERAH

i

DAFTAR ISI

IDENTIFIKASI DINI PERGESERAN EKONOMI SEKTORAL DI JAWA TIMUR

KINERJA EKSPOR MANUFAKTUR JAWA TIMUR: PROSPEK DAN TANTANGANNYA

POLA KONSUMSI DAN PERPUTARAN UANG MENJELANG LEBARAN

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 45

3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 46

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 46

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 49

3.1.3. KREDIT 49

3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 57

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 60

3.2.1. RISIKO KREDIT 61

3.3 PERBANKAN SYARIAH 61

3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 64

3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 66

3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 69

3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 69

3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 74

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 80

4.1 UMUM 80

4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 80

4.2.1 Pendapatan Daerah 81

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 83

4.2.3 Belanja Daerah 84

4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 86

4.3 APBD PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA JAWA TIMUR 88

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 90

5.1 UMUM 90

5.2 KETENAGAKERJAAN 90

5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 90

5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 93

5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 95

5.3.1 Kesejahteraan Petani 95

5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 97

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 98

BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 102

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 102

6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 104

6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 106

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 107

ii

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan) 2

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Penawaran) 14

Tabel 2.1 Inf lasi Triwulan I Tahun 2014 & Triwulan II 2014 di Jawa Timur (mtm) 27

Tabel 2.2 Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jawa Timur (qtq) 32

Tabel 2.3 Inf lasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 35

Tabel 2.4 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur 38

Tabel 2.5Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan II-2014 (%yoy)

39

Tabel 2.6 Sumbangan Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan II-2014 (%yoy)

39

Tabel 2.7 Komoditas Penyumbang Inf lasi dan Delasi Kel. Administered Price 43

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 45

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 47

Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 70

Tabel 3.4 Perkembangan NPL Perbankan 61

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 79

Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low-Out f low) Kantor Bank Indonesia 80

Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 80

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah) 81

Tabel 4.2Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jat im Triwulan 2013 (juta Rupiah) 83

Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2013 84

Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 86

Tabel 4.5 APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jat im 88

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur 91

Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur 94

Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jawa95

iii

DAFTAR TABEL

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Tabel 5.4 Nilai Tukar Nelayan Jawa 98

Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin100

Tabel 5.6Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Timur Menurut Daerah 101

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko 105

iv

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Graf ik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2

Graf ik 1.2 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2

Graf ik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi dan Investasi 3

Graf ik 1.4 Pertumbuhan Ekspor Impor 3

Graf ik 1.5 Indeks Omset Riil (SPE) 4

Graf ik 1.6 Konsumsi List rik Rumah Tangga 4

Graf ik 1.7 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 4

Graf ik 1.8 Kinerja Kredit Konsumsi 4

Graf ik 1.9 Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5

Graf ik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5

Graf ik 1.11 Survei Konsumen Kondisi saat ini 5

Graf ik 1.12 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 5

Graf ik 1.13 Impor Barang Konsumsi 6

Graf ik 1.14 Simpanan Perorangan di Perbankan 6

Graf ik 1.15 Nilai Proyek PMA 7

Graf ik 1.16 Nilai Proyek PMDN 7

Graf ik 1.17 Jumlah Proyek PMA 7

Graf ik 1.18 Jumlah Proyek PMDN 7

Graf ik 1.19 Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) 8

Graf ik 1.20 Penyaluran Kredit Investasi 8

Graf ik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 8

Graf ik 1.22 Realisasi Pendapatan & Belanja TW. I 2014 8

Graf ik 1.23 Rencana & Realisasi Investasi 9

Graf ik 1.24 Konsumsi Semen 9

Graf ik 1.25 Impor Barang Modal 9

Graf ik 1.26 Komposisi Impor Barang Modal 9

Graf ik 1.27 Kinerja Ekspor Impor Jat im 10

Graf ik 1.28 Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa 10

Graf ik 1.29 Kinerja Perdagangan LN dan DN 11

Graf ik 1.30 Bongkar Muat Ekspor DN 11

Graf ik 1.31 Kinerja Perdagangan LN dan DN 12

Graf ik 1.32 Neraca Perdagangan Ekspor LN 12

Graf ik 1.33 Negara Utama Tujuan Ekspor 12

Graf ik 1.34 Bongkar Muat Ekspor DN 12

Graf ik 1.35 Kinerja Ekspor Impor LN 13

v

DAFTAR GRAFIK

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Graf ik 1.36 Komposisi Impor LN 13

Graf ik 1.37 Pertumbuhan Tiga sektor Utama 14

Graf ik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung 14

Graf ik 1.39 Pertumbuhan Sektor pendukung 14

Graf ik 1.40 Ut ilisasi kapasitas produksi 15

Graf ik 1.41 Ut ilisasi kapasitas produksi sektoral 15

Graf ik 1.42 Indeks realisasi Usaha 15

Graf ik 1.43 Indeks realisasi Usaha Sektoral 15

Graf ik 1.44 Pertumbuhan Subsektor PHR 17

Graf ik 1.45 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 17

Graf ik 1.46 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 17

Graf ik 1.47 Konsumsi List rik Golongan Bisnis 17

Graf ik 1.48 Pertumbuhan Sektor Indust ri Pengolahan 19

Graf ik 1.49 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 19

Graf ik 1.50 Konsumsi List rik Golongan indust ri 19

Graf ik 1.51 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 21

Graf ik 1.52 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 21

Graf ik 1.53 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im 21

Graf ik 1.54 Luas Lahan Puso di Jat im 22

Graf ik 1.55 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 22

Graf ik 1.56 Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im 22

Graf ik 1.57 Volume Penjualan semen di jat im 24

Graf ik 1.58 Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR 24

Graf ik 1.59 Indeks Harga Propert i Residensial 24

Graf ik 1.60 Rata-Rata Pembangunan Propert i Residensial 24

Graf ik 1.61 Arus Penumpang di Tanjung Perak 25

Graf ik 1.62 Arus Barang di Tanjung Perak 25

Graf ik 1.63 Penumpang Domest ik di Bandara Juanda 25

Graf ik 1.64 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 25

Graf ik 2.1 Inf lasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 26

Graf ik 2.2 Perkembangan Inf lasi Jawa Timur 26

Graf ik 2.3 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) 26

Graf ik 2.4 Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy) 26

Graf ik 2.5 Inf lasi per Kelompok Barang Tw II-2014 (mtm) 28

Graf ik 2.6 Inf lasi April 2014 per Kelompok Barang (mtm) 28

Graf ik 2.7 Inf lasi Mei 2014 per Kelompok Barang (mtm) 28

Graf ik 2.8 Inf lasi Juni 2014 per Kelompok Barang (mtm) 28

vi

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Graf ik 2.9 Inf lasi Komoditas Bumbu-bumbuan (mm) 29

Graf ik 2.10 Inf lasi Sub Kelompok Padi-padian (mtm) 29

Graf ik 2.11 Inf lasi Daging dan elur (mtm) 30

Graf ik 2.12 Inf lasi Transportasi (mtm) 30

Graf ik 2.13 Inf lasi Kelompok Sandang (mtm) 32

Graf ik 2.14Inf lasi Tarip Lisrik (mtm) 32

Graf ik 2.15 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 33

Graf ik 2.16 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 33

Graf ik 2.17 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Makanan, Minuman, Rokok dan Tembakau33

Graf ik 2.18 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas dan Bahan Bakar 33

Graf ik 2.19Komoditas Penyumbang Inf lasi Sub Kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol (qtq) 34

Graf ik 2.20 Inf lasi Sub Kelompok Telur, Susu, dan Hasil-hasilnya (qtq) 34

Graf ik 2.21 Inf lasi Sub Kelompok Daging dan Hasil-hasilnya (qtq) 35

Graf ik 2.22Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013-2014

36

Graf ik 2.23Inf lasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Transpor (yoy) 2010-2014 36

Graf ik 2.24Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2013-2014 37

Graf ik 2.25 Inf lasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 37

Graf ik 2.26 Perbandingan Inf lasi Tahunan (mtm) 8 Kota di Jawa Timur 38

Graf ik 2.27 Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kota di Jawa Timur 38

Graf ik 2.28 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) 40

Graf ik 2.29 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rata-ratanya (yoy) 40

Graf ik 2.30 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im (mtm) 40

Graf ik 2.31 Disagregasi Inf lasi Jat im (mtm) 40

Graf ik 2.32 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 43

Graf ik 2.33 Ekspektasi Harga Pedagang yang akan datang 43

Graf ik 3.1 Perkembangan LDR 48

Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 48

Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 48

Graf ik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum 49

Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum 49

Graf ik 3.6 Pertumbuhan DPK Bank Umum 49

Graf ik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 50

Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq) 50

vii

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Graf ik 3.9 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 51

Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 51

Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 51

Graf ik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) 53

Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq) 53

Graf ik 3.14 Perkembangan NPL 53

Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 54

Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 54

Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) 54

Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) 54

Graf ik 3.19 Proporsi Kredit Sektoral 55

Graf ik 3.20 NPL Kredit Sektoral (%) 56

Graf ik 3.21 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 56

Graf ik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM 58

Graf ik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 58

Graf ik 3.24Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur Berdasarkan lokasi Proyek 59

Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Perbankan 61

Graf ik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 62

Graf ik 3.27 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 62

Graf ik 3.28 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur 63

Graf ik 3.29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 63

Graf ik 3.30 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 63

Graf ik 3.31 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis Penggunaan 63

Graf ik 3.32Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur 64

Graf ik 3.33 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% yoy) 65

Graf ik 3.34 Pertumbuhan Kredit BPR (yoy) 65

Graf ik 3.35 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan 66

Graf ik 3.36 Perkembangan LDR & NPL BPR 66

Graf ik 3.37 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 67

Graf ik 3.38 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 67

Graf ik 3.39 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 68

Graf ik 3.40Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 68

Graf ik 3.41Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 68

Graf ik 3.42 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 68

Graf ik 3.43 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 69

Graf ik 3.44 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 70

Graf ik 3.45 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 71

viii

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Graf ik 3.46 Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low) dalam juta rupia 73

Graf ik 3.47 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 73

Graf ik 3.48 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 74

Graf ik 3.49 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 75

Graf ik 3.50 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 75

Graf ik 3.51 Stat ist ik Pecahan Uang Palsu yg Ditemukan 75

Graf ik 3.52 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 77

Graf ik 3.53 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 78

Graf ik 3.54 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 78

Graf ik 3.55 6 Kota Dengan Akt ivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2014 79

Graf ik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di Jat im 80

Graf ik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di Jat im 80

Graf ik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jat im 80

Graf ik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jat im 82

Graf ik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) 84

Graf ik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im 85

Graf ik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im 86

Graf ik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja 2013 dan 2014 87

Graf ik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sektoral 91

Graf ik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 92

Graf ik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 92

Graf ik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 92

Graf ik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 94

Graf ik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 94

Graf ik 5.7Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang diterima (lt ), Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013 96

Graf ik 5.8 Subsektor NTP Jat im (%) 97

Graf ik 5.9 NTN, IT dan IB Jat im98

Graf ik 5.10 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 99

Graf ik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 102

Graf ik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 102

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Ringkasan Eksekutif

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan II-2014

x

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOM I REGIONAL (KER)

TRIWULAN II 2014

Asesmen Perkembangan M akro Ekonomi

Perekonomian Jawa Timur (Jatim) menunjukkan perlambatan pada

triwulan II 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar

5,9% (yoy), melambat 0,5% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 (6,4% ,

yoy) ).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong masih kuatnya

konsumsi rumah tangga. Selain dinamika ekonomi nasional yang

memengaruhi kinerja perekonomian Jatim, faktor global juga turut

memberikan pengaruh. Tercatat kinerja ekspor dalam dan luar negeri

Jatim mengalami koreksi. Namun demikian, net perdagangan Jatim masih

terjaga surplus. Selain itu, aksi wait and see para pelaku usaha kembali mendorong koreksi pertumbuhan investasi. Kegiatan investasi masih

banyak berupa non bangunan, yang cenderung bersifat maintenance

mesin sebagaimana terlihat dari data impor luar negeri Jatim.

Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja sektor non Industri atau sektor Jasa. Saluran perlambatan

ekonomi KTI pada Jatim terindikasi berpengaruh melalui sektor non

Industri dengan lag 2 (dua) periode. Tercatat kinerja sektor pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa mengalami perlambatan

di kisaran 0,3% - 4,3% (yoy). Penurunan cukup dalam pada sektor jasa disebabkan oleh pengurangan jumlah tenaga honorer. Selain itu,

penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan peternakan

disebabkan karena belum masuknya musim panen serta kenaikan biaya

input pertanian (pupuk), sehingga memperlambat kinerja sektor pertanian. Namun, perlambatan ini masih tertahan oleh laju pertumbuhan

2 (dua) sektor utama Jatim, yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor

Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR).

Asesmen Inflasi

Inflasi Jatim pada Tw II-2014 sebesar 6,66% (yoy) sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,59% ) dan lebih rendah

dibandingkan inflasi nasional (6,70% ). Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini t idak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007

melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)

Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember,

Sumenep, Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.

Pada periode ini, kelompok core inflation menjadi penyumbang utama

inflasi Jawa Timur (3,09% -yoy), disusul oleh administered price (2,48% )

dan core inflation (1,09% ). Tingginya ekspektasi masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri mendorong kenaikan konsumsi, dan menjadi

salah satu penyebab kenaikan inflasi kelompok int i. Inflasi kelompok

administered price lebih didorong oleh penyesuaian tarip listrik khususnya

untuk rumah tangga R3 (>6.600 VA) dan adanya pajak daerah tembakau

yang mempengaruhi harga rokok. Sedangkan inflasi kelompok volatile

food walaupun telah kembali kepada pola normal namun sedikit meningkat disebabkan t ingginya permintaan masyarakat akan bahan

makanan untuk memenuhi kebutuhan pada saat Ramadhan.

Kinerja ekonomi Jatim melambat sebesar 5,94% (yoy), lebih t inggi dibandingkan nasional (5,12% ).

Inflasi Jatim terkoreksi di level 6,66% , lebih rendah dibanding inflasi nasional (6,70% ).

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan II-2014

xi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, inflasi Jawa Timur

menempati urutan terendah ketiga setelah Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Terkendalinya inflasi tersebut t idak lepas dari peran serta semua pihak

yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa

Timur. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu

Jawa Barat (6,08% ), DI Yogyakarta (6,35% ), Jawa Timur (6,66% ), DKI Jakarta (7,09% ), Jawa Tengah (7,26% ) dan tert inggi di Provinsi Banten

(8,52% ).

Asesmen Perbankan

Kinerja perbankan di Jawa Timur pada triwulan II-2014, secara umum

masih menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Aset dan

penghimpunan dana masyarakat (DPK) masih lebih t inggi dari periode

sebelumnya, sementara penyaluran kredit mengarah perlambatan. Risiko

likuiditas (LDR) membaik ditengah risiko kredit (NPL) yang cenderung

meningkat.

Aset perbankan tercatat sebesar Rp451,85 triliun atau tumbuh 16,32%

(yoy), lebih t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15% (yoy). Kenaikan aset diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

yang mencapai 16,62% (yoy) atau sebesar Rp356,39 triliun dan

pertumbuhan kredit mencapai 19,18% atau sebesar Rp325,98 triliun.

DPK tumbuh lebih t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi kantor bank di Jawa

Timur ini mulai mengarah perlambatan. Kondisi ini mendorong risiko

likuiditas yang tercermin dari rasio LDR cenderung membaik meskipun

masih mencatatkan angka yang relatif t inggi sebesar 91,47% , sedangkan risiko kredit mulai mengarah peningkatan di level 2,12% .

Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw III 2014

Tren perbaikan ekonomi Jawa Timur diperkirakan terjadi pada triwulan III 2014. Perekonomian Jawa Timur diperkirakan mampu berekspansi dari

5,94% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6,23% (yoy) pada triwulan III

2014.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih

ditopang oleh peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja ekspor-impor. Dari sisi

pembelanjaan Pemerintah Daerah, pada triwulan III 2014 diperkirakan

mampu meningkat sebesar 10,50% . Belanja rut in pegawai diperkirakan

menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Pada triwulan III 2014, ekspor diperkirakan mampu tumbuh posit if

dengan impor yang cenderung menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Melanjutnya perbaikan perekonomian negara maju dan

upaya diversif ikasi tujuan ekspor, terutama ke Timur Tengah dan Afrika

Selatan menjadi faktor penyebab peningkatan neraca perdagangan Jawa Timur. Selain itu, adanya tren peningkatan harga komoditas

internasional di triwulan III 2014 berkontribusi pada peningkatan nilai

ekspor Jawa Timur. Investasi Jawa Timur di triwulan III 2014 juga

diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan perbaikan ekonomi negara maju selaku investor utama Jawa Timur.

Dari sisi penawaran, perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh t iga

sektor utama (PHR, Industri Pengolahan dan Pertanian). Namun demikian,

Kinerja perbankan di

Jawa Timur

masih terus

menunjukkan perkembangan

posit if dengan

pertumbuhan

kredit mencapai

19,18% (yoy).

Ekonomi Jatim pada triwulan III

2014

diperkirakan

tumbuh pada rentang 6,0% -

s.d 6,4% (yoy).

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan II-2014

xii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

perkembangan ketiganya pada triwulan III 2014 cenderung berbeda-

beda. Sektor pertanian dan PHR diperkirakan mengalami peningkatan,

sementara Industri Pengolahan cenderung melambat.

Sektor pertanian diperkirakan mampu terakselerasi seiring dengan dimulainya masa panen tanaman bahan makanan (tabama) memasuki

bulan Juli 2014. Sementara itu, di sektor peternakan, permintaan daging

sapi, daging ayam dan telur ayam yang t inggi pada lebaran turut

berkontribusi pada peningkatan sektor ini. Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triwulan III 2014. Adanya momen

lebaran di triw ulan ini menjadi sumber utama yang meningkatkan arus

perdagangan, hotel dan restoran. Industri pengolahan pada triwulan ini

cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi KTI masih berkontribusi pada perlambatan kinerja sub sektor mesin dan alat angkut.

Sementara itu, pengenaan PPn 10% pada komoditas pertanian yang

masuk ke sektor industri diperkirakan mampu berpengaruh pada

perlambatan sub sektor industri makanan-minuman di triw ulan

berikutnya.

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw III-2014 diperkirakan secara

tahunan (yoy) berada di kisaran 4,3% s/d 4,6% .

Dari sisi inflasi volatile foods, beberapa sentra produksi di Jawa Timur seperti beras di Jember dan Banyuwangi, bawang merah di Nganjuk serta

cabai di Kediri masih memasuki musim tanam di awal Tw III-2014

sehingga diperkirakan akan menambah pasokan di akhir Tw III-2014

(panen gadu) walaupun t idak sebesar pada saat panen raya. Meskipun demikian, perlu diwaspadai pula terjadinya gangguan musim (seperti El

Nino atau curah hujan t inggi) yang dapat mengganggu t ingkat produksi

komoditas pertanian. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah potensi

gangguan ketersediaan daging ayam ras sebagai dampak lanjutan

pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor

bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS).

Dari sisi inf lasi administered Prices, kelompok ini diproyeksi akan menjadi pendorong utama inflasi Jawa Timur diantaranya melalui pelaksanaan

penyesuaian tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing

sebesar 11,36% (R1), 10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan

sekali, rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas angkutan udara pasca Lebaran, kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi

sebesar 46 juta KL yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, serta

berlanjutnya penyesuaian harga komoditas rokok sebagai dampak

lanjutan penyesuaian cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak

tembakau. Walaupun mengalami peningkatan tekanan risiko inflasi,

namun secara tahunan (yoy) inflasi kelompok ini akan turun dan menuju

ke pola normalnya sebagai dampak telah hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM pada tahun 2013.

Dari sisi core Inflation, inf lasi kelompok ini diproyeksi masih akan meningkat pada Tw III-2014. Hal yang mendasari antara lain dampak

lanjutan berbagai kebijakan Pemerintah (pada administered price) yang akan ditransmisikan oleh pelaku usaha kepada harga jual konsumen.

Selain itu, dimulainya tahun ajaran baru juga akan meningkatkan inflasi di kelompok pendidikan. Sedangkan secara eksternal, belum stabilnya nilai

tukar Rupiah dan f luktuasi harga komoditas internasional juga akan

Inflasi IHK pada

triwulan III 2014, diperkirakan berada

di kisaran 4,3% s/d

4,6% (yoy).

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan II-2014

xiii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

mempengaruhi t ingkat harga di Jawa Timur khususnya untuk sisi

tradable.

Diperkirakan pada triwulan III 2014 kinerja industri perbankan di Jawa

Timur akan tetap menunjukkan peningkatan. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama

ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya

keterbatasan likuiditas dari Dana Pihak Ketiga diperkirakan akan

mendorong peningkatan suku bunga kredit dan DPK. Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta

efisiensi biaya perbankan di Jawa Timur diharapkan mampu terus

meningkatkan kinerjanya.

Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan III 2014 diperkirakan masih

cukup t inggi. Hal tersebut berdasarkan pert imbangan adanya momen

puasa serta persiapan Lebaran. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti

sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor

unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.

Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014

Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014

mencapai 6,0-6,4% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun

2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang

tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga, meskipun masih menjadi

penopang utama perekonomian Jawa Timur, namun kinerjanya t idak

setinggi tahun 2013. Pelaksanaan Pilpres 2014 kurang mampu

menggiatkan konsumsi dan investasi masyarakat seiring aksi wait and see

yang berlanjut hingga triwulan III 2014. Sementara itu, adanya momen

lebaran juga diperkirakan tidak setinggi pengaruh tahun sebelumnya.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal

dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (List rik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa). Sementara itu, dari sisi eksternal, nilai tukar yang

mulai menemukan keseimbangannya juga menjadi salah satu faktor

pendorong perbaikan kinerja perdagangan Jatim yang mengalami surplus,

meskipun cenderung melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perdagangan antar daerah masih terkontraksi akibat perlambatan

ekonomi KTI. Sektor pertanian pun hingga akhir tahun 2014 t idak

signif ikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi

serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu

faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.

Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan

periode laporan atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,4% (yoy). Dari

sisi permintaan, adanya hari raya keagamaan pada Tw II-2014 dan Tw IV-

2014 akan menjadi pendorong utama inflasi yang bersifat seasonal.

Sementara dari sisi penawaran, telah berakhirnya musim panen raya dan dimulainya musim tanam serta potensi badai El Nino pada tahun 2014

diproyeksi akan sedikit mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat.

Secara

keseluruhan, pertumbuhan

ekonomi Jatim

tahun 2014

diproyeksikan tumbuh pada

rentang 6,0-%

s.d 6,4% (yoy).

Pertumbuhan

kredit perbankan pada triwulan

III 2014

diperkirakan

masih tetap

t inggi

Secara

keseluruhan,

inflasi akhir tahun

diperkirakan

mereda di

kisaran 5,1% -

5,4% .

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Tw I Tw II Tw III Tw IV

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)

JAWA TIMUR 139.39 139.55 144.74 145.79

- Kota Surabaya 138.95 139.09 144.18 145.17

- Kota Malang 139.65 140.14 145.31 146.65

- Kota Kediri 138.00 138.82 144.47 145.45

- Kab. Jember 139.66 139.33 144.83 145.65

- Kota Probolinggo 144.54 137.07 141.63 142.29

- Kota Madiun 142.52 144.58 150.44 151.75

- Kab. Sumenep 137.77 142.10 147.45 148.59

- Kab. Banyuwangi

LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)

JAWA TIMUR 6.75 5.93 7.78 7.59

- Kota Surabaya 6.63 5.86 7.76 7.52

- Kota Malang 7.01 6.46 8.16 7.92

- Kota Kediri 6.70 6.05 7.79 8.05

- Kab. Jember 6.51 5.38 7.77 7.21

- Kota Probolinggo 8.20 5.59 8.02 7.98

- Kota Madiun 6.04 6.39 7.22 7.52

- Kab. Sumenep 7.42 5.10 6.76 6.62

- Kab. Banyuwangi

PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 101,592,876 104,838,963 106,972,444 106,024,163

- Pertanian 16,210,298 14,378,586 13,851,750 10,889,462

- Pertambangan dan Penggalian 1,949,636 2,177,323 2,270,837 2,299,832

- Industri Pengolahan 24,618,463 25,452,321 26,272,724 27,153,725

- Listrik, gas, dan air bersih 1,328,343 1,381,232 1,371,165 1,405,760

- Bangunan 3,132,579 3,564,182 3,594,584 3,714,675

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,903,774 34,637,806 35,766,969 36,122,757

- Pengangkutan dan komunikasi 7,707,809 8,393,503 8,800,228 8,936,202

- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,594,390 5,865,905 5,954,027 6,041,520

- Jasa 8,147,583 8,988,106 9,090,159 9,460,230

Pertumbuhan (yoy)

- Pertanian 1.42 1.42 1.92 1.65

- Pertambangan dan Penggalian 2.91 2.34 4.72 3.19

- Industri Pengolahan 5.16 6.62 5.36 5.25

- Listrik, gas, dan air bersih 5.61 4.60 4.63 4.16

- Bangunan 8.26 10.53 8.46 8.99

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.38 8.92 8.52 7.72

- Pengangkutan dan komunikasi 10.98 10.04 10.70 10.06

- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.49 8.24 7.39 6.70

- Jasa 5.68 5.72 4.95 4.98

Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.57 6.90 6.51 6.21

2013

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR

LAMPIRAN

INDIKATOR

xviii

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

A. Perbankan

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bank Umum :

Total Asset (Rp. Triliun) 362.32 379.47 406.88 420.52 417.36 442.61

DPK (Rp. Triliun) 287.82 293.80 313.69 335.31 332.44 350.74

- Tabungan (Rp. Triliun) 130.08 133.15 140.54 151.77 144.69 147.57

- Giro (Rp. Triliun) 46.57 45.98 51.85 53.34 52.22 60.44

- Deposito (Rp. Triliun) 111.16 114.67 121.31 130.19 135.53 142.73

Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 245.21 265.35 284.35 304.11 304.41 318.60

- Modal Kerja 142.72 153.43 165.97 181.17 179.72 186.91

- Investasi 33.43 38.62 41.56 43.96 44.90 46.30

- Konsumsi 69.06 73.31 76.82 78.98 79.79 85.39

Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.26 2.12 2.02 1.75 2.07 2.12

Loan to Deposit Rat io - LDR (%) 85.20% 90.32% 90.64% 90.70% 91.57% 90.83%

Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 70.40 78.65 79.16 83.26 84.99 92.29

NPL UMKM Gross (%) 3.89 3.56 3.59 3.29 3.72 4.16

BPR :

Total Asset (Rp. Triliun) 8.57 8.97 9.39 9.46 9.46 9.46

DPK (Rp. Triliun) 4.98 5.09 5.30 5.41 5.41 5.41

- Tabungan (Rp. Triliun) 1.61 1.60 1.65 1.74 1.74 1.74

- Deposito (Rp. Triliun) 3.38 3.50 3.65 3.67 3.67 3.67

Kredit (Rp. Triliun) 6.19 6.70 6.92 6.85 6.85 6.85

- Modal Kerja 4.11 4.48 4.62 4.62 4.62 4.62

- Investasi 0.20 0.23 0.26 0.25 0.25 0.25

- Konsumsi 1.88 1.99 2.05 1.99 1.99 1.99

Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.84% 3.88% 4.28% 4.00% 4.00% 4.00%

Loan to Deposit Rat io - (LDR) % 124% 131% 131% 127% 127% 127%

SYARIAH :

Total Asset (Rp. Triliun) 17.27 18.74 19.23 21.82 25.97 23.05

DPK (Rp. Triliun) 13.27 13.95 14.03 16.91 16.27 16.59

- Giro (Rp. Triliun) 1.25 1.30 0.78 0.99 0.84 1.29

- Tabungan (Rp. Triliun) 4.97 5.29 5.81 6.50 6.23 6.44

- Deposito (Rp. Triliun) 7.04 7.35 7.44 9.43 9.19 8.86

Pembiayaan (Rp. Triliun) 12.67 13.81 14.09 15.01 15.79 18.42

- Modal Kerja 5.40 5.95 6.26 6.86 7.44 6.73

- Investasi 2.31 2.58 2.51 2.77 2.98 3.32

- Konsumsi 4.96 5.27 5.32 5.39 5.36 8.37

Non Performance Financing (NPF) % 1.91 1.97 2.5 2.59 3.74 3.35

Financing to Deposit Rat io (FDR) % 95.50 98.97 100.43 86.76 97.05 111.03

B. SISTEM PEM BAYARAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Inf low (Rp. Triliun) 15.99 11.35 18.78 10.98 18.02 12.08

Out f low (Rp. Triliun) 8.16 11.77 18.05 14.42 8.97 10.69

Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 1.67 3.28 5.02 4.61 5.16 3.85

Nominal Transaksi RTGS 510.00 536.39 518.72 487.32 426.96 466.60

Volume Transaksi RTGS 257,086 409,646 387,880 411,368 239,219 239,220

Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 36.69 49.46 51.73 44.39 44.55 47.21

Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.30 1.38 1.35 1.06 1.17 1.2

Tolakan Kliring (Rp. Juta) 964,720 774,711 964,847 707,567 815,636 967,724

Tolakan Kliring (lembar) 25,418 21,488 25,638 18,731 19,285 21,384

xvi

2014

2014

LAMPIRAN

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR

INDIKATOR

INDIKATOR2013

2013

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

1 PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Triwulan II 2014

Perekonomian Jawa Timur (Jatim) menunjukkan perlambatan pada triwulan II 2014.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,9% (yoy), melambat 0,5% (yoy)

dibandingkan triwulan I 2014 (6,4% , yoy) ). Angka ini lebih t inggi dibandingkan pertumbuhan

nasional yang tercatat sebesar 5,1% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini

didorong masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain dinamika ekonomi nasional yang

memengaruhi kinerja perekonomian Jatim, faktor global juga turut memberikan pengaruh.

Tercatat kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jatim mengalami koreksi. Namun demikian, net

perdagangan Jatim masih terjaga surplus. Selain itu, aksi wait and see para pelaku usaha

kembali mendorong koreksi pertumbuhan investasi. Kegiatan investasi masih banyak berupa

non bangunan, yang cenderung bersifat maintenance mesin sebagaimana terlihat dari data

impor luar negeri Jatim.

Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja sektor

non Industri atau sektor Jasa. Saluran perlambatan ekonomi KTI pada Jatim terindikasi

berpengaruh melalui sektor non Industri dengan lag 2 (dua) periode. Tercatat kinerja sektor

pertambangan, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan serta sektor jasa mengalami perlambatan di kisaran 0,3% - 4,3% (yoy).

Penurunan cukup dalam pada sektor jasa disebabkan oleh penghentian belanja bantuan sosial

dan hibah. Selain itu, adanya penambahan Batas Usia Pensiun (BUP) turut berpengaruh pana

penurunan jumlah pegawai negeri yang direkrut . Penurunan kinerja subsektor tanaman

bahan makanan dan peternakan disebabkan karena belum masuknya musim panen serta

kenaikan biaya input pertanian (pupuk), sehingga memperlambat kinerja sektor pertanian.

Namun, perlambatan ini masih tertahan oleh laju pertumbuhan 2 (dua) sektor utama Jatim,

yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR).

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

2

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan)

I II III IV Total I II

PDRB (%,yoy) 7.2 7.3 6.7 6.9 6.5 6.2 6.5 6.4 5.9

Sisi Permintaan

Konsumsi 6.6 5.6 6.3 6.6 7.1 7.7 6.9 7.9 7.2

Konsumsi swasta 7.2 6.1 6.8 6.9 7.5 8.2 7.4 8.2 8.7

Konsumsi Pemerintah 1.3 0.2 0.3 2.8 2.5 2.9 2.3 2.6 (9.1)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.7 5.4 6.1 6.3 6.5 7.7 6.7 7.5 5.1

Ekspor 11.1 11.6 8.5 6.9 5.5 5.2 6.5 9.2 3.1

Impor 7.6 9.8 5.6 5.0 4.9 6.0 5.4 7.4 4.3

20142013Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Wilayah2011 2012

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jasa Keu, Persewaan & Jasa Persh.

Angkutan & Komunikasi PHR

Bangunan LGA

Industri Tambang

Pertanian

(Rp. Triliun)

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Grafik 1.2. Struktur Perekonomian

1.2.1. SISI PERMINTAAN

Pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih bersumber dari

tumbuhnya konsumsi rumah tangga. Masih t ingginya daya beli masyarakat tercermin dari

angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sumber perlambatan ekonomi berasal dari

menurunnya kinerja ekspor, investasi dan belanja pemerintah Jatim. Perlambatan transaksi

ekspor lebih disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor antar daerah, khususnya untuk

kelompok barang modal dan kendaraan usaha. Selain itu, kinerja investasi kembali tertahan

akibat kecenderungan pelaku usaha untuk menunggu hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014

pada triwulan III 2014. Tertahannya penyaluran gaji ketiga belas dan realisasi dana hibah atau

bantuan sosial menyebabkan rendahnya serapan anggaran belanja pemerintah daerah. Namun

demikian, Pemprov Jatim telah mengupayakan percepatan proses realisasi belanja bantuan

keuangan kepada kab/kota.

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

3

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB gKons RT gPMTB(%, yoy)

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB gEkspor gImpor(%, yoy)

Sumber : BPS Jatim

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi & Investasi

Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor

a. Konsumsi

Masih kuatnya belanja rumah tangga masyarakat Jatim menjadi faktor utama penahan

perlambatan ekonomi Jatim triwulan ini. Tercatat konsumsi rumah tangga Jatim meningkat dari

8,2% (yoy) ke 8,7% . Bonus demografi kelompok usia produktif dan meningkatnya kelompok

ekonomi menengah ke atas mendorong peningkatan daya beli penduduk Jatim. Di sisi lain,

penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) t idak berkontribusi banyak pada belanja

masyarakat periode ini. Realisasi belanja banyak didominasi kelompok belanja iklan media

massa di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini berbeda dengan penyelenggaraan Pilpres sebelumnya

yang cenderung terdesentralisasi ke daerah seiring masih banyaknya penggunaan media non

elektronik di daerah.

Hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Wilayah IV mengkonfirmasi arah

pertumbuhan belanja masyarakat Jatim periode ini. Meningkatnya belanja perlengkapan rumah

tangga dan kelompok barang budaya dan rekreasi mencerminkan masih t ingginya belanja

rumah tangga pada kelompok barang durable good. Selain itu belanja makanan, minuman dan

tembakau pun masih tumbuh meningkat seiring meningkatnya daya beli masyarakat Jatim.

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

-

100

200

300

400

500

600

700

-

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Indeks Omset Riil Bahar Bakar

Makanan, Minuman & Tembakau Konstruksi (rhs)

Perlengkapan Rumah Tangga (rhs) Barang Budaya & Rekreasi (rhs)

(INDEKS) (INDEKS)

0%

10%

20%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik Rumah Tangga gKonsumsi Listrik Rumah Tangga (rhs) (%,yoy)(Kwh)

Grafik 1.5. Indeks Omset Riil

Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih t inggi dari angka

pertumbuhan di sepanjang tahun 2013, lihat grafik 1.6. Terjaganya Indeks Kondisi Ekonomi

Saat Ini (IKE) di atas level 110 turut mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin

dari stabilnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di kisaran level 120 pada periode laporan.

Meningkatnya angka IKE pada periode laporan disebabkan kenaikan Indeks Penghasilan Saat

Ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini.

Namun, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama (grafik 1.7) diperkirakan

akan sedikit tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi perbankan

sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur.

Perlambatan pertumbuhan ini telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit

konsumsi peruntukan rumah t inggal dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat di

kisaran -1% s.d -8% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2014, lihat grafik 1.10. Meskipun

beberapa komponen masih tumbuh lebih t inggi, yaitu kredit pembiayaan pembelian mobil serta

rumah t ipe menengah dan besar. Hal ini mencerminkan masih t ingginya daya beli masyarakat

Jatim.

-

5

10

15

20

25

30

35

40

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Share Kredit Kons.(Rhs) Kredit Konsumsi g Kredit Kons.(Rhs)

(Rp Miliar) (%, yoy)

Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)INDEKS

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Sepeda Motor Mobil

Rmh Tipe Diatas 70 Rmh Tipe 22 s.d. 70

Rmh s.d. Tipe 21

(Miliar Rp)

-50.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

gMobil gSepeda Motor

gRmh s.d. Tipe 21 gRmh Tipe 22 s.d. 70

gRmh Tipe Diatas 70

(%, yoy)

Grafik 1.9. Komposisi Kredit Konsumsi

(Rumah & Mobil)

Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi

(Rumah & M obil)

Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, bahwa tumbuhnya konsumsi rumah

tangga turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan

tumbuhnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) (lihat

grafik 1.11) di atas level 110. Kenaikan IKE lebih dominan didorong oleh persepsi masyarakat

atas membaiknya t ingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Masih

t ingginya tantangan sektor riil di tengah risiko kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL),

ketidakpastian arah ekonomi negara berkembang serta penyesuaian respon atas UU M inerba

menjadi beberapa hal yang dikhawatirkan kelompok masyarakat rumah tangga periode

laporan.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama

INDEKS

Grafik 1.11. Survei Konsumen Kondisi Saat

Ini

Grafik 1.12. Survei Konsumen Ekspektasi

Masyarakat

Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen

sebagaimana terkonfirmasi dari melambatnya keyakinan konsumen akan ketersediaan

lapangan kerja dalam 6 (enam) bulan mendatang, lihat grafik 1.12. Namun demikian,

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.Ketersediaan lapangan kerja 6bl yad

INDEKS

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

6

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

keseluruhan nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung

optimis karena nilai bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis

lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis.

Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber

pembiayaan konsumsi masyarakat kembali menurun, dengan melanjutkan pola perlambatan

triwulan sebelumnya, lihat grafik 1.14. Tertahannya pertumbuhan variabel ini diduga sebagai

akibat dari terbatasnya ruang pembiayaan perbankan sehingga masyarakat cenderung

memanfaatkan dana simpanannya sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi. Namun

demikian, angka pertumbuhan ini masih lebih t inggi dibandingkan kondisi di tahun 2010 dan

2011. Selanjutnya, tracking atas perkembangan kinerja impor barang konsumsi masyarakat

Jatim mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan konsumsi barang impor, yang

didominasi kelompok bahan makanan sebagai konsekwensi dari menurunnya kinerja subsektor

tanaman bahan makanan dan peternakan Jatim.

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Impor Barang Konsumsi g_Impor Brg Konsumsi-Skala Kanan

(USD) (% , yoy)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs)

gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)

(%, yoy) (%, yoy)

Grafik 1.13. Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan

b. Investasi

Kinerja investasi di triwulan II 2014 tumbuh lebih rendah (5,1% - yoy) dibandingkan

dengan triwulan IV 2013 (7,5% ). Perlambatan investasi terutama dari Penanaman Modal

Asing (PMA) yang tercatat menurun dari USD 812,63 Juta menjadi USD 635,12 Juta atau

sebesar -21,8% (yoy), lihat grafik 1.15. Sementara investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) masih terjaga stabil pada level 10,5 Triliun atau tumbuh sebesar 0,28% (Grafik 1.15

dan Grafik 1.16). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan komponen biaya produksi

meliputi upah tenaga kerja dan tarif energi turut memberikan sentimen negatif terhadap

minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jawa Timur. Faktor

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

7

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

perlambatan investasi juga diinformasikan pelaku usaha dari kegiatan liaison yang lebih

memilih untuk melakukan wait and see terhadap hasil Pilpres 2014.

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

3500%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Proyek PMA

gNilai Proyek PMA (%, yoy)(USD Juta) (%, yoy)

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Proyek PMDN

gNilai Proyek PMDN (%, yoy)(Rp Milyar) (%, yoy)

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.15. Nilai Proyek PMA

Grafik 1.16. Nilai Proyek PMDN

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Proyek PMA

gJumlah Proyek PMA (%, yoy)

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Proyek PMDN

gJumlah Proyek PMDN (%, yoy)(Jumlah) (%, yoy)

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.17. Jumlah Proyek PMA Grafik 1.18. Jumlah Proyek PMDN

Pelemahan investasi di Jawa Timur pada triwulan I 2014 juga diindikasikan dari

penyaluran kredit investasi yang tumbuh menurun (19,55% - yoy) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 33,84% (grafik 1.20). Sebagaimana telah diinformasikan

sebelumnya, berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha masih mengambil sikap wait and see

dengan meminimalisasi investasi.

Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah maintenance

mesin yang dilakukan secara reguler ataupun peremajaan mesin lama tanpa menambah

kapasitas produksi. Dengan adanya kenaikan biaya tenaga kerja, perusahaan berusaha

menekan biaya produksi dengan menerapkan sistem otomasi pada produksi. Kondisi ini

mendorong pada peningkatan impor barang modal, yang didominasi impor mesin. Tercatat,

pertumbuhan kelompok mesin industri meningkat t inggi dari 12% menjadi 43% .

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

8

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Kelompok impor suku cadang mesin pun melonjak dari 32% menjadi 72% . Selain

untuk memenuhi fungsi perawatan, meningkatnya impor suku cadang diindikasikan sebagai

bagian dari strategi otomasi mesin. Beberapa perusahaan yang melakukan pembelian mesin

industri dari Tiongkok mewajibkan ketersediaan suku cadang dengan membeli paket mesin

dan suku cadang, mengingat beberapa jenis mesin t idak memiliki perwakilan maintenance di

Jatim.

Di sisi lain, menurunnya sektor pertambangan di KTI mengakibatkan perlambatan nilai

impor kendaraan yang biasa digunakan sebagai alat produksi pada sektor pertambangan.

Secara keseluruhan impor barang modal ke Jatim meningkat dari level 5% (yoy) menjadi

38% .

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pembentukan Modal Tetap Bruto

gPMTB (rhs)

(Rp

Triliun)

(%, yoy)

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Modal Kerja Investasi Konsumsi

gModal Kerja (Skala Kanan) gInvestasi (Skala Kanan) gKonsumsi (Skala Kanan)(Juta Rp)

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.19. Kinerja PMTB (Investasi Sektor

Riil)

Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Impor Barang Modal g_Impor Brg Modal-Skala Kanan

(USD) (% , yoy)

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV

2011 2012 2013 2014

Mesin Kendaraan (u/ Industri)Alat Rakit Mobil Pribadi gMesin (rhs)

(USD) (%, yoy)

Grafik 1.21. Impor Barang Modal Grafik 1.22. Realisasi Pend. & Belanja Tw . I

2014

Mayoritas responden kegiatan liaison mengindikasikan kecenderungannya untuk

menahan investasi usahanya terkait belum pastinya Presiden terpilih termasuk arah

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

9

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

kebijakan pemerintah 5 (lima) tahun mendatang. Hal ini tercermin dari masih rendahnya

rencana dan realisasi investasi pelaku usaha responden liaison pada triwulan II 2014 (lihat

grafik 1.23). Di sisi lain, investasi industri padat karya semisal industri tekstil dan alas kaki

pada tahun ini tercatat menurun cukup dalam. Dengan demikian, peralihan sistem produksi

sektor industri pada semi otomatis pun turut mendorong perlambatan kinerja investasi pada

periode laporan.

Indikator lainnya mengindikasikan sedikit peningkatan pada kinerja sektor

bangunan sebagaimana dapat dilihat pada grafik 1.24 atas kinerja penjualan semen di

Jatim. Berprosesnya transisi sistem produksi menjadi semi otomasi turut mendorong

peningkatan impor barang modal, khususnya kelompok mesin industri. Di sisi lain, impor

kendaraan industri mengalami perlambatan seiring menurunnya permintaan dari w ilayah

KTI akibat penurunan kinerja sektor pertambanga pasca pemberlakuan UU M inerba di awal

tahun 2014.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Grafik 1.23. Rencana & Realisasi Investasi

Grafik 1.24. Konsumsi Semen

-40

-20

0

20

40

60

80

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Impor Barang Modal g_Impor Brg Modal-Skala Kanan

(USD) (% , yoy)

-100

-50

0

50

100

150

200

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Suku Cadang Mesin Kendaraan (u/ Industri)

Mesin gKend. Industri - Skala Kanan

gSk Cdg Msn - Skala Kanan gMesin - Skala Kanan

(USD) (% , yoy)

Grafik 1.25. Impor Barang Modal Grafik 1.26. Komposisi Impor Barang Modal

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Investasi Perk Rencana Investasi

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

10

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

c. Ekspor Impor

Di tengah melambatnya kinerja ekspor impor Jatim, tercatat neraca perdagangan

Jatim masih dalam kondisi net ekspor (surplus), yang banyak disumbang dari transaksi ekspor

impor dalam negeri. Meskipun pertumbuhan ekspor dalam negeri melambat cukup dalam

(dari level 17% (yoy) menjadi 14% ), namun masih mencatatkan angka surplus, mengingat

masih rendahnya angka kebutuhan impor Jatim dari daerah lain. Perlambatan kinerja ekspor

dalam negeri turut disebabkan dari menurunnya permintaan impor kendaraan sektor

pertambangan melalui Pelabuhan Tanjung Perak, yang di-ekspor kembali ke w ilayah KTI.

Berbeda dengan triwulan I 2014, transaksi perdagangan luar negeri Jatim kembali

mencatatkan angka defisit sebesar -1,2 juta USD. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kinerja

ekspor dari -0,002% (yoy) menjadi -0,11% , sedangkan impor sedikit menurun dari 0,03%

(yoy) menjadi -0,02% . Perlambatan kinerja ekspor impor luar negeri lebih disebabkan

berkurangnya marjin usaha sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi dan masih

t ingginya kandungan impor bahan baku.

-2,000,000

-1,000,000

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2011 2012 2013 2014

Net ekspor Net Ekspor DN Net Ekspor LN

(Juta Rp)

Sumber : BPS Jatim

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.27. Kinerja Ekspor Impor Jatim

Grafik 1.28. Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa

c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah

Di tengah perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jatim, kondisi neraca perdagangan

masih mencatatkan angka net ekspor (surplus), yang meningkat sebesar 0,29 juta USD.

Tercatat ekspor antar daerah Jatim tumbuh melambat dari 17,35% (yoy) menjadi 14,21% ,

sedangkan impor terjaga stabil di 10% (yoy), lihat grafik 1.29.

Perlambatan performa ekspor perdagangan antar daerah Jatim terutama didorong

dari menurunnya permintaan barang impor kendaraan industri sebagai akibat melambatnya

kinerja sektor pertambangan pasca pemberlakuan UU M inerba. Terjaganya impor antar

daerah turut mengkonfirmasi masih stabilnya kinerja sektor industri pengolahan di Jatim. Hal

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

11

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

ini berdasarkan data bahwa komoditas impor antar daerah masih didominasi kelompok

bahan baku industri Jatim berupa aneka kayu dan makanan laut. Sedangkan barang logam

menurun tajam pasca pemberlakuan UU M inerba di awal tahun 2014. Keseluruhan transaksi

perdagangan antar daerah ini terindikasi dari realisasi yang lebih rendah pada jumlah volume

barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak, lihat grafik 1.30.

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2011 2012 2013 2014

Ekspor DN Impor DNNet Ekspor DN gEkspor DN-Skala KanangImpor DN-Skala Kanan

(Juta Rp) (%,yoy)

Grafik 1.29. Kinerja Perdagangan LN & DN Grafik 1.30. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)

c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri

Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali mengalami defisit sebesar -1,27 juta

USD, setelah sebelumnya mencatat angka posit if pada triwulan I 2014. Masih t ingginya

ketergantungan impor luar negeri mendorong pelemahan neraca perdagangan Jatim. Selain

itu, beberapa ekspor yang masih memasuki masa transisi menuju sistem produksi yang semi

otomasi turut mendorong pelemahan daya saing produk seiring semakin minimnya marjin

usaha yang diperoleh sektor usaha. Hal ini mendorong menurunnya kinerja ekspor luar

negeri di tengah stabilitas angka impor luar negeri.

c. 2.1. Ekspor Luar Negeri

Perlambatan kinerja ekspor luar negeri Jatim menjadi -10,53% (yoy) pada triwulan ini

dipicu menurunnya volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba) dan industri

makanan minuman, lihat grafik 1.31. Namun, upaya diversif ikasi negara tujuan mulai

membuahkan hasil dengan melonjaknya permintaan ke kawasan Afrika dan Timur Tengah,

lihat grafik 1.33. Namun, berdasarkan informasi dari pelaku usaha, upaya diversif ikasi ini

masih belum mampu menyamai permintaan ekspor ke negara maju. Perlambatan ekspor

diikuti dengan impor yang menurun, sehingga neraca perdagangan Jatim defisit sebesar

142,2 juta USD (Grafik 1.32). Perlambatan transaksi ekspor Jatim utamanya disebabkan oleh

penurunan komoditas kertas dan furniture (Grafik 1.34). Di tengah melemahnya nilai tukar,

marjin ekspor komoditas berbahan baku dalam negeri mengalami peningkatan. Berdasarkan

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

12

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

konfirmasi pada pelaku usaha, pelemahan kinerja keduanya merupakan pola seasonal, yang

diharapkan kembali membaik pada triwulan III 2014 seiring t ibanya pesanan menjelang

perayaan Natal.

-15

-10

-5

0

5

10

-1,500,000

-1,000,000

-500,000

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor LN gEkspor LN-Skala Kanan

gImpor LN-Skala Kanan

(Juta Rp) (%,yoy)

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR(Juta USD)

Grafik 1.31. Kinerja Perdagangan LN Grafik 1.32. Neraca Perdagangan Ekspor LN

20.46 325.17

327.67 468.61

975.25729.10

780.11 636.07

471.22544.26

389.90

326.71

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

MEE RRC Japan ASEAN USA South Africa(Juta USD)

178.39471.33

627.83

529.19

262.18218.22

1,068.28

165.22

241.08

269.39

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Furniture & Foot Wear Manufactures of Metal

Paper and paperboard Organic chemicals

Animal or vegt. fats and oils

(Juta USD)

Grafik 1.33. Negara Utama Tujuan Ekspor Grafik 1.34. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)

c. 2.2. Impor Luar Negeri

Kinerja impor luar negeri Jatim pada Triwulan II 2014 menunjukkan penurunan dari

0,03% (yoy) menjadi - 0,02% (Grafik 1.35). Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh

barang bahan baku dan barang modal menunjukkan karakter ekonomi Jatim sebagai daerah

industri. Perlambatan impor periode ini disebabkan menurunnya impor barang konsumsi,

sedangkan jenis barang modal dan bahan baku masih mengalami peningkatan. Berdasarkan

klasif ikasi HS 2 Digit, komposisi impor Jatim pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh

komoditas mesin industri (14,8% dari total impor), iron and steel (9,53% ) dan plastics

(7,14% ).

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

13

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

-15

-10

-5

0

5

10

-1,500,000

-1,000,000

-500,000

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor LN gEkspor LN-Skala Kanan

gImpor LN-Skala Kanan

(Juta Rp) (%,yoy)

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

-

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

4,000,000,000

5,000,000,000

6,000,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Impor Barang Modal Impor Bahan Baku

Impor Barang Konsumsi g_Impor Brg Modal-Skala Kanan

g_Impor Bhn Baku-Skala Kanan g_Impor Brg Konsumsi-Skala Kanan

(USD) (% , yoy)

1.2.2. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan II 2014 masih

didominasi oleh t iga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor

Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap

PDRB Jawa Timur triwulan II 2014 sebesar 31,39% (PHR), 26,26% (Industri Pengolahan) dan

14,93% (Pertanian). Kontribusi sektor PHR dan Industri Pengolahan cenderung mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sementara itu, sektor pertanian

memiliki kontribusi yang menurun seiring dengan t ingginya alih fungsi lahan pertanian dan

penurunan jumlah rumah tangga petani di triwulan II 2014.

Kinerja negatif pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di triwulan II 2014 tercermin dari

pertumbuhan negatif di hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali Listrik, Gas dan Air Bersih;

Perdagangan, Hotel dan Restoran; serta Industri Pengolahan. Ketiga sektor tersebut masih

mampu tumbuh posit if di tengah perlambatan sektor lainnya. Sementara itu, sektor Jasa-Jasa

mengalami penurunan paling dalam, yakni tumbuh melambat sebesar 4,49% dari 8,45% (yoy)

pada triwulan I 2014 menjadi 3,96% pada triwulan II 2014. Hal ini terutama disebabkan karena

penurunan pada subsektor Jasa Pemerintahan Umum (melambat 9,95% ) dan Jasa Sosial

Kemasyarakatan (melambat 9,16% ). Adanya penghentian belanja hibah dan bantuan sosial

akibat kehati-hatian Pemerintah Daerah dalam menyalurkan alokasi belanjanya merupakan

salah satu faktor penyebab menurunnya Jasa Pemerintahan Umum secara signif ikan di triwulan

ini. Selain itu, adanya penambahan Batas Usia Pensiun (BUP) turut mempengaruhi penurunan

jumlah pegawai negeri yang direkrut.

Sub sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan kembali menurun di triwulan II 2014 setelah

mencapai puncaknya di triwulan I 2014 pasca diterapkannya asuransi BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial) yang meningkatkan jumlah pasien Rumah Sakit di Jawa Timur

hingga 20% . Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan II 2013, pertumbuhan sub

Grafik 1.35 Kinerja Ekspor Impor LN Grafik 1.36 Komposisi Impor LN

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

14

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan cenderung meningkat dari 6,51% (yoy) pada triwulan II

2013 menjadi 7,66% (yoy) pada triwulan II 2014.

Pertumbuhan yang melambat juga terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian,

sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor Pertanian. Ke depan, memasuki triwulan III

2014, sektor ekonomi tersebut diperkirakan mengalami ekspansi, terutama sektor PHR,

Pengangkutan dan Komunikasi, Pertanian serta Jasa-Jasa seiring dengan adanya Hari Raya Idul

Fitri dan t ibanya musim panen.

Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (% , yoy)

I II III IV I II

1. PERTANIAN 3.49 1.42 1.42 1.92 1.65 1.59 1.76 0.54

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2.32 2.91 2.34 4.72 3.19 3.30 4.57 2.90

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.34 5.16 6.62 5.36 5.25 5.59 6.81 6.81

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.21 5.61 4.60 4.63 4.16 4.74 4.94 7.36

5. BANGUNAN 7.05 8.26 10.53 8.46 8.99 9.08 9.54 7.94

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 10.06 9.38 8.92 8.52 7.72 8.61 6.79 7.37

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9.65 10.98 10.04 10.70 10.06 10.43 9.50 7.53

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 7.91 8.49 8.24 7.39 6.70 7.68 7.67 7.37

9. JASA-JASA 5.06 5.68 5.72 4.95 4.98 5.32 8.45 3.96

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.27 6.57 6.90 6.51 6.21 6.55 6.40 5.94

2014LAPANGAN USAHA 2013

20132012

Grafik 1.37

Pertumbuhan Tiga Sektor Utama

Grafik 1.38

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Grafik 1.39

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

15

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Grafik 1.40

Utilisasi Kapasitas Produksi

Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan

bahwa kinerja dunia usaha di Jawa Timur pada triwulan II 2014 secara qtq masih menunjukkan

pertumbuhan yang positif , tercermin dari indeks kapasitas usaha terpakai yang menguat

sebesar 2,81% . Secara sektoral, ut ilisasi kapasitas produksi di sektor pertanian cenderung

menurun, sesuai dengan arah perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor ini. Sementara itu,

Sektor ekonomi yang mengalami peningkatan paling t inggi adalah Sektor PHR, sebagaimana

pola seasonalnya dan ikut pula didorong oleh peningkatan kinerja di Sektor Industri

Pengolahan. Ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi triwulan III 2014 diperkirakan

lebih baik, sejalan dengan indeks perkiraan kegiatan usaha yang meningkat dari 21,94%

menjadi 39,86% .

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)

Pada triwulan II 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami peningkatan

kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya dari 6,79% (yoy) menjadi 7,37% (yoy). peningkatan

Grafik 1.42

Indeks Realisasi Usaha

Grafik 1.43

Indeks Realisasi Usaha Sektoral

Grafik 1.41

Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

16

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

terjadi pada sub sektor perdagangan, dari 6,12% (yoy) menjadi 6,98% (yoy), sementara sub

sektor hotel dan restoran cenderung melambat, masing-masing tumbuh sebesar 7,24% (yoy)

dan 9,45% (yoy).

Peningkatan kinerja perdagangan terutama bersumber dari peningkatan perdagangan

ritel di dalam Provinsi Jawa Timur, terutama sektor makanan. Hal ini didukung oleh kinerja

konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat di triwulan II 2014, yaitu dari 8,26% (yoy)

menjadi 8,69% (yoy). Indikator pendukung lain, sepert i konsumsi list rik golongan bisnis juga

menunjukkan peningkatan yang relatif signif ikan, yaitu tumbuh dari 7,13% (yoy) menjadi

19,64% (yoy) pada triwulan II 2014.

Pada triwulan ini, kinerja ekspor antar daerah Jawa t imur yang memiliki share 32,35%

terhadap PDRB Jawa Timur masih mengalami net ekspor (surplus), meskipun cenderung

menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Net ekspor antar daerah Jawa Timur

tumbuh 4,19% (yoy) dengan pelambatan volume impor antar daerah dari 10,95% (yoy)

menjadi 10,02% (yoy). Ekspor antar daerah Provinsi Jawa Timur masih terkonsentrasi pada

Kawasan Timur Indonesia(KTI), Jawa Barat serta DKI Jakarta. Perlambatan perekonomian di KTI

pasca pemberlakuan Undang-Undang M inerba turut berkontribusi pada perlambatan kinerja

ekspor antar daerah Jawa Timur. Dari hasil Focus Group Discussion dengan pelaku usaha

daging ayam yang menguasai pangsa pasar 30% di Jawa Timur, pemberhentian operasional

salah satu perusahaan tambang di Nusa Tenggara Barat mampu menurunkan penjualan daging

ayam sebesar 25% dari total penjualannya.

Dari sisi eksternal, perdagangan luar negeri Jawa Timur masih mencatatkan net impor

yang relatif lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat net impor di triwulan II

2014 sebesar 8,52% (yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 3,63% (yoy). Adanya revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi AS (share

ekspor Jatim ke AS sebesar 12,58% pada triwulan II 2014) seiring dengan cuaca dingin ekstrim

di triwulan I 2014 turut berpengaruh pada kinerja ekspor luar negeri Jawa Timur. Selain itu,

ekonomi negara berkembang juga cenderung melambat, terutama sebagai akibat proses

rebalancing ekonomi Tiongkok. Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas masih

menunjukkan tren penurunan. Oleh karena itu, kinerja ekspor luar negeri di triwulan ini

mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

17

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Perlambatan sektor hotel dan restoran terkonfirmasi dari penurunan Tingkat Hunian

Kamar di triwulan II 2014 yang pertumbuhannya cenderung melambat. Penurunan jumlah

w isatawan mancanegara seiring dengan perlambatan ekonomi negara asal diperkirakan

menjadi salah satu penyebabnya. Meskipun pada bulan Juni mulai terdapat libur sekolah,

namun, dampaknya relatif terbatas terhadap kinerja hotel dan restoran. Hal ini disebabkan

karena libur sekolah tersebut bersamaan dengan momen puasa Ramadhan, sehingga aktivitas

liburan cenderung terbatas.

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan cenderung stabil pada triwulan II 2014. Industri pengolahan

mampu tumbuh sebesar 6,81% (yoy), stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sumber utama pertumbuhan ini terutama berasal dari sub sektor industri semen dan barang

galian yang meningkat sebesar 2,91% menjadi 6,72% (yoy), industri makanan, minuman dan

tembakau yang tumbuh sebesar 0,98% menjadi 6,12% (yoy), industri tekstil meningkat sebesar

Grafik 1.47

Konsumsi Listrik Golongan Bisnis

Grafik 1.46

Lama Wisataw an Menginap di Hotel

Grafik 1.44

Pertumbuhan Subsektor PHR

Grafik 1.45

TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman

Sumber: BPS Jatim , diolah

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

18

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

0,98% menjadi 11,67% (yoy), serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya yang

meningkat sebesar 0,54% menjadi 6,97% (yoy).

Pada triwulan ini, menjelang Ramdhan dan Hari Raya Idul Fitri, sub sektor industri

makanan, minuman dan tembakau serta industri tekstil mulai menunjukkan geliat usaha. Hasil

liason mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan di sub sektor makanan minuman mulai

melakukan building stock produknya sejak awal triwulan II 2014 untuk memitigasi t ingginya

permintaan pada saat lebaran. Kapasitas produksi diperkirakan mencapai puncaknya (full

capacity) menjelang 2 bulan sebelum hingga lebaran. Sementara itu, industri tekstil juga

memiliki pola yang hampir sama. Stok dan penjualan di Mall dan Pusat Grosir mulai meningkat

sejak triwulan II 2014 dan mencapai puncaknya di triwulan II 2014.

Penurunan kinerja di sektor industri pengolahan terjadi pada sub sektor industri alat

angkut mesin dan peralatannya, industri logam dasar, serta industri kertas. Pada triwulan II

2014, ketiga sektor tersebut hanya mampu tumbuh menjadi masing-masing sebesar 7,83%

(yoy), 11,26% (yoy) dan 6,53% (yoy). Perlambatan di sub sektor industri alat angkut dan

peralatannya disebabkan karena perlambatan ekonomi KTI, sehingga penggunaan alat angkut

mesin dan peralatannya yang diimpor dari Jawa Timur cenderung menurun. Sementara itu,

perlambatan di sub sektor industri logam seiring dengan perlambatan sektor konstruksi, baik

pembangunan propert i residensial maupun realisasi proyek infrastruktur Pemerintah yang

cenderung terbatas. Di sisi lain, konfirmasi dari Asosiasi Pengusaha Kertas Indonesia (APKI)

Cabang Jawa Timur, perlambatan sub sektor industri kertas disebabkan karena penurunan

impor bahan kertas bekas akibat sulitnya proses izin masuk ke Indonesia seiring dengan

diklasif ikasikannya produk tersebut sebagai produk limbah (B3).

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah IV masih relatif

optimis terhadap perbaikan kinerja industri pengolahan di triwulan selanjutnya. Berdasarkan

hasil liaison, dampak Pemilu Presiden di tahun ini cenderung terbatas. Tidak sepert i pola Pemilu

sebelumnya, dimana penjualan mampu melonjak signif ikan, namun di tahun ini penjualan

cenderung normal. Peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk perusahaan yang go public dan

industri besar yang mulai berlaku di awal bulan ini juga masih direspon terbatas oleh dunia

usaha di Jawa Timur. Di periode selanjutnya, kenaikan biaya energi yang menambah biaya

operasional perusahaan sekitar 20% tersebut akan di pass through ke konsumen melalui

peningkatan harga jual. Sebagian besar kontak liaison menganggap kenaikan TTL tersebut

sebagai suatu kebijakan yang wajar. Peningkatan harga t idak menjadi permasalahan asalkan

harga tersebut t idak berf luktuasi tajam.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

19

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Hasil SKDU menunjukkan bahwa pelaku usaha cenderung menahan diri untuk

melakukan penambahan tenaga kerja sebagai dampak dari kenaikan UMK. Harga jual

komoditas tercatat masih mengalami kenaikan, namun lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kenaikan harga jual tersebut terutama disebabkan karena kenaikan harga bahan

baku dan material yang menyumbang 30% terhadap harga jual produk.

Dari sisi pembiayaan, perlambatan kinerja industri pengolahan terkonfirmasi dari

kredit yang disalurkan Bank Umum dan BPR di triwulan II 2014 yang juga mengalami

perlambatan. Kredit yang disalurkan pada triwulan ini tumbuh sebesar 22,55% (yoy) atau

senilai Rp 90,29 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

30,58% (yoy) atau senilai Rp 88,79 triliun. Pada triwulan III 2014, kinerja kredit yang

disalurkan kepada industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan

peningkatan ekspor komoditas industri Jawa Timur dan kenaikan permintaan domestik

karena faktor seasonal.

.

Grafik 1.48

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.49

Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal

Grafik 1.50

Konsumsi Listrik Golongan Industri

Sumber: BPS Jatim , diolah

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

20

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

c. Pertanian

Kinerja sektor Pertanian mengalami perlambatan pada triwulan II 2014. Sektor ini hanya

mampu tumbuh sebesar 0,54% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,76% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi di dua sub sektor utama,

yaitu sub sektor tanaman bahan makanan yang menurun dari 1,75% (yoy) menjadi -1,10%

(yoy) dan sub sektor peternakan yang menurun dari 1,95% (yoy) menjadi -3,02% (yoy).

Dikonfirmasi dari Dinas Pertanian Jawa Timur, salah satu faktor penyebab perlambatan kinerja

sektor pertanian di triwulan ini adalah adanya peningkatan input atau biaya usaha tani. Jumlah

pupuk bersubsidi cenderung terbatas, sehingga sebagian petani beralih ke pupuk non subsidi.

Peningkatan biaya tersebut juga tercermin dari naiknya biaya tenaga kerja. Tingginya biaya

input tersebut t idak sebanding dengan harga jual produk pertanian yang cenderung stabil,

bahkan mengalami penurunan, sepert i komoditas cabai.

Penurunan kinerja sub sektor tanaman bahan makanan terkonfirmasi dari penurunan

luas panen padi dan jagung di triwulan II 2014. Luas panen padi mengalami penurunan dari

760 ha pada triwulan I 2014 menjadi 592 ha pada triwulan II 2014. Begitu pula dengan luas

panen jagung yang menurun dari 559.327 ha menjadi 207.337 ha di triwulan II 2014.

Penurunan panen tersebut disebabkan karena tanaman padi saat ini sedang berada pada

musim panen, dimana lahan tanam padi meningkat dari 515 ha menjadi 594 ha di triwulan II

2014. Oleh karena itu, masa panen hanya terjadi di beberapa w ilayah, menurun signif ikan

dibandingkan dengan triwulan I 2014 yang mencapai panen raya pada bulan Februari dan

Maret 2014. Sementara itu, untuk tanaman hort ikultura, sepert i cabai merah, cabai raw it dan

tomat sayur di w ilayah Kediri mengalami pergeseran panen disebabkan karena replanting di

bulan Maret hingga April 2014 pasca erupsi Gunung Kelud.

Kinerja sub sektor peternakan juga mencatatkan penurunan pertumbuhan. Adanya

penurunan permintaan daging ayam dari KTI turut mempengaruhi pelemahan kinerja tersebut.

Selain itu, adanya kebijakan Kementerian Perdagangan pada bulan April 2014 yang membatasi

harga penjualan anak ayam umur sehari atau Day Old Chick (DOC) dan volume penjualannya

turut berpengaruh signifikan terhadap kinerja sub sektor peternakan unggas. Harga DOC

maksimum yang ditetapkan Pemerintah adalah sebesar Rp 3.200/ekor, padahal, pada tahun

2013, harga penjualan rata-rata DOC mampu mencapai Rp 4.700/ekor. Produsen DOC pun

diminta untuk mengurangi volume produksi DOC nya sebesar 15% dari produksi normal. Hal

ini secara otomatis akan mengurangi marjin pelaku usaha peternakan ayam hingga 20% . Ke

depan, hal ini juga dapat meningkatkan potensi permintaan pakan ternak yang sebagian besar

dipenuhi dengan impor oleh petani yang membeli DOC dengan harga lebih murah.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

21

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Secara umum persediaan bahan pangan di Jawa Timur pada periode laporan masih

aman dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Sampai dengan Juni 2014, Bulog Divre

Jatim mempunyai cadangan beras mencapai 550 ribu ton. Cadangan beras tersebut

diperkirakan cukup untuk 12 bulan ke depan, termasuk saat menjelang Ramadhan hingga Idul

Fitri. Penyerapan beras oleh Bulog dilakukan di beberapa sentra beras di Jawa Timur,

diantaranya Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Banyuwangi dan Jember.

Dari sisi komoditas peternakan, sebagai antisipasi peningkatan konsumsi daging

menjelang bulan puasa dan lebaran 2014, Dinas Peternakan Jawa Timur meningkatkan supply

daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Dinas Peternakan menyiapkan 39.570 ton daging

ayam pedaging, 220.093 ton telur ayam ras, dan daging sapi 39.637 ton. Jumlah tersebut akan

mampu memenuhi kebutuhan pasar selama 3 (t iga) bulan mendatang. Besaran stok ketiga

komoditas dimaksud dinilai aman dan mampu mendukung permintaan pasar dari luar Jatim

sepert i DKI Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Grafik 1.52

Luas Lahan Tanam dan Panen Padi

Grafik 1.53

Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur

Sumber: BPS Jatim , diolah

Grafik 1.51

Pertumbuhan Subsektor Pertanian

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

22

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Grafik 1.54

Luas Lahan Puso di Jaw a Timur

d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan

pada triwulan II 2014. Hampir seluruh sub sektor mengalami perlambatan, kecuali sub sektor

sewa bangunan. Sub sektor Jasa Perusahaan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank melambat

paling dalam, masing-masing tumbuh sebesar 5,99% (yoy) dan 7,72% (yoy) pada triwulan II

2014. Sementara itu, sub sektor bank juga menurun dari 9,53% (yoy) menjadi 9,22% (yoy).

Kebijakan pembatasan kredit pada level 15-17% dan kenaikan suku bunga kredit masih

menjadi sentimen utama perlambatan kinerja sektor keuangan. Namun demikian, sektor

keuangan masih memiliki pertumbuhan laba yang relatif t inggi di kisaran 20,19% (yoy),

meskipun menurun dibanding triwulan sebelumnya (20,27% (yoy)) seiring dengan perlambatan

kredit yang disalurkan. Sementara itu, perlambatan kinerja sub sektor jasa perusahaan

disebabkan karena perlambatan usaha sewa alat transportasi. Di sisi lain, sewa bangunan masih

Grafik 1.56

Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim

Grafik 1.55

Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan

Sumber: BPS Jatim , diolah

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

23

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

mencatatkan pertumbuhan yang posit if seiring dengan relatif t ingginya bahan bangunan dan

tanah sehingga konsumen menunda melakukan pembangunan hunian dan cenderung

menyewa rumah atau bangunan.

Penyaluran kredit sektor perbankan cenderung menurun di triwulan II 2014. Kredit

berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank masih relatif t inggi, meskipun melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, kredit lokasi proyek mencapai Rp

369,97 triliun, tumbuh sebesar 19,10% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 21,59% (yoy). Begitu pula dengan kredit berdasarkan lokasi bank yang tumbuh

18,99% (yoy) atau Rp 325,45 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 23,18% (yoy). Perlambatan jumlah kredit ini merupakan respon atas

peningkatan suku bunga kredit yang meningkat secara gradual sejak bulan September tahun

2013 hingga bulan Juni 2014 dan berada di t it ik 12,38% pada triwulan ini. Peningkatan suku

bunga kredit tersebut dinilai merupakan dampak dari ketatnya dana pihak ketiga seiring

denganpeningkatan BI Rate dan mulai berada di level stabil 7,50% sejak November 2013

hingga kini.

e. Bangunan

Kinerja sektor bangunan di triwulan II 2014 mengalami penurunan. Pada triwulan ini,

sektor bangunan hanya mampu tumbuh sebesar 7,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,54% (yoy). Penurunan kinerja ini juga terlihat

pada indikator lain. Hasil Survei Harga Propert i Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh KPw BI

Wilayah IV menunjukkan bahwa pembangunan propert i residensial mengalami penurunan

sebesar 13,4% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan ini terutama disumbang

oleh menurunnya pembangunan rumah t ipe menengah dan besar masing masing sebesar

20,1% dan 29,7% . Sedangkan pembangunan rumah t ipe kecil turun sebesar 2,3% .

Realisasi proyek infrastruktur di triwulan II 2014 juga cenderung terbatas. Sejumlah sarana

umum, sepert i Jalan Tol Trans Jawa dan Kereta Api Double Track masih terkendala pembebasan

lahan di beberapa t it ik. Namun demikian, penjualan semen di triwulan II 2014 mengalami

peningkatan sebesar 11,06% (yoy) menjadi 1,97 juta ton. Hal ini dikarenakan terdapatnya lag

waktu satu triwulan antara penjualan semen atau bahan bangunan dengan realisasi proyeknya.

Pembelian semen oleh beberapa cenderung digunakan sebagai stok untuk pembangunan di

kemudian hari.

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

24

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Tingginya suku bunga KPR hingga triwulan II 2014 masih menjadi penghambat utama

dalam pengembangan bisnis propert i residensial di Jawa Timur. Secara keseluruhan, kredit yang

disalurkan untuk sektor bangunan mengalami penurunan sebesar dari tumbuh sebesar 30,62%

(yoy) menjadi 26,76% (yoy) di triwulan II 2014. Suku bunga KPR untuk rumah pribadi

cenderung mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,56% . Peningkatan suku bunga tert inggi

terutama terjadi pada rumah t ipe menengah dan besar seiring dengan upaya menjaga sektor

keuangan dari potensi buble. Suku bunga rumah t ipe menengah (t ipe 22-70) meningkat

menjadi 10,65% menjadi 11,62% . Begitu pula dengan rumah t ipe besar (t ipe >70) yang

meningkat dari 9,95% menjadi 10,20% . Di sisi lain, suku bunga untuk kegiatan usaha

produktif (KPR Ruko/ Rukan) mengalami penurunan dan direspon dengan peningkatan volume

KPR Ruko/Rukan yang relatif signif ikan (meningkat dari tumbuh 31,79% (yoy) menjadi 115%

(yoy) pada triwulan II 2014.

Grafik 1.59

Indeks Harga Properti Residensial

unit

Grafik 1.57

Volume Penjualan Semen di Jawa Timur

Grafik 1.58

Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR

Grafik 1.60

Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

25

BAB I PERKEMBANGAN EKONOM I MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Grafik 1.63

Penumpang Domestik di Bandara Juanda

Grafik 1.64

Penumpang Internasional di Bandara Juanda

Grafik 1.62

Arus Barang di Tanjung Perak

f. Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan II 2014 mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 9,50% (yoy)

menjadi 7,53% (yoy). Sumber perlambatan berasal dari sub sektor komunikasi seiring dengan

pola tahunan yang kembali ke t it ik normalnya setelah relatif t inggi di triwulan I 2014.

Sub sektor angkutan juga mengalami kinerja yang menurun, terutama di sub sektor

angkutan jalan raya. Pada triwulan II 2014, sub sektor angkutan tumbuh 8,00% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,60% (yoy).

Penurunan sub sektor angkutan disebabkan karena menurunnya kinerja angkutan jalan raya

seiring dengan semakin t ingginya kepadatan arus barang di Pantura Jawa Timur yang

meningkatkan waktu tempuh dan efisiensi pengiriman barang. Sementara itu, arus penumpang

di Tanjung Perak juga menurun, kembali ke t it ik normalnya pasca meningkat di triwulan I 2014

seiring dengan perayaan tahun baru dan Imlek. Ke depan, seiring dengan t ingginya arus mudik

dan arus balik Lebaran 2014 diperkirakan meningkatan kinerja sektor pengangkutan dan

komunikasi secara signif ikan.

Grafik 1.61

Arus Penumpang di Tanjung Perak

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

BOKS I

Kinerja Ekspor Manufaktur Jawa Timur

Prospek dan Tantangannya

Secara nasional, Jatim menyumbang ekspor manufaktur terbesar kedua setelah Jawa Barat.

Tercatat proporsi ekspor manufaktur Jawa Timur selama bulan Januari s.d Mei 2014 adalah 12% , lebih

t inggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat sebesar 10% (grafik 1). Dit injau dari sisi

pertumbuhannya, kinerja ekspor Jatim terus mencatatkan angka posit if hingga Mei 2014 dengan

pertumbuhan mencapai 2% (yoy) (grafik 2). Pertumbuhan tersebut lebih t inggi dibandingkan pertumbuhan

tahun 2012 yang mencatat pertumbuhan negatif sebesar -20% (yoy). Pertumbuhan ekspor manufaktur

Jawa Timur lebih yang t inggi dibandingkan dengan Sumatera Utara dan Jawa Barat menjadi indikasi posit if

potensi pengembangan ekspor ini ke depan.

-6000

-4000

-2000

0

2000

4000

6000

I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR(Juta USD)

16% 17% 17% 17% 18%

12%12% 12% 12% 11%

10% 10% 9% 9% 12%

9% 9% 8% 8%8%

7% 7% 6% 6%6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

2011 2012 2013 Jan'13 - Mei'13 Jan'14 - Mei'14

Sumut

Riau

Jatim

Kaltim

Jabar

Grafik 1

Perkembangan Proporsi Ekspor

15%

-60%

-48%

-53%

-11%-7% -5% -4%

-20%

-5%

-13%

2%

-70%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

2012 2013 Jan'13 - Mei'13 Jan'14 - Mei'14

Indonesia Jabar Kaltim Jatim Riau Sumut(%, yoy)

Grafik 2

Pertumbuhan Ekspor

Grafik 3

Kinerja Ekspor Jawa Timur

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Net ekspor Jawa Timur pada Mei 2014 mengalami net eksport yang lebih besar dibandingkan

dengan Mei 2013. Berdasarkan klasif ikasi SITC, kinerja ekspor komoditas animal and vegetable oil serta

komoditas manufaktur menjadi komoditas pendukung perekonomian Jawa Timur. Ekspor komoditas

lainnya makanan minuman (mamin), kimia dan furniture Jawa Timur selama bulan Januari s.d Mei 2014

tercatat meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor furniture

meningkat dari -50% (yoy) pada Januari Mei 2013, menjadi lebih dari 100% (yoy) pada periode yang

sama tahun 2014 (grafik 3). Demikian pula dengan ekspor kimia yang meningkat dari -50% (yoy) pada

Januari Mei 2013 menjadi 50% (yoy) pada periode 2014, dan mamin yang meningkat dengan

pertumbuhan di kisaran 25% (yoy) pada periode laporan. Sementara itu, komoditas utama Jawa Timur

yaitu logam dasar terkena dampak penerapan UU M inerba di th.2013 yang menyebabkan pertumbuhan

tahunan tidak terlalu besar.

Permintaan ekspor Jawa Timur kepada negara utama terus menunjukkan tren meningkat sejak

tahun 2012. Pertumbuhan ekspor ke China mencatat pertumbuhan cukup signif ikan dari -30% (yoy)

menjadi lebih dari 50% (yoy) pada tahun 2014. Hal tersebut didukung oleh strategi diversif ikasi negara

tujuan ekspor yaitu Afrika Selatan & Timur Tengah (grafik 4).

Berdasarkan hasil quick survei kepada 54 (lima puluh empat) pelaku industri manufaktur di Jawa

Timur dengan skala usaha mayoritas < Rp 200 M (74% ), diketahui bahwa kinerja ekspor yang tercermin

dari volume, harga jual dan margin sebagian besar responden masih stabil. Namun demikian, yang perlu

diwaspadai adalah adanya indikasi penurunan ekspor yang cukup besar. Jumlah responden yang

mengalami penurunan kinerja ekspor melalui penurunan volume dan marjin masing-masing mencapai

39% dan 32% .

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

2012 2013 Jan'13 - Mei'13 Jan'14 - Mei'14

Ekspor (All) Logam Dasar

Kimia Mamin

Furniture Kertas

Hasil dr Kayu Pertanian

Baju & Kulit Samak Mesin Elektrik

Tekstil

(%, yoy)

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

2012 2013 Jan'13 - Mei'13 Jan'14 - Mei'14

Ekspor (All) Japan China

MEE US Malaysia

(%, yoy)

Grafik 4

Pertumbuhan Ekspor Jawa Timur per Komoditas

Grafik 5

Perkembangan Ekspor Jawa Timur kepada Negara Tujuan Utama

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

20%

41%

39%

Kinerja Ekspor

Volume Naik Volume Stabil Volume turun

22%

46%

32%

Kinerja Ekspor

Margin Naik Margin Stabil Marjin Turun

Grafik 6

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Ekspor

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

BOKS II

Identifikasi Dini Pergeseran Ekonomi Sektoral di Jawa Timur

Perekonomian Jawa Timur mengalami pergeseran dalam kurun waktu dua puluh tahun

terakhir. Gambar 1 menunjukkan bahwa perekonomian tahun 1993 didominasi oleh sektor Industri

Pengolahan yang memiliki share sebesar 30,67% , diikuti oleh sektor pertanian (26,28% ) dan sektor

PHR sebesar 25,40% . Dua puluh tahun kemudian, pada 2013, terjadi pergeseran struktur ekonomi

yang ditunjukkan oleh penurunan share Industri Pengolahan dan Pertanian. Share kedua sektor

tersebut menurun masing-masing menjadi 26,60% dan 14,91% . Sementara itu, share sektor PHR

justru mengalami peningkatan yang relatif signif ikan di level 31,34% . Penurunan share sektor

Pertanian terjadi seiring dengan semakin t ingginya alih fungsi lahan dari lahan persawahan dan

perkebunan yang ditransformasi menjadi areal perumahan, industri dan infrastruktur Pemerintah.

Selain itu, return yang rendah di sektor ini menurunkan inisiatif pekerja, sehingga jumlah rumah tangga

petani pun mengalami penurunan.

Penurunan sektor Industri pengolahan di Jawa Timur dilatarbelakangi oleh beberapa faktor.

Kinerja Rupiah yang terdepresiasi signif ikan pasca tahun 1997 mampu meningkatkan biaya bahan baku

industri terutama yang diimpor dari luar negeri. Berbagai krisis pun terjadi, baik di negara maju

maupun negara berkembang, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Tiongkok yang secara

langsung berpengaruh pada penurunan minat investasi asing di sektor ini. Di sisi lain, share sektor PHR

yang meningkat dibandingkan dengan tahun 1993 terjadi atas relatif besarnya masyarakat yang beralih

dari sektor formal ke sektor informal pasca kelesuan dan Pemberhentian Hubungan Kerja di era tahun

1997 an. Selain itu, Jawa Timur yang masih menjadi hub utama perdagangan Indonesia Barat dan

Indonesia Timur serta meningkatnya tren permintaan di kedua kawasan tersebut mendorong kinerja

Gambar 1. Share PDRB Sektoral Jatim 1993 dan 2013

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

perdagangan Jawa Timur. Jawa Timur yang merupakan kota megapolis dengan agenda bisnis yang

relatif t inggi turut menggerakkan sub sektor hotel dan restoran. Pergeseran ini pun tercermin dari

penggunaan tenaga kerja di masing-masing sektor yang ditunjukkan pada grafik 2.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tercermin oleh pertumbuhan ekonomi di 38

Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Dalam kurun waktu sebelas tahun terakhir, perekonomian di

Kabupaten/Kota di Jatim terakselerasi relatif signif ikan. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi

tert inggi dicapai oleh w ilayah perkotaan dengan dukungan sektor Industri Pengolahan yang relatif

kuat, seperti Kota Batu (8,20% , yoy), Kota Madiun (8,07% , yoy), Kota Surabaya (7,34% , yoy), Kota

Malang (7,30% , yoy), Kabupaten Gresik (7,14% , yoy) dan Kabupaten Sidoarjo (7,04% , yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah terdapat pada w ilayah-w ilayah dengan

dominasi sektor primer yang relatif t inggi, seperti Kab. Sampang yang hanya mampu tumbuh 5,74%

(yoy), Kab. Pacitan (6,02% , yoy) dsb. Pergeseran sektoral pada struktur perekonomian juga terjadi di

level Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Tabel 1 menunjukkan selisih antara share PDRB sektoral tahun

2006 dan 2013. Secara umum, penurunan share terjadi pada sektor Pertanian dan Industri Pengolahan

di seluruh w ilayah kerja Bank Indonesia.

Kabupaten/Kota di w ilayah kerja BI Jember (Jember, Lumajang, dsb.) merupakan salah satu

sentra produksi pangan (padi) yang pada 2013 mengalami penurunan share sektor pertanian yang

paling besar, yakni berkurang 4,3% jika dibandingkan dengan tahun 2006. Jika di breakdown lebih

jauh, sub sektor yang mengalami penurunan share terbesar adalah tanaman bahan pangan. Sementara

itu, di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV (Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Surabaya dsb), sektor yang paling

besar mengalami penurunan share adalah sektor Industri Pengolahan. Di sisi lain, sektor PHR di semua

w ilayah kerja mengalami pertumbuhan posit if share sektor tersebut.

Gambar 2. Share Penggunaan

Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Timur

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota di

Jawa Timur

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Adanya transformasi struktural baik di level Provinsi Jawa Timur maupun Kabupaten/Kota perlu

dicermati. Mengingat sektor pertanian dan industri pengolahan merupakan sektor produktif yang

mampu menggerakkan sektor-sektor lainnya. Maka, penurunan kinerja di kedua sektor tersebut

diperkirakan mampu mengurangi kinerja ekonomi Jawa Timur secara keseluruhan. Pengurangan share

sektor pertanian dan industri pengolahan serta perlambatan pertumbuhan kedua sektor tersebut

mampu mengancam ketahanan pangan Jawa Timur dan volume perdagangan Jawa Timur.

Peningkatan kinerja sektor PHR tanpa dukungan sektor produktif diperkirakan berpengaruh pada

impor barang antar daerah maupun luar negeri.

Sektoral Wil.IV Malang Kediri Jember JATIM

1. PERTANIAN (1.9) (2.6) (3.2) (4.3) (2.6)

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.7 (0.2) (0.2) (0.1) 0.9

3. INDUSTRI PENGOLAHAN (3.4) 0.0 (0.5) (0.1) (2.0)

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH (0.0) (0.3) (0.1) (0.1) (0.1)

5. BANGUNAN (0.2) 0.5 0.3 0.2 0.1

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 3.9 3.1 4.1 4.2 3.9

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0.4 (0.2) 0.1 0.2 0.3

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 0.1 0.3 0.1 (0.0) 0.1

9. JASA-JASA (0.6) (0.6) (0.6) 0.1 (0.5)

Tabel 1. Selisih Share PDRB Sektoral per Wilayah

Kerja Bank Indonesia Tahun 2006 dan 2013

Tabel 2. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi per

Wilayah Kerja Bank Indonesia 2007-2013

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

BOX III

POLA KONSUMSI DAN PERPUTARAN UANG MENJELANG LEBARAN

PROFIL RESPONDEN

Dalam upaya menangkap pergerakan konsumsi masyarakat yang secara umum diperkirakan

meningkat menjelang Lebaran, dilakukan survei khusus yaitu survei pola konsumsi dan perputaran uang

menjelang lebaran. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsumsi masyarakat menjelang

Lebaran yang dilakukan melalui pendekatan dari sisi pedagang, baik grosir maupun eceran, terutama

pada kelompok komoditas bahan makanan dan sandang. Selain itu, juga bermaksud untuk menangkap

adanya peningkatan perdagangan antar daerah selama bulan Ramadhan dan pergerakan perputaran

uang di Kota Surabaya selama bulan Ramadhan.

Survei dilakukan kepada 100 responden pedagang di Kota Surabaya dengan komposisi 40%

pedagang sembako, 40% pedagang sandang (pakaian dan perlengkapannya) serta 20% pedagang

makanan jadi dan minuman. Dilihat dari tujuan penjualannya, sebagian besar responden merupakan

pedagang yang melayani pembelian grosir dan eceran. Hanya sebagian kecil yang melayani penjualan

khusus untuk kepentingan grosir.

Sembako

40%

Mamin

20%

Sandang

40%

30%

10% 8%

70%

90% 92%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

Grosir & Eceran

Eceran

Grosir

POLA KONSUM SI M ENJELANG LEBARAN

Faktor seasonal lebaran, memberikan

pengaruh signif ikan terhadap perubahan pola

konsumsi masyarakat, khususnya Kota Surabaya yang

tercatat mengalami kenaikan yang relatif signif ikan.

Kenaikan konsumsi diindikasikan dari hasil survei,

dimana sebanyak 84% responden menyebutkan

terjadi kenaikan omset penjualan menjelang lebaran

dan 10% responden mencatatkan t idak adanya

Grafik 1. Sebaran Responden Per Komoditas Grafik 2. Sebaran Target Pembelian Per Komoditas

Grafik 3. Pola Penjualan Menjelang Lebaran

70%

95% 93%

15%

5% 8%

15%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

NAIK

SAMA

TURUN

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

perubahan omset penjualan dibandingkan dengan kondisi normal. Dan hanya 6% responden mengalami

penurunan penjualan menjelang lebaran khususnya terjadi pada pedagang untuk komoditas sembako.

Berdasarkan komoditas yang dijual, penjualan sembako secara umum mengalami kenaikan

penjualan dibandingkan kondisi normal. Peningkatan omset penjualan terjadi pada 70% pedagang

sembako yang disurvei. Peningkatan permintaan menjelang lebaran, khususnya untuk komoditas gula,

tepung terigu dan telur menjadi pendorong utama peningkatan omset penjualan. Sementara itu,

terdapat 15% responden yang mencatatkan penurunan penjualan disebabkan oleh stok barang yang

t idak tersedia dan juga faktor persaingan usaha yang semakin t inggi. Sementara untuk komoditas

makanan jadi dan minuman, hampir seluruh responden mencatatkan kenaikan omset penjualan (95% )

dan hanya 5% yang t idak mengalami perubahan omset penjualan dibandingkan kondisi biasanya.

Kondisi tersebut sejalan dengan penjualan komoditas sandang, dimana 93% responden yang mengalami

kenaikan penjualan dan 8% mencatatkan t idak ada perubahan pola konsumsi antara kondisi normal dan

menjelang lebaran.

Kenaikan omset penjualan untuk komoditas sembako rata-rata sebesar 88,35% , komoditas

makanan jadi dan minuman sebesar 181% dan komoditas sandang mengalami kenaikan omset

penjualan paling t inggi sebesar 229% dibandingkan dengan kondisi normal. Berdasarkan sebarannya,

sebagian besar pedagang komoditas sandang (68% ) mengalami kenaikan penjualan di atas 120% , dan

beberapa pedagang mengalami kenaikan sampai dengan 900% . Hal ini sekaligus menggambarkan

karakterist ik masyarakat Kota Surabaya pada khususnya, dimana konsumsi sandang banyak dilakukan

menjelang Lebaran.

38%

20%

3%

26%

15%

14%

15%

25%

3%

9%

20%

14%

9%

20%

68%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

>121%

91% - 120%

61% - 90%

31% - 60%

1% - 30%

<0%

28%

5%

76%

73%

80%

14%

10%5%

5% 5%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

>121%

91% - 120%

61% - 90%

31% - 60%

1% - 30%

<0%

Sementara itu, dibandingkan dengan momen Ramadhan Tahun 2013, kenaikan penjualan pada

Ramadhan 2014 t idak terlalu signif ikan, bahkan untuk komoditas tertentu mengalami penurunan

penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada komoditas sembako, rata-rata kenaikan sebesar

1,08% , sebanyak 73% mengalami kenaikan pada range 1% - 30% dan 28% pedagang tercatat

mengalami penurunan dibandingkan Ramadhan 2013. Sementara untuk komoditas makanan jadi dan

minuman, 80% pedagang mengalami kenaikan pada range 1% - 30% dengan rata-rata kenaikan

Grafik 4. % Kenaikan Omset Dibanding Biasa Grafik 5. % Kenaikan Dibanding Ramadhan 2013

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

penjualan komoditas Mamin sebesar 21% . Kondisi berbeda terjadi pada komoditas sandang, dimana

proporsi responden yang mengalami kenaikan penjualan lebih rendah dibandingkan yang menurun. Dari

hasil survei terlihat bahwa sebanyak 76% mengalami penurunan penjualan dibandingkan Ramadhan

2013 dan hanya 14% yang mengalami kenaikan pada range 1% - 30% . Hal ini menyebabkan rata-rata

penjualan komoditas sandang mengalami penurunan sebesar 18% . Penurunan penjualan komoditas

sandang disebabkan momen Lebaran yang bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru untuk anak sekolah,

sehingga masyarakat mengurangi porsi konsumsi untuk Lebaran dan dialihkan ke kebutuhan sekolah

anak.

21%

67%

13%

5% 5%

20%

55%

15%

38%

48%

15%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI

Sembako Mamin Sandang

5%3%

8%

15%

40%

30%

5%

15%

10%

30%

35%

5%3%

65%

25%

8%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI

Sembako Mamin Sandang

Kenaikan penjualan paling banyak terjadi pada bulan Juni, yaitu menjelang bulan Ramadhan.

Karakterist ik responden yang merupakan pedagang grosir walaupun juga melayani pembelian eceran

menyebabkan puncak penjualan sebelum ramadhan untuk keperluan stok bagi pedagang eceran.

Penjualan komoditas sembako dan sandang tercatat meningkat mulai bulan Mei dan puncaknya pada

Juni dan pada bulan Juli sudah mulai menurun. Demikian pula dengan komoditas makanan dan

minuman, yang mencapai puncak penjualan pada bulan Juni. Namun dibandingkan dengan komoditas

sembako, penjualan mamin sudah mulai meningkat pada bulan Maret.

Untuk mengant isipasi lonjakan kenaikan penjualan, sebagian besar pedagang menaikkan stok

barang dagangan dan menyewa gudang sebagai tempat untuk penyimpanan stok menjelang Lebaran.

Pemenuhan stok sudah mulai dilakukan pada bulan Januari khususnya untuk komoditas sembako dan

mamin. Pemenuhan stok mulai meningkat pada bulan Maret dan April serta mencapai puncak pada

bulan Mei, sebulan sebelum perkiraan lonjakan permintaan terjadi. Sementara untuk komodit as

sandang, pemenuhan stok untuk antisipasi lebaran mulai pada bulan April, meningkat signif ikan di bulan

Mei dan mulai menurun di bulan Juni.

Strategi lain yang dilakukan pedagang untuk merespon kenaikan penjualan adalah menaikkan

harga jual. Hasil survei menunjukkan bahwa 53% responden menjawab terdapat kenaikan harga jual

produk, 46% menyatakan t idak ada perubahan atau penyesuaian harga dan hanya 1% yang

menyebutkan terjadi penurunan. Berdasarkan jenis barang, komoditas sembako dan mamin adalah

Grafik 6. Bulan Terjadi Kenaikan Penjualan Grafik 7. Bulan Persiapan untuk Pemenuhan Stok

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

komoditas yang banyak mengalami kenaikan harga, sementara pada komoditas sandang hanya 35%

yang mengalami kenaikan dan 63% t idak ada perubahan harga.

68%

60%

35%33%

40%

63%

3%

0%

20%

40%

60%

80%

Sembako Mamin Sandang

Naik

Sama

Turun

35%

13%

20%

15%

25%

15%

5%

20%

10%

0%

10%

20%

30%

40%

1% - 10% 11%-20% 21%-30% >30%

Sembako Mamin Sandang

Persentase kenaikan harga menjelang lebaran berkisar antara 5% - 30% . Bila dibandingkan

antar komoditas, persentase kenaikan harga menjelang lebaran untuk komoditas sandang lebih rendah

dibandingkan dengan mamin dan sembako. Bagi pedagang komoditas sandang, kenaikan harga dari

produsen menjadi faktor utama kenaikan harga, sementara meningkatnya permintaan menjelang

lebaran t idak berpengaruh signif ikan dalam penentuan harga. Sedangkan pada komoditas sembako dan

makanan minuman, selain kenaikan harga dari produsen, faktor lain yang mempengaruhi kenaikan

harga adalah adanya tambahan biaya tenaga kerja, kenaikan biaya transportasi, stok yang terbatas serta

meningkatnya permintaan masyarakat.

Pengaruh kenaikan harga pembelian dari

produsen berpengaruh signif ikan dalam penentuan

harga di t ingkat pedagang, karena komposisi biaya

tert inggi pada level pedagang adalah biaya

pembelian yaitu rata-rata sebesar 63% . Pada

komoditas sembako, komposisi biaya pembelian

mencapai 76% dari total biaya, disusul oleh biaya

pengiriman dan tenaga kerja yang mempunyai

porsi berimbang masing-masing sebesar 12% .

Sementara untuk komoditas makanan minuman, komposisi terbesar masih pada biaya pembelian yaitu

69% , disusul oleh biaya tenaga kerja sebesar 16% dan biaya pengiriman sebesar 15% . Pada komoditas

sandang, biaya pembelian masih mendominasi struktur biaya walaupun t idak sebesar dua komoditas

yang lain. Komposisi biaya pengiriman untuk komoditas sandang juga tergolong t inggi yaitu sebesar

30% sehingga kenaikan ongkos angkut relatif berdampak terhadap penentuan harga. Pada ramadhan

2014, kenaikan biaya pengiriman pada komoditas sandang berkisar antara 1% - 10% , sedangkan untuk

komoditas sembako terjadi kenaikan biaya pengiriman pada range 11% - 20% .

Grafik 8. Tingkat Harga Menjelang Lebaran Grafik 9. Persentase Kenaikan Harga

12% 15%

30%12%

16%

26%

76%69%

43%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

Lainnya

Harga pembelian

Tenaga Kerja

Biaya Pengiriman

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

PERDAGANGAN ANTAR DAERAH

Kota Surabaya merupakan pusat perdagangan di Wilayah Jawa Timur, sehingga perdagangan

antar daerah diperkirakan ikut meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas penjualan menjelang

Lebaran. Berdasarkan jenis barangnya, daerah asal barang untuk komoditas sembako sebagian besar dari

Kota Surabaya dan luar kota dalam satu Provinsi yaitu daerah Bangkalan, Pamekasan, Gresik, Lamongan,

Malang, Sidoarjo dan Probolinggo. Sementara untuk komoditas makanan dan minuman, selain berasal

dari Kota Surabaya dan sekitarnya, juga berasal dari Provinsi lain walaupun hanya 10% yaitu dari Provinsi

DKI Jakarta dan Banjarmasin.

Perdagangan antar daerah paling terlihat pada komoditas sandang, dimana w ilayah asal barang

selain berasal dari dalam Kota Surabaya dan sekitarnya (Kediri, Tulungagung dan Sidoarjo) juga dari Luar

Provinsi yaitu Jawa Barat, Jakarta dan Pekalongan serta dari Luar Negeri yaitu China.

98%

63%

90%

75%

10%

60%

23%

63%

5%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kota Surabaya Luar Kota Luar Provinsi Luar Negeri

Sembako Mamin Sandang

81%

19%

65%

35%

43%

52%

5%1%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kota Surabaya Luar Kota Luar Provinsi Luar Negeri

Sembako Mamin Sandang

Sementara untuk daerah asal pembeli sebagian besar berasal dari Kota Surabaya dan daerah lain

di Provinsi Jawa Timur. Sementara komoditas sandang, terdapat 5% pembeli yang berasal dari Luar

Provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali serta Kalimantan Timur. Sedangkan pembeli yang berasal dari Luar

Negeri adalah pembeli dari Malaysia. Sebagaimana pola seasonal, permintaan komoditas dari w ilayah

lain juga ikut mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan pembelian dari luar kota dalam Provinsi Jawa

Timur sebesar 30% , sementara untuk peningkatan pembelian dari Luar Provinsi Jawa Timur rata-rata

mencapai 17,5% dibandingkan dengan kondisi normalnya. Sedangkan untuk pembelian dari Luar Negeri

hanya meningkat sekitar 5% dari kondisi normal.

PERPUTARAN UANG TUNAI

Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, perputaran uang diperkirakan ikut

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan sebagian besar pedagang masih menggunakan sistem

pembayaran secara konvensional yaitu pembayaran secara tunai, baik untuk pembayaran guna

pembelian barang maupun untuk penjualan. Untuk komoditas sembako dan makanan minuman,

komposisi pembayaran secara tunai untuk pembelian bahan baku adalah sebesar 99% dan sisanya

melalui transfer. Sementara untuk komoditas sandang, komposisi pembayaran yang dilakukan secara

Grafik 11. Daerah Asal Barang Grafik 12. Daerah Asal Pembeli

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

tunai mencapai 73% , transfer 25% dan sisanya menggunakan debet. Sedangkan untuk penjualan

barang ke konsumen, dari semua komoditas yang disurvei, penggunaan metode pembayaran

menggunakan transfer dan debet masih sangat minim dilakukan.

99% 99%

73%

1% 2%

25%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

Debet

Transfer

Tunai

99% 97% 98%

2% 4% 3%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

Transfer

Tunai

Dengan mengacu pada kondisi diatas, t ingkat kebutuhan uang tunai di masyarakat diperkirakan

mengalami peningkatan relatif t inggi. Dengan kenaikan rata-rata omset penjualan mencapai 150%

untuk semua komoditas, perputaran uang tunai diperkirakan ikut meningkat 150% dibandingkan

dengan kondisi normal. Kebutuhan uang tunai per denominasi secara umum kebutuhan UPB (Uang

Pecahan Besar) sedikit lebih banyak dibandingkan dengan UPK (Uang Pecahan Kecil). Pada perdagangan

sembako dan makanan minuman, kebutuhan paling besar terdapat pada uang dengan denominasi Rp

50.000,- Rp 100.000,-, sementara untuk denominasi lainnya secara umum merata. Dibandingkan

dengan pecahan lainnya, kebutuhan uang logam tercatat paling kecil, bahkan untuk pedagang

komoditas sandang, sangat minim memerlukan pecahan uang logam dalam transaksi sehari hari.

Pecahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan transaksi adalah pecahan dengan denominasi

Rp 10.000,- ke atas.

Sebagian besar pedagang memperoleh kebutuhan pecahan uang dari Bank Umum maupun

tukar antar pedagang, hanya 13% yang memanfaatkan Bank Indonesia untuk penukaran uang. Pecahan

uang yang sulit didapatkan sebagian besar adalah denominasi Rp 5.000,-, disusul dengan pecahan

Rp 1.000,- dan uang logam Rp 500,-.

28%35%

22%

17%

17%

24%

14%

12% 24%

11%

12%

19%17%15%

10%12% 8%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Sembako Mamin Sandang

Uang Logam

Rp 1.000 - Rp 2.000

Rp 5.000

Rp 10.000

Rp 20.000

Rp 50.000 - Rp 100.000

10%

3%

23%

15%

30%

8%

13%

0%

10%

20%

30%

40%

500 1000 5000 10000

Sembako Mamin Sandang

Grafik 13. Metode Pembayaran Pembelian Grafik 14. Metode Pembayaran Penjualan Barang

Grafik 15. Kebutuhan Uang Grafik 16. Denominasi yang sulit didapat

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Permasalahan yang banyak dihadapi oleh pedagang di Kota Surabaya adalah masalah

pemodalan. Pengajuan kredit ke bank yang relatif sulit dirasakan oleh 38% pedagang, selain itu

kenaikan harga dari produsen ataupun tengkulak ikut menjadi kendala bagi 29% pedagang yang

disurvei. Kendala lainnya adalah ketersediaan stok, infrastruktur yang kurang mendukung serta kenaikan

biaya tenaga kerja. Harapan yang disampaikan pedagang kepada Pemerintah Daerah antara lain adalah

mempermudah akses pengajuan kredit ke Bank untuk pemodalan, terjaganya keamanan dan kestabilan

ekonomi, penertiban harga serta pembenahan infrastruktur.

Kenaikan

Harga

29%

Lainnya

9%Modal

38%

Biaya

Tenaga Kerja

8%

Infrastruktur

8%

Stok

Barang

8%

Infrastruktur

9%

Pemodalan

37%

Keamanan

14%

Ekonomi Stabil

12%

Suku

Bunga

2%

Peduli

Pedagang Kecil

14%

Penertiban

Harga

12%

Grafik 17. Kendala Usaha Grafik 18. Harapan Kepada Pemerintah

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Jawa Timur

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

26

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2 PERKEM BANGAN INFLASI

2.1 KONDISI UM UM

Inflasi Jatim pada Triwulan II 2014 sebesar 6,66% (yoy) sedikit meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,59% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional

(6,70% ). Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini t idak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup

(SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)

Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep,

Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.

Pada periode ini, kelompok core inflation menjadi penyumbang utama inflasi Jawa

Timur (3,09% -yoy), disusul oleh administered price (2,48% ) dan core inflation (1,09% ).

Tingginya ekspektasi masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri mendorong kenaikan

konsumsi, dan menjadi salah satu penyebab kenaikan inflasi kelompok inti. Inflasi kelompok

administered price lebih didorong oleh penyesuaian tarip listrik khususnya untuk rumah

tangga R3 (>6.600 VA) dan adanya pajak daerah tembakau yang mempengaruhi harga

rokok.Sedangkan inflasi kelompok volatile food walaupun telah kembali kepada pola normal

namun sedikit meningkat disebabkan t ingginya permintaan masyarakat akan bahan

makanan untuk memenuhi kebutuhan pada saat Ramadhan.

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2.Perkembangan Inflasi Jawa Timur

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

27

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, inflasi Jawa Timur menempati

urutan terendah ketiga setelah Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Terkendalinya inflasi tersebut

t idak lepas dari peran serta semua pihak yang dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Jawa Timur. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu

Jawa Barat (6,08% ), DI Yogyakarta (6,35% ), Jawa Timur (6,66% ), DKI Jakarta (7,09% ), Jawa

Tengah (7,26% ) dan tert inggi di Provinsi Banten (8,52% ).

2.2 INFLASI BULANAN (mtm)

Sepanjang Triwulan II 2014, secara bulanan Jawa Timur masih mengalami inflasi,

namun lebih rendah dibandingkan Triwulan I 2014. Inflasi secara bertahap mulai meningkat

dan mencapai t it ik tert inggi pada Juni 2014 (0,36% ) yang didorong oleh kenaikan harga

pada kelompok bahan makanan (0,92% ) dan sandang (0,51% ).Tingginya inflasi kelompok

bahan makanan dipicu oleh kenaikan harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan (5,58% ),

telur dan hasil-hasilnya (2,73% ), dan daging dan hasil-hasilnya (2,26% ). Sedangkan pada

kelompok sandang, kenaikan harga emas perhiasan (0,71% ) menjadi penyebab utama.

Penahan laju inflasi adalah deflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan (-0,05% ) melalui koreksi harga tarifkereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (-

0,06% ) sebagai dampak minimnya hari libur dan belum dimulainya arus mobilitas

masyarakat.

Walaupun kelompok bahan makanan adalah penyumbang utama inflasi Juni 2014,

namun berdasarkan rata-rata selama 3 (t iga) bulan terakhir, kelompok kesehatan justru

mengalami inflasi yang terbesar (0,65% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok

dan tembakau (0,52% ). Tingginya inflasi pada kelompok kesehatan sebagai dampak

pemberlakuan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPN BM), dimana beberapa

Tabel 2.1

Inflasi Triwulan I Tahun 2014 & Triwulan II Tahun 2014 di Jawa Timur (mtm)

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Jan Feb Mar Apr May Jun

Umum 1.06 0.28 0.23 0.52 0.01 0.21 0.36 0.19

1 Bahan M akanan 1.96 0.31 -0.37 0.63 -1.48 -0.39 0.92 -0.31

2 M amin, Rokok & Tembakau 0.88 0.75 0.42 0.68 0.78 0.31 0.45 0.52

3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.33 0.09 0.31 0.58 0.28 0.26 0.26 0.27

4 Sandang 0.79 0.49 0.22 0.50 -0.37 0.51 0.51 0.22

5 Kesehatan 0.62 0.14 0.60 0.45 0.86 0.86 0.24 0.65

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.13 0.10 0.24 0.16 0.40 0.04 0.06 0.16

7 Transpor, Komunikasi 0.52 0.07 0.56 0.38 0.42 0.42 -0.05 0.26

Rata-

RataNo Kelompok Barang

Tw I-2014 Rata-

Rata

Tw II-2014

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

28

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

produk kebutuhan sehari-hari yang merupakan komoditas sub kelompok perawatan jasmani

dan kosmetika memang dikategorikan sebagai luxury goodsmengalami kenaikan

harga.Sedangkan t ingginya inflasi kelompok makanan jadi disebabkan dampak lanjutan

inflasi kelompok bahan makanan dan berlanjutnya penyesuaian cukai rokok serta pajak

daerah atas tembakau oleh produsen rokok.

Berdasarkan grafik inf lasi bulanan di atas (bulan April, Mei dan Juni 2014), secara rata-rata

tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk Triwulan II 2014 masih kelompok

administered price yang berdampak pada peningkatan harga secara kelompok transportasi,

kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan selama 2 (dua) periode awal

justru menjadi penahan laju inflasi dengan mengalami deflasi masing-masing -1,48% dan -

0,39% .

Grafik 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Triwulan II-2014

(mtm)

Grafik 2.6.Inflasi April 2014per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.7.Inflasi Mei 2014per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.8.Inflasi Juni 2014per Kelompok Barang (mtm)

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

29

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Triwulan II 2014 adalah sebagai berikut

:

1. Bulan April 2014

- Pada April 2014, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,01% , lebih rendah

dibandingkan Maret 2014 (0,23% ) yang disebabkan t ingginya deflasi kelompok bahan

makanan (-1,48% ) khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan (-8,58% ) dan padi-

padian (-3,17% ).Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), cabai merah mengalami

penurunan harga dari Rp42.726 (Maret 2014) menjadi Rp37.819 (April 2014) karena

telah dimulainya musim panen di beberapa sentra produksi di Jawa Timur, yaitu

Malang, Tuban dan Blitar. Sedangkan komoditas cabai raw it yang pada saat terjadinya

erupsi Gunung Kelud Februari 2014 lalu mengalami peningkatan harga hingga

mencapai Rp91.848/kg, pada April 2014 telah turun menjadi Rp77.223/kg atau

mengalami deflasi sebesar -13,75% .

- Sub kelompok padi-padian melalui komoditas beras juga mengalami deflasi terbesar

selama 2 (dua) tahun terakhir (-3,50% ) utamanya terjadi pada beras medium (IR 64

I)karena telah dimulainya masa panen raya di sentra utama beras di Jawa Timur

(Jember, Lamongan dan Jombang).

- Pendorong laju inflasi pada April 2014 adalah kelompok makanan, minuman, rokok

dan tembakau (0,78% ) melalui kenaikan harga makanan jadi dan rokok, serta

kelompok kesehatan (0,86% ) melalui kenaikan tarip rumah sakit (1,03% ).

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai Barang

Mewah (PPN BM) serta pelemahan nilai Rupiah menjadi penyebab utamanya. Tercatat

beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain sabun mandi cair

(5,62% ), sabun wajah (2,88% ) dan sabun mandi (2,79% ). Sedangkan untuk kelompok

makanan, minuman, rokok dan tembakau, penyesuaian berbagai kebijakan terkait

rokok menyebabkan harga rokok kretek f ilter meningkat sebesar 1,01% .

Grafik 2.9.Inflasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm)

Grafik 2.10. Inflasi Sub Kelompok Padi-Padian (mtm)

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

30

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2. Bulan Mei 2014

- Inflasi Jawa Timur sebesar 0,21% meningkat dibandingkan April 2014 (0,01% ).

Pendorong utama adalah inflasi pada kelompok kesehatan (0,86% ), sandang (0,51% )

dan transportasi (0,42% ). Sedangkan berdasarkan komoditasnya inflasi Jawa Timur

disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras (7,43% ), telur ayam ras (9,17% ) dan

angkutan udara (4,73% ).

- Masih sejalan dengan periode sebelumnya, penyesuaian harga oleh produsen akibat

kenaikan PPN BM menyebabkan kenaikan harga komoditas kelompok ini tetap

berlanjut.Sedangkan inflasi pada kelompok sandang utamanya disumbang oleh

kenaikan harga komoditas seragam sekolah anak (7,35% ) dan emas perhiasan

(0,21% ). Akan dimulainya tahun ajaran baru mendorong kenaikan kebutuhan

masyarakat akan perlengkapan penunjang pendidikan, sehingga menjadi salah satu

pemicu kenaikan harga komoditas ini.

- Kenaikan harga daging ayam ras salah satunya karena adanya kebijakan tentang suplai

bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand

parent stock (GPS)dari Kementrian Perdagangan yang membatasi produksi ayam.

Sedangkan kenaikan harga telur ayam ras dikarenakan para peternak mulai memasok

kepada para pengusaha kecil sehingga persediaan telur di pasar menjadi relatif

berkurang. Akan t ibanya moment bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri

menyebabkan para pengusaha kecil (home industry) mulai melakukan proses produksi

makanan dan kue-kue lebaran sehingga permintaan akan telur ayam ras sebagai salah

satu bahan utama menjadi meningkat, sedangkan di lain sisi t ingkat produksi telur

ayam ras relatif tetap.

- Kelompok transportasi juga mengalami inflasi yang relatif t inggi khususnya disumbang

oleh kenaikan harga pada angkutan udara (4,73% ) dan tarip kereta api

(9,99% ).Banyaknya hari libur pada Mei 2014 serta berlanjutnya penyesuaian harga

sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya

Grafik 2.11.Inflasi Daging dan Telur (mtm) Grafik 2.12.Inflasi Transportasi (mtm)

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

31

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga

Berjadwal Dalam Negeri menjadi penyebab utama inflasi.

- Penahan laju inflasi pada Mei 2014 adalah kelompok bahan makanan (-0,39% ).

Walaupun 3 (t iga) komoditas utama penyumbang inflasi berasal dari kelompok bahan

makanan, namun secara kumulatif kelompok ini masih mengalami deflasi melalui

koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan (-16,38% ) khususnya komoditas cabai

raw it (-62,63% ) dan cabai merah (-19,84% ) serta sub kelompok padi-padian (-0,68% )

khususnya komoditas beras (-0,79% ).

3. Bulan Juni 2014

- Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,36% pada Juni 2014. Berbeda dibandingkan 2

(dua) periode sebelumnya (April dan Mei), pada Juni 2014 kelompok bahan makanan

menjadi penyumbang utama inflasi di Jawa Timur (0,92% ) disusul oleh kelompok

sandang (0,51% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,45% ).

Tingginya inflasi kelompok bahan makanan tercermin pula pada komoditas

penyumbangnya. Tercatat komoditas bawang merah, telur ayam ras dan daging ayam

ras menjadi penyumbang utama inflasi, masing-masing sebesar 19,10% , 7,83% dan

4,26% .

- Tingginya inflasi bawang merah disebabkan oleh sisi permintaan maupun penawaran.

Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi komoditas tersebut di masyarakat

sehubungan dengan persediaan pangan dan belanja kebutuhan menjelang bulan

puasa menjadi pendorong utama. Peningkatan permintaan tersebut t idak diimbangi sisi

penawaran karena beberapa daerah sentra produksi bawang merah (seperti di

Nganjuk) masih mengalami musim tanam.Berdasarkan pola produksi bawang merah di

Jawa Timur, pada bulan Mei dan Juni t ingkat produksi bawang merah hanya mencapai

3,42% dan 6,56% dari total produksi selama 1 (satu) tahun dan meningkat kembali

pada bulan Juli dan Agustus di kisaran 12% -13% per bulan.

- Selain bahan makanan, tarif listrik dan emas perhiasan juga menjadi penyumbang inflasi

pada Juni 2014. Inflasi tarip listrik sebagai dampak penyesuaian tarif pada kelompok

rumah tangga R3 (>6.600 VA) yang proporsi pelanggannya di Jawa Timur hanya

sebesar 0,23% dan proporsi penggunaan (KWH) mencapai 2,85% .Sedangkan

kenaikan harga emas perhiasan dari Rp449.313/gr menjadi Rp450.688/gr (sesuai hasil

SPH) disebabkan oleh peningkatan harga emas dunia (dari US$ 1.251/oz menjadi US$

1.318/oz pada akhir Juni 2014) dan melemahnya nilai tukar Rupiah yang pada akhir

Juni 2014 mencapai Rp11.892/US$ (Mei 2014 : Rp11.532/US$).

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

32

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

- Penahan laju inflasi kelompok volatile foods adalah deflasi pada sub kelompok sayur-

sayuran (-0,73% ) dan buah-buahan (-0,45% ), khususnya melalui komoditas jeruk (-

2,14% ), salak (-8,05% ), semangka (-3,89% ) dan saw i hijau (-3,79% ) khususnya di

daerah Jember dan Malang sebagai faktor kondusifnya cuaca sehingga mendorong

berhasilnya hasil panen. Komoditas lain yang menahan laju inflasi adalah cabai merah

dan cabai raw it yang pada periode sebelumnya mengalami inflasi.

2.3. INFLASI TRIWULANAN (qt q)

Laju inflasi pada Triwulan II 2014 sebesar 0,58% (qtq), turun dibandingkan Triwulan I

2014 yang sebesar 1,58% . Penurunan laju inflasi dibandingkan periode sebelumnya karena

tertahannya inflasi kelompok bahan makanan(-0,96% ) serta melambatnya inflasi kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,81% ) dan kelompok makanan, minuman,

rokok dan tembakau (1,56% ).

Turunnya inflasi bahan makanan karena melimpahnya pasokan di masyarakat

(dimulainya musim panen yang sempat bergeser karena adanya bencana banjir dan erupsi

Gunung Kelud di Triwulan I 2014), walaupun terdapat perlambatan kinerja di sektor

pertanian seiring dengan t ingginya alih fungsi lahan, penurunan jumlah rumah tangga petani

Tabel 2.2

Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)

Grafik 2.13. Inflasi Kelompok Sandang (mtm) Grafik 2.14. Inflasi Tarip Listrik (mtm)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Umum 0.11 3.72 0.73 1.58 0.58 0.11 3.72 0.73 1.58 0.58

1 Bahan M akanan -2.36 4.34 0.34 1.90 -0.96 -0.48 0.91 0.07 0.39 -0.19

2 M amin, Rokok & Tembakau 0.89 2.31 1.13 2.07 1.56 0.15 0.37 0.18 0.33 0.25

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.97 1.57 1.57 1.74 0.81 0.24 0.38 0.39 0.43 0.20

4 Sandang -4.37 5.69 -1.28 1.51 0.65 -0.30 0.37 -0.09 0.10 0.04

5 Kesehatan 1.11 0.97 0.47 1.36 1.97 0.06 0.05 0.02 0.07 0.10

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.18 2.08 1.02 0.47 0.50 0.02 0.18 0.09 0.04 0.04

7 Transpor, Komunikasi 3.32 7.87 1.09 1.15 0.79 0.58 1.47 0.20 0.21 0.15

2013 2014No Kelompok Barang

Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ

2013 2014

Sumber : BPS, data diolah

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

33

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

di Triwulan II 2014, penurunan luas lahan yang dipanen dan kenaikan biaya usaha tani.Selain

itu, tertahannya kenaikan lebih lanjut pada komoditas bahan bakar rumah tangga (LPG 12

kg) juga menjadi faktor relatif rendahnya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar.

Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok makanan, minuman, rokok dan

tembakau memberikan sumbangan terbesar (0,25% ), disusul oleh kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar (0,20% ) serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan (0,15% )yang menunjukkan bahwa sumbangan inflasi pada Triwulan II 2014 masih

disebabkan oleh kelompok administered price.

Dengan mencermati kelompok penyumbang utama inflasi secara triwulanan serta

volatilitasnya, analisis lebih lanjut akan dilakukan terhadap kelompok makanan, minuman,

rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan. Berdasarkan sub kelompoknya pada

Triwulan II 2014 untuk kedua kelompok tersebut, secara triwulanan kenaikan tert inggi terjadi

pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol,sub kelompoktelur, susu dan hasil-

hasilnya, serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai

berikut :

Grafik 2.17Inflasi (qtq) Sub KelompokMakanan, M inuman,

Rokok dan Tembakau

Grafik 2.18 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Grafik 2.15Inflasi (qtq) Sub KelompokBahan Makanan Grafik 2.16Inflasi (qtq) Sub KelompokBahan Makanan

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

34

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Tembakau dan Minuman Beralkohol

Secara triwulanan, komoditas pada sub

kelompok ini yang mengalami inflasi

tert inggi adalah rokok putih (2,99% ) dan

rokok kretek f ilter (1,99% ), namun

berdasarkan sumbangannya, penyumbang

inflasi terbesar adalah rokok kretek f ilter

dan rokok kretek.Berdasarkan grafik di

samping, tampak bahwa kedua komoditas

tersebut mengalami inflasi sejak tahun

2013 sebagai dampak kebijakan penyesuaian tarif cukai rokok.Pada tahun 2014, produsen

kembali melakukan penyesuaian harga seiring dengan kenaikan pajak yang dikenakan

daerah kepada tembakau (10% ) walaupun cukai t idak mengalami kenaikan tahun 2014.

Berdasarkan hasil liaison ke salah satu produsen rokok besar di Jawa Timur, produsen masih

akan terus menaikkan harga rokok secara bertahap sebagai dampak kenaikan cukai di 2013

dan pajak daerah, sehingga komoditas ini masih akan menjadi salah satu penyumbang inflasi

di tahun 2014.

Telur, Susu dan Hasil-Hasilnya

Sub kelompok ini mengalami inflasi sebesar 9,29% (qtq) pada Triwulan II 2014,

meningkat signif ikan dibandingkan Triwulan I 2013 yang hanya mengalami inflasi 0,08% .

Inflasi terbesar pada sub kelompok ini terjadi pada komoditas telur ayam ras (25,79% -qtq),

disusul oleh susu untuk wanita (5,08% ) dan telur puyuh (4,99% ).

Tingginya inflasi sub kelompok ini, khususnya telur

ayam ras disebabkan baik oleh faktor permintaan

maupun penawaran. Dari sisi permintaan karena akan

t ibanya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri

sehingga masyarakat meningkatkan pembelian

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama

bulan Ramadhan. Sedangkan dari sisi

penawaran, produksi telur ayam ras Jawa Timur

t idak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur saja.Berdasarkan informasi dari Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Timur, beberapa sentra produksi telur ayam ras seperti Blitar, Kediri,

Tulungagung dan Malang juga memasok kebutuhan telur ke beberapa provinsi di Indonesia

seperti DKI Jakarta, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Dengan mempertimbangkan

Grafik 2.20 Inflasi Sub KelompokTelur, Susu dan Hasil-

Hasilnya (qtq)

Grafik 2.19 Komoditas Penyumbang Inflasi Sub Kelompok

Tembakau dan M inuman Beralkohol (qtq)

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

35

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

pola konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri, diproyeksi kebutuhan masyarakat akan telur

ayam ras masih akan meningkat hingga mencapai kisaran 118 ribu ton.

Daging dan Hasil-Hasilnya

Pada Triwulan II 2014, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi

sebesar 6,05% (qtq), meningkat dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 0,13% .

Penyumbang utama inflasi sub kelompok ini adalah komoditas daging ayam ras (13,20% )

dan daging sapi (0,55% ).Kenaikan harga daging ayam ras terjadi pada tingkat peternak

sehingga mendorong pula kenaikan harga di

segmen tengkulak dan pedagang. Pemicu lain

peningkatan harga daging ayam ras adalah

masih berlanjutnya aturan terkait suplai bibit

ayam atau day old chicken (DOC) dan impor

bibit indukan ayam atau grand parent stock

(GPS) dari Kementerian Perdagangan yang

membatasi produksi ayam. Peraturan tersebut

dikeluarkan untuk melindungi jatuhnya harga ayam ras akibat t ingginya produksi DOC yang

akan merugikan peternak. Namun di sisi lain, peraturan tersebut mendorong kenaikan harga

khususnya di w ilayah yang t idak memiliki produksi ayam ras yang melimpah. Dari sisi

permintaan, sejalan dengan telur ayam ras t ingkat konsumsi masyarakat akan komoditas ini

juga meningkat menjelang hari bulan Ramadhan sehingga memicu pula kenaikan harga.

2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Jawa Timur pada Triwulan II 2014 mencapai 6,66% lebih t inggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,92% ) namun masih dibawah inflasi

nasional (6,70% ).Berdasarkan kelompoknya, kenaikan tert inggi terjadi pada kelompok

transportasi dan komunikasi (10,67% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok

dan tembakau (7,25% ) dan kelompok bahan makanan (6,42% ). Sedangkan berdasarkan

sumbangannya, kelompok transportasi dan komunikasi juga menjadi penyumbang terbesar

(2,00% ), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,33% ) dan

kelompok bahan makanan (1,28% ). Peningkatan inflasi tersebut masih merupakan imbas

dari, kenaikan BBM dan tarif listrik di tahun 2013, penyesuaian harga bahan bakar rumah

tangga di tahun 2014, f luktuasi produksi komoditas pertanian, penyesuaian tarip listrik

rumah tangga pada Triwulan II 2014, penyesuaian tarif transportasi di tahun 2014, belum

stabilnya nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas internasional.

Grafik 2.21 Inflasi Sub KelompokDaging dan Hasil-

Hasilnya (qtq)

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

36

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Berbeda dengan tahun 2013, pada tahun 2014 kelompok sandang mulai mengalami

inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas internasional dan depresiasi Rupiah. Demikian

pula dengan kelompok kesehatan yang selama tahun 2013 mengalami inflasi relatif rendah,

pada tahun 2014 mulai meningkat mencapai 4,95% salah satunya sebagai dampak

penyesuaian harga akibat penerapan PPN BM pada barang kebutuhan sehari-hari.

Jika dibandingkan dengan Juni 2013, mayoritas kelompok mengalami kenaikan inflasi,

dimana kenaikan terbesar terjadi pada kelompok sandang (5,01% ) dan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (10,67% ).Tingginya inflasi pada kelompok

sandang dipengaruhi utamanya oleh pergerakan harga komoditas emas perhiasan. Secara

internal, akan t ibanya Hari Raya Idul Fitri direspon dengan peningkatan permintaan

masyarakat akan emas perhiasan. Sedangkan dari sisi eksternal, peningkatan harga emas

dunia (dari US$ 1.251/oz menjadi US$ 1.318/oz pada akhir Juni 2014) dan melemahnya nilai

tukar Rupiah yang pada akhir Juni 2014 mencapai Rp11.892/US$ (Mei 2014 : Rp11.532/US$)

merupakan kombinasi yang menyebabkan inflasi emas perhiasan meningkat signif ikan

Grafik 2.23 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan

Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014

Tabel 2.3

Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang

Sumber: BPS, data diolah

Grafik 2.22 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -

2014

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II

Umum 5.92 7.78 7.59 6.59 6.66 5.92 7.78 7.59 6.59 6.66

1 Bahan M akanan 11.27 13.20 11.78 5.98 6.42 2.27 2.76 2.38 1.23 1.28

2 M amin, Rokok & Tembakau 6.12 5.83 6.19 6.46 7.25 1.00 0.93 1.00 1.05 1.19

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 4.53 5.46 6.09 5.41 5.40 1.14 1.33 1.50 1.33 1.33

4 Sandang -2.25 -0.29 -1.88 1.88 5.01 -0.15 -0.02 -0.12 0.12 0.33

5 Kesehatan 3.69 3.80 3.59 3.95 4.95 0.19 0.19 0.18 0.19 0.25

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.40 2.91 3.63 2.65 3.00 0.40 0.25 0.32 0.23 0.26

7 Transpor, Komunikasi 5.23 12.61 12.94 13.33 10.67 0.92 2.36 2.42 2.47 2.00

2013 20142014No Kelompok Barang

Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY

2013

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

37

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

sebesar 10,58% (Juni 2013 : -9,76% - yoy). Sedangkan inflasi pada kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan utamanya disebabkan oleh inflasi angkutan udara yang

mencapai 47,34% .

Berbeda dengan kedua kelompok sebelumnya, kelompok bahan makanan walaupun

masih mengalami inflasi (6,42% -yoy) namun berada pada t ingkat yang lebih

rendahdibandingkan Juni 2013 (11,27% ). Termoderasinya inflasi kelompok bahan makanan

sebagaimana yang telah diproyeksi pada periode sebelumnya disebabkan oleh koreksi harga

pada sub kelompok bumbu-bumbuan (-10,72% ), sayur-sayuran (0,90% ) dan buah-buahan

sebagai dampak telah dimulainya musim panen dan telah hilangnya dampak kebijakan

pengendalian impor produk hort ikultura di awal tahun 2013. Penurunan yang lebih dalam

tertahan oleh inflasi sub kelompok ikan segar (16,00% ) dan lemak dan minyak (12,27% ).

2.5. INFLASI M ENURUT KOTA

Pada tahun 2014 ini, terdapat penambahan kabupaten/kota yang diukur inflasinya

secara nasional yaitu dari 7 (tujuh) kabupaten/kota menjadi 8 (delapan)

kabupaten/kota.Secara tahunan (yoy), inf lasi tert inggi terjadi di Kota Banyuwangi (7,17% ),

disusul kemudian Probolinggo (7,04% ), Malang (6,91% ), Surabaya (6,57% ), Kediri (6,54% ),

Jember (6,53% ), Madiun (6,42% ) dan Sumenep (6,00% ). Sedangkan secara bulanan, inflasi

tert inggi terjadi di Sumenep (0,70% ), Kediri (0,52% ), Probolinggo (0,47% ), Madiun (0,43% ),

Banyuwangi dan Surabaya (0,37% ), Malang (0,31% ) dan Jember (0,12% ).

Grafik 2.24.Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan

Makanan Tahun 2013 - 2014

Grafik 2.25.Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

38

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Secara bulanan, terjadinya inflasi di 8 (delapan) Kabupaten/Kota tersebut mayoritas

disebabkan peningkatan harga pada kelompok bahan makanan (khususnya daging, telur dan

bumbu-bumbuan), kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok

sandang sebagai dampak t ingginya permintaan menjelang bulan Ramadhan. Kabupaten

Sumenep mengalami inflasi terbesar untuk kelompok bahan makanan (1,65% - mtm)

khususnya untuk bumbu-bumbuan (7,43% ) dan telur, susu dan hasil-hasilnya (4,04% ). Hal

ini karena Kabupaten Sumenep bukan merupakan sentra utama untuk komoditas bumbu-

bumbuan dan telurayam ras sehingga ketersediaan komoditas tersebut di pasar tergantung

pada kelancaran distribusi dari daerah lain. Inflasi tert inggi untuk kelompok makanan,

minuman, rokok dan tembakau terjadi di Kota Kediri (0,88% ) khususnya pada sub kelompok

tembakau dan minuman beralkohol (1,45% ). Kota Kediri merupakan salah satu produsen

rokok terbesar di Indonesia sehingga perubahan t ingkat harga rokok akibat penyesuaian

cukai dan pajak daerah akan langsung direspon oleh masyarakat (pedagang dan konsumen)

di Kota tersebut.

Tabel 2.4 Inflasi 8 Kota di Jawa Timur

Sumber: BPS, Data diolah.

Grafik 2.27.Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

8 Kota di JawaTimur

Grafik 2.26.Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)

8 Kota di JawaTimur

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Jawa Timur 0.11 3.72 0.73 1.58 0.58 5.93 7.78 7.59 6.59 6.66

Surabaya 0.11 3.66 0.69 1.65 0.71 5.86 7.75 7.52 6.36 6.57

M alang 0.35 3.69 0.92 1.51 0.55 6.46 8.17 7.92 7.19 6.91

Kediri 0.60 4.07 0.68 1.35 0.30 6.05 7.78 8.05 7.00 6.54

Jember -0.25 3.95 0.57 1.32 0.56 5.38 7.77 7.21 6.50 6.53

Sumenep -0.53 3.33 0.46 1.63 0.19 5.59 6.79 6.63 5.45 6.00

Probolinggo 0.03 4.05 0.87 1.13 0.45 6.39 8.02 7.96 7.22 7.04

M adiun -0.31 3.77 0.77 1.71 0.27 5.10 7.23 7.52 6.23 6.42

Banyuwangi 1.82 0.18 6.71 7.17

2013 2014 2013 2014Wilayah

Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

39

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Sedangkan inflasi kelompok sandang tert inggi terjadi di Kabupaten Sumenep

(1,73% ) khususnya pada sandang anak-anak (3,21% ). Hal ini menunjukkan t ingginya animo

masyarakat di Kabupaten Sumenep untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan

meningkatkan konsumsi sandang.

Inflasi tert inggi periode ini terjadi di Kabupaten Banyuwangi (7,17% ) melalui

kenaikan harga bawang merah dan bawang putih sebesar 12,24% dan 10,71% (mtm) yang

mendorong inflasi bahan makanan meningkat menjadi 0,92% (mtm) atau 14,05% (yoy).

Sedangkan inflasi terendah berada di Kabupaten Sumenep melalui koreksiharga komoditas

ikan-ikanan (tongkol pindang : -4,59% dan tongkol/ambu-ambu : -6,46% ) sehingga

mendorong inflasi kelompok bahan makanan hanya mengalami inflasi sebesar 3,87% (yoy).

Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan

inflasi di 8 (delapan) kabupaten/kota pada Triwulan II 2014 ini secara tahunan bersumberdari

2 (dua) kelompok utama yaitu kelompoktransportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan

kelompok bahan makanan.Hal ini karena t ingginya bobot kedua kelompok tersebut dalam

konsumsi masyarakat yang mencapai 18,63% dan 20,11% . Selain itu, penyebab yang relatif

sama dan berdampak serupa di seluruh w ilayah di Jawa Timur yaitu kenaikan tarif angkutan

udara serta peningkatan konsumsi menjelang bulan Ramadhan (khususnya daging ayam ras

dan telur ayam ras) menyebabkan kelompok yang terdampak juga relatif sama.

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.5 Inflasi 8kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan II-2014 (% yoy)

Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan II-2014 (% yoy)

Sumber : BPS, data diolah

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 6.66 6.57 6.91 6.54 6.53 6.00 7.04 6.42 7.17

Bahan M akanan 6.42 6.84 3.84 2.15 8.01 3.87 7.35 5.38 14.05

M amin, Rokok & Tembakau 7.25 7.34 7.64 9.13 5.16 9.24 9.12 10.38 1.30

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.40 5.43 5.65 5.25 4.95 4.46 6.13 5.05 5.01

Sandang 5.01 5.35 4.36 5.78 3.49 7.09 2.48 3.00 7.12

Kesehatan 4.95 5.20 3.79 5.79 9.29 6.29 2.98 4.17 1.77

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.00 2.95 1.66 6.96 2.35 6.11 4.01 5.51 0.87

Transpor, Komunikasi 10.67 10.01 15.51 10.54 9.37 7.41 9.82 7.74 6.61

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 6.66 6.57 6.91 6.54 6.53 6.00 7.04 6.42 7.17

Bahan M akanan 1.28 1.33 0.69 0.44 1.91 0.95 1.89 1.04 4.39

M amin, Rokok & Tembakau 1.19 1.20 1.27 1.65 0.75 1.45 1.56 1.95 0.18

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.33 1.40 1.44 1.15 0.98 0.90 1.10 1.21 0.85

Sandang 0.33 0.37 0.25 0.30 0.22 0.53 0.15 0.17 0.58

Kesehatan 0.25 0.26 0.18 0.29 0.47 0.35 0.14 0.24 0.07

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.26 0.25 0.16 0.53 0.20 0.50 0.37 0.48 0.06

Transpor, Komunikasi 2.00 1.80 3.11 2.27 2.06 1.37 1.88 1.38 1.25

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

40

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.6. DISAGREGASIINFLASI

Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim didorong oleh peningkatan

harga kelompok administered price dan volatile foods pada t ingkat14,09% dan 6,15% ,

sedangkan kelompok core inflation sedikit meningkat yaitu sebesar 4,92% (yoy).Berdasarkan

sumbangannya, inflasi terbesar oleh kelompok core inflation(3,09% ), disusul oleh

administered price(2,48% ) dan kelompok volatile foods(1,09% ).Fluktuasi harga komoditas

internasional, dampak pelemahan nilai Rupiah serta berbagai kebijakan Pemerintah selama 1

(satu) tahun terakhir telah ditransmisikan oleh para pelaku usaha kepada t ingkat harga

konsumen.

Inflasi kelompok volatile food telah kembali kepada pola normalnya sejak akhir

Triwulan I 2014 yaitu berada di kisaran 5% - 8% sebagai dampak telah dimulainya panen

raya khususnya untuk komoditas beras dan hort ikultura. Inflasi kelompok administered price

mulai melambat walaupun belum kembali kepada pola normalnya yang utamanya

disebabkan oleh penyesuaian tarif transportasi dan bahan bakar rumah tangga. Inflasi

kelompok ini diproyeksi kembali kepada pola normalnya (kisaran 2% - 4% ) pada Juli 2014

sebagai dampak telah hilangnya unsur base year IHK 2013.

Grafik 2.28. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.29. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &

Rata-Ratanya(yoy)

Grafik 2.30.Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur

(mtm) Grafik 2.31.Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

41

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Berbeda dengan disagregasi tahunan, secara bulanan inflasi Jawa Timur pada Triwulan II 2014

lebih didorong oleh inflasi kelompok volatile food (0,99% - mtm) dengan sumbangan sebesar 0,17% ,

disusul oleh kelompok core inflation (0,24% ) yang menyumbang inflasi sebesar 0,15% dan kelompok

administered price (0,20% ) dengan sumbangan inf lasi sebesar 0,04% . Rendahnya inflasi kelompok

administered price karena terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan (-0,05% ) yang disebabkan koreksi tarip kereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (-0,06% )

akibat minimnya hari libur nasional apda Juni 2014.

Volat i le f oods

Kelompok volatile food mengalami inf lasi sebesar 0,99% (mtm) atau 6,15% (yoy),

meningkat dibandingkan Mei 2014 yang mengalami deflasi -0,56% (mtm) atau 5,71% (yoy)

dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 1,09% (yoy).Secara bulanan, tekanan inflasi pada

kelompok ini utamanya didorong oleh sub kelompok bumbu-bumbuan (5,58% -mtm), telur,

susu dan hasil-hasilnya (2,73% ) dan daging dan hasil-hasilnya (2,26% ). Sedangkan

berdasarkan komoditasnya, penyumbang utama inflasi adalah bawang merah (19,10% ),

bawang putih (19,03% ), telur ayam ras (7,83% ) dan daging ayam ras (4,26% ).

Sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi terbesar di kelompok bahan

makanan, disumbang oleh kenaikan harga bawang merah dan bawang putih masing-masing

sebesar 19,10% dan 19,03% . Sedangkan komoditas cabai merah dan cabai raw it yang pada

periode sebelumnya sempat menjadi penyumbang inflasi, pada periode ini justru mengalami

deflasi sebesar -4,34% dan -14,25% . Tingginya inflasi bawang merah dan bawang putih

disebabkan baik oleh sisi permintaan maupun penawaran.

Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi komoditas tersebut di masyarakat

sehubungan dengan persediaan pangan dan belanja kebutuhan menjelang bulan puasa

menjadi pendorong utama.Peningkatan permintaan tersebut t idak diimbangi sisi penawaran

yang memadai karena beberapa daerah sentra produksi bawang merah di Nganjuk masih

mengalami musim tanam dan dipanen bulan September. Sedangkan di Probolinggo,

beberapa petani mengalihkan penanaman lahannya dari bawang merah menjadi jagung

karena faktor iklim yang relatif kering dan rendahnya harga bawang merah di pasaran yang

merugikan petani bawang merah. Berdasarkan pola produksi bawang merah di Jawa Timur,

pada bulan Mei dan Juni t ingkat produksi bawang merah hanya mencapai 3,42% dan

6,56% dari total produksi selama 1 (satu) tahun dan meningkat kembali pada bulan Juli dan

Agustus di kisaran 12% -13% per bulan. Sementara kenaikan harga bawang putih

merupakan dampak kenaikan harga di pasar internasional dari USD 580 per ton menjadi USD

640 sebagai pengaruh berkurangnya hasil panen di Tiongkok.

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

42

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Penyumbang inflasi terbesar kedua adalah telur ayam ras (7,83% -mtm atau 2,73% -

yoy) yang disebabkan faktor t ingginya permintaan masyarakat. Inflasi telur ayam ras tert inggi

terjadi di Sumenep (11,59% ) dan terendah di Banyuwangi (1,08% ). Berdasarkan informasi

dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, beberapa sentra produksi telur ayam ras seperti

Blitar, Kediri, Tulungagung dan Malang juga memasok kebutuhan telur ke beberapa provinsi

di Indonesia seperti DKI Jakarta, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara sehingga t idak

seluruhnya dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Timur.

Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya melalui komoditas daging ayam ras juga

menjadi salah satu penyumbang utama inflasi kelompok volatile foods. Inflasi komoditas ini

terjadi di 8 Kabupaten/Kota dengan inflasi tert inggi di Madiun (6,84% ) dan terendah di

Jember (1,38% ). Masih sejalan dengan periode sebelumnya kenaikan harga terjadi pada

t ingkat peternak sehingga mendorong pula kenaikan harga di segmen tengkulak dan

pedagang. Pemicu lain peningkatan harga daging ayam ras adalah masih berlanjutnya aturan

terkait suplai bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau

grand parent stock (GPS) dari Kementerian Perdagangan yang membatasi produksi ayam.

Core Inf lat ion

Inflasi kelompok ini relatif turun dari 0,31% (mtm-Mei 2014) menjadi 0,24% (Juni

2014). Sedangkan secara tahunan sedikit meningkat dari 4,73% (Mei 2014) menjadi 4,92%

(Juni 2014) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 3,09% .Penyebab peningkatan inflasi inti

berasal dari aspek eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti meningkat terutama didorong oleh depresiasi

nilai tukar Rupiah. Secara rata-rata bulanan, nilai tukar Rupiah melemah cukup signif ikan

yakni sebesar 3,01% (mtm) dari Rp11.532 (Mei) ke Rp11.892 (Juni). Dampak pelemahan nilai

tukar ini tertahan oleh berlanjutnya penurunan harga komoditas global yang terkait dengan

impor. Walaupun tekanan eksternal meningkat, namun belum secara signif ikan

mempengaruhi t ingkat harga di Jawa Timur pada periode ini, tercermin dari inflasi core

traded yang hanya sebesar 0,34% relatif stabil dibandingkan Mei 2014 (0,36% ).

Dari sisi internal, tekanan inflasi inti bersumber dari kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau (0,46% -mtm) dan kelompok sandang (0,52% ) yang tercermin dari

peningkatan harga makanan ringan/snack (2,15% ) dan emas perhiasan 0,71% . Berdasarkan

pembentuknya, secara bulanan kelompok inti tradable mengalami peningkatan yang lebih

besar dibandingkan non tradable namun dengan trend menurun dibandingkan di awal

tahun. Sedangkan secara tahunan, inflasi inti tradable mengalami trend yang meningkat

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

43

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

dibandingkan tahun sebelumnya sebagai dampak depresiasi Rupiah dan kondisi eksternal

yang masih belum stabil.

Dari sisi ekspektasi, terdapat penurunan optimisme masyarakat terhadap

perkembangan perekonomian di Jawa Timur yang tercermin dari penurunan Indeks

Keyakinan Konsumen (dari 124,41-Mei 2014 menjadi 119,41-Juni 2014). Penurunan tersebut

didorong oleh turunnya Indeks Ekspektasi Konsumen (dari 129,62-Mei 2014 menjadi 124,80-

Juni 2014) dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (dari 119,20-Mei 2014 menjadi 114,02-Juni

2014). Sedangkan perubahan harga secara umum dalam 3 bulan yang akan datang

menunjukkan ekspektasi peningkatan kenaikan harga utamanya didorong oleh

meningkatnya ekspektasi pada kelompok kesehatan. Sebaliknya, dalam jangka waktu yang

lebih panjang (6 bulan) ekspektasi masyarakat kembali turun seiring dengan berlalunya

potensi tekanan inflasi di Triwulan III 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa pada Juni 2014

relatif rendahnya ekspektasi masyarakat mendorong inflasi yang stabil dan terkendali.

Administered Price

Inflasi administeredprice pada Juni 2014 secara bulanan melambat dari 0,56% (Mei

2014) menjadi 0,20% (Juni 2014). Sedangkan secara tahunan turun dari 17,83% (Mei 2014)

menjadi 14,09% (Juni 2014) serta menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 2,48% , sebagai

dampak deflasi sub kelompok transportasi.

Melambatnya inflasi kelompok administered

price karena adanya deflasi sub kelompok

transportasi sebesar -0,09% melalui penurunan tarif

kereta api (-4,00% ) dan angkutan udara (-0,06% ).

Penyumbang utama inflasi pada periode laporan

adalah kenaikan tarif listrik (1,55% ) sebagai

dampak penyesuaian tarif pada kelompok rumah

Grafik 2.32.Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.33 .Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan

Datang

Inflasi mtm

(%)

Sumbangan

(%)

Tarip Listrik 1.3449 0.0369

Rokok Kretek Filter 0.4528 0.0069

Rokok Kretek 0.5053 0.0043

Tarip Jalan Tol 2.0061 0.0012

Komoditas

Jun-14

Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi dan

Deflasi Kelompok Administered Price

Tabel 2.7. Komoditas Penyumbang Inflasi dan

Deflasi Kel. Administered Price

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

44

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

tangga R3 (>6.600 VA) yang proporsi pelanggannya di Jawa Timur hanya sebesar 0,23% dan

proporsi penggunaan (KWH) mencapai 2,85% . Selain transportasi dan tarif listrik, sub

kelompok tembakau dan minuman beralkohol juga mengalami kenaikan harga yaitu rokok

kretek (0,51% ) dan rokok kretek f ilter (0,45% ). Peningkatan harga tersebut terjadi akibat

penyesuaian harga yang dilakukan oleh produsen seiring dengan kenaikan pajak yang

dikenakan daerah kepada tembakau (10% ) walaupun cukai t idak mengalami kenaikan tahun

2014.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

BOKS IV

Konektivitas Daerah Untuk Memperkuat Perdagangan Antar Daerah

Konektivitas merupakan aspek yang penting dalam konstelasi perdagangan antar

w ilayah di Jawa Timur. Suatu w ilayah memiliki ketergantungan yang t inggi pada w ilayah lain

baik sebagai pengguna output yang dihasilkan w ilayah lain maupun sebagai penyuplai input

bagi w ilayah lain. Namun demikian, ketersediaan data perdagangan antar w ilayah cenderung

terbatas. Focus Group Discussion dilakukan terhadap pelaku usaha di Jawa Timur pada

komoditas strategis (beras, daging ayam, daging sapi, dan rokok) untuk mengetahui

gambaran alur perdagangan antar w ilayah di Jawa Timur.

Gambar 1. Peta Distribusi Beras Jatim Gambar 2. Lima Provinsi Terbesar Tujuan Ekspor

Beras

Komoditas beras Jatim yang menyumbang 17,18% stok beras nasional yang

dihasilkan dari Kabupaten/Kota di w ilayah Barat Utara Jatim. Wilayah tersebut terdiri dari

Madiun, Jombang, Nganjuk, Ngawi yang menyumbang 45% produksi beras Jatim. Surplus

beras (terutama di bulan Februari dan Maret)

setelah dikurangi untuk konsumsi Jatim (69% ),

sisanya didistribusikan ke w ilayah lain yang

mengalami defisit. Lima besar provinsi tujuan

ekspor beras Jatim adalah Sumatera Utara

(15,08% ), NTT (13,80% ), Papua (11,28% ),

Sumatera Barat (6,17% ) dan Jawa Tengah (4,13% ).

Hal ini juga merupakan salah satu langkah dalam

menjaga kestabilan harga beras, terutama saat mengalami kelebihan pasokan.

Gambar 3. Provinsi Tujuan Ekspor Daging

Ayam Jatim

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

Komoditas daging ayam sebanyak 49% digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Jatim, sementara itu sisanya didistribusikan ke Provinsi lain. Indonesia Timur merupakan

tujuan utama ekspor daging ayam, terutama Papua (16% ) dan Kalimantan (14% ). Pasokan

daging ayam diperoleh dari peternak inti plasma yang berada di Kabupaten Blitar,

Probolinggo dan Jombang. Pola serupa juga terlihat pada komoditas daging sapi yang banyak

didistribusikan ke Kalimantan Barat dan DKI Jakarta.

Sementara untuk komoditas rokok yang merupakan komoditas industri unggulan

Jatim banyak didistribusikan hampir merata ke seluruh w ilayah Indonesia. Jawa Timur

menyumbang 30-40% produksi rokok nasional yang didukung oleh produsen di Kota Kediri,

Malang dan Surabaya.

Dilihat dari sisi komponen biaya logist ik, Indonesia memiliki biaya logist ik yang paling

t inggi di Asia Tenggara, yaitu 25-30% dari PDB (Prasetyo, 2012). Di Jawa Timur, rata-rata

biaya logist ik komoditas strategis tersebut berkisar antara 5-20% dari total biaya. Komoditas

daging ayam dan daging sapi memiliki komponen biaya logist ik sebesar 5-10% jika dikirim ke

Provinsi di Jawa, dan 10-20% jika dikirim ke luar Jawa. Komoditas ini memerlukan biaya

logist ik yang lebih besar dikarenakan daging yang dijual ke luar Jawa sebanyak 80% dikirim

dalam bentuk frozen untuk antisipasi terhadap waktu pengiriman yang panjang (8 hari dari

Jawa ke Papua). Kapal khusus yang mengakomodasi komoditas beku juga relatif terbatas.

Komoditas daging ayam yang dikirim Jatim ke luar Jawa harus melalui Pelabuhan Tanjung

Priok Jakarta, sedangkan untuk komoditas daging sapi harus dikirim melalui Pelabuhan

Tanjung Mas, Jawa Tengah. Kondisi demikian disebabkan biaya pengangkutan dengan kapal

khusus dari pelabuhan Tanjung Perak (Jatim) lebih mahal dibandingkan kedua pelabuhan

tersebut.

Biaya logist ik komoditas rokok berkisar antara 5-7% untuk produsen berskala besar.

Sementara, perusahaan berskala kecil memiliki biaya logist ik yang lebih besar, yakni 15-20% .

Hal ini dikarenakan perusahaan berskala besar lebih mampu mengoptimalkan penggunaan

sumber dayanya sehingga menikmati keunggulan karena efisiensi produksi dan distribusi.

Konektivitas perdagangan Jawa Timur akan semakin terakselerasi dengan dukungan

infrastruktur yang memadai. Perkembangan MP3EI Jawa Timur hingga periode ini

menunjukkan progress yang relatif baik. Pelabuhan Teluk Lamong senilai Rp4,1 triliun telah

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II 2014

terselesaikan hingga 90% dan berencana operasi pada September/Oktober 2014. Sementara

itu, proyek double track senilai Rp19,4 triliun telah terselesaikan 97,6% untuk w ilayah Jatim

dan berencana operasi pada Desember 2014. Selanjutnya, pada tahun 2015 akan dimulai

pembangunan monorail dan trem di tengah kota Surabaya senilai Rp760 miliar. Pada bulan

Juli 2014, Bandara Notohadinegoro di Jember juga telah diresmikan.

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 3

Perkembangan Perbankan

dan Sistem Pembayaran

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

40

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

3 PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN

Kinerja perbankan di Jaw a Timur pada triw ulan II 2014, secara umum masih

menunjukkan perkembangan yang relatif baik. Aset dan penghimpunan dana

masyarakat (DPK) masih lebih tinggi dari periode sebelumnya, sementara penyaluran

kredit mengarah perlambatan. Risiko likuiditas (LDR) membaik ditengah risiko kredit

(NPL) yang cenderung meningkat.

Aset perbankan tercatat sebesar Rp451,85 triliun atau tumbuh 16,32% (yoy), lebih

t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15% (yoy). Kenaikan aset diimbangi dengan

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 16,62% (yoy) atau sebesar Rp356,39

triliun dan pertumbuhan kredit mencapai 19,18% atau sebesar Rp325,98 triliun. DPK tumbuh

lebih t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan penyaluran kredit yang disalurkan

berdasarkan lokasi kantor bank di Jawa Timur ini mulai mengarah perlambatan. Kondisi ini

mendorong risiko likuiditas yang tercermin dari rasio LDR cenderung membaik meskipun masih

mencatatkan angka yang relatif t inggi sebesar 91,47% , sedangkan risiko kredit mulai

mengarah peningkatan di level 2,12% .

Tabel 3.1

Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur

I II III IV I II

370,89 388,44 416,27 429,98 426,52 451,85

19,18 17,63 18,70 18,80 15,00 16,32

298,33 305,60 322,67 340,71 338,06 356,40

14,89 12,98 14,29 14,67 13,32 16,62

252,70 273,52 292,79 310,96 311,66 325,98

27,08 26,25 27,07 26,15 23,33 19,18

289,18 310,63 331,53 349,92 351,61 369,97

26,41 25,27 24,83 24,40 21,59 19,10

2,30 2,16 2,06 1,80 2,11 2,16

2,25 2,14 1,98 1,98 2,22 2,30

84,70 89,50 90,74 91,27 92,19 91,47

98,38 103,19 104,25 104,13 104,07 103,88

NPL LP (%)

LDR LB(%)

LDR LP(%)

Kredit Lokasi Bank (LB)

Pertumbuhan (%yoy)

Kredit Lokasi Proyek (LP)

Pertumbuhan (%yoy)

NPL LB (%)

2014

Total Aset

Pertumbuhan (%yoy)

Dana Pihak Ketiga

Pertumbuhan (%yoy)

INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR

(Triliun Rp)

2013

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

41

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah

seluruh dana perbankan yang masuk ke Jawa Timur mencapai angka Rp369,97 triliun. Kondisi

ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inf low) ke Jawa Timur mencapai

Rp44,52 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang

berdomisili di Jawa Timur sebesar Rp325,45 triliun. Angka net inf low Rp44,52 triliun ini, lebih

t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp40,34 triliun.

Namun demikian, angka pertumbuhan tahunan (yoy) penyaluran kredit berdasarkan

lokasi proyek ini juga mengarah perlambatan yang hanya mencapai 19,10% , lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (21,59% ). Sementara dengan

membandingkan sumber dana yang berhasil dihimpun kantor bank yang berdomisili di Jawa

Timur sebagaimana tercermin dari rasio LDR, perlambatan tersebut mendorong penurunan

angka LDR dari 104,07% (triwulan I-2014) menjadi 103,88% .

Di sisi lain, sebagai urat nadi perekonomian, perlambatan penyaluran kredit baik dari

kantor bank yang berlokasi di Jawa Timur maupun berdasarkan lokasi proyek, diyakini turut

menahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini di level 5,94% (triwulan I-

2014 : 6,40% ). Oleh karena itu, penting bagi berbagai pihak terutama pelaku usaha untuk

melakukan terobosan dan menggali potensi sumber dana dari luar perbankan, ataupun

melakukan bauran kebijakan guna menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Jawa Timur ke

depannya.

3.1. PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM

Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan triwulan II 2014 secara umum masih

menunjukkan perkembangan posit if dan menunjukkan terlaksananya fungsi intermediasi

dengan baik. Tercatat aset bank umum pada periode laporan mencapai Rp442,61 triliun atau

tumbuh 16,64% (yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 15,19% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun Bank Umum mencapai

Rp350,74 triliun atau tumbuh 16,72% (yoy), lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya

sebesar 13,33% (yoy). Penyaluran kredit masih mencatat pertumbuhan yang cukup t inggi

meski dengan tren perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan kredit

melambat dari 23,49% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 19,41% (yoy) pada periode laporan,

dengan nominal Rp318,59 triliun. Perlambatan kredit tersebut mendorong perbaikan angka

LDR dari sebesar 91,57% menjadi 90,83% , meskipun masih dalam level yang relatif t inggi.

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

42

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Peningkatan DPK pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan

yang mencapai 22,5% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya tren peningkatan suku

bunga rata-rata tert imbang DPK sejak pertengahan tahun 2013 seiring dengan kebijakan

kenaikan BI rate. Selain itu, adanya peningkatan pertumbuhan dana sektor pemerintah dari

12,64% (yoy) pada Triwulan I 2014 menjadi 38,78% (yoy) pada periode laporan diperkirakan

disebabkan oleh adanya dana transfer dari pusat untuk daerah. Kenaikan suku bunga pada

akhirnya juga menahan laju pertumbuhan kredit di level 19,47% (yoy) pada periode laporan.

Kendati pertumbuhan kredit mengalami perlambatan, namun fungsi intermediasi bank

umum di Jawa Timur yang tercermin dari besar Loan to Deposit Ratio (LDR) masih relatif baik

meskipun sudah mencatatkan angka yang cukup t inggi di level 90,83% . Tingginya penyaluran

kredit dimaksud didukung oleh terjaganya risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL)yang

relatif rendah sebesar 2,12% , meskipun mulai cenderung meningkat dibandingkan dua periode

sebelumnya. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini ada pada bank

asing dengan prosentase sebesar 124,05% , disusul kemudian dengan bank pemerintah yang

tercatat sebesar 102,15% , dan bank swasta dengan LDR sebesar 77,82% .

INDIKATOR BANK UM UM

(Triliun Rp) I II III IV I II

Total Aset 362,32 379,47 406,88 420,52 417,36 442,61

Growth Aset (% yoy) 19,10 17,52 18,74 18,93 15,19 16,64

Dana Pihak Ketiga 293,35 300,50 317,37 335,31 332,45 350,74

Growth DPK (% yoy) 14,82 12,93 14,33 14,74 13,33 16,72

Kredit Lokasi Bank 246,51 266,82 285,87 304,11 304,41 318,60

Growth Kredit (% yoy) 27,27 26,41 27,27 26,41 23,49 19,41

Kredit Lokasi Proyek 282,99 303,93 324,60 343,07 344,76 363,11

Growth Kredit (% yoy) 26,55 25,39 24,96 24,59 21,83 19,47

LDR Lokasi Bank (% ) 84,03 88,79 90,08 90,70 91,57 90,83

LDR Lokasi Proyek (% ) 96,47 101,14 102,28 102,32 103,70 103,53

NPL Lokasi Bank (% ) 2,26 2,12 2,01 1,75 2,07 2,12

NPL Lokasi Proyek (% ) 2,25 2,14 1,96 1,96 2,18 2,27

2013 2013

Tabel 3.2

Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur

mencapai angka sebesar Rp161,56 triliun atau 50,71% dari total kredit. Disusul Bank Umum

Swasta sebesar Rp137,82 triliun atau 43,26% . Sedangkan Bank Asing hanya sebesar Rp19,22

triliun atau 6,03% .

ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Pada periode pertengahan tahun 2014 (triwulan II), total aset Bank Umum di Jawa

Timur tumbuh sebesar 16,64% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih t inggi apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar 15,19% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan jumlah aset Bank Umum di Jawa Timur didorong oleh peningkatan

Graf ik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank

Graf ik 3.1Perkembangan LDR

Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)

0,000,501,001,502,002,503,003,50

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%LDR (%) NPL (%) rhs

0,0020,0040,0060,0080,00

100,00120,00140,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

LDR Bank Pemerintah

Bank Swasta Bank Asing

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK (%rhs)

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

44

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 13,33% (yoy) pada triwulan I 2014

menjadi 16,72% (yoy) pada triwulan II 2014.

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Umum di Jawa Timur pada

Triwulan II 2014 mencapai sebesar Rp350,74 triliun atau tumbuh 16,72% (yoy) dibandingkan

periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan

Triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 13,33% (yoy).

Peningkatan kinerja penghimpunan DPK Bank Umum pada periode laporan didorong

oleh tren peningkatan suku bunga. Adanya peningkatan BI Rate yang cukup signif ikan dari

5,75% pada bulan Mei 2013 menjadi 7,5% pada Juni 2014 pada akhirnya mendorong

peningkatan suku bunga DPK dan Kredit. Rata-rata suku bunga tert imbang DPK meningkat dari

3,22% pada Juni 2013, dan 4,19% pada Maret 2014, menjadi 4,37% pada Juni 2014.

Graf ik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum

Graf ik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum

Graf ik 3.7 Perkembangan DPK Bank Umum

5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 23,00

-

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset g Aset (% rhs)

46%

48%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

5,00

7,00

9,00

11,00

13,00

15,00

17,00

19,00

21,00

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

400.000.000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

DPK g DPK (%yoy) rhs

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Kenaikan suku bunga DPK meningkatkan minat masyarakat menyimpan dana dalam bentuk

tabungan dan deposito.

Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan II 2014

masih didominasi oleh tabungan dengan nominal mencapai Rp147,57 triliun dengan proporsi

sebesar 42,07% dari total DPK. Menyusul deposito dengan prosentase sebesar 40,69% dengan

nominal Rp142,73 triliun dan terkecil dalam bentuk giro sebesar Rp60,44 triliun atau 17,23%

dari total DPK.

Dit injau dari sisi pertumbuhan, deposito masih memberikan kontribusi terbesar dengan

prosentase pertumbuhan sebesar 22,5% (yoy). Disusul giro dengan pertumbuhan 19,48%

(yoy). Sementara tabungan pada periode ini mencatat pertumbuhan lebih kecil yaitu sebesar

10,62% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan pertumbuhan tabungan diperkirakan

didorong oleh penurunan suku bunga tabungan dari 1,81% pada Triwulan I 2014 menjadi

1,71% pada triwulan II 2014, dan didukung adanya momen libur tahun ajaran baru sekolah

sehingga meningkatkan kebutuhan dana masyarakat. Sementara giro dan deposito mencatat

peningkatan yang didorong oleh peningkatan suku bunga hingga 0,41% dari triwulan

sebelumnya.

Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (yoy)

Graf ik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% y

oy

Giro Tabungan Deposito

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (

qtq

)

Giro Tabungan Deposito

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

46

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Peningkatan suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur terutama didorong oleh

peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 7,26% pada Triwulan I 2014 menjadi sebesar

7,78% pada Triwulan II 2014. Suku bunga rata-rata tert imbang Giro meningkat dari sebesar

1,78% pada Triwulan I 2014 menjadi 2,18% pada Triwulan II 2014. Sementara itu suku bunga

rata-rata tert imbang tabungan pada periode laporan turun dari 1,80% menjadi 1,71% .

Penurunan suku bunga tabungan terjadi pada bank kelompok bank swasta dari 2,12% pada

trwulan I 2014 menjadi 1,89% pada periode laporan.

3.1.3. KREDIT

Sampai dengan TriwulanII 2014, fungsi intermediasi yang tercermin dari besar

penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur mulai mengarah perlambatan. Tercatat

jumlah kredit yang disalurkan mencapai sebesar Rp318,59 triliun atau tumbuh19,41% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya (23,49% ).

Graf ik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%)

Graf ik 3.10 Perkembangan DPK PerJenisSimpanan

Graf ik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate

-20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000

100.000.000 120.000.000 140.000.000 160.000.000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Giro Tabungan Deposito

17%

42%

41%

Giro Tabungan Deposito

0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

Giro Tabungan Deposito DPK BI Rate

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

47

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Perlambatan penyaluran kredit secara tahunan ini (yoy), dampak dari perlambatan

pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Kredit investasi tumbuh melambat dari 33,84%

(yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 19,55% (yoy). Demikian pula dengan kredit modal kerja

yang tumbuh melambat dari 24,95% (yoy) menjadi 20,80% (yoy) pada Triwulan II 2014.

Sedangkan kredit konsumsi masih mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 15,41% (yoy)

menjadi 16,39% (yoy) pada triwulan laporan.

Perlambatan penyaluran kredit modal kerja dan investasi diperkirakan disebabkan oleh

peningkatan suku bunga kedua jenis kredit dimaksud dengan kisaran 4 - 5 bp dari triwulan

sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi pada periode

laporan, yang pada akhirnya turut mendorong perlambatan kredit kepada sektor utama di Jawa

Timur. Tercatat kredit kepada sektor industri pengolahan melambat dari 30,58% (yoy) pada

triwulan I 2014 menjadi 22,55% pada triwulan II 2014. Demikian pula dengan kredit kepada

sektor perdagangan besar dan eceran melambat dari 31,74% (yoy) menjadi 21,46% (yoy).

Sementara itu kredit konsumsi mencatat peningkatan yang lebih kecil yaitu 0,14 bp

dibandingkan dengan periode sebelumnya.Momen liburan sekolah dan tahun ajaran baru pada

bulan Juni mendorong peningkatan aktif itas ekonomi yang pada akhirnya mendorong

peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada periode laporan.

Tingkat risiko likuiditas Bank Umum yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio

(LDR) menunjukan perbaikan pada periode laporan, meskipun masih mencatatkan angka yang

relatif t inggi yaitu 90,83% (triwulan I-2014 : 91,57% ). Kondisi ini disebabkan dampak kenaikan

penghimpunan dana masyarakat yang lebih t inggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit

yang disalurkan. Sementara itu, t ingkat risiko kredit sebagaimana tercermin dari rasio Non

Performance Loan (NPL) mulai menunjukan tren peningkatan meskipun relatif rendah di level

2,12

Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy)

Graf ik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq)

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit g Kredit (% yoy)

-5.00

-3.00

-1.00

1.00

3.00

5.00

7.00

9.00

11.00

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit g Kredit (% qtq)

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

48

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Pada Triwulan II 2014 kredit yang disalurkan Bank Umum di Jawa Timur masih

didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi. Total proporsi kredit

modal kerja dan investasi terhadap keseluruhan kredit mencapai 73,20% . Kredit modal kerja

pada periode laporan dengan proporsi 58,67% (Rp186,91 triliun) dan kredit investasi 14,53%

(Rp46,29). Disusul kredit konsumsi dengan prosentase 26,8% atau sebesar Rp85,39 triliun.

Penyaluran kredit yang didominasi sektor produktif selaras dengan kinerja perekonomian Jawa

Timur yang lebih didominasi ke sektor mengindikasikan menjadi indikator potensi

pengembangan kredit Jawa Timur yang sangat baik khususnya dalam mendorong peningkatan

ekonomi masyarakat.

Sementara itu proporsi kredit UMKM baru mencapai 28,97% dari total kredit dengan

nilai nominal Rp92,29 triliun. Proporsi ini lebih t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencatat proporsi sebesar 27,92% .

Apabila dit injau berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur

kredit terbesar dengan proporsi 50,71% dari total kredit, disusul Bank Swasta 43,26% dan

porsi terkecil dari Bank Asing sebesar 6,03% . Dit injau dari kinerja pertumbuhan kreditnya, Bank

Swasta mencatatkan pertumbuhan tahunan tert inggi yaitu di level 24,47% (yoy), sementara

Bank Pemerintah dan Bank Asing masing-masing mencatat pertumbuhan 16,79% dan 8,25%

(yoy). Pertumbuhan tahunan kredit dari ketiga kelompok bank dimaksud juga menunjukkan

tren perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

I II III IV I II

2013 2014%

NPL (%)

Graf ik 3.15 Perkembangan NPL

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)

Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qtq)

59%14%

27%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

51%43%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

5.00

15.00

25.00

35.00

45.00

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (%rhs)

-2.000.00

2.004.00

6.00

8.0010.00

12.00

14.00

16.0018.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% (

qtq

)Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

50

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Jawa Timur pada periode

laporan sebagian besar masih kepada sektor Industri Pengolahan mencapai 28,31% dari total

kredit, dengan nominal Rp90,18 triliun. Disusul sektor Perdagangan Besar Eceran dengan

proporsi 26,36% atau sebesar Rp83,98 triliun. Tingginya penyaluran kredit kepada kedua

sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah, dengan angka pertumbuhan masing-masing sebesar 22,58%

(yoy) dan 22,15% (yoy). Namun demikian, adanya perlambatan pertumbuhan serta

peningkatan NPL dibandingkan periode sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus.

Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan memperoleh proporsi kredit yang relatif kecil yaitu sebesar 2,83% , dengan

pertumbuhan sebesar 9,74% (yoy). Proporsi tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan

prosentase pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar

3,07% . Hal tersebut mengindikasi belum optimalnya akses perbankan kepada sektor pertanian

yang merupakan salah satu leading sektor ekonomi di Jawa Timur.

Graf ik3.19 Proporsi Kredit Sektoral

3% 0%1%

28%

0%

4%26%

1%3%

2%2%

0%

0%0%

1%

0%

0%

0% 27%0%

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN2. PERIKANAN3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN4. INDUSTRI PENGOLAHAN5. LISTRIK, GAS DAN AIR6. KONSTRUKSI7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI10. PERANTARA KEUANGAN12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB14. JASA PENDIDIKAN14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA20. Lain-lain

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

51

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jawa Timur

terkait dengan relatif t ingginya risiko kredit (NPL) yang mencapai4,92% , meskipun cenderung

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,15% . Risiko kredit yang semakin terjaga

tersebut, menjadi peluang untuk meningkatkan penyaluran kredit ke sektor pertanian ke

depannya. Sementara itu, dua sektor ekonomi utama lain di Jawa Timur yaitu industri

pengolahan dan perdagangan mencatat risiko kredit (NPL) yang lebih rendah, masing-masing di

kisaran 1,72% dan 2,90% .

Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata

tert imbang kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur juga menunjukkan tren

peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 12,38% ,

meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,98% . Suku bunga kredit

Graf ik 3.20NPL Kredit Sektoral (%)

Graf ik 3.21Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRate

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

PERTANIAN PERIKANAN PERTAMBANGAN INDUSTRI

PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN

AIR

KONSTRUKSI PERDAGANGAN PENYEDIAAN

AKOMODASI

TRANSPORTASI Lain-lain

%

NPL (%)

-1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 13.00 13.50

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Kredit BI Rate (rhs)

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

52

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

tert inggi adalah pada kredit konsumsi dengan rata-rata suku bunga mencapai 12,59% ,

meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 12,45% . Sementara itu suku

bunga kredit modal kerja dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran

12,31% dan 12,25% pada periode laporan.

3.1.4 KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM )

Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam

mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya upaya

peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM (6,8 juta UMKM, BPS

Jatim) yang sangat banyak di Jawa Timur terkonsentrasi di Jember, Malang dan Banyuwangi

akan semakin memberi peluang bagi perbankan untuk lebih meningkatkan penetrasinya ke

sektor UMKM.

Kredit yang disalurkan untuk sektor UMKM di Jawa Timur pada triwulan II 2014

mencapai Rp92,28 triliun atau tumbuh melambat sebesar 15,93% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya (19,12% ).

Proporsi penyaluran kredit UMKM terbesar disalurkan untuk kredit mikro dengan

jumlah rekening sebanyak 1,5 juta, disusul kredit usaha kecil sebanyak 174.355 rekening, dan

terkecil untuk usaha menengah sebanyak 52.619 rekening. Jumlah kredit yang disalurkan ke

sektor UMKM adalah sebesar 87% kepada Usaha M ikro, 3% Usaha Menengah, dan 10%

Usaha Kecil. Sedangkan berdasarkan klasif isikasi penyaluran kredit berdasarkan lapangan

usaha, Kredit UMKM yang disalurkan untuk sektor Pertanian hanya mencapai 6,88% atau

sebesar Rp6,35 triliun (1,76 juta rekening). Padahal jumlah UMKM di sektor pertanian

mencapai 60,25% dari total UMKM atau sebanyak 4.112.443 usaha. Sementara untuk kredit

UMKM yang disalurkan diluar sektor Pertanian mencapai 93,12% atau sebesar Rp85,94 triliun

(1,5 juta rekening) .

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

53

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Bank Pemerintah mendominasi proporsi penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur yang

mencapai 57% dengan nominal sebesar Rp52,56 triliun. Disusul Bank Swasta dengan proporsi

sebesar 42% dan nominal Rp38,73 triliun dan terkecil dari Bank Asing dengan nominal sebesar

Rp0,98 triliun atau 1% dari total kredit. Proporsi penyaluran kredit dari Bank Swasta meningkat

dari sebesar 40% pada triwulan I 2014 menjadi 42% pada Triwulan II 2014, mengindikasikan

bahwa Bank Swasta mulai menganggap sektor UMKM di Jawa Timur, dapat memberikan

kontribusi posit if bagi pengembangan bisnis ke depannya.

Graf ik 3.22Perkembangan Kredit UMKM

Graf ik 3.23Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank

-5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

-

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit UMKM g UMKM (%yoy)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

NPL UMKM

57%

42%

1% Tw II 2014

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

59%

40%

1%

Tw I 2014

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

54

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Apabila dit injau berdasarkan lokasi proyeknya, beberapa kabupaten/kota dengan

penyaluran kredit UMKM terbesar adalah Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten

Gresik, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Kota

Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp27,26

triliun atau 29,61% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Sementara itu, kredit UMKM yang

disalurkan kepada UMKM yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo pada periode laporan

mencapai Rp 6,47 triliun atau 7,03% dari total kredit lokasi proyek UMKM Jawa Timur. Wilayah

dengan jumlah penyaluran kredit UMKM terendah adalah Kota Batu dengan nominal Rp399

miliar atau 0,43% dari total kredit UMKM .

Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai

upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT.Jamkrida (Lembaga

Graf ik 3.32 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur berdasarkan Lokasi Proyek

30%

7%

5%

5%4%4%

4%3%

3%2%

2%

2%

2%2%

2%2% 2%

2%2% 2%1%

1% 1%1% 1%

1%1% 1%1%

1%1%1%1% 1% 1% 0% 0% 0%

Kota Surabaya Kab. Sidoarjo Kab. Gresik Kab. Malang

Kota Malang Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Kediri

Kab. Jombang Kab. Mojokerto Kab. Bojonegoro Kab. Pasuruan

Kab. Lamongan Kab. Tulungagung Kab. Nganjuk Kab. Blitar

Kab. Lumajang Kab. Ponorogo Kab. Tuban Kab. Magetan

Kab. Ngawi Kab. Probolinggo Kab. Madiun Kab. Bondowoso

Kab. Situbondo Kota Kediri Kab. Pamekasan Kab. Trenggalek

Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kota Madiun Kota Probolinggo

Kab. Bangkalan Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kab. Sampang

Kota Blitar Kota Batu

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

55

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Penjaminan Kredit Daerah) dan penyaluran kredit linkage. Selain itu, untuk meningkatkan

kapasitas UMKM, juga diberikan bantuan teknis/pelatihan, pengembangan klaster komoditas

potensial, pendampingan UMKM untuk memperoleh akses pembiayaan melalui Konsultan

Keuangan M itra Bank (KKMB), dan Program Sertif ikasi Tanah.

3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur selama Triwulan II 2014 yang tercermin dari

risiko likuiditas dan risiko kredit terus terjaga. Pertumbuhan kredit perbankan yang mengarah

perlambatan dengan tumbuh sebesar 18,99% (yoy), masih didukung dengan rasio NPL yang

rendah di level 2,16% . Namun angka NPL ini mulai menunjukkan kenaikan dibandingkan

dengan dua triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 1,80% (triwulan IV 2013) dan

2,11% (triwulan I 2014).

Sementara risiko likuiditas yang ditunjukkan dari Loan to Deposit Ratio (LDR) masih

cukup t inggi sebesar 91,38% , meskipun masih lebih rendah dibanding periode sebelumnya di

level 92,13% dampak dari perlambatan pertumbuhan kredit . Namun demikian, t ingginya

angka rasio LDR ini, mencerminkan kondisi likuiditas perbankan mulai menunjukkan

pengetatan, dampak dari pertumbuhan dana masyarakat yang t idak setinggi akhir 2012

(17,71% ). Masyarakat diperkirakan melakukan diversif ikasi asetnya di lembaga keuangan non

bank seperti pembelian surat berharga, properti, emas dan lainnya.

Selain kedua risiko di atas, perbankan penting untuk mewaspadai beberapa risiko

lainnyaseperti risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian-kejadian yang mempengaruhi operasional bank.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, penting bagi perbankan untuk mengoptimalikan fungsi

pengawasan internal bank yang menjadi kunci utama menjaga performa dan kredibilitas bank

sebagai lembaga intermediasi, selain didukung pengawasan eksternal.

3.2.1. RISIKO KREDIT

Tabel 3.4 Perkembangan NPL Perbankan

Sumber: Bank Indonesia

I II III IV I II

NPL Kredit (% ) 2,30 2,16 2,06 1,80 2,11 2,16

a. Bank Umum 2,26 2,12 2,01 1,75 2,07 2,12

b. BPR 3,84 3,77 4,28 4,00 3,78 3,72

2013 2014KETERANGAN

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

56

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum masih menunjukkan kinerja

yang stabil dari waktu ke waktu. NPL perbankan pada Triwulan II 2014 adalah sebesar 2,16% ,

sedikit lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% .

Peningkatan NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup t inggi di sepanjang tahun

2013, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 26,82% (yoy).

Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tert inggi adalah Bank Perkreditan rakyat

(BPR) dengan NPL sebesar 3,72% . Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan

risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,12% .

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur pada triwulan II 2014 secara

umum masih relatif baik. Aset tumbuh 23% (yoy) dari Rp21,82 triliun pada triwulan I 2014

menjadi Rp23,05 atau sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

(26,37% ). Demikian pula dengan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh

melambat dari 22,62% (yoy) menjadi 19,94% (yoy) pada triwulan II 2014 atau Rp16,59 triliun.

Sementara itu berbeda dengan indikator kinerja utama lainnya, kinerja pembiayaan

Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

Tercatat pembiayaan yang disalurkan pada periode laporan mencapai Rp18,42 triliun, atau

tumbuh 33,43% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih t inggi dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang hanya 24,62% (yoy).

Graf ik 3.26 Perkembangan NPL Perbankan

0,000,501,001,502,002,503,003,504,004,50

I II III IV I II

2013 2014

%

NPL Kredit Bank Umum BPR

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

57

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Berdasarkan jenisnya, pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Jawa Timur

pada periode laporan masih didominasi kepada pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan

investasi. Total kedua pembiayaan dimaksud memperoleh porsi 54,56% dari total pembiayaan

yang disalurkan pada periode laporan. Tingginya proporsi pembiayaan produktif Bank Syariah

di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah

sebagai mitra bisnis, t idak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja (konsumsi).

Sementara itu, pembiayaan konsumsi mencatat prosentase yang cukup t inggi yaitu

mencapai 45,44% dari total pembiayaan. Adanya peningkatan porsi pembiayaan konsumsi

dari 33,93% (triwulan I 2014) menjadi 45,44% (triwulan II 2014) diperkirakan didorong oleh

peningkatan kebutuhan masyarakat selama periode tahun ajaran baru dan persiapan lebaran

2014.

Graf ik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)

Graf ik 3.35 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur

Graf ik 3.36 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset g Pembiayaan g DPK (% yoy)

Graf ik 3.33Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset qtq g Pembiayaan qtq g DPK (% qtq)

8%

39%53%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

g DPK

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

58

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Dit injau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat

pertumbuhan tert inggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 58,89%

(yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih t inggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya

(triwulan I 2014) yang tercatat hanya sebesar 7,93% (yoy). Sementara itu, pembiayaan modal

kerja dan investasi mencatat perlambatan dibandingkan peiode sebelumnya. Pembiayaan

modal kerja melambat dari 37,92% (yoy) pada periode triwulan I 2013 menjadi 13% (yoy) pada

triwulan II 2014. Pembiayaan investasi melambat dari 29,39% (yoy) menjadi 28,6% (yoy) pada

periode laporan. Peningkatan pertumbuhan pembiayaan konsumsi diperkirakan didorong oleh

peningkatan kebutuhan pembiayaan masyarakat pada saat tahun baru dan jelang lebaran

2014.

Sementara dari sisi risiko pembiayaan yang tercermin dari rasio Non Performing

Financing (NPF), menunjukan perbaikan dari 3,74% menjadi 3,35% .Sedangkan likuiditas yang

tercermin dari rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat menjadi 111,03% , lebih t inggi

dibandingkan dengan Triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 97,05% , dampak dari peningkatan

pertumbuhan pembiayaan sementara pertumbuhan dana masyarakat melambat. Tingginya

angka FDR tersebut, menunjukkan pula perbankan syariah di Jawa Timur menggunakan

sumber pembiayaan yang berasal dari luar Jawa Timur (kantor pusat masing-masing bank

syariah). Fenomena ini merupakan peluang bagi bank syariah untuk menggali potensi sumber

pendanaan masyarakat di Jawa Timur untuk membiayai pelaku usaha yang semakin banyak

bermitra dengan bank syariah.

Graf ik 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

Graf ik 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (% yoy)

37%

18%

45%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

59

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan II 2014 secara

umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total

aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 2,98% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,78% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar

11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 12,69% . Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 10,28%

(yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan I 2014 yang tercatat sebesar 17,16%

(yoy).

Graf ik 3.39 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)

Perbankan Syariah Jawa Timur

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Juta Rp)

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

FDR NPF

2013

I II III IV I II

1 Total Asset 8.572.689 8.966.980 9.391.693 9.458.203 9.154.206 9.234.232

2 Kredit

Per Jenis Penggunaan 6.189.661 6.697.201 6.920.414 6.853.955 7.251.764 7.385.341

Modal Kerja 4.105.148 4.481.920 4.617.058 4.616.767 4616767 4616767

Investasi 202.962 225.223 258.083 245.564 245564 245564

Konsumsi 1.881.551 1.990.057 2.045.274 1.991.624 1991624 1991624

3 NPL ( Krd Umum) % (bruto) 3,84% 3,77% 4,28% 4,00% 3,78% 3,72%

4 Dana (dpk) 4.984.885 5.093.066 5.301.227 5.405.566 5.617.306 5.655.551

- DEPOSITO 3.377.435 3.497.001 3.651.184 3.669.283 3.808.526 3.821.639

- TABUNGAN 1.607.450 1.596.064 1.650.044 1.736.284 1.808.780 1.833.912

5 LDR (% ) 124,17% 131,50% 130,54% 126,79% 129,10% 130,59%

2014U R A I A N

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

60

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan

II 2014 mencapai Rp 5,65 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh

deposito yang mencapai 67,57% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh

proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,43% dari total DPK.

Namun demikian apabila dit injau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh

sebesar 14,9% (yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh sebesar

9,28% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah

dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat

dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan II 2014,

menunjukkan t ingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya

fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga

simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas t ingkat suku bunga deposito bank umum.

Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase

mencapai 62,51% dari total kredit . Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan II 2014 kredit

investasi tumbuh paling t inggi yaitu sebesar 9,03% (yoy). Sementara itu kredit modal kerja dan

konsumsi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 3,01% (yoy) dan 0,08%

(yoy).

Graf ik 3.43Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Graf ik 3.44Perkembangan LDR & NPL BPR

Graf ik 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% - yoy)

Graf ik 3.42Pertumbuhan Kredit BPR (yoy)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

I II III IV I II

2013 2014

% y

oy

Dana (dpk) Deposito Tabungan

(20,00)

(10,00)

-

10,00

20,00

30,00

40,00

I II III IV I II

2013 2014

% y

oy

Kredit Per Jenis PenggunaanModal KerjaInvestasi

67%

4%

29%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

3,40%

3,60%

3,80%

4,00%

4,20%

4,40%

120,00%

122,00%

124,00%

126,00%

128,00%

130,00%

132,00%

134,00%

I II III IV I II

2013 2014

LDR NPL (rhs)

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

61

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Sebagaimana periode sebelumnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR pada periode

Triwulan II 2014 masih menunjukkan peningkatan. Tercatat LDR BPR pada periode laporan

adalah sebesar 130,59% , lebih t inggi dibandingkan dengan Triwulan I 2014 yang sebesar

129,10% . Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan

(NPL) menunjukkan penurunan dari 3,78% pada Triwulan I 2014 menjadi sebesar 3,72% pada

Triwulan II 2014. Masih relatif t ingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya

peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui

penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital,

Collateral, Capacity, Character, dan Condit ion of Economy).

3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA

Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan II 2014 secara

umum menunjukkan tren pertumbuhan yang menggembirakan. Tercatat pertumbuhan total

aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat27,20% (yoy) dari sebesar Rp45,08 triliun

pada Triwulan I 2014 menjadi Rp55,19 triliun pada periode laporan. Pertumbuhan tersebut

jauh lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 9,26% (yoy).

1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antar Daerah (Bank Anda), Bank

AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.

I II III IV I II

Total Aset 41,263.37 43,389.42 46,111.46 41,269.59 45,084.54 55,191.74

Pertumbuhan (% yoy) 12.56 13.11 9.13 14.83 9.26 27.20

Pertumbuhan (% qtq) 14.81 5.15 6.27 -10.50 9.24 22.42

Dana Pihak Ketiga 28,820.31 31,187.23 32,438.73 29,486.76 32,260.77 40,121.72

Pertumbuhan (% yoy) 9.40 17.22 16.14 22.88 11.94 28.65

Pertumbuhan (% qtq) 20.10 8.21 4.01 -9.10 9.41 24.37

Kredit 20,435.75 22,059.81 23,363.48 23,749.50 24,553.40 26,785.02

Pertumbuhan (% yoy) 16.31 15.27 16.95 18.45 20.15 21.42

Pertumbuhan (% qtq) 1.92 7.95 5.91 1.65 3.38 9.09

LDR (%) 70.91 70.73 72.02 80.54 76.11 66.76

NPL (%) 2.01 2.24 2.13 1.97 2.66 2.72

20142013Bank KP di Jatim

Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (Miliar Rp)

ia

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

62

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah

peningkatan dana pihak ketiga terutama giro yang meningkat cukup t inggi yaitu mencapai

37,29% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat pertumbuhan

negatif sebesar 4,23% (yoy). Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari

masyarakat secara berurutan adalah Giro (42,06% ), Deposito (36,12% ) dan Tabungan

(21,83% ).

Kinerja penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya meningkat dari

20,15% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 21,42% (yoy) hingga mencapai Rp26,78 triliun

pada triwulan II 2014. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit investasi dan kredit modal kerja

mencatat pertumbuhan tert inggi dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar

25,73% (yoy) dan 25,41% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi mencatat pertumbuhan di

Graf ik 3.47Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya

Graf ik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

Graf ik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Graf ik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

g Aset (% qtq) g DPK(% qtq) g Kredit (% qtq)

42%

22%

36%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

% q

tq

DPK Giro Tabungan Deposito

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

63

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

level yang lebih rendah yaitu 18,73% (yoy). Tren peningkatan pertumbuhan ketiga jenis kredit

dimaksud menunjukkan baiknya fungsi intermediasi bank berkantor pusat di Jawa Timur.

Baiknya kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan

II2014 didukungoleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup

rendah dan stabil di kisaran2,72% .

Graf ik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Graf ik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya

Graf ik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di

(50.00)(40.00)(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi

35%

6%

59%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

0,000,501,001,502,002,503,003,504,004,505,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

%

LDR NPL (rhs)

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

64

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

3.6. PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank

Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan

Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan

kestabilan sistem keuangan.

Sampai dengan pertengahan tahun 2014 (Triwulan II), kegiatan Sistem Pembayaran di

Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut t idak

terlepas dari t ingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem

pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun

pecahan yang mencukupi.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem

Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang

terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low) dan aliran uang

keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real

Time Gross Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta

jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.

3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara

lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), jumlah aliran uang

masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low ), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE).

a. Aliran Uang M asuk/Keluar (Inflow/Outflow )

Pada Triwulan II 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di w ilayah

Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara

kumulatif masih menunjukkan posisi net intf lowmeskipun t idak sebesar periode sebelumnya

(Triwulan I 2014). Hal tersebut dapat diart ikan bahwa jumlah aliran uang kartal yang kembali

ke Bank Indonesia dari perbankan (inf low ) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran

uang kartal yang keluar Bank Indonesia kepada perbankan (outf low ).

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

65

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Tercatat net inf low Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 1,39

triliun.Jumlah tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan net inflow periode

sebelumnya (Triwulan I 2014) yang mencapai Rp 9,05 triliun. Kondisi tersebut secara umum

disebabkan oleh peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada periode libur tahun

ajaran baru dan jelang lebaran 2014 pada pertengahan tahun.

dalam miliar rupiah

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

OUTFLOW 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51 4.842,11 5.155,37

INFLOW 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35 7.013,61 4.147,03

NET FLOW 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) 2.171,50 (1.008,34)

OUTFLOW 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61 1.915,43 2.943,87

INFLOW 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85 3.813,91 2.702,22

NET FLOW 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) 1.898,47 (241,65)

OUTFLOW 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84 1.247,48 1.472,53

INFLOW 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05 4.798,58 3.461,75

NET FLOW 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21 3.551,10 1.989,21

OUTFLOW 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41 966,42 1.120,81

INFLOW 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03 2.395,42 1.770,21

NET FLOW 1.145,75 202,35 8,97 39,61 1.429,00 649,40

OUTFLOW 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37 8.971,44 10.692,58

INFLOW 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28 18.021,51 12.081,21

NET FLOW 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) 9.050,07 1.388,63

Keterangan :

Net Flow (+) : Net Inflow

Net Flow (-) : Net outflow

JEMBER

JAWA TIMUR

SURABAYA

KEDIRI

MALANG

Wilayah Keterangan2013 2014

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2013 2014

Milia

r R

up

iah

OUTFLOW INFLOW

(6.000,00)

(4.000,00)

(2.000,00)

-

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2013 2014

Mili

ar R

up

iah

NETFLOW

Tabel 3.6 Perkembangan ArusUangTunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Gambar 3.45 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Juta Rupiah

Gambar 3.46 Perkembangan Net Flow JawaTimur

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

66

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Apabila dit injau lebih dalam, penurunan jumlah net inf low pada periode laporan

disebabkan oleh peningkatan outf low dan penurunan inf low selama triwulan II 2014. Tercatat

jumlah aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low) selama triwulan II 2014

adalah sebesar Rp 10,69 triliun. Jumlah outflow tersebut meningkat 19,18% (qtq)

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 8,97 triliun.

Sementara itu, jumlah aliran uang kartal dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low)

selama periode laporan (Triwulan II 2014) adalah sebesar Rp 12,08 triliun. Jumlah tersebut

lebih rendah -32,96 % (qtq) dibandingkan Triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp 18,02

triliun. Peningkatan jumlah outf low dan penurunan inflow pada periode laporan disebabkan

oleh t ingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal selama libur tahun ajaran baru dan

jelang lebaran 2014. Kondisi tersebut mendorong penurunan net inflow yang cukup

signif ikan hingga -84,66% (qtq), dari sebesar Rp 9,05 triliun pada triwulan I 2014 menjadi Rp

1,39 triliun pada triwulan II 2014.

Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikut i pola tren

pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outf low dan inflow uang kartal

akan meningkat cukup t inggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan Hari

Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen libur

tahun ajaran baru dan persiapan lebaran pada pertengahan tahun turut mendorong

terjadinya net inflow yang lebih lebih kecil pada periode dimaksud.

b. Uang Kartal Tidak Layak Edar

Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank

Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang

diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy. Kegiatan

dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin.

Selama triwulan II 2014, tercatat jumlah uang t idak layak edar yang dimusnahkan

turun-25,51% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut tersebut

terkait dengan adanya penurunan inf low yang terjadi pada periode dimaksud.

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

67

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Namun demikian, persentase jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di

Provinsi Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya. Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jawa Timur pada Triwulan II 2014

adalah sebesar 31,85% , lebih t inggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 28,66% .

Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal t idak layak edar yang dimusnahkan,

Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi

perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga

mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang

baru.

c. Temuan Uang Palsu

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Lem

bar

Surabaya Malang Kediri Jember TOTAL (rhs)

Gambar 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Gambar 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)

-5,00

10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2013 2014

%

Rasio UTLE thdp Inflow (%)

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

68

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Selama Triwulan II Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui

perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan dibandingkan

periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 6.094

lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -12,38% (qtq) apabila

dibandingkan dengan temuan pada Triwulan I 2014 yang tercatat sebanyak 6.955 lembar.

Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa

Timur pada Triwulan I 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi

sebesar 75% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan

pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota

dengan penemuan uang palsu tert inggi di w ilayah Jawa Timur (40% ).

Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang

yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun

represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan

pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada

uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan

menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan

ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

40%

28%

23%

9%

Surabaya Malang Kediri Jember

75%

22%

1% 2% 0% 0%

100.000 50.000 20.000

10.000 5.000 2.000

Gambar3.49Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)

Sumber : Bank IndonesiaSurabaya

Gambar3.50Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

69

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

3.6.2Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai

Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai

masyarakat.Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank

Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Sett lement) dan Sistem Kliring. Sebagai

informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di

Indonesia.Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak

(urgent) seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi

pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem

BI-RTGS.

Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi

non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross

Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum

perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timur terus mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.

a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)

BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya

dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17

November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi

pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value

Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan

bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Kliring RTGS

Gambar 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

70

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional

yang memiliki peranan signif ikan (Systemically Important Payment System).

Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal

Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal

Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui SKNBI

meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut berlaku sejak

tanggal 31 Mei 2013.

Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya

kebutuhan masyarakat akan nominal transfer SKNBI yang lebih besar.Diharapkan kenaikan

batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan yang lebih luas

kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI serta mendukung

kelancaran Sistem Pembayaran.

Selama Triwulan I 2014, jumlah nominal transaksi RTGS (dari Jawa Timur, ke Jawa Timur

dan antar Jawa Timur) tercatat sebesar Rp 466,6 triliun. Jumlah tersebut lebih t inggi 9,28%

(qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Triwulan I 2014 yang tercatat sebesar

Rp 426,96 triliun. Sementara itu volume transaksi RTGS pada periode laporan tetap stabil

sejumlah 239,22 transaksi.Pertumbuhan transaksi RTGS pada periode laporan diperkirakan

didorong oleh peningkatan transaksi ekonomi masyarakat pada saat libur tahun ajaran baru

dan jelang lebaran 2014.

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

500.000

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

Rp

Tri

liu

n

TransaksiRTGS (Rp triliun) Volume (rhs)

Gambar 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

71

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar

transaksi RTGS di t ingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian

yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi

outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas

perekonomian yang cukup menonjol,dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa

Timur masih mendominasi besarnya transaksi.

Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan II -2014 dari, ke dan antar kota Surabaya

mencapai Rp 38,19 triliun dengan volume sebanyak 19.674 transaksi. Kota lain di Jawa Timur

yang memiliki transaksi RTGS cukup t inggi pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik,

Jember dan Sidoarjo.

(60,00)

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2012 2013 2014

% q

tq

Nominal Volume

0,00

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

40.000,00

45.000,00

SURABAYA KEDIRI GRESIK MALANG JEMBER

Mili

ar R

p

Nilai Volume

Gambar 3.54 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I - 2014

Gambar 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

72

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 459

kantor peserta kliring baik langsung maupun t idak langsung yang tersebar di 38

kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia di w ilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember.

Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada

Triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat

jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 47,21 triliun, lebih

t inggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi

sebesar Rp 44,55 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut meningkat 5,97% (qtq)

dibandingkan periode sebelumnya.

Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat peningkatan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan II 2014 adalah 1,2 juta

lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). Jumlah tersebut lebih

t inggi dari jumlah warkat kliring pada Triwulan I 2014 yang tercatat sebanyak 1,17 juta

lembar (meningkat 3,23% qtq).

Jumlah

Kota Kantor

Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal

(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (% ) (% )

Surabaya 260 1.034.200 40.582.113 51.788 2.032.903 17.937 843.520 899 42.376 5 6

Malang 65 104.860 4.163.753 5.251 208.641 2.010 78.685 101 3.958 6 6

Kediri 78 37.531 1.662.775 1.881 83.637 728 25.307 37 1.261 6 5

Jember 56 26.097 802.007 1.341 41.255 709 20.212 36 1.031 199 15.772

Jatim 459 1.202.688 47.210.648 60.262 2.248.126 21.384 967.724 1.072 48.625 1,78 2,16

Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan

Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari

Tabel3.7

Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I - 2014

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

73

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran

Kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai pada Triwulan III

2014 diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan aktif itas

ekonomi masyarakat khususnya pada saat lebaran akhir Juli 2014. Optimisme pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur pada tahun 2014 turut menguatkan potensi peningkatan transaksi

sistem pembayaran di Jawa Timur selama tahun 2014. Hal tersebut didukung oleh

pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran (PHR) serta stabilitas

perbankan.

Bank Indonesia terus mendukung perluasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu

optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit, kartu

kredit dan e-money. Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)

menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan t inggi negeri di Surabaya untuk

melaksanakan edukasi kepada mahasiswa dan mahasiswa baru dengan target kurang lebih

10.000 mahasiswa. Edukasi GNNT dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi,

seminar, serta pameran atau exhibit ion. Selain itu, Bank Indonesia bersama beberapa

Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya telah mempersiapkan toko dan koperasi kampus agar

dapat menyediakan merchant untuk melayani transaksi non tunai.

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan keamanan

penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit dan kartu kredit,

Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.13/22/DASP mewajibkan bank untuk mengganti

teknologi kartu ATM dan/atau kartu Debet dari magnetic stripe ke chip dan pin paling kurang

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

2012 2013 2014

Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV

Tw I

Tw II

2012 2013 2014

Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan

Gambar 3.55 Transaksi Kliring di Jawa Timur Gambar 3.56 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

74

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2014

6 (enam) digit paling lambat akhir Desember 2015. Awal tahun 2016 semua kartu ATM

dan/kartu Debet Bank harus wajib menggunakan chip dan pin minimal 6 digit.

Selain itu, melalui Surat Edaran No 14/27/DASP maka per 1 Januari 2015 Bank

Indonesia mewajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk memenuhi ketentuan pemberian

kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Ketentuan tersebut antara lain mengenai batas

minimum usia, batas minimum pendapatan t iap bulan, batas maksimum plafon kartu kredit

yang dapat diberikan, dan batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat

memberikan fasilitas kartu kredit. Dengan demikian diharapkan pengembangan Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT) dapat seiring dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan

penggunaan alat pembayaran kartu.

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 4

Perkembangan Keuangan Daerah

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

95

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. UMUM

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan

keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan

dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan

Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan

suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu

daerah akan berdampak posit if terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

khususnya penerimaan pajak daerah.

APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan

stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung art i bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan

berart i bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada

tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD

sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kebijakan desentralisasi f iskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektif itas pengelolaan sumber daya keuangan

daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh

sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu

kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.

4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur

0,00

5.000.000,00

10.000.000,00

15.000.000,00

20.000.000,00

2010 2011 2012 2013 2014

Pendapatan BelanjaJuta Rupiah

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

96

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan

dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar

Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan

tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran

belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp

18,79 triliun pada tahun 2014.

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah

Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggarkan pada

Tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan

anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun.

Peningkatan tert inggi adalah pada Pendapatan Pajak Daerah yang direncanakan meningkat

24,27% , dari Rp 8,59 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,68 triliun pada tahun 2014.

Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase

penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014

(Juta Rupiah)

APBD APBD Perubahan (%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

(Juta Rp) (Juta Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 18.799.577,31 14,64

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 12.503.564,80 20,43

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 10.685.000,00 24,27

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 104.887,32 1,24

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 339.967,75 1,51

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 1.373.709,74 2,05

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 3.459.730,70 9,01

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 1.491.306,55 2,46

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.866.548,19 14,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 101.875,97 18,95

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 2.836.281,81 -0,22

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 30.812,40 -16,27

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 2.805.469,41 -0,01

Uraian

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

97

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jawa

Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total

anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. PAD antara lain bersumber dari

penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah.

Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi

anggaran yang lebih kecil. Dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp 3,46 triliun atau

18,40% dari anggaran pendapatan daerah, dan anggaran lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah dianggarkan sebesar Rp 2,83 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan daerah.

Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan

terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada

tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun

sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% . Proporsi terbesar dalam anggaran PAD

Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah dana Perimbangan sebesar 18,40% , dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .

Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

83%

1%3%

13%

PAD 2013PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN

ASLI DAERAH YANG SAH

85%

1%

3% 11%

PAD 2014PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN

ASLI DAERAH YANG SAH

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

98

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah

Berdasarkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi anggaran

pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur sampai dengan triwulan II 2014 mencapai 51,72% .

Berdasarkan kelompoknya, realisasi Dana Perimbangan mencatat prosentase tert inggi yaitu

52,87% dan mencerminkan berjalannya fungsi koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah

yang baik. Demikian pula dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah yang juga mencatat realisasi cukup t inggi, yaitu masing-masing

mencapai 51,85% dan 49,77% .

Sumber pendapatan asli daerah yang mencatat realisasi tert inggi adalah hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu mencapai 98,10% . Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini

antara lain dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal daerah

kepada pihak ketiga. Realisasi pendapatan terbesar selanjutnya adalah retribusi daerah yang

antara lain berasal dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pasar grosir dan pertokoan,

retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi

Tabel 4.2

Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan II Tahun 2014 (Juta Rupiah)

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 8.531.350,46 52,02 18.799.577,31 9.723.522,54 51,72

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 5.518.091,56 53,15 12.503.564,80 6.482.869,93 51,85

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 4.368.401,66 50,81 10.685.000,00 5.084.297,20 47,58

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 48.089,88 46,42 104.887,32 57.698,98 55,01

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 315.713,10 94,26 339.967,75 333.520,27 98,10

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 785.886,92 58,38 1.373.709,74 1.007.353,48 73,33

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 1.665.603,92 52,48 3.459.730,70 1.829.076,09 52,87

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 687.532,46 47,23 1.491.306,55 709.693,57 47,59

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 952.378,13 58,33 1.866.548,19 1.088.819,73 58,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 25.693,33 30,00 101.875,97 30.562,79 30,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 1.347.654,97 47,41 2.836.281,81 1.411.576,52 49,77

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 16.336,35 44,39 30.812,40 9.530,47 30,93

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 1.331.318,62 47,45 2.805.469,41 1.402.046,05 49,98

Uraian

Realisasi

Tw II 2014

Realisasi

Tw II 2013

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

99

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

air, dan retribusi jembatan t imbang dengan prosentase sebesar 55,01% . Sementara itu

penerimaan pajak daerah juga mencatat realisasi yang cukup t inggi yaitu 47,58% dari rencana

APBD. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air,

pajak air bawah tanah dan pajak air permukaan.

4.2.3. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014

direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja

tahun sebelumnya sebesar Rp 17,611 triliun. Berdasarkan kelompoknya, kelompok Belanja

Tidak Langsung dianggarkan meningkat 13,85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp

12,75 triliun. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 6,04

triliun atau lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.3

Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)

Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Triwulan II 2013 dan 2014

44,00

46,00

48,00

50,00

52,00

54,00

PENDAPATAN ASLI

DAERAH

DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN

PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH

%2013 2014

APBD APBD Perubahan (%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

(Juta Rp) (Juta Rp) %

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 18.796.934,71 6,73

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 12.755.043,69 13,85

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.935.973,67 20,32

BELANJA BUNGA 5.516,77 4.174,94 -24,32

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 4.477.219,66 -12,89

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.149,38 -79,51

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 4.443.118,75 34,70

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 1.703.157,58 68,52

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 179.249,72 120,89

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 6.041.891,02 -5,71

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 698.342,41 -39,72

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 4.123.498,81 3,06

BELANJA MODAL 1.248.575,22 1.220.049,80 -2,28

Uraian

Page 125: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

100

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi

Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp 4,47 triliun dengan prosentase

sebesar 35,1% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya

adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun). Sementara

itu, Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai dianggarkan sebesar

Rp 1,94 triliun atau 15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase alokasi belanja t idak

langsung pegawai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

14,36% .

Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih

mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegawai

dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56% dan 20,18% .

Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013

menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat

dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara

itu prosentase belanja langsung pegawai terhadap total belanja langsung menunjukkan

penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi 11,56% pada tahun 2014.

Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur

14% 0%

46%

1%

29%

9%

1%

2013BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

15% 0%

35%

0%

35%

13%

2%

2014BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

Page 126: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

101

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62% pada

tahun 2013 menjadi 68% pada tahun 2018 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan

kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan

dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sementara alokasi

anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan masih tetap stabil di kisaran 20% dari

belanja langsung.

4.2.3. Realisasi Belanja Daerah

Tabel 4.4

Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)

Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur

18%

62%

20%

2013

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

12%

68%

20%

2014

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 5.123.311,62 29,09 18.796.934,71 6.686.847,02 35,57

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 3.516.320,88 31,39 12.755.043,69 4.977.273,31 39,02

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 514.821,12 31,99 1.935.973,67 684.567,92 35,36

BELANJA BUNGA 5.516,77 2.530,41 45,87 4.174,94 2.109,86 50,54

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 1.217.757,91 23,69 4.477.219,66 1.625.401,34 36,30

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.231,10 20,63 12.149,38 2.879,69 23,70

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 1.369.680,99 41,52 4.443.118,75 1.524.841,05 34,32

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 359.506,96 35,57 1.703.157,58 1.054.712,04 61,93

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 39.788,88 49,03 179.249,72 82.761,41 46,17

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 1.606.990,74 25,08 6.041.891,02 1.709.573,71 28,30

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 328.259,10 28,33 698.342,41 254.707,06 36,47

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 1.075.683,26 26,89 4.123.498,81 1.331.836,55 32,30

BELANJA MODAL 1.248.575,22 203.046,03 16,26 1.220.049,80 123.030,10 10,08

Uraian

Realisasi

Tw II 2014

Realisasi

Tw II 2013

Page 127: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

102

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

Sampai dengan Triwulan II 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur mencapai

35,57% dari APBD. Prosentase tersebut meningkat apabila dibandingkan realisasi periode yang

sama tahun sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 29,09% . Apabila dit injau

berdasarkan kelompoknya, realisasi tert inggi adalah pada kelompok belanja t idak langsung

dengan realisasi sebesar 39,02% dari anggaran. Belanja dengan realisasi tert inggi pada

kelompok ini adalah belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Daerah / Pemerintah Desa

dengan prosentase mencapai 61,93% . Sementara itu, belanja bantuan sosial mencatat realisasi

terendah yaitu sebesar 23,70% dari rencana.

Kelompok belanja langsung sampai dengan triwulan II 2014 mencatat realisasi yang

lebih kecil yaitu sebesar 28,30% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tert inggi adalah

belanja pegawai yang merupakan pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan

program dan kegiatan pemerintahan daerah, dengan prosentase 36,47% . Belanja barang dan

jasa yang digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang dengan nilai manfaat

kurang dari 12 (dua belas) bulan mencatat realisasi sebesar 32,30% . Sementara itu, belanja

modal yang digunakan untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berw ujud

yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya masih mencatat prosentase realisasi yang sangat

kecil, yaitu sebesar 10,08% dari rencana.

Secara umum realisasi belanja menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penerapan prinsip kehati-hatian

dalam proses pengadaan yang dilakukan diperkirakan masih menjadi faktor penyebab realisasi

belanja daerah masih di kisaran 35,57% . Selain itu, masih minimnya pembayaran proyek pada

pertengahan tahun juga menjadi penyebab masih rendahnya realisasi belanja pemerintah.

Diperkirakan penyerapan belanja akan mengalami peningkatan pada triwulan III, dan mencapai

puncak pada triwulan IV 2014 seiring dengan telah diselesaikannya kontrak / proyek yang

dilaksanakan.

Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan II 2013 dan 2014

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG

%

2013 2014

Page 128: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

103

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

4.3. APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur

Secara umum, APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencatat peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Total anggaran pendapatan APBD Provinsi dan Kabupaten

Kota di Jawa Timur pada tahun 2014 direncanakan sekitar Rp 78,45 triliun, atau meningkat

15,63% dibandingkan tahun sebelumnya. demikian pula dengan anggaran belanja yang

dianggarkan meningkat 15,77% , dari Rp 71,87 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21

triliun pada tahun 2014. Anggaran belanja modal yang mencerminkan perhatian pemerintah

daerah terhadap pengembangan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, bangunan, irigasi

dan jaringan dianggarkan meningkat cukup t inggi hingga 25,6% , dari Rp 12,02 triliun pada

tahun 2013 menjadi Rp 15,09 triliun pada tahun 2014.

Apabila dit injau dari kinerja realisasi anggaran, sampai dengan semester I 2014 rata-rata

realisasi anggaran pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencapai 43,66%

dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (semester I 2013) yang tercatat mencapai 48,39% . Demikian pula dengan rata-rata

Tabel 4.5

APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur (Juta Rupiah)

dalam Juta Rp

2013 2014 2013 2014

Pendapatan 67.847.880 78.451.700 48,39 43,66

PAD 17.196.665 20.979.147 49,86 44,30

Pajak daerah 11.890.898 14.362.684 51,78 40,41

Retribusi daerah 1.237.156 1.618.921 46,23 47,99

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 778.540 735.354 61,99 55,11

Lain-lain PAD yang sah 3.290.071 4.262.187 53,11 48,61

Dana Perimbangan 39.341.440 43.320.116 50,52 43,52

DBH 4.323.031 5.251.279 3.825,76 39,30

DAU 32.575.663 35.525.315 52,14 45,94

DAK 2.442.745 2.543.521 26,92 22,31

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 11.309.776 14.152.437 5,73 44,55

Belanja 71.872.047 83.205.871 26,75 22,69

Belanja Pegawai 29.992.330 33.081.189 34,57 31,38

Belanja Hibah 5.994.977 6.363.949 28,34 19,15

Belanja Bantuan sosial 608.468 545.671 11,80 8,72

Belanja Barang dan jasa 13.967.266 17.224.214 24,03 22,13

Belanja Modal 12.018.048 15.094.808 7,97 6,92

APBDUraian

Rata2 Realisasi Semester I

Page 129: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

104

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2014

realisasi anggaran belanja daerah yang pada periode laporan mencatatkan realisasi sebesar

22,69% , lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai

26,75% . Penurunan realisasi anggaran terjadi hampir di seluruh jenis belanja, termasuk belanja

pegawai, belanja barang jasa, dan barang modal. Realisasi belanja pegawai sebesar 31,38%

yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 34,57% diperkirakan disebabkan oleh

pengurangan jumlah pegawai honorarium pada periode laporan.

Realisasi belanja hibah dan bantuan sosial yang disalurkan sampai dengan pertengahan

tahun masih relatif rendah, yaitu masing-masing mencapai 19,15% dan 8,72% . Hal tersebut

merupakan dampak dari kebijakan pemerintah provinsi dan daerah yang menahan penyaluran

dana bantuan sosial dan dana hibah selama Pilpres berlangsung, sebagai respon atas

permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemerintah Pusat. Direncanakan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali akan menyalurkan kedua dana dimaksud pada bulan

September 2014. Selain itu, adanya Peraturan Gubernur No. 9 tahun 2014 tanggal 14 Februari

2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemprov Jatim yang

mengatur pemusatan pengadaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengadaan Barang/Jasa

(P2BJ) diperkirakan juga turut menahan realisasi belanja barang/jasa pada pertengahan tahun

2014 karena masih dalam proses penyesuaian.

Page 130: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 5

Kesejahteraan Masyarakat

Page 131: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

90

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT

5.1. UM UM

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada triwulan II 2014 mengalami

perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Kegiatan

Dunia Usaha, penggunaan tenaga kerja cenderung meningkat, meskipun masih negatif

(penambahan tenaga kerja relatif terbatas). Perbaikan indikator tenaga kerja di triwulan

ini terutama terjadi pada sektor PHR dan Pengangkutan & Komunikasi. Sementara itu, di

sektor Industri Pengolahan, indikator ketenagakerjaan relatif tertekan disebabkan karena

implikasi kebijakan peningkatan UMK 2014 yang direspon dengan otomasi oleh pelaku

usaha.

Dari sisi kesejahteraan masyarakat desa, meskipun pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian cenderung menurun, namun masyarakat desa masih menikmati kesejahteraan

yang relatif stabil. Hal ini dicerminkan dari Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan

mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,. Peningkatan harga

komoditas pangan menjadi salah satu penyebab peningkatan kedua indikator tersebut.

Sementara itu, kondisi gelombang laut yang relatif aman di beberapa w ilayah di Jawa

Timur juga berkontribusi terhadap peningkatan NTN di Jawa Timur. Dari sisi persentase

penduduk miskin, pada triwulan II 2014, angka kemiskinan mengalami penurunan

dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan yang menurun

hal ini menunjukkan penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

5.2. KETENAGAKERJAAN

5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur

Data ketenagakerjaan Jawa Timur yang dirilis oleh BPS masih berada di posisi

triwulan I 2014. Pada triwulan I 2014, ketenagakerjaan Jawa Timur mengalami perbaikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penduduk yang siap bekerja dan berusia

kerja (angkatan kerja) di Jawa Timur meningkat sebesar 1,40% dari 20,43 juta orang

menjadi 20,71 juta orang. Sebanyak 95,98% (19,88 juta orang) dari angkatan kerja

tersebut merupakan penduduk yang sedang bekerja, sisanya merupakan penduduk yang

menganggur.

Page 132: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

91

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (Ribu orang)

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur triwulan I 2014 yang mengalami ekspansi.

Permintaan domestik yang meningkat menggerakkan produksi output sektor riil,

sehingga tenaga kerja yang digunakan juga meningkat. Secara sektoral, tenaga kerja di

Jawa Timur sebanyak 36,86% diserap di sektor pertanian, selanjutnya, 21,79% di sektor

perdagangan, 14,30% di sektor industri dan 14,24% di sektor jasa kemasyarakatan.

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.1

Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral

Di Jawa Timur mulai terdapat pola pergeseran penyerapan tenaga kerja antara

sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1 di

atas, pada Februari 2012, terdapat 40,93% penduduk yang bekerja di sektor pertanian,

namun jumlah tersebut menurun secara gradual, hingga mencapai 36,86% di Februari

2014. Sementara itu, penyerapan di sektor sekunder, sepert i sektor industri mengalami

peningkatan dari 13,46% pada Februari 2012 menjadi 14,30% di Februari 2014. Begitu

40.93% 39.65% 38.68% 37.90% 36.86%

13.46% 14.76% 14.65% 14.21% 14.30%

20.27% 20.03% 20.74% 20.98% 21.79%

13.91% 12.91% 13.59% 15.54% 14.24%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Pertanian Industri KonstruksiPerdagangan Transportasi Jasa KemasyarakatanLainnya *)

2014

Feb Aug Feb Aug Feb

Angkatan Kerja 20,157.74 20,238.06 20,462.20 20,432.45 20,717.77

Bekerja 19,331.59 19,411.26 19,653.85 19,553.91 19,885.39

Menganggur 826.15 826.80 808.35 878.54 832.38

TPAK (%) 69.54% 69.57% 70.11% 69.78% 70.52%

TPT (%) 4.10% 4.09% 3.95% 4.30% 4.02%

Kegiatan2012 2013

Page 133: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

92

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

pula, di sektor tersier (perdagangan serta jasa kemasyarakatan) yang cenderung

meningkat dalam kurun waktu t iga tahun terakhir.

Hal ini disebabkan karena akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang

terutama didorong oleh pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

serta Industri Pengolahan. Oleh karena itu, penyerapan di kedua sektor tersebut

cenderung meningkat. Sementara itu, adanya alih fungsi lahan, rendahnya insentif

untuk menjadi petani merupakan faktor penyebab penurunan penyerapan tenaga kerja

di sektor pertanian. Hal ini juga searah dengan hasil sensus pertanian 2013 yang

menyatakan bahwa rumah tangga petani menurun dari 14,18 juta orang pada sensus

tahun 2003 menjadi 10,18 juta orang pada sensus tahun 2013 di Jawa.

Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.2 Grafik 5.3

PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.4

Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Formal Informal g Formal- Skala Kanan g Informal- Skala Kanan

Ribu Orang %

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Buruh/Karyawan Berusaha Dibantu Buruh Tetap

Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap

Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar

Ribu Orang

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

SD ke Bawah

SMP

SMA

SMK

DI/II/III

Universitas

Feb-14 Feb-12

Page 134: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

93

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur yang membaik juga ditunjukkan dengan

penyerapan tenaga kerja di sektor formal yang tumbuh signif ikan, meningkat 4,58%

jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 lalu. Sementara itu, di sektor informal

mengalami penurunan, hanya mampu tumbuh 0,25% , lebih rendah dibandingkan

dengan Agustus 2013 yang mencapai 0,53% . Semakin banyak pekerja di sektor

formal, maka risiko pekerjaan semakin rendah dengan kepastian penghasilan yang

lebih t inggi. Pekerja di sektor formal sebagian besar (89,67% ) bekerja sebagai buruh/

karyawan, sisanya merupakan pekerja yang dibantu buruh tetap.

Di sisi informal, pekerja di Jawa Timur pada Februari 2014 sebagian besar

dibantu oleh buruh t idak tetap (28,88% ) dan pekerja keluarga atau t idak dibayar

(28,61% ). Tingginya pekerja di sektor ini, terutama pekerja keluarga yang t idak dibayar

pada umumnya terdapat di pedesaan dengan kegiatan utamanya adalah pertanian.

Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jawa Timur masih jauh dari standar. Terbukti

dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di t ingkat Sekolah

Dasar (SD) mencapai 51,99% dari total pekerja di Jawa Timur. Namun demikian, pada

Februari 2014, proporsi jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami

penurunan, sementara itu, pekerja yang lulus SMP,SMA, SMK dan Perguruan Tinggi

mengalami peningkatan.

Kenaikan Upah M inimum Kota (UMK) di Jawa Timur pada tahun 2014 ini telah

direspon oleh masing-masing pelaku usaha, terutama dengan relokasi perusahaan ke

tempat yang memiliki UMK lebih rendah (Jawa Timur Bagian Barat dan Jawa Tengah).

Selain itu, perusahaan juga membebankan biaya kenaikan upah pada harga barang dan

jasa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, kenaikan UMK tidak signif ikan berpengaruh pada

penurunan angkatan kerja yang justru meningkat sebesar 1,40% .

5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1

Hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV Jawa

Timur, secara qtq, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja di

triwulan II 2014, meskipun realisasi penggunaan tenaga kerja di Jawa Timur masih

negatif .

1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan

yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi

(sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.

Page 135: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

94

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 5.2

Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur

Peningkatan penggunaan tenaga kerja di triwulan II 2014 terutama terjadi pada

sektor utama, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor Pengangkutan

dan Komunikasi. Sementara itu, penggunaan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan

masih tertekan, terutama setelah terjadinya peningkatan UMK di tahun 2014.

Peningkatan biaya tenaga kerja tersebut direspon dengan otomasi yang dilakukan oleh

pengusaha. Pada triwulan ini, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga terjadi pada

sebagian besar industri rokok kretek yang merupakan padat karya sebagai respon atas

penurunan permintaan rokok jenis ini.

Grafik 5.5 Grafik 5.6

Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III*

REALISASI

1 PERTANIAN 1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 -0.17 -0.97 -0.29 -0.50

2 PERTAMBANGAN 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.73 0.07 0.00 0.00

3 INDUSTRI PENGOLAHAN -3.28 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 -2.87 -1.13 -1.85 3.23

4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 0.36 -0.88 -0.43 -0.91

5 BANGUNAN 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.26 0.44 0.00 0.73

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 0.79 -2.87 -0.69 -0.95

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 0.76 0.52 0.61 0.22

8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.26 1.37 1.10 1.18

9 JASA - JASA -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 -0.84 0.51 0.11 0.22

TOTAL SELURUH SEKTOR -0.61 7.54 2.70 -1.99 -6.95 -4.81 -6.31 -0.72 -2.94 -1.44 3.22

2014No SEKTOR

20132012

Page 136: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

95

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5.3. KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin pada

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan II 2014 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

5.3.1. Kesejahteraan Petani

Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statist ik

Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013

mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar

2007 yang dirasa t idak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring

dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan.

Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jawa

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Nilai Tukar Petani (NTP) di level nasional maupun Jawa Timur pada triwulan II

2014 menunjukkan peningkatan. Hal ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan

masyarakat pedesaan, khususnya petani. Di Jawa Timur NTP triwulan II 2014 mencapai

104,29, meningkat 0,22 dibandingkan dengan triwulan I 2014. Jawa Timur yang

tergolong sebagai lumbung pangan nasional dengan volume panen yang t inggi menjadi

salah satu faktor lebih t ingginya NTP Jawa Timur dibandingkan dengan NTP nasional. NTP

nasional mencapai 101,98 pada triwulan II 2014, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 101,86. Jika dibandingkan dengan w ilayah lain, pada

triwulan II 2014, rata-rata semua Provinsi mengalami peningkatan NTP, kecuali Banten

dan Jawa Barat.

Peningkatan NTP Jawa Timur disebabkan karena peningkatan indeks yang

diterima petani (IT) lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayar

petani (IB). Indeks yang diterima petani meningkat sebesar 1,37 dari 115,17 pada

triwulan I 2014 menjadi 116,54 pada triwulan II 2014. Komoditas yang menyebabkan

kenaikan indeks harga yang diterima petani di triwulan II 2014 antara lain kakao, gabah,

bawang merah, jagung, mangga, tomat dan ikan swanggi.

Provinsi Mar 14 Juni 14 ∆Banten 105.59 104.35 -1.24

Jabar 104.64 104.23 -0.41

Jateng 100.28 100.34 0.06

DIY 102.05 102.10 0.05

Jatim 104.07 104.29 0.22

Page 137: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

96

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik5.7

Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt),

dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 2013

Indeks harga yang dibayar petani pada triwulan II 2014 juga meningkat sebesar

1,07 dari 110,67 menjadi 111,74. Peningkatan IB tersebut terutama disebabkan oleh dua

faktor, yakni pertama, peningkatan harga komoditas di pasar, sepert i daging ayam dan

telur ayam. Kedua, terjadinya peningkatan komponen atau bahan pokok produk

pertanian, sepert i bibit ayam ras pedaging, benih ikan gurame serta pelet. Selain itu,

akibat kenaikan tarif tenaga listrik, harga es batu untuk pendingin produk pertanian

mengalami peningkatan. Keseluruhan hal itu, menyebabkan kenaikan IB petani. Namun

demikian, peningkatan IB yang t idak setinggi peningkatan IT, menyebabkan petani masih

menikmati Nilai Tukar Petani (NTP) yang relatif t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

NTP Jawa Timur yang meningkat juga disumbang dari peningkatan NTP sub

sektor peternakan dan hort ikultura. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan dan

hort ikultura sejalan dengan peningkatan harga komoditas ternak dan buah/sayuran.

Keterbatasan volume panen hort ikultura di triwulan ini turut mendorong peningkatan

harga komoditas hort ikultura.

Page 138: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

97

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.8

NTP Sub Sektor Pertanian di Jawa Timur

5.3.2. Kesejahteraan Nelayan

Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa

Timur mengalami peningkatan di triwulan II 2014. NTN meningkat sebesar 0,67% dari

106,14 menjadi 106,81. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan

(IT) meningkat sebesar 3,42, lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks harga

yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 1,30.

Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan

adalah ikan tongkol, ikan swanggi, ikan kuwe, dan ikan kerapu. Gelombang t inggi terjadi

di beberapa w ilayah sentra perikanan Jawa Timur, sepert i Pantai Grajagan, Banyuwangi.

Namun di w ilayah lain, sepert i Lamongan dan Tuban, gelombang relatif terkendali. Oleh

karena itu, tangkapan ikan masih relatif meningkat dan berkontribusi pada peningkatan

indeks yang diterima petani di Jawa Timur. Apabila dibandingkan dengan w ilayah lain,

NTN Jawa Timur relatif t inggi dan meningkat bersama dengan dua Provinsi lain, yakni

Banten dan DKI Jakarta.

Indeks yang dibayar (IB) nelayan Jawa Timur yang mengalami peningkatan

disebabkan karena peningkatan indeks harga konsumsi rumah tangga (terutama bahan

makanan) dan indeks harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPM),

terutama biaya sewa (kapal) yang digunakan nelayan dalam mencari ikan.

Page 139: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

98

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.9 Grafik 5.4

NTN, IT dan IB Jawa Timur Nilai Tukar Nelayan di Jawa

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIM UR

Secara umum, beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur

menunjukkan kinerja yang posit if diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun

menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),

jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2 pada

Maret 2014 turun sebesar 0,31 poin dari 12,73% pada September 2013 menjadi 12,42%

atau sebesar 4.786.790 jiwa.

Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah

dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan

potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan kemiskinan secara

profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga

dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penganggulangan

kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan

cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),

fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk

menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.

2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan.

Provinsi Mar 14 Jun 14 ∆DKI Jakarta 104.81 106.8 1.99

Jabar 106.01 105.36 -0.65

Jateng 106.86 106.07 -0.79

DIY 105.73 105.06 -0.67

Jatim 106.14 106.81 0.67

Banten 112.41 113.01 0.60

Page 140: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

99

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Grafik 5.10

Perkembangan Penduduk M iskin di Jawa Timur (% )

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penghitungannya t idak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis

kemiskinan pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 282.796 per kapita per bulan, meningkat

3,30% dibandingkan dengan September 2013 yang mencapai Rp 273.758 per kapita per

bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi

di Jawa Timur, serta dampak t idak langsung dari kenaikan tarif listrik industri yang

meningkatkan harga barang hasil industri di Jawa Timur.

Garis Kemiskinan ditentukan secara signif ikan oleh pergerakan Garis Kemiskinan

Makanan (GKM). Pada Maret 2014, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat sebesar

3,19% menjadi Rp 208.116 per kapita per bulan, sementara Garis Kemiskinan Non Makanan

meningkat sebesar 3,62% menjadi Rp 74.681 per kapita per bulan. Berdasarkan komoditas,

peningkatan GKM banyak disumbang oleh komoditas beras, rokok f ilter, gula pasir, tempe

dan tahu. Sementara itu, GKNM disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik,

pendidikan, dan perlengkapan mandi untuk kawasan perkotaan. Di sisi lain, kawasan

pedesaan disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, kayu bakar dan pendidikan.

Page 141: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

100

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk M iskin Menurut Daerah

Pembangunan inklusif di Jawa Timur dapat terlihat dengan adanya indikator

penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang tercermin pada Indeks

Kedalaman (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index).

Kemiskinan t idak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut

seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statist ik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)

digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan pada Maret

2014 dari 2,07 menjadi 1,85. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

yang menurun dari 0,50 menjadi 0,44. Penurunan keduanya mengindikasikan rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.

MakananBukan

MakananTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan

Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15

Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98

Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 -1.59

Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71

Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21

Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81

Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16

Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33

Sept 2013 200,620 78,033 278,653 1,622.03 8.90 0.33

Maret 2014 206,858 80,723 287,582 1,535.81 8.35 -0.55

Pedesaan

Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64

Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64

Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 -1.26

Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55

Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53

Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84

Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47

Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73

Sept 2013 202,651 66,643 269,294 3,243.79 16.23 0.08

Maret 2014 209,263 69,166 278,429 3,250.98 16.13 -0.10

Kota + Desa

Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47

Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83

Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42

Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03

Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38

Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.4 -0.83

Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32

Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53

Sept 2013 201,683 72,075 273,758 4,865.82 12.73 0.18

Maret 2014 208,116 74,681 282,796 4,786.79 12.42 -0.32

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

Daerah/ tahun

Jumlah

Penduduk

Miskin (Ribu)

Persentase

Penduduk Miskin

Perubahan

Persentase

Penduduk Miskin

(%)

Page 142: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

101

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan II Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 5.6

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut

Daerah

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )

Maret 2008 2.34 4.38 3.38

Maret 2009 2.18 3.54 2.88

Maret 2010 1.53 3.18 2.38

Maret 2011 1.51 2.96 2.27

September 2011 1.25 2.67 2.00

Maret 2012 1.25 2.32 1.81

September 2012 1.29 2.52 1.93

Maret 2013 1.31 2.32 1.84

September 2013 1.42 2.66 2.07

Maret 2014 1.16 2.48 1.85

Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )

Maret 2008 0.61 1.23 0.93

Maret 2009 0.60 0.91 0.76

Maret 2010 0.37 0.79 0.59

Maret 2011 0.35 0.72 0.54

September 2011 0.28 0.63 0.46

Maret 2012 0.27 0.48 0.38

September 2012 0.30 0.57 0.44

Maret 2013 0.33 0.52 0.43

September 2013 0.34 0.66 0.50

Maret 2014 0.27 0.59 0.44

Page 143: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

Bab 6

Perkiraan Ekonomi dan Harga

Page 144: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

102

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6 PERKIRAAN EKONOM I DAN HARGA

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

Tren perbaikan ekonomi Jawa Timur diperkirakan terjadi pada triwulan III 2014.

Perekonomian Jawa Timur diperkirakan mampu berekspansi dari 5,94% (yoy) pada triwulan II

2014 menjadi di kisaran 6,00% -6,40% (yoy) pada triwulan III 2014.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja

ekspor-impor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa indeks penghasilan di triwulan III

2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen (Grafik 6.1).

Penghasilan yang meningkat tersebut diperkirakan bersumber dari pencairan gaji ke-13

Pegawai Negeri Sipil dan Tunjangan Hari Raya (THR). Ekspektasi penghasilan yang t inggi akan

mendorong pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi semakin t inggi pula. Namun demikian,

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) cenderung melambat terhadap kondisi perekonomian Jawa

Timur di triwulan mendatang. Perkiraan harga yang meningkat menginjak t ingginya

permintaan pada saat lebaran menjadi salah satu faktor penyebab pesimisme tersebut.

Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen

Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan

Dari sisi pembelanjaan Pemerintah Daerah, pada triwulan III 2014 diperkirakan

mampu meningkat sebesar 10,50% . Belanja rutin pegawai diperkirakan menjadi salah satu

faktor penyebabnya. Sementara itu, dukungan belanja infrastruktur diperkirakan cenderung

meningkat, terutama realisasi pembebasan lahan terdampak atas pembangunan Tol Trans

Jawa, Tol Surabaya Mojokerto dan Tol Gempol Pandaan. Berdasarkan informasi dari Dinas PU

Bina Marga, menjelang lebaran dan tahun ajaran baru, warga terdampak banyak mengajukan

Page 145: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

103

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

klaim atas UGR (Uang Ganti Rugi). Di Indonesia, hingga bulan Agustus, telah terserap

74,50% dari dana pembebasan lahan di tahun 2014.

Pada triwulan III 2014, ekspor diperkirakan mampu tumbuh posit if dengan impor

yang cenderung menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Melanjutnya perbaikan

perekonomian negara maju dan upaya diversif ikasi tujuan ekspor, terutama ke Timur Tengah

dan Afrika Selatan menjadi faktor penyebab peningkatan neraca perdagangan Jawa Timur.

Selain itu, adanya tren peningkatan harga komoditas internasional di triwulan III 2014

berkontribusi pada peningkatan nilai ekspor Jawa Timur.

Pada triwulan III 2014, investasi diperkirakan masih tumbuh melambat sebesar 4,25%

(yoy). Masih berlangsungnya aksi wait and see para pelaku usaha atas hasil Pemilihan Presiden

(Pilpres) 2014 dan proses transisi pemerintah menyebabkan masih rendahnya angka realisasi

investasi bangunan. Namun, beralihnya sistem produksi sektor industri menuju semi otomasi

semakin mendorong pertumbuhan realisasi investasi non bangunan. Hal ini pada akhirnya turut

berpengaruh pada kinerja impor barang modal yang didominasi kelompok mesin industri dan

suku cadang. Di sisi lain, kenaikan UMK yang t inggi pada 2 (dua) tahun terakhir, pada akhirnya

berpengaruh pada penurunan minat investasi industri padat karya di Jatim, sebagaimana

dikonfirmasi dalam berbagai forum diskusi dan liaison dengan pelaku usaha. Sementara itu,

realisasi pembangunan infrastruktur jalan Tol masih memasuki tahap pembebasan lahan.

Dari sisi penawaran, perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh t iga sektor utama

(PHR, Industri Pengolahan dan Pertanian). Namun demikian, perkembangan ketiganya pada

triwulan III 2014 cenderung berbeda-beda. Sektor pertanian dan PHR diperkirakan mengalami

peningkatan, sementara Industri Pengolahan cenderung melambat.

Sektor pertanian diperkirakan mampu terakselerasi seiring dengan dimulainya masa

panen tanaman bahan makanan (tabama) memasuki bulan Juli 2014. Sementara itu, di sektor

peternakan, permintaan daging sapi, daging ayam dan telur ayam yang t inggi pada lebaran

turut berkontribusi pada peningkatan sektor ini. Risiko yang perlu diwaspadai terkait kinerja

sektor ini adalah keterbatasan pasokan pupuk bersubsidi yang meningkatkan biaya input

petani. Sementara itu, kebijakan pembatasan penggunaan solar bersubsidi yang juga

digunakan input bagi sebagian besar nelayan diperkirakan sedikit menekan kinerja sub sektor

perikanan. Melalui SE No. 937/07/Ka. BPH/2014 mengenai Pengendalian Konsumsi BBM, BPH

M igas mengurangi jatah solar sebesar 20% di lembaga penyaluran BBM untuk nelayan yang

diatur dalam SPBB/SPBN/SPDN/APMS mulai 4 Agustus 2014. Kebijakan tersebut diperkirakan

Page 146: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

104

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

meningkatkan biaya input nelayan untuk solar yang memiliki komponen 60-70% dari seluruh

biaya operasional penangkapan ikan per trip. Di sisi lain, sektor pertanian juga diperkirakan

terdampak atas kebijakan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai 10% atas penjualan produk

pertanian ke industri pengolahan.

Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triwulan III 2014.

Adanya momen lebaran di triwulan ini menjadi sumber utama yang meningkatkan arus

perdagangan, hotel dan restoran. Perdagangan, terutama mengalami peningkatan ke Kawasan

Barat Indonesia (DKI Jakarta dan Jawa Barat), sementara itu, perdagangan ke Kawasan Timur

Indonesia masih cenderung stabil. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) yang menunjukkan peningkatan realisasi usaha di triwulan III 2014 untuk sektor PHR

dengan penggunaan tenaga kerja yang cenderung stabil.

Industri pengolahan pada triwulan ini cenderung mengalami perlambatan. Perlambatan

ekonomi KTI masih berkontribusi pada perlambatan kinerja sub sektor mesin dan alat angkut.

Sementara itu, pengenaan PPn 10% pada komoditas pertanian yang masuk ke sektor industri

diperkirakan mampu berpengaruh pada perlambatan sub sektor industri makanan-minuman di

triwulan berikutnya.

Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha

Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja

6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIM UR

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka

inflasi kota Jawa Timur pada triwulan III 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di

kisaran 4,3% s/d 4,6% .

Page 147: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

105

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko

Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 dari ketiga kelompok inflasi

relatif meningkat, khususnya pada inflasi kelompok administered price dan core inflation,

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Volatile Foods

Tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juli 2014

sehingga mendorong kenaikan harga dari sisi permintaan. Namun seiring berlalunya hari

besar keagamaan, konsumsi akan kembali pada pola normalnya di bulan Agustus dan

September 2014 sehingga sisi penawaran lebih dominan dalam membentuk harga.

Beberapa sentra produksi di Jawa Timur seperti beras di Jember dan Banyuwangi, bawang

merah di Nganjuk serta cabai di Kediri masih memasuki musim tanam di awal Tw III-2014

sehingga diperkirakan akan menambah pasokan di akhir Tw III-2014 (panen gadu)

Menurun Meningkat Stabil

Tw II-2014 Tw III-2014 Faktor Risiko

- Berakhirnya musim panen raya beberapa komoditas utama di Jawa

Timur yang mayoritas terjadi pada bulan Maret s.d. Juli tiap

tahunnya

- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan ke

depan

- Beberapa kendala pada sektor peternakan seperti keterbatasan stok

sapi dan DOC ayam ras sehingga berpotensi tidak memenuhi

permintaan masyarakat

- Adanya kenaikan tarif l istrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif

l istrik rumah tangga (per 1 Juli 2014)

- Adanya rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas

angkutan udara pasca Lebaran

- Masih terdepresiasinya nilai Rupiah berpotensi meningkatkan harga

barang impor

- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi

dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa

- Dampak lanjutan kenaikan tarif PPN BM

- Adanya Pemilihan Umum yang mempengaruhi ekspektasi investor

asing dan para pelaku usaha

- Dimulainya tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan biaya-biaya

terkait pendidikan dan peralatan pendukung pendidikan

Core Inflation

Tw III-2014

Volatile Food

Tw III-2014

Administered

Price

Tw III-2014

Page 148: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

106

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

walaupun t idak sebesar pada saat panen raya. Meskipun demikian, perlu diwaspadai pula

terjadinya gangguan musim (seperti El Nino atau curah hujan t inggi) yang dapat

mengganggu t ingkat produksi komoditas pertanian. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah

potensi gangguan ketersediaan daging ayam ras sebagai dampak lanjutan pembatasan

produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand

parent stock (GPS). Berbagai upward risk tersebut diantisipasi oleh Pemerintah Provinsi

Jawa Timur melalui intensif ikasi pertanian (peningkatan produktivitas) dan senantiasa

memantau kecukupan pasokan khususnya untuk komoditas daging dan telur.

2. Administered Prices

Kelompok ini diproyeksi akan menjadi pendorong utama inflasi Jawa Timur diantaranya

melalui pelaksanaan penyesuaian tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing

sebesar 11,36% (R1), 10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan sekali, rencana

pemerintah untuk menyesuaikan tarif batas atas angkutan udara pasca Lebaran, kebijakan

pembatasan penjualan BBM bersubsidi sebesar 46 juta KL yang mulai berlaku per 1

Agustus 2014, serta berlanjutnya penyesuaian harga komoditas rokok sebagai dampak

lanjutan penyesuaian cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau. Walaupun

mengalami peningkatan tekanan risiko inflasi, namun secara tahunan (yoy) inflasi

kelompok ini akan turun dan menuju ke pola normalnya sebagai dampak telah hilangnya

dampak base year IHK kenaikan BBM pada tahun 2013.

3. Core Inflation

Inflasi kelompok ini diproyeksi masih akan meningkat pada Tw III-2014. Hal yang

mendasari antara lain dampak lanjutan berbagai kebijakan Pemerintah (pada administered

price) yang akan ditransmisikan oleh pelaku usaha kepada harga jual konsumen. Selain itu,

dimulainya tahun ajaran baru juga akan meningkatkan inflasi di kelompok pendidikan.

Sedangkan secara eksternal, belum stabilnya nilai tukar Rupiah dan f luktuasi harga

komoditas internasional juga akan mempengaruhi t ingkat harga di Jawa Timur khususnya

untuk sisi tradable.

6.3 PROSPEK EKONOM I JAWA TIM UR TAHUN 2014

Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai

6,0-6,4% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% .

Pertumbuhan ini diyakini masih yang tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Page 149: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

107

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan.

Konsumsi rumah tangga, meskipun masih menjadi penopang utama perekonomian Jawa

Timur, namun kinerjanya t idak setinggi tahun 2013. Pelaksanaan Pilpres 2014 kurang mampu

menggiatkan konsumsi dan investasi masyarakat seiring aksi wait and see yang berlanjut

hingga triwulan III 2014. Sementara itu, adanya momen lebaran juga diperkirakan t idak

setinggi pengaruh tahun sebelumnya.

Pembaikan perekonomian negara maju sepanjang tahun ini secara optimis diharapkan

mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014. Faktor risiko yang perlu diwaspadai

pada tahun 2014 adalah daya saing produk Jatim menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) 2015, khususnya produk UMKM. Selain itu, adanya transfer of knowledge pada

aliran tenaga kerja dan investasi yang bebas perlu segera disepakati di antara negara anggota

menjelang pemberlakuan MEA 2015 mendatang. Selain itu, perlambatan ekonomi Tiongkok

juga perlu diwaspadai seiring dengan t ingginya intensitas perdagangan Jawa Timur dengan

negara tersebut.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor

utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa).

Sementara itu, dari sisi eksternal, nilai tukar yang mulai menemukan keseimbangannya juga

menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja perdagangan Jatim yang mengalami

surplus, meskipun cenderung melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perdagangan antar daerah masih terkontraksi akibat perlambatan ekonomi KTI. Sektor

pertanian pun hingga akhir tahun 2014 t idak signif ikan terpengaruh oleh adanya El Nino.

Efisiensi waduk dan irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah

satu faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIM UR TAHUN 2014

Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan periode laporan

atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya

keagamaan pada triwulan II 2014 dan triwulan IV 2014 akan menjadi pendorong utama inflasi

yang bersifat seasonal. Sementara dari sisi penawaran, telah berakhirnya musim panen raya dan

dimulainya musim tanam serta potensi badai El Nino pada tahun 2014 diproyeksi akan sedikit

mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat. Secara ringkas prospek inflasi tersebut

teruraikan sebagai berikut :

Page 150: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

108

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

1. Volatile Foods

Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan triwulan III 2014

diprediksi akan mengalami penurunan dan meningkat kembali pada triwulan IV 2014. Hal

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sisi Permintaan

Sebagaimana trend pada periode-periode sebelumnya, trend permintaan akan mereda

pada triwulan II 2014, kemudian meningkat pada awal triwulan III 2014 dan akhir triwulan

IV 2014 seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Natal.

Sisi Penawaran

Tingkat produksi komoditas pangan pada selama tahun 2014 diproyeksi akan sedikit

menurun seiring dengan pergeseran musim panen akibat banjir pada awal tahun 2014,

gangguan produksi akibat erupsi Gunung Kelud serta potensi terjadinya El Nino walaupun

pada intensitas yang relatif rendah. Meskipun demikian, hal tersebut akan tertahan oleh :

- Penambahan luas tanam komoditas kedelai seluas 500 ribu hektar oleh Pemerintah

Provinsi Jawa Timur sehingga dapat mendorong peningkatan produksi kedelai di Jawa

Timur.

- Menyikapi potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan produksi

tanaman palaw ija, sepert i jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau

karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada

padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering.

- Mekanisme logist ik pangan seperti memastikan kecukupan stok beras di BULOG,

memberdayakan 843 lumbung pangan yang tersebar di 29 Kabupaten dan 1 Kota,

serta mengoptimalkan fungsi 228 rumah pangan lestari yang tersebar di 38

Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Sedangkan untuk t ingkat pasokan daging-dagingan, masih terdapat potensi risiko yang

disebabkan relatif terbatasnya ketersediaan hewan ternak di masyarakat. Sensus pertanian

tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat penurunan populasi sapi di Jawa Timur sebesar

24,22% dibandingkan tahun 2011. Sedangkan untuk ayam ras, mempert imbangkan

produksi Jawa Timur t idak hanya dikonsumsi secara lokal melainkan juga dikirimkan

kepada w ilayah lain (khususnya Kawasan Timur Indonesia) dan adanya pembatasan

produksi bibit ayam dan impor bibit indukan ayam, masih dimungkinkan terjadi f luktuasi

harga ke depannya.

Page 151: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

109

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan II Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

2. Administered Prices

Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun 2014 secara tahunan

diproyeksi mereda. Namun secara bulanan, terdapat beberapa pelaksanaan kebijakan

Pemerintah yang berpotensi mendorong inflasi. Beberapa hal yang mempengaruhi t ingkat

inflasi kelompok ini yaitu :

Upward Risk

- Adanya kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi sebesar 46 juta KL yang mulai

berlaku per 1 Agustus 2014. Berdasarkan Surat Edaran Badan Pengaturan Hilir M inyak

dan Gas Bumi (BPH M igas) No. 937/07/Ka tgl. 24 Juli 2014, diatur bahwa solar

bersubsidi hanya dijual pada pukul 08.00 18.00. Di luar waktu tersebut maka tarif

solar yang berlaku adalah tarif non subsidi.

- Kenaikan tarif listrik rumah tangga per 1 Juli 2014 masing-masing sebesar 11,36% (R1),

10,43% (R2) dan 5,70% (R3) setiap 2 (dua) bulan sekali.

- Rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg).

- Masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok.

Downward Risk

- Hilangnya dampak base year kenaikan harga BBM pada awal triwulan III 2014 sehingga

mampu mendorong inflasi kelompok ini kembali kepada pola normalnya.

- Peningkatan tarif listrik dilakukan pula secara bertahap sehingga meminimalkan

dampak lanjutan terhadap kenaikan harga komoditas lainnya.

3. Core Inflation

Tingkat inflasi kelompok ini pada akhir tahun 2014 secara tahunan diproyeksi relatif

meningkat di kisaran 4,5% - 5,0% . Pendorong utama inflasi adalah masih belum

stabilnya nilai Rupiah dan harga komoditas internasional serta dampak lanjutan

penyesuaian harga karena pelaksanaan kebijakan Pemerintah yang oleh pelaku usaha

ditransmisikan kepada harga jual akhir (konsumen).

Page 152: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

xix

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa

Timur Triwulan II 2014

DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan

tarif dasar list rik.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan

Gubernur set iap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia Real Time Gross Set t lement , yang merupakan suatu penyelesaian

kewajiban bayar-membayar (set t lement) yang dilakukan secara on-line atau seket ika

untuk set iap inst ruksi t ransfer dana.

Bobot inf lasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap t ingkat inf lasi secara

keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat t ingkat konsumsi masyarakat

terhadap komoditas tersebut .

Dana Pihak Ket iga (DPK)

Simpanan pihak ket iga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan

berjangka.

Ekspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara

dan antar provinsi.

Faktor Fundamental

Faktor pendorong inf lasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni

interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inf lasi

masyarakat .

Page 153: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

xx

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa

Timur Triwulan II 2014

DAFTAR ISTILAH

Fakor Non Fundamental

Faktor pendorong inf lasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni

produksi maupun dist ribusi bahan pangan (volat ile foods) serta harga barang/jasa yang

ditentukan oleh pemerintah (adminisered price).

Financing t to Deposit Rat io (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ket iga yang diterima oleh bank,

baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR

untuk bank konvensional.

Imported inf lation

Salah satu disagregasi inf lasi, yaitu inf lasi yang berasal dari pengaruh perkembangan

harga di luar negeri (eksternal).

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100.

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat

ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100.

Inf lasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan

indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inf lasi Inti

Inf lasi IHK setelah mengeluarkan komponen volat ile foods dan administered prices.

Inf low

Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi

Page 154: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

xxi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa

Timur Triwulan II 2014

DAFTAR ISTILAH

Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertent tu dengan

pemberian bunga, termasuk

Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase

agreement (NPA)

Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/stat ist ik dan informasi yang bersifat kualitat if dan

kuant itat if yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku

ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang

sistemat is dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.

mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Inf low

Uang yang diedarkan inf low lebih besar dari out f low.

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit

oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank

syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL

adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet .

Omset

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Outflow

Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari akt ivitas ekonomi suatu daerah sepert i hasil pajak

daerah, rest ribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu t riwulan dengan t riwulan

sebelumnya.

Page 155: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

xxii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa

Timur Triwulan II 2014

DAFTAR ISTILAH

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh

dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volat ile Food

Salah satu disagregasi inf lasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 156: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

lxxii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan II 2014

DAFTAR SINGKATAN

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BBM

Bahan Bakar Minyak

BOPO

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

BPS

Badan Pusat Stat ist ik

IHK

Indeks Harga Konsumen

IKK

Indeks Keyakinan Konsumen

KPR

Kredit Pemilikan Rumah

LDR

Loan to Deposit Rat io

LTV

Loan to Value

NIM

Net Interest Margin

NPF

Non Performing Financing

NPL

Non Performing Loan

PHR

Perdagangan, Hotel dan Restoran

PLN

Perusahaan List rik Negara

PMA

Penanaman Modal Asing

Page 157: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI () Visi, Misi dan Nilai Strategis ... Grafik 1.42 Indeks realisasi Usaha

lxxiii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan II 2014

PMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri

PMTB

Pembentukan Modal Tetap Domest ik Bruto

q-t -q

Quarter to quarter

RBB

Rencana Bisnis Bank

SKDU

Survei Kegiatan Dunia Usaha

yoy

Year on year