kajian ekonomi regionalkajian ekonomi regional … · 2013-10-12 · ringkasan eksekutif 2...

110
KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Ferry F.F.M. Parera : Deputi Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id

Upload: others

Post on 24-Dec-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Ferry F.F.M. Parera : Deputi Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia

Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id

Halaman ini sengaja dikosongkan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012

iii

Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan I 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan

sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah

satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai

pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang

diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,

Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank

Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu

kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan

datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Mei 2012

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Suhaedi

Direktur

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012

iv

Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR halaman iii

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

halaman iv

RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11

Sisi PermintaanSisi PermintaanSisi PermintaanSisi Permintaan halaman 11

Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran halaman 19

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 33

Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy) halaman 34

Inflasi TriwulananInflasi TriwulananInflasi TriwulananInflasi Triwulanan (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)

FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi Inflasi

halaman 34

halaman 35

halaman 37

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43

Struktur Aset PerStruktur Aset PerStruktur Aset PerStruktur Aset Perbankan bankan bankan bankan Sulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi Utara halaman 43

Perkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor Bank halaman 44

Perkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 44

halaman 51

halaman 54

halaman 55

Boks Boks Boks Boks 1111: : : : Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Mendorong Mendorong Mendorong Penyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor Perikanan halaman 57

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61

Dana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 61

APBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat Provinsi halaman 63

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69

Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73

KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 77

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan DaerahDaerahDaerahDaerah halaman 77

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat halaman 80

PROPROPROPROSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIAN halaman 89

Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro halaman 89

Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi halaman 94

Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan Halaman 98

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012

v

Daftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan Singkatan halaman 100

Halaman ini sengaja dikosongkan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Halaman ini sengaja dikosongkan

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro Ekonomi

Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara

mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya

6,99% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator

pertumbuhan, sektor Bangunan menjadi salah satu penyumbang

terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi proyek fisik

pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti.

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami

peningkatan seiring dengan kenaikan sumber pendapatan masyarakat

seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10%.

Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional

ASEAN Tourism Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor

PHR pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor Pertanian juga masih

tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai

dengan dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di

Sulawesi Utara.

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012

terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya

kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun

pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan

kinerja konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan

masyarakat seperti kenaikan UMP dan kenaikan gaji PNS sebesar 10%

yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak

terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan

positif pada investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang

bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta serta

masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor

industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja

ekspor di triwulan I 2012 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif

yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi

Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.

Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy)...

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor...

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Inflasi DaerahInflasi DaerahInflasi DaerahInflasi Daerah

Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih

rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat

sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi

nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan

inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren

peningkatan yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga

kelompok bahan makanan karena memburuknya ekspektasi

masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari 2012 Kota Manado

tercatat mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian terakselerasi

cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir

triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami

peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan

meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan

harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat

inflasi Kota Manado sampai dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd),

sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,

tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan

laju inflasi nasional yang sebesar 0,88% (ytd)..

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti (core

inflation) dan kelompok administered price. Sementara itu, deflasi

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)

sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif

terhadap inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012.

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perbankan DaerahPerbankan DaerahPerbankan DaerahPerbankan Daerah

Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan

cukup menggembirakan. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak

Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada

jenis deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan

sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan kredit pada triwulan I

2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan stabilitas

Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu...

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti...

Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan...

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 110,96% di akhir

triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem

perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan

indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif

terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah

5%.

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara

pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset

bank umum syariah sampai dengan posisi Maret 2012 meningkat

sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar

51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 52,40% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,

Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 190,57% pada triwulan I-

2012

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan

pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan

kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami pertumbuhan sebesar

65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar yang terutama didorong oleh

pertumbuhan kredit yang tercatat 56,76% (yoy) atau mencapai

Rp505,5 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami

pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy) dengan jumlah nominal

sebesar Rp471,3 miliar. Rasio LDR BPR tercatat sebesar 104,6% pada

triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi intermediasi,

kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh

tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga

tercatat sebesar 3,89% pada triwulan I-2012.

PPPPerkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah

Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan ini terutama berasal dari

pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana Perimbangan).

Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat

mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72

triliun atau naik sebesar 36,32% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2012

Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya...

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK...

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara baru

mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi

Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi

Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07%

dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja

ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012

realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih

rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I 2011 (13,33%).

Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD

provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi

permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh

hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar

2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di

triwulan I 2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki

pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah

tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi

Utara memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB.

Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

menunjukkan terjadinya net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah

tersebut mengalami peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan

dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Sejalan dengan

perkembangan sistem pembayaran tunai, perkembangan penyelesaian

transaksi sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional-

Bank Indonesia (SKN-BI) juga mengalami peningkatan, jumlah warkat

yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151 miliar

atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy). Demikian halnya juga

dengan penyelesaian transaksi melaui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS) selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah

Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau mengalami peningkatan

nilai sebesar 0,39% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring

dan RTGS tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian

Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow...

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan

meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator

ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami

penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang

direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan

masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan

lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan

indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan

dengan hasil SK, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di

Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa

perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada

tahun 2012.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara

juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya

tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani

(NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat

Sulawesi Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei

Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Prospek PerekonomianProspek PerekonomianProspek PerekonomianProspek Perekonomian

Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara

pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy).

Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber

pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel,

realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana

tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain itu, pembangunan

proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...

Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy)...

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...

RINGKASAN EKSEKUTIF

6

berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara triwulan II 2012. Dari sisi permintaan, potensi peningkatan

pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan

membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Sementara dari sisi

penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan

mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh

positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir Maret dan

sepanjang April 2012.

Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan

meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi

fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya

harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas

produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan

permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal

dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental

pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak

dunia dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara

terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012. Dari sisi non

fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan

meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor

anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan meningkatnya

aktivitas konsumsi. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok

administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada

pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang

strategis oleh pemerintah. datangnya musim panen di akhir Maret dan

sepanjang April 2012.

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja

intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012

diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank

(RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk

terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran

36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih

fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah dan

melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit.

Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy)....

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik)....

RINGKASAN EKSEKUTIF

7

Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit

terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh

pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki

debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing

sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,

pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai

sekitar 41% (yoy).

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BAB IBAB IBAB IBAB I

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

11

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar

7,46% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya

6,99% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Bangunan

menjadi salah satu penyumbang terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi

proyek fisik pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti. Kinerja

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami peningkatan seiring dengan

kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS

sebesar 10%. Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional ASEAN Tourism

Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Sementara itu,

sektor Pertanian juga masih tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi

terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai dengan

dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di Sulawesi Utara.

1.11.11.11.1 SISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh

aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi

swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja

konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP

dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana

kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak

terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada investasi

didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

12

Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.2. Perkembangan Upah Minumin Provinsi Sulawesi

Sumber: Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara.

pemerintah dan swasta serta masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor

industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan I 2012 juga

tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi

unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1.1.1.1.1.1.1111 KonsumsiKonsumsiKonsumsiKonsumsi

Kegiatan konsumsi selama triwulan I 2012

mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,44% (yoy)

dengan kontribusi sebesar 2,98% terhadap laju

pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian

periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja

kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat

mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian,

kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor

utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada

triwulan I 2012. Kenaikan yang terjadi pada beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti

kenaikan Upah Minumum Provinsi (UMP) dan realisasi kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 10%

telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat.

Kinerja konsumsi swasta pada triwulan

laporan salah satunya terindikasi melalui

Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil

Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada

triwulan I 2012. Sebagaimana terlihat pada

grafik 1.3, pada akhir triwulan laporan (Maret

2012) IEK mencapai 130,83. Jika dilihat

berdasarkan komponennya, optimisme

konsumen terhadap kondisi perekonomian

Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb

Konsumsi 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47 8.13 5.18 6.58 4.44 2.98

Konsumsi Swasta 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09 8.21 3.29 6.65 3.62 1.59

Konsumsi Pemerintah 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37 8.00 1.89 6.46 6.00 1.39

PMTB 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73 16.73 3.74 14.67 10.23 2.29

Stok 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42 18.79 0.31 14.95 13.00 0.13

Ekspor 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93 6.19 2.97 -0.38 4.60 2.31

Impor 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.31 0.64 0.26

PDRBPDRBPDRBPDRB 6.996.996.996.99 6.996.996.996.99 7.147.147.147.14 7.147.147.147.14 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.397.397.397.39 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46

2011201120112011 20122012201220122011201120112011Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

13

Grafik 1.4. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat

Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan

Lama/Durable Goods (113,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (153,5). Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan

tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat,

dan naiknya konsumsi rumah tangga.

Disamping itu, pertumbuhan konsumsi

selama triwulan laporan tidak lepas dari

membaiknya daya beli petani seiring dengan

meningkatnya harga komoditas dunia. Hal

ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar

Petani (NTP) pada triwulan I 2012 mencapai

102,73 atau tumbuh 1,08% (yoy).

Peningkatan terutama terjadi pada

subsektor tanaman pangan dan

perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor tanaman pangan merupakan dampak dari

peningkatan produksi padi khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow yang mengalami

panen disebagian besar daerah sentra beras. Sementara itu, kenaikan subsektor tanaman

perkebunan merupakan dampak dari tingginya permintaan ekspor kelapa dan turunannya

sehingga ikut mendorong kenaikan harga komoditas tersebut. Sementara itu, sub sektor yang

masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya

produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukkan pada grafik

1.4., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada

dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks NTP digunakan sebagai salah satu indikator

konsumsi karena berdasarkan komposisinya, sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata

pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang

cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.

Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat

dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami

kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan

roda dua di Kota Manado. Selama triwulan I 2012 penjualan kendaraan roda dua mengalami

terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 8,05% (yoy) pada triwulan laporan.

Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan

melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

14

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

Sementara itu, data penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulawesi Utara tetap

menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2012, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank

umum mencapai Rp8.363 miliar, atau tumbuh sebesar 13,24% (yoy), sedikit melambat apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami

pertumbuhan 17,93% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama

triwulan I 2012 juga tumbuh positif sebesar 6% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,39% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai

sebagai respon atas pencairan kenaikan gaji yang direalisasikan pada triwulan I 2012. Hingga

triwulan I 2012, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp97,93

miliar atau mencapai 18,14% dari total yang dianggarkan dalam APBD 2012. Poroporsi belanja

pegawai juga merupakan proporsi terbesar (43,13%) pada komponen belanja operasional

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada APBD 2012.

1.1.1.1.1.1.1.1.2 2 2 2 InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi

Pada triwulan I 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

10,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,29% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara. Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan I 2012 diantaranya

bersumber dari dimulainya realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta juga didorong oleh

masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor industri pengolahan kelapa

dan perikanan.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

15

Tabel 1.2. Investasi PMA Tahun 2012

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara

No.No.No.No. Nama PerusahaanNama PerusahaanNama PerusahaanNama Perusahaan Bidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang Usaha Rencana Rencana Rencana Rencana InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi ( US$ )( US$ )( US$ )( US$ )

Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi ( US$ )( US$ )( US$ )( US$ )

Asal Asal Asal Asal NegaraNegaraNegaraNegara

Ket.Ket.Ket.Ket.

1. PT. Starcky Indonesia

Penangkapan ikan bersirip di laut dan industri pembekuan ikan.

1.130.000 ---- Philipina Bitung

2. PT. Bol Indah Utama

Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya

181.228.714.874 ---- Singapura Bolmong Selatan

3. PT. Sino Global Perkasa

Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.

15.554.191,14 ---- Singapura Bolmong

4. PT. Global International Indah

Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.

11.106.482,90 ---- Singapura Bolmong

JUMLAH 181.256.505.548 -

Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran

pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus

mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan I

2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar

Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I 2011 yang tumbuh

68% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit

investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan

dapat mendorong kinerja investasi di Sulawesi Utara.

1.1.31.1.31.1.31.1.3 Ekspor Ekspor Ekspor Ekspor –––– ImporImporImporImpor

Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan positif sebesar

4,60% (yoy) dan tercatat memberikan sumbangan terbesar kedua setelah konsumsi dengan

kontribusi sebesar 2,31% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Indikasi

pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulawesi Utara disumbang baik melalui perdagangan antar

negara dan juga perdagangan antar pulau/daerah. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi Utara

selama triwulan I 2012 tercatat sebesar USD333,5 juta atau meningkat sebesar 303,2% (yoy).

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

16

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulawesi Utara terutama

disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan

ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar

negeri pada triwulan I 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani

dengan pangsa mencapai 82% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 6%, sisanya

dalam bentuk ampas/sisa industri (5%), daging olahan dan ikan olahan (4%), berbagai produk

kimia (1%) dan produk lainnya (1%).

Komposisi negara tujuan ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 mengalami

pergeseran bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Negara tujuan utama ekspor

Sulawesi Utara sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (35,68%), Cina (20,57%),

Amerika Serikat (17,18%), Korea Selatan (10,73%), dan Singapura (3,75%). Sedangkan

triwulan I 2011 negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara adalah Amerika Serikat (33,49%),

Korea Selatan (16,81%), Cina (11,73%), dan Belanda (11,37%).

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD) 82.68 271.60 160.80 234.60 333.40 303.2%

2011201120112011 Grow th Grow th Grow th Grow th

(yoy )(yoy )(yoy )(yoy )UraianUraianUraianUraian

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.8. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2012

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2011

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

17

Sejalan dengan aktivitas perdagangan luar

negeri, kinerja ekspor antar pulau/daerah

Sulawesi Utara juga menunjukkan adanya

pertumbuhan positif. Hal ini dapat tercermin

dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan

Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai

kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi

Utara ke luar provinsi. Selama triwulan I 2012,

volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim

(muat) ke pasar domestik sebesar 222 ribu ton

atau tumbuh 15,45% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Tiga komoditi ekspor

terbesar antar daerah adalah beras, barang campuran dan minyak goreng kelapa sawit.

Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 juga mengalami perbaikan,

hal ini ditandai dengan pertumbuhan impor sebesar 0,26% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9,42% (yoy). Perlambatan ini menunjukkan

bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap negara/daerah lain sudah mulai

mengalami penurunan. Perlambatan impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan

data nilai impor selama triwulan laporan yang tercatat USD 17,60 juta atau turun 72,8% (yoy)

dibanding periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor

bahan baku dengan pangsa sebesar 44%, sisanya sebesar 42% berupa barang konsumsi dan

14% berupa impor barang modal. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas

gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 39% dari total nilai

impor. Beberapa komoditas impor Sulawesi Utara lainnya diantaranya kapal laut, mesin-mesin,

dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 16%, 14% dan 6%.

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD) 64.76 11.90 21.30 46.40 17.60 -72.8%

UraianUraianUraianUraian2011201120112011 Grow th Grow th Grow th Grow th

(y oy )(y oy )(y oy )(y oy )

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi

Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung

Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Tabel 1.4. Impor Sulawesi Utara (Juta USD)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

18

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Maret 2012 lebih dominan

didatangkan dari negara Thailand (40%), Cina (18%), Taiwan (14%), Australia (12%), Filipina

dan Singapura masing-masing sebesar 5%. Mengalami pergeseran dibandingkan negara asal

impor Sulawesi Utara pada periode yang sama tahun lalu yakni Jepang (25%), Cina (10%), dan

Malaysia (9%). Hal ini sejalan dengan komoditi impor pada triwulan I 2012 yang didominasi

oleh beras, coil roll dan barang proyek.

Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan

kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai

masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan I 2012, volume barang

yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 753 ribu ton naik 10,84% (yoy) apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 679 ribu ton.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.15. Negara Asal Impor Jan-Mar 2011

Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Mar 2012

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.13. Pangsa Jenis Barang Impor Sulawesi Utara

Grafik 1.14. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

19

1.21.21.21.2 SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2012 disumbangkan oleh seluruh

sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,46% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,99% (yoy). Sektor yang

memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 adalah sektor

bangunan yang tercatat tumbuh 8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap

total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor jasa-jasa,

sektor pertanian serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sumbangan masing-

masing sebesar 1,22%, 1,20%, 1,08%, dan 0.99% terhadap total pertumbuhan.

Tabel 1.5.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

1.2.11.2.11.2.11.2.1.... BangunanBangunanBangunanBangunan

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan I 2012 mencatat pertumbuhan sebesar

8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap total pertumbuhan. Beberapa faktor

yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa

proyek pemerintah seperti:

- Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

Grafik 1.17. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 Sumb.Sumb.Sumb.Sumb. Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb

Pertanian 6,58 1,29 6,65 1,42 2,42 0,52 1,00 0,18 -2,28 5,86 1,08

Pertambangan & Penggalian 5,89 0,31 5,88 0,30 7,90 0,39 2,44 0,11 2,80 7,17 0,37

Industri Pengolahan 6,03 0,47 6,93 0,52 6,33 0,49 -3,07 -0,24 3,71 7,38 0,60

Listrik, Gas & Air Bersih 4,81 0,04 5,33 0,04 7,22 0,06 6,29 0,05 5,93 15,26 0,13

Bangunan 8,31 1,39 13,59 1,97 15,76 2,26 13,41 2,16 11,61 8,26 1,33

PHR 8,79 1,31 6,36 1,00 12,97 1,83 18,52 3,46 21,03 7,45 1,22

Pengangkutan & Komunikasi 7,24 0,89 3,27 0,43 2,55 0,35 3,57 0,48 4,10 8,11 0,99

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5,31 0,36 7,13 0,47 6,51 0,43 9,87 0,60 6,59 7,62 0,54

Jasa-Jasa 5,89 0,93 6,46 0,98 8,20 1,39 10,36 1,49 8,10 7,70 1,20

PDRBPDRBPDRBPDRB 6,996,996,996,99 6,996,996,996,99 7,147,147,147,14 7,147,147,147,14 7,737,737,737,73 7,737,737,737,73 8,308,308,308,30 8,308,308,308,30 7,397,397,397,39 7,467,467,467,46 7,467,467,467,46

Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha2011201120112011

20112011201120112012201220122012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20

Tabel 1.7. Pembangunan Jalan di Kabupaten Kepulauan Sangihe

- Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa

Selatan dengan nilai Rp21.5 miliar.

- Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek

sebesar Rp10 miliar.

- Peningkatan kondisi jalan di sepanjang lingkar selatan Sulawesi Utara, dengan dana

sebesar Rp213.98 miliar (tabel 1.6.)

- Pembangunan jalan baru dari Desa Adow ke Matali Baru, Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan yang menargetkan dana sebesar Rp178 miliar.

- Pembangunan lokasi wisata di Gunung Mahawu, Kota Tomohon dengan alokasi dana

sebesar Rp1 miliar.

- Pelebaran dan perbaikan kualitas jalan di Kecamatan Sangkub hingga Biontong di

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan alokasi dana sebesar Rp80 miliar.

- Rehabilitasi dan peningkatan 11 poros jalan yang tersebar di wilayah Kab.Kep. Sangihe

dengan alokasi dana sebesar Rp9.9 miliar (tabel 1.7.)

Ruas Jalan Ruas Jalan Ruas Jalan Ruas Jalan AnggaranAnggaranAnggaranAnggaran

Kema – Rumbia 24,979,000,000

Kema – Rumbia 2 19,979,000,000

Kema – Rumbia Cs 19,979,000,000

Buyat – Molobog 19,096,769,000

Molobog – Onggunoi I 19,979,000,000

Molobog – Onggunoi II 29,977,500,000

Onggunoi – Pinolosian I 29,977,500,000

Onggunoi – Pinolosian II 14,979,000,000

Pinolosian – Molibagu 9,981,750,000

Molibagu – Mamalia 15,073,644,000

Mamalia – Taludaa 9,981,750,000

JumlahJumlahJumlahJumlah 213,213,213,213,983,913,000983,913,000983,913,000983,913,000

Nama Ruas JalanNama Ruas JalanNama Ruas JalanNama Ruas Jalan Volume Volume Volume Volume

(Km)(Km)(Km)(Km) Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)

• Peningkatan JalanPeningkatan JalanPeningkatan JalanPeningkatan Jalan

Poros jalan Ulung Peliang-Lelipang-Palilangen-Lumbaha 1.2 1,053,822,000

Poros jalan Salurang-Hangke-Palareng 1.0 1,100,000,000

Poros jalan Kawiwi-Sampakang 1.0 1,100,000,000

• Rehabilitasi JalanRehabilitasi JalanRehabilitasi JalanRehabilitasi Jalan

Poros jalan Mohade-Beha-Kalekube 2.7 1,562,000,000

Poros jalan Tahuna-Lesa-Manganitu 2.0 1,870,000,000

Poros jalan Kalinda-Bebu 3.0 1,100,000,000

Poros jalan Kawasan Dagho 1.0 412,500,000

Tabel 1.6. Alokasi Pembangunan Jalan Lingkar Selatan

Sumber : Dinas PU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

21

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen

Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Poros jalan Santiago-Mahena 0.5 715,000,000

Poros jalan Mala-Hiung-Pinabetengan 1.3 660,000,000

Poros jalan Tariang Baru-Timbelang-Makaliahe 1.2 770,000,000

Poros jalan Kalagheng-Birahi-Mandol 1.0 605,000,000

Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan I 2012.

Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek

perumahan. Hal ini tercermin dari peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara.

Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 204,84 ribu ton atau mengalami

pertumbuhan 92,63% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga memperlihatkan

kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 29,62% (yoy) dari 140,77 pada Maret

2011 menjadi 182,47 pada Maret 2012.

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap

sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal ini

tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan sampai dengan Desember 2011 tercatat

sebesar Rp453 miliar atau mengalami pertumbuhan

positif sebesar 32,42% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu.

Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado

Sumber : Dinas PU Kabupaten Kepulauan Sangihe

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22

1.2.1.2.1.2.1.2.2.2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I 2012 menunjukan pertumbuhan

positif sebesar 7,45% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,22% terhadap total pertumbuhan.

Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai respon dari

adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada

tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS

sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap

peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat.

Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong

oleh pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15

Januari 2012 berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Pertemuan ATF

mendatangkan sebanyak ±2.000 orang termasuk peserta forum yang tang terdiri dari menteri

pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang akan mengikuti acara

travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang dihasilkan dari pelaksanaan

ATF diantaranya:

- Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara

ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan

bersaing menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masing-

masing negara melalui produk tour and travel.

- Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang

digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini

ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM

Sulawesi Utara.

- Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF.

Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia,

Amerika dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.

- Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15

Januari 2012.

Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan

antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum

memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data

jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar

terjual.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

23

Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan

sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan

alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai

dengan Maret 2012 kredit sektor PHR yang

telah disalurkan bank umum mencapai

Rp4.652 miliar atau tumbuh 27,61%

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

1.2.1.2.1.2.1.2.3.3.3.3. Sektor Sektor Sektor Sektor PertanianPertanianPertanianPertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar

5,86% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,08% terhadap total pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado

Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara

Grafik 1.22. Data Lama Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.24. Jumlah Kamar Terjual

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

24

- Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di

wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen.

- Dalam rangka mensukseskan program swasembada beras yang telah dicanangkan

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara menggagas program

Gerakan Tanam Padi (Gentadi) seluas 4 hektar di 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Mitra.

- Pemerintah Kota Tomohon meningkatkan target produksi beras sebesar 5,3% atau sebesar

10.000 ton.

- Pemerintah Kota Bitung meningkatkan target produksi beras menjadi 1.555 ton pada tahun

2012. Guna mencapai target tersebut, Pemkot Bitung telah mendatangkan bibit padi unggul

bernama Inpari 13 dan sementara diuji coba di kawasan pertanian beras Tanjung Merah dan

Manembo-nembo bawah.

- Distanak Provinsi Sulawesi Utara mulai melaksanakan pemanfaatan lahan pertanian seperti

padi ladang di lahan seluas 3 hektar di wilayah Kota Manado. Panen padi ladang ini

merupakan langkah awal dalam memaksimalkan 50 hektar lahan sawah di Manado untuk

memproduksi beras bagi kebutuhan masyarakat.

- Dalam rangka mendukung program swasembada beras, PT. Pupuk Kaltim sebagai penyedia

pupuk bersubsidi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulawesi Utara) menjaga stok pupuk urea

sekaligus memantau distribusinya ke titik-titik pengecer yang ada agar petani dapat

memperoleh pupuk dengan mudah. Dalam tahun 2012 ini, petani Sulawesi Utara mendapat

alokasi pupuk sebanyak 49,100 ton dari pemerintah, terdiri atas lima jenis pupuk bersubsidi.

Pupuk yang dialokasikan meliputi urea 25 ribu ton, SP-36 sebanyak 5,500 ton, ZA 200 ton,

NPK 15,600 ton dan pupuk organic 2,800 ton. Penetapan alokasi tersebut berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 tertanggal 9 Desember

2011.

Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi

Utara, dimana pada triwulan I 2012 luas panen padi tercatat sebesar 38,01 ribu hektar lebih

tinggi dibandingkan luas panen pada triwulan I 2011 sebesar 28,89 ribu hektar atau naik

31,54% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga

meningkat menjadi 114,41 ribu ton atau naik 32,96% (yoy) dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Sejalan dengan produksi beras, produksi pipilan jagung kering pada

triwulan laporan juga mengalami peningkatan dari 118,88 ribu ton pada triwulan I 2011

menjadi 122,47 ribu ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 3,02%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

25

Grafik 1.26. Pertumbuhan Kredit Pertanian

Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulawesi Utara

Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran

perbankan untuk membiayai sektor pertanian

semakin menunjukkan adanya tren

peningkatan. Sampai dengan Maret 2012,

jumlah kredit yang disalurkan pada sektor

pertanian mencapai Rp400 milliar atau

tumbuh 89,82% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika

dibandingkan dengan total kredit yang

disalurkan bank, jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,47% dari total kredit yang

disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain

disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL

(Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,12% pada triwulan laporan.

1.21.21.21.2....4444. Sektor . Sektor . Sektor . Sektor lainnyalainnyalainnyalainnya

A.A.A.A. Sektor JasSektor JasSektor JasSektor Jasaaaa----jasajasajasajasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan I 2012 tumbuh

positif sebesar 7,70% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 1,20% terhadap total pertumbuhan

triwulan laporan. Kinerja sektor jasa yang cukup

stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor

pemerintahan umum. Apabila dibandingkan

dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya

kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan

yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras

Luas Panen (Ha)-right axis 30,258 38,597 24,198 26,718 28,898 24,959 41,568 26,659 38,011

Produksi Gabah (Ton)-left axis 140,922 185,420 119,571 138,117 136,155 117,088 204,854 138,001 181,029

Produksi Beras (Ton)-left axis 89,063 117,185 75,569 87,290 86,050 74,000 129,468 87,217 114,410

Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung

Luas Panen (Ha) 29,759 36,226 32,565 23,380 32,600 15,295 75,590 90,147 33,578

Produksi Jagung (Ton) - left axis 108,759 132,339 119,262 85,785 118,875 56,181 277,093 328,233 122,465

2010201020102010 2011201120112011KOMPONENKOMPONENKOMPONENKOMPONEN

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

26

Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan Maret 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat

sebesar Rp962miliar atau tumbuh 52,86% (yoy).

B.B.B.B. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan Komunikasi

Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun

internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara

khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat

Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya

minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu

mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan

komunikasi pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan 8,11% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 0,99% terhadap total pertumbuhan.

Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari

tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado

baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus

penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar

13,63% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah

Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,68% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor

ini, keberpihakan perbankan yang

diwujudkan dalam penyaluran kredit di

sektor pengangkutan dan komunikasi juga

memperlihatkan adanya peningkatan.

Sampai dengan akhir triwulan I 2012

jumlah kredit yang disalurkan mencapai

Rp157 miliar, atau tumbuh 43,40% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu.

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 230,845 13.63%

Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 242,260 13.68%

Datang 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 1,307,021 -26.73%

Berangkat 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 1,061,987 -12.13%

Growth Growth Growth Growth

(YoY)(YoY)(YoY)(YoY)

2011201120112011

Penumpang

Kargo

Jenis Jenis Jenis Jenis

PengangkutanPengangkutanPengangkutanPengangkutan

Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/

KeberangkatanKeberangkatanKeberangkatanKeberangkatan

2010201020102010

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

27

Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok

Bisnis dan Industri

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : PLN Kanwil Sulawesi Utaratenggo

Tabel 1.10. Investasi PMA Tahun 2012 Pada Bidang Industri Pengolahan

C.C.C.C. Sektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan yang mencatat

pertumbuhan sebesar 7,38% dengan sumbangan sebesar 0,60%, lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun lalu sebesar 6,03% (0,47%). Peningkatan ini dapat dikonfirmasi

melalui data masuknya beberapa perusahaan pada bidang industri pengolahan khususnya pada

bidang pengolahan kelapa sawit.

No.No.No.No. Nama PerusahaanNama PerusahaanNama PerusahaanNama Perusahaan Bidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang Usaha Asal NegaraAsal NegaraAsal NegaraAsal Negara

Ket.Ket.Ket.Ket.

1. PT. Bol Indah Utama

Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya

Singapura Bolmong Selatan

2. PT. Sino Global Perkasa

Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.

Singapura Bolmong

3. PT. Global International Indah

Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.

Singapura Bolmong

Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di

sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan I

2012 tumbuh 8,22% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor

industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai

dengan akhir triwulan I 2012 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp385 miliar atau tumbuh

sebesar 27,96% (yoy).

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

28

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Jumlah Bank umum 24 25 25 25 25 25 25 25 25

Jumlah kantor bank umum*) 206 215 219 225 227 234 242 246 246

Jumlah BPR 13 14 14 16 16 17 17 17 17

Jumlah kantor BPR 39 39 41 43 43 46 46 48 48

Data BankData BankData BankData Bank2010201020102010 2011201120112011

D.D.D.D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I

2012 tumbuh 7,70% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain

tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:

pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta

penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada

masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas

sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan

sektor ini.

E.E.E.E. Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2012 tumbuh 7,17% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,37% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub

sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan

industri berskala besar. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus

mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak

perbankan terhadap sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2011

hingga pada triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat

sebesar Rp117 miliar atau tumbuh sebesar 210,95% (yoy).

Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 1.11. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

29

F.F.F.F. Sektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I 2012 tumbuh siginifikan sebesar

5,26% (yoy), namun jika dilihat berdasarkan kontribusinya, sektor listrik, gas dan air bersih

masih tercatat sebagai sektor yang memberikan sumbangan terendah terhadap total

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan sebesar 0,13%.

Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data jumlah penjualan

listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan I 2012

sebesar 458,89 ribu pelanggan atau tumbuh 8,18% (yoy) dengan jumlah pemakaian 193 MW

atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, kapasitas listrik

yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 257 MW atau tumbuh 22,97% dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih terdapat surplus daya listrik

sebesar 64 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh adanya peningkatan produksi

listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.

Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

di Sulawesi Utara

Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik

di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IIIII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah

dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan

inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan yang terutama

dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan karena memburuknya ekspektasi

masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari 2012 Kota Manado tercatat mengalami deflasi

0,13% (mtm), kemudian terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm).

Pada akhir triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang

terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat

seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai

dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun lalu, tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi

nasional yang sebesar 0,88% (ytd).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

disumbangkan oleh kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price. Sementara

itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) sedikit tertahan,

namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan Kota Manado

pada akhir triwulan I 2012.

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2008 2009 2010 2011 2012

%

yoy Manado yoy Nasional -3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2008 2009 2010 2011

%

qtq Manado qtq Nasional

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

2.1.2.1.2.1.2.1. PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI

2.1.12.1.12.1.12.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Manado selama triwulan I tahun 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh

lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar

6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar

3,97% (yoy) pada Maret 2011.

Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan terutama disumbang oleh kelompok pendidikan,

rekreasi dan olah raga, tercatat sebesar 9,22% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, sub

kelompok pendidikan mengalami inflasi tertinggi yang didorong oleh kenaikan biaya

pendidikan akademi/perguruan tinggi.

Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 5,19% (yoy)

karena menurunnya harga bumbu-bumbuan terkait membaiknya kondisi pasokan dibandingkan

periode yang sama tahun lalu, baik pasokan lokal maupun pasokan impor. Pasokan bawang

merah yang sempat terkendala terkait pelarangan impor di daerah sentra Brebes mulai normal

kembali sehingga turut berkontribusi pada peningkatan suplai ke Kota Manado. Ketersediaan

cabai rawit dipengaruhi oleh panen cabai yang terjadi di daerah-daerah pemasok cabai di

Sulawesi Utara seperti Palu dan Gorontalo.

2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (qqqqttttqqqq))))

Tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan I-2012 tercatat lebih tinggi dibandingkan periode

lalu maupun periode yang sama tahun lalu. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan I-

2012 mencatat inflasi 1,59% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang mengalami

inflasi sebesar 0,88% (qtq) dan triwulan I 2011 sebesar 1,31% (qtq).

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

1 Bahan Makanan -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 -3.17 -5.19

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 1.21 2.95

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58 1.63 4.73

4 Sandang 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32 5.56 5.68

5 Kesehatan 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20 5.20 4.48

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 9.06 9.22

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87 0.49 -0.35

1.841.841.841.84 4.214.214.214.21 7.387.387.387.38 6.286.286.286.28 6.906.906.906.90 5.155.155.155.15 1.251.251.251.25 0.670.670.670.67 0.950.950.950.95

2010201020102010 2011201120112011NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok

UmumUmumUmumUmum

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar, tercatat sebesar 3,29% (qtq) karena kenaikan harga bahan bakar rumah

tangga dan bensin terkait kelangkaan bensin dan program konversi minyak tanah ke LPG.

Kondisi ini turut andil memperburuk ekspektasi inflasi masyarakat yang pada tahap selanjutnya

mendorong inflasi pada kelompok lainnya.

Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi terutama

disebabkan oleh melandainya harga angkutan udara setelah mengalami puncaknya pada

Desember 2011.

2.1.32.1.32.1.32.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado

sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren

peningkatan. Tingkat inflasi Kota Manado

sepanjang triwulan I 2012 lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional,

dengan pola pergerakan yang sama (Grafik 2.3).

Pada Januari 2012 Kota Manado tercatat

mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian

terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012

sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir triwulan I 2012

tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami

peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi

inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012

sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm).

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

1 Bahan Makanan -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59 2.18 1.86

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 0.60 1.51

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41 0.60 3.29

4 Sandang 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02 -1.03 0.50

5 Kesehatan 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90 0.59 0.97

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 -0.06 0.16

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13 0.29 -0.81

0.720.720.720.72 0.200.200.200.20 3.813.813.813.81 1.441.441.441.44 1.311.311.311.31 -1.43-1.43-1.43-1.43 -0.05-0.05-0.05-0.05 0.870.870.870.87 1.591.591.591.59

NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok2010201020102010 2011201120112011

UmumUmumUmumUmum

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2009 2010 2011 2012

%

mtm Manado mtm Nasional

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.2.

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011

� JANUARIJANUARIJANUARIJANUARI 2012012012012222

Pada Januari 2012, Kota Manado tercatat

mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm). Deflasi

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan

sebesar 1,22% (mtm) dengan sumbangan sebesar -

0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan

sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami

deflasi sebesar 18,67% (mtm). Kemudian diikuti

oleh sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya

dan sub kelompok kacang-kacangan yang masing-

masing mengalami deflasi sebesar 1,21% (mtm)

dan 0,93% (mtm). Melandainya tingkat harga pada

awal tahun 2012 yang terutama terjadi pada kelompok bahan makanan merupakan dampak

menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun

Baru 2012

� FEBRUARIFEBRUARIFEBRUARIFEBRUARI 2012012012012222

Tekanan inflasi Kota Manado pada Februari 2012

terakselerasi tajam dibandingkan dengan bulan

sebelumnya, sehingga tercatat mengalami inflasi

sebesar 0,6% (mtm). Inflasi terjadi pada hampir

semua kelompok barang dan jasa, kecuali pada

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

yang tercatat mengalami deflasi -0,04% (mtm).

Harga komoditas kelompok bahan makanan yang menurun pada bulan sebelumnya, mulai

merangkak naik sehingga pada Februari 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi 1,49%

(mtm) dengan andil 0,43% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Komoditas yang

mengalami kenaikan harga antara lain beras, cabe rawit, daging ayam ras, daun bawang, kue

basah, gula pasir, dan cumi-cumi. Kenaikan harga beras pada periode laporan merupakan

dampak kenaikan HPP Beras dan berkurangnya pasokan. PMK No 13/PMK 011/2011 tentang

pembebasan bea impor produk & bahan pangan, bahan baku pakan ternak, dan pupuk telah

berakhir pada bulan Desember 2011 sehingga bea impor pangan 5% kembali berlaku. Hal ini

berdampak pada kenaikan biaya produksi peternak yang pada tahap selanjutnya menyebabkan

kenaikan harga daging ayam ras yang mulai terasa dampaknya pada Februari 2012.

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Februari 2012

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah.

� MARETMARETMARETMARET 2012012012011111

Pada akhir triwulan I–2012, laju perkembangan

harga barang dan jasa secara umum kembali

mengalami peningkatan dibandingkan bulan

sebelumnya hingga menyentuh angka inflasi

1,12% (mtm). Inflasi pada akhir triwulan I 2012

terutama disebabkan oleh meningkatnya

ekspektasi inflasi masyarakat karena rencana

kenaikan BBM pada 1 April 2012. Hal ini

membawa dampak lanjutan pada kenaikan

harga barang dan jasa secara sepihak oleh

pedagang yang ditandai oleh (1) Kenaikan

harga bahan makanan (2) Terdongkraknya

harga semen (3) Meningkatnya harga ongkos angkutan pada Maret 2012.

2.22.22.22.2 FAKTORFAKTORFAKTORFAKTOR----FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered

price. Sementara itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile

foods) sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi

tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012.

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2010 2011 2012

UMUM Volatile Administered Core

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Maret 2011

Grafik 2.7.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Grafik 2.8.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulawesi Utara dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulawesi Utara

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu maupun triwulan lalu. Inflasi inti pada

Maret 2012 tercatat 3,91% (yoy) dengan sumbangan 2,01% terhadap total inflasi tahunan

pada akhir triwulan I-2012, atau lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2011 yang tercatat

sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan 0,79% terhadap total inflasi tahunan, maupun

triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,03% (yoy) dengan sumbangan 1,57% terhadap total

inflasi tahunan. Peningkatan tekanan inflasi inti terutama bersumber dari memburuknya

ekspektasi inflasi dan faktor eksternal.

� Interaksi Permintaan dan Penawaran

Peningkatan permintaan selama triwulan I

2012, direspon dengan baik oleh peningkatan

penggunaan kapasitas produksi sehingga

mampu menjamin ketersediaan pasokan. Hal ini

tercermin dari peningkatan indeks penjualan riil

hasil Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dari

88,27 pada triwulan I 2011 menjadi 95,41 pada

triwulan I 2012. Peningkatan ini direspon oleh

peningkatan kapasitas produksi dunia usaha

yang tercermin dari peningkatan indeks hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara dari 194,26 pada triwulan I 2011 menjadi 223,79 pada triwulan I 2012.

� Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan

datang terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh tren

kenaikan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang

akan datang hingga mencapai masing-masing sebesar 199 dan 197 pada Maret 2011 (Grafik

2.10). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang, berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE)

KBI Manado, sebagian besar pedagang di Sulawesi Utara juga memiliki ekspektasi yang tinggi

terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 2.11). Tingginya

ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara merupakan faktor: (1) kebijakan pemerintah terkait BBM

bersubsidi (rencana kenaikan harga BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran

dan Kapasitas Produksi

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.12. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2.13. Perkembangan Minyak di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana kenaikan TDL (2) kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI

sebesar 10% pada Maret 2011.

� Eksternal

Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti meningkat sebagai

dampak nilai tukar Rupiah yang bergerak melemah

pada triwulan I tahun 2012. Baik secara rata-rata

maupun point to point, Rupiah terdepresiasi

dibandingkan dengan level pada triwulan IV 2011.

Secara rata-rata Rupiah melemah sebesar 1,03%(qtq).

Pelemahan Rupiah tersebut dipengaruhi oleh masih

tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global

serta meningkatnya persepsi risiko domestik terkait

dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Disamping itu, kenaikan harga komoditas internasional non

pangan terutama emas dan energi yang meningkat cukup signifikan juga merupakan salah satu

faktor yang membawa inflasi inti pada level yang lebih tinggi.

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2008 2009 2010 2011 2012

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2008 2009 2010 2011 2012

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

8,000

8,200

8,400

8,600

8,800

9,000

9,200

9,400

9,600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

110.04

106.09

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012

USD/Barel

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

1,800.00

2,000.00

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012

USD/pound

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara

2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental

� Volatile foods

Kelompok volatile foods pada Maret 2011 tercatat mengalami deflasi -5,38% (yoy) dengan

sumbangan -1,61% (yoy) terhadap inflasi umum. Namun demikian, secara triwulanan

kelompok volatile foods tercatat mengalami inflasi sebesar 1,88% (qtq). Hal ini mencerminkan

bahwa kondisi pasokan kelompok volatile foods membaik apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Namun demikian, tren penurunan harga sampai dengan akhir tahun 2011

tertahan oleh kenaikan HPP Beras yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3

Tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah

pada 27 Februari 2012. Selain itu, faktor cuaca buruk turut menjadi pendorong kenaikan harga,

seperti yang terpantau pada harga aneka bumbu (cabe rawit dan bawang putih) serta beberapa

komoditas perikanan tangkap. Dari sisi ekspektasi inflasi, pedagang bumbu-bumbuan

menaikkan harga sebagai antisipasi atas kenaikan ongkos angkutan yang diperkirakan akan

terjadi menjelang penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Sementara itu, beberapa

harga pangan terindikasi mulai meningkat yang berdampak pada kenaikan harga pada

sebagian komoditas domestik, seperti minyak goreng.

� Administered Price

Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada Maret 2012 tercatat sebesar 2,96%

(yoy) dengan sumbangan 0,55% (yoy). Inflasi administered prices pada Maret terutama berasal

dari komoditas rokok dan bahan bakar rumah tangga terkait masih berlanjutnya program

konversi minyak tanah ke gas elpiji.

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

I II III IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV

Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret

Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg Rp/ltRp/ltRp/ltRp/lt

Beras Minyak Goreng

10,000

30,000

I II III IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV

Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret

Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg

Cabe Rawit (merah) Bawang Merah

Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak Goreng di Kota Manado

Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit

dan Bawang Merah di Kota Manado

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IIIIIIIII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

43

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan.

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis

deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan sejalan dengan melambatnya laju

pertumbuhan kredit pada triwulan I 2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan

stabilitas sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi

Utara berada pada level 110,96% di akhir triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan

stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator

lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah

batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

3.1. 3.1. 3.1. 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan I-2012 mengalami pertumbuhan dengan laju

sedikit lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset

perbankan Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mencapai Rp22.112 miliar atau tumbuh

21,22% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar

23,40% (yoy).

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional

dengan pangsa mencapai 94,98% dari total aset perbankan. Lebih lanjut, sebesar 67,63%

merupakan aset bank pemerintah dan 28,77% merupakan aset bank swasta. Sementara itu,

pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,95% dan 3,07%.

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Total Aset 14,783 15,914 16,731 17,534 18,242 19,467 20,465 21,244 22,112

Tumbuh Y.o.Y (%) 8.42 11.79 12.58 18.72 23.40 22.33 22.32 21.16 21.22

DPK (Rp Miliar) 9,953 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138 14,579

Tumbuh Y.o.Y (%) 11.74 12.24 14.28 14.43 18.53 18.83 19.66 23.71 23.58

Kredit outstanding (Rp Miliar) 10,867 11,631 12,119 12,909 13,397 14,403 15,107 15,896 16,177

Tumbuh Y.o.Y (%) 19.48 20.81 21.14 23.12 23.28 23.83 24.65 23.14 20.75

LDR (%) 109.18 109.68 109.05 112.95 113.56 114.30 113.60 112.43 110.96

NPL (%) 3.53 3.46 3.48 3.13 3.74 3.64 3.46 2.66 2.66

2011201120112011KomponenKomponenKomponenKomponen

2010201020102010

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44

Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional terus mengalami pertumbuhan positif

hingga tercatat mencapai 65,74% (yoy) pada triwulan I 2012. Sementara itu, aset bank umum

syariah mengalami pertumbuhan positif dengan laju melambat dibandingkan triwulan lalu.

Pada triwulan I 2012 aset bank umum syariah tercatat tumbuh 37,12% (yoy), atau lebih lambat

dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 57,82%(yoy).

3.2.3.2.3.2.3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank

umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan

jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank umum syariah

memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR

konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor bank umum

konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang menggambarkan semakin

besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara.

3.3.3.3.3.3.3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL

3.3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1. Respon Perbankan SuRespon Perbankan SuRespon Perbankan SuRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 Maret 2012 memutuskan untuk

mempertahankan BI rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten

dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental yang masih terkendali ke depan serta tetap

kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak penurunan kinerja

perekonomian dunia. Terhadap rencana kebijakan Pemerintah di bidang energi (BBM), Bank

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. I-2012

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. I-20112 (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

93.5

94

94.5

95

95.5

96

96.5

97

97.5

98

-

1

1

2

2

3

3

4

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2009 2010 2011 2012

Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

45

Indonesia memperkirakan dampaknya pada inflasi bersifat temporer (one-time shock) dan inflasi

akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Sejalan dengan itu,

Bank Indonesia akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi

dampak inflasi jangka pendek tersebut melalui penguatan operasi moneter untuk

mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan

suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus

berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi

Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga

perbankan hingga akhir triwulan I-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang

bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Maret 2012, rata-rata tingkat suku bunga

kredit tercatat sebesar 13,43% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 13,53%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga

kredit modal kerja mencapai 13,30% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,93% per

tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,36% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat

suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar 5,79%, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,58%.

Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi

Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Rata-rata suku bunga kredit nasional

tercatat sebesar 12,42% pada triwulan I 2012. Berdasarkan penggunaannya, rata-rata tingkat

suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,02% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar

11,62% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,62% per tahun.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

3.3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2. Penyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,58% (yoy) menjadi Rp14.579 miliar,

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, tercatat

tumbuh 18,53% (yoy) atau sebesar Rp11.797 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa

kemampuan perbankan dalam menjaring dana dari masyarakat semakin membaik.

Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis deposito yang tumbuh

30,18% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,36% (yoy) dan giro sebesar 17,8%

(yoy).

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis

simpanan tabungan sebesar 46,40% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul

kemudian deposito (34,88%) dan giro (18,72%).

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,76% dari total DPK sedangkan

sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,24%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank

pemerintah tumbuh 25,69% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 19,71%

(yoy).

Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang

dihimpun, sebesar 71,20% atau sebesar Rp10.380 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (7,66%), Kota Bitung (6,97%),

Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,99%), Kabupaten Minahasa (5,02%), Kota Tomohon

(1,23%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,19%), Kabupaten Minahasa Utara (0,75%) .

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami

oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 56,02% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota

Kotamobagu sebesar 10,45% (yoy). Sementara itu, Kabupaten Minahasa Utara mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 22,08% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, pertumbuhan negatif di

Minahasa Utara terjadi pada giro pemerintah yang diperkirakan merupakan realisasi

pembiayaan proyek pemerintah.

Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota (%)

Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Kab. Minahasa 605 682 682 662 732

Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873

Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173

Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109

Kota Menado 8,275 8,890 9,478 10,489 10,380

Kota Kotamobagu 1,011 1,047 1,054 962 1,117

Kota Bitung 775 834 887 965 1,017

Kota Tomohon 144 140 153 115 179

TotalTotalTotalTotal 11,79711,79711,79711,797 12,60112,60112,60112,601 13,29813,29813,29813,298 14,13814,13814,13814,138 14,57914,57914,57914,579

2011201120112011Sebaran DPKSebaran DPKSebaran DPKSebaran DPK

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3. PenyaluraPenyaluraPenyaluraPenyaluran Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelapor

Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya

tren peningkatan. Pada triwulan I-2012, jumlah kredit secara umum tercatat 16.177 miliar atau

tumbuh 20,75% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan

dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy).

Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar

Rp5.185 miliar dan Rp8.363 miliar atau tumbuh 16.48% (yoy) dan 13.24% (yoy). Tingginya

pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh

meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari

pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus

ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional

yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 51,69%

dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar

32,05%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 16,26%.

Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar

ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 28,75%

dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,

bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp11.593 miliar atau mencapai

pangsa pasar 71,66% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar

Rp4.584 miliar dengan pangsa pasar 28,34% dari total kredit.

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp16.177 miliar, tercatat

64.93% atau sebesar Rp10.505 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,79% (Rp1.583 miliar), Kabupaten

Minahasa 8,51% (Rp1.377 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,43%(Rp.1041 miliar), Kota

Bitung 6,19% (Rp.1.001 miliar), Kota Tomohon 1,7% (Rp275 miliar), Kabupaten Minahasa

Selatan 1,4% (Rp.226 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,04% (Rp169 miliar).

Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Tomohon sebesar 46,69% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa

6,66% (yoy).

3.3.4.3.3.4.3.3.4.3.3.4. Kredit MKMKredit MKMKredit MKMKredit MKM

Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan

Menengah) yang disalurkan oleh bank umum

konvensional di Sulawesi Utara mengalami

peningkatan. Hal ini mencerminkan keberpihakan

perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan

I-2012, posisi kredit MKM tercatat Rp14.388 miliar

atau tumbuh 19,59% (yoy). Jika dilihat berdasarkan

skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di

bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni

59,96%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun

di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 23,26%,

dan sisanya 16,78% merupakan kredit mikro (di

bawah Rp50 juta).

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan

pada triwulan I-2012, pangsa kredit MKM tercatat 88,94%, atau sedikit lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat 88,71%. Kenaikan pangsa kredit

MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio

Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,56% pada akhir triwulan I-2012.

Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

3.43.43.43.4 STABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 relatif terkendali.

Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI

yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio

(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan

berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang

tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan

BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.

3.4.13.4.13.4.13.4.1 Risiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko Kredit

Pada triwulan I-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin

dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio

NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)

tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk

terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif.

Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada

sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas

kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan

merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya

seiring dengan naiknya UMP pada awal tahun 2012 serta kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar

10% pada Maret 2011.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat

bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif

rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 55,67% dari total kredit

memiliki tingkat NPL sebesar 1,52%.

Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. I-2012

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

3.4.23.4.23.4.23.4.2 RisRisRisRisiko Likuiditasiko Likuiditasiko Likuiditasiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan

laporan cukup terkendali.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara

masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang berpotensi

menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya

relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh pangsa rata-

rata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit secara

keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut

untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada

triwulan laporan tercatat 110,96%. Perlu digaris bawahi

bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total

kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga

yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya

rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit

yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang

berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah

dialami oleh Kota Bitung sebesar 98,48%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten

Minahasa sebesar 188,15%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa Utara

sebesar 154,87%, Kota Tomohon sebesar 154,14%, Kota Kotamobagu sebesar 141,78%,

Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 130,72%, dan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar

119,24%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah

tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran

dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.

3.4.33.4.33.4.33.4.3 Risiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari

rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)

yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulawesi Utara pun

bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak

akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi

valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

3.4.43.4.43.4.43.4.4 Indikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnya

� Rasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank

umum pada triwulan I-2012 memperlihatkan adanya

kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio

kelonggaran tarik pada Maret 2011 sebesar 7,47%,

mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,56%.

Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit

yang tidak dicairkan oleh nasabah.

� Net Interest MaNet Interest MaNet Interest MaNet Interest Marginrginrginrgin (NIM) (NIM) (NIM) (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai

salah satu indikator penilaian terkait

kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,

saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi

biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest

Margin (NIM) pada triwulan laporan

menunjukkan angka yang positif sebesar Rp773

miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan

periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp414

miliar.

� Rasio BOPORasio BOPORasio BOPORasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan

laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari peningkatan rasio

BOPO bank umum dari 67,35% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 85,83%

pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya.

Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar)

Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Utara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

� Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan I-2012, rasio ROA

bank umum tercatat sebesar 1,26%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,18%.

3.53.53.53.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai

dengan posisi Maret 2012 meningkat sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan

kredit sebesar 51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 52,40%

(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi

190,57% pada triwulan I-2012.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

2012

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Asset 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06 480.87 454.29

DPK 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95 188.58 195.65

Giro 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76 16.73 13.94

Tabungan 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87 35.88 68.68 106.55

Deposito 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02 90.31 103.16 75.16

Kredit 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15 355.48 371.77

Modal Kerja 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81 259.58 260.57

Investasi 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71 10.92 16.27

Konsumsi 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63 84.98 94.93

FDR (%) 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 231.85 188.51 190.57

2010 2011

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

55

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif

yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami

pertumbuhan sebesar 65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada

periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 56,76% (yoy) atau

mencapai Rp505,5 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain

(konsumsi) dengan pangsa 81,64% dan sektor PHR dengan pangsa 10,06%. Berdasarkan jenis

penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan

pangsa mencapai 77,36% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan

konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya

aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan

sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy)

dengan jumlah nominal sebesar Rp471,3 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,

deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 81,10%. Pertumbuhan DPK BPR jauh

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait

dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga

perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi

2012

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

A set 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1 651.7 713.7

D P K 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0 439.5 471.3

Deposito 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6 346.5 382.2

Tabungan 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4 92.9 89.1

Kredit 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1 455.8 505.5

Jenis P enggunaan

M odal Kerja 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1 98.1 97.1

Investasi 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2 12.5 17.3

Konsumsi 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8 345.2 391.1

Sekto ra l

Pertanian 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6 5.7 5.9

Perindustrian 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8 2.3 2.3

PHR 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5 44.9 50.9

Jasa-jasa 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2 33.5 33.8

Lain-lain 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0 369.4 412.7

LD R (P ersen) 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3 103.7 104.6

N P L (P ersen) 3.39 3.84 4.37 4.24 4.71 3.85 4.16 3.92 3.89

Ko mpo nen2010 2011

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

56

BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada

tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR

yang tercatat sebesar 104,6% pada triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi

intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren

penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga tercatat sebesar 3,89% pada

triwulan I-2012.

57

Perkembangan Produksi Ikan Tangkap dan Budidaya

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT

SEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANAN

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada sub sektor perikanan secara historis selama 3 (tiga)

tahun terakhir menunjukkan bahwa nelayan Sulawesi Utara masih berada dalam kondisi kurang sejahtera

dengan rata-rata nilai indeks sebesar 96,72 (indeks < 100).

Perkembangan Nilai Tukar Petani Sub Sektor Perikanan

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara

diperoleh data bahwa hasil produksi ikan tangkap

cenderung stabil sepanjang tahun 2010 dan 2011,

namun pada triwulan I 2012 terdapat penurunan

sebesar 11,19% dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Kinerja sub sektor perikanan

tangkap relatif fluktuatif dimana faktor cuaca

sangat menentukan produktivitas hasil tangkapan.

Sementara itu, produksi perikanan budidaya relatif

lebih stabil (meningkat 0,03%) apabila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya, produksi perikanan budidaya juga mengalami penurunan sebesar 69,25%. (qtq).

Penyaluran kredit dari perbankan memiliki peran yang penting terhadap perkembangan

produktivitas sektor perikanan. Dari total kredit perbankan sebesar Rp16,55 triliun pada Maret 2012,

penyaluran kredit di sektor perikanan memiliki pangsa 1,02% atau hanya Rp169,54 miliar yang

disalurkan pada sektor perikanan. Minimnya penyaluran kredit pada sektor perikanan terkait dengan

risiko kredit yang cukup tinggi pada sektor tersebut, hal ini tercermin dari rata-rata kredit bermasalah

(Non Performing Loan) kredit perikanan pada Januari 2011 hingga Maret 2012 tercatat sebesar 7,16%,

lebih tinggi dibandingkan NPL kredit secara umum sebesar 3,38% dan telah melebihi batas toleransi yang

ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%.

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2010 2011 2012

Produksi Ikan Tangkap

Produksi Ikan Budidaya

58

Pangsa Kredit Sektor Perikanan Terhadap Total Kredit (Maret 2012)

Perkembangan Rasio NPL Kredit Perikanan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit pada sektor perikanan, Bank Indonesia bekerja

sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Nota Kesepahaman

No.04/MEN-KP/KB/IV/2010 dan No.12/1/GBI/DPNP/MOU tanggal 22 April 2010. Dengan adanya Nota

Kesepahaman tersebut diharapkan dapat mendorong percepatan kinerja sektor kelautan dan perikanan

sebagai salah satu sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia. Adapun ruang lingkup Nota

Kesepahaman tersebut mencakup kegiatan seminar, workshop, sosialisasi, penelitian, survei, kelompok

kerja atau forum kerja sama dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan kepada sektor

kelautan dan perikanan serta penyediaan data terkait pemberian kredit di sektor kelautan dan perikanan

oleh perbankan.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

61

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur

pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan

kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan

stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi

pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah

keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis

yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan

kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan

pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja

anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15

Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena

terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai

Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen

penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi

Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%.

Tabel 4.1.

Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

4.14.14.14.1. . . . Dana PerimbanganDana PerimbanganDana PerimbanganDana Perimbangan di Sulawesi Utaradi Sulawesi Utaradi Sulawesi Utaradi Sulawesi Utara

4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara

Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK) dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak dari pemerintah pusat bagi

(dlm jutaan rupiah)

Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424

Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146

Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367

TOTALTOTALTOTALTOTAL 4,656,1724,656,1724,656,1724,656,172 5,676,3545,676,3545,676,3545,676,354 5,683,1805,683,1805,683,1805,683,180 7,150,4107,150,4107,150,4107,150,410 7,426,9307,426,9307,426,9307,426,930

*) Data Update per 31 Maret 2012

2012*2012*2012*2012*DanaDanaDanaDana 2008200820082008 2009200920092009 2010201020102010 2011201120112011

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

62

Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2012 meningkat sebesar 16,59%

dibandingkan dengan Tahun 2011. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari

pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp6,99 triliun.

Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2012 mengalami peningkatan

alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di

masing-masing kabupaten/kota/provinsi di

Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara

mendapatkan alokasi terbesar yakni

Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%.

Berikutnya adalah Kota Manado sebesar

Rp667,12 miliar dengan pangsa 9,54% dari

total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar

Rp558,16 miliar dengan pangsa 7,98% dan

Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar

Rp478,57 miliar dengan pangsa 6,84%.

Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa

3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.

Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi

Utara pada APBD Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa

mencapai 85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar

9,85% dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Apabila dilihat berdasarkan

proporsi Dana Perimbangan terhadap total Pendapatan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

tercatat bahwa komponen Dana Perimbangan masih mendominasi pendapatan Sulawesi Utara

dengan pangsa sebesar 62%, sisanya sebesar 38,19% merupakan Pendapatan Asli Daerah

Provinsi Sulawesi Utara.

Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara

Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Grafik 4.2. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota

di Sulawesi Utara Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

63

Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012

4.4.4.4.2222. . . . APBD APBD APBD APBD di Tingkat di Tingkat di Tingkat di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana

Perimbangan). Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32%

(yoy). Hingga akhir triwulan I 2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

baru mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara

menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar

Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan

alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012 realisasi

belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada

triwulan I 2011 (13,33%).

4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. PenPenPenPendapatandapatandapatandapatan Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini

tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD 2012 dibandingkan APBD 2011.

Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat

ke daerah (Dana Perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total Dana Perimbangan

mencapai Rp889,07 miliar, mengalami peningkatan 7,11% dibandingkan tahun lalu.

Peningkatan ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas

daerah serta mengurangi kesenjangan publik.

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

IIII PendapatanPendapatanPendapatanPendapatan 1,259,7021,259,7021,259,7021,259,702 355,749355,749355,749355,749 28.2428.2428.2428.24 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 504,257504,257504,257504,257 29.3629.3629.3629.36

Pendapatan Asli Daerah 451,755 119,410 26.43 549,355 132,800 24.17

Pendapatan Transfer 807,647 236,257 29.25 1,167,565 371,416 31.81

Lain-lain PAD yang Sah 300 82 27.38 350 42 11.89

III II II I BelanjaBelanjaBelanjaBelanja 1,297,9081,297,9081,297,9081,297,908 172,949172,949172,949172,949 13.3313.3313.3313.33 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 223,830223,830223,830223,830 12.3112.3112.3112.31

Belanja Operasi 892,324 135,932 15.23 1,251,434 190,292 15.21

Belanja Modal 223,584 13,464 6.02 351,536 7,753 2.21

Belanja Tidak Terduga 10,000 100 1.00 10,000 70 0.70

Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 172,000 23,453 13.64 205,000 25,715 12.54

II III III III I Pembiay aanPembiay aanPembiay aanPembiay aan 38,20738,20738,20738,207 ---- ---- 100,699100,699100,699100,699 189,114189,114189,114189,114 187.80187.80187.80187.80

Penerimaan Daerah 40,207 - - 100,699 189,114 187.80

- SILPA 40,207 - - 100,699 189,114 187.80

Pengeluaran Daerah 2,000 - - - - -

NoNoNoNo UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

64

Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012

Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan

Asli Daerah (PAD) menjadi Rp549,35 miliar pada APBD 2012, meningkat 21,60% dibandingkan

tahun lalu. Hal ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam mengurangi

ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat masih besarnya

rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulawesi Utara yang

menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih

digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat.

Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir triwulan I 2012 tercatat sebesar

29,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (28,24%). Apabila

dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen pendapatan

transfer dengan realisasi sebesar 31,81%. Realisasi pendapatan transfer terutama berasal dari

dana bagi hasil bukan pajak (SDA) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Selanjutnya pada komponen

Pendapatan Asli Daerah, realisasi terbesar berasal dari pajak daerah yang terealisasi sebesar

24,70% dan retribusi daerah sebesar 18,36%.

4.2.4.2.4.2.4.2.2. 2. 2. 2. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja

Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun

sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan

realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan I 2012 realisasi belanja tercatat sebesar 12,31% dari

total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 13,33%.

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,259,7021,259,7021,259,7021,259,702 355,749355,749355,749355,749 28.2428.2428.2428.24 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 100.00100.00100.00100.00 504,257504,257504,257504,257 29.3629.3629.3629.36

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 451,755451,755451,755451,755 119,410119,410119,410119,410 26.4326.4326.4326.43 549,355549,355549,355549,355 31.9931.9931.9931.99 132,800132,800132,800132,800 24.1724.1724.1724.17

- Pajak Daerah 409,963 114,933 28.03 507,063 92.30 125,262 24.70

- Retribusi Daerah 6,591 1,759 26.69 7,091 1.29 1,302 18.36

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 20,000 - - 20,000 3.64 - -

- Lain-lain 15,200 2,718 17.88 15,200 2.77 6,236 41.03

Pendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan Transfer 807,647807,647807,647807,647 236,257236,257236,257236,257 29.2529.2529.2529.25 1,167,5651,167,5651,167,5651,167,565 67.9967.9967.9967.99 371,416371,416371,416371,416 31.8131.8131.8131.81

- Dana Bagi Hasil Pajak 54,035 20,867 38.62 54,770 4.69 9,868 18.02

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 33 3.44 230 0.02 11,504 5,001.77

- Dana Alokasi Umum 619,711 206,570 33.33 790,534 67.71 263,511 33.33

- Dana Alokasi Khusus 29,288 8,786 30.00 43,540 3.73 - -

- Transfer pemerintah lainnya 103,647 - - 278,491 23.85 86,532 31.07

Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 300300300300 82828282 27.3827.3827.3827.38 350350350350 0.030.030.030.03 42424242 11.8911.8911.8911.89

APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD

Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD

Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

65

Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012

Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal

dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 68,84%, 19,34% dan 0,55%. Belanja

operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 43,13% dan belanja barang 29,94%,

sisanya merupakan belanja hibah (24,03%), belanja bantuan sosial (2,8%), dan belanja

bantuan keuangan (0,10%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja

jalan, irigasi dan jaringan sebesar 34,61%.

Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (15,21%)

tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (2,21%). Hal ini sejalan dengan

struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi

dibandingkan investasi (consumption driven growth).

4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. Pangsa Pangsa Pangsa Pangsa Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBD Terhadap APBD Terhadap APBD Terhadap APBD Terhadap PDRBPDRBPDRBPDRB dan Uang Beredardan Uang Beredardan Uang Beredardan Uang Beredar

Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)

kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan

belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar

2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan I 2012, sedangkan

realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi

pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara

memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB.

Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai

dengan posisi 31 Maret 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

BELANJABELANJABELANJABELANJA 1,297,9081,297,9081,297,9081,297,908 172,949172,949172,949172,949 13.3313.3313.3313.33 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 100.00100.00100.00100.00 223,830223,830223,830223,830 12.3112.3112.3112.31

Belanja Operasi Belanja Operasi Belanja Operasi Belanja Operasi 892,324892,324892,324892,324 135,932135,932135,932135,932 15.2315.2315.2315.23 1,251,4341,251,4341,251,4341,251,434 68.8468.8468.8468.84 190,292190,292190,292190,292 15.2115.2115.2115.21

- Belanja Pegawai 476,316 88,728 18.63 539,802 43.13 97,927 18.14

- Belanja Barang 329,125 37,198 11.30 374,624 29.94 31,726 8.47

- Belanja Hibah 35,383 7,247 20.48 300,728 24.03 60,639 20.16

- Belanja Bantuan Sosial 45,720 2,759 6.04 35,000 2.80 0 0.00

- Belanja Bantuan Keuangan 5,780 0.00 1,280 0.10 - 0.00

Belanja ModalBelanja ModalBelanja ModalBelanja Modal 223,584223,584223,584223,584 13,46413,46413,46413,464 6.026.026.026.02 351,536351,536351,536351,536 19.3419.3419.3419.34 7,7537,7537,7537,753 2.212.212.212.21

- Belanja Tanah 24,000 - 0.00 102,140 29.06 100 0.10

- Belanja Peralatan dan Mesin 37,383 7,441 19.91 81,636 23.22 6,587 8.07

- Belanja Bangunan dan Gedung 30,273 2,506 8.28 41,018 11.67 888 2.16

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 128,305 3,456 2.69 121,654 34.61 78 0.06

- Belanja Aset Tetap Lainnya 3,623 61 1.68 5,088 1.45 101 1.98

Belanja Tak TerdugaBelanja Tak TerdugaBelanja Tak TerdugaBelanja Tak Terduga 10,00010,00010,00010,000 100100100100 1.001.001.001.00 10,00010,00010,00010,000 0.550.550.550.55 70707070 0.700.700.700.70

Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa) 172,000172,000172,000172,000 23,45323,45323,45323,453 13.6413.6413.6413.64 205,000205,000205,000205,000 11.2811.2811.2811.28 25,71525,71525,71525,715 12.5412.5412.5412.54

UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011 APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

66

berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran

(belanja pemerintah).

(dlm jutaan rupiah)

PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 504,257504,257504,257504,257 5.065.065.065.06

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 132,800132,800132,800132,800 1.331.331.331.33

- Pajak Daerah 125,262 1.26

- Retribusi Daerah 1,302 0.01

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - 0.00

- Lain-lain 6,236 0.06

Pendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan Transfer 371,416371,416371,416371,416 3.723.723.723.72

- Dana Bagi Hasil Pajak 9,868 0.10

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 11,504 0.12

- Dana Alokasi Umum 236,511 2.37

- Dana Alokasi Khusus 0 0.00

Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 42424242 0.000.000.000.00

BELANJABELANJABELANJABELANJA 223,830223,830223,830223,830 2.242.242.242.24

Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah 216,077216,077216,077216,077 2.172.172.172.17

- Belanja Pegawai 97,927 0.98

- Belanja Barang 31,726 0.32

- Belanja Hibah 60,639 0.61

- Belanja Bantuan Sosial 0 0.00

- Belanja Bantuan Keuangan 0 0.00

- Belanja Tak Terduga 70 0.00

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 25,715 0.26

Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) 7,7537,7537,7537,753 0.080.080.080.08

UraianUraianUraianUraian

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw .I-2012Tw .I-2012Tw .I-2012Tw .I-2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

% thd % thd % thd % thd

PDRBPDRBPDRBPDRB

Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 31 Maret 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB VBAB VBAB VBAB V

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

69

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu

pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross

Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai

maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6

tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang

kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu

dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen

pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,

efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai

representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik

tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara.

Memasuki triwulan pertama tahun 2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun

non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk

aktivitas transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

5.1.5.1.5.1.5.1. PerkPerkPerkPerkembangan embangan embangan embangan Transaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran Tunai

5.1.1.5.1.1.5.1.1.5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow))))

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow. Pada triwulan laporan,

aliran uang masuk (inflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang keluar (outflow) sehingga

secara keseluruhan mengalami net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah tersebut mengalami

peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Dilihat

dari data historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana

pada tiga bulan pertama di awal tahun mengalami siklus net inflow yang cukup besar setelah

pada triwulan sebelumnya (tiga bulan terakhir di akhir tahun) terjadi outflow yang cukup tinggi

yang biasa terjadi pada moment perayaan Natal dan menjelang Tahun Baru.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

70

Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1.158 miliar, mengalami

peningkatan 54,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara itu, jumlah

uang kartal yang keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

tercatat Rp183,68 miliar atau hanya naik 18,63% (yoy).

Apabila dilihat secara bulanan, sepanjang triwulan I 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami net inflow sebesar Rp759,82 miliar pada Januari 2012,

Rp178,59 miliar pada Februari 2012 dan Rp36,74 miliar pada Maret 2012.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.1.2.5.1.2.5.1.2.5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan

melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah

lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan

yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan

untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.

Selama triwulan I 2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,55%, lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 43,53%. Secara

nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar

Rp435 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang

kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

71

mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga

akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

5.1.3.5.1.3.5.1.3.5.1.3. Perkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas

titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank

umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo

sepanjang triwulan I 2012 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp218 miliar. Pada triwulan

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

72

laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp856 miliar, sedangkan

jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp638 miliar.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan

Sangihe. Pada triwulan I 2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net inflow sebesar

Rp37miliar, dengan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) sebesar Rp89 miliar, lebih tinggi

dibandingkan jumlah kas keluar (outflow) Rp52 miliar.

5.1.4.5.1.4.5.1.4.5.1.4. Penemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang Palsu

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 80 lembar atau secara

nominal tercatat sebesar Rp4,9 juta, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 26 lembar atau secara nominal hanya sebesar Rp1,71juta.

Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir

adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan

uang palsu yang ditemukan.

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang

palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan

masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi

dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

73

kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan

terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang

digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga

menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan

proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk

dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

5.2.5.2.5.2.5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran Non----TunaiTunaiTunaiTunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar

belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan

pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui

penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1.5.2.1.5.2.1.5.2.1. PerkembangPerkembangPerkembangPerkembangan Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan I 2012 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151

miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama

periode laporan tercatat sebanyak 1.367 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp34,13 miliar

atau tumbuh sebesar 4,38% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut

semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif

yang berkelanjutan.

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 58 29

- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 35 34

- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 15 13

- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 6 4

- Rp5.000,- 3 - - - - - - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - - -

TotalTotalTotalTotal 37373737 3333 106106106106 49494949 26262626 75757575 126126126126 114114114114 80808080

20112011201120112010201020102010PecahanPecahanPecahanPecahan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

74

Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,39% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 21,91% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,78%.

5.2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2. RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir

transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini

dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi

RTGS selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau

mengalami peningkatan nilai sebesar 0,39% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi,

volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar 9,07% (yoy) dari

6.208 transaksi di triwulan I 2011 turun menjadi 5.645 transaksi pada triwulan I 2012.

Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring

a. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486 91,789 86,147

b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167 2,279 2,151

Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501 1,434 1,367

b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55 35.62 34.13

Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57 1.67 1.39

b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40 2.12 1.72

KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN2010201020102010 2011201120112011

NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai

(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)

Jan 226 887 673 1,085 899 1,972

Feb 220 826 583 1,063 803 1,889

Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347

Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208

Apr 241 745 456 1,012 698 1,757

Mei 229 870 639 1,034 868 1,904

Jun 257 861 709 1,219 966 2,080

Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741

Jul 234 875 684 1,201 918 2,076

Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209

Sep 230 833 759 1,104 988 1,937

Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222

Oct 232 936 590 1,121 821 2,057

Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393

Dec 336 997 750 897 1,087 1,894

Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344

Jan 214 714 425 849 640 1,563

Feb 273 868 673 1,025 946 1,893

Mar 324 1,033 813 1,156 1,138 2,189

Tw I-2012 811 2,615 1,911 3,030 2,723 5,645

Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %) 16.3916.3916.3916.39 -2.93-2.93-2.93-2.93 -5.19-5.19-5.19-5.19 -13.77-13.77-13.77-13.77 0.390.390.390.39 -9.07-9.07-9.07-9.07

PeriodePeriodePeriodePeriode

FROMFROMFROMFROM TOTOTOTO FROM + TOFROM + TOFROM + TOFROM + TO

VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB VIBAB VIBAB VIBAB VI

Halaman ini sengaja dikosongkan

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

77

KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas

perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator

ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi

Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan

TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis

terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan

indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan dengan hasil SK, hasil liaison

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah

perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan

tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus

meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan

Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulawesi

Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

6.16.16.16.1. . . . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan

adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Februari 2012 sebesar 66,82 %, meningkat 1,50 % dari Agustus 2011 yang tercatat sebesar

65,32%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan

sehingga tercatat menjadi 8,32% pada Februari 2012. Hal ini mengindikasikan adanya

peningkatan jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Namun

demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Utara masih berada diatas tingkat pengangguran

nasional yang tercatat sebesar 6,32% pada Februari 2012.

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

78

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase

tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,31% atau sekitar 58,8 ribu

orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,7% atau

33,9 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Agustus 2011, baik pedesaan maupun perkotaan

mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah

pengangguran.

Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja

yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (34%). Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun

sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 2.45% (yoy). Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah

Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak

212,7 ribu orang (21%).

Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8 1,668.1

Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2 1,114.7

Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1,022.0

Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5 92.7

Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6 553.4

TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32 66.82

TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62 8.32

F eb-12A gs-09 F eb-10F eb-09 A ug-10 F eb-11 A ug-11

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Perkotaan 54.60 11.40 57.30 11.37 58.80 11.31

Pedesaan 43.60 7.40 36.20 6.24 33.90 5.70

Sulawesi Utara 98.20 9.16 93.50 8.62 92.70 8.32

Februari 2012

Daerah

Februari 2011 Agustus 2011

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

79

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut

Lapangan Usaha

Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara

Menurut Lapangan Usaha

Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Februari

2012 sebesar 388,4 ribu orang (38%) bekerja pada kegiatan formal dan 633,6 ribu orang

(62%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 1.002 ribu orang yang bekerja pada Februari 2012,

status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (34,2%), diikuti oleh berusaha

sendiri (27,4%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (12,5%).

2009 2012

Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan dan Perikanan

345.6 333.0 357,5 338,9 321,1 347,2

Pertambangan dan

Penggalian* * * * *

36,3

Industri 57.5 57.4 50,6 69,2 66,0 73,6

Listrik/Gas/Air Minum * 4,1

Konstruksi 68.8 57.3 59,1 61,3 * 63,4

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi

173.4 178.3 172,7 186,7 196,2 212,7

Transportasi, Pergudangan

dan Komunikasi

102.1 97.5 77,9 69,6*

85,3

Lembaga Keuangan/Real

Estate/persewaan dan Jasa

16.6 19.3 15,0 19,7*

30,0

Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

162.9 183.0 182,3 182,1 199,6 169,3

Lainnya * 22.3 35.8 21,8 42,7 207,8 -

Total 940.2 961.6 936,9 970,2 990,7 1.021,9

2010 2011Lapangan Pekerjaan Utama

Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8 280.1

Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap - Buruh Tidak

Dibayar

130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5 127.3

Berusaha Dibantu Buruh

Tetap-Buruh Dibayar

41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4 39.1

Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7 349.3

Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1 47.5

Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3 57.2

Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9 121.4

T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1022

F eb-12F eb-09 F eb-11A ug-10A gs-09 A gs-11F eb-10Status P ekerjaan

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

80

Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &

Pembelian Barang Tahan Lama

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada

periode laporan juga sejalan dengan hasil survei

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Sulawesi Utara. Sikap optimisme

masyarakat terhadap ketersediaan lapangan

kerja tercermin dari indeks ketersediaan

lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Utara yang masih berada diatas level optimis.

Pada akhir triwulan I-2012, angka indeks

ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar

153,5, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 120.

Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor,

diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada

tahun 2012. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)per 1 Januari 2012 tidak mempengaruhi

keputusan perusahaan dalam jumlah tenaga kerja mengingat upah yang diberikan selama ini

berada diatas UMP.

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat

kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada

triwulan pertama tahun 2012 menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal ini

tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi

penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara

yang berada pada level optimis yakni masing-

masing tercatat sebesar 125,5 dan 174. Indikator

survei lainnya yang menunjukkan terjadinya

peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Utara pada triwulan laporan yakni indeks pembelian barang tahan lama juga berada pada level

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

81

Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

optimis, tercatat sebesar 113,5 pada Maret 2012. Optimisme masyarakat tersebut tidak lepas

dari kenaikan UMP per 1 Januari 2012 dan kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar 10% pada

Maret 2011.

Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi

dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat

bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan

biaya produksi.

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

82

Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I-2012 sebesar 102,73, lebih

tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 101,63.

Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)

mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB,

maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari

naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga),

serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya

produksi dan penambahan barang modal).

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan pada tahun 2011.

Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan

September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak

194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.

Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi

sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa

periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan

pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun

2012201220122012

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1

Indeks Diterima Petani 131.70 133.50 134.69 135.72 135.70 3.04% -0.01%

Indeks Dibayar Petani 129.59 129.06 130.00 130.27 132.11 1.94% 1.41%

Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah Tangga 134.02134.02134.02134.02 133.14133.14133.14133.14 134.30134.30134.30134.30 134.60134.60134.60134.60 136.81136.81136.81136.81 2.08%2.08%2.08%2.08% 1.64%1.64%1.64%1.64%

Bahan Makanan 148.76 146.09 147.92 147.96 151.08 1.56% 2.11%

Makanan Jadi 131.71 132.98 133.46 133.93 135.89 3.17% 1.46%

Perumahan 118.75 119.56 120.34 121.14 122.63 3.26% 1.23%

Sandang 116.74 116.87 116.97 117.06 118.01 1.08% 0.81%

Kesehatan 119.31 119.95 120.68 121.35 123.18 3.24% 1.51%

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112.56 113.09 113.43 113.75 114.85 2.03% 0.97%

Transportasi dan Komunikasi 111.21 111.64 112.31 112.26 112.27 0.95% 0.01%

BPPBMBPPBMBPPBMBPPBM 116.42116.42116.42116.42 117.08117.08117.08117.08 117.32117.32117.32117.32 117.48117.48117.48117.48 118.27118.27118.27118.27 1.59%1.59%1.59%1.59% 0.68%0.68%0.68%0.68%

Bibit 110.99 111.15 111.18 111.21 111.57 0.53% 0.33%

Obat-obatan & Pupuk 117.73 118.94 119.01 118.90 120.29 2.18% 1.17%

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111.08 111.61 111.78 111.80 111.95 0.79% 0.14%

Transportasi 118.92 119.32 119.78 119.80 119.98 0.89% 0.14%

Penambahan Barang Modal 120.81 121.17 121.41 121.65 121.92 0.92% 0.22%

Upah Buruh Tani 112.17 112.86 113.15 113.44 114.38 1.97% 0.83%

Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks) 101.63101.63101.63101.63 103.44103.44103.44103.44 103.61103.61103.61103.61 104.19104.19104.19104.19 102.73102.73102.73102.73 1.08%1.08%1.08%1.08% -1.40%-1.40%-1.40%-1.40%

Growth (%)Growth (%)Growth (%)Growth (%)

yoyyoyyoyyoy qtqqtqqtqqtqRincianRincianRincianRincian 2011201120112011

IndeksIndeksIndeksIndeks

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

83

2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada

dibawah angka nasional.

MakananMakananMakananMakananBukan Bukan Bukan Bukan

MakananMakananMakananMakananTotalTotalTotalTotal

PerdesaanPerdesaanPerdesaanPerdesaan

Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80

Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04

Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05

Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14

Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37

Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25

Kota & DesaKota & DesaKota & DesaKota & Desa

Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42

Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10

Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79

Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10

Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51

Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

TahunTahunTahunTahun

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk

MiskinMiskinMiskinMiskin

% Penduduk % Penduduk % Penduduk % Penduduk

MiskinMiskinMiskinMiskin

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11

Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46

Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18%

Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov.

Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

84

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010

menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan

nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan

bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient

pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan

Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari

kemiskinan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan

komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM

terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami

penurunan menjadi 77,45%. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011

ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi

non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.

Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)

menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

TahunTahunTahunTahun KotaKotaKotaKota DesaDesaDesaDesa TotalTotalTotalTotal

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2007 1.30 2.33 1.88

Maret 2008 1.08 1.87 1.53

Maret 2009 1.27 1.77 1.55

Maret 2010 1.12 1.16 1.14

Maret 2011 1.11 1.16 1.14

September 2011 0.20 1.22 1.21

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2007 0.31 0.60 0.47

Maret 2008 0.30 0.45 0.38

Maret 2009 0.32 0.39 0.36

Maret 2011 0.30 0.19 0.24

September 2011 0.31 0.25 0.28

Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

85

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan

terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi

yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,

semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1

berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak

kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis

kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi

penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman

kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1

yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan

pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang

lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai

indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.

Halaman ini sengaja dikosongkan

PROSPEK PEREKONOMIAN BAB VIIBAB VIIBAB VIIBAB VII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PROSPEK PEREKONOMIAN

89

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012

PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN

7.7.7.7.1. 1. 1. 1. Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro

Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II

2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni

dalam kisaran ±7,60% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan

masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel, realisasi tunjangan tambahan

penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain

itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut

berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan II 2012.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan secara triwulanan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara menunjukkan adanya optimisme terhadap

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

ekspektasi pelaku usaha terhadap dunia usaha

yang ditandai dengan kenaikan indikator

ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan II 2012

dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) sebesar 21,63%, lebih tinggi dari realisasi

kegiatan kegiatan usaha pada triwulan

sebelumnya dengan SBT sebesar 5,25%.

Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh

kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi

swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat

sebagai dampak adanya peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi

gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi

tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-

sertifikasi guru. Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasil

Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada April 2012

yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini

dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83)

PROSPEK PEREKONOMIAN

90

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

maupun periode yang sama tahun lalu (126,17). Namun demikian, terdapat indikasi

memburuknya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan sebagai dampak

dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah yang ditandai oleh mulai naiknya

beberapa harga bahan kebutuhan pokok. Penurunan ekspektasi ini tercermin dari penurunan

Indeks Ekspektasi Konsumen dari 160,50 pada Maret 2012 menjadi 151,67 pada April 2012.

Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012

diperkirakan terus tumbuh positif seiring dengan

semakin meningkatnya realisasi proyek

pemerintah di Sulawesi Utara dan maraknya

aktivitas di bidang properti. Salah satu indikator

yang dapat menunjukkan peningkatan kinerja

investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran

yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan

bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari

131,30 pada April 2011 menjadi 176,78 pada

April 2012.

Perkembangan ekspor pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh positif lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi

kelapa dan turunannya telah berhasil menembus pasar baru yakni Rusia dan Austria. Pada April

Sulawesi Utara mengekspor 71 ton tepung kelapa ke kedua negara tersebut dengan total nilai

ekspor sebesar USD 99.671 ribu. Selain itu ekspor minyak kelapa kasar atau crude coconut oil

Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi

Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

PROSPEK PEREKONOMIAN

91

(CCO) pada awal April 2012 juga tercatat telah diekspor ke Amerika Serikat sebanyak 4.000 ton

dengan nilai ekspor sebesar USD 5,35 juta. Selain komoditi unggulan, Sulawesi Utara juga mulai

mengembangkan produk rumah panggung sebagai salah satu alternatif produk unggulan

ekspor dengan pangsa pasar Afrika dan Timur Tengah. Pada April 2012, ekspor rumah

panggung telah dilakukan di Tanzania sebanyak 8 unit dan Uni Emirat Arab sebanyak 2 unit,

yang masing-masing menghasilkan perolehan devisa sebesar USD133,33 ribu dan USD67,52

ribu.

Dari sisi penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan mengalami pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu sektor

pertanian diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir

Maret dan sepanjang April 2012.

Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tercatat lebih baik dibandingkan bulan

sebelumnya. Memasuki triwulan II 2012, kegiatan konsumsi yang masih mendominasi laju

pertumbuhan ekonomi telah berkontribusi cukup besar terhadap kinerja subsektor

perdagangan. Sejalan dengan subsektor perdagangan, kinerja subsektor hotel dan retoran juga

mengalami peningkatan pada bulan April 2012 yang salah satunya ditandani oleh tingginya

tingkat hunian hotel.

• Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II 2012 didorong oleh adanya

peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru di

kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi

tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan

non-sertifikasi guru.

• Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasi Survei

Konsumen KBI Manado pada April 2012 yang menunjukkan optimisme masyarakat

terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih

tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83) maupun periode yang sama tahun lalu

(126,17).

• Hasil Survei Penjualan Eceran KBI Manado juga menunjukkan adanya peningkatan

penjualan pedagang eceran yang tercermin dari kenaikan Indeks Penjualan pada April 2012

menjadi sebesar 203,28, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (190,62).

• Peningkatan kinerja sub sektor hotel tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel

sepanjang April 2012. Terpilihnya Kota Manado menjadi salah satu tujuan MICE (Meeting,

Invention, Conference and Exhibition) telah mendorong kenaikan tingkat hunian hotel.

PROSPEK PEREKONOMIAN

92

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sektor BangunanSektor BangunanSektor BangunanSektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan

peningkatan proyek fisik pemerintah. Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat

mendorong kinerja sektor bangunan diantaranya:

• Pembangunan jembatan di daerah Ondong, Siau Barat dengan dana sebesar Rp5.4 miliar

yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).

• Pembangunan kawasan boulevard Tahuna yang dilengkapi dengan pengadaan jembatan

dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar.

• Paket proyek perbaikan ruas jalan, irigasi dan air bersih di Kabupaten Minahasa dengan total

alokasi anggaran sebesar Rp21 miliar.

• Pemerintah Kota Kotamobagu mengalokasikan dana sebesar Rp34 miliar untuk

pembangunan jalan dan perbaikan jembatan, drainase dan lainya.

• Pemeliharaan dan peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan

total dana sebesar Rp9 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp8,19

miliar dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp819 juta.

• Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon menganggarkan dana sebesar Rp16,8 miliar untuk

proyek pembangunan jalan, irigasi, saluran air dan lainnya dengan total sebanyak 21 proyek.

Selain proyek fisik pemerintah, kinerja sektor bangunan juga didorong oleh aktivitas di bidang

properti, beberapa proyek perumahan sedang marak dibangun. Salah satu indikator yang

menunjukkan peningkatan tersebut adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan

kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari 131,30 pada April 2011

menjadi 176,78 pada April 2012.

Grafik 7.5. Indeks Penjualan Eceran

PROSPEK PEREKONOMIAN

93

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon

Sektor PertanianSektor PertanianSektor PertanianSektor Pertanian

Pada triwulan II 2012, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan

datangnya musim panen pada akhir Maret dan sepanjang April 2012. Beberapa faktor yang

mendorong pertumbuhan pada sektor pertanian diantaranya:

• Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di

wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. Selain itu, panen

padi juga telah nampak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Panen yang terjadi juga

didukung oleh adanya MoU antara camat dan para lurah untuk menerapkan langkah-

langkah dalam mendukung peningkatan produksi beras seperti pemanfaatan lahan tidur

untuk ditanami dengan padi ladang.

• Dalam rangka mendukung program swasembada beras 2012, Pemerintah Kabupaten

Minahasa Utara menyiapkan sekitar 15 armada hand tractor yang akan dibagikan kepada

sejumlah kelompok tani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.

• Program swasembada beras optimis dapat terwujud pada tahun 2012 didukung oleh potensi

lahan yang menunjang (tabel 3) serta koordinasi antar dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan

No

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Rehabilitasi jaringan irigasi di Ranowangko Rp263,9 juta

Rehabilitasi jaringan irigasi di Kelong Rp330,5 juta

Rehabilitasi jaringan di Aga Rp335,2 juta

21 Paket Proyek PU

Saluran air dan trotoar Woloan I dan III Rp385 juta

Saluran air dan trotoar Paslaten Rp148,8 juta

Saluran air dan trotoar Samping gereja Pniel Kakaskasen Rp156,8 juta

Checkdam Muung Rp774,1 juta

Normalisasi saluran sungai Giniringan Talete-Kamasi Rp431,4 juta

Normalisasi sungai Muung Matani Rp540 juta

Kantor Woloan I Utara Rp250 juta

Kantor Wailan II Rp250 juta

Sarana dan prasarana air minum Rurukan I Rp337,2 juta

Sarana dan prasarana air minum Kayawu-Kakaskasen I Rp510,8 juta

Saluran air dan trotoar Wailan Rp204,2 juta

Saluran air dan trotoar Kamasi dan Kamasi I Rp405 juta

Kantor kelurahan Taratara III Rp250 juta

Jalan Lahendong-Pinaras dan Pinaras Sawangan Rp1miliar

Jalan Hotmix strategis antar kelurahan Rp849,2 juta

Rehabilitasi jalan hotmix Tumatangtang-Pinaras Rp320,2 juta

Rehab eks kantorSKPD Rindam Rp900 juta

Kantor kelurahan Taratara Rp250 juta

Tabel 7.1 Proyek Pemerintah di Kota Tomohon

PROSPEK PEREKONOMIAN

94

Grafik 7.6. Perkiraan Luas Panen dan Produksi Gabah serta Beras

Triwulan II 2012

Grafik 7.7. Perkiraan Produksi Jagung Triwulan II 2012

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara

Umum, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan di masing-masing

Kabupaten/Kota.

• Berdasarkan subsektornya, kinerja subsektor perikanan pada triwulan II-2012 diperkirakan

akan mengalami peningkatan yang ditandai dengan pergeseran musim sehingga produksi

ikan stabil. Selain hasil perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya juga

diprediksikan meningkat ditandai dengan penyebaran benih ikan mencapai 5 juta ekor di

wilayah Minahasa Tenggara.

Namun demikian masih terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai yang berpotensi

menurunkan kinerja sektor pertanian seperti:

• Kelangkaan pupuk masih terus terjadi di Kabupaten Minahasa, hal ini berlanjut dengan

adanya kenaikan harga pupuk di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Kondisi ini dapat

berpotensi mengakibatkan gagal panen.

• Serangan hama sexava mulai menyerah sejumlah pohon kelapa di kecamatan Pinolosian

Timur. Dampak serangan hama ini akan menurunkan tingkat produktivitas tanaman kelapa.

• Tingginya permintaan kayu kelapa sebagai bahan baku aneka produk kerajinan dan meubel

telah menurunkan populasi pohon kelapa di Sulawesi Utara, Jika hal ini terus berlanjut dapat

berpotensi menurunkan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.

7.7.7.7.2222. . . . Perkiraan InflasiPerkiraan InflasiPerkiraan InflasiPerkiraan Inflasi

Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada

pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung

oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas

PROSPEK PEREKONOMIAN

95

produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik.

Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan

inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak dunia

dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terkait beberapa kebijakan

pemerintah di tahun 2012.

Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai

faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan

meningkatnya aktivitas konsumsi. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price

pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada level moderat apabila tidak ada

penyesuaian harga barang strategis oleh pemerintah.

FaktFaktFaktFaktor Fundamentalor Fundamentalor Fundamentalor Fundamental

Tekanan inflasi fundamental diperkirakan terjaga ditengah ketidakpastian kebijakan pemerintah

di bidang energi. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global diperkirakan menurun seiring dengan

tren penurunan harga komoditas internasional. Harga emas internasional diperkirakan akan

stabil setelah mengalami penurunan pada beberapa bulan terakhir. Namun demikian,

peningkatan harga minyak dunia berpotensi meningkatkan ongkos angkut sehingga penurunan

imported inflation diperkirakan relatif moderat. Sementara itu, dari sisi domestik peningkatan

permintaan domestik seiring dengan perayaan hari raya keagamaan dan musim liburan yang

jatuh pada triwulan II 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan kapasitas produksi yang

ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari hasil Survei Pedagang

Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan (grafik 7.7). Memburuknya ekspektasi masyarakat

seiring dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah di bidang energi diperkirakan akan

memberikan tekanan pada inflasi inti di triwulan II 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang

Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar

pedagang di Sulawesi Utara memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan

dan 6 bulan yang akan datang, tercermin dari tren peningkatan indeks ekspektasi pedagang

terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang hingga masing-masing mencapai 124

dan 134 pada akhir triwulan I 2012 (grafik 7.6).

PROSPEK PEREKONOMIAN

96

FFFFaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.

Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei

Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan

harga beberapa komoditas volatile foods. Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi

kelompok volatile foods pada triwulan II 2012 diantaranya :

• Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan terjadi penurunan

produktivitas sektor perikanan tangkap (tabel 7.1). Hal ini diperkirakan merupakan salah

satu dampak dari ketidaktersediaan BBM bersubsidi dan semakin meningkatnya harga BBM

Non Industri sehingga aktivitas nelayan berkurang.

• Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat seiring perayaan Hari Raya Paskah (April 2012)

dan Pengucapan Syukur (Juni 2012) serta musim liburan sekolah (Juni 2012).

• Anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi berpotensi mengurangi pasokan.

• Berakhirnya musim panen beras di sentra beras Sulawesi Utara.

Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Pedagang thd

Harga 3 bln & 6 bln yad

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Grafik 7.9. Interaksi Permintaan dan Penawaran

Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Grafik 7.10. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2008 2009 2010 2011 2012

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

*)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

Sumber : Bloomberg, diolah

EmasEmasEmasEmas Minyak WTIMinyak WTIMinyak WTIMinyak WTI

0.000.000.000.00

200.00200.00200.00200.00

400.00400.00400.00400.00

600.00600.00600.00600.00

800.00800.00800.00800.00

1,000.001,000.001,000.001,000.00

1,200.001,200.001,200.001,200.00

1,400.001,400.001,400.001,400.00

1,600.001,600.001,600.001,600.00

1,800.001,800.001,800.001,800.00

2,000.002,000.002,000.002,000.00

4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333

2011201120112011 2012201220122012

USD/pound

110.04 110.04 110.04 110.04

106.09 106.09 106.09 106.09

30 30 30 30

40 40 40 40

50 50 50 50

60 60 60 60

70 70 70 70

80 80 80 80

90 90 90 90

100 100 100 100

110 110 110 110

120 120 120 120

4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333

2011201120112011 2012201220122012

USD/BarelUSD/BarelUSD/BarelUSD/Barel

PROSPEK PEREKONOMIAN

97

Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada

pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang strategis. Rendahnya tekanan

inflasi kelompok ini terutama terkait dengan tidak dinaikkannya harga BBM bersubsidi yang

semula direncanakan pada April 2012.

Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin

beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada

khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan rumusan

bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui wadah Tim

Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi

dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusat-daerah maupun secara

horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik di tingkat pusat dan daerah,

dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui penguatan program kerja

ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan strategis di daerah

Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Mei & Juni 2012

Tabel 7.2. Produksi Perikanan Provinsi Sulawesi Utara

Komponen Tahun Jan Feb Mar Apr*) Mei*) Jun*)

2011 16,929.30 18,826.00 19,540.20 16,983.90 18,750.00 19,972.10

2012 15,939.30 16,425.00 16,743.30 16,910.70 17,614.40 17,421.90

Growth (yoy) (5.85) (12.75) (14.31) (0.43) (6.06) (12.77)

2011 7,727.30 8,377.90 8,913.10 9,091.40 9,273.20 9,458.70

2012 7,724.20 8,375.30 8,910.60 9,660.90 9,007.50 9,513.30

Growth (yoy) (0.04) (0.03) (0.03) 6.26 (2.87) 0.58

Produksi

Ikan

Budidaya

Produksi

Ikan

Tangkap

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulawesi Utara

Sumber : BMKG

PROSPEK PEREKONOMIAN

98

Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)

7.3. 7.3. 7.3. 7.3. Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan

di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana

Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus

meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai

target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah

dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis

usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang

diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit

kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26%

(yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara

mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan

menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan

menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur

dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan

suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada

triwulan II 2012 diperkirakan memberikan dampak

pada penambahan kapasitas perekonomian Provinsi

Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga

perbankan yang pada tahap selanjutnya akan

memberikan dampak pada membaiknya funsi

intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren

penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulawesi

Utara. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen

(SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat

terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan yang

akan datang pada Maret 2011 sebesar 113, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

lalu, tercatat sebesar 116.

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

Fe

b

Me

i

Ag

ust

No

p

Fe

b

Me

i

Ag

ust

No

p

Fe

b

Me

i

Ag

ust

No

p

Fe

b

Me

i

Ag

ust

No

p

Fe

b

Me

i

Ag

ust

No

p

Fe

b

Me

i

Ag

ust

us

No

pe

mb

er

Fe

bru

ari

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

100

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

101

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.

Halaman ini sengaja dikosongkan