kajian ekonomi regionalkajian ekonomi regional … · 2013-10-12 · ringkasan eksekutif 2...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Ferry F.F.M. Parera : Deputi Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
iii
Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan I 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan
sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam
memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah
satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai
pihak terkait.
Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang
diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,
Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank
Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu
kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan
datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini
ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa
mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan
datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, Mei 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Suhaedi
Direktur
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
iv
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR halaman iii
DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI
halaman iv
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11
Sisi PermintaanSisi PermintaanSisi PermintaanSisi Permintaan halaman 11
Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran halaman 19
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 33
Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy) halaman 34
Inflasi TriwulananInflasi TriwulananInflasi TriwulananInflasi Triwulanan (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)
FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 34
halaman 35
halaman 37
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43
Struktur Aset PerStruktur Aset PerStruktur Aset PerStruktur Aset Perbankan bankan bankan bankan Sulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi Utara halaman 43
Perkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor Bank halaman 44
Perkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum Konvensional
Stabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem Perbankan
Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 44
halaman 51
halaman 54
halaman 55
Boks Boks Boks Boks 1111: : : : Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Mendorong Mendorong Mendorong Penyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor PerikananPenyaluran Kredit Sektor Perikanan halaman 57
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 61
Dana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 61
APBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat Provinsi halaman 63
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73
KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan DaerahDaerahDaerahDaerah halaman 77
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat halaman 80
PROPROPROPROSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIANSPEK PEREKONOMIAN halaman 89
Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro halaman 89
Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi halaman 94
Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan Halaman 98
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
v
Daftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan Singkatan halaman 100
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro EkonomiPerkembangan Makro Ekonomi
Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya
6,99% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator
pertumbuhan, sektor Bangunan menjadi salah satu penyumbang
terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi proyek fisik
pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti.
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan sumber pendapatan masyarakat
seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10%.
Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional
ASEAN Tourism Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor
PHR pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor Pertanian juga masih
tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai
dengan dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di
Sulawesi Utara.
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012
terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya
kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun
pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan
kinerja konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan
masyarakat seperti kenaikan UMP dan kenaikan gaji PNS sebesar 10%
yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak
terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan
positif pada investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang
bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta serta
masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor
industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja
ekspor di triwulan I 2012 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif
yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi
Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.
Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy)...
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor...
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Inflasi DaerahInflasi DaerahInflasi DaerahInflasi Daerah
Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih
rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat
sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi
nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan
inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren
peningkatan yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga
kelompok bahan makanan karena memburuknya ekspektasi
masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari 2012 Kota Manado
tercatat mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian terakselerasi
cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir
triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami
peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan
meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan
harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat
inflasi Kota Manado sampai dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd),
sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,
tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan
laju inflasi nasional yang sebesar 0,88% (ytd)..
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti (core
inflation) dan kelompok administered price. Sementara itu, deflasi
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)
sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif
terhadap inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012.
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perbankan DaerahPerbankan DaerahPerbankan DaerahPerbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan
cukup menggembirakan. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak
Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada
jenis deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan
sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan kredit pada triwulan I
2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan stabilitas
Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti...
Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan...
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 110,96% di akhir
triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem
perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan
indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif
terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah
5%.
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara
pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset
bank umum syariah sampai dengan posisi Maret 2012 meningkat
sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar
51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 52,40% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 190,57% pada triwulan I-
2012
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan
pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan
kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami pertumbuhan sebesar
65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar yang terutama didorong oleh
pertumbuhan kredit yang tercatat 56,76% (yoy) atau mencapai
Rp505,5 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami
pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy) dengan jumlah nominal
sebesar Rp471,3 miliar. Rasio LDR BPR tercatat sebesar 104,6% pada
triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi intermediasi,
kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh
tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga
tercatat sebesar 3,89% pada triwulan I-2012.
PPPPerkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah erkembangan Keuangan Daerah
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan ini terutama berasal dari
pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana Perimbangan).
Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72
triliun atau naik sebesar 36,32% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2012
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya...
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK...
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara baru
mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi
Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi
Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07%
dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja
ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012
realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih
rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I 2011 (13,33%).
Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD
provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi
permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh
hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar
2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di
triwulan I 2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki
pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah
tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi
Utara memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem Pembayaran
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
menunjukkan terjadinya net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan
dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Sejalan dengan
perkembangan sistem pembayaran tunai, perkembangan penyelesaian
transaksi sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional-
Bank Indonesia (SKN-BI) juga mengalami peningkatan, jumlah warkat
yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151 miliar
atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy). Demikian halnya juga
dengan penyelesaian transaksi melaui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah
Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau mengalami peningkatan
nilai sebesar 0,39% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring
dan RTGS tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian
Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow...
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan
meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi
ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator
ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami
penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang
direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan
masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan
indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan
dengan hasil SK, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di
Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa
perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada
tahun 2012.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara
juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya
tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani
(NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat
Sulawesi Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei
Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Prospek PerekonomianProspek PerekonomianProspek PerekonomianProspek Perekonomian
Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara
pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy).
Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber
pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel,
realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana
tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain itu, pembangunan
proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...
Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy)...
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara triwulan II 2012. Dari sisi permintaan, potensi peningkatan
pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan
membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Sementara dari sisi
penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan
mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh
positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir Maret dan
sepanjang April 2012.
Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan
meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya
harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas
produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan
permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal
dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental
pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak
dunia dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara
terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012. Dari sisi non
fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan
meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor
anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan meningkatnya
aktivitas konsumsi. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok
administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada
pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang
strategis oleh pemerintah. datangnya musim panen di akhir Maret dan
sepanjang April 2012.
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja
intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012
diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank
(RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk
terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran
36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih
fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah dan
melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit.
Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy)....
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
7
Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit
terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh
pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki
debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing
sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai
sekitar 41% (yoy).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
11
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar
7,46% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya
6,99% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Bangunan
menjadi salah satu penyumbang terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi
proyek fisik pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti. Kinerja
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami peningkatan seiring dengan
kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS
sebesar 10%. Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional ASEAN Tourism
Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Sementara itu,
sektor Pertanian juga masih tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi
terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai dengan
dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di Sulawesi Utara.
1.11.11.11.1 SISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh
aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi
swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja
konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP
dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana
kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak
terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada investasi
didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
12
Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.2. Perkembangan Upah Minumin Provinsi Sulawesi
Sumber: Disnakertrans Provinsi Sulawesi Utara.
pemerintah dan swasta serta masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor
industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan I 2012 juga
tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi
unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
1.1.1.1.1.1.1.1.1111 KonsumsiKonsumsiKonsumsiKonsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan I 2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,44% (yoy)
dengan kontribusi sebesar 2,98% terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian
periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja
kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat
mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian,
kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor
utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan I 2012. Kenaikan yang terjadi pada beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti
kenaikan Upah Minumum Provinsi (UMP) dan realisasi kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 10%
telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat.
Kinerja konsumsi swasta pada triwulan
laporan salah satunya terindikasi melalui
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil
Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada
triwulan I 2012. Sebagaimana terlihat pada
grafik 1.3, pada akhir triwulan laporan (Maret
2012) IEK mencapai 130,83. Jika dilihat
berdasarkan komponennya, optimisme
konsumen terhadap kondisi perekonomian
Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb
Konsumsi 5.48 3.78 6.92 4.42 7.34 4.47 8.13 5.18 6.58 4.44 2.98
Konsumsi Swasta 4.62 2.09 6.06 2.54 7.47 3.09 8.21 3.29 6.65 3.62 1.59
Konsumsi Pemerintah 7.12 1.69 8.58 1.87 6.37 1.37 8.00 1.89 6.46 6.00 1.39
PMTB 11.64 2.51 13.90 2.80 15.87 3.73 16.73 3.74 14.67 10.23 2.29
Stok 10.16 0.10 1.48 0.02 25.31 0.42 18.79 0.31 14.95 13.00 0.13
Ekspor 9.02 4.36 -1.46 -0.75 -16.58 -7.93 6.19 2.97 -0.38 4.60 2.31
Impor 9.42 3.77 -1.75 -0.65 -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.31 0.64 0.26
PDRBPDRBPDRBPDRB 6.996.996.996.99 6.996.996.996.99 7.147.147.147.14 7.147.147.147.14 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.397.397.397.39 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46
2011201120112011 20122012201220122011201120112011Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
13
Grafik 1.4. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat
Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan
Lama/Durable Goods (113,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (153,5). Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan
tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat,
dan naiknya konsumsi rumah tangga.
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
membaiknya daya beli petani seiring dengan
meningkatnya harga komoditas dunia. Hal
ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar
Petani (NTP) pada triwulan I 2012 mencapai
102,73 atau tumbuh 1,08% (yoy).
Peningkatan terutama terjadi pada
subsektor tanaman pangan dan
perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor tanaman pangan merupakan dampak dari
peningkatan produksi padi khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow yang mengalami
panen disebagian besar daerah sentra beras. Sementara itu, kenaikan subsektor tanaman
perkebunan merupakan dampak dari tingginya permintaan ekspor kelapa dan turunannya
sehingga ikut mendorong kenaikan harga komoditas tersebut. Sementara itu, sub sektor yang
masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya
produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukkan pada grafik
1.4., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada
dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks NTP digunakan sebagai salah satu indikator
konsumsi karena berdasarkan komposisinya, sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata
pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang
cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami
kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan
roda dua di Kota Manado. Selama triwulan I 2012 penjualan kendaraan roda dua mengalami
terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 8,05% (yoy) pada triwulan laporan.
Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan
melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
14
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Sementara itu, data penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulawesi Utara tetap
menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2012, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank
umum mencapai Rp8.363 miliar, atau tumbuh sebesar 13,24% (yoy), sedikit melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 17,93% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama
triwulan I 2012 juga tumbuh positif sebesar 6% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,39% (yoy).
Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai
sebagai respon atas pencairan kenaikan gaji yang direalisasikan pada triwulan I 2012. Hingga
triwulan I 2012, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp97,93
miliar atau mencapai 18,14% dari total yang dianggarkan dalam APBD 2012. Poroporsi belanja
pegawai juga merupakan proporsi terbesar (43,13%) pada komponen belanja operasional
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada APBD 2012.
1.1.1.1.1.1.1.1.2 2 2 2 InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi
Pada triwulan I 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
10,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,29% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Utara. Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan I 2012 diantaranya
bersumber dari dimulainya realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta juga didorong oleh
masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor industri pengolahan kelapa
dan perikanan.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
15
Tabel 1.2. Investasi PMA Tahun 2012
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara
No.No.No.No. Nama PerusahaanNama PerusahaanNama PerusahaanNama Perusahaan Bidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang Usaha Rencana Rencana Rencana Rencana InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi ( US$ )( US$ )( US$ )( US$ )
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi ( US$ )( US$ )( US$ )( US$ )
Asal Asal Asal Asal NegaraNegaraNegaraNegara
Ket.Ket.Ket.Ket.
1. PT. Starcky Indonesia
Penangkapan ikan bersirip di laut dan industri pembekuan ikan.
1.130.000 ---- Philipina Bitung
2. PT. Bol Indah Utama
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya
181.228.714.874 ---- Singapura Bolmong Selatan
3. PT. Sino Global Perkasa
Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
15.554.191,14 ---- Singapura Bolmong
4. PT. Global International Indah
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
11.106.482,90 ---- Singapura Bolmong
JUMLAH 181.256.505.548 -
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran
pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus
mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan I
2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar
Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan I 2011 yang tumbuh
68% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit
investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan
dapat mendorong kinerja investasi di Sulawesi Utara.
1.1.31.1.31.1.31.1.3 Ekspor Ekspor Ekspor Ekspor –––– ImporImporImporImpor
Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan positif sebesar
4,60% (yoy) dan tercatat memberikan sumbangan terbesar kedua setelah konsumsi dengan
kontribusi sebesar 2,31% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Indikasi
pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulawesi Utara disumbang baik melalui perdagangan antar
negara dan juga perdagangan antar pulau/daerah. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi Utara
selama triwulan I 2012 tercatat sebesar USD333,5 juta atau meningkat sebesar 303,2% (yoy).
Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
16
Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulawesi Utara terutama
disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan
ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar
negeri pada triwulan I 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani
dengan pangsa mencapai 82% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 6%, sisanya
dalam bentuk ampas/sisa industri (5%), daging olahan dan ikan olahan (4%), berbagai produk
kimia (1%) dan produk lainnya (1%).
Komposisi negara tujuan ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 mengalami
pergeseran bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Negara tujuan utama ekspor
Sulawesi Utara sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (35,68%), Cina (20,57%),
Amerika Serikat (17,18%), Korea Selatan (10,73%), dan Singapura (3,75%). Sedangkan
triwulan I 2011 negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara adalah Amerika Serikat (33,49%),
Korea Selatan (16,81%), Cina (11,73%), dan Belanda (11,37%).
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD)Total Ekspor (Ribu USD) 82.68 271.60 160.80 234.60 333.40 303.2%
2011201120112011 Grow th Grow th Grow th Grow th
(yoy )(yoy )(yoy )(yoy )UraianUraianUraianUraian
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.8. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2012
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2011
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
17
Sejalan dengan aktivitas perdagangan luar
negeri, kinerja ekspor antar pulau/daerah
Sulawesi Utara juga menunjukkan adanya
pertumbuhan positif. Hal ini dapat tercermin
dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan
Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai
kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi
Utara ke luar provinsi. Selama triwulan I 2012,
volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim
(muat) ke pasar domestik sebesar 222 ribu ton
atau tumbuh 15,45% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Tiga komoditi ekspor
terbesar antar daerah adalah beras, barang campuran dan minyak goreng kelapa sawit.
Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 juga mengalami perbaikan,
hal ini ditandai dengan pertumbuhan impor sebesar 0,26% (yoy) atau lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9,42% (yoy). Perlambatan ini menunjukkan
bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap negara/daerah lain sudah mulai
mengalami penurunan. Perlambatan impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan
data nilai impor selama triwulan laporan yang tercatat USD 17,60 juta atau turun 72,8% (yoy)
dibanding periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor
bahan baku dengan pangsa sebesar 44%, sisanya sebesar 42% berupa barang konsumsi dan
14% berupa impor barang modal. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas
gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 39% dari total nilai
impor. Beberapa komoditas impor Sulawesi Utara lainnya diantaranya kapal laut, mesin-mesin,
dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 16%, 14% dan 6%.
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD)Total Impor (Ribu USD) 64.76 11.90 21.30 46.40 17.60 -72.8%
UraianUraianUraianUraian2011201120112011 Grow th Grow th Grow th Grow th
(y oy )(y oy )(y oy )(y oy )
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
Tabel 1.4. Impor Sulawesi Utara (Juta USD)
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
18
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Maret 2012 lebih dominan
didatangkan dari negara Thailand (40%), Cina (18%), Taiwan (14%), Australia (12%), Filipina
dan Singapura masing-masing sebesar 5%. Mengalami pergeseran dibandingkan negara asal
impor Sulawesi Utara pada periode yang sama tahun lalu yakni Jepang (25%), Cina (10%), dan
Malaysia (9%). Hal ini sejalan dengan komoditi impor pada triwulan I 2012 yang didominasi
oleh beras, coil roll dan barang proyek.
Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai
masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan I 2012, volume barang
yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 753 ribu ton naik 10,84% (yoy) apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 679 ribu ton.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.15. Negara Asal Impor Jan-Mar 2011
Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Mar 2012
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.13. Pangsa Jenis Barang Impor Sulawesi Utara
Grafik 1.14. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
19
1.21.21.21.2 SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2012 disumbangkan oleh seluruh
sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,46% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,99% (yoy). Sektor yang
memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 adalah sektor
bangunan yang tercatat tumbuh 8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap
total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor jasa-jasa,
sektor pertanian serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sumbangan masing-
masing sebesar 1,22%, 1,20%, 1,08%, dan 0.99% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.5.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.11.2.11.2.11.2.1.... BangunanBangunanBangunanBangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan I 2012 mencatat pertumbuhan sebesar
8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap total pertumbuhan. Beberapa faktor
yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa
proyek pemerintah seperti:
- Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
Grafik 1.17. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 Sumb.Sumb.Sumb.Sumb. Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb
Pertanian 6,58 1,29 6,65 1,42 2,42 0,52 1,00 0,18 -2,28 5,86 1,08
Pertambangan & Penggalian 5,89 0,31 5,88 0,30 7,90 0,39 2,44 0,11 2,80 7,17 0,37
Industri Pengolahan 6,03 0,47 6,93 0,52 6,33 0,49 -3,07 -0,24 3,71 7,38 0,60
Listrik, Gas & Air Bersih 4,81 0,04 5,33 0,04 7,22 0,06 6,29 0,05 5,93 15,26 0,13
Bangunan 8,31 1,39 13,59 1,97 15,76 2,26 13,41 2,16 11,61 8,26 1,33
PHR 8,79 1,31 6,36 1,00 12,97 1,83 18,52 3,46 21,03 7,45 1,22
Pengangkutan & Komunikasi 7,24 0,89 3,27 0,43 2,55 0,35 3,57 0,48 4,10 8,11 0,99
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 5,31 0,36 7,13 0,47 6,51 0,43 9,87 0,60 6,59 7,62 0,54
Jasa-Jasa 5,89 0,93 6,46 0,98 8,20 1,39 10,36 1,49 8,10 7,70 1,20
PDRBPDRBPDRBPDRB 6,996,996,996,99 6,996,996,996,99 7,147,147,147,14 7,147,147,147,14 7,737,737,737,73 7,737,737,737,73 8,308,308,308,30 8,308,308,308,30 7,397,397,397,39 7,467,467,467,46 7,467,467,467,46
Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha2011201120112011
20112011201120112012201220122012
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
20
Tabel 1.7. Pembangunan Jalan di Kabupaten Kepulauan Sangihe
- Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa
Selatan dengan nilai Rp21.5 miliar.
- Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek
sebesar Rp10 miliar.
- Peningkatan kondisi jalan di sepanjang lingkar selatan Sulawesi Utara, dengan dana
sebesar Rp213.98 miliar (tabel 1.6.)
- Pembangunan jalan baru dari Desa Adow ke Matali Baru, Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan yang menargetkan dana sebesar Rp178 miliar.
- Pembangunan lokasi wisata di Gunung Mahawu, Kota Tomohon dengan alokasi dana
sebesar Rp1 miliar.
- Pelebaran dan perbaikan kualitas jalan di Kecamatan Sangkub hingga Biontong di
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan alokasi dana sebesar Rp80 miliar.
- Rehabilitasi dan peningkatan 11 poros jalan yang tersebar di wilayah Kab.Kep. Sangihe
dengan alokasi dana sebesar Rp9.9 miliar (tabel 1.7.)
Ruas Jalan Ruas Jalan Ruas Jalan Ruas Jalan AnggaranAnggaranAnggaranAnggaran
Kema – Rumbia 24,979,000,000
Kema – Rumbia 2 19,979,000,000
Kema – Rumbia Cs 19,979,000,000
Buyat – Molobog 19,096,769,000
Molobog – Onggunoi I 19,979,000,000
Molobog – Onggunoi II 29,977,500,000
Onggunoi – Pinolosian I 29,977,500,000
Onggunoi – Pinolosian II 14,979,000,000
Pinolosian – Molibagu 9,981,750,000
Molibagu – Mamalia 15,073,644,000
Mamalia – Taludaa 9,981,750,000
JumlahJumlahJumlahJumlah 213,213,213,213,983,913,000983,913,000983,913,000983,913,000
Nama Ruas JalanNama Ruas JalanNama Ruas JalanNama Ruas Jalan Volume Volume Volume Volume
(Km)(Km)(Km)(Km) Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)Anggaran (Rp)
• Peningkatan JalanPeningkatan JalanPeningkatan JalanPeningkatan Jalan
Poros jalan Ulung Peliang-Lelipang-Palilangen-Lumbaha 1.2 1,053,822,000
Poros jalan Salurang-Hangke-Palareng 1.0 1,100,000,000
Poros jalan Kawiwi-Sampakang 1.0 1,100,000,000
• Rehabilitasi JalanRehabilitasi JalanRehabilitasi JalanRehabilitasi Jalan
Poros jalan Mohade-Beha-Kalekube 2.7 1,562,000,000
Poros jalan Tahuna-Lesa-Manganitu 2.0 1,870,000,000
Poros jalan Kalinda-Bebu 3.0 1,100,000,000
Poros jalan Kawasan Dagho 1.0 412,500,000
Tabel 1.6. Alokasi Pembangunan Jalan Lingkar Selatan
Sumber : Dinas PU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
21
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Poros jalan Santiago-Mahena 0.5 715,000,000
Poros jalan Mala-Hiung-Pinabetengan 1.3 660,000,000
Poros jalan Tariang Baru-Timbelang-Makaliahe 1.2 770,000,000
Poros jalan Kalagheng-Birahi-Mandol 1.0 605,000,000
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan I 2012.
Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek
perumahan. Hal ini tercermin dari peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara.
Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 204,84 ribu ton atau mengalami
pertumbuhan 92,63% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga memperlihatkan
kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 29,62% (yoy) dari 140,77 pada Maret
2011 menjadi 182,47 pada Maret 2012.
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap
sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini
tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan sampai dengan Desember 2011 tercatat
sebesar Rp453 miliar atau mengalami pertumbuhan
positif sebesar 32,42% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
Sumber : Dinas PU Kabupaten Kepulauan Sangihe
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
22
1.2.1.2.1.2.1.2.2.2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I 2012 menunjukan pertumbuhan
positif sebesar 7,45% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,22% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai respon dari
adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada
tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS
sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap
peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat.
Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong
oleh pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15
Januari 2012 berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Pertemuan ATF
mendatangkan sebanyak ±2.000 orang termasuk peserta forum yang tang terdiri dari menteri
pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang akan mengikuti acara
travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang dihasilkan dari pelaksanaan
ATF diantaranya:
- Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara
ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan
bersaing menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masing-
masing negara melalui produk tour and travel.
- Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang
digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini
ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM
Sulawesi Utara.
- Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF.
Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia,
Amerika dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.
- Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15
Januari 2012.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan
antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum
memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data
jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar
terjual.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
23
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan
sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan
alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai
dengan Maret 2012 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai
Rp4.652 miliar atau tumbuh 27,61%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
1.2.1.2.1.2.1.2.3.3.3.3. Sektor Sektor Sektor Sektor PertanianPertanianPertanianPertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
5,86% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,08% terhadap total pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.22. Data Lama Tamu Menginap
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.24. Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
24
- Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di
wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen.
- Dalam rangka mensukseskan program swasembada beras yang telah dicanangkan
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara menggagas program
Gerakan Tanam Padi (Gentadi) seluas 4 hektar di 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Mitra.
- Pemerintah Kota Tomohon meningkatkan target produksi beras sebesar 5,3% atau sebesar
10.000 ton.
- Pemerintah Kota Bitung meningkatkan target produksi beras menjadi 1.555 ton pada tahun
2012. Guna mencapai target tersebut, Pemkot Bitung telah mendatangkan bibit padi unggul
bernama Inpari 13 dan sementara diuji coba di kawasan pertanian beras Tanjung Merah dan
Manembo-nembo bawah.
- Distanak Provinsi Sulawesi Utara mulai melaksanakan pemanfaatan lahan pertanian seperti
padi ladang di lahan seluas 3 hektar di wilayah Kota Manado. Panen padi ladang ini
merupakan langkah awal dalam memaksimalkan 50 hektar lahan sawah di Manado untuk
memproduksi beras bagi kebutuhan masyarakat.
- Dalam rangka mendukung program swasembada beras, PT. Pupuk Kaltim sebagai penyedia
pupuk bersubsidi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulawesi Utara) menjaga stok pupuk urea
sekaligus memantau distribusinya ke titik-titik pengecer yang ada agar petani dapat
memperoleh pupuk dengan mudah. Dalam tahun 2012 ini, petani Sulawesi Utara mendapat
alokasi pupuk sebanyak 49,100 ton dari pemerintah, terdiri atas lima jenis pupuk bersubsidi.
Pupuk yang dialokasikan meliputi urea 25 ribu ton, SP-36 sebanyak 5,500 ton, ZA 200 ton,
NPK 15,600 ton dan pupuk organic 2,800 ton. Penetapan alokasi tersebut berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 tertanggal 9 Desember
2011.
Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi
Utara, dimana pada triwulan I 2012 luas panen padi tercatat sebesar 38,01 ribu hektar lebih
tinggi dibandingkan luas panen pada triwulan I 2011 sebesar 28,89 ribu hektar atau naik
31,54% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga
meningkat menjadi 114,41 ribu ton atau naik 32,96% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sejalan dengan produksi beras, produksi pipilan jagung kering pada
triwulan laporan juga mengalami peningkatan dari 118,88 ribu ton pada triwulan I 2011
menjadi 122,47 ribu ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 3,02%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
25
Grafik 1.26. Pertumbuhan Kredit Pertanian
Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulawesi Utara
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan untuk membiayai sektor pertanian
semakin menunjukkan adanya tren
peningkatan. Sampai dengan Maret 2012,
jumlah kredit yang disalurkan pada sektor
pertanian mencapai Rp400 milliar atau
tumbuh 89,82% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika
dibandingkan dengan total kredit yang
disalurkan bank, jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,47% dari total kredit yang
disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain
disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL
(Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,12% pada triwulan laporan.
1.21.21.21.2....4444. Sektor . Sektor . Sektor . Sektor lainnyalainnyalainnyalainnya
A.A.A.A. Sektor JasSektor JasSektor JasSektor Jasaaaa----jasajasajasajasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan I 2012 tumbuh
positif sebesar 7,70% (yoy), dengan sumbangan
sebesar 1,20% terhadap total pertumbuhan
triwulan laporan. Kinerja sektor jasa yang cukup
stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor
pemerintahan umum. Apabila dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan
yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan BerasPerkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras
Luas Panen (Ha)-right axis 30,258 38,597 24,198 26,718 28,898 24,959 41,568 26,659 38,011
Produksi Gabah (Ton)-left axis 140,922 185,420 119,571 138,117 136,155 117,088 204,854 138,001 181,029
Produksi Beras (Ton)-left axis 89,063 117,185 75,569 87,290 86,050 74,000 129,468 87,217 114,410
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering JagungPerkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
Luas Panen (Ha) 29,759 36,226 32,565 23,380 32,600 15,295 75,590 90,147 33,578
Produksi Jagung (Ton) - left axis 108,759 132,339 119,262 85,785 118,875 56,181 277,093 328,233 122,465
2010201020102010 2011201120112011KOMPONENKOMPONENKOMPONENKOMPONEN
Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
26
Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan Maret 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat
sebesar Rp962miliar atau tumbuh 52,86% (yoy).
B.B.B.B. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun
internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara
khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat
Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya
minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan
komunikasi pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan 8,11% (yoy), dengan sumbangan
sebesar 0,99% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari
tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado
baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus
penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar
13,63% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah
Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,68% (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor
ini, keberpihakan perbankan yang
diwujudkan dalam penyaluran kredit di
sektor pengangkutan dan komunikasi juga
memperlihatkan adanya peningkatan.
Sampai dengan akhir triwulan I 2012
jumlah kredit yang disalurkan mencapai
Rp157 miliar, atau tumbuh 43,40% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu.
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 230,845 13.63%
Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 242,260 13.68%
Datang 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 1,307,021 -26.73%
Berangkat 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 1,061,987 -12.13%
Growth Growth Growth Growth
(YoY)(YoY)(YoY)(YoY)
2011201120112011
Penumpang
Kargo
Jenis Jenis Jenis Jenis
PengangkutanPengangkutanPengangkutanPengangkutan
Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/
KeberangkatanKeberangkatanKeberangkatanKeberangkatan
2010201020102010
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
27
Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : PLN Kanwil Sulawesi Utaratenggo
Tabel 1.10. Investasi PMA Tahun 2012 Pada Bidang Industri Pengolahan
C.C.C.C. Sektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan yang mencatat
pertumbuhan sebesar 7,38% dengan sumbangan sebesar 0,60%, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun lalu sebesar 6,03% (0,47%). Peningkatan ini dapat dikonfirmasi
melalui data masuknya beberapa perusahaan pada bidang industri pengolahan khususnya pada
bidang pengolahan kelapa sawit.
No.No.No.No. Nama PerusahaanNama PerusahaanNama PerusahaanNama Perusahaan Bidang UsahaBidang UsahaBidang UsahaBidang Usaha Asal NegaraAsal NegaraAsal NegaraAsal Negara
Ket.Ket.Ket.Ket.
1. PT. Bol Indah Utama
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya
Singapura Bolmong Selatan
2. PT. Sino Global Perkasa
Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
Singapura Bolmong
3. PT. Global International Indah
Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
Singapura Bolmong
Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di
sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan I
2012 tumbuh 8,22% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor
industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai
dengan akhir triwulan I 2012 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp385 miliar atau tumbuh
sebesar 27,96% (yoy).
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
28
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Jumlah Bank umum 24 25 25 25 25 25 25 25 25
Jumlah kantor bank umum*) 206 215 219 225 227 234 242 246 246
Jumlah BPR 13 14 14 16 16 17 17 17 17
Jumlah kantor BPR 39 39 41 43 43 46 46 48 48
Data BankData BankData BankData Bank2010201020102010 2011201120112011
D.D.D.D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I
2012 tumbuh 7,70% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain
tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:
pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta
penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada
masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas
sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan
sektor ini.
E.E.E.E. Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2012 tumbuh 7,17% (yoy) dengan
sumbangan sebesar 0,37% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan
industri berskala besar. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus
mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak
perbankan terhadap sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2011
hingga pada triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat
sebesar Rp117 miliar atau tumbuh sebesar 210,95% (yoy).
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 1.11. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
29
F.F.F.F. Sektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air BersihSektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I 2012 tumbuh siginifikan sebesar
5,26% (yoy), namun jika dilihat berdasarkan kontribusinya, sektor listrik, gas dan air bersih
masih tercatat sebagai sektor yang memberikan sumbangan terendah terhadap total
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan sebesar 0,13%.
Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data jumlah penjualan
listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan I 2012
sebesar 458,89 ribu pelanggan atau tumbuh 8,18% (yoy) dengan jumlah pemakaian 193 MW
atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, kapasitas listrik
yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 257 MW atau tumbuh 22,97% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih terdapat surplus daya listrik
sebesar 64 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh adanya peningkatan produksi
listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.
Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
di Sulawesi Utara
Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik
di Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
33
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah
dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan
inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan yang terutama
dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan karena memburuknya ekspektasi
masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari 2012 Kota Manado tercatat mengalami deflasi
0,13% (mtm), kemudian terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm).
Pada akhir triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang
terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat
seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai
dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun lalu, tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi
nasional yang sebesar 0,88% (ytd).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
disumbangkan oleh kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price. Sementara
itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) sedikit tertahan,
namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan Kota Manado
pada akhir triwulan I 2012.
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2008 2009 2010 2011 2012
%
yoy Manado yoy Nasional -3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009 2010 2011
%
qtq Manado qtq Nasional
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
34
2.1.2.1.2.1.2.1. PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI
2.1.12.1.12.1.12.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado selama triwulan I tahun 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar
6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar
3,97% (yoy) pada Maret 2011.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan terutama disumbang oleh kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga, tercatat sebesar 9,22% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, sub
kelompok pendidikan mengalami inflasi tertinggi yang didorong oleh kenaikan biaya
pendidikan akademi/perguruan tinggi.
Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 5,19% (yoy)
karena menurunnya harga bumbu-bumbuan terkait membaiknya kondisi pasokan dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, baik pasokan lokal maupun pasokan impor. Pasokan bawang
merah yang sempat terkendala terkait pelarangan impor di daerah sentra Brebes mulai normal
kembali sehingga turut berkontribusi pada peningkatan suplai ke Kota Manado. Ketersediaan
cabai rawit dipengaruhi oleh panen cabai yang terjadi di daerah-daerah pemasok cabai di
Sulawesi Utara seperti Palu dan Gorontalo.
2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (qqqqttttqqqq))))
Tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan I-2012 tercatat lebih tinggi dibandingkan periode
lalu maupun periode yang sama tahun lalu. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan I-
2012 mencatat inflasi 1,59% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang mengalami
inflasi sebesar 0,88% (qtq) dan triwulan I 2011 sebesar 1,31% (qtq).
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
1 Bahan Makanan -2.19 6.39 18.14 15.23 21.69 14.72 -1.23 -3.17 -5.19
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 8.13 5.96 4.83 5.36 0.43 1.50 1.45 1.21 2.95
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.45 1.83 2.58 2.35 1.85 2.14 1.58 1.63 4.73
4 Sandang 2.83 6.84 7.02 5.15 5.03 4.28 8.32 5.56 5.68
5 Kesehatan 4.98 2.56 1.87 0.96 0.61 2.62 3.20 5.20 4.48
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.97 1.75 1.19 1.62 0.91 0.86 9.70 9.06 9.22
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.63 2.60 3.26 0.59 0.80 -0.38 -0.87 0.49 -0.35
1.841.841.841.84 4.214.214.214.21 7.387.387.387.38 6.286.286.286.28 6.906.906.906.90 5.155.155.155.15 1.251.251.251.25 0.670.670.670.67 0.950.950.950.95
2010201020102010 2011201120112011NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok
UmumUmumUmumUmum
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
35
Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar, tercatat sebesar 3,29% (qtq) karena kenaikan harga bahan bakar rumah
tangga dan bensin terkait kelangkaan bensin dan program konversi minyak tanah ke LPG.
Kondisi ini turut andil memperburuk ekspektasi inflasi masyarakat yang pada tahap selanjutnya
mendorong inflasi pada kelompok lainnya.
Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi terutama
disebabkan oleh melandainya harga angkutan udara setelah mengalami puncaknya pada
Desember 2011.
2.1.32.1.32.1.32.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado
sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren
peningkatan. Tingkat inflasi Kota Manado
sepanjang triwulan I 2012 lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional,
dengan pola pergerakan yang sama (Grafik 2.3).
Pada Januari 2012 Kota Manado tercatat
mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian
terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012
sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir triwulan I 2012
tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami
peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi
inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012
sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm).
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
1 Bahan Makanan -1.50 0.23 11.98 4.23 4.03 -5.51 -3.59 2.18 1.86
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.68 -0.95 0.77 0.84 -0.22 0.10 0.72 0.60 1.51
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.74 0.09 0.96 0.55 0.24 0.38 0.41 0.60 3.29
4 Sandang 0.52 1.89 1.09 1.56 0.40 1.17 5.02 -1.03 0.50
5 Kesehatan 2.02 -0.04 0.32 -1.32 1.66 1.96 0.90 0.59 0.97
6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.72 0.01 0.36 0.52 0.02 -0.04 9.15 -0.06 0.16
7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.20 1.23 0.62 -1.06 0.02 0.05 0.13 0.29 -0.81
0.720.720.720.72 0.200.200.200.20 3.813.813.813.81 1.441.441.441.44 1.311.311.311.31 -1.43-1.43-1.43-1.43 -0.05-0.05-0.05-0.05 0.870.870.870.87 1.591.591.591.59
NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok2010201020102010 2011201120112011
UmumUmumUmumUmum
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2009 2010 2011 2012
%
mtm Manado mtm Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
36
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011
� JANUARIJANUARIJANUARIJANUARI 2012012012012222
Pada Januari 2012, Kota Manado tercatat
mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm). Deflasi
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
sebesar 1,22% (mtm) dengan sumbangan sebesar -
0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan
sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami
deflasi sebesar 18,67% (mtm). Kemudian diikuti
oleh sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya
dan sub kelompok kacang-kacangan yang masing-
masing mengalami deflasi sebesar 1,21% (mtm)
dan 0,93% (mtm). Melandainya tingkat harga pada
awal tahun 2012 yang terutama terjadi pada kelompok bahan makanan merupakan dampak
menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun
Baru 2012
� FEBRUARIFEBRUARIFEBRUARIFEBRUARI 2012012012012222
Tekanan inflasi Kota Manado pada Februari 2012
terakselerasi tajam dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, sehingga tercatat mengalami inflasi
sebesar 0,6% (mtm). Inflasi terjadi pada hampir
semua kelompok barang dan jasa, kecuali pada
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
yang tercatat mengalami deflasi -0,04% (mtm).
Harga komoditas kelompok bahan makanan yang menurun pada bulan sebelumnya, mulai
merangkak naik sehingga pada Februari 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi 1,49%
(mtm) dengan andil 0,43% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Komoditas yang
mengalami kenaikan harga antara lain beras, cabe rawit, daging ayam ras, daun bawang, kue
basah, gula pasir, dan cumi-cumi. Kenaikan harga beras pada periode laporan merupakan
dampak kenaikan HPP Beras dan berkurangnya pasokan. PMK No 13/PMK 011/2011 tentang
pembebasan bea impor produk & bahan pangan, bahan baku pakan ternak, dan pupuk telah
berakhir pada bulan Desember 2011 sehingga bea impor pangan 5% kembali berlaku. Hal ini
berdampak pada kenaikan biaya produksi peternak yang pada tahap selanjutnya menyebabkan
kenaikan harga daging ayam ras yang mulai terasa dampaknya pada Februari 2012.
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Februari 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
37
Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah.
� MARETMARETMARETMARET 2012012012011111
Pada akhir triwulan I–2012, laju perkembangan
harga barang dan jasa secara umum kembali
mengalami peningkatan dibandingkan bulan
sebelumnya hingga menyentuh angka inflasi
1,12% (mtm). Inflasi pada akhir triwulan I 2012
terutama disebabkan oleh meningkatnya
ekspektasi inflasi masyarakat karena rencana
kenaikan BBM pada 1 April 2012. Hal ini
membawa dampak lanjutan pada kenaikan
harga barang dan jasa secara sepihak oleh
pedagang yang ditandai oleh (1) Kenaikan
harga bahan makanan (2) Terdongkraknya
harga semen (3) Meningkatnya harga ongkos angkutan pada Maret 2012.
2.22.22.22.2 FAKTORFAKTORFAKTORFAKTOR----FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama
didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered
price. Sementara itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile
foods) sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi
tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2010 2011 2012
UMUM Volatile Administered Core
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa Maret 2011
Grafik 2.7.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Grafik 2.8.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
38
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulawesi Utara dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulawesi Utara
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu maupun triwulan lalu. Inflasi inti pada
Maret 2012 tercatat 3,91% (yoy) dengan sumbangan 2,01% terhadap total inflasi tahunan
pada akhir triwulan I-2012, atau lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2011 yang tercatat
sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan 0,79% terhadap total inflasi tahunan, maupun
triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,03% (yoy) dengan sumbangan 1,57% terhadap total
inflasi tahunan. Peningkatan tekanan inflasi inti terutama bersumber dari memburuknya
ekspektasi inflasi dan faktor eksternal.
� Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan I
2012, direspon dengan baik oleh peningkatan
penggunaan kapasitas produksi sehingga
mampu menjamin ketersediaan pasokan. Hal ini
tercermin dari peningkatan indeks penjualan riil
hasil Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dari
88,27 pada triwulan I 2011 menjadi 95,41 pada
triwulan I 2012. Peningkatan ini direspon oleh
peningkatan kapasitas produksi dunia usaha
yang tercermin dari peningkatan indeks hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara dari 194,26 pada triwulan I 2011 menjadi 223,79 pada triwulan I 2012.
� Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan
datang terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh tren
kenaikan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang
akan datang hingga mencapai masing-masing sebesar 199 dan 197 pada Maret 2011 (Grafik
2.10). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang, berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE)
KBI Manado, sebagian besar pedagang di Sulawesi Utara juga memiliki ekspektasi yang tinggi
terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 2.11). Tingginya
ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara merupakan faktor: (1) kebijakan pemerintah terkait BBM
bersubsidi (rencana kenaikan harga BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran
dan Kapasitas Produksi
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
39
Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.12. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 2.13. Perkembangan Minyak di Pasar Internasional
Sumber: Bloomberg
konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana kenaikan TDL (2) kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI
sebesar 10% pada Maret 2011.
� Eksternal
Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti meningkat sebagai
dampak nilai tukar Rupiah yang bergerak melemah
pada triwulan I tahun 2012. Baik secara rata-rata
maupun point to point, Rupiah terdepresiasi
dibandingkan dengan level pada triwulan IV 2011.
Secara rata-rata Rupiah melemah sebesar 1,03%(qtq).
Pelemahan Rupiah tersebut dipengaruhi oleh masih
tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global
serta meningkatnya persepsi risiko domestik terkait
dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Disamping itu, kenaikan harga komoditas internasional non
pangan terutama emas dan energi yang meningkat cukup signifikan juga merupakan salah satu
faktor yang membawa inflasi inti pada level yang lebih tinggi.
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
8,000
8,200
8,400
8,600
8,800
9,000
9,200
9,400
9,600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
110.04
106.09
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012
USD/Barel
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
2,000.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2011 2012
USD/pound
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
40
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara
2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental
� Volatile foods
Kelompok volatile foods pada Maret 2011 tercatat mengalami deflasi -5,38% (yoy) dengan
sumbangan -1,61% (yoy) terhadap inflasi umum. Namun demikian, secara triwulanan
kelompok volatile foods tercatat mengalami inflasi sebesar 1,88% (qtq). Hal ini mencerminkan
bahwa kondisi pasokan kelompok volatile foods membaik apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Namun demikian, tren penurunan harga sampai dengan akhir tahun 2011
tertahan oleh kenaikan HPP Beras yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3
Tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah
pada 27 Februari 2012. Selain itu, faktor cuaca buruk turut menjadi pendorong kenaikan harga,
seperti yang terpantau pada harga aneka bumbu (cabe rawit dan bawang putih) serta beberapa
komoditas perikanan tangkap. Dari sisi ekspektasi inflasi, pedagang bumbu-bumbuan
menaikkan harga sebagai antisipasi atas kenaikan ongkos angkutan yang diperkirakan akan
terjadi menjelang penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Sementara itu, beberapa
harga pangan terindikasi mulai meningkat yang berdampak pada kenaikan harga pada
sebagian komoditas domestik, seperti minyak goreng.
� Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada Maret 2012 tercatat sebesar 2,96%
(yoy) dengan sumbangan 0,55% (yoy). Inflasi administered prices pada Maret terutama berasal
dari komoditas rokok dan bahan bakar rumah tangga terkait masih berlanjutnya program
konversi minyak tanah ke gas elpiji.
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
I II III IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg Rp/ltRp/ltRp/ltRp/lt
Beras Minyak Goreng
10,000
30,000
I II III IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV
Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret
Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg
Cabe Rawit (merah) Bawang Merah
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak Goreng di Kota Manado
Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit
dan Bawang Merah di Kota Manado
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
43
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan.
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis
deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan sejalan dengan melambatnya laju
pertumbuhan kredit pada triwulan I 2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan
stabilitas sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi
Utara berada pada level 110,96% di akhir triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan
stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator
lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah
batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
3.1. 3.1. 3.1. 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan I-2012 mengalami pertumbuhan dengan laju
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset
perbankan Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mencapai Rp22.112 miliar atau tumbuh
21,22% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar
23,40% (yoy).
Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional
dengan pangsa mencapai 94,98% dari total aset perbankan. Lebih lanjut, sebesar 67,63%
merupakan aset bank pemerintah dan 28,77% merupakan aset bank swasta. Sementara itu,
pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,95% dan 3,07%.
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Total Aset 14,783 15,914 16,731 17,534 18,242 19,467 20,465 21,244 22,112
Tumbuh Y.o.Y (%) 8.42 11.79 12.58 18.72 23.40 22.33 22.32 21.16 21.22
DPK (Rp Miliar) 9,953 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 13,298 14,138 14,579
Tumbuh Y.o.Y (%) 11.74 12.24 14.28 14.43 18.53 18.83 19.66 23.71 23.58
Kredit outstanding (Rp Miliar) 10,867 11,631 12,119 12,909 13,397 14,403 15,107 15,896 16,177
Tumbuh Y.o.Y (%) 19.48 20.81 21.14 23.12 23.28 23.83 24.65 23.14 20.75
LDR (%) 109.18 109.68 109.05 112.95 113.56 114.30 113.60 112.43 110.96
NPL (%) 3.53 3.46 3.48 3.13 3.74 3.64 3.46 2.66 2.66
2011201120112011KomponenKomponenKomponenKomponen
2010201020102010
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
44
Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional terus mengalami pertumbuhan positif
hingga tercatat mencapai 65,74% (yoy) pada triwulan I 2012. Sementara itu, aset bank umum
syariah mengalami pertumbuhan positif dengan laju melambat dibandingkan triwulan lalu.
Pada triwulan I 2012 aset bank umum syariah tercatat tumbuh 37,12% (yoy), atau lebih lambat
dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 57,82%(yoy).
3.2.3.2.3.2.3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank
umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan
jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank umum syariah
memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor bank umum
konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang menggambarkan semakin
besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara.
3.3.3.3.3.3.3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1. Respon Perbankan SuRespon Perbankan SuRespon Perbankan SuRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneterlawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 Maret 2012 memutuskan untuk
mempertahankan BI rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten
dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental yang masih terkendali ke depan serta tetap
kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak penurunan kinerja
perekonomian dunia. Terhadap rencana kebijakan Pemerintah di bidang energi (BBM), Bank
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. I-2012
Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. I-20112 (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
93.5
94
94.5
95
95.5
96
96.5
97
97.5
98
-
1
1
2
2
3
3
4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2009 2010 2011 2012
Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
45
Indonesia memperkirakan dampaknya pada inflasi bersifat temporer (one-time shock) dan inflasi
akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Sejalan dengan itu,
Bank Indonesia akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi
dampak inflasi jangka pendek tersebut melalui penguatan operasi moneter untuk
mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan
suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi
Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga
perbankan hingga akhir triwulan I-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang
bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Maret 2012, rata-rata tingkat suku bunga
kredit tercatat sebesar 13,43% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 13,53%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga
kredit modal kerja mencapai 13,30% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,93% per
tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,36% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat
suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar 5,79%, lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,58%.
Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi
Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Rata-rata suku bunga kredit nasional
tercatat sebesar 12,42% pada triwulan I 2012. Berdasarkan penggunaannya, rata-rata tingkat
suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,02% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar
11,62% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,62% per tahun.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
46
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
3.3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2. Penyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,58% (yoy) menjadi Rp14.579 miliar,
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, tercatat
tumbuh 18,53% (yoy) atau sebesar Rp11.797 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan perbankan dalam menjaring dana dari masyarakat semakin membaik.
Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis deposito yang tumbuh
30,18% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,36% (yoy) dan giro sebesar 17,8%
(yoy).
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis
simpanan tabungan sebesar 46,40% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul
kemudian deposito (34,88%) dan giro (18,72%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,76% dari total DPK sedangkan
sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,24%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank
pemerintah tumbuh 25,69% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 19,71%
(yoy).
Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
47
Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang
dihimpun, sebesar 71,20% atau sebesar Rp10.380 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (7,66%), Kota Bitung (6,97%),
Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,99%), Kabupaten Minahasa (5,02%), Kota Tomohon
(1,23%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,19%), Kabupaten Minahasa Utara (0,75%) .
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami
oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 56,02% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota
Kotamobagu sebesar 10,45% (yoy). Sementara itu, Kabupaten Minahasa Utara mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 22,08% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, pertumbuhan negatif di
Minahasa Utara terjadi pada giro pemerintah yang diperkirakan merupakan realisasi
pembiayaan proyek pemerintah.
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Kab. Minahasa 605 682 682 662 732
Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873
Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173
Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109
Kota Menado 8,275 8,890 9,478 10,489 10,380
Kota Kotamobagu 1,011 1,047 1,054 962 1,117
Kota Bitung 775 834 887 965 1,017
Kota Tomohon 144 140 153 115 179
TotalTotalTotalTotal 11,79711,79711,79711,797 12,60112,60112,60112,601 13,29813,29813,29813,298 14,13814,13814,13814,138 14,57914,57914,57914,579
2011201120112011Sebaran DPKSebaran DPKSebaran DPKSebaran DPK
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
48
Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3. PenyaluraPenyaluraPenyaluraPenyaluran Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelaporn Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya
tren peningkatan. Pada triwulan I-2012, jumlah kredit secara umum tercatat 16.177 miliar atau
tumbuh 20,75% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan
dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy).
Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar
Rp5.185 miliar dan Rp8.363 miliar atau tumbuh 16.48% (yoy) dan 13.24% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh
meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari
pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus
ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional
yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 51,69%
dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar
32,05%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 16,26%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar
ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 28,75%
dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,
bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
49
swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp11.593 miliar atau mencapai
pangsa pasar 71,66% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar
Rp4.584 miliar dengan pangsa pasar 28,34% dari total kredit.
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp16.177 miliar, tercatat
64.93% atau sebesar Rp10.505 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,79% (Rp1.583 miliar), Kabupaten
Minahasa 8,51% (Rp1.377 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,43%(Rp.1041 miliar), Kota
Bitung 6,19% (Rp.1.001 miliar), Kota Tomohon 1,7% (Rp275 miliar), Kabupaten Minahasa
Selatan 1,4% (Rp.226 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,04% (Rp169 miliar).
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
50
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Tomohon sebesar 46,69% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa
6,66% (yoy).
3.3.4.3.3.4.3.3.4.3.3.4. Kredit MKMKredit MKMKredit MKMKredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan
Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami
peningkatan. Hal ini mencerminkan keberpihakan
perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan
I-2012, posisi kredit MKM tercatat Rp14.388 miliar
atau tumbuh 19,59% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di
bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni
59,96%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun
di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 23,26%,
dan sisanya 16,78% merupakan kredit mikro (di
bawah Rp50 juta).
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan I-2012, pangsa kredit MKM tercatat 88,94%, atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat 88,71%. Kenaikan pangsa kredit
MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio
Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,56% pada akhir triwulan I-2012.
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
51
3.43.43.43.4 STABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 relatif terkendali.
Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI
yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio
(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan
berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang
tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan
BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.13.4.13.4.13.4.1 Risiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko Kredit
Pada triwulan I-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin
dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio
NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)
tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk
terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif.
Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada
sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas
kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan
merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya
seiring dengan naiknya UMP pada awal tahun 2012 serta kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar
10% pada Maret 2011.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat
bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif
rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 55,67% dari total kredit
memiliki tingkat NPL sebesar 1,52%.
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. I-2012
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
52
3.4.23.4.23.4.23.4.2 RisRisRisRisiko Likuiditasiko Likuiditasiko Likuiditasiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan
laporan cukup terkendali.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara
masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang berpotensi
menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya
relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh pangsa rata-
rata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit secara
keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut
untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
triwulan laporan tercatat 110,96%. Perlu digaris bawahi
bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total
kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit
yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang
berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah
dialami oleh Kota Bitung sebesar 98,48%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten
Minahasa sebesar 188,15%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa Utara
sebesar 154,87%, Kota Tomohon sebesar 154,14%, Kota Kotamobagu sebesar 141,78%,
Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 130,72%, dan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar
119,24%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah
tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran
dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.33.4.33.4.33.4.3 Risiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari
rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)
yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulawesi Utara pun
bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak
akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi
valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
53
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
3.4.43.4.43.4.43.4.4 Indikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnya
� Rasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank
umum pada triwulan I-2012 memperlihatkan adanya
kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
kelonggaran tarik pada Maret 2011 sebesar 7,47%,
mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,56%.
Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit
yang tidak dicairkan oleh nasabah.
� Net Interest MaNet Interest MaNet Interest MaNet Interest Marginrginrginrgin (NIM) (NIM) (NIM) (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
salah satu indikator penilaian terkait
kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,
saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi
biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin (NIM) pada triwulan laporan
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp773
miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp414
miliar.
� Rasio BOPORasio BOPORasio BOPORasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan
laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari peningkatan rasio
BOPO bank umum dari 67,35% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 85,83%
pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.
Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
54
Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum
Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
� Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan I-2012, rasio ROA
bank umum tercatat sebesar 1,26%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,18%.
3.53.53.53.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Maret 2012 meningkat sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan
kredit sebesar 51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 52,40%
(yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi
190,57% pada triwulan I-2012.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2012
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Asset 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06 480.87 454.29
DPK 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95 188.58 195.65
Giro 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76 16.73 13.94
Tabungan 59.52 67.33 79.98 76.95 34.87 35.88 68.68 106.55
Deposito 21.68 25.20 31.67 38.30 86.02 90.31 103.16 75.16
Kredit 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15 355.48 371.77
Modal Kerja 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 248.81 259.58 260.57
Investasi 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71 10.92 16.27
Konsumsi 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63 84.98 94.93
FDR (%) 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 231.85 188.51 190.57
2010 2011
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
55
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif
yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami
pertumbuhan sebesar 65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada
periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 56,76% (yoy) atau
mencapai Rp505,5 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain
(konsumsi) dengan pangsa 81,64% dan sektor PHR dengan pangsa 10,06%. Berdasarkan jenis
penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan
pangsa mencapai 77,36% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan
konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya
aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan
sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy)
dengan jumlah nominal sebesar Rp471,3 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,
deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 81,10%. Pertumbuhan DPK BPR jauh
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait
dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga
perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi
2012
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
A set 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1 651.7 713.7
D P K 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0 439.5 471.3
Deposito 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6 346.5 382.2
Tabungan 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4 92.9 89.1
Kredit 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1 455.8 505.5
Jenis P enggunaan
M odal Kerja 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1 98.1 97.1
Investasi 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2 12.5 17.3
Konsumsi 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8 345.2 391.1
Sekto ra l
Pertanian 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6 5.7 5.9
Perindustrian 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8 2.3 2.3
PHR 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5 44.9 50.9
Jasa-jasa 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2 33.5 33.8
Lain-lain 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0 369.4 412.7
LD R (P ersen) 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3 103.7 104.6
N P L (P ersen) 3.39 3.84 4.37 4.24 4.71 3.85 4.16 3.92 3.89
Ko mpo nen2010 2011
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
56
BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada
tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR
yang tercatat sebesar 104,6% pada triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi
intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren
penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga tercatat sebesar 3,89% pada
triwulan I-2012.
57
Perkembangan Produksi Ikan Tangkap dan Budidaya
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT
SEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANANSEKTOR PERIKANAN
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada sub sektor perikanan secara historis selama 3 (tiga)
tahun terakhir menunjukkan bahwa nelayan Sulawesi Utara masih berada dalam kondisi kurang sejahtera
dengan rata-rata nilai indeks sebesar 96,72 (indeks < 100).
Perkembangan Nilai Tukar Petani Sub Sektor Perikanan
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
diperoleh data bahwa hasil produksi ikan tangkap
cenderung stabil sepanjang tahun 2010 dan 2011,
namun pada triwulan I 2012 terdapat penurunan
sebesar 11,19% dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Kinerja sub sektor perikanan
tangkap relatif fluktuatif dimana faktor cuaca
sangat menentukan produktivitas hasil tangkapan.
Sementara itu, produksi perikanan budidaya relatif
lebih stabil (meningkat 0,03%) apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, produksi perikanan budidaya juga mengalami penurunan sebesar 69,25%. (qtq).
Penyaluran kredit dari perbankan memiliki peran yang penting terhadap perkembangan
produktivitas sektor perikanan. Dari total kredit perbankan sebesar Rp16,55 triliun pada Maret 2012,
penyaluran kredit di sektor perikanan memiliki pangsa 1,02% atau hanya Rp169,54 miliar yang
disalurkan pada sektor perikanan. Minimnya penyaluran kredit pada sektor perikanan terkait dengan
risiko kredit yang cukup tinggi pada sektor tersebut, hal ini tercermin dari rata-rata kredit bermasalah
(Non Performing Loan) kredit perikanan pada Januari 2011 hingga Maret 2012 tercatat sebesar 7,16%,
lebih tinggi dibandingkan NPL kredit secara umum sebesar 3,38% dan telah melebihi batas toleransi yang
ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012
Produksi Ikan Tangkap
Produksi Ikan Budidaya
58
Pangsa Kredit Sektor Perikanan Terhadap Total Kredit (Maret 2012)
Perkembangan Rasio NPL Kredit Perikanan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit pada sektor perikanan, Bank Indonesia bekerja
sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Nota Kesepahaman
No.04/MEN-KP/KB/IV/2010 dan No.12/1/GBI/DPNP/MOU tanggal 22 April 2010. Dengan adanya Nota
Kesepahaman tersebut diharapkan dapat mendorong percepatan kinerja sektor kelautan dan perikanan
sebagai salah satu sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia. Adapun ruang lingkup Nota
Kesepahaman tersebut mencakup kegiatan seminar, workshop, sosialisasi, penelitian, survei, kelompok
kerja atau forum kerja sama dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan kepada sektor
kelautan dan perikanan serta penyediaan data terkait pemberian kredit di sektor kelautan dan perikanan
oleh perbankan.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
61
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi
pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah
keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis
yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan
kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai
Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen
penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi
Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
4.14.14.14.1. . . . Dana PerimbanganDana PerimbanganDana PerimbanganDana Perimbangan di Sulawesi Utaradi Sulawesi Utaradi Sulawesi Utaradi Sulawesi Utara
4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak dari pemerintah pusat bagi
(dlm jutaan rupiah)
Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424
Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146
Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993
Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367
TOTALTOTALTOTALTOTAL 4,656,1724,656,1724,656,1724,656,172 5,676,3545,676,3545,676,3545,676,354 5,683,1805,683,1805,683,1805,683,180 7,150,4107,150,4107,150,4107,150,410 7,426,9307,426,9307,426,9307,426,930
*) Data Update per 31 Maret 2012
2012*2012*2012*2012*DanaDanaDanaDana 2008200820082008 2009200920092009 2010201020102010 2011201120112011
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
62
Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2012 meningkat sebesar 16,59%
dibandingkan dengan Tahun 2011. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari
pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp6,99 triliun.
Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2012 mengalami peningkatan
alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di
masing-masing kabupaten/kota/provinsi di
Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara
mendapatkan alokasi terbesar yakni
Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%.
Berikutnya adalah Kota Manado sebesar
Rp667,12 miliar dengan pangsa 9,54% dari
total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar
Rp558,16 miliar dengan pangsa 7,98% dan
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar
Rp478,57 miliar dengan pangsa 6,84%.
Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Utara pada APBD Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa
mencapai 85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar
9,85% dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Apabila dilihat berdasarkan
proporsi Dana Perimbangan terhadap total Pendapatan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara
tercatat bahwa komponen Dana Perimbangan masih mendominasi pendapatan Sulawesi Utara
dengan pangsa sebesar 62%, sisanya sebesar 38,19% merupakan Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Sulawesi Utara.
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara
Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Grafik 4.2. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota
di Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
63
Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012
4.4.4.4.2222. . . . APBD APBD APBD APBD di Tingkat di Tingkat di Tingkat di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana
Perimbangan). Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32%
(yoy). Hingga akhir triwulan I 2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
baru mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara
menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar
Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan
alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012 realisasi
belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada
triwulan I 2011 (13,33%).
4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. PenPenPenPendapatandapatandapatandapatan Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini
tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD 2012 dibandingkan APBD 2011.
Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat
ke daerah (Dana Perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total Dana Perimbangan
mencapai Rp889,07 miliar, mengalami peningkatan 7,11% dibandingkan tahun lalu.
Peningkatan ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas
daerah serta mengurangi kesenjangan publik.
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
IIII PendapatanPendapatanPendapatanPendapatan 1,259,7021,259,7021,259,7021,259,702 355,749355,749355,749355,749 28.2428.2428.2428.24 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 504,257504,257504,257504,257 29.3629.3629.3629.36
Pendapatan Asli Daerah 451,755 119,410 26.43 549,355 132,800 24.17
Pendapatan Transfer 807,647 236,257 29.25 1,167,565 371,416 31.81
Lain-lain PAD yang Sah 300 82 27.38 350 42 11.89
III II II I BelanjaBelanjaBelanjaBelanja 1,297,9081,297,9081,297,9081,297,908 172,949172,949172,949172,949 13.3313.3313.3313.33 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 223,830223,830223,830223,830 12.3112.3112.3112.31
Belanja Operasi 892,324 135,932 15.23 1,251,434 190,292 15.21
Belanja Modal 223,584 13,464 6.02 351,536 7,753 2.21
Belanja Tidak Terduga 10,000 100 1.00 10,000 70 0.70
Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 172,000 23,453 13.64 205,000 25,715 12.54
II III III III I Pembiay aanPembiay aanPembiay aanPembiay aan 38,20738,20738,20738,207 ---- ---- 100,699100,699100,699100,699 189,114189,114189,114189,114 187.80187.80187.80187.80
Penerimaan Daerah 40,207 - - 100,699 189,114 187.80
- SILPA 40,207 - - 100,699 189,114 187.80
Pengeluaran Daerah 2,000 - - - - -
NoNoNoNo UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
64
Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menjadi Rp549,35 miliar pada APBD 2012, meningkat 21,60% dibandingkan
tahun lalu. Hal ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam mengurangi
ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat masih besarnya
rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulawesi Utara yang
menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih
digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat.
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir triwulan I 2012 tercatat sebesar
29,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (28,24%). Apabila
dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen pendapatan
transfer dengan realisasi sebesar 31,81%. Realisasi pendapatan transfer terutama berasal dari
dana bagi hasil bukan pajak (SDA) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Selanjutnya pada komponen
Pendapatan Asli Daerah, realisasi terbesar berasal dari pajak daerah yang terealisasi sebesar
24,70% dan retribusi daerah sebesar 18,36%.
4.2.4.2.4.2.4.2.2. 2. 2. 2. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun
sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan
realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan I 2012 realisasi belanja tercatat sebesar 12,31% dari
total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 13,33%.
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,259,7021,259,7021,259,7021,259,702 355,749355,749355,749355,749 28.2428.2428.2428.24 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 100.00100.00100.00100.00 504,257504,257504,257504,257 29.3629.3629.3629.36
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 451,755451,755451,755451,755 119,410119,410119,410119,410 26.4326.4326.4326.43 549,355549,355549,355549,355 31.9931.9931.9931.99 132,800132,800132,800132,800 24.1724.1724.1724.17
- Pajak Daerah 409,963 114,933 28.03 507,063 92.30 125,262 24.70
- Retribusi Daerah 6,591 1,759 26.69 7,091 1.29 1,302 18.36
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 20,000 - - 20,000 3.64 - -
- Lain-lain 15,200 2,718 17.88 15,200 2.77 6,236 41.03
Pendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan Transfer 807,647807,647807,647807,647 236,257236,257236,257236,257 29.2529.2529.2529.25 1,167,5651,167,5651,167,5651,167,565 67.9967.9967.9967.99 371,416371,416371,416371,416 31.8131.8131.8131.81
- Dana Bagi Hasil Pajak 54,035 20,867 38.62 54,770 4.69 9,868 18.02
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 965 33 3.44 230 0.02 11,504 5,001.77
- Dana Alokasi Umum 619,711 206,570 33.33 790,534 67.71 263,511 33.33
- Dana Alokasi Khusus 29,288 8,786 30.00 43,540 3.73 - -
- Transfer pemerintah lainnya 103,647 - - 278,491 23.85 86,532 31.07
Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 300300300300 82828282 27.3827.3827.3827.38 350350350350 0.030.030.030.03 42424242 11.8911.8911.8911.89
APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD
Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD
Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
65
Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal
dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 68,84%, 19,34% dan 0,55%. Belanja
operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 43,13% dan belanja barang 29,94%,
sisanya merupakan belanja hibah (24,03%), belanja bantuan sosial (2,8%), dan belanja
bantuan keuangan (0,10%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja
jalan, irigasi dan jaringan sebesar 34,61%.
Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (15,21%)
tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (2,21%). Hal ini sejalan dengan
struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi
dibandingkan investasi (consumption driven growth).
4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. Pangsa Pangsa Pangsa Pangsa Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBD Terhadap APBD Terhadap APBD Terhadap APBD Terhadap PDRBPDRBPDRBPDRB dan Uang Beredardan Uang Beredardan Uang Beredardan Uang Beredar
Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)
kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan
belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar
2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan I 2012, sedangkan
realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi
pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara
memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB.
Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai
dengan posisi 31 Maret 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang
(dlm jutaan rupiah)
NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%
BELANJABELANJABELANJABELANJA 1,297,9081,297,9081,297,9081,297,908 172,949172,949172,949172,949 13.3313.3313.3313.33 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 100.00100.00100.00100.00 223,830223,830223,830223,830 12.3112.3112.3112.31
Belanja Operasi Belanja Operasi Belanja Operasi Belanja Operasi 892,324892,324892,324892,324 135,932135,932135,932135,932 15.2315.2315.2315.23 1,251,4341,251,4341,251,4341,251,434 68.8468.8468.8468.84 190,292190,292190,292190,292 15.2115.2115.2115.21
- Belanja Pegawai 476,316 88,728 18.63 539,802 43.13 97,927 18.14
- Belanja Barang 329,125 37,198 11.30 374,624 29.94 31,726 8.47
- Belanja Hibah 35,383 7,247 20.48 300,728 24.03 60,639 20.16
- Belanja Bantuan Sosial 45,720 2,759 6.04 35,000 2.80 0 0.00
- Belanja Bantuan Keuangan 5,780 0.00 1,280 0.10 - 0.00
Belanja ModalBelanja ModalBelanja ModalBelanja Modal 223,584223,584223,584223,584 13,46413,46413,46413,464 6.026.026.026.02 351,536351,536351,536351,536 19.3419.3419.3419.34 7,7537,7537,7537,753 2.212.212.212.21
- Belanja Tanah 24,000 - 0.00 102,140 29.06 100 0.10
- Belanja Peralatan dan Mesin 37,383 7,441 19.91 81,636 23.22 6,587 8.07
- Belanja Bangunan dan Gedung 30,273 2,506 8.28 41,018 11.67 888 2.16
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 128,305 3,456 2.69 121,654 34.61 78 0.06
- Belanja Aset Tetap Lainnya 3,623 61 1.68 5,088 1.45 101 1.98
Belanja Tak TerdugaBelanja Tak TerdugaBelanja Tak TerdugaBelanja Tak Terduga 10,00010,00010,00010,000 100100100100 1.001.001.001.00 10,00010,00010,00010,000 0.550.550.550.55 70707070 0.700.700.700.70
Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa) 172,000172,000172,000172,000 23,45323,45323,45323,453 13.6413.6413.6413.64 205,000205,000205,000205,000 11.2811.2811.2811.28 25,71525,71525,71525,715 12.5412.5412.5412.54
UraianUraianUraianUraianAPBD 2011APBD 2011APBD 2011APBD 2011
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011Tw . I-2011 APBD 2012APBD 2012APBD 2012APBD 2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi
APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012
(%)(%)(%)(%)
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012Tw . I-2012
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
66
berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran
(belanja pemerintah).
(dlm jutaan rupiah)
PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 504,257504,257504,257504,257 5.065.065.065.06
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 132,800132,800132,800132,800 1.331.331.331.33
- Pajak Daerah 125,262 1.26
- Retribusi Daerah 1,302 0.01
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - 0.00
- Lain-lain 6,236 0.06
Pendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan TransferPendapatan Transfer 371,416371,416371,416371,416 3.723.723.723.72
- Dana Bagi Hasil Pajak 9,868 0.10
- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 11,504 0.12
- Dana Alokasi Umum 236,511 2.37
- Dana Alokasi Khusus 0 0.00
Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 42424242 0.000.000.000.00
BELANJABELANJABELANJABELANJA 223,830223,830223,830223,830 2.242.242.242.24
Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah 216,077216,077216,077216,077 2.172.172.172.17
- Belanja Pegawai 97,927 0.98
- Belanja Barang 31,726 0.32
- Belanja Hibah 60,639 0.61
- Belanja Bantuan Sosial 0 0.00
- Belanja Bantuan Keuangan 0 0.00
- Belanja Tak Terduga 70 0.00
- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 25,715 0.26
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) 7,7537,7537,7537,753 0.080.080.080.08
UraianUraianUraianUraian
Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD
Tw .I-2012Tw .I-2012Tw .I-2012Tw .I-2012
(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)
% thd % thd % thd % thd
PDRBPDRBPDRBPDRB
Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 31 Maret 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu
pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai
maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6
tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang
kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu
dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen
pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,
efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai
representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik
tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara.
Memasuki triwulan pertama tahun 2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun
non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk
aktivitas transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
5.1.5.1.5.1.5.1. PerkPerkPerkPerkembangan embangan embangan embangan Transaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran Tunai
5.1.1.5.1.1.5.1.1.5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow))))
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow. Pada triwulan laporan,
aliran uang masuk (inflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang keluar (outflow) sehingga
secara keseluruhan mengalami net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Dilihat
dari data historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana
pada tiga bulan pertama di awal tahun mengalami siklus net inflow yang cukup besar setelah
pada triwulan sebelumnya (tiga bulan terakhir di akhir tahun) terjadi outflow yang cukup tinggi
yang biasa terjadi pada moment perayaan Natal dan menjelang Tahun Baru.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
70
Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1.158 miliar, mengalami
peningkatan 54,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara itu, jumlah
uang kartal yang keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
tercatat Rp183,68 miliar atau hanya naik 18,63% (yoy).
Apabila dilihat secara bulanan, sepanjang triwulan I 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami net inflow sebesar Rp759,82 miliar pada Januari 2012,
Rp178,59 miliar pada Februari 2012 dan Rp36,74 miliar pada Maret 2012.
Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
5.1.2.5.1.2.5.1.2.5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan
melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah
lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan
yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan
untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Selama triwulan I 2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,55%, lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 43,53%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar
Rp435 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang
kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
71
mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga
akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
5.1.3.5.1.3.5.1.3.5.1.3. Perkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas
titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank
umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo
(Rp. Miliar)
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo
sepanjang triwulan I 2012 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp218 miliar. Pada triwulan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
72
laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp856 miliar, sedangkan
jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp638 miliar.
Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan
Sangihe. Pada triwulan I 2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net inflow sebesar
Rp37miliar, dengan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) sebesar Rp89 miliar, lebih tinggi
dibandingkan jumlah kas keluar (outflow) Rp52 miliar.
5.1.4.5.1.4.5.1.4.5.1.4. Penemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang Palsu
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 80 lembar atau secara
nominal tercatat sebesar Rp4,9 juta, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 26 lembar atau secara nominal hanya sebesar Rp1,71juta.
Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir
adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan
uang palsu yang ditemukan.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang
palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan
masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi
dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan
terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang
digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga
menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan
proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk
dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.
Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.2.5.2.5.2.5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran Non----TunaiTunaiTunaiTunai
Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar
belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan
pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1.5.2.1.5.2.1.5.2.1. PerkembangPerkembangPerkembangPerkembangan Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)an Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan I 2012 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151
miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama
periode laporan tercatat sebanyak 1.367 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp34,13 miliar
atau tumbuh sebesar 4,38% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut
semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif
yang berkelanjutan.
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 58 29
- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 35 34
- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 15 13
- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 6 4
- Rp5.000,- 3 - - - - - - - -
- Rp1.000,- - - - - - - - - -
TotalTotalTotalTotal 37373737 3333 106106106106 49494949 26262626 75757575 126126126126 114114114114 80808080
20112011201120112010201020102010PecahanPecahanPecahanPecahan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
74
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,39% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 21,91% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,78%.
5.2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2. RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir
transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini
dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi
RTGS selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau
mengalami peningkatan nilai sebesar 0,39% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi,
volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar 9,07% (yoy) dari
6.208 transaksi di triwulan I 2011 turun menjadi 5.645 transaksi pada triwulan I 2012.
Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Sumber : www.bi.go.id, diolah
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring
a. Lembar 75,799 80,399 82,862 89,523 80,909 86,567 91,486 91,789 86,147
b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 1,914 2,083 1,915 2,093 2,167 2,279 2,151
Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar 1,221 1,299 1,315 1,400 1,310 1,418 1,501 1,434 1,367
b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 30.39 32.52 31.01 34.31 35.55 35.62 34.13
Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%) 1.02 2.16 1.72 1.33 1.78 1.71 1.57 1.67 1.39
b. Nominal (%) 1.01 2.44 1.54 1.82 1.99 2.23 1.40 2.12 1.72
KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN2010201020102010 2011201120112011
NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai
(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)
Jan 226 887 673 1,085 899 1,972
Feb 220 826 583 1,063 803 1,889
Mar 251 981 760 1,366 1,011 2,347
Tw I-2011 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208
Apr 241 745 456 1,012 698 1,757
Mei 229 870 639 1,034 868 1,904
Jun 257 861 709 1,219 966 2,080
Tw II-2011 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741
Jul 234 875 684 1,201 918 2,076
Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209
Sep 230 833 759 1,104 988 1,937
Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222
Oct 232 936 590 1,121 821 2,057
Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393
Dec 336 997 750 897 1,087 1,894
Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344
Jan 214 714 425 849 640 1,563
Feb 273 868 673 1,025 946 1,893
Mar 324 1,033 813 1,156 1,138 2,189
Tw I-2012 811 2,615 1,911 3,030 2,723 5,645
Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %) 16.3916.3916.3916.39 -2.93-2.93-2.93-2.93 -5.19-5.19-5.19-5.19 -13.77-13.77-13.77-13.77 0.390.390.390.39 -9.07-9.07-9.07-9.07
PeriodePeriodePeriodePeriode
FROMFROMFROMFROM TOTOTOTO FROM + TOFROM + TOFROM + TOFROM + TO
VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
77
KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas
perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator
ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi
Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan
TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan
indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan dengan hasil SK, hasil liaison
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah
perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan
tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus
meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan
Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulawesi
Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
6.16.16.16.1. . . . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan
adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Februari 2012 sebesar 66,82 %, meningkat 1,50 % dari Agustus 2011 yang tercatat sebesar
65,32%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan
sehingga tercatat menjadi 8,32% pada Februari 2012. Hal ini mengindikasikan adanya
peningkatan jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Namun
demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Utara masih berada diatas tingkat pengangguran
nasional yang tercatat sebesar 6,32% pada Februari 2012.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
78
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase
tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,31% atau sekitar 58,8 ribu
orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,7% atau
33,9 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Agustus 2011, baik pedesaan maupun perkotaan
mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah
pengangguran.
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja
yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (34%). Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun
sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 2.45% (yoy). Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah
Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak
212,7 ribu orang (21%).
Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8 1,668.1
Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2 1,114.7
Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1,022.0
Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5 92.7
Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6 553.4
TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32 66.82
TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62 8.32
F eb-12A gs-09 F eb-10F eb-09 A ug-10 F eb-11 A ug-11
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Jumlah
(ribu jiwa) %
Perkotaan 54.60 11.40 57.30 11.37 58.80 11.31
Pedesaan 43.60 7.40 36.20 6.24 33.90 5.70
Sulawesi Utara 98.20 9.16 93.50 8.62 92.70 8.32
Februari 2012
Daerah
Februari 2011 Agustus 2011
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
79
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
Lapangan Usaha
Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha
Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Februari
2012 sebesar 388,4 ribu orang (38%) bekerja pada kegiatan formal dan 633,6 ribu orang
(62%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 1.002 ribu orang yang bekerja pada Februari 2012,
status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (34,2%), diikuti oleh berusaha
sendiri (27,4%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (12,5%).
2009 2012
Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Perikanan
345.6 333.0 357,5 338,9 321,1 347,2
Pertambangan dan
Penggalian* * * * *
36,3
Industri 57.5 57.4 50,6 69,2 66,0 73,6
Listrik/Gas/Air Minum * 4,1
Konstruksi 68.8 57.3 59,1 61,3 * 63,4
Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
173.4 178.3 172,7 186,7 196,2 212,7
Transportasi, Pergudangan
dan Komunikasi
102.1 97.5 77,9 69,6*
85,3
Lembaga Keuangan/Real
Estate/persewaan dan Jasa
16.6 19.3 15,0 19,7*
30,0
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
dan Perorangan
162.9 183.0 182,3 182,1 199,6 169,3
Lainnya * 22.3 35.8 21,8 42,7 207,8 -
Total 940.2 961.6 936,9 970,2 990,7 1.021,9
2010 2011Lapangan Pekerjaan Utama
Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8 280.1
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap - Buruh Tidak
Dibayar
130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5 127.3
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap-Buruh Dibayar
41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4 39.1
Buruh/Karyawan 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7 349.3
Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1 47.5
Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3 57.2
Pekerja Tak Dibayar 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9 121.4
T o tal 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 1022
F eb-12F eb-09 F eb-11A ug-10A gs-09 A gs-11F eb-10Status P ekerjaan
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
80
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &
Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada
periode laporan juga sejalan dengan hasil survei
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulawesi Utara. Sikap optimisme
masyarakat terhadap ketersediaan lapangan
kerja tercermin dari indeks ketersediaan
lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Utara yang masih berada diatas level optimis.
Pada akhir triwulan I-2012, angka indeks
ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar
153,5, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 120.
Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor,
diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada
tahun 2012. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)per 1 Januari 2012 tidak mempengaruhi
keputusan perusahaan dalam jumlah tenaga kerja mengingat upah yang diberikan selama ini
berada diatas UMP.
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada
triwulan pertama tahun 2012 menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini
tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi
penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
yang berada pada level optimis yakni masing-
masing tercatat sebesar 125,5 dan 174. Indikator
survei lainnya yang menunjukkan terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Utara pada triwulan laporan yakni indeks pembelian barang tahan lama juga berada pada level
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
81
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
optimis, tercatat sebesar 113,5 pada Maret 2012. Optimisme masyarakat tersebut tidak lepas
dari kenaikan UMP per 1 Januari 2012 dan kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar 10% pada
Maret 2011.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat
bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari
pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan
biaya produksi.
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
82
Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I-2012 sebesar 102,73, lebih
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 101,63.
Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)
mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB,
maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari
naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga),
serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya
produksi dan penambahan barang modal).
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan pada tahun 2011.
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan
September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak
194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi
sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa
periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan
pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun
2012201220122012
Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1
Indeks Diterima Petani 131.70 133.50 134.69 135.72 135.70 3.04% -0.01%
Indeks Dibayar Petani 129.59 129.06 130.00 130.27 132.11 1.94% 1.41%
Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah Tangga 134.02134.02134.02134.02 133.14133.14133.14133.14 134.30134.30134.30134.30 134.60134.60134.60134.60 136.81136.81136.81136.81 2.08%2.08%2.08%2.08% 1.64%1.64%1.64%1.64%
Bahan Makanan 148.76 146.09 147.92 147.96 151.08 1.56% 2.11%
Makanan Jadi 131.71 132.98 133.46 133.93 135.89 3.17% 1.46%
Perumahan 118.75 119.56 120.34 121.14 122.63 3.26% 1.23%
Sandang 116.74 116.87 116.97 117.06 118.01 1.08% 0.81%
Kesehatan 119.31 119.95 120.68 121.35 123.18 3.24% 1.51%
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 112.56 113.09 113.43 113.75 114.85 2.03% 0.97%
Transportasi dan Komunikasi 111.21 111.64 112.31 112.26 112.27 0.95% 0.01%
BPPBMBPPBMBPPBMBPPBM 116.42116.42116.42116.42 117.08117.08117.08117.08 117.32117.32117.32117.32 117.48117.48117.48117.48 118.27118.27118.27118.27 1.59%1.59%1.59%1.59% 0.68%0.68%0.68%0.68%
Bibit 110.99 111.15 111.18 111.21 111.57 0.53% 0.33%
Obat-obatan & Pupuk 117.73 118.94 119.01 118.90 120.29 2.18% 1.17%
Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111.08 111.61 111.78 111.80 111.95 0.79% 0.14%
Transportasi 118.92 119.32 119.78 119.80 119.98 0.89% 0.14%
Penambahan Barang Modal 120.81 121.17 121.41 121.65 121.92 0.92% 0.22%
Upah Buruh Tani 112.17 112.86 113.15 113.44 114.38 1.97% 0.83%
Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks) 101.63101.63101.63101.63 103.44103.44103.44103.44 103.61103.61103.61103.61 104.19104.19104.19104.19 102.73102.73102.73102.73 1.08%1.08%1.08%1.08% -1.40%-1.40%-1.40%-1.40%
Growth (%)Growth (%)Growth (%)Growth (%)
yoyyoyyoyyoy qtqqtqqtqqtqRincianRincianRincianRincian 2011201120112011
IndeksIndeksIndeksIndeks
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
83
2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada
dibawah angka nasional.
MakananMakananMakananMakananBukan Bukan Bukan Bukan
MakananMakananMakananMakananTotalTotalTotalTotal
PerdesaanPerdesaanPerdesaanPerdesaan
Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80
Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04
Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05
Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14
Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37
Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25
Kota & DesaKota & DesaKota & DesaKota & Desa
Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42
Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10
Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79
Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10
Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51
Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
TahunTahunTahunTahun
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
MiskinMiskinMiskinMiskin
% Penduduk % Penduduk % Penduduk % Penduduk
MiskinMiskinMiskinMiskin
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11
Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46
Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18%
Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov.
Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
84
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010
menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan
nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient
pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan
Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari
kemiskinan.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami
penurunan menjadi 77,45%. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011
ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi
non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)
menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
TahunTahunTahunTahun KotaKotaKotaKota DesaDesaDesaDesa TotalTotalTotalTotal
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Maret 2007 1.30 2.33 1.88
Maret 2008 1.08 1.87 1.53
Maret 2009 1.27 1.77 1.55
Maret 2010 1.12 1.16 1.14
Maret 2011 1.11 1.16 1.14
September 2011 0.20 1.22 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Maret 2007 0.31 0.60 0.47
Maret 2008 0.30 0.45 0.38
Maret 2009 0.32 0.39 0.36
Maret 2011 0.30 0.19 0.24
September 2011 0.31 0.25 0.28
Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
85
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan
terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi
yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)
menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1
berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak
kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis
kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1
yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai
indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
PROSPEK PEREKONOMIAN
89
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012
PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN
7.7.7.7.1. 1. 1. 1. Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro
Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II
2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni
dalam kisaran ±7,60% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan
masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel, realisasi tunjangan tambahan
penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain
itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut
berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan II 2012.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan secara triwulanan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara menunjukkan adanya optimisme terhadap
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
ekspektasi pelaku usaha terhadap dunia usaha
yang ditandai dengan kenaikan indikator
ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan II 2012
dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 21,63%, lebih tinggi dari realisasi
kegiatan kegiatan usaha pada triwulan
sebelumnya dengan SBT sebesar 5,25%.
Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh
kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi
swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat
sebagai dampak adanya peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi
gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi
tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-
sertifikasi guru. Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasil
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada April 2012
yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini
dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83)
PROSPEK PEREKONOMIAN
90
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
maupun periode yang sama tahun lalu (126,17). Namun demikian, terdapat indikasi
memburuknya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan sebagai dampak
dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah yang ditandai oleh mulai naiknya
beberapa harga bahan kebutuhan pokok. Penurunan ekspektasi ini tercermin dari penurunan
Indeks Ekspektasi Konsumen dari 160,50 pada Maret 2012 menjadi 151,67 pada April 2012.
Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012
diperkirakan terus tumbuh positif seiring dengan
semakin meningkatnya realisasi proyek
pemerintah di Sulawesi Utara dan maraknya
aktivitas di bidang properti. Salah satu indikator
yang dapat menunjukkan peningkatan kinerja
investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran
yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan
bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari
131,30 pada April 2011 menjadi 176,78 pada
April 2012.
Perkembangan ekspor pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh positif lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
kelapa dan turunannya telah berhasil menembus pasar baru yakni Rusia dan Austria. Pada April
Sulawesi Utara mengekspor 71 ton tepung kelapa ke kedua negara tersebut dengan total nilai
ekspor sebesar USD 99.671 ribu. Selain itu ekspor minyak kelapa kasar atau crude coconut oil
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
PROSPEK PEREKONOMIAN
91
(CCO) pada awal April 2012 juga tercatat telah diekspor ke Amerika Serikat sebanyak 4.000 ton
dengan nilai ekspor sebesar USD 5,35 juta. Selain komoditi unggulan, Sulawesi Utara juga mulai
mengembangkan produk rumah panggung sebagai salah satu alternatif produk unggulan
ekspor dengan pangsa pasar Afrika dan Timur Tengah. Pada April 2012, ekspor rumah
panggung telah dilakukan di Tanzania sebanyak 8 unit dan Uni Emirat Arab sebanyak 2 unit,
yang masing-masing menghasilkan perolehan devisa sebesar USD133,33 ribu dan USD67,52
ribu.
Dari sisi penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan mengalami pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu sektor
pertanian diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir
Maret dan sepanjang April 2012.
Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tercatat lebih baik dibandingkan bulan
sebelumnya. Memasuki triwulan II 2012, kegiatan konsumsi yang masih mendominasi laju
pertumbuhan ekonomi telah berkontribusi cukup besar terhadap kinerja subsektor
perdagangan. Sejalan dengan subsektor perdagangan, kinerja subsektor hotel dan retoran juga
mengalami peningkatan pada bulan April 2012 yang salah satunya ditandani oleh tingginya
tingkat hunian hotel.
• Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II 2012 didorong oleh adanya
peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru di
kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi
tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan
non-sertifikasi guru.
• Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasi Survei
Konsumen KBI Manado pada April 2012 yang menunjukkan optimisme masyarakat
terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih
tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83) maupun periode yang sama tahun lalu
(126,17).
• Hasil Survei Penjualan Eceran KBI Manado juga menunjukkan adanya peningkatan
penjualan pedagang eceran yang tercermin dari kenaikan Indeks Penjualan pada April 2012
menjadi sebesar 203,28, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (190,62).
• Peningkatan kinerja sub sektor hotel tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel
sepanjang April 2012. Terpilihnya Kota Manado menjadi salah satu tujuan MICE (Meeting,
Invention, Conference and Exhibition) telah mendorong kenaikan tingkat hunian hotel.
PROSPEK PEREKONOMIAN
92
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sektor BangunanSektor BangunanSektor BangunanSektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan proyek fisik pemerintah. Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat
mendorong kinerja sektor bangunan diantaranya:
• Pembangunan jembatan di daerah Ondong, Siau Barat dengan dana sebesar Rp5.4 miliar
yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).
• Pembangunan kawasan boulevard Tahuna yang dilengkapi dengan pengadaan jembatan
dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar.
• Paket proyek perbaikan ruas jalan, irigasi dan air bersih di Kabupaten Minahasa dengan total
alokasi anggaran sebesar Rp21 miliar.
• Pemerintah Kota Kotamobagu mengalokasikan dana sebesar Rp34 miliar untuk
pembangunan jalan dan perbaikan jembatan, drainase dan lainya.
• Pemeliharaan dan peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan
total dana sebesar Rp9 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp8,19
miliar dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp819 juta.
• Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon menganggarkan dana sebesar Rp16,8 miliar untuk
proyek pembangunan jalan, irigasi, saluran air dan lainnya dengan total sebanyak 21 proyek.
Selain proyek fisik pemerintah, kinerja sektor bangunan juga didorong oleh aktivitas di bidang
properti, beberapa proyek perumahan sedang marak dibangun. Salah satu indikator yang
menunjukkan peningkatan tersebut adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan
kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari 131,30 pada April 2011
menjadi 176,78 pada April 2012.
Grafik 7.5. Indeks Penjualan Eceran
PROSPEK PEREKONOMIAN
93
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon
Sektor PertanianSektor PertanianSektor PertanianSektor Pertanian
Pada triwulan II 2012, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan
datangnya musim panen pada akhir Maret dan sepanjang April 2012. Beberapa faktor yang
mendorong pertumbuhan pada sektor pertanian diantaranya:
• Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di
wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. Selain itu, panen
padi juga telah nampak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Panen yang terjadi juga
didukung oleh adanya MoU antara camat dan para lurah untuk menerapkan langkah-
langkah dalam mendukung peningkatan produksi beras seperti pemanfaatan lahan tidur
untuk ditanami dengan padi ladang.
• Dalam rangka mendukung program swasembada beras 2012, Pemerintah Kabupaten
Minahasa Utara menyiapkan sekitar 15 armada hand tractor yang akan dibagikan kepada
sejumlah kelompok tani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.
• Program swasembada beras optimis dapat terwujud pada tahun 2012 didukung oleh potensi
lahan yang menunjang (tabel 3) serta koordinasi antar dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Rehabilitasi jaringan irigasi di Ranowangko Rp263,9 juta
Rehabilitasi jaringan irigasi di Kelong Rp330,5 juta
Rehabilitasi jaringan di Aga Rp335,2 juta
21 Paket Proyek PU
Saluran air dan trotoar Woloan I dan III Rp385 juta
Saluran air dan trotoar Paslaten Rp148,8 juta
Saluran air dan trotoar Samping gereja Pniel Kakaskasen Rp156,8 juta
Checkdam Muung Rp774,1 juta
Normalisasi saluran sungai Giniringan Talete-Kamasi Rp431,4 juta
Normalisasi sungai Muung Matani Rp540 juta
Kantor Woloan I Utara Rp250 juta
Kantor Wailan II Rp250 juta
Sarana dan prasarana air minum Rurukan I Rp337,2 juta
Sarana dan prasarana air minum Kayawu-Kakaskasen I Rp510,8 juta
Saluran air dan trotoar Wailan Rp204,2 juta
Saluran air dan trotoar Kamasi dan Kamasi I Rp405 juta
Kantor kelurahan Taratara III Rp250 juta
Jalan Lahendong-Pinaras dan Pinaras Sawangan Rp1miliar
Jalan Hotmix strategis antar kelurahan Rp849,2 juta
Rehabilitasi jalan hotmix Tumatangtang-Pinaras Rp320,2 juta
Rehab eks kantorSKPD Rindam Rp900 juta
Kantor kelurahan Taratara Rp250 juta
Tabel 7.1 Proyek Pemerintah di Kota Tomohon
PROSPEK PEREKONOMIAN
94
Grafik 7.6. Perkiraan Luas Panen dan Produksi Gabah serta Beras
Triwulan II 2012
Grafik 7.7. Perkiraan Produksi Jagung Triwulan II 2012
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
Umum, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan di masing-masing
Kabupaten/Kota.
• Berdasarkan subsektornya, kinerja subsektor perikanan pada triwulan II-2012 diperkirakan
akan mengalami peningkatan yang ditandai dengan pergeseran musim sehingga produksi
ikan stabil. Selain hasil perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya juga
diprediksikan meningkat ditandai dengan penyebaran benih ikan mencapai 5 juta ekor di
wilayah Minahasa Tenggara.
Namun demikian masih terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai yang berpotensi
menurunkan kinerja sektor pertanian seperti:
• Kelangkaan pupuk masih terus terjadi di Kabupaten Minahasa, hal ini berlanjut dengan
adanya kenaikan harga pupuk di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Kondisi ini dapat
berpotensi mengakibatkan gagal panen.
• Serangan hama sexava mulai menyerah sejumlah pohon kelapa di kecamatan Pinolosian
Timur. Dampak serangan hama ini akan menurunkan tingkat produktivitas tanaman kelapa.
• Tingginya permintaan kayu kelapa sebagai bahan baku aneka produk kerajinan dan meubel
telah menurunkan populasi pohon kelapa di Sulawesi Utara, Jika hal ini terus berlanjut dapat
berpotensi menurunkan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.
7.7.7.7.2222. . . . Perkiraan InflasiPerkiraan InflasiPerkiraan InflasiPerkiraan Inflasi
Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada
pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung
oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas
PROSPEK PEREKONOMIAN
95
produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik.
Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan
inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak dunia
dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terkait beberapa kebijakan
pemerintah di tahun 2012.
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai
faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan
meningkatnya aktivitas konsumsi. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price
pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada level moderat apabila tidak ada
penyesuaian harga barang strategis oleh pemerintah.
FaktFaktFaktFaktor Fundamentalor Fundamentalor Fundamentalor Fundamental
Tekanan inflasi fundamental diperkirakan terjaga ditengah ketidakpastian kebijakan pemerintah
di bidang energi. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global diperkirakan menurun seiring dengan
tren penurunan harga komoditas internasional. Harga emas internasional diperkirakan akan
stabil setelah mengalami penurunan pada beberapa bulan terakhir. Namun demikian,
peningkatan harga minyak dunia berpotensi meningkatkan ongkos angkut sehingga penurunan
imported inflation diperkirakan relatif moderat. Sementara itu, dari sisi domestik peningkatan
permintaan domestik seiring dengan perayaan hari raya keagamaan dan musim liburan yang
jatuh pada triwulan II 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan kapasitas produksi yang
ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari hasil Survei Pedagang
Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan (grafik 7.7). Memburuknya ekspektasi masyarakat
seiring dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah di bidang energi diperkirakan akan
memberikan tekanan pada inflasi inti di triwulan II 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang
Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar
pedagang di Sulawesi Utara memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan
dan 6 bulan yang akan datang, tercermin dari tren peningkatan indeks ekspektasi pedagang
terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang hingga masing-masing mencapai 124
dan 134 pada akhir triwulan I 2012 (grafik 7.6).
PROSPEK PEREKONOMIAN
96
FFFFaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamentalaktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei
Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan
harga beberapa komoditas volatile foods. Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi
kelompok volatile foods pada triwulan II 2012 diantaranya :
• Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan terjadi penurunan
produktivitas sektor perikanan tangkap (tabel 7.1). Hal ini diperkirakan merupakan salah
satu dampak dari ketidaktersediaan BBM bersubsidi dan semakin meningkatnya harga BBM
Non Industri sehingga aktivitas nelayan berkurang.
• Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat seiring perayaan Hari Raya Paskah (April 2012)
dan Pengucapan Syukur (Juni 2012) serta musim liburan sekolah (Juni 2012).
• Anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi berpotensi mengurangi pasokan.
• Berakhirnya musim panen beras di sentra beras Sulawesi Utara.
Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Pedagang thd
Harga 3 bln & 6 bln yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU KPw BI Prov. Sulawesi Utara
Grafik 7.9. Interaksi Permintaan dan Penawaran
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara
Grafik 7.10. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5
2008 2009 2010 2011 2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
0
20
40
60
80
100
120
0
100
200
300
400
500
600
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
*)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)
Sumber : Bloomberg, diolah
EmasEmasEmasEmas Minyak WTIMinyak WTIMinyak WTIMinyak WTI
0.000.000.000.00
200.00200.00200.00200.00
400.00400.00400.00400.00
600.00600.00600.00600.00
800.00800.00800.00800.00
1,000.001,000.001,000.001,000.00
1,200.001,200.001,200.001,200.00
1,400.001,400.001,400.001,400.00
1,600.001,600.001,600.001,600.00
1,800.001,800.001,800.001,800.00
2,000.002,000.002,000.002,000.00
4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2011201120112011 2012201220122012
USD/pound
110.04 110.04 110.04 110.04
106.09 106.09 106.09 106.09
30 30 30 30
40 40 40 40
50 50 50 50
60 60 60 60
70 70 70 70
80 80 80 80
90 90 90 90
100 100 100 100
110 110 110 110
120 120 120 120
4444 5555 6666 7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333
2011201120112011 2012201220122012
USD/BarelUSD/BarelUSD/BarelUSD/Barel
PROSPEK PEREKONOMIAN
97
Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada
pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang strategis. Rendahnya tekanan
inflasi kelompok ini terutama terkait dengan tidak dinaikkannya harga BBM bersubsidi yang
semula direncanakan pada April 2012.
Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin
beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada
khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan rumusan
bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui wadah Tim
Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi
dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusat-daerah maupun secara
horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik di tingkat pusat dan daerah,
dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui penguatan program kerja
ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan strategis di daerah
Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Mei & Juni 2012
Tabel 7.2. Produksi Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
Komponen Tahun Jan Feb Mar Apr*) Mei*) Jun*)
2011 16,929.30 18,826.00 19,540.20 16,983.90 18,750.00 19,972.10
2012 15,939.30 16,425.00 16,743.30 16,910.70 17,614.40 17,421.90
Growth (yoy) (5.85) (12.75) (14.31) (0.43) (6.06) (12.77)
2011 7,727.30 8,377.90 8,913.10 9,091.40 9,273.20 9,458.70
2012 7,724.20 8,375.30 8,910.60 9,660.90 9,007.50 9,513.30
Growth (yoy) (0.04) (0.03) (0.03) 6.26 (2.87) 0.58
Produksi
Ikan
Budidaya
Produksi
Ikan
Tangkap
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulawesi Utara
Sumber : BMKG
PROSPEK PEREKONOMIAN
98
Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
7.3. 7.3. 7.3. 7.3. Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan
di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana
Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus
meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai
target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah
dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis
usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang
diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit
kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26%
(yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara
mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan
menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan
menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur
dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada
triwulan II 2012 diperkirakan memberikan dampak
pada penambahan kapasitas perekonomian Provinsi
Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga
perbankan yang pada tahap selanjutnya akan
memberikan dampak pada membaiknya funsi
intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren
penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulawesi
Utara. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen
(SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan yang
akan datang pada Maret 2011 sebesar 113, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
lalu, tercatat sebesar 116.
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
Fe
b
Me
i
Ag
ust
No
p
Fe
b
Me
i
Ag
ust
No
p
Fe
b
Me
i
Ag
ust
No
p
Fe
b
Me
i
Ag
ust
No
p
Fe
b
Me
i
Ag
ust
No
p
Fe
b
Me
i
Ag
ust
us
No
pe
mb
er
Fe
bru
ari
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
100
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
101
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.