karet kaliduren

25
LAPORAN STUDI BANDING BUDIDAYA PERKEBUNAN KARET KALIDUREN DI PT YUNAWATI JEMBER Oleh: 1. ANDAR KANEKA PUTRA B. (FP) 2. FITRI ALWI AZIZAH (FTP) 3. SITI ROSIDAH (FPIK) 4. M. KHOIRUL ANAM (FE) 5. I WAYAN M. I. (FE) 6. TRIAS IRAWATI (FE) UNIVERSITAS BRAWIJAYA LEMBAGA PEMELITIAN DAN PENGABDIAN KEPDA MASYARAKAT MALANG 2012

Upload: mbak-nike

Post on 24-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PERKEBUNAN

TRANSCRIPT

Page 1: karet kaliduren

LAPORAN STUDI BANDING BUDIDAYA PERKEBUNAN KARET

KALIDUREN DI PT YUNAWATI JEMBER

Oleh:

1. ANDAR KANEKA PUTRA B. (FP)2. FITRI ALWI AZIZAH (FTP)3. SITI ROSIDAH (FPIK)4. M. KHOIRUL ANAM (FE)5. I WAYAN M. I. (FE)6. TRIAS IRAWATI (FE)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LEMBAGA PEMELITIAN DAN PENGABDIAN KEPDA MASYARAKAT

MALANG

2012

Page 2: karet kaliduren

I. PROFIL PERKEBUNAN PT. YUNAWATI KALIDUREN

Perkebunan ini didirikan pada tanggal 14 oktober 1898 dengan nama awal NV.

Kaliglagah Estate CO LTD. Yang dikelola oleh JAWATIE yang berkedudukan di

London, Inggris. Keputusan menteri No. 31/NPK/1964, menyebutkan bahwa

perkebunan kaliduren dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 30

Januari 1964 perkebunan kaliduren diubah menjadi PP Dwikora V yang dikuasai oleh

perkebunan Jawa Timur.

Sesuai SK Menteri Pertanian No. 74/1971, semua persahaan perkebunan (PP)

dirubah menjadi PT (Perseroan Terbatas), termasuk perkebunan PP Dwikora V dirubah

menjadi PTP XXIX Perkebunan Kaliduren. Tanggal 6 november 1973 dengan surat

keputusan menteri pernania no. 542/KPTS/MenTan/II/1973, PTP XXIX kaliduren

diserahkan pada PT. Yunawati yang berkantor pusat di Jakarta dan diberi nama PT.

Yunawati Kaliduren. Pada tahun 1985 perkebunan ini diambil alih oleh PT. Nindesco

yang berkantor pusat di Surabaya dan mempunyai kantor cabang di Jember. Pada tahun

1998 PT. Yunawati Kaliduren, pengelolaannya diserahkan pada PT. Dekafindo Utama

Plantation Group, yang berkantor pusat di Jl. Arjuno 30 Malang sampai sekarang.

LETAK ADMINISTRATID PERKEBUNAN

- Dusun Darungan

- Desa Jatiroto

- Kecamatan Sumberbaru

- Kabupaten Jember

Lokasi Kebun

- 6 km dari kota kecamatan

- 50 km dari kota kabupaten

- 160 km dari kota provinsi

KADAAN TANAH DAN IKLIM

- Jenis tanah : LATOSOL

- Tekstur tanah : CLAY LOAM (geluh berlempung)

Page 3: karet kaliduren

- PH : 6-6,5

- Luas dan kemiringan lahan :

Datar 75% (525,52 Ha)

Landai 20% (140,14 Ha)

Berombak 5% ( 36, 04 Ha)

Total 100% (700,70 Ha)

- Curah hujan : 2600-300mm/thn

- Hari hujan rata-rata : 122hari/thn

- Bulan kering rata-rata : 4-6 bulan /thn

- Bulan basah rata-rata : 6-8 bulan /thn

- Suhu rata-rata : 19-32 derajat celcius

- Ketinggian tempat : 80-250 diatas permukaan laut

JUMLAH KARYAWAN

NO. URAIAN JUMLAH

1 Pegawai staff 6 orang

2 Pegawai bulanan 10 orang

3 Karyawan tetap 73 orang

4 Karyawan lepas 296 orang

JUMLAH 385 orang

II. PEMBIBITAN

Teknik pembibitan yang digunakan oleh perkebunan karet Kaliduren PT Yunawati

adalah teknik okulasi. Teknik okulasi ini dipilih karena lebih menguntungkan di banding

pembibitan dari biji secara langsung. Dengan okulasi akan didapatkan bibit sesuai harapan

dengan kata lain dapat memadukan keunggulan dua klon yang berbeda.Okulasi dibagi 2 yaitu

okulasi coklat yaitu menggunakan batang dari tanaman yang berusia 10 bulan dan okulasi

hijau yaitu dari tanaman yang berusia 4 bulan.

A. Penyediaan Bibit

Page 4: karet kaliduren

1. Perhitungan kebutuhan bibit per Hektar

Contoh : Dengan jarak tanam 3 x 6 meter maka dapat ditentukan kebutuhan

bibit perhektar yaitu = 10000 m2 / ( 3 x 6 ) = 555 bibit.

2. Perhitungan kebutuhan biji ( digunakan sebagai batang bawah )

Dengan viabilitas pertkecambahan biji 80% dan keberhailan okulasi 60 %

maka:

( Kebutuhan Biji x 80% ) x 60% = Kebutuhan Bibit

Kebutuhan Biji =Kebutuhan Bibit / ( 80% x 60% )

Biji = 555 / ( 0,8 x 0,6 ) = 1156 ,25

Jadi Kebutuhan biji untuk batang bawah perhektar kebun karet adalah 1156

buah.

B. Klon Yang Digunakan

1. Klon GT

Merupakan klon tua yang dulu di budidayakan pada kebun karet belanda. Klon

ini memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap cuaca yang ekstri, dan memiliki

perakaran yang kuat. Klon GT ini digunakan sebagai batang bawah untuk

okulasi.

2. Klon RRIC 100

Merupakan klon baru hail penemuan Rubber Riset Institute Celon Srilanka.

Memiliki keunggulan yaitu lebih cepat panen dan getah yang dihasilkan lebih

banyak. Klon RRIC 100 ini digunakan ebagai batang atas/entress pada okulasi.

C. Penyediaan Bahan Okulasi

1. Penyediaan Batang Bawah

Bahan untuk batang bawah didapatkan dari biji klon GT yang

dikumpulkan dari kebun induk. Biji dikumpulkan oleh pengepul dan lansung

disalurkan ke bagian pembibitan. Setelah diterima oleh kebun bibit, maka biji

karus segera disortasi dengan kurun waktu 4 hari setelah biji diambil dari

kebun. Sortasi dilakukan dengan cara melemparkan biji ke bidang keras dan

dilihat pantulanya. Apabila biji memantul setinggi 80 cm maka biji terebut

baik karena memiliki kepadatan tinggi. Jika tidak maka dibuang.

Setelah itu biji segera dikecambahkan pada kim bed dengan jarak

tanam 4 x 5 cm. Media harus diberi atap guna tidak terkena sinar matahari

langsung. Air diberikan sehari sekali sedangkan pupuk diberikan sesuai

kebutuhan.Setelah 7 hari biji diamati sudah masuk fase pancing apa jarum.

Page 5: karet kaliduren

Jika belum masuk fase tersebut maka biji dikatakan tidak bagus. Biji yang

sudah masuk fase kancing dan jarum udah dapat disemai pada quick bed.

Kecambah biji karet kemudian dipindahkan pada media bedengan

( quick bed ) dengan jarak tanam 45 x 90 cm. Tanaman dirawat dengan

pemberian air setiap hari dan dipupuk dengan pupuk kompos. Setelah berusia

10 bulan maka tanaman karet sudah bisa digunakan sebagai batang bawah

okulasi coklat.

2. Batang Atas/ Entress

Cara pemenuhan batang atas yang berasal dari klon RRIC 100 sama

dengan teknik pembuatan batang bawah. Bedanya hanya penggunaan bagian

untuk okulasi. Batang atas tidak diambil batang atas sepenuhnya melainkan

hanya diambil mata tunasnya. Batang bagian atas dipotong kira kira 50 cm

dari pangkal pohon. Di dahan atas terdapat banyak mata tunas. Kira kira dalam

1 meter terdapat 10 mata tunas. Batang bagian bawah yang dipotong kemudian

dibiarkan hingga tumbuh cabang. Cabang itu kelak bisa menghasilkan mata

tunas yang dapat digunakan sebagai entres lagi. Jumlah cabang sebaiknya

dibatasi maksimal 2 cabang dengan cara memangkas jika lebih agar

konsentrasi pertumbuhan tidak tersebar.

D. Okulasi

Okulasi yang digunakan oleh perkebunan karet kaliduren adalah okulasi coklat.

Okulasi hijau juga digunakan pada keadaan terdesak ( kebutuhan bibit kurang ).

Okulasi dimulai dengan mempersiapkan entress dari bedengan klon RRIC 100.

Cabang dipotong 50 cm dari pangkal batang, kemudian diambil hanya 1 meter dari

potongan tersebut. Dalam 1 meter cabang terdapat kira kira 10 mata tunas dan dibawa

ke bedengan klon GT.

Tahapan Okulasi

a. Siapkan pisau okulasi yang cukup tajam dan harus selalu bersih

b. Berikan sayatan vertical pada batang hingga kulitnya terkelupas ( dari

bawah ke atas ) 10 cm dar permukaan tanah.

c. Biarkan beberapa menit hingga getahnya keluar lalu besihkan dengan kain.

d. Ambil mata tunas dari dahan klon RRIC 100

e. Sayat kulitnya selebar sayatan pada batang bawah, jaga agar mata tunas

tidak rusak

Page 6: karet kaliduren

f. Pastikan mata tunas tersebut baik ( tunas baik = cembung, tidak bisa

dipakai = cekung )

g. Tempelkan mata tunas tersebut pada batang bawah dan ikat dengan plastic

hingga kedap udara.

Setelah itu rawat tanaman tersebut hingga 3 minggu kemudian buka plastic

penutup. Lanjutkan dengan mengamati mata tunas yang ditempelkan tadi apa masih

hidup. Tunas yang hidup ditandai dengan warnanya yang masih hijau atau disebut

metir ( sedikit menonjol). Lalu biarkan selama 1 minggu dalam keadaan terbuka

hingga luka bekas okulasi sembuh.

Setelah 1 minggu maka tanaman tersebut sudah bisa dipindahkan ke media

polybag. Sebelumya persiapkan polibag dengan komposisi media tanam tanah dan

kompos. Saat dipindahkanm potong akar tunggang 25 cm dari pangkal akar.

Kemudian potong batang dari pohon batang bawah 45 derat / miring bertolak

belakang dengan posisi mata unas. Rawat tanaman tersebut hingga tumbuh daun

berpayung dua. Setelah tumbuh daun berpayung dua maka bibit tanaman karet

tersebut siap digunakan untuk ditanam di kebun.

III. Pemanfaatan Lahan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tingginya kebutuhan ekonomi menjadikan penduduk perkebunan karet harus

memeras otak secara keras, mereka harus mampu memanfaatkan lahan karet selagi

tanaman karet tersebut belum dapat dipanen. Mengingat perlu waktu kurang lebih 6

tahun atau menunggu hingga lingkar batang karet mencapai 45 cm untuk dapat

menyadapnya sehingga dapat menghasilkan rupiah. Tentunya ini bukanlah waktu

yang singkat untuk menunggu dan mendapatkan penghasilan. Sehingga diperlukannya

sebuah pemanfaatan lahan di sela sela tanaman karet dengan menanaminya dengan

tanaman sela.

Berikut adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan ketika TBM.

1. TBM 1.

Tanaman yang dapat dimanfaatkan ketika TMB 1 adalah tanaman kacang, karena

tanaman kacang dapat mengeluarkan zat yang mana dengan zat tersebut rumput –

rumput tidak dapat tubuh. Selain itu dengan tanaman ini tentunya akan dapat

meningkatkan perekonomian penduduk perkebunan.

Page 7: karet kaliduren

2. TBM 2.

Ketika tanaman kacang telah dapat dipanen maka pilihan selanjutnya untuk

memanfaatkan lahan disaat TBM adalah dengan menanaman sayuran seperti

cabai, mentimun dan terong. Tanaman ini dipilih karena tidak terlalu

membutuhkan sinar matahari langsung atau membutuhkan 60% cahaya matahari.

Selain itu pula pohon karet masih belum terlalu tinggi sehingga tidak menjadi

penghambat pertumbuhan sayur tersebut.

3. TBM 3.

Ketika usia karet sudah mencapai umur 3 tahun maka penduduk perkebunan

kaliduren menanam tanaman sela yaitu pohon sengon, pohon sengon ditanam

karena pohon sengon mampu tumbuh tinggi melebihi tanaman karet dan

mendapatkan sinar matahari yang cukup, namun penanaman pohon sengon

tidaklah boleh terlalu rapat dengan pohon karet atau dengan jarak tanam 6x12

sehingga ruang gerak pohon karet masih tersedia. Dan ketika usia pohon sengon

telah mencapai 5 tahun maka haruslah ditebang agar pohon karet dapat

berkembang dan menghasilkan latek yang maksimal.

IV. Penyadapan Getah Karet

Pohon karet dapat disadap untuk diambil getahnya ketika pohon sudah memasuki

umur 6 tahun keatas atau disebut tanaman menghasilkan1 (TM1), jika karet disadap

pada umur kurang dari dari 6 tahun maka getah yang dihasilkan tidak optimal

disamping itu menyadap pohon karet yang belum cukup umur juga akan mengurangi

nilai ekonomis dari pohon tersebut.

Satu orang penyadap di PT.Yunawati Kaliduren memegang sebanyak 700

pohon dalam 2 bidang yang berbeda.Proses penyadapan getah karet atau lateks di

lakukan dengan intensitas 2 hari sekali sehingga dalam sehari seorang penyadap

menyadap sebanyak 350 pohon,penyadapan ini dilakukan pada dini hari sekitar pukul

01.00 wib, hal ini dimaksudkan agar getah yang didapatkan mempunyai kualitas serta

kuantitas yang baik, karena pada dini hari tekanan turgornya tinggi.

Page 8: karet kaliduren

Penyadapan dilakukan dengan cara menyayat tipis kulit pohon karet secara

melintang dengan sudut sekitar 45 derajat agar getah yang didapatkan hasil yang

maksimal, bidang sadapnya dimulai ,sebelumnya sebuah besi yang dipotong kecil

berbentuk seperti corong ditempelkan pada pohon diatas mangkok tadah yang

digunakan sebagai wadah getah yang dihasilkan. Posisi mangkok tadah dalam satu

bidang lahan harus sama untuk memudahkan dalam pengambilan getah karet.Besi

yang digunakan sebagai corong juga dapat diganti dengan daun yang dipotong

dibagian salah satu ujungnya kemudian ditempelkan pada kulit pohon untuk

mengalirkan getah ke mangkok tadah.

Pisau yang digunakan dalam proses penyadapan karet adalah pisau khusus

yang ujungnya melengkung kearah dalam, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

dalam proses penyayatan kulit pohon. Pisau yang digunakan harus selalu dijaga

ketajamannya karena ketajaman pisau akan mempengaruhi baik atau tidaknya

penyayatan kulit pohon. Jika penyayatannya tidak baik maka kulit pohon akan susah

untuk beregenerisasi untuk memebentuk jaringan kulit yang baru. Disamping

bergantung pada ketajaman pisau yang digunakan juga sangat bergantung pada

kecakapan penyadap pada saat menyayat kulit pohon,karena jika tidak hati –hati maka

kambium dari pohon karet akan rusak sehingga akan memperlambat regenerasi kulit

pohon yang telah disadap.

Dalam melakukan pemanenan getah karet, penyadap dibekali dengan air untuk

mencuci mangkok tadah yang sudah dipindah isinya serta soda as untuk

mengantisipasi mengentalnya getah dalam perjalanan menuju tempat prossesing

karena jika getah menggumpal akan menjadi lump dan susah diproses.

Setelah mangkok tadah terisi dengan getah karet selanjutnya dilakukan

pemindahan atau pengambilan getah karet dari mangkok tadah ke jerigen atau wadah

yang lebih besar, alat yang digunakan untuk mengambil getah karet dari dari mangkok

adalah potongan batang pohon pisang gading, penggunaan potongan batang pohon

pisang gading ini dimaksudkan untuk memudahkan pengambilan getah

karet.Selanjutnya getah yang didapatkan akan dibawa ke pabrik untuk dilakukan

proses pengolahan getah karet menjadi sheet atau lembaran –lembaran karet yang siap

dipasarkan

Page 9: karet kaliduren

V. Pengolahan Lateks di

A. Pengertian pengolahan karet

Pengolahan karet yang dilakukan di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren

adalah pengolahan lateks karet dalam keadaan cair sampai pada lembaran sheet dan

siap untuk dipasarkan dipaaran luar maupun dalam negri. Pengolahan karet di

Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren bahan baku berasal dari kebun yang sendiri

yang disadap lansung tiap dininya oleh pekerja. Perkebunan PT. Yunawati

Kaliduren sekalipun secara tercatat luas 700ha. Namun saat ini hanya sekitar 150

ha yang saat ini disadap tentu hal ini menentukan banyaknya lateks yang diproses

setiap harinya.

B. Pengolahan lateks karet yang terjadi di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren

Pengolahan lateks karet di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren dimulai pada

jam 07.30 WIB. Diawali dengan penyetoran lateks karet dari para penyadap ke

pabrik pengolahan. Penimbangan dan pencatatan dilakukan sampai jam 08.00. Proses

selanjutnya dapat dijelaskan dalam setiap unitnya sebagai berikut:

1. Unit Pengolahan

a. Lateks ditimbang kemudian ditentukan KKK (Kadar Karet Kering) lateks

dengan cara mengambil sampel sebanyak 50 ml. Hal ini dilakukan unruk

mengetahui banyaknya karet kering yang didapat dan menentukan banyaknya

upah bagi penyadap. Selanjutnya lateks dituangkan dalam bak penampung

dengan ukuran 3mx1mx1m berbahan aluminium. Penuangan lateks pada bak

bersamaan dengan dilakukan proses penyaringan menggunakan saringan

ukuran 40 mesh. Penyaringan dilakukan guna menyaring kotoran yang

tercampur saat proses penyadapan dan memisahkan lateks yang telah membeku

menjadi lump.

b. Setelah semua lateks masuk ke dalam bak penampung dilakukan penentuan

KKK (Kadar Karet Kering) secara keseluruhan. Sekalipun saat penimbangan

telah dilakukan perhitungan KKK pada setiap lateks dari masing-masing

penyadap. Perhitungan secara keseluruhan dilakukan untuk menentukan jumlah

karet yang akan dihasilkan dari produksi hari tersebut. Pengukuran KKK

dilakukan dengan rumus yang sama dari sebelumnya yaitu dengan rumus:

b. KKK = berat basah (gram) x Faktor pengering (%)

c. Misal ditimbang berat basah 50 kg sampel lateks faktor pengering 65%, maka

akan diperoleh nilai KKK adalah 30%.

Page 10: karet kaliduren

d. Penentuan Faktor Pengering (Hydrogen Factor) tergantung pabrik dan dapat

berubah pada keadaan tertentu dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: keadaan

lateks, dan musim, yaitu musim penghujan dan kemarau (saat ini yang

digunakan adalah 65%, tetapi pabrik pernah juga menerapkan 75%)

e. Selanjutnya dilakukan proses pengenceran atau penambahan air pada lateks

dengan banyak banyak air adalah 13%-14% sesuai standart pengenceran.

f. Menambahkan asam semut atau asam formiat (HCOOH). Asam semut yang

sudah diencerkan ke dalam bak koagulan (Pabrik menjelaskan 75 cc/bak 500L

lateks). Selanjutnya dilakukan pengadukan sebanyak 16 kali putaran.

Pengadukan dilakukan secara manual dengan tenaga manusia.

g. Proses selanjutnya adalah pembekuan lateks. Setelah penambahan asam semut

dan pengadukan dilakukan penyekatan pada bak dengan jarak 3 cm dengan

peralatan yang sudah ada dan ditutup dengan plastik, hal ini dilakukan untuk

menjaga agar karet tetap bersih. Selanjutnya didiamkan selama 2-3 jam maka

terjadilah proses penggumpalan.

h. Pencucian adalah proses terakhir di unit pengolahan. Pencucian dilakukan

untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin masih ada. Proses ini

cukup membutuhkan banyak air dalam keadaan mengalir.

2. Unit Penggilingan

Proses penggilingan biasanya dilakukan setelah kurang lebih 2 jam dari

proses pengolahan, yaitu lateks dalam keadaan beku. Tetapi dipabrik ini,

penggilingan dilakuakan keesok harinya. Penggilingan dipabrik ini dilakukan

dengan cara manual. Lateks yang sudah membeku digerakkan langsung dengan

tangan manusia pada seperangkat alat penggilingan. Adapun tujuan penggilingan

adalah: meratakan koagulum sehingga diperoleh sheet dengan standart ketebalan

2,5-3 mm, membuat sheet berpola dan memperluas permukaan sheet,

mengeluarkan kendungan air dari sheet sehingga memudahkan saat proses

pengasapan.

3. Unit Pengasapan

Tujuan proses pengasapan adalah mengurangi kadar air pada lembaran

karet, memeberi warna coklat terang pada lembaran karet. Dengan adanya proses

pengasapan, maka lembaran karet akan terdisinfeksi karena asap memiliki

komponen formaldehyde, phenol, zat warna, dan asam-asam organik.proses

pengasapan dilakukan dalam ruangan khusus. Setelah proses penggilingan kadar

Page 11: karet kaliduren

air pada lembaran karet sebanyak 40% digelar pada kayu-kayu yang telah tertata.

Proses pengasapan dilakukan dengan membakar kayu-kayu pada tungku yang

lubang asap dan panasnya tersambung pada ruangan tersebut. Jenis kayu terbaik

yang digunakan adalah kayu karet, tetapi karena kurangnya kayu karet sehingga

digunakan kayu bakar lainnya yang ada. Perlakuan-perlakuan yang harus

diperhatikan pada proses pengasapan disini adalah pembalikan lembaran-

lembaran karet dan pengaturan suhu. Karena hal ini akan menentukan kualitas

karet jadi yang didapat. Suhu yang perlu diperhatikan yaitu untuk hari ke 1 suhu

ruangan pengasapan harus berkisar antara 400C-450C, hari ke 2-seterusnya suhu

ruangan pengasapan harus pengasapan harus berkisar antara 500C-550C.

Selanjutnya hari terakhir atau hari ke 7, lembaran karet telah berwarna coklat

dengan kadar air adalah 10% dan siap untuk dikemas.

4. Unit Peyortiran dan Pengemasan

Pada unit ini proses yang terjadi adalah proses penyortiran yang dilakukan

secara manual. Pernyortiran dilakukan dengan memilih lembaran lembaran karet,

memotongnya menjadi lembaran yang lebih rapi dan mengelompokkannya dalam

tingkatan tingkatan tertentu berdasarkan kualitasnya dan mengemasnya. Adapun

pengelompokan didasarkan pada penampan visual pada lembaran karet,

kemulusan, adanya gelembung-gelembung udara dalam lembaran. Semakin mulus

maka kualitas semakin bagus. Jenis-jenis pengelompokan tersebut antara lain:

1. Ribbed Smoked Sheet I (RSS I)

2. Ribbed Smoked Sheet I (RSS I)

3. Ribbed Smoked Sheet III (RSS III)

4. Ribbed Smoked Sheet IV (RSS IV)

5. Cutting A

Setelah pernyortiran selanjutnya lembaran karet tersebut dikemas.

Pengemasan dilakukan dengan cara menimbang masing-masing hingga seberat

113kg dan memasukkanya pada suatu wadah ukuran tertentu sembari ditambahi

powder agar tidak lengket satu lembaran karet dengan lembaran lain dan dipres.

Hasil pengepresan tersebut berupa karet yang yang telah terpadatkan berbentu

segi empat atau disebut bal . Setiap bal karet kemudian ditandai sesua kialitasnya

agar tidak tercampur dengan lainnya. Proses pengemasan diakhiri dengan

pengeliman atau pelapisan bal karet dengan lem yang berbahan dari campuran

Page 12: karet kaliduren

cutting, minyak tanah, dan bensin. Pengeleman dilakukan untuk lebih menguatan

rekatan karet dalam proses pendistribusian.

Adapun keterangan lebih tentang pengelompokan 4 diatas adalah sebagai

berikut; RSS I & II sebenarnya tidak berbeda jauh baik secara kenampakan dan

harga. Harga masing-masing RSS I & II berkisar antara Rp 30000,-/kg.

Sedangkan untuk RSS III adalah kualitas terendah dari lembarankare yangtelah

disortir, harga berkisar antara Rp 25000,-/kg. RSS IV adalahh hasil akhir dari

lump yang diolah. Secara umum pemanpangnya cukup jauh berbeda dengan RSS

I, II, III. RSS IV lebih kasar dan berwarna lebih gelap, harga jual untuk RSS IV

berkisar antara Rp 20000,-. Jenis terakhir adalah cutting, cutting adalah sisa-sisa

potongan RSS I, II, III saat proses pernyortiran, kisaran harga cutting adalah Rp

25000,-.

C. Lingkungan pabrik

Unit pengolahan lateks karet di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren bisa

dikatakan cukup sederhana jika dilihat dari peralatan yang digunakan. Sedang dari

segi pengolahan dapat dikatakan cukup baik hal ini dapat dilihat dengan

dihasilkannya beberapa lembaran karet dengan kualitas I dan dapat menebus pasar

internasional. Tetapi hal yang disayangkan hanya 2 bak penggumpalan yang dipakai

dari 8 bak penggumpalan yang ada dalam tiap produksi/perhari. Peralatan dan

bangunan pabrik merupakan tinggalan sejak jaman belanda sehingga banyak proses

yang dilakukan secara manual. Dan beberapa proses terkadang dapat dikatakan

kurang efesien. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan lateks ini adalah air yang

digunakan pada proses penggumpalan, pencucian dan pengepresan. Limbah cair ini

tidak berbahaya, sehingga dapat langsung dibuang dilingkungan. Limbah padat

hampir tidak ada, karena lateks yang digunakan seluruhnya digunakan dan tidak

menyisakan sisa-sisa berupa limbah padat. Limbah lain yang dihasilkan adalah

limbah gas yang dihasilkan dari proses pengasapan.

VI. Sumber Pendapatan masyarakat di perkebunan kaliduren

Sumber pendapatan masyarakat pada perkebunan kaliduren berasal dari beberapa

pendapatan diantaranya :

1. Penyadapan getah karet

Page 13: karet kaliduren

Penyadapan karet adalah sumber pendapatan pokok penduduk perkebunan. Hasil

penyadapan karet perhari berkisar dari 20.000 sampai 33.000 sesuai dengan jumlah

latek yang didapat perharinya. Adapun cara perhitungan pendapatan penyadapan

karet :

Keterangan :

Sebagai contoh bapak budi adalah salah satu dari 50 penyadap pada perkebunan

kaliduren perhari beliau mampu menghasil 50 kg latek, menurut Pak Bambang

selaku sinder afd tetelan prestasi bapak budi sangatlah diatas rata-rata dibanding

penyadap lainnya. Bapak budi mampu mendapatkan 50 kg karena ia sangatlah ulet

dan rajin pukul 11 malam ia telah menyadap karet. Karena menurutnya ketika

menyadap di malam hari maka hasil latek yang ia dapat akan semakin banyak.

Setelah menyadap beliaupun memanen hasil sadapannya di mangkok mongkok

K 3 = 65% x berat sluruh sample x 100%

Karet kering = k3 % x jumlah latek yg disadaap (Kg)

Upah = gaji harian + ( karet kering – basis sadap ) x harga / kg + premi pendapatan + ongkos pikul

Keterangan :

K3 : kadar karet kering

65% : ditetapkan tergantung pada kondisi cuaca, dalam kurun waktu tertentu dapat berubah. pada saat kondisi hujan mampu meningkat hingga 75%

Berat seluruh sample : dari pengambilan seluruh sample dri masing masing penyadap

Gaji harian : Rp. 18.000

Basis sadap : masing masing penyadap beda2 sesuai dengan area sadap, berkisar dari basis 4 sampe 5

Harga perkilo 1.700

Premi pendapatan Rp 3000, didapat apabila penyadap mampu melebihi basis sadap yang telah ditentukan.

Ongkos pikul : tergantung jauh dekat lokasi sadap ke pabrik berkisar Rp 300 – Rp 1000 / Kg

Page 14: karet kaliduren

sadap. Pada daerah sadap pak Budi ditetapkan bahwa basis sadapnya adalah 4 Kg.

Setelah ia kumpulkan pada ember ia mendapat 2 ember. Dan ia memikulnya ke

pabrik, ongkos pikul dari daerah sadap pak budi adalah 300 rpiah per kg nya. Setelah

sampai pabrik karyawan pabrik mengambil 50 ml lateknya untuk dijadikan sample

dan dicampur dengan amoniak pada mangkok sample dan untuk perhitungan berapa

gr berat sample sehingga mempengaruhi pendapatan, hal ini dimaksudkan agar tidak

terjadi kecurangan dalam pencampuran latek dengan air. Setelah itu latek pak budi

dicampur dengan latek – latek penyadap lainnya pada bak latek dengan disaring

menggunakan penyaring bernomor 60. Setelah dimasukkan semua pada bak

penampungan latek latek tersebut di campur dengan air dan asam semut untuk

mempercepat proses penggumpalan. Setelah itu pada bak2 di beri sekat sekat.

Dan keesokan harinya latek telah menggumpal dan terpotong potong seperti tahu

sehingga dapat dengan mudah dipipihkan dan diasapi. Tugas karyawan pabrik pada

pagi hari adalah menghitung berapa k3 pada mangkok sample dengan cara

menjumlahkan 50 mangkok sample dari semua penyadap dan mendapatkan berat 25

gr. Penetapan pabrik Kadar karet kering adalah 65%. Sehingga pada hari ini dapat

dihitung berapa upah yang didapat oleh pak budi selama menyadap pada hari

sebelumnya, cara penghitungan upah pak budi adalah sebagai berikut:

K3 = 65 % x 25 gram x 100% = 16%

Karet kering = 16% x 50 kg = 8 kg

Upah = 18.000 + (8-4) x 1.700 + 3000 + 8x300 = Rp. 30.200

Sehingga upah yang di dapat oleh pak budi adalah Rp.30.200

2. Hasil Perkebunan Coklat

Hasil perkebunan coklat menjadi sumber pendapatan masyarakat setelah

penyadapan getah karet. Proses produksi coklat sehingga bisa di jual dimulai dari

Penggambilan buah karet dari pohonnya kemudian dilakukan proses fermentasi

slama 4 hari setelah fermentasi dilakukan biji coklat tersebut dikeringkan pada mesin

pengeringan dan yang terakir adalah proses pengepakan. Harga satu kilo gram coklat

Page 15: karet kaliduren

bisa mencapai mencapai 20.000 perkilo sementara tiap kali panen mampu

menghasilkan biji kering sekitar 3,5 hingga 4 ton biji coklat kering.

3. Hasil Buruh Harian

Sebagaian penduduk bekerja sebagai buruh harian di perkebunan dengan bekerja

mulai pagi hingga siang hari, pekerjaan mereka adalah membersihkan kebun dari

alang2 dan semak semak yang mengganggu tumbuhnya tanaman karet. Pendapatan

perhari berkisar 15.000 rupiah.

4. Karyawan pabrik

Karyawan pabrik adalah orang yang menjalankan proses opresional di pabrik

karet dan kakao. Terdapat kira kira 15 orang karyawan pada pabrik. 4 orang berada

pada pabrik pengelolaan latek yang bertugas memproduksi latek dan menggiling

latek. 4 orang bertugas sebagai penjaga ruang pengasapaan dimana pengasapan

berlangsung selama 24 jam sehingga terbagi menjadi 2 shef. Dan 4 orang berada

pada ruang pengebalan karet sementara 2 orang terdapat pada ruang penggorengan

biji coklat. Mereka berpenghasilan Rp. 15.000 hingga 18.000 perharinya.

5. Ternak

Disela waktu luang setelah menyadap getah karet pada dini hari sebagaian

penduduk memanfaatkan waktunya dengan memelihara hewan ternak, beberapa

hewan peliharaan penduduk pada perkebunan kaliduren adalah kambing, ayam, dan

katak hijau.

6. Penjualan bibit

Kebutuhan bibit karet pada perkebunan karet kaliduren tergolong sangat

sangaatlah penting karena mengingat lahan yang terpakai belum suutuhnya terpakai

secara maksimal, sehingga sangatlah dibutuhkannya bibit untuk memanfaatkan lahan

tersebut dan menjadikan penduduk tidak menjual bibit yang mereka buat namun

lebih pada menggunakannya sendiri, namun tidak menutup kemungkinan jika

terdapat beberapa penduduk yang menjual bibit. Mengingat harga jual bibit karet

satu polibegnya mencapai 20 ribu rupiah dan 1 meter kayu entres dengan 10 tunas

Page 16: karet kaliduren

seharga 7000 tentunya ini merupakan sebuah peluang bisnis yang mungkin telah

dimanfaatkan penduduk perkebunan karet yang mempunyai waktu luang yang

banyak di siang hingga sore harinya.

7. Menjual kebutuhan sehari-hari

Untuk menambah pendapatan juga terdapat salah satu penduduk yang membuka

toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Tentunya usaha ini akan membatu

perekonomian pada rumah tangganya.

8. Penjualan Kayu Sengon

Pendapatan selanjutnya bagi penduduk pada perkebunan kaliduren adalah

penjualan kayu sengon, tanaman sengon ini ditanam ketika usia karet berumur 3

tahun dan dipanen saat usia sengon 5 tahun. Satu pohon sengon usia 5 tahun

berharga Rp. 125.000 sementara pada perkebunan kaliduren pohon sengon terdapat

lebih dari 2000 pohon. Meski menurut teori penanaman pohon sengon menjadi

pohon sela kurang baik untuk kesehatan pohon karet tidak baik tetapi karena

kebutuhan ekonomi hal ini dilakukan oleh penduduk perkebunan.