karsinoma mamae

25
Carsinoma Mammae Friska Juliarty Koedoeboen NIM 102008183 Kelompok B7

Upload: friska-juliarty-koedoeboen

Post on 05-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PBL blok 24

TRANSCRIPT

Page 1: Karsinoma Mamae

Carsinoma Mammae

Friska Juliarty Koedoeboen

NIM 102008183

Kelompok B7

Page 2: Karsinoma Mamae

Carsinoma Mammae

Friska Juliarty Koedoeboen

102008183

B7

Fakultas Kedoteran Universitas Ukrida

[email protected]

Pendahuluan

Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita di Amerika Serikat,

dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun.

Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu masih in situ (masih lokal), atau ditemukan

sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan

adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus. Risiko seorang wanita di Amerika Serikat

mengidap kanker payudara pada suatu saat selama hidupnya adalah sekitar satu per delapan.

Insidens kanker payudara meningkat seiring dengan usia dan dipengaruhi oleh faktor genetik,

hormon, dan lingkungan. Pria dapat terjangkit kanker payudara walaupun kejadian tersebut

rendah.1

Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kanker payudara, mulai dari

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, prognosis, dan pencegahan.

Anamnesis

Benjolan payudara bisa diperhatikan oleh pasien, tampak dalam mamografi, atau ditemukan

saat melakukan pemeriksaan klinis/ ada banyak penyebab benjolan payudara di antaranya

karsinoma, abses, dan benjolan jinak.

Hal-hal yang perlu ditanyakan pada pasien dengan benjolan payudara adalah sebagai berikut:2

Keluhan utama dan onsetnya

Riwayat penyakit sekarang

Kapan pertama kali memperhatikan adanya benjolan? Bagaimana? Sejak saat itu

adakah perubahan ukuran atau sifat?

Adakah perubahan siklus menstruasi? Adakah sekret dari puting?

Adakah nyeri?

Adakah gejala lain? Limfadenopati? Demam? Benjolan lain? Penurunan berat

badan? Nyeri punggung?

1

Page 3: Karsinoma Mamae

Riwayat penyakit dahulu

Adakah benjolan payudara sebelumnya? Jika ya, terapinya apa (misalnya

mastektomi, eksisi lokal, radioterapi, kemoterapi, rekonstruksi payudara, atau

operasi lain pada payudara)?

Adakah riwayat penyakit serius lain?

Bagaimana riwayat kehamilan? Pernahkan pasien menjalani laktasi atau

menarche?

Obat-obatan

Pernahkah pasien mengkonsumsi estrogen atau tamoksifen?

Pernahkan pasien menjalani kemoterapi?

Riwayat keluarga

Adakah riwayat kanker payudara atau ovarium dalam keluarga (predisposisi

genetik BRCA1/2)?

Riwayat pribadi

Konsumsi alkohol, riwayat merokok, diet

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pada inspeksi, pasien dapat diminta untuk duduk tegak dan berbaring. Kemudian, inspeksi

dilakukan terhadap bentuk kedua payudara (simetris), warna kulit, lekukan, retraksi papila,

adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk (peau d’ orange), ulkus, dan benjolan. Cekungan

kulit (dimpling) akan terlihat lebih jelas bila pasien diminta untuk mengangkat lengannya

lurus ke atas. Periksa juga apakah puting normal, melesak, atau mengeluarkan sekret.2,3

Palpasi

Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di punggung

sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari telunjuk,

tengah, dan manis yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran

payudara dengan alur melingkar atau zig-zag. Penilaian pada hakikatnya sama dengan

penilaian tumor di tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita

berbaring kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan aksila pun lebih mudah dilakukan pada

posisi duduk. Palpasi juga dilakukan guna menentukan apakah benjolan melekat ke kulit atau

dinding dada.3

2

Page 4: Karsinoma Mamae

Jika pada perabaan terdapat benjolan, perlu diketahui di mana letaknya, sebesar apa,

konsistensinya: pada, lunak, kenyal, berbenjol-benjol dan sebagainya, ada atau tidaknya nyeri

tekan, adakah diskolorasi dan perlekatan.2

Dengan memijat halus puting susu, dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, berupa darah

atau bukan. Pengeluaran darah dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan

oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma di salah satu duktus, dan kelainan yang

disertai ektasia duktus.3

Periksa juga limfadenopati aksilaris dan tempat lain (supraklavikula). Periksa apakah lengan

normal atau membengkak. Cari kemungkinan penyebaran metastatik dan manifestasi

nonmetastatik dari keganasan yang menunjukkan tanda-tanda infeksi.2

Pemeriksaan Penunjang

Mamografi

Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada kasus kecurigaan

keganasan maupun kasus kanker payudara kecil yang tidak terpalpasi (lesi samar). Indikasi

mamografi antara lain kecurigaan klinis adanya kanker payudara, sebagai tindak lanjut

pascamastektomi (deteksi tumor primer kedua dan rekurensi di payudara kontralateral), dan

pasca-breast conserving therapy (BCT) untuk mendeteksi kambuhnya tumor primer kedua,

adanya adenokarsinoma metastatik dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya, dan

sebagai program skrining.

Temuan mamograf yang menunjukkan kelainan yang mengarah ke keganasan antara lain

tumor berbentuk spikula, distorsi atau iregularitas, mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal),

kadang disertai pembesaran kelenjar limf. Hasil mamografi dikonfirmasi lebih lanjut dengan

FNAB, core biopsy, atau biopsi bedah.3

Ultrasonografi

USG berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan tumor solid.

Sedangkan diagnosis kelainan payudaranya dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan

FNAB, core biopsy, biopsi terbuka, atau sentinel node biopsy.3

MRI

MRI dilakukan pada:3

Pasien usia muda, karena gambaran mamografi yang kurang jelas pada payudara wanita

muda

Untuk mendeteksi adanya rekurensi pasca-BCT

3

Page 5: Karsinoma Mamae

Mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari pemeriksaan fisik dan

penunjang lainnya kurang jelas.

Imunohistokimia

Pemeriksaan imunohistokimia yang dilakukan untuk membantu terapi target, antara lain

pemeriksaan status ER (estrogen receptor), PR (progesterone receptor), c-erbB-2 (HER-2

neu), cathepsin-D, p53 (bergantung situasi), Ki67, dan Bcl2.

Seperti sel payudara normal, beberapa sel kanker payudara juga memiliki reseptor hormon

estrogen dan/atau progesteron dan tidak memiliki reseptor hormon sama sekali. Kanker

payudara yang memiliki reseptor estrogen, disebut ER(+), atau memiliki reseptor progesteron,

disebut PR(+), cenderung memiliki prognosis yang lebih baik karena masih peka terhadap

terapi hormonal. Dua dari tiga kanker payudara setidaknya memiliki satu reseptor hormon ini.

Satu dari lima kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu pertumbuhan yang disebut

HER2/neu (disingkat HER2). Penderita kanker payudara HER2(+) memiliki gen HER2/neu

diekspresikan secara berlebihan. Kanker payudara yang memiliki status ER(-), PR(-), dan

HER2/neu(-), yang disebut sebagai tripel negatif, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.3

Biopsi

Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mamogram, biopsi harus selalu dilakukan.

Jenis biopsi yang dapat dilakukan yaitu biopsi jarum halus (FNAB), core biopsy (jarum

besar), dan biopsi bedah. FNAB hanya memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan biopsi

jarum besar dan biopsi bedah memungkinkan analisis arsitektur jaringan payudara sehingga

ahli patologi dapat menentukan apakah tumor bersifat invasif atau tidak.3

Diagnosis

Diagnosis kerja pada kasus ini adalah carsinoma mammae, dengan diagnosis banding

karsinoma duktal invasif, dan karsinoma lobular invasif.

Karsinoma duktal invasif

Karsinoma duktal invasif merupakan bentuk keganasan payudara yang paling sering

ditemukan. Metastasis makro maupun mikroskopik ke kelenjar aksila terjadi pada 60% kasus.

Keganasan ini paling sering timbul pada wanita perimenopause dan pascamenopause pada

usia dekade kelima dan keenam, sebagai massa tunggal yang padat.3

Carsinoma lobular invasif

Karsinoma lobular invasif yang berasal dari epithelial lobus payudara ini merupakan 10% dari

seluruh keganasa payudara. Gambaran histopatologinya berupa sel kecil dan nuklei yang

bulat, nukleoli yang tidak jelas, dan sitoplasma yang sedikit. Pewarnaan khusus

4

Page 6: Karsinoma Mamae

mengkonfrmasi adanya musin intrasitoplasma yang menggantikan nukleus (signet ring cell

carcinoma). Gambaran klinis karsinoma lobular invasif bervariasi mulai dari asimtomatik

hingga berupa massa yang sangat besar. Biasanya massa tumor bersifat multifokal,

multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang ganas dan gambaran mamografinya

sering menunjukkan lesi tumor yang lebih kecil dari yang sebenarnya, karsinoma lobular

invasif kadang sulit dideteksi.3

Etiologi

Terdapat berbagai faktor yang diperkirakan meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain

faktor usia, genetik dan familial, hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya riwayat

tumor jinak. Separuh dari orang yang memiliki berbagai faktor-faktor di atas akan menderita

kanker payudara.3, 4

Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker payudara akan meningkat. Satu

dari delapan keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di bawah 45

tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita usia 55 tahun.

Pada perempuan, besarnya insidens ini akan berlipat ganda setiap 10 tahun, tetapi

kemudian akan menurun drastis setelah masa menopause.

Riwayat keluarga

Mempunyai saudara tingkat pertama yang menderita kanker payudara memberikan risiko

sebesar 1,4 sampai 13,6 (risiko meningkat bila saudara berusia muda saat pertama kali

didagnosis)

Genetika

1. Herediter (sekitar 10% kasus)

a. Mutasi gen BRCA1: berlokasi di lengan panjang kromosom 17, transmisi

dominan autosom, 54% kanker payudara pada usia 60, 30% risiko kanker

ovarium

b. Mutasi gen BRCA2: berlokasi di kromoso 13, 85% wanita berisiko seumur

hidup untuk menderita kanker payudara, 10-20% berisiko menderita kanker

ovarium, 6% berisiko seumur hidup untuk menderita kanker payudara pada

pria (peningkatan risiko 100 kali lipat dibanding populasi umum)

c. Sindroma Li Fraumeni: penghilangan germline p53 (53 adalah gen

supresor tumor yang normalnya menginduksi apoptosis pada sel yang

5

Page 7: Karsinoma Mamae

mengalami mutasi), meningkat pada tumor payudara, otak, dan adrenal,

maupun pada sarkoma dan leukemia.

2. Sporadis (sekitar 90% kasus)

a. Mutasi multipel telah teridentifikasi, termasuk onkogen HER2/neu, MYC,

CPY17 dan CCND1, dan gen supresor tumor p53, RB1, dan CDKN2.

b. Mutasi didapat pada BRCA1 dan BRCA2 jarang terjadi pada tumor

sporadik namun mungkin ada sedikit penurunan pada produk gen supresor

tumor tersebut

Reproduksi dan hormonal

1. Menarke awal (<12 tahun) atau menopause lambat (>55 tahun)

2. Nuliparitas atau kehamilan pertama terlambat (>30 tahun)

3. Kadar estradiol serum berkorelasi dengan kanker payudara pada wanita pra

maupun pascamenopause

4. Penggantian estrogen pascamenopause dan penggunaan estrogen penguat

kandungan

5. Penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen dan kontrasepsi oral

6. Menyusui bayi menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama bila masa

menyusui dilakukan selama 27-52 minggu

Lingkungan

1. Obesitas pada masa pascamenopause

2. Merokok: nikotin dan N-nitrosamin (karsinogen dalam asap rokok) terkonsentrasi

dalam jaringan payudara

3. Alkohol: lebih dari 30 sampai 60 gr/hari (2 sampai 5 minuman) dihubungkan

dengan peningkatan risiko kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen

endogen sehingga memengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon.

4. Aktivitas fisik: olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan risiko sebesar

30%

5. Lainnya masih dipelajari termasuk hidrokarbon aromatik polisiklik (polusi bahan

bakar minyak fosil), amina heterosiklik (daging yang dimasak terlalu matang), dan

radiasi pengion (risiko terbesar bila terpajan pada usia kurang dari 19 tahun)

Penyakit payudara proliferatif

1. Fibrokistik benigna mungkin berhubungan dengan sedikit peningkatan risiko

2. Hiperplasi atipikal meningkatkan risiko kanker payudara 4 kali lipat

6

Page 8: Karsinoma Mamae

Riwayat kanker payudara sebelumnya pada payudara kontralateral: 47% kasus akan

mengalami karsinoma in situ dengan 1% per tahun berkembang menjadi karsinoma

invasif.

Epidemiologi

Kanker payudara merupakan kanker tersering pada perempuan (22% dari semua kasus baru

kanker pada perempuan) dan menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di dunia (14%

dari semua kematian kanker perempuan). Insidens tertinggi dijumpai di negara-negara maju

seperti Amerika Utara, Eropa Barat dan Utara, dan Australia, kecuali Jepang. Insidens tinggi

kanker payudara pada perempuan juga diamati di Amerika Selatan, terutama Uruguay dan

Argentina.

Saat ini terjadi peningkatan insidens kanker payudara di negara-negara yang sebelumnya

memiliki insidens rendah, seperti di Jepang dan Cina. Selain disebabkan oleh perubahan yang

signifikan dalam gaya hidup masyarakat Asia, peningkatan ini juga turut terjadi berkat

kemajuan teknologi diagnosis tumor ganas payudara.3

Sampai usia 80 tahun, risiko seumur hidup seorang wanita untuk terkena kanker payudara

adalah 1 dari 9.5,6

Di Indonesia, kanker payudara termasuk tersering ditemukan pada perempuan setelah kanker

serviks. Insidens kanker payudara meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.7

Patofisiologi

Tumorigenesis kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap tahapnya berkaitan

dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator minor atau mayor. Terdapat dua jenis

sel utama pada payudara orang dewasa, yaitu sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.

Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam perjalanan menuju

keganasan. Hiperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel-sel epitel poliklonal yang tersebar

tidak rata yang pola kromatin dan bentuk inti-intinya saling bertumpang tindih dan lumen

duktus yang tidak teratur, sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel di atas

relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara sitologis jinak.

Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal), yang sitoplasma selnya lebih jelas,

intinya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus yang teratur, secara klinis

meningkatkan risiko kanker payudara.

Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma in situ, baik

karsinoma duktal maupun lobular. Pada karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel yang

7

Page 9: Karsinoma Mamae

memiliki gambaran sitologis sesuai dengan keganasan, tetapi proliferasi sel tersebut belum

menginvasi stroma dan menembus membran basal.

Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara (bahkan bilateral)

dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan. Sebaliknya, karsinoma in situ

duktal merupakan lesi duktus segmental yang dapat mengalami kalsifikasi sehingga memberi

penampilan yang beragam.

Setelah sel-sel tumor menembus membran basal dan menginvasi stroma, tumor menjadi

invasif, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga menyebabkan metastasis.3

Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pada kanker payudara adalah:5

Gejala yang paling sering terjadi

Massa (terutama jika keras, iregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada

payudara, atau daerah aksila

Rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter

serosanguinosa, mengandung darah, atau encer

Retraksi atau inversi puting susu

Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris)

Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya

Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu

Gejala penyebaran lokal atau regional

Kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena

Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk)

Pembesaran kelenjar getah bening aksila

Bukti metastasis

Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal

Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura

Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, pindah tulang positif, dan/atau nyeri tulang

berkaitan dengan penyebaran ke tulang

Tes fungsi hati abnormal

8

Page 10: Karsinoma Mamae

Tabel 1. Penentuan Stadium Kanker Payudara8

Stadiu

m

Kriteria

I Tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus (LN) terkena atau penyebaran luas.

IIa Tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh.

Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

IIb Tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.

Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN.

IIIa Tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.

Semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.

IIIb Semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit.

Semua tumor dengan edema atau ulserasi kulit payudara.

IIIc Semua tumor dengan keterlibatan KGB infraklavikula atau supraklavikula.

IV Semua tumor dengan metastasis jauh.

Penatalaksanaan

Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II,

dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma

mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya

bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk

pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

A. Terapi secara pembedahan

1. Mastektomi partial (breast conservation)

Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi tumor

primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status KGB

(kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai

reseksi segmental, lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan konservatif,

saat ini merupakan terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif

stadium I atau II. Wanita dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan

radioterapi adjuvan. Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung

konsentrik pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas karsinoma mammae.

Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan mammae normal yang

9

Page 11: Karsinoma Mamae

adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari jaringan tumor. Dilakukan juga

permintaan atas status reseptor hormonal dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis.

Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk

penentuan stadium dan mengetahui penyebaran regional. Saat ini, sentinel node biopsy

merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan adanya

pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi KGB

akilla tidak dilakukan.

2.Modified Radical Mastectomy Modified radical mastectomy mempertahankan baik M.

pectoralis mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan

II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis minor dan diseksi

KGB axilla level III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas

anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian

medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m.

subcalvia.

Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari mastektomi

dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus. Pemasangan closed-system

suction drainage mengurangi insidensi dari komplikasi ini. Kateter dipertahankan

hingga cairan drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah

mastektomi dan kebanyakan terjadi sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan

sedang dan hebat jarang terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi

dini luka untuk mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system suction

drainage. Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar

10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan obesitas

merupakan faktor-faktor predisposisi.

B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

1. Radioterapi

Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk

wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy, radiasi adjuvan diberikan untuk

mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah

lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang

tinggi. Pada karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko

rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan

dengan terapi radiasi adjuvan.

10

Page 12: Karsinoma Mamae

2. Kemoterapi

a. Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada karsinoma mammae

tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak

dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan

resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak

menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis

yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif

sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.

Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin, 5-

fluorourasil dan methotrexate. Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor

hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok untuk

diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium

IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan

dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.

b. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan sebelum

dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk

dilakukan lumpectomy.

Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi

neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau lumpectomy dengan

diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi adjuvan, dilanjutkan dengan

terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan

digunakan untuk menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga

memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical mastectomy, diikuti dengan

kemoterapi dan radioterapi.

3. Terapi anti-estrogen

Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa

reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini

ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih

berdiferensiasi baik.

11

Page 13: Karsinoma Mamae

Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat

pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen

sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang

positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif.

Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri

tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan

tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan tamoxifen adalah karsinoma

endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli

onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan

pada karsinoma mammae stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif.

Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen (tamoxifen),

dipilih sebagai terapi awal.

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae yang baru

didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada

pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena

dengan regimen adriamycin menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma

mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu

mungkin dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi

adjuvan.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah metastasis. Tempat yang paling sering mengalami

penyebaran jauh atau sistemik adalah tulang, paru, pleura, hati, dan adrenal. Tempat yang

lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium, dan ovarium.5

Prognosis

Prognosis kanker payudara ditunjukkan oleh angka harapan hidup atau interval bebas

penyakit. Prognosis penderita keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda,

menderita kanker payudara bilateral, mengalami mutasi genetik, dan adanya triple negative

yaitu grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER, PR, dan HER-2 yang negatif.3

12

Page 14: Karsinoma Mamae

Tabel 2. Persentase Harapan Hidup Lima Tahun Penderita Kanker Payudara3

Stadium Persentase harapan hidup 5 tahun

0 100%

I 100%

IIA 92%

IIB 81%

IIIA 67%

IIIB 54%

IIIC Angka harapan hidup lima tahun untuk stadium IIIC belum didapatkan karena

stadium ini baru didefinisikan akhir-akhir ini

IV 20%

Pencegahan

Karsinoma payudara dapat dicegah dengan memahami faktor risiko dan kemudian

menghindarinya. Seorang wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara

atau ovarium, sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali

sekitar hari ke-8 menstruasi baik untuk dilakukan sejak usia 18 tahun dan mamografi setiap

tahunnya sejak usia 25 tahun.

Obat profilaksis yang sampai saat ini diakui sebagai profilaksis keganasan payudara adalah

tamoksifen. Sebagai antagonis estrogen, tamoksifen sebagai terapi adjuvan kanker payudara

terbukti dapat menurunkan insidens kanker payudara primer kedua pada payudara

kontralateral. Walaupun terbatas pada kanker payudara yang ER+, tamoksifen sebagai

profilaksis juga menurunkan insidens perkembangan menjadi kanker payudara yang invasif

pada LCIS, kelainan duktal atipik, dan hiperplasia lobular.

Mamografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama pada perempuan

yang berada dalam masa pascamenopause atau 50 tahun ke atas terbukti menurunkan 33%

angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi peningkatan densitas payudara pada

mamografi, risiko kanker payudara meningkat.

Seseorang yang berisiko tinggi menderita kanker payudara karena memiliki riwayat familial

dan genetik serta mutasi gen supresor tumor (BRCA1, BRCA2, atau CHEK) dapat

dipertimbangkan untuk menjalani mastektomi bilateral da salfingo-ooforektomi bilateral

preventif, meskipun penderita tidak menunjukkan gejala.3

13

Page 15: Karsinoma Mamae

Selain itu, disarankan juga untuk berhenti merokok, mengurangi asupan alkohol, banyak

berolah raga, mengurangi asupan lemak, dan menurunkan berat badan. Pemberian suplemen

vitamin E dan antioksidan memiliki kecenderungan menurunkan risiko, terutama pada wanita

pasca-menopause. Serat mengubah enzim mikroba usus dan menurunkan jumlah estrogen

yang direabsorbsi dari usus, juga menghasilkan fitoestrogen yang berkompetisi untuk

mendapat tempat pengikatan reseptor estrogen.4

Kesimpulan

Karsinoma mammae adalah kanker yang paling sering diderita oleh perempuan dan penyebab

utama kematian akibat kanker pada perempuan. Diagnosis karsinoma mammae dapat

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti

mammografi atau USG. Dari jaringan asal kanker, penyakit ini dapat dibedakan menjadi

karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular invasif. Penyakit ini dipengaruhi oleh banyak

faktor dan merupakan proses multitahap. Penatalaksanaan dapat dilakukan mulai dari

pembedahan, radioterapi, dan terapi sistemik. Komplikasi yang dapat terjadi sama seperti

kanker pada umumnya, yaitu metastasis ke organ-organ lain. Prognosis penyakit ini bervariasi

tergantung stadiumnya, namun secara umum buruk. Pencegahan dapat dilakukan dengan

memahami faktor risiko dan menghindarinya.

14

Page 16: Karsinoma Mamae

Daftar Pustaka

1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009: 802.

2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005: 91.

3. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah

sjamsuhidajat-de jong. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012: 473-91.

4. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan & manajgemen. Jakarta: EGC;

2008: 131.

5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2003: 340.

6. Otto SE. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta: EGC; 2005: 99.

7. Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS Kanker

Dharmais. Penatalaksanaan kanker payudara terkini. Jakarta: Pustaka Populer Obor;

2003: 2.

8. Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000: 232.

9. Chandrasoma MD dan Clive R, Taylor. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi kedua.

Jakarta : EGC. 2006.

10. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3. Jilid II, Media Aesculapius FKUI, Jakarta. 2000

15

Page 17: Karsinoma Mamae

16

Page 18: Karsinoma Mamae

1 Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009: 802.2 Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005: 91.3 Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat-de jong. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2012: 473-4 Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan & manajgemen. Jakarta: EGC; 2008: 131.5 Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2003: 340.6 Otto SE. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta: EGC; 2005: 99.7 Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS Kanker Dharmais. Penatalaksanaan kanker payudara terkini. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2003: 2.8 Schwartz SI. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000: 232.