katarak lp
TRANSCRIPT
A. PENGERTIAN
Pengertian katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smeltzer, 2002).
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa.
Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan
berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal transparan
terurai dan mengalami koagulasi.
Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif. Dan Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa
mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat
menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total
dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan
usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita
menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat
mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-
lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak
diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu
mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan
terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan
1
akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan
luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat
menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila
tidak diobati katarak dapat menyebabkan glaukoma.
Jadi, dapat disimpulkan pengertian katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
B. PATOFISIOLOGILensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah . penambahan densitas iniakibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks ,serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.Katarak terbentuk bila masukan 02 berkurang [ vaugan dan asbori,1986], kandungan air berkurang, kandungan kalsium meningkat, protein yang seluble menjadi insoluble[Hewel,1986].Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif,yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
C. ETIOLOGIKatarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain;a. traumab. terpapar substansi toksikc. Penyakit predisposisid. Genetik dan gangguan perkembangane. Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janinf. Usia
2
Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.
Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :1. katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65 – 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.Ada 4 stadium antara lain :• Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang masih jernih.• Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratip menyerap air.• Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini dapat diopperasi.• Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang disebut katarak Morgageeeni
.2. Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).Katarak congenital digolongkan dalam :• Katarak kapsulo lentikuler
3
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.• Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun katarak juvenil .
3. Katarak traumatic :
terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai tahun.
4. Katarak toksik :
Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu ( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).
5. Katarak asosiasi :
penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan katarak.Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).
6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.
4
D. INSIDENDiperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
E. PENCEGAHAN
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi. Penggunaan tindakan keselamatan ditempat kerja dapat mengurangi insiden terjadinya katarak traumatic yang disebabkan oleh radiasi, panas, paparan x-ray. Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera, perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini
Penyebaran
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.
Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.
Gejala
5
Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram, ketajaman pengelihatan berkurang, sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi kurang jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata. Tes sensitivitas kontras harus dilakukan dan jika kekurangan sensitivitas kontras terlihat makan dianjurkan untuk konsultasi dengan spesialis mata.
Di dunia berkembang, khususnya di kelompok berisiko tinggi seperti penderita diabetes, disarankan untuk mencari konsultasi medis jika 'halo' yang terjadi disekitar lampu jalan di malam hari, terutama jika fenomena ini tampak hanya dengan satu mata.
Gejala-gejala katarak sangat mirip dengan gejala citrosis mata.
Penyebab
lampu celah foto pemburaman kapsuler anterior terlihat beberapa bulan setelah implantasi lensa intraokular di mata, gambar diperbesar
Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau trauma(dapat terjadi lebih awal), mereka biasanya akibat denaturasi dari lensa protein. faktor-faktor genetik sering menjadi penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang positif juga mungkin berperan dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih dini, fenomena "antisipasi" dalam katarak pra-senilis.
Katarak juga dapat diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot pesawat komersial tiga kali lebih besar dari pada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang yang terkena radiasi inframerah, seperti para tukang (meniup)kaca yang menderita "sindrom Pengelupasan". Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan katarak, terutama pada anak-anak.
6
Katarak dapat terjadi hanya sebagian atau penuh seluruhnya, stasioner atau progresif, keras atau lembut.Beberapa obat dapat menginduksi perkembangan katarak, seperti kortikosteron dan Seroquel
ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN POST OP KATARAK
Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan post op katarak dilaksanakan melalui pendekatan
proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
(Doengoes, 2000, hal 412)
1. Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat :
Gejala : perubahan aktivitas biasanya hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan menfokuskan kerja dengan dekat/merasa
diruang gelap (katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer.
Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.
d. Nyeri/kenyamanan
7
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair.Nyeri/tiba tiba berat menetap atau tekanan
pada dan sekitar mata, sakit kepala.
e. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres,
alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), ketidak seimbangan endokrin,
diabetes (glaukoma).
Pertimbangan rencana pemulanngan : menunjukkan rerata lama dirawat 4,2 hari (biasanya
dilakukan sebagai prosedur rawat jalan ).
Memerlukan bantuan dengan transportasi, penydiayaan makanan, perawatan diri,
perawatan/pemeliharaan rumah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kartu mata snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan);
mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, lensa akueus atau vitreus humor, kesalahan
refrkasasi, atau penyakit saraf atau penyakit sistem sararaf atau penglihatan keretina atau jalan
optik.
Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaucoma.
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/ tipe gllukoma bila TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
Pemeriksaan Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan
diagnose katarak.
8
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan aterosklerosis,
PAK.
Tes toleransi glikosa/FBS : menentukan adanya/control diabetes.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada klien pre dan post op katarak
adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intra okuler, kehilangan
vitreous.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan
katarak.
c. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah
konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
3. Perencanaan keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan perdarahan intraokuler, kehilangan
vitreous. Tujuan : cedera dapat dicegah. Kriteria hasil : mengubah lingkungan sesuai indikasi
untuk meningkatkan keamanan.
9
Intervensi/Rasional
1) Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan,balutan mata. Rasional : membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja
sama dalam pembatasan yang diperlukan.
2) Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring keposisi yang tak sakit sesuai
keinginan. Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat
jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit,
meminimalkan resiko perdahan atau stres pada jahitan terbuka.
3) Batasi aktivitas seperti menggerkkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi.
4) Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi. Rasional :
memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot.
5) Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru. Rasional : batuk meningkatkan tio.
6) Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi, visualisasi,
napas dalam dan latihan relaksasi. Rasional : meningkatkan relaksasi dan koping.
7) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. Rasional : digunakan untuk melindugi dari
cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.
8) Minta pasien untuk membedakan antara ketidak nyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba.
Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema (perdarahan pada mata)
pada mata dengan senter sesuai indikasi. Rasional : ketidaknyamanan mungkin karena prosedur
10
pembedahan; nyeri akut menunjukkan perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui
penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangan rentan).
9) Observasi pembekakan luka, bilik anterior kemps, pupil bebentuk buah pir. Rasional :
menunjukkan prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata.
10) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi. Amoxilin, Asam Mefenamat, Methylprednison,
cloramfenikol salam. Rasional : mual/muntah dapat meningkatkan resiko cedera okuler,
memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur infansi bedah pengangkatan
katarak. Tujuan : infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat
waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam dan Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah / menurunkan resiko infeksi
Intervensi/Rasional
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata Rasional :
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.
2) Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/bola
kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan. Rasional :
tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3) Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi. Rasional : mancegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4) Observasi tanda terjadinya infeksi. Rasional : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur
dan memerlukan upaya intervensi.
11
5) Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana
terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.
6) Kolaborasi ; Berikan obat sesuai indikasi, anti biotik (topical, paranteral, atau
subkonjungtival). Rasional : ssediaan topical digunakan secaraprofilaksis.
c. Gangguan persepstual sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera lingkungan secara teurapeutik dibatasi. Ditandai dengan menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Tujuan : tidak
terjadi perubahan visual Kriteria hasil : meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas
situasi individu.
Intervensi/Rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu atau kedua mata terlibat Rasional :
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan terjadi lambat dan
progresif.
2) Oreintasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya Rasional : Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasikan tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi; pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sampai benar-benar sembuh dari anastesia. Rasional : terbangun dalam
lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan
bingung pada orang tua.
4) Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi. Bicara dan menyentuh sering; dorong orang orang
terdekat tinggal dengan pasien. Rasional : memberikan rangsang sensoritepat terhadap isolasi
dan menurunkan bingung.
12
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kaburdan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata. Rasional : gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak dengan tujuannya memperbesar kurang lebih
25%, penglihatan perifer dan buta titik mungkin ada. Rasional : perubahan ketajaman dan
kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/menigkatkan resiko cedera sampai
pasien belajar untuk mengkompensasi.
7) Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil pada sisi yang tak dioperasi. Rasional
: memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
petolongan bila diperlukan.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Ditandai dengan pertanyan atau peryataan salah
konsepsi, takakurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah Tujuan : pasien
mengerti tentang kondisi, prognosis dan pengobatan. Kriteria hasil : menyatakan pemahaman
kondisi/proses penyakit dan pengobatan, melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan
alasan tindakan.
Intervensi/Rasional
1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur/ lensa. Rasional :
meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pasca operasi.
2) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan
berawan. Rasional : pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.
13
3) Informasikan pasien untuk menghindari obat tetes mata yang dijual bebas. Rasional : dapat
bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.
4) Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien, contoh
peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes
untuk meminimalkan efek sistemik. Rasional : penggunaan obat mata topical, contoh agen
simpatomimetik. Penyekat beta, dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada
pasien hipertensi; pencetus dispnea pada pasien PPOM; hipo glikemik pada diabetes tergantung
pada insulin.
5) Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan dan defekasi.
Membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak bubuk, merokok
(sendiri/orang lain). Rasional: Aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver
Valsalva atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan
pendarahan. Catatan : iritasi pernapasna yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan
TIO.
6) Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang dan menonton
televisi. Rasional : memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas. Melalui
waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.
7) Anjurkan pasien memeriksa kedokter tetang aktivitas seksual. Rasional: dapat meningkatkan
TIO, menyebakan cedera kecelakaan pada mata.
8) Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan/penutup
pada mala. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko
peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
14
9) Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunkan kacamata gelap
bila keluar/dalam ruangan terang. Rasional :mencegah cedera kecelakaan pada mata.
10) Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh; pindahkan
perabot dari lulu lalang jalan. Rasional :menurunkan penglihatan perifer atau gangguan
kedalaman persepsi dapat menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau
menabrak perabot.
11) Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses yang
dijual bebas bila di indikasikan. Rasional :mempertahkan konsistensi feses untuk menghindari
mengejan.
12) Identifikasi tanda/gejala memelukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba,
penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.
Rasional :intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan
penglihatan.
15
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
DISUSUN OLEH :
SRI DEFI
NIM: 011.066
Akademi Keperawatan Yatna Yuana Lebak
Jl.Jendral Sudirman Km.2 Rangkasbitung Lebak
2011
16
17