keefektifan model discovery learning dalam pembelajaran...

104
KEEFEKTIF D MA DITINJAU D IP KECAMATA diajukan s Sa JURUSAN FA UNI i FAN MODEL DISCOVERY LE DALAM PEMBELAJARAN ATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA DARI MOTIVASI DAN HASIL B PA KELAS V SDN 02 PENER AN TAMAN KABUPATEN PEM SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memeroleh arjana Pendidkan Guru Sekolah Dasar Oleh Tika Meliawati 1401415142 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH D AKULTAS ILMU PENDIDIKAN IVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 EARNING A BELAJAR MALANG h gelar DASAR G

Upload: others

Post on 29-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

i

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYADITINJAU DARI MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

IPA KELAS V SDN 02 PENERKECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidkan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Tika Meliawati

1401415142

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019

i

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYADITINJAU DARI MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

IPA KELAS V SDN 02 PENERKECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidkan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Tika Meliawati

1401415142

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019

i

KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDALAM PEMBELAJARAN

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYADITINJAU DARI MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

IPA KELAS V SDN 02 PENERKECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelarSarjana Pendidkan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Tika Meliawati

1401415142

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2019

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

ii

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

iii

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

iv

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

v

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

(1) “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.” (Q.S.

AlInsyirah: 6-8)

(2) Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

(3) Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal

yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak. (Aldus Huxley)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu Siti Aminah, Bapak Sabar Iman, dan

Adik Lutfi Kristianto.

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

vii

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga dapat

menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

Learning dalam Pembelajaran Materi Sifat-sifat Cahaya ditinjau dari Motivasi dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 02 Pener Kecamatan Taman Kabupaten

Pemalang”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat

mencapai gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari

hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu

dapat teratasi. Penuh segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Achmad Rifai, Rc, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin dan dukungan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberi kesempatan peneliti untuk memaparkan gagasan dalam bentuk

skripsi ini

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

viii

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal yang telah memberi

izin melakukan penelitian.

5. Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing yang telah memberi

bimbingan pengarahan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi

penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Drs. Suwandi, M.Pd., dan Drs.Yuli Witanto, M.Pd., dosen penguji I dan

dosen penguji II yang telah mengarahkan dan memberi masukan pada

penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Kesbangpol, BAPEDA, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Pemalang yang telah memberi izin penelitian.

8. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan Unnes yang banyak membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan.

9. Saefudin Akhmad, S.Pd. SD Kepala SD Negeri 01 Pener Kabupaten

Pemalang, dan Rosinah S.Pd., Kepala SD Negeri 02 Pener Kabupaten

Pemalang, dan Tirjamto, S.Pd.SD Kepala SD Negeri 03 Pener Kabupaten

Pemalang yang telah memberi izin penulis melaksanakan penelitian.

10. Kustoro, S.Pd., guru kelas V SD Negeri 01 Pener Kabupaten Pemalang,

dan Risyanto S.Pd., guru kelas V SD Negeri 02 Pener Kabupaten

Pemalang, dan Titi Budiarti, S.Pd., guru kelas V SD Negeri 03 Pener

Kabupaten Pemalang yang telah memberi izin penulis melaksanakan

penelitian.

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

ix

11. Siswa kelas V SDN 01 Pener, SDN 02 Pener dan SDN 03 Pener

Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang yang telah menjadi subjek dalam

penelitian ini.

12. Teman-teman mahasiswa angkatan 2015 PGSD UPP Tegal yang saling

memberi ilmu pengetahuan dan semangat.

13. Sahabat-sahabat penulis yang banyak membantu dalam proses penelitian

dan penyusunan skripsi.

Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat

berkah dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun

untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Tegal, Juli 2019

Penulis

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

x

ABSTRAK

Meliawati, Tika. 2019. Keefektifan Model Discovery Learning dalamPembelajaran Materi Sifat-sifat Cahaya ditinjau dari Motivasi dan HasilBelajar IPA Siswa Kelas V SDN 02 Pener Kecamatan Taman KabupatenPemalang. Sarjana Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. MurFatimah, S.Pd., M.Pd. 425.

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Model Discovery Learning, Sifat-sifat cahaya.

Salah satu faktor kurangnya keberhasilan proses pembelajaran IPA yaituguru kurang berinovatif dalam menyajikan pembelajaran, sehingga siswamenjadi pasif dan kurang tertarik pada pembelajaran IPA. Akibatnya kurangterciptanya suasana yang dapat membangkitkan motivasi dan hasil belajar siswakurang optimal. Oleh karena itu perlu inovasi dalam pembelajaran, salah satunyadengan menerapkan model Discovery Learning. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui keefektifan model Discovery Learning dalam pembelajaran IPAkelas V di SDN 02 Pener Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.

Desain eksperimen yang digunakan yaitu Quasi Experimental berbentuknonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswakelas V SDN 02 Pener (kelas eksperimen) dan SDN 03 Pener (kelas kontrol)dengan jumlah 53 siswa. Sampel pada penelitian ini menggunakan semuaanggota populasi (sampling jenuh). Uji coba instrumen dilakukan di kelas VSDN 01 Pener penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupawawancara, dokumentasi, observasi, angket, dan tes. Teknik analisis data yangdigunakan dalam mengolah data yaitu uji prasyarat analisis meliputi ujinormalitas dan homogenitas, serta analisis akhir berupa pengujian hipotesis yaituuji perbedaan dan uji keefektifan. Hasil pengujian hipotesis perbedaan motivasibelajar menggunakan Independent Samplest-test menunjukkan bahwathitung>ttabel(5,326> 2,007) dan nilai signifikansi 0,000 <0,05 dan terhadap hasilbelajar menunjukkan thitung > ttabel (5,347 > 2,007) dan signifikansi 0,000 < 0,05,sedangkan uji keefektifan terhadap motivasi belajar IPA menggunakan uji OneSamplest-test menunjukkan thitung > ttabel (9,614 > 2,051) dan terhadap hasilbelajar menunjukkan thitung > ttabel(7,415> 2,051). Dibuktikan dengan nilai indekspada kelas eksperimen memeroleh sebesar 86,02% dan di kelas kontrolmemeroleh sebesar 71,78%, sedangkan hasil belajar kelas eksperimen memerolehrata-rata 86,43% dan di kelas kontrol memeroleh rata-rata 73,80%. Disimpulkanbahwa model Discovery Learning efektif dalam motivasi dan hasil belajar IPAsiswa kelas V SDN 02 Pener Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang padamateri sifat-sifat cahaya.

Berdasarkan penelitian, peneliti menyampaikan saran kepada guru agarmampu menerapkan dan mengolaborasikan model pembelajaran DiscoveryLearning dengan model atau metode pembelajaran lain dengan menyesuaikanantara kebutuhan siswa, kesesuaian materi, dan fasilitas yang tersedia.

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL................................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv

SURAT PERNYATAAN PENGGUNAAN REFERENSI DAN SITASI ........ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

PRAKATA.......................................................................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... x

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 10

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................. 11

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 12

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 12

1.5.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 12

1.5.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 12

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................ 13

1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 13

1.6.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 15

2.1.1 Pengertian Belajar ................................................................................. 15

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xii

2.1.2 Pengertian Pembelajaran ....................................................................... 18

2.1.3 Motivasi Pembelajaran.......................................................................... 19

2.1.4 Hasil Belajar Siswa ............................................................................... 25

2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Siswa......................... 27

2.1.6 Karakteristik Siswa SD ......................................................................... 30

2.1.7 Hakikat IPA........................................................................................... 34

2.1.8 Pembelajaran IPA di SD ....................................................................... 36

2.1.9 Model Pembelajaran.............................................................................. 37

2.1.10 Model Konvensional ............................................................................. 38

2.1.11 Model Pembelajaran Aktif .................................................................... 40

2.1.12 Model Pembelajaran Discovery Learning............................................. 42

2.1.13 Materi Sifat-sifat Cahaya ...................................................................... 47

2.2 Kajian Empiris ...................................................................................... 48

2.3 Kerangka Berpikir................................................................................. 68

2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 71

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian................................................................................... 73

3.2 Desain Eksperimen................................................................................ 74

3.3 Tempat dan Waktu Peneliti ................................................................... 76

3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................. 77

3.4.1 Populasi ................................................................................................. 77

3.4.2 Sampel................................................................................................... 78

3.5 Variabel Penelitian ................................................................................ 79

3.5.1 Variabel Independen ............................................................................. 79

3.5.2 Variabel Dependen................................................................................ 79

3.6 Definisi Operasi Variabel...................................................................... 80

3.6.1 Variabel Model Discovery Learning..................................................... 80

3.6.2 Variabel Motivasi Belajar ..................................................................... 81

3.6.3 Variabel Hasil Belajar ........................................................................... 81

3.7 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 82

3.7.1 Observasi............................................................................................... 82

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xiii

3.7.2 Wawancara............................................................................................ 83

3.7.3 Dokumentasi. ........................................................................................ 84

3.7.4 Soal Tes................................................................................................. 84

3.7.5 Angket ................................................................................................... 85

3.8 Instrumen Penelitian ............................................................................. 86

3.8.1 Lembar Observasi ................................................................................. 86

3.8.2 Pedoman Wawancara ............................................................................ 87

3.8.3 Dokumentasi ......................................................................................... 87

3.8.4 Lembar Soal Tes ................................................................................... 88

3.8.4.1 Uji Validasi Soal ................................................................................... 89

3.8.4.2 Taraf Kesukaran.................................................................................... 93

3.8.4.3 Daya Beda............................................................................................. 95

3.8.5 Lembar Angket Motivasi ..................................................................... 97

3.8.5.1 Uji Validasi Angket Soal ...................................................................... 98

3.8.5.2 Uji Reliabilitas Angket Motivasi .......................................................... 101

3.9 Uji Prasyarat Analisis............................................................................ 103

3.9.1 Uji Normalitas....................................................................................... 103

3.9.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 103

3.10 Teknik Analisis Data............................................................................. 104

3.10.1 Analisis Deskripsi Data......................................................................... 104

3.10.1.1 Data Variabel Model Pembelajaran Discovery Learning ..................... 105

3.10.1.2 Data Variabel Motivasi Belajar Siswa.................................................. 106

3.10.1.3 Data Variabel Hasil Belajar Siswa........................................................ 107

3.10.2 Analisis Statistik Data ........................................................................... 107

3.10.2.1 Uji Perbedaan........................................................................................ 108

3.10.2.2 Uji Keefektifan...................................................................................... 108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran.................................................... 110

4.1.1 Kelas Eksperimen.................................................................................. 111

4.1.2 Kelas Kontrol ........................................................................................ 119

4.2 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ............................................. 125

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xiv

4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel Bebas .............................................. 125

4.2.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Terikat............................................. 128

4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ................................................ 148

4.3.1 Uji Prasyarat Analisis............................................................................ 149

4.3.2 Uji Hipotesis ......................................................................................... 153

4.3.3 Perhitungan Keefektifan Model Pembelajaran Discovery Learning .... 161

4.4 Pembahasan........................................................................................... 162

4.5 Implikasi Penelitian .............................................................................. 167

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................... 169

5.2 Saran ..................................................................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 174

LAMPIRAN........................................................................................................ 181

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .......................................... 91

3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ...................................... 92

3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ...................................... 94

3.4 Hasil Analisis Tingkat Daya Beda Soal Uji Coba ...................................... 96

3.5 Indikator Motivasi Belajar .......................................................................... 98

3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Uji Coba ...................... 100

3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Uji Coba .................. 102

3.8 Kriteria Pelaksanaan Model Pembelajaran ................................................. 106

4.1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Eksperimen.............. 126

4.2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pembelajaran Kelas Kontrol .................... 127

4.3 Deskripsi Data Nilai Tes Awal Hasil Belajar Siswa................................... 128

4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Hasil Belajar Siswa .......................... 129

4.5 Deskripsi Data Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Siswa .................................. 131

4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Siswa.......................... 131

4.7 Deskripsi Data Tes Awal Motivasi Belajar Siswa ...................................... 133

4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Motivasi Belajar Siswa.................... 134

4.9 Deskripsi Data Tes Akhir Motivasi Belajar Siswa ..................................... 136

4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Motivasi Belajar Siswa.................... 137

4.11 Indeks Variabel Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen....................... 144

4.12 Kategori Indeks Indikator Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ................. 144

4.13 Indeks Variabel Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ........................... 148

4.14 Kategori Indeks Indikator Motivasi Belajar Kelas Kontrol ........................ 148

4.15 Hasil Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar Siswa .............................. 150

4.16 Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar Siswa .................................... 151

4.17 Hasil Uji Homogenitas Variabel Motivasi Belajar Siswa........................... 152

4.18 Hasil Uji Homogenitas Variabel Hasil Belajar Siswa ................................ 153

4.19 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Motivasi Belajar Siswa ............................. 155

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xvi

4.20 Hasil Uji Hipotesis Perbedaan Hasil Belajar Siswa ................................... 157

4.21 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Motivasi Belajar Siswa ........................... 159

4.22 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Hasil Belajar Siswa ................................. 161

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 70

3.1 Nonequivalent Control Group Design ........................................................ 75

4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Awal Kelas Eksperimen ....... 129

4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol .............. 130

4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Akhir Kelas Eksperimen....... 132

4.4 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol ............. 132

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara................................................................................... 177

2. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ........................................................ 179

3. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol............................................................... 180

4. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba............................................................. 181

5. Daftar Nilai UAS Gasal Kelas Eksperimen ................................................. 182

6. Daftar Nilai UAS Gasal Kelas Kontrol........................................................ 183

7. Uji Prasyarat................................................................................................. 184

8. Silabus Kegiatan Pembelajaran.................................................................... 187

9. Pengembangan Silabus Kelas Eksperimen .................................................. 189

10. Pengembangan Silabus Kelas Kontrol ......................................................... 194

11. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-1 ..................................................... 198

12. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-2 ..................................................... 211

13. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-3 ..................................................... 224

14. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-4 ..................................................... 237

15. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-1............................................................ 251

16. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-2............................................................ 261

17. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-3............................................................ 272

18. RPP Kelas Kontrol Pertemuan Ke-4............................................................ 281

19. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ........................................................................ 293

20. Soal Tes Uji Coba ........................................................................................ 296

21. Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba............................................................... 305

22. Lembar Validitas Soal Uji Coba Penilai Ahli 1........................................... 306

23. Lembar Validitas Soal Uji Coba Penilai Ahli II .......................................... 311

24. Tabulasi Nilai Hasil Belajar Uji Coba ......................................................... 316

25. Rekapitulasi Validitas Soal Uji Coba .......................................................... 318

26. Rekapitulasi Hasil Soal Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ............................... 319

27. Rekapitulasi Hasil Indeks Kesukaran Soal .................................................. 321

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xix

28. Rekapitulasi Hasil Daya Beda Soal ............................................................. 322

29. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ............................................................... 323

30. Angket Uji Coba Motivasi Belajar............................................................... 324

31. Lembar Validasi Angket Penilai Ahli I ....................................................... 327

32. Lembar Validasi Angket Penilai Ahli II ...................................................... 330

33. Tabulasi Angket Motivasi Belajar Uji Coba................................................ 333

34. Rekapitulasi Validitas Angket Motivasi Belajar.......................................... 335

35. Rekapitulasi Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ...................................... 336

36. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model PembelajaranDiscovery Learning Kelas Eksperimen ...................................................... 338

37. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model PembelajaranKonvensional Kelas Kontrol........................................................................ 338

38. Rekapitulasi Hasil Penilaian APKG I Kelas Eksperimen............................ 344

39. Rekapitulasi Hasil Penilaian APKG II Kelas Eksperimen .......................... 345

40. Rekapitulasi Hasil Penilaian APKG I Kelas Kontrol .................................. 352

41. Rekapitulasi Hasil Penilaian APKG II Kelas Kontrol ................................. 353

42. Kisi-kisi Soal Tes Awal dan Tes Akhir ....................................................... 356

43. Soal Tes Awal dan Tes Akhir ...................................................................... 359

44. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen.............................. 364

45. Daftar Nilai Tes Awal Hasil Belajar Kelas Kontrol .................................... 365

46. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Eksperimen ............................. 366

47. Daftar Nilai Tes Akhir Hasil Belajar Kelas Kontrol.................................... 367

48. Kisi-kisi Tes Awal dan Tes Akhir AngkeT Motivasi .................................. 368

49. Angket Motivasi Belajar .............................................................................. 369

50. Daftar Nilai Tes Awal Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ........................ 371

51. Daftar Nilai Tes Awal Motivasi Belajar Kelas Kontrol............................... 372

52. Daftar Nilai Tes Akhir Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ....................... 373

53. Daftar Nilai Tes Akhir Motivasi Belajar Kelas Kontrol .............................. 374

54. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Kesamaan Rata-rata HasilBelajar Awal................................................................................................. 381

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

xx

55. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Kesamaan Rata-rata MotivasiBelajar Awal ................................................................................................ 383

56. Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar................................................ 383

57. Hasil Uji Homogenitas Variabel Hasil Belajar ............................................ 384

58. Hasil Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar.......................................... 385

59. Hasil Uji Homogenitas Variabel Motivasi Belajar ...................................... 386

60. Uji Perbedaan Motivasi dan Hasil Belajar ................................................... 387

61. Uji Keefektifan Motivasi dan Hasil Belajar................................................. 388

62. Daftar Jurnal................................................................................................. 389

63. Surat-Surat ................................................................................................... 390

64. Dokumentasi ................................................................................................ 396

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan kajian pertama dalam penelitian yang terdiri dari

beberapa subjudul. Sub judul akan menjelaskan mengenai hal-hal yang mendasari

penelitian. Pada sub judul akan mendeskripsi kan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembetasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

dan manfaat penelitian. Uraiannya sebagai berikut:

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki

seseorang secara optimal. Pendidikan menjadi sarana untuk menyiapkan

seseorang menjalani kehidupan dimasa sekarang dan yang akan datang. Munib

(2015:36) menjelaskan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan

sistematis yang dilakukan oleh orang yang telah diberikan tanggung jawab untuk

memengaruhi siswa agar mempunyai sifat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalamrangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab.

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

2

Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan dan membentuk

kepribadian seseorang menjadi lebih berkualitas. Pendidikan diperlukan untuk

mencerdaskan anak bangsa, yang tadinya tidak tahu menjaditahu, yang tadinya

tidak baik menjadi baik dan akan berlangsung seumur hidup. Definisi pendidikan

secara khusus telah tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal I Ayat 1

dinyatakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dannegara.

Pada intinya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

dan membentuk karakter manusia. Pendidikan dapat ditempuh melalui

pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal dapat diperoleh

di lingkungan sekolah, sedangkan pendidikan informal dapat diperoleh di

lingkungan keluarga, dan pendidikan nonformal dapat diperoleh di luar

lingkungan sekolah dan keluarga. Di lingkungan sekolah tujuan pendidikan

mengarah pada kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus

mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, menyenangkan dan interaktif,

sehingga siswa senang untuk belajar.

Program pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan dengan

merencanakan program wajib belajar sembilan tahun yang ditempuh pada jenjang

pendidikan dasar. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

3

Pasal 17 Ayat 2, “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat”.

Sekolah dasar adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal. Pendidikan

dasar memiliki kurikulum dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 19 dinyatakan:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuanpendidikan tertentu.

Kurikulum memuat sejumlah bahan pelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa. Kurikulum dalam pendidikan dasar wajib memuat sejumlah mata

pelajaran. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab X Pasal 27 Ayat 1 dinyatakan:

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a)pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d)matematika, (e) ilmu pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g)seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan olahraga,(i)keterampilan/kejuruan dan (j) muatan lokal.

Kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai suatu alat yang penting

dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan pendidikan. Salah satu

kurikulum yang wajib ada dalam pendidikan dasar adalah mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Fatimah (2012:14) mengemukakan bahwa IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta segalaisinya

yang ada dibumi. IPA semakin hari semakin berkembang sehingga orang sulit

mempelajari secara keseluruhan, oleh karena itu diperlukan mata pelajaran IPA

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

4

untuk membahas tentang alam beserta isinya. Susanto (2016:165) menjelaskan

bahwa IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan disekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata

pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Menurut Samatowa

(2018:34) alasan IPA dimasukkan kedalam kurikulum digolongkan menjadi

empat, yaitu: (a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, (b) IPA melatih anak berpikir

kritis dan objektif, (b) IPA bukanlah mata pelajaran yang bersi hafalan belaka,

dan (d) IPA mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan. IPA di sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan,

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dannilai ilmiah pada siswa.

IPA merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan kepada siswa.

Wisudawati dan Sulistyowati (2017:2) mengemukakan bahwa masyarakat

Amerika mempercepat pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi dengan cara

meperbaiki sistem pendidikan IPA. Amerika meluncurkan sebuah undang-

undang pendidikan yaitu No Child Left Behind pada tahun 2001 dengan misi

mewujudkan akses pendidikan bagi seluruh anak usia sekolah di Amerika, serta

meningkatkan mutu pendidikan IPA sebagai ujung tombak kemajuan suatu

bangsa. Menurut Samatowa (2018:4) kesejahteraan suatu bangsa tergantung

kepada kemampuan bangsa tersebut dalam bidang IPA, karena IPA merupakan

dasar teknologi.

Kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA yang menarik

dan menyenangkan sangat diperlukan, karena mampu membentuk proses

pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar.

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

5

Pembelajaran IPA disebagian sekolah dasar masih menggunakan pembelajaran

konvensional dan belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif

dan kreatif dalam melibatkan siswa. Guru belum menggunakan berbagai media

dan model pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.

Kelemahan pembelajaran IPA disekolah dasar adalah guru belum melakukan

kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan kemampuan

berpikir siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2016:165) salah satu

masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya pelaksanaan

proses pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah. Proses pembelajaran yang

terjadi selama ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada

kemampuan siswa untuk menghafal dan mengingat materi, sehingga perlu

adanya inovasi pada proses pembelajaran IPA di kelas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 20 menyatakan, “Pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar”. Rusman (2016:1) menjelaskan bahwa pembelajaran

merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling

berhubungan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode

danevaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh

guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran yang akan digunakan

dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

6

Ayat 1 dinyatakan:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, danmengevaluasi peserta didik, baik pada jenjang pendidikan usia dini, jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, sertadiperguruan tinggi.

Guru bebas memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Marjono (1996) dalam

Susanto (2016:167) menyatakan bahwa dalam pembelajaran mengembangkan

rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis siswa terhadap suatu masalah merupakan

hal yang penting. Mengajarkan suatu materi di sekolah dasar diperlukan suatu

model pembelajaran yang kreatif sehingga dapat meningkatkan keinginan siswa

untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sering

digunakan oleh guru dewasa ini adalah model pembelajaran Discovery Learning

(Penemuan). Pada pembelajaran penemuan, peserta didik didorong untuk terlibat

aktif dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong

peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen yang memungkinkan mereka

dapat menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Peserta didik memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya dengan cara

yang penuh kemandirian. Dalam pembelajaran penemuan, peserta didik diberikan

keleluasaan dalam menyusun strategi pencapaiannya, dan mengatasi masalah

sehingga peserta didik akan menemukan jawabannya sendiri, dan guru berperan

untuk memberikan pencerahan atas temuan-temuan yang dihasilkan oleh peserta

didik.

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

7

Salah satu tokoh penting yang mempopulerkan pembelajaran Discovery

Learning adalah Jerome S Bruner. Bruner (1996) dalam Priansa (2015: 213)

menyatakan bahwa pembelajaran dengan penemuan mendorong peserta didik

untuk mengajukan pertanyaan dan menarik simpulan dari prinsip-prinsip umum

berdasarkan pengalaman dan kegiatan praktis. Bruner berpendapat bahwa peserta

didik harus berperan secara aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Wilcok

(Slavin, 2010) dalam Priansa (2015: 213) menyatakan bahwa pembelajaran

penemuan mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran, baik itu mengenai konsep-konsep maupun prinsip-prinsip. Guru

mendorong peserta didik agar terlibat dalam pembelajaran yang memberikan

pengalaman sehingga peserta didik menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka

sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran Discovery Learning dapat

menumbuhkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sikap positif dalam belajar bisa diperoleh siswa dengan adanya motivasi

atau dorongan baik dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Seperti yang

dikemukakan oleh Rifa’i dan Anni (2015:97) yang menyatakan bahwa motivasi

merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam

prosesbelajar. Sardiman (2014:102) juga mengungkapkan bahwa dalam kegiatan

belajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri

siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan

belajar, sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Motivasi juga mempengaruhi hasil

belajar siswa. Penelitian tentang hubungan anatara motivasi siswa dengan hasil

belajar telah banyak dilakukan. Ugurogludan Walberg (1979) dalam Rifa’i dan

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

8

Anni (2015:100) telah menganalisis 232 hubungan antara motivasi peserta didik

dengan bela jarak ademik yang dilaporkan didalam 40 penelitian dengan ukuran

sampel terkombinasi sebanyak 637.000 siswa kelas 1 sampai kelas 12 ada 98%

hubungan positif antara motivasi dan prestasi akademik.

Motivasi berfungsi mendorong siswa melakukan kegiatan untuk mencapai

tujuan belajar dan menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan.Salah satu cara

untuk menumbuhkan motivasi menurut Sardiman (2014:92) adalah dengan

memberikan angka kepada siswa sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Angka-angka yang baik merupakan motivasi yang sangat kuat bagi para siswa.

Uno (2014:1) menjelaskan bahwa motivasi merupkan dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Tanpa adanya motivasi belajar,

siswa akan menjadi malas mengikuti pembelajaran dan hasil belajar siswa

menjadi kurang maksimal. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil belajar

siswa, salah satunya adalah motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Seperti

yang dikemukakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) dalam Wisudawati dan

Sulistyowati (2017:11) dinyatakan:

Hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa di Indonesia yang tergolongrendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik siswa dankeluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsepdiri,srategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa memiliki.

Sudjana (2016:3) menjelaskan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku yang lebih baik. Tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang luas mencakup ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Guru harus bisa menciptakan kondisi pembelajaran yang

menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

9

Kenyataan yang terjadi di kelas sebagian guru belum bisa menciptakan suasana

pembelajaran yang menarik dan masih menggunakan model pembelajaran

konvensional, sehingga motivasi belajar siswa rendah.

Mata pelajaran IPA masih dianggap sulit oleh siswa mulai dari jenjang

sekolah dasar sampai sekolah menengah. Depdiknas dalam Susanto (2016:165)

menjelaskan bahwa nilai UAS matapelajaran IPA masih sangat jauh dari standar

yang diharapkan. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 11 Desember

2018 melalui wawancara dengan guru kelas V SDN 02 Pener, diketahui masih

ada sejumlah siswa yang belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM). Berdasarkan tes ujian akhir semester 1 yang dilakukan oleh guru pada

mata pelajaran IPA, diperoleh data nilai siswa pada tahun ajaran 2018/2019 dari

jumlah 28 siswa, 20 (71%) siswa yang mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 8

(29%) lainnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah

ditentukan oleh guru kelas yaitu 63. Berdasarkan data tersebut, dapat

disimpulkan bahwa siswa masih memiliki kemampuan rendah dalam

pembelajaran IPA dengan mendapat nilai dibawah KKM (63). Guru kelas V SDN

02 Pener mengatakan bahwa pembelajaran IPA belum inovatif dan bervariasi.

Guru masih menggunakan buku pegangan guru untuk sumber belajar siswa,guru

masih menggunakan metode ceramah, dan belum menggunakan pembelajaran

yang berfariasi untuk meningkakan motivasi dan hasil belajar siswa. Guru masih

menggunakan model pembelajaan konvensional pada saat proses pembelajaran,

sehingga diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien.

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

10

Penelitian mengenai keefektifan model Discovery Learning terhadap

motivasi dan hasil belajar siswa pernah dilakukan oleh, Erlisnawati (2014) dari

Universitas Riau Pekanbaru yang berjudul Penerapan model pembelajaran

Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar ipa. Hasil penelitian

menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Selanjutnya penelitian

menggunakan Model discovery learning untuk meningkatkan motivasi belajar

yang pernah dilakukan oleh Ewid Nur Anisa (2017) dari Universitas Lampung

yang berjudul Pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan motivasi

belajar dan penggunaan konsep siswa. Hasil penelitianya menunjukan adanya

peningkatan motivasi yang sangat besar pada siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti,tertarik untuk melaksanakan

penelitian dengan judul “Keefektifan Model Discovery Learning dalam Motivasi

dan Hasil belajar IPA Siswa Kelas V SDN 02 Pener Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada bagian ini dijelaskan mengenai permasalahan yang terjadi dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Berdasarkan latar

belakang masalah diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

(1) Penggunaan model Discovery Learning dalam pembelajaran merupakan

solusi untuk memfokuskan dan meningkatkan pemahaman kualitas

pembelajaran khususnya pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya.

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

11

(2) Penerapan model Discovery Learning diharapkan mampu menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran.

(3) Komunikasi guru dengan siswa harus terjalin dengan baik, sehingga

kesulitan belajar siswa dapat diketahui oleh guru.

(4) Penggunaan model Discovery Learning memerlukan penguasaan dalam

proses pembelajarannya. Guru yang menguasai penggunaan model

Discovery Learning akan lebih mudah untuk melaksanakan pembelajaran

yang variatif, menarik, menyenangkan, dan mudah dan dipahami oleh

siswa..

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk menghindari kesalahan-kesalahan

maksud dan tujuan dalam mengadakan penelitian. Berdasarkan identifikasi

masalah tersebut, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

(1) Penelitian difokuskan pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya

pada ranah kognitif.

(2) Karakteristik yang akan diteliti adalah motivasi dan hasil belajar IPA

materi sifat-sifat cahaya pada ranah kognitif.

(3) Penelitian ini menekankan pada keefektifan model Discovery Learning

pada pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

(4) Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 02 Pener dan

Siswa kelas V SDN 03 Pener.

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

12

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

menentukan data yang diperlukan dalam penelitian. Rumusan masalah

merupakan pedoman pedoman peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang

telah dipaparkan, maka peneliti membuat rumusan masalah yaitu ”Apakah model

pembelajaran Discovery Learning efektif dalam pembelajaran IPA materi sifat-

sifat cahaya ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa kelas V”. Keefektifan

tersebut dapat diperoleh dengan membandingkan antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model Discovery Learning,

sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensional.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Uraiannya sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum adalah tujuan yang memiliki skala yang lebih luas. Tujuan

umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model Discovery

Learning dalam motivasi dan hasi belajar IPA kelas V di SDN 02 Pener.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat khusus atau rinci. Tujuan khusus

penelitian ini yaitu untuk:

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

13

(1) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan motivasi

belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V yang

menggunakan model Discovery learning dengan yang menggunakan

model konvensional.

(2) Menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar

IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V antara yang

menggunakan model Discovery Learning dengan yang menggunakan

model konvensional.

(3) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran

Disovery Learning dalam motivasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya

pada siswa kelas V.

(4) Menganalisis dan mendeskripsikan keefektifan model Discovery Learning

dalam hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi sifat-

sifat cahaya.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian mengemukakan seberapa banyak manfaat dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, baik secara teoritis dan praktis. Berikut akan diuraikan manfaat

penelitian secara teoritis dan praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dasar. Selain itu, penelitian ini juga dapat

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

14

memberikan konstribusi pemikiran bagi pembaca sebagai acuan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh meliputi manfaat bagi siswa, guru,

sekolah dan peneliti. Keempat manfaat tersebut lebih lanjut akan dijelaskan

sebagai berikut:

1.6.2.1 Bagi Guru

Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi

pembelajaran yang variatif, menarik, menyenangkan, dan mudah dan dipahami

oleh siswa. Selain itu, penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

guru untuk menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran IPA pada materi

sifat-sifat cahaya.

1.6.2.2 Bagi Sekolah

Penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi sekolah

untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan bagi siswa sekolah dasar. Selain itu, penelitian diharapkan dapat

memberikan kontribusi kepada sekolah dalam perbaikan selama proses

pembelajaran IPA, sehingga dapat meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar

siswa.

1.6.2.3 Bagi Peneliti

Manfaat yang dapat diperoleh peneliti yaitu meningkatkan daya pikir dan

ketrampilan dalam menerapkan model pembelajaran di sekolah dasar.

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka membahas mengenai kajian teoritis, kajian empiris, kerangka

berpikir dan hipotesis penelitian. Kajian teori berisi mengenai teori-teori dari para

ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian empiris berisi penelitian-

penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Dalam kajian pustaka juga dibahas

mengenai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Penjelasan mengenai kajian

pustaka akan diuraikan secara lengkap sebagai berikut:

2.1 Kajian Teoritis

Kajian teoritis merupakan uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti dan menjadi dasar dilaksanakannya penelitian. Kajian

teoritis dimaksudkan untuk memberi gambaran atau batasan teori dari teori-teori

yang digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian. Dalam kajian teori ini

akan dibahas tentang pengertian belajar, pengertian pembelajaran, motivasi

belajar, hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, karakter

siswa SD, hakikat IPA, pembelajaran IPA di SD, materi sifat-sifat cahaya, model

pembelajaran discovery learning. Uraiannya sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian Belajar

Manusia beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak dapat

terlepas dari kegiatan belajar. Sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat,

bahwa belajar merupakan proses dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia sejak

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

16

dalam kandungan sampai meninggal dunia. Beberapa ahli mendefisinikan istilah

belajar dengan beberapa pengertian. Gagne (1989) dalam Susanto (2013: 1)

menyatakan, “Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah

perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Artinya, belajar merupakan suatu

proses untuk mendapatkan perubahan dari pengalaman yang sudah didapatkan.

Selanjutnya Woolfolk dan Nicolish (1980) dalam M. Hosnan (2016: 3)

menyatakan, “Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang ada dalam diri

seseorang sebagai hasil dari pengalaman”. Belajar adalah (1) berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman; (3) perubahan tingkah laku yang relatiif permanen

sebagai hasil pengalaman. Perubahan yang dimaksud mencakup pengetahuan,

tingkah laku, dan diperoleh melalui pengetahuan.

Sementara Hamalik (2003) dalam Susanto (2013 : 3) menyatakan, “Belajar

merupakan memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman

(learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through

experiencing)”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar

itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu

merupakan mengalami.

Pendapat lain dikemukakan Winkel (2002) dalam Susanto (2013: 4)

menyatakan, “Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam

interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

17

relatif konstan dan berbekas”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu

kegiatan yang bisa dilakukan dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan.

Sementara Slameto (2013:2) menyatakan, “Belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Artinya, belajar

merupakan suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan baik sifat

maupun jenisnya yang diperoleh dilingkungannya. Selanjutnya, Sardiman (2012:

20) menyatakan, “Learning is shown by a change in behavior as a result of

experince” yang artinya belajar ditunjukan adanya perubahan dalam perilaku

sebagai hasil dari pengalaman. Dengan demikian belajar yang efektif adalah

melalui pengalaman dan selama proses belajar seseorang berinteraksi langsung

dengan lingkungannya. Lingkungan akan mempengaruhi kebutuhan tingkat

kecerdasan siswa pada jenjang sekolah dasar.

Menurut Hamalik (2001: 29), “Belajar merupakan bukan suatu tujuan

tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”. Jadi, belajar merupakan

langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri

individu sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang dilalui melalui interaksi

dengan lingkungan. Perubahan perilaku tersebut terjadi secara sadar,

berkesinambungan, dan bersifat relatif permanen yang meliputi perubahan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan motorik.

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

18

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 pasal 1 Ayat 20 menyatakan, “Pembelajaran merupakan proses

interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan guru agar terjadi proses memeroleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan,

kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa Susanto

(2013: 19)”.

Rombepajung (1988) dalam Thobroni (2015: 17), menyatakan

“Pembelajaran merupakan pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan

suatu ketrampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran”. Pendapat lain

dikemukakan oleh Briggs (1992) dalam Rifa’i dan Anni (2015: 86),

“Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa (events) yang memengaruhi

peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan

dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan”. Rifa’i dan Anni (2015: 58)

mengemukakan pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa berperilaku, hal

tersebut memberi makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses

yang bersifat individual, yang merubah stimulus dari lingkungan seseorang ke

dalam beberapa informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil

belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.

Pendapat dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi guru dengan siswa agar

diberikan kemudahan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

19

Pembelajaran adalah proses komunikasi aktif yang terjadi antara siswa dan guru

baik secara verbal atau nonverbal untuk mencapai tujuan. Didalam pembelajaran

guru berperan membantu, membimbing, dan memotivasi siswa belajar sesuatu

informasi sehingga siswa dapat mengembangkan diri dan potensi yang

dimilikinya.

2.1.3 Motivasi Belajar

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan optimal jika didukung oleh

guru yang profesional dan memiliki kompetensi yang memadai. Guru yang

berhasil adalah guru yang memiliki kemampuan dalam menumbuhkan semangat

serta motivasi belajar peserta didik, yang pada akhirnya akan mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Motivasi

belajar peserta didik memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan proses

maupun hasil belajar peserta didik. Salah satu indikator kualitas pembelajaran

adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para peserta didik.

Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar peserta didik, yaitu

mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi

belajar memiliki peranan yang penting dalam memberi semangat dan rasa senang

dalam belajar sehingga peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai

energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya

akan mampu memperoleh prestasi yang baik. Guay (2010) dalam Priansa (2015:

132) menyatakan, “Motivation refers to the reasons underlying behavior.

Paraphrasing Broussard, dan Garrison (2004) broadly define motivation as the

attribute that moves us to do or not to do something”. Hal tersebut sesuai dengan

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

20

pendapat Gredler, Broussard, dan Garrison (2004) dalam Priansa (2015: 132)

yang menyatakan “motivasi merupakan atribut yang menggerakan seseorang

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu”. Selanjutnya, Vroom (2002)

dalam Priansa (2015, 133) menyatakan “Motivasi mengacu kepada suatu proses

mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk

kegiatan yang dikehendaki”.

Rifa’i dan Anni (2015: 97) mengatakan, “Motivasi merupakan salah satu

faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar”. Kurangnya

motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan

perasaan-perasaan yang negatif dalam belajar. Sedangkan Uno (2016: 3)

mengemukakan, “Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri

seseorang untuk berusaha mengadakan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya”. Dari berbagai pendapat tentang pengertian motivasi

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri

seseorang untuk mencapai tujuan yang dibutuhkannya.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Uno

(2016: 23) mengatakan, “Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswa yang sedang belajar mengadakan perubahan tingkah laku, pada

umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Sardiman

(2014: 75) mengatakan, “Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-

intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang, dan semangat untuk belajar”.

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

21

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah suatu dorongan yang ada pada siswa untuk melakukan kegiatan belajar

demi mencapai tujuan belajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi, akan

merasa senang dan semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Djamarah (2008: 153-155) mengatakan bahwa ada beberapa prinsip

motivasi dalam belajar, yaitu: (1) motivasi sebagai penggerak; (2) motivasi

instrinsik; (3) motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman; (4) motivasi

berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar; (5) motivasi dapat memupuk

sifat optimis dalam belajar; (6) motivasi melahirkan prestasi belajar. Tinggi

rendahmya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi siswa atau

tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, terdapat enam prinsip motivasi dalam belajar.

Prinsip tersebut diharapkan tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus

diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Guru perlu menerangkan dan

melaksanakan prinsip tersebut kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Sardiman (2014: 83) mengatakan bahwa motivasi belajar yang ada pada

diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri, yaitu:

(1) tekun menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3)menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah; (4) mandiri; (5)cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (6) dapat mempertahankanpendapatnya; (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; (8) senangmencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan apabila seseorang memiliki

ciri-ciri tersebut, berarti orang itu selalu memiliki motivasi belajar yang cukup

kuat. Ciri-ciri motivasi tersebut akan sangat penting dalam kegiatan belajar

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

22

mengajar, karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika siswa telah

memiliki ciri-ciri motivasi belajar tersebut.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi belajar seseorang.

Dimiyanti dan Mudjiono (2009: 97-100) menjelaskan ada beberapa faktor yang

memengaruhi motivasi belajar, yaitu: (1) Cita-cita atau aspirasi siswa; (2)

kemampuan siswa; (3) kondisi siswa; (4) kondisi lingkungan siswa; (5) unsur-

unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran; (6) upaya guru dalam

membelajarkan siswa.

Cita-cita siswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat

belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi

belajar instrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan

mewujudkan aktualisasi diri. Kemampuan siswa akan memperkuat motivasi anak

untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Keinginan seorang anak perlu

diimbagi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.

Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani memengaruhi motivasi

belajar. Seorang siswa yang sedang sakit tidak akan bersemangat dalam belajar.

Kondisi lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Lingkungan yang aman,

tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran dapat berupa perasaan,

perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan. Guru

diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan

sumber belajar disekitar sekolah untuk memotivasi belajar. Upaya guru dalam

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

23

membelajarkan siswa seperti menyelenggarakan tertib belajar di sekolah,

membina disiplin belajar, membina belajar tertib pergaulan, dan membina belajar

tertib lingkungan sekolah.

Rifa’i dan Anni (2015: 101-107) mengatakan bahwa ada enam faktor yang

didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki

dampak substansial terhadap motivasi belajar. Keenam faktor yang dimaksud

yaitu: (1) sikap, (2) kebutuhan, (3) rangsangan, (4) afeksi, (5) kompetensi, (6)

penguatan. Sikap adalah kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang

dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan,

peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Sikap mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik

karena sikap memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam

menjelaskan dunianya.

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman

dengan lingkungan yang membuat seseorang aktif. Afeksi berkaitan dengan

pangalaman emosional kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu pada

waktu belajar. Siswa merasakan sesuatu saat belajar dan memotivasi untuk

mencapai tujuan. Kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah

berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Penguatan

merupakan suatu usaha untuk mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan

respon. Penguatan dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif.

Penguatan positif dapat meningkatkan usaha belajarnya. Penguatan negatif

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

24

merupakan stimulus aversif (perasan tidak setuju yang disertai dorongan untuk

menahan diri) atau peristiwa yang harus diganti atau dikurangi intensitasnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang memengaruhi motivasi belajar meliputi faktor dari dalam diri siswa seperti

kemampuan siswa, kondisi siwa, sikap, kebutuhan, dan afeksi. Selain itu, faktor

motivasi belajar juga berasal dari luar diri siswa yang meliputi kondisi

lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar, upaya guru dalam

membelajarkan siswa, rangsangan, kompetensi, dan penguatan. Jika faktor-faktor

motivasi belajar tersebut mendukung, maka motivasi belajar siswa dapat optimal.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa. Sardiman (2014: 92-95) menjelaskan bahwa beberapa bentuk dan

cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah sebagai

berikut: memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement atau

menumbuhkan kesadaran, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,

hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

French dan Raven (1959) dalam Djamarah (2008: 170-173) menjelaskan

bahwa cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:

(1) mengunakan pujian verbal; (2) mengunakan tes dan nilai secarabijaksana; (3) membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi; (4)melakukan hal yang luar biasa; (5) merangsang hasrat siswa; (6)memanfaatkan apersepsi siswa; (7) terapkan konsep/prinsip yang unik danluar biasa; (8) meminta siswa untuk mempergunakan hal-hal yang telahdipelajari sebelumnya; (9) pergunakan simulasi dan permainan; (10)gunakan daya tarik sistem motivasi yang bertentangan; (11) perkecilkonsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap siswa dari keterlibatannyadalam belajar.

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

25

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai

macam cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Cara memotivasi siswa

disesuaikan dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi. Guru harus memikirkan

sebaik-baiknya usaha-usaha yang patut dilakukan untuk membangkitkan motivasi

belajar siswa agar mereka melaksanakan kegiatan belajar secara efektif.

Indikator motivasi belajar diklasifikasikan menjadi enam macam. Indikator

motivasi belajar tersebut mengutip pendapat dari Uno (2016:23) antara lain: (1)

adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan

dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang menggambarkan tingkat

penguasaan materi oleh siswa. Hasil belajar tiap siswa berbeda-beda karena

masing-masing siswa memiliki karakteristik dan tingkat kecerdasan yang berbeda-

beda. Dimyati & Mudjiono (2009: 3) menyatakan, “Hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Sedangkan Rifa’i & Anni

(2015: 67) menyatakan, “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar”. Pengertian tersebut sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suprijono (2015: 7), “Hasil belajar

adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek

potensi kemanusiaan saja”.

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

26

Lebih lanjutnya dijelaskan oleh Susanto (2013: 5) bahwa “Hasil belajar

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan

belajar yang telah dilakukan”. Penjelasan tersebut sesuai dengan pengertian hasil

belajar menurut Sudjana (2017: 3) “Hasil belajar merupakan perubuhan tingkah

laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Lebih lengkapnya dijelaskan oleh Bloom dalam Rifa’i & Anni (2015: 68-

71) menjelaskan, “Terdapat 3 taksonomi yang disebut ranah belajar, yaitu: ranah

kognitif, berkaitan dengan hasil yang berupa pengetahuan, pengertian, dan

ketrampilan berfikir. Berikut ini yang ternasuk ranah kognitif, yaitu: (1)

mengingat (C1); (2) memahami (C2); merupakan kemampuan untuk menangkap

atau membangun makna dari materi yang telah dipelajari siswa; (3) menerapkan

(C3); (4) menganalisis (C4); (5) membuat/mengkreasi (C5); (6) mengevaluasi

(C6).

Aspek afektif (sikap siswa), berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan

nilai. Kategori tujuan afektif siswa, yaitu: (1) penerimaan (receiving); (2)

penanggapan (responding); (3) penilaian (valuing); (4) pengorganisasian

(organization); dan (5) pembentukan pola hidup (organization bya value

complex).

Aspek psikomotorik (ketrampilan), berkaitan dengan kemampuan fisik

seperti kemampuan ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan

koordinasi syaraf. Berikut ini yang termasuk ranah psikomotorik: (1) persepsi

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

27

(perception); (2) kesiapan (set); (3) gerakan terbimbing (complex overt respons);

(4) gerakan biasa (mechanism); (5) gerakan kompleks (complex overst respons);

(6) penyesuaian (adaptation); dan (7) kreativitas (organility), berkaitan dengan

penciptaan pola-pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang didapatkan siswa setelah melakukan kegiatan belajar, hasil

belajar yang diperoleh berupa perubahan perilaku yang bersifat permanen serta

tidak hanya mencakup aspek kognitif saja, melainkan mencakup tiga aspek berupa

aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

2.1.5 Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara

siswa yang satu dengan siswa yang lainya. Perbedaan itu terletak pada proses

belajar siswa, ada siswa yang mampu belajar dengan baik ada juga yang

mengalami kendala dalam proses belajar. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar

yang dicapai siswa berbeda-beda. Perbedaan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Wasliman (2007: 158) dalam Susanto

(2013: 12-13) menyatakan, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor

internal dan eksternal, sebagai berikut:

2.1.5.1 Faktor internal

Merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang

memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan,

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

28

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan.

Dari pendapat tersebut tersirat bahwa dalam meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai pihak yang mengajar dan

membimbing siswa. Dari proses mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor

yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya

tinggi akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar

siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih

positif.

2.1.5.2 Faktor eksternal

Merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan

keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit

keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang

terhadap anaknya, secara kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik

kondisi fisik dan kesehatan dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh dalam hasil peserta didik.

Wasliman (2007) dalam Susanto (2016: 12) menjelaskan bahwa hasil

belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang memengaruhi baik internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang bersumber dari dalam diri siswa yang memengaruhi kemampuan belajarnya,

meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Selanjutnya faktor eksternal

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

29

merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang memengaruhi hasil belajar,

meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut, faktor

dari luar dapat berupa keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah sebagai

pendidikan formal juga ikut menentukan hasil belajar siswa, seperti yang

dijelaskan oleh Wasliman (2007) dalam Susanto (2013:13), “Sekolah merupakan

salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa, semakin tinggi

kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi

pula hasil belajar siswa”. Selanjutnya adalah faktor lingkungan masyarakat,

kondisi lingkungan masyarakat yang baik dapat menciptakan suasana belajar yang

baik sehingga siswa dapat berkembang ke arah yang positif.

Kualitas pengajaran disekolah sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana

dikemukakan oleh Sanjaya (2006: 50) dalam Susanto (2013: 13), bahwa guru

adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi

pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu faktor

eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru.

Guru dalam proses pembelajaran memegang sekolah dasar, tak mungkin dapat

digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, dan komputer. Sebab, siswa

adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan

bantuan orang dewasa. Gesalt (1923) dalam Susanto (2013, 12) menyebutkan,

“Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan

lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku

intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.

Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana kompetensi guru, kreativitas guru,

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

30

sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan

lingkungan”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor-faktor tersebut terbagi

menjadi dua yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa atau disebut faktor

nternal dan faktor yang berasal dari luar atau faktor eksternal. Pengaruh dari

faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu

dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti orang tua, sekolah,

dan masyarakat guna mendukung keberhasilan belajar siswa

2.1.6 Karakteristik Siswa SD

Sebagai seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus memiliki

pemahaman terhadap karakteristik siswa sekolah dasar. Dengan memahami

karakteristik siswa, guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat

berjalan sesuai dengan harapan. Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai hal

yang perlu diperhatikan guru agar tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal.

Selain menyampaikan ilmu atau materi pelajaran kepada siswa, guru juga perlu

memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa. Menurut Susanto (2013: 70),

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik disekolah dasar

adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya.

Karena anak yang berada di sekolah dasar tergolong anak usia dini, terutama di

kelas awal. Dengan kata lain guru harus mengetahui siapa siswa dan bagaimana

karakteristiknya karena pada dasarnya setiap siswa memiliki latar belakang dan

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

31

karakteristik yang berbeda-beda, dimana hal itu akan memengaruhi tingkat

keberhasilan dalam proses pembelajaran.

Sumantri (2005) dalam Susanto (2013: 70) menyatakan, bahwa pentingnya

mempelajari perkembangan siswa bagi guru, adalah sebagai berikut:

(1) kita akan memperoleh harapan yang nyata tentang anak danremaja; (2) pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantukita untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu padaseorang anak; (3) pengetahuan tentang perkembangan anak akanmembantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yangnormal; dan (4) dengan mempelajari perkembangan anak akan membantumemahami diri sendiri.Guru perlu merancang suatu pembelajaran yang dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan

karakteristiknya seperti senang bergerak, bekerja dalam kelompok, dan

melakukan sesuatu secara langsung dalam melaksanakan proses pembelajaran

dapat menggunakan suatu model yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan

siswa.

Pada hakikatnya seorang guru harus mengetahui karakteristik dan

perkembangan siswanya agar mampu memberikan layanan yang sesuai dengan

kebutuhan siswa sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Dengan mengetahui

karakteristik siswa, guru akan mudah memahami kebutuhan siswa dalam

merencanakan tujuan pembelajaran, memilih bahan atau materi yang akan

digunakan dalam pembelajaran, dan prosedur belajar mengajar dengan tepat

sesuai dengan karakteristik siswa. Salah karakter anak sekolah dasar dapat dilihat

dari perkembangan kognitif anak. Teori perkembangan kognitif dari piaget (1988)

dalam Rifai’i dan Anni (2015: 31) menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

32

kognitif mencakup: (1) tahap sensori motor; (2) tahap praoperasional; (3) tahap

operasional konkret; dan (4) tahap operasional formal.

Penjelasan mengenai tahapan perkembangan menurut Piaget (1988) sebagai

berikut:

(1) Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini belum memasuki

usia sekolah.

(2) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema

kognitifnya masih terbatas. Siswa suka meniru perilaku orang lain.

(3) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) pada tahap itu siswa sudah

mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume dan

jumlah.

(4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini siswa sudah

menginjak usia remaja.

Menurut Piaget dalam Susanto (78-79), dengan mengacu pada teori

penahapan perkembangan kognitif, dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar

berada pada tahapan operasional konkret (usia 7-11 tahun). Pada rentang usia ini

anak mulai menunjukan perilaku belajar yang berkembang ditandai dengan ciri

sebagai berikut:(1) anak mulai memandang dunia secara objektif; (2) anak mulai

berpikir secara operasional; (3) anak dapat menggunakan cara berpikir

operasional; (4) anak mampu membentuk dan menggunaka keterhubungan; dan

(5) anak mampu memahami konsep subtansi.

Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu

dapat mengembangkan pikiran logis tetapi belum bisa berpikir abstrak. Oleh

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

33

karena itu, dalam menyampaikan pelajaran guru harus menggunakan bantuan

benda konkret. Usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh jawaban atas

persoalan yang ada menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, siswa

bekerjasama dengan teman sekelompoknya, mengamati pendapat orang lain dan

berani mengungkapan pendapat. Persoalan yang dihadapi siswa dapat terjawab,

dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran dapat diatasi, dan

siswa dapat mencapai aktivitas dan hasil belajar yang optimal. Keterlibatan siswa

dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan pembelajaran menjadi menarik

dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, guru harus dapat mengakomodasi

keragaman antar siswa sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut tentang karakteristik peserta didik sekolah

dasar dan tahap-tahap perkembangannya, maka peserta didik sekolah dasar

memiliki karakteristik yang berbeda-beda di dalam kelas. Peserta didik kelas V

sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret. Anak usia sekolah dasar

masih senang belajar dengan bermain, bergerak, dan belajar dalam kelompok

kecil maupun besar. Hal ini sesuai dengan penggunaan model Discovery Learning

dalam pembelajaran. Mengetahui karakterisitik peserta didik ini dapat

mempermudah guru dalam mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran

yang akan dilaksanakan di dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat tercapai.

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

34

2.1.7 Hakikat IPA

IPA adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam disekitar manusia. IPA

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari

bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ berasal dari kata dalam Bahasa Latin

‘scientia’ yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada

dialam ini (Sukarno, 1973) dalam Wisudawati dan Sulistyowati (2017: 23).

Artinya, sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan

pengamatannya.

Berikut beberapa definisi yang senada menurut (Subiyanto, 1988) dalam

Wisudawati dan Sulistyowati (2017: 23): (1) suatu cabang pengetahuan yang

menyangkut fakta-fakta; (2) pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan

praktik; (3) suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan

klasifikasi fakta-fakta.

Salah satu definisi yang lengkap diberikan oleh Gagne (2010) dalam

Wisudawati dan Sulistyowati (2017: 24), science should be viewed as a way of

thinking in the pursuit of understanding nature, as a way of investigating claims

about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry.

(IPA harus dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian

rahasia alam, sebagai cara penyelidikan terhadap gejala alam, dan sebagai batang

tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inkuiri).

Pendapat lain dari Carin dan Sund (1993) dalam Wisudawati dan

Sulistyowati (2017: 24) IPA adalah “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

35

secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil

observasi dan eksperimen ”. yaitu, (a) sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu

tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.

Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat

open ended; (b) proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan

adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah; (c) produk:

IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. (d) aplikasi:

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat

muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh

dan menggunakan rasa ingin tahunya. Tujuannya agar peserta didik dapat

memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah yang

menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.

Mengajarkan IPA di SD memang tidak mudah. Guru diharapkan mampu

merancang pembelajaran yang bermakna sehingga pembelajaran IPA mudah

dipahami oleh siswa. Selain itu, pembelajaran IPA yang diterapkan oleh guru

hendaknya melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam proses menemukan konsep-

konsep IPA, sehingga siswa mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi

yang didapatkan pada mata pelajaran IPA.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan.

dalam hal ini para guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, harus

mampu mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, serta guru perlu

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

36

menciptakan lingkungan belajar sesuai tujuan dan kompetensi pembelajaran IPA

dengan cara membangun situasi pembelajaran yang menyenangkan dan

memungkinkan siswa aktif membentu, menemukan, dan mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya.

2.1.8 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih terpadu, karena belum dipisahkan

secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Mata pelajaran

IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar

peserta didik. Padahal, untuk anak jenjang sekolah dasar, menurut Marjono

(1996) dalam Susanto (2013:167) mengatakan, “Hal yang harus diutamakan

adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis

mereka terhadap suatu masalah”.

Pembelajaran IPA adalah interaksi antar komponen pembelajaran dalam

bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan kompetensi yang telah

ditetapkan. Tugas utama guru IPA adalah melaksanakan proses pembelajaran IPA

yang terdiriatas tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran (Wisudawati dan Sulistyowati

2017: 26).

Piaget (1950) dalam Susanto (2016:170) menyatakan, “Anak usia SD

berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase

operasional konkret”. Pada fase ini, siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

untuk mengenal lingkungannya. Kaitannya dengan dengan tujuan pendidikan IPA,

siswa SD harus diberikan pengalaman serta kesempatan langsung untuk

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

37

mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam. Siswa SD

harus dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran, agar mereka berusaha

menemukan sendiri pengetahuan melalui sumber belajar yang berada dialam

sekitar.

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh siswa. Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan

mengajar atau kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju pada apa yang harus

dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi

pelajaran.

2.1.9 Model Pembelajaran

Suprijono (2015: 65) menjelaslan, “Model pembelajaran adalah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial”. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Joyce (1992) dalam Majid

(2013: 13) mengartikan, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas, atau

dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran yang digunakan

termasuk di dalamnya buku, film, komputer, dan lain-lain”. Arends (1997) dalam

Shoimin (2014: 23) menyatakan, “The term teaching model refers to a particular

approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and

management system.” Yang artinya adalah, istilah model pengajaran mengarah

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

38

pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,

lingkungan, dan sistem pengelolaannya.

Shoimin (2014: 24) menjelaskan, “Istilah model pembelajaran mempunyai

maknsa yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur”. Dijelaskan oleh

Kardi dan Nur (2009) dalam Shoimin (2014:24) bahwa Model pengajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan

prosedur. iri-ciri tersebut adalah : (1) nasional teoretik logis; (2) landasan

pemikiran; (3) tingkah laku mengajar; (4) lingkungan belajar. Shoimin (2014:24)

mengatakan, “Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar

dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran”.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan prosedur yang tersusun secara sistematis yang dijadikan

pedoman oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan

alur dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka penting bagi

guru untuk melakukan variasi dalam penggunaan model pembelajaran sehingga

pembelajaran dapat lebih bermakna dan hasil belajar dapat tercapai secara

optimal.

2.1.10 Model Konvensional

Pada umumnya guru sering menggunakan pola pembelajaran

konvensional. Menurut Ula (2013: 115), pola pembelajaran konvensional

konservatif atau yang akrab disebut dengan pendekatan pembelajaran klasik atau

tradisional adalah sebuah pola pembelajaran yang menekankan pada otoritas

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

39

pendidik dalm pembelajaran. Pembelajaran dengan pola ini dinilai kurang baik

karena pembelajaran berlangsung kurang menarik. Pembelajaran yang dilakukan

antara guru dan siswa berlangsung satu arah. Guru memberikan pengetahuan

kepada peserta didik, peserta didik sebagai penerima pengetahuan yang telah

diberikan oleh guru, akibatnya peserta didik menjadi pasif. Model konvensional

tidak memiliki upaya untuk mendewasakan peserta didik. Peserta didik hanya

bersifat pasif dan duduk diam mendengarkan materi yang diajarkan guru. Guru

hanya berlaku sebagai orang yang memberikan “sesuatu” kepada peserta didik,

bukan menjadi pendidik dan tidak membantu peserta didik menuju proses

kedewasaan diri dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Mengajar hanya

sebagai suatu kewajiban, dan tidak ada tindak lanjut dalam proses pembelajaran.

Susanto (2013: 192) menyatakan, penerapan pembelajaran konvensional

antara lain dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian

tugas. Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan. Guru sebagai

informan atau pemberi informasi dan siswa hanya sebagai penerima informasi.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional merupakan suatu pembelajaran yang sudah biasa dilakukan guru

karena sangat mudah dilakukan. Guru hanya memberikan materi pelajaran dan

siswa sebagai penerima materi. Pembelajaran konvensional hanya bersifat satu

arah tanpa adanya umpan balik dari siswa. Metode yang biasa digunakan dalam

pembelajaran konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

40

2.1.11 Model Pembelajaran Aktif

Belajar secara aktif sangat dibutuhkan oleh siswa. Ketika dalam

pembelajaran siswa hanya menerima materi dari guru atau cenderung pasif, maka

pembelajaran akan kurang bermakna bagi siswa dan materi yang disampaikan

akan mudah dilupakan oleh siwa. Guru harus mampu melibatkan siswa secara

aktif dalam pembelajaran, salah satunya dengan cara menerapkan model

pembelajaran aktif. Hosnan (2016: 208) menyatakan “Active Learning adalah

proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlihat secara intelektual

dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam

melakukan kegiatan belajar.” Sejalan dengan pendapat Zaini, (2008: 14)

menjelaskan, “Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar secara aktif, baik itu mental maupun fisiknya”. Sedangkan

Suprijono (2015: 5) menjelaskan bahwa “Pembelajaran aktif adalah proses belajar

yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik, dinamika untuk

mengartikulasikan dunia idenya dan mengonfrontir ide itu dengan dunia realitas

yang dihadapinya”.

Dalam Hosnan (2016: 211) terdapat beberapa penelitian yang

membuktikan bahwa konsentrasi siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya

waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas

hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang

tersedia. Selanjutnya, penelitian Mc Keachie (1986) menyebutkan bahwa dalam

sepuluh menit pertama, perhatian siswa dapat mencapai 70%, kemudian

berkurang sampai 20% pada waktu 20 menit terakhir. Hal tersebut sering terjadi

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

41

dalam proses pembelajaran di sekolah dan menyebabkan kegagalan dalam proses

mencapai tujuan pembelajaran. Kegagalan tersebut terjadi karena siswa tidak

terlibat secara aktif dalam proses pembeajaran atau dengan kata lain siswa sering

menggunakan indera pendengaran dibandingkan visual sehingga apa yang

dipelajari di kelas menjadi tidak bermakna dan cenderung mudah dilupakan oleh

siswa. Seperti yang dikatakan Konfusius dalam Silberman (2016: 23)

menjelaskan, “Yang didengar, mudah lupa, yang dilihat, diingat, yang dikerjakan,

dipahami”. Tiga pernyataan ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar

aktif.

Silberman (2016: 23-4) memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak

konfusius itu menjadi apa yang disebut Paham Belajar Aktif, yaitu: (1) yang

didengar, mudah lupa; (2) yang didengar dan dilihat, sedikit ingat (3) yang

didengar, dilihat, dan dipertanyakan atau didiskusikan dengan orang lain, mulai

paham; (4) dari yang didengar, dilihat, dibahas, dan diterapkan, akan

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan; (5) yang diajarkan kepada orang

lain, dikuasai.

Terdapat sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa

tentang apa yang didengar, salah satu alasan yang paling menarik, ada kaitannya

dengan tingkat kecepatan berbicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran

siswa. Kemampuan siswa yang berbeda-beda dan daya kerja otak yang berbeda

pula. Hal ini juga sangat mempengaruhi daya serap pembelajaran yang telah

dilakukan.

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

42

Bonwell (1995) dalam Hosnan (2016: 210-211) menyatakan, bahwa

pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut:(1) Penekanan proses

pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar; (2) Siswa tidak

hanya mendengarkan kuliah secara pasif; (3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai

dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah; (4) Siswa lebih banyak dituntut

untuk berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi; (5) Umpan balik

yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif

sangat perlu diterapkan dalam proses pembelajaran, karena dapat mengajak siswa

untuk aktif dan berpartisipasi saat kegiatan belajar, baik secara fisik, sosial, dan

mental. Melalui pembelajaran aktif, suasana belajar akan lebih menyenangkan dan

bermakna bagi siswa, materi yang disampaikan dapat lebih lama tersimpan di otak

siswa, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan tercapai tujuan

pembelajaran sesuai yang diharapkan.

2.1.12 Model Pembelajaran Discovery Learning

Secara sederhana pembelajaran Discovery Learning (pembelajaran

penemuan) adalah sebuah rangkaian aktivitas pembelajaran yang melakukan

kegiatan eksperimen yang memungkinkan mereka dapat menemukan prinsip-

prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. Menurut Wilcox (Slavin,

1977) dalam Hosnan (2016: 281) menyatakan, “Dalam pembelajaran dengan

penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif

mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta guru mendorong

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

43

siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan untuk diri mereka

sendiri”.

Sedangkan Bell (1981) dalam Priansa (2015: 214) menyatakan,

“Pembelajaran penemuan merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil

kegiatan peserta didik dakam memanipulasi, membuat struktur, dan

mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi

baru”. Peserta didik dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu

hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau

proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstapolasi. Johnson (2007)

dalam Priansa (2015: 214) menyatakan, “Pembelajaran penemuan merupakan

usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih mendalam”.

Sund (Suryosubroto: 2009) dalam Priansa (2015: 214) menyatakan,

“Pembelajaran penemuan merupakan proses mental dimana peserta didik mampu

mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip”. Yang dimaksud proses mental

tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan

sebagainya. Sedangkan Sani (2013) dalam Priansa (2015: 214) menyatakan

“Pembelajaran penemuan adalah menemukan konsep melalui serangkaian data

atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan”. Pembelajaran

penemuan menuntun guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat

membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Suwangsih

dan Tiurlina (2006) dalam Priansa (2015: 214) menyatakan “Pembelajaran

penemuan merupakan metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

44

rupa sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan

Dalam proses penerapan sebuah model pembelajaran, Discovery Learning

adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran dimana siswa

diberikan sebuah materi pembelajaran, kemudian diberikan acuan bagaimana

materi tersebut dapat dijadikan sebuah jawaban atas pertanyaan atau masalah yang

diberikan peserta didik. Selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk

menemukan langkah, tahapan dan jawaban-jawaban yang dibutuhkan sampai

siswa menemukan sendiri. Selanjutnya siswa harus menggunakan hasil

temuannya tersebut untuk menjawab dan merumuskan pendapat meupun deskripai

jawaban yang ditugaskan guru. Tentunya kedua proses ini berlangsung dikelas.

Dengan demikian para peserta didik dapat mengorganisasi pengalaman belajar

dan pengetahuannya untuk sama-sama menuntaskan pembelajaran saat itu. Dalam

kajian ini Bruner menjelaskan, “Discovery Learning can be defined as the

learning that takes place when the student is not presented with subject matter in

the final form, but rather is required to organizeit himself” Keiichi Takaya (2008)

dalam Darmawan dan Wahyudin (2018: 111-112).

Dengan demikian Discovery Learning dapat dipahami sebagai proses

pembelajaran yang mampu menempatkan dan memerankan peran peserta didik

sehingga lebih mampu menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan

pokok materi yang dipelajarinya sesuai dengan kerangka pembelajaran yang

disuguhkan oleh guru. Pada akhir pembelajaran atau peserta didik setelah

menyelesaikan tahapan pembelajaran siswa dituntut juga untuk mampu

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

45

mengorganisasi cara, tahapan dan gaya siswa belajarnya sehingga sukses dalam

menguasai materi.

Guru sangat berperan dalam pembelajaran penemuan. Dahar (1989) dalam

Priansa (2015: 223) menyatakan, bahwa peranan guru dalam pembelajaran

penemuan adalah:(1) merencanakan pelajaran sedemikian rupa; (2) menyajikan

materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para peserta didik untuk

memecahkan masalah; (3) guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang

enaktif, ikonik, dan simbolik; (4) bila peserta didik memecahkan masalah

dilaboratoriun atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang

pembimbing atau tutor; (5) menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam

belajar penemuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui kelebihan dan kekurangan

model Discovery Learning dalam Darmawan dan Wahyudin (2018: 112-114).

Kelebihan dari model pembelajaran tersebut antara lain: (1) membantu peserta

didik untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dari proses-

proses kognitif; (2) kompetensi yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi

dan ampuh; (3) menumbuhkan rasa senang peserta didik; (4) model ini

memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatan dan gaya belajarnya; (5) menyebabkan peserta didik mengarahkan

kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Tentunya setiap model pembelajaran yang berkembang tidak selamanya

memiliki dan menyebabkan keberhasilan yang optimal yang diperoleh guru dan

peserta didiknya. terkadang termasuk model pembelajaran berbasi penemuan ini.

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

46

Jika tidak adaptif dengan situasi dan kondisi pembelajaran khususnya

pembelajaran peserta didik maka dapat ditemukan dan disarankan juga sejumlah

kelemahan-kelemahan yang sering dijumpai disekolah. Berikut adalah sejumlah

kelemahan dengan model ini: (1) model ini terlalu menuntut kesiapan berpikir

peserta didik; (2) membutuhkan waktu yang lama dalam setiap pembelajaran; (3)

pengajaran penemuan ini sulit dalam pengembangann aspek konsep, ketrampilan

dan emosi yang secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Prosedur penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran IPA

yang harus dilakukan guru, menurut Darmawan dan Wahyudin (2018: 115-118):

(1) Pemberian Stimulus (Stimulation)

Pada tahap ini guru mengondisikan peserta didik

(2) Problem Statement (Pemberian Fokus Masalah / Identifikasi Masalah),

(3) Pengumpulan Data (Data Collection), pada tahap ini guru dapat

mengondisikan siswa untuk melakukan proses mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan kebutuhan proses menjawab dan

membuktikan jawaban-jawaban sementara dari tahap sebelumnya.

(4) Pengolahan Data (Data Processing), tahap ini guru dapat mengarahkan

siswa mampu mengolah sejumlah dan informasi berkenaan dengan upaya

merumuskan jawaban-jawaban atas pertanyaan (fokus masalah) pada

tahapan sebelumnya.

(5) Pembuktian (Verification), peran guru pada tahap ini akan terlepas pada

apa yang telah ditemukan oleh siswa di mana para peserta didik

diharapkan mampu melakukan pemeriksaan secara cermat dalam rangka

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

47

membuktikan atas jawaban-jawaban yang dirumuskan apakah benar atau

belum.

(6) Menyimpulkan (Generalization), pada tahap menyimpulkan ini diharapkan

peserta didik mampu melakukan generalisasi yang tepat.

2.1.13 Materi Sifat-sifat Cahaya

Indriati, dkk (2010: 142-60), cahaya sangat penting bagi kehidupan di

dunia ini. Tanpa cahaya, tidak dapat melihat benda yang beraneka warna, bunga-

bunga yang berwarna-wani serta pemandangan alam yang memesona. Semua

benda yang memancarkan cahaya disebut sumber cahaya seperti matahari, api,

bintang, lampu, dan kilat. Penelitian ini akan menyampaikan materi mengenai

sifat-sifat cahaya, mengacu pada kompetensi dasar (KD) 6.1 mendeskripsikan

sifat-sifat cahaya. Materi tersebut terdapat di kelas V semester 2.

Sifat-sifat cahaya antara lain: 1) cahaya dapat dipantulkan; 2) cahaya dapat

merambat lurus; 3) cahaya dapat mengalami pembiasan; 4) cahaya dapat

menembus benda bening; dan 5) cahaya dapat diuraikan (dispersi). Sifat-sifat

cahaya tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak benda-

benda di sekitar yang penggunaannya menerapkan sifat-sifat cahaya.

2.2 Kajian Empiris

Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkenaan dengan

Discovery Learning, motivasi belajar, dan hasil belajar.

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Cintia (2018), Mahasiswa Universitas

Kristen Satya Wacana yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

48

Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif

dan Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa

terdapat peningkatan kemampuan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa.

Persamaan penelitian terletak pada Model Discovery Learning dan Hasil

belajar siswa.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah, Santoso, dan Suryadinata (2018),

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro, Vol 4 No. 2 Juli 2018, hal

145-158 yang berjudul Bahan Ajar Transformasi Geometri Berbasis

Discovery Learning melalui Pendekatan Ernomatematika. Berdasarkan

penelitian pengembangan ini kelebihan bahan ajar tersebut yaitu materi

bahan ajar berkaitan dengan etnomatika pola batik Lampung pada

penerapan konsep transformasi geometri. Kelemahan bahan ajar yang

dikembangkan yaitu pembahasan materi terbatas pada jenis transformasi

geometri dan uji efektifnya hanya berdasarkan KKM.

(3) Penelitian yang dilakukan oleh Rambe, dosen tetap Prodi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Sumatera Utara dalam jurnal tarbiyah, Vol. 25, No. 1,

Januari-Juli (2018), P-ISSN: 0854–2627, E-ISSN: 2597-4270 dengsn judul

Penerapan Strategi Index Card Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Penerapan Strategi Index Card Match sangat tepat

untuk digunakan karena hasil yang diperoleh meningkat sebesar 63,57%

pada siklus I, kemudian di siklus II penerapan Strategi Index Card Match

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

49

juga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 77,85%. Persamaan

penelitian terletak pada hasil belajar.

(4) Penelitian yang dilakukan oleh Nasution, Harsono, Rizka, dan Almedal,

Postgraduate Students at State University of Medan, Indonesia (2017)

dalam Journal of Education and Practice ISSN 2222-288X (Online) Vol.8,

No.33, 2017 dengan judul The Effect of Index Card Match Model on

Students Learning Outcomes and Activity in Ecosystem Topic for Grade X

SMA N 8 Medan, menyimpulkan

The results of the study show that was significantly effect of index

card match learning model on learning outcome (tcount = 2.16 ;

P=0.03) and learning activity of the students (tcount = 13,67, P =

0.00) in ecosystem topic.

(5) Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017), Mahasiswa prodi Pendidikan

Fisika, Universitas Negeri Medan yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa dan

Aktivitas Siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan

model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan

aktivitas belajar siswa. Persamaan penelitiaan terletak pada Model

Pembelajaran DiscoveryLearning dan variabel hasil belajar siswa.

(6) Penelitian yang dilakukan oleh Sulfahri (2017), STKIP Taman Siswa Bima

dalam Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 8. No. 1, Januari–Juni 2018 ISSN:

2088-0308 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Mengapresiasi Karya

Seni Rupa melalui Penggunaan Media Pembelajaran Appreciation Card

pada Mahasiswa Semester VI A, Mata Kuliah Pendidikan Keterampilan

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

50

Seni Rupa Program Pgsd di Stkip Taman Siswa Bima Tahun 2017. Hasil

penelitian menunjukkan persentase aktivitas belajar mahasiswa pada siklus

I sebesar 75.70% dan meningkat menjadi 90.20% pada siklus II. Jadi

persentase aktivitas belajar mengalami peningkatan sebesar 19.16%. Hasil

belajar mahasiswa pada siklus I diperoleh ratarata kelas sebesar 59.58 dan

meningkat menjadi 80.80 pada siklus II. Jadi rata-rata kelas mengalami

peningkatan sebesar 35.62%. Sedangkan persentase tuntas belajar klasikal

pada siklus I sebesar 56.52% dan meningkat menjadi 86.96% pada siklus

II. Jadi persentase tuntas belajar klasikal mengalami peningkatan sebesar

53.86%. Performansi Dosen pada siklus I sebesar 83.85 dan meningkat

menjadi 97.35. Jadi performansi Dosen mengalami peningkatan sebesar

16.10%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan media pembelajaran appreciation card dapat meningkatkan

aktivitas belajar mahasiswa, hasil belajar mahasiswa, dan performansi guru

pada materi mengapresiasi karya seni rupa pada Kelas IVA STKIP Taman

Siswa Bima. Persamaan penelitian terletak pada variabel hasil belajar.

(7) Penelitian yang dilakukan Silma (2017) dalam Pekbis Jurnal Pascasarjana

Universitas Riau Jurusan Pendidikan Ekonomi Volume 9 Nomor 1 Tahun

2017 halaman 68-76 dengan judul Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Explicit Instruction terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

siswa kelas XI IPS pada Pelajaran Ekonomi (Akuntansi) di SMAN 1

Langgam Kabupaten Pelalawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

adanya peningkatan hasil belajar akuntansi yang berdampak baik pada

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

51

proses pembelajaran sehingga guru lebih dapat mengajak siswa ikut

berpartisipasi dala pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh thitung 8,37 > ttabel

2,04 pada taraf signifikansi 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Persamaan dengan penelitian terletak pada motivasi belaajar dan hasil

belajar.

(8) Penelitian yang dilakukan oleh Heryani dan Setialesmana (2017),

Pendidikan Matematika Universitas Sliwangi dengan judul Penggunaan

Model Discovery Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi

dan Komunikasi Matematik. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa

peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik mahasiswa

yang mengikuti pembelajaran pembelajaran dengan model Discovery

Learning lebih baik dari mahasiswa yang mengikuti pembelajaran

langsung. Peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik

mahasiswa kelompok sedang lebih baik dari kelompok tinggi dan rendah

yang mengikuti pembelajaran dengan model Discovery Learning.

(9) Penelitian yang dilakukan oleh Adrianti, dkk (2016) Program Studi PGSD

UPI Sumedang dengan judul Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatic,

Auditory, Visual, Intellectual) dalam Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar pada

Materi Pengolahan Data. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil P-value

(sig. 2-tailed) sebesar 0,000. Kondisi ini menunjukkan bahwa 0,000 <

0,05, sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya pendekatan SAVI lebih baik

secara signifikan daripada pendekatan konvensional pada materi

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

52

pengolahan data dalam meningkakan kemampuan komunikasi matematis

peserta didik. Persamaan pada penelitian terletak pada variabel Motivasi

Belajar.

(10) Penelitian yang dilakukan oleh Buchori dan Yusuf (2016) Program Studi

Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang dengan judul

Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Kocerin

(Kotak Cerdas Interaktif) dengan Menggunakan Model Discovery

Learning. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan modul

pembelajaran matematika berbasis KOCERINdengan model discovery

learning, efektif dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

faktorisasi suku aljabar.

(11) Penelitian yang dilakukan oleh Vibulphol (2016), Faculty of Education,

Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand Correspondence dalam

jurnal English Language Teaching; Vol. 9, No. E-ISSN 1916-4750

Published by Canadian Center of Science and Education, dengan judul

Students Motivation and Learning and Teachers Motivational Strategies in

English Classrooms in Thailand menyimpulkan:

The findings from this study suggest the use of strategies that do

not only initialize but also nurture students’ internal motivation in

order to enhance sustainable learning of English in and outside

the classroom; therefore, research on how motivation theories

are deployed in teacher education programs should be further

undertaken.

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

53

Dapat disimpulkan, Temuan dari penelitian ini menunjukkan penggunaan

strategi yang tidak hanya menginisialisasi tetapi juga memelihara motivasi

internal siswa untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Inggris yang

berkelanjutan di dalam dan di luar kelas; Oleh karena itu, penelitian

tentang bagaimana teori motivasi digunakan dalam program pendidikan

guru harus dilakukan lebih lanjut. Persamaan dengan penelitian adalah

sama sama membahas motivasi belajar.

(12) Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2016) dari Universitas Negeri

Semarang, berjudul Keefektifan Two Stay Two Stray Terhadap Aktivitas

dan Hasil Belajar Pemanfaatan Sumber Daya Alam Kelas IV SDN

Kajongan Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, ditunjukkan dengan hasil uji

hipotesis aktivitas belajar siswa yang menunjukkan bahwa harga thitung

sebesar 8,221 dan harga ttabel sebesar 2,119. Karena thitung > ttabel

(8,221 > 2,119), maka Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata

skor aktivitas belajar siswa kelas IV yang pembelajarannya menerapkan

model Two Stay Two Stray lebih baik dari pada menggunakan model

pembelajaran konvensional. Sedangkan hasil belajar mengalami

peningkatan juga yaitu rata-rata nilai hasil belajar kelas kontrol 80,31 dan

kelas eksperimen sebesar 87,05. Jadi disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray

lebih efektif dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional.

Persamaan penelitian terletak pada variabel Hasil Belajar.

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

54

(13) Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk Program Studi Magister

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang (2016)

dengan judul Pengaruh Metode Somatic Audotory Visual Intellectual dan

Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Menulis Naskah Drama Siswa

Kelas VIII Mtsn Kayu Kalek Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir

Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa thitung = 2,26 dan ttabel =

1,70 pada taraf nyata 0,005 sehingga H1 diterima karena thitung> ttabel.

Kesimpulannya keterampilan menulis naskah drama peserta didik

bermotivasi belajar tinggi pada kelas eksperimen yang menggunakan

model SAVI lebih baik dari keterampilan menulis naskah drama peserta

didik bermotivasi belajar tinggi pada kelas kontrol yang menggunakan

model konvensional. Persamaan penelitian terletak pada variabel Motivasi

Belajar.

(14) Penelitian yang dilakukan Siahaan dan Bakri (2016), Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta dengan judul

Pengembangan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Kegiatan

Pembelajaran Fisika SMA. Dalam penelitian ini yang dihasilkan dikemas

berupa sintaks pembelajaran yang kemudian integrasikan pada penelitian

lainnya, berupa pengembangan model digital.

(15) Penelitian yang dilakukan Masruha, Sunardi, dan Indah (2016),

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jember

dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model

Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assesment,

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

55

Satisfaction) dengan Metode Penemuan Terbimbing (Guide Discovery)

Sub Pokok Bahasan Lingkaran SMP Kelas VIII.

(16) Penelitian yang dilakukan Handiko, Sajidin, dan Maridi (2016),

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Pengembangan Modul

Biologi Berbasis Discovery Learning (Part of Inquiry Spectrum Learning-

Wenning) Pada Materi Bioteknologi Kelas XII IPA di SMA Negeri 1

Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil penelitian

karakteristik modul hasil pengembangan adalah modul dilengkapi dengan

basis model discovery learning, menekankan pada kerja sama kelompok

dalam penemuan konsep bukan individu dan modul sesuai dengan tuntutan

kurikulum 2013; kelayakan modul biologi berbasis discovery

learningdiperoleh skor rata-rata 86.42 dengan berkategori “sangat baik”;

dan modul biologi berbasis discovery learning efektif untuk

memberdayakan hasil belajar dari aspek sosial, aspek ketrampilan dan

aspek pengetahuan. Simpulan dari penelitian ini adalah modul biologi hasil

pengembangan memiliki karakteristik dilengkapi basis model discovery

learning yang menekankan pada kerja sama kelompok layak digunakan

dan dapat memberdayakan aspek sosial, aspek ketrampilan dan aspek

pengetahuan.

(17) Penelitian yang dilakukan Rahmawati, dkk tahun (2015), Universitas

Sebelas Maret dengan judul Penerapan Model Pembelajaran aktif tipe

Index Card Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan penerapan model

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

56

pembelajaran aktif tipe Index Card Match, dapat meningkatkan proses dan

hasil belajar IPS di kelas V, hal tersebut dapat dilihat dari prosentase

ketuntasan hasil belajar yang selalu meningkat yaitu pada siklus I adalah

69,70%, siklus II sebanyak 81,82%, dan siklus III mencapai 90,91%.

Persamaan penelitian terletak pada variabel hasil belajar.

(18) Penelitian yang dilakukan oleh Hanggara dan Alfionita (2015), Program

Studi Pendidikan Matematika dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia ISSN cetak: 2301-5314

yang berjudul Eksperimentasi Model Pembelajaran Probing Promting dan

Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari

Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Batam. Hasil penelitian

menunjukan: (1) model pembelajaran discovery learning menghasilkan

hasil belajar lebih baik daripada model pembelajaran probing promting.

(2) siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki hasil belajar lebih

baik daripada siswa yang memiliki minat belajar sidang, siswa yang

memiliki minat belajar tinggi memiliki hasil belajar lebih baik daripada

siswa yang memiliki minat belajar rendah dan siswa yang memiliki minat

belajar sedang memiliki hasil belajar lebih baik dari pada siswa yang

memilikiminat belajar rendah. (3) siswa yang memiliki minat belajar

tinggi, sedang dan rendah pada model pembelajaran discovery

learningmemiliki hasil belajar lebih baik daripada model pembelajaran

probing promting. (4) pada model pembelajaran discovery learning dan

probing promting, siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki hasil

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

57

belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar sedang dan

rendah, dan siswa yang memiliki minat belajar sedang memiliki hasil

belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.

(19) Penelitian yang dilakukan oleh Groschner, Pehmer, and Seidel (2015),

mahasiswa Technische Universit€at München, Arcisstraße 21, 80333

Munich, Germany, dalam Elvesier Learning and Instruction 35 (2015)

94e103 dengan judul Effects of a classroom discourse intervention on

teachers' practice and students' motivation to learn mathematics and

science, menyimpulkan

The teachers showed a significant increase in constructive

feedback and decrease in simple feedback as a function of the

treatment. Preand post-tests revealed that students in the IG (n ¼

136) significantly increased their perceived autonomy,

competence and intrinsic learning motivation as compared with

those in the CG (n¼90). Theyalso showed significantly greater

interest changes in the subjects compared with their peers in the

CG.

Dapat disimpulkan, bahwa siswa di IG (n = 136) secara signifikan terdapat

peningkatan kompetensi dan motivasi belajar intrinsik dibandingkan

dengan mereka yang di CG (n¼90). Mereka juga menunjukkan perubahan

minat yang jauh lebih besar pada subjek dibandingkan dengan rekan-rekan

mereka di CG. Persamaan dengan penelitian adalah motivasi belajar.

(20) Penelitian yang dilakukan Makmur (2015) dalam Jurnal Edutech Volume

1 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 2442-6024 e-ISSN 2442-7063 dengan judul

Efektifitas Penggunaan Metode Base Method dalam Meningkatkan

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

58

Kreativitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP N 10

Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil

observasi kreativitas rata – rata siklus I (56,082 % ) dan siklus II (76,5 %),

dengan peningkatan (20,418 %) sedangkan peningkatan hasil observasi

motivasi rata – rata siklus I (108,9 %) dan siklus II (144,5 %), dengan

peningkatan ( 35,6 % ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dengan menerapkan base method pada pokok bahasan menyelesaikan

persamaan kuadrat terjadi peningkatan terhadap kreativitas dan motivasi

belajar matematika siswa kelas IX SMPN 10 Padangsidimpuan.

Persamaan dengan penelitian adalah motivasi belajar.

(21) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Budiarti (2015) dari

Universitas Jember, berjudul Pengaruh Penerapan Teori Belajar Van

Hiele terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Luas Persegi dan Persegi

Panjang Siswa Kelas III SDN Sumbersari 01 Jember Tahun Pelajaran

2014/2015. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh thitung > ttabel yaitu

7,672 > 1,995, dengan demikian hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang

menerapkan teori belajar Van Hiele lebih baik daripada yang menerapkan

pembelajaran konvensional. Persamaan pada penelitian ini pada variabel

Hasil Belajar.

(22) Penelitian yang dilakukan oleh Dina, Mawarsari, dan Suprapto (2015),

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Muhammadiyah Semarang, Volume 2 Nomor 1, April 2015, ISSN: 2339-

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

59

2444 dengan judul Implementasi Kurikulum 2013 Pada Perangkat

Pembelajaran Model Discovery Learning Pendekatan Scientific Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematis Materi Geometri SMK.Hasil

penelitian menunjukan model Discovery Learning pendekatan scientific

dalam implementasi Kurikulum 2013 materi geometri mencapai

ketuntasan secara individu diperoleh 29 siswa tuntas dari 34 siswa

sedangkan secara klasikal sebesar 85% siswa tuntas. Hasil uji pengaruh

menunjukkan adanya pengaruh keefektifan siswa terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa yaitu sebesar 39,7%. Selain itu hasil uji

banding juga menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mendapat perlakuan lebih baik dibandingkan model

konvensional. Sehingga disimpulkan model pembelajaran discovery

learning pendekatan scientific pada perangkat pembelajaran implementasi

kurikulum 2013 terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa efektif.

(23) Penelitian yang dilakukan Purwatiningsih (2015), dengan judul Penerapan

Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan dikelas VIII SMP Negeri 12 Palu maka

pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi luas permukaan dan volume

balok.

(24) Penelitian yang dilakukan Sembiring dan Mukhtar (2015), dengan judul

Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

60

Matematika. Hasil penelitian diperoleh (1) hasil belajar matematika siswa

yang belajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran diskoveri

dengan bimbingan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar

matematika siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi

pembelajaran langsung, (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki

minat belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki

minat belajar rendah dan (3) terdapat interaksi antara penggunaan strategi

pembelajaran dengan minat belajar dalam mempengaruhi hasil belajar

matematika.

(25) Penelitian yang dilakukan Alfieri, Brooks, and Aldrich (2015), mahasiswa

The College of Staten Island and the Graduate Center of City University of

New York dengan judul Discovery-Based Instruction, menyimpulkan

The findings suggest that unnassisted discovery does not benefit

learners, whereas feedback, worked examples, scaffolding, and

elicited explanations do.

(26) Penelitian yang dilakukan Yuliani dan Saragih (2015), mahasiswa

Department of Mathematics, Science Faculty, State University of Medan,

Indonesia. ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (online) Vol.6,

No.24, 2015 dengan judul The Development of Learning Devices Based

Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and Critical

Thinking Mathematically Ability of Student at Islamic Junior High School

of Medan, menyimpulkan

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

61

This research was a research development, it was conducted in

two stages,the first stage is the development of learning devices

based guided discovery with the reference Four-D model, and the

second stage is to try-out of learning package. The populationsof

this research were all off the student of private MTs of Medan and

the sample chosen is purposive sampling which were in eight

grade A of Private MTs IRA and eight grade A of MTs Lab. IKIP

Al-Washliyah. From the results of trials I and trials II obtained:

1)learning devices that meet the criteria of effectiveness in terms

of a) student mastery learning in the classically; b) achievement

of learning purpose; and c) learning time; 2) learning devices

based guided discovery model is a able to improve the

understanding concept and critical thinking mathematically

ability of student; 3) Students responeses to components of

learning. Further, it was suggested that teachers can use

guided discovery learning model by presenting problems related

to daily life as an alternative student learning.

(27) Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyana, Sajidan, dan Maridi (2014),

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, ISSN: 2252-7893 Volume 4,

No. 2, 2015 (135-148) dengan judul Pengembangan Model Pembelajaran

Discovery Learning yang Diintegrasikan dengan Group Investigation

Materi Protista Kelas X SMA Negeri Karangpandan. Hasil penelitian

disimpulkan bahwa penerapan model DL yang diintegrasikan dengan GI

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

62

mengalami peningkatan keefektifan hasil belajar.

(28) Penelitian yang dilakukan oleh Shinta, Lufri, dan Razak (2014),

Mahasiswa Prodi Pend. Biologi PPs UNP, dengan judul Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Pendidikan Karakter

Dengan Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan Guided Discovery Pada

Materi Jaringan Hewan untuk SMA/MA.

(29) Penelitian yang dilakukan oleh Fitria, Sulistyaningih, dan Prihaswati

(2014), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Muhamadiyah Semarang, Volume 1 Nomor 2, September 2014, ISSN:

2339-2444 dengan judul Keefektifan Metode Guideddiscovery Learning

Bernuansa Multiple Intelligences Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis.Hasil uji pengaruh menunjukan adanya

pengaruh motivasi dan keaktifan belajar siswa terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa sebesar 72,8%. Hasil uji banding

diperoleh thitung = 4,780 lebih besar dari ttabel = 1,665, artinya

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat

perlakuan lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode guide discovery learning bernuansa multiple

intelligences efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

(30) Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2014), Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya dalam Jurnal

Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014, 18-23 dengan

Page 83: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

63

judul Penerapan Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Menggambar Bentuk Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 4

Bojonegoro. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran quantum

learning terdapat 3 kegiatan yaitu kegiatan awal,inti dan akhir, dengan

rata-rata aktivitas guru 96% dan aktivitas siswa 81,8% termasuk kriteria

baik sekali. Data hasil belajar pre-test dan post-test didapatkan siswa yang

tuntas mengggunakan model pembelajaran klasikal 15,6% dan siswa yang

tuntas menggunakan metode quantum learning sebanyak 93,7% jadi

terdapat kenaikan hasil belajar sebesar 78,1% dengan kriteria baik.

Perbedaan signifikan juga ditunjukan dari perhitungan t-test dimana t

hitung= 12,8 dan ttabel =2,04 dengan taraf signifikansi 0,05 dan db= 31.

Persamaan dengan penelitian terletak pada variabel hasil belajar.

(31) Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014), Universitas Negeri

Yogyakartadengan judul Penggunaan Metode Active Learning Tipe Index

Card Macth dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas V SD N Bangunkerto, Turi,

Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode active

learning tipe index card match melalui tahap membagi kartu pertanyaan

dan jawaban, mencari pasangan kartu, menemukan pasangan kartu,

mengklarifikasi kebenaran kartu, dan kesimpulan dapat meningkatkan

motivasi dan pemahaman konsep IPS. Keberhasilan peningkatan motivasi

belajar IPS diketahui dari rata-rata skor yang pada pra tindakan adalah 56

dengan kategori sedang, selanjutnya pada siklus I menjadi 73 dengan

Page 84: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

64

kategori tinggi, dan pada siklus II menjadi 89 dengan kategori sangat

tinggi. Persentase ketuntasan pemahaman konsep IPS siswa juga

mengalami peningkatan yang pada pra tindakan 8 siswa atau 38% ,

kemudian pada siklus I menjadi 14 siswa atau 67% dan pada siklus II

mencapai 17 siswa atau 81%. Persamaan pada variabel motivasi belajar.

(32) Penelitian yang dilakukan oleh Akbar, Pujiastuti, dan Aprilya (2014).

Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Jember (UNEJ) dengan judul Pengaruh Penerapan Strategi

Pembelajaran Index Card Match (ICM) dengan Media Gambar terhadap

Motivasi dan Hasil Belajar Biologi (Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1

Muncar Tahun Ajaran 2013/2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

strategi pembelajaran Index Card Match (ICM) memberikan pengaruh

yang sangat signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu aspek

Attention (p = 0,003), Relevance (p = 0,004), Confidence (p = 0,003) dan

Satisfaction (p = 0,002) serta berpengaruh secara signifikan terhadap hasil

belajar kognitif dan afektif siswa yang ditunjukkan dari hasil uji

ANAKOVA yaitu hasil belajar kognitif (p = 0,043) dan hasil belajar

afektif (p = 0,003). Selain itu ada hubungan antara peningkatan motivasi

belajar terhadap hasil belajar biologi siswa (p = 0,019). Persamaan dengan

penelitian terletak pada variabel, motivisi belajar dan hasil belajar.

(33) Penelitian yang dilakukan oleh Yulyanitha (2014) Jurusan Pendidikan

Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Ganesha Singaraja Indonesia

dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran SAVI Berbantu Media

Page 85: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

65

Gambar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN di Gugus V

Kecamatansukasada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar

peserta didik di kelas eksperimen memiliki rata-rata 22,96 sedangkan di

kelas kontrol 19,52. Hasil uji hipotesis diperoleh thitung 2,73 > ttabel 2,021

sehingga terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara peserta

didik yang belajar mengikiuti model pembeljaran SAVI berbatuan media

gambar dengan peserta didik yang belajar mengikuti model pembelajaran

kovensional. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel Hasil

Belajar.

(34) Penelitian yang dilakukan oleh Permana dan Pujiastuti (2014), Universitas

Negeri Yogyakarta, dengan judul Pengembangan Buku Ajar Tematik

Integratif Berbasis Discovery Learning dalam Peningkatan Motivasi

Belajar dan Karakter Tanggung Jawab. Hasil penelitian keefektifan dapat

dilihat dari observasi karakter tanggung jawab peserta didik kelas

eksperimen 1 dan eksperimen 2 memeroleh skor 18,5 dan 15,78. Hasil

angket motivasi belajar peserta didik kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2

memeroleh sekor 58,71 dan 60,5.

(35) Penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti (2014), Universitas

Muhammadiyah Surakarta, dengan judul Pendekatan Pembelajaran

Cooperative Learning Index Card Match Salah Satu Alternatif

Peningkatan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SDN 1

Sugihmanik Kec.Tanggungharjo Kab. Grobogan Tahun Ajaran 2012-

2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Proses pembelajaran

Page 86: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

66

cooperative learning index card match dapat berjalan lancar, tepat sasaran,

tepat rencana sehingga meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas V

SDN 1 Sugihmanik; (observasi terhadap siswa = 99,96, observasi terhadap

guru = 97,58); 2) Situasi pembelajaran cooperative learning index card

match dapat menciptakan suasana pembelajaran IPS lebih kondusif,

menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa

kelas V SDN 1 Sugihmanik (dari rata-rata sebelum tindakan 65.67 jumlah

siswa tuntas 17 siswa menjadi 79.58, jumlah siswa tuntas = 24 siswa atau

100% pada siklus 3). Persamaan dengan penelitian terletak pada

penggunaan variabel motivasi belajar.

(36) Penelitian yang dilakukan oleh Rutten, Joolingen, and Veen (2013),

mahasiswa Computers dan Education 58 (1), 136-153, 2012 dengan judul

The learning effects of computer simulation in science education,

menyimpulkan

The article reviews the (quasi) experimental research of the past

decade on the learning effects of computer simulations in science

education. The focus is on two questions: how us of computer

simulations can enhance traditional education, and how computer

simulations are best used in order to improve learning processes

and outcomes. We report on studies that investigated computer

simulations as a replacement of or enhancement to traditional

instruction. In particular, we consider the effects of variations in

how information is visualized.

Page 87: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

67

(37) Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (201), Universitas Muria Kudus

dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Index Card Match untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi

Pengaruh Globalisasi terhadap Lingkungan Siswa Kelas IV SD 3

Temulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar

pendidikan kewarganegaraan siswa, aktivitas belajar siswa, dan

keterampilan guru mengelola pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari

terpenuhinya indikator keberhasilan sebagai berikut. (1) hasil belajar

pendidikan kewarganegaraan siswa meningkat dilihat dari peningkatan

nilai rata-rata kelas pada siklus I ke siklus II yaitu dari 62,93 menjadi

72,24 (2) aktivitas belajar siswa pada siklus I memperoleh presentase rata-

rata sebesar 72,06% dan meningkat pada siklus II sebesar 80,42% dengan

kualifikasi baik (3) peningkatan keterampilan guru mengelola

pembelajaran meningkat dari siklus I ke siklus II yaitu dari 77,08%

menjadi 90,27% dengan kualifikasi sangat baik. Persamaan dengan

penelitian terletak pada hasil belajar. Dapat disimpulkan, Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model

pembelajaran pencocokan kartu indeks terhadap hasil belajar (thitung =

2,16; P = 0,03) dan aktivitas belajar siswa (thitung = 13,67, P = 0,00) dalam

topik ekosistem.

Page 88: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

68

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi dialam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah seperti melakukan penyelidikan, penyusunan dan

penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di SD memberi kesempatan untuk

mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan proses siswa secara ilmiah.

Kenyataan yang terjadi pada saat proses pembelajaran IPA di SD guru

masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran

konvensional guru menjadi pusat pembelajaran dan siswa kurang dilibatkan

secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan, pasif serta kurang

antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA. Motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran IPA menjadi rendah, padahal motivasi sangat penting dimiliki oleh

siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Apabila motivasi belajar siswa

rendah maka hasil belajar siswapun menjadi rendah.

Inovasidalam proses pembelajaran IPA perlu dilakukan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satu inovasi dalam proses

pembelajaran IPA adalah guru bisa menggunakan model pembelajaran yang dapat

menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran IPA. Salah satu model

pembelajaran yang inovatif yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA yaitu

model Discovery Learning atau Pembelajaran Penemuan. Melihat permasalahan

tersebut, guru harus inovatif dalam merancang sebuah pembelajaran, misalkan

Page 89: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

69

dengan menerapkan model pembelajaran yang tentunya dalam memilih model

pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi.

Model Discovery Learning merupakan alternatif yang dapat dilakukan

guru untuk memberikan variasi pembelajaran di dalam kelas dengan harapan

dapat melatih perkembangan kognitif siswa yang berpengaruh pada hasil belajar.

Pada penelitian ini mata pelajaran yang akan diteliti adalah mata pelajaran IPA

yaitu materi suhu dan kalor. Model Discovery Learning merupakan model

pembelajaran yang menyenangkan, yang dapat melibatkan siswa secara aktif

dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran penemuan, peserta didik diberikan

keleluasaan dalam menyusun kegiatan, menyusun strategi pencapaiannya, dan

mengatasi masalah sehingga peserta didik akan menemukan jawabannya sendiri,

dan guru berperan untuk memberikan pencerahan atas temuan-temuan yang

dihasilkan oleh peserta didik. Selanjutnya peserta didik harus menggunakan hasil

temuannya tersebut untuk menjawab dan merumuskan pendapat maupun deskripsi

jawaban yang ditugaskan guru. Tentunya kedua proses ini berlangsung dikelas.

Dengan demikian para peserta didik dapat mengorganisasi pengalaman belajar

dan pengetahuannya untuk sama-sama menuntaskan pembelajaran saat itu.

Model pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA sehingga hasil belajar dapat tercapai

secara optimal. Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

keberhasilan anak di dalam belajar. Sebagaimana telah dinyatakan bahwa

motivasi merupakan komponen paling penting dalam belajar dan komponen yang

paling sukar untuk diukur.

Page 90: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

70

Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan alur pemikiran dalam

penelitian yakni sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA

Materi sifat-sifat cahaya

Di SDN 02 Pener

didSiswa SD Kelas V

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Menggunakan Model

Discovery Learning

Menggunakan Model

Konvensional

Motivasi dan HasilBelajar

Motivasi dan HasilBelajar

1. Apakah terdapat perbedaan antara motivasi dan hasil belajar siswa yangmenggunakan model Discovery Learning dengan yang menggunakanmodel konvensional?

2. Apakah model Discovery Learning efektif terhadap motivasi dan hasilbelajar siswa dibandingkan dengan yang menggunakan modelkonvensional?

Dibandingkan

Page 91: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

71

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah, di mana

rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono,

2015:99). Berdasarkan landasan teori, penelitian yang relevan, dan kerangka

berpikir, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H01: Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas V pada mata

pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, antara pembelajaran yang

menggunakan model Discovery Learning dan pembelajaran yang

menggunakan model Konvensional (µ1 = µ2).

Ha1: Terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran

IPA materi sifat-sifat cahaya, antara pembelajaran yang menggunakan

model Discovery Learning dan pembelajaran yang menggunakan model

Konvensional (µ1 ≠ µ2).

H02: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran

IPA materi sifat-sifat cahaya,antara pembelajaran yang menggunakan

model Discovery Learning dan pembelajaran yang menggunakan model

Konvensional (µ1 = µ2).

Ha2: Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA

materi sifat-sifat cahaya, antara pembelajaran yang menggunakan model

Discovery Learning dan pembelajaran yang menggunakan model

Konvensional (µ1 ≠ µ2).

H03: Penggunaan model Discovery Learning tidak lebih efektif terhadap

motivasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat

Page 92: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

72

cahaya (µ1 ≤ µ2).

Ha3: Penggunaan model Discovery Learning lebih efektif terhadap motivasi

belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA sifat-sifat cahaya (µ1> µ2).

H04: Penggunaan model Discovery Learning tidak lebih efektif terhadap hasil

belajar siswa kelas V pada mata IPA materi sifat-sifat cahaya (µ1 ≤ µ2).

Ha4: Penggunaan model Discovery Learning lebih efektif terhadap hasil belajar

siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya (µ1> µ2).

Page 93: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

169

BAB V

PENUTUP

Pada bab V berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari

hipotesis berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Simpulan diperoleh dari hasil analisis pada bab IV. Saran merupakan usualan atau

pendapat dari peneliti yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang menjadi

objek penelitian. Saran dalam penelitian ini berupa saran bagi guru, sekolah, dan

peneliti lanjutan. Penjelasan mengenai simpulan dan saran dalam penelitian ini

sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilaksanakan dan

pembahasan pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada siswa kelas V SDN

02 Pener Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang dapat disimpulkan sebagai

berikut.

(1) Terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa kelas V SDN

02 Pener dan SDN 03 Pener dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya antara yang menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning dan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan Independent Samples

T Test melalui program SPSS versi 22 yang menunjukkan bahwa nilai

Page 94: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

170

thitung> ttabel (5,326 > 2,007) dan nilai signifikansi kurang dari 0,000

(0,000< 0,05).

(2) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa kelas V SDN 02

Pener dan SDN 03 Pener dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya

antara yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan

yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Dibuktikan dengan

hasil uji hipotesis menggunakan Independent Sample Test melalui program

SPSS versi 22 yang menunjukkan bahwa nilai thitung> ttabel (5,347 > 2,007)

dan nilai signifikansi kurang dari 0,000(0,000< 0,05).

(3) Model pembelajaran Discovery Learning lebih efektif terhadap motivasi

belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 02

Pener dan SDN 03 Pener. Dibuktikan dengan hasil uji hipotesis

menggunakan one sample t test melalui program SPSS versi 22 yang

menunjukkan bahwa nilai thitung> ttabel (9,614 > 2,051) dan nilai signifikansi

kurang dari 0,000 (0,000< 0,05), sehingga dapat dikatakan model

pembelajaran Discovery Learning efektif terhadap motivasi belajar siswa.

(4) Model pembelajaran Discovery Learning lebih efektif terhadap hasil

belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 02

Pener dan SDN 03 Pener. Dibuktikan dengan hasil uji hipotesis

menggunakan one sample t test melalui program SPSS versi21 yang

menunjukkan bahwa nilai thitung> ttabel (7,414 > 2,051) dan nilai signifikansi

Page 95: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

171

kurang dari 0,000 (0,000< 0,05), sehingga dapat dikatakan model

pembelajaran Discovery Learning efektif terhadap hasil belajar siswa.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery

Learning efektif dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya terhadap

motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Pener. Berdasarkan simpulan

tersebut, maka penulis ingin menyampaikan saran diantaranya sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Guru

Guru hendaknya mulai menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian, dimana

model pembelajaran Discovery Learning efektif dalam pembelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 02 Pener.

Oleh karena itu, kepada guru disarankan untuk:

(1) Mampu menerapkan model pembelajaran Discovery Learning ketika

proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai gambar ataupun

benda nyata yang menarik.

(2) Mengolaborasikan model pembelajaran Discovery Learning dengan model

atau metode pembelajaran lain dengan menyesuaikan antara kebutuhan

siswa, kesesuaian materi, dan fasilitas yang tersedia.

(3) Selalu memberikan penguatan kepada siswa yang berprestasi, sehingga

semua siswa akan termotivasi dengan adanya motivasi yang tinggi dalam

diri siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Page 96: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

172

5.2.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

Discovery Learning lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar

mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 02 Pener.

Oleh karena itu, kepada pihak sekolah disarankan untuk:

(1) Memberikan dorongan kepada guru untuk memberikan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Memberikan fasilitas dan kelengkapan yang mendukung model

pembelajaran Discovery Learning baik bagi guru maupun siswa. Fasilitas

dan kelengkapan yang dimaksud yaitu sarana dan prasarana seperti: LCD

proyektor, komputer dan lain-lain.

(2) Memberikan sosialisasi kepada guru mengenai model pembelajaran

Discovery Learning. Melalui sosialisasi, diharapkan semua guru kelas

mengetahui bahwa model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

5.2.3 Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

Discovery Learning lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar

mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 02 Pener.

Oleh karena itu, kepada peneliti lanjutan disarankan untuk:

(1) Mampu menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan

menerapkan perpaduan antara penyisipan materi pembelajaran dengan

gambar-gambar agar siswa tertarik pada pembelajaran yang diajarkan oleh

guru.

Page 97: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

173

(2) Memerhatikan kelemahan-kelemahan model pembelajaran Discovery

Learning.

(3) Mengkaji hal yang lebih mendalam dari model pembelajaran Discovery

Learning dan menyempurnakan hasil penelitian ini.

Page 98: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

174

DAFTAR PUSTAKA

Adrianti, dkk (2016) Program Studi PGSD UPI Sumedang dengan judulPengaruh Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dalamMeningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi BelajarSiswa Sekolah Dasar pada Materi Pengolahan Data. Available athttps://journal.upi.ac.id/index.php.jpep/article/view/2016 (diakses 13 April2019).

Akbar, Pujiastuti, dan Aprilya (2014). Jurusan Pendidikan MIPA, FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) dengan judulPengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Index Card Match (ICM)dengan Media Gambar terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Biologi (SiswaKelas XI IPA SMA Negeri 1. Available athttps://journal.unej.ac.id/index.php.jpep/article/view/2014 (diakses 19 April2019).

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Putra.

Alfieri, Brooks, and Aldrich (2015), mahasiswa The College of Staten Island andthe Graduate Center of City University of New York dengan judulDiscovery-BasedInstruction. Available at https://eric.ed.gov/?id=EJ1086950(diakses 11 April 2019).

Besral. 2010. Pengolahan dan Analisa Data-1 Menggunakan SPSS. Jakarta:FKMUI.Onlinehttps://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/09/modulbelajar-spss1.pdf (diakses 04/12/2017).

Buchori dan Yusuf (2016) Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRISemarang dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran MatematikaBerbasis Kocerin (Kotak Cerdas Interaktif) dengan Menggunakan ModelDiscovery Learning. Available athttps://journal.ikippgri.ac.id/index.php.jpep/article/view/2016 (diakses 19April 2019).

Budiarti (2015) dari Universitas Jember, berjudul Pengaruh Penerapan TeoriBelajar Van Hiele terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Luas Persegi danPersegi Panjang Siswa Kelas III SDN Sumbersari 01 Jember TahunPelajaran 2014/2015. Available athttps://journal.universitasjember.ac.id/index.php.jpep/article/view/2015(diakses 19 April 2019).

Cintia (2018), Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berjudulPenerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa. Available at

Page 99: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

175

https://journal.uks.ac.id/index.php.jpep/article/view/1697 (diakses 3 April2019).

Darmawan, Deni. dan Wahyudin, Dinn. 2018. Model Pembelajaran Di Sekolah.Bandung: Remaja Rosda Karya.

Dimyati. dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dina, Mawarsari, dan Suprapto (2015), Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Muhammadiyah Semarang, Volume 2Nomor 1, April 2015, ISSN: 2339-2444 dengan judul ImplementasiKurikulum 2013 Pada Perangkat Pembelajaran Model Discovery LearningPendekatan Scientific Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis MateriGeometri SMK. Available athttps://journal.ums.ac.id/index.php/jpakun/article/view/2710 (diakses 3April 2019).

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatimah, Mur. 2013. Pengembangan Konsep Dasar IPA SD. Yogyakarta:Deepublish (CV BUDI UTAMA).

Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: UniversitasDiponegoro.

Fitriyah, Santoso, dan Suryadinata (2018), mahasiswa UniversitasMuhammadiyah Metro, Vol 4 No. 2 Juli 2018, hal 145-158 yang berjudulBahan Ajar Transformasi Geometri Berbasis Discovery Learning melaluiPendekatan Ernomatematika. Available athttps://journal.umm.ac.id/ojs/index/php/jep/article/view/1224 (diakses 7April).

Fitria, Sulistyaningih, dan Prihaswati (2014), Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Muhamadiyah Semarang, Volume 1 Nomor2, September 2014, ISSN: 2339-2444 dengan judul Keefektifan MetodeGuideddiscovery Learning Bernuansa Multiple Intelligences UntukMeningkatkan Kemampuan pemecahan masalah matematis. Available athttps://journal.ums.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/4160 (diakses 3April 2019).

Groschner, Pehmer, and Seidel (2015), mahasiswa Technische Universit€atMünchen, Arcisstraße 21, 80333 Munich, Germany, dalam ElvesierLearning and Instruction 35 (2015) 94e103 dengan judul Effects of aclassroom discourse intervention on teachers' practice and students'motivation to learn mathematics and science. Available athttps://eric.ed.gov/?id=EJ1086950 (diakses 7 April 2019).

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 100: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

176

Hamdu dan Agustina (2016), ISSN 1412 yang berjudul Pengaruh MotivasiBelajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Available athttps://journal.go.id./file/dokumen/2016.ed.gov/?id=EJ1088950 (diakses 7April 2019).

Handiko, Sajidin, dan Maridi (2016), Universitas Sebelas Maret Surakarta denganjudul Pengembangan Modul Biologi Berbasis Discovery Learning (Part ofInquiry Spectrum Learning-Wenning) Pada Materi Bioteknologi Kelas XIIIPA di SMA Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015. Available athttps://journal.usm.go.id./file/dokumen/2016.ed.gov/?id=EJ1088950(diakses 27 April 2019).

Hanggara dan Alfionita (2015), Program Studi Pendidikan Matematika danFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Kepulauan,Batam, Indonesia ISSN cetak: 2301-5314 yang berjudul EksperimentasiModel Pembelajaran Probing Promting dan Discovery Learning TerhadapHasil Belajar Matematika ditinjau dari Minat Belajar Siswa Kelas VII SMPNegeri 3 Batam. Available at https://journal.umpwr.ac.id/index.php/1657.(diakses 7 April 2019).

Heryani dan Setialesmana (2017), Pendidikan Matematika Universitas Sliwangidengan judul Penggunaan Model Discovery Learning terhadap PeningkatanKemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik. Available athttps://journal.go.id./file/dokumen/2017.ed.gov/?id=EJ1088950 (diakses 17April 2019).

Hosnan, M. 2016. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam PembelajaranAbad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Makmur (2015) dalam Jurnal Edutech Volume 1 Nomor 1 Maret 2015 ISSN2442-6024 e-ISSN 2442-7063 dengan judul Efektifitas Penggunaan MetodeBase Method dalam Meningkatkan Kreativitas dan Motivasi BelajarMatematika Siswa SMPN 10 Padangsidimpuan. Available athttp://ejournal.undiksha.ac.id.index.php/JJPBS/article/view/2988. (diakses 8April 2019).

Masruha, Sunardi, dan Indah (2016), Mahasiswa Program Studi PendidikanMatematika Universitas Jember dengan judul Pengembangan PerangkatPembelajaran Matematika Model Pembelajaran Arias (Assurance,Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan Metode PenemuanTerbimbing (Guide Discovery) Sub Pokok Bahasan Lingkaran SMP KelasVIII. Available athttp://ejournal.universitasjember.ac.id.index.php/JJPBS/article/view/2988.(diakses 12 April 2019).

Novitasari (2014), Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni UniversitasNegeri Surabaya dalam Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3Tahun 2014, 18-23 dengan judul Penerapan Model Quantum Learning

Page 101: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

177

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Bentuk Siswa Kelas VII-CSMP Negeri 4 Bojonegoro. Available athttps://journal.uns.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/2014 (diakses 12Maret 2019).

Prasetyana, Sajidan, dan Maridi (2014), FKIP Universitas Sebelas MaretSurakarta, ISSN: 2252-7893 Volume 4, No. 2, 2015 (135-148) dengan judulPengembangan Model Pembelajaran Discovery Learning yangDiintegrasikan dengan Group Investigation Materi Protista Kelas X SMANegeri Karangpandan. Available athttps://journal.usms.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/377 (diakses 7Februari 2019).

Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen Peserta Didik Dan Model Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis DataPenelitian dengan SPSS. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Purwatiningsih (2015), dengan judul Penerapan Metode Penemuan Terbimbinguntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Luas Permukaan danVolume Balok. Available athttps://journal.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/3871 (diakses 13 Maret2019).

Putri (2017), Mahasiswa prodi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Medan yangberjudul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadapHasil Belajar Siswa dan Aktivitas Siswa. Available athttps://journal.unm.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/387 (diakses 12Maret 2019).

Rahayu, dkk Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaUniversitas Negeri Padang (2016) dengan judul Pengaruh Metode SomaticAudotory Visual Intellectual dan Motivasi Belajar terhadap KeterampilanMenulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII Mtsn Kayu Kalek KecamatanLengayang Kabupaten Pesisir Selatan.https://journal.unm.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/387 (diakses 10Februari 2019).

Rahmawati, dkk tahun (2015), Universitas Sebelas Maret dengan judul PenerapanModel Pembelajaran aktif tipe Index Card Match dalam PeningkatanPembelajaran IPS Siswa Kelas V.https://journal.usm.ac.id./sju/index.php/ujbe/article/view/2015 (diakses 10Februari 2019).

Rambe, dosen tetap Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dalamjurnal tarbiyah, Vol. 25, No. 1, Januari-Juli (2018), P-ISSN: 0854–2627, E-

Page 102: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

178

ISSN: 2597-4270 dengsn judul Penerapan Strategi Index Card Match untukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Available at http://www.jurnal.uin.ac.id/index.php/article/view/1085(diakses 7 Februari 2019).

Riduwan. 2013. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2015. Belajar mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Achmad & Catherina Tri Anni. 2015. Psikologi Pendidikan. Semarang:UNNES PERS.

Rozaini dan Anti (2017), Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan ISSN:2301-7775 dengan judul Pengaruh Motivasi Belajar dan Kepercayaan diriSiswa Terhadap Prestasi Belajar. Available at http://journal.ac.id//view2301.(diakses 13 April 2019).

Rutten, Joolingen, and Veen (2013), mahasiswa Computers dan Education 58 (1),136-153, 2013 dengan judul The learning effects of computer simulation inscience education. http://www.journal.ac.id//EEJ/article/view/5525 (diakses3 April 2019).

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Sembiring dan Mukhtar (2015), dengan judul Strategi Pembelajaran dan MinatBelajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Available athttp://journal.ac.id//view2301. (diakses 13 April 2019).

Shinta, Lufri, dan Razak (2014), Mahasiswa Prodi Pend. Biologi PPs UNP,dengan judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi BerorientasiPendidikan Karakter Dengan Pendidikan Karakter Dengan PendekatanGuided Discovery Pada Materi Jaringan Hewan untuk SMA/MA. Availableat https://unp.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/2014 (diakses 8 April2019).

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Silma (2017) dalam Pekbis Jurnal Pascasarjana Universitas Riau JurusanPendidikan Ekonomi Volume 9 Nomor 1 Tahun 2017 halaman 68-76dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ExplicitInstruction terhadap Motivasi dan Hasil Belajar siswa kelas XI IPS padaPelajaran Ekonomi (Akuntansi) di SMAN 1 Langgam KabupatenPelalawan. Available at https://ur.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/1032(diakses 10 April 2019).

Page 103: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

179

Siahaan dan Bakri (2016), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Jakarta dengan judul Pengembangan ModelPembelajaran Discovery Learning Pada Kegiatan Pembelajaran FisikaSMA. Available at https://unj.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/1119(diakses 19 April 2019).

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta.

Sudjana, Nana. 2017.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta.

Sulfahri (2017), STKIP Taman Siswa Bima dalam Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 8.No. 1, Januari–Juni 2018 ISSN: 2088-0308 dengan judul Peningkatan HasilBelajar Mengapresiasi Karya Seni Rupa melalui Penggunaan MediaPembelajaran Appreciation Card pada Mahasiswa Semester VI A, MataKuliah Pendidikan Keterampilan Seni Rupa Program Pgsd di Stkip TamanSiswa Bima Tahun 2017. http://www.journal.ac.id//EEJ/article/view/5525(diakses 3 April 2019).

Suliyanto. 2014. Statistika Non Parametrik. Yogyakarta: Andi Cetakan.

Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Sutrisno (2016), FKIP Universitas Sebelas Maret. Volume 6, No 1, Februari 2016(111-120) ISSN: 2088-286, e-ISSN: 2476-9401 yang berjudul Faktor-faktoryang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PraktikKelistrikan Otomotif SMK di Kota Yogyakarta. Available athttps://usm.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/1032 (diakses 7 April 2019).

Thobroni. 2015. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Ula, S. Shoimatul. 2013. Revolusi Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uno, Hamzah B. 2016. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Vibulphol (2016), Faculty of Education, Chulalongkorn University, Bangkok,Thailand Correspondence dalam jurnal English Language Teaching; Vol. 9,No. E-ISSN 1916-4750 Published by Canadian Center of Science andEducation, dengan judul Students Motivation and Learning and TeachersMotivational Strategies in English Classrooms in Thailand. Available at

Page 104: KEEFEKTIFAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN …lib.unnes.ac.id/33486/1/1401415142_Optimized.pdf · menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Discovery

180

http://journal.student.chulongkomuniversity.com/pdf/IJSSIR/2016/Februari/15.pdf (diakses 6 Februari 2019).

Widoyoko, Eko Putra. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Widyastuti (2016) dari Universitas Negeri Semarang, berjudul Keefektifan TwoStay Two Stray Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Pemanfaatan SumberDaya Alam Kelas IV SDN Kajongan Kabupaten Pekalongan. Available athttps://unnes.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/1032 (diakses 7 April 2019).

Wisudawati, Asih Widi. dan Sulistyowati, Eka. 2017. Metodologi PembelajaranIPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Yuliani dan Saragih (2015), mahasiswa Department of Mathematics, ScienceFaculty, State University of Medan, Indonesia. ISSN 2222-1735 (Paper)ISSN 2222-288X (online) Vol.6, No.24, 2015 dengan judul TheDevelopment of Learning Devices Based Guided Discovery Model toImprove Understanding Concept and Critical Thinking MathematicallyAbility of Student at Islamic Junior High School of Medan. Available athttp://journal.student.chulongkomuniversity.com/pdf/ISSN/2015/Maret/15.pdf (diakses 9 April 2019).

Yulyanitha (2014) Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP Universitas NegeriGanesha Singaraja Indonesia dengan judul Pengaruh Model PembelajaranSAVI Berbantu Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VSDN di Gugus V Kecamatansukasada. Available athttps://universitasnegeriganesha.ac.id/index.php/JEUJ/article/view/2014(diakses 17 April 2019).