kerjasama militer indo - as di kawasan asia pasifik bab i
DESCRIPTION
BAB ITRANSCRIPT
HUBUNGAN KERJASAMA MILITER AMERIKA
SERIKAT DAN AUSTRALIA DI KAWASAN ASIA
PASIFIK TAHUN 2011-2014
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang
Hubungan Internasional
Oleh: Alfaraby Ceina Alghazaly
211000053
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Universitas Paramadina Program Studi Hubungan Internasional 2015
Nama : Alfaraby Ceina Alghazaly NIM : 211000053 Judul : Hubungan Kerjasama Militer Amerika Serikat dan Australia
Tahun 2011-2014
Skripsi ini menjelaskan tentang kerjasama Amerika Serikat dengan negara sekutunya yaitu Australia di kawasan Asia Pasifik. Fokus permasalahannya yaitu mengenai hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia di Kawasan Asia Pasifik tahun 2011-2014. Secara garis besar kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan Australia sudah terjalin sejak lama. Bahkan saat perang dunia terjadi pun kedua negara ini sudah beraliansi. Dengan kekuatan militer, ekonomi, dan teknologi yang maju, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara yang diminati untuk diajak bekerjasama oleh negara-negara lain, khususnya negara berkembang. Bagi Australia sendiri, kemenangan Amerika Serikat atas Perang Dunia II dan Perang Dingin telah menunjukkan pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan dan keamanan Australia dan Kawasan Asia Pasifik. Kawasan Asia Pasifik ini merupakan fokus kawasan baru Amerika Serikat setelah sebelumnya Amerika Serikat terfokuskan pada Kawasan Timur Tengah. Adanya pergeseran focus kawasan ini dilatarbelakangi oleh kemajuan signifikan yang dialami negara-negara Asia Pasifik di tengah terjadinya krisis Eropa. Selain itu keberadaan China dengan kemajuan militernya di kawasan tersebut dianggap sebagai ancaman bagi Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat meningkatkan kerjasama militernya dengan Australia. Salah satu bentuknya adalah pembangunan pangkalan militer di Darwin, Australia.
Dalam pembahasan penelitian ini akan di bantu oleh metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Adapun konsep Collective Defence, teori Balance of Power, dan konsep National Interest yang akan digunakan dalam membantu analisa mengenai bagaimana hubungan kerjasama Amerika Serikat dan Australia di Kawasan Asia Pasifik tahun 2011-2014. Kata Kunci : Kerjasama militer, Amerika Serikat, Australia, Kawasan Asia
Pasifik
ii
ABSTRACT
Paramadina University Department of International Relation 2015
Name : Alfaraby Ceina Alghazaly NIM : 211000053 Title : Hubungan Kerjasama Militer Amerika Serikat dan Australia
Tahun 2011-2014
This thesis describes the US cooperation with allies including Australia in the Asia Pacific region. The focus of the problem is about military cooperation the United States and Australia in the Asia Pacific region in 2011-2014. Broadly speaking, the military cooperation between the United States and Australia has existed for a long time. Even when the case was the second world war the country is already aligned. With the power of the military, economic, and technological progress, making the United States as a country of interest to be invited to work by other countries, especially developing countries. For Australia itself, the US victory over World War II and the Cold War has demonstrated the importance of the US role as guardian of the defense and security of Australia and the Asia Pacific region. The Asia Pacific region is the focus of a new area of the United States after the United States focussed on the Middle East region. The shift in focus is motivated by the region experienced significant progress the countries of Asia Pacific region amid the European crisis. Besides the existence of China with its military advances in the region is regarded as a threat to the United States. Therefore, the United States increased its military cooperation with Australia. One form is the construction of a military base in Darwin, Australia.
In the discussion of this research will be helped by qualitative descriptive method. The concept of Collective Defence, the theory of Balance of Power, and the concept of National Interest which will be used in helping the analysis of how the cooperative relationship the United States and Australia in the Asia Pacific region in 2011-2014.
Keywords : Military Cooperation, United States of America, Australia, Asia Pasific Region.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kajian militer-strategis dan diplomasi merupakan ilmu tradisi dalam disiplin HI.
Yang mana ilmunya mempelajari tentang praktek dan tatacara hubungan antar negara
yang dapat menjamin kemanan dan ketertiban dunia. Pada masa Perang Dingin, kajian
ini begitu populer karena para peneliti HI memfokuskan perhatiannya pada strategis dan
kebijakan pertahanan negara, terutama negara Adikuasa Amerika Serikat dan kelompok
negara “major power” seperti Uni Soviet, Eropa , Rusia, China, dan Jepang1.
Namun pasca Perang Dingin yang di tandai dengan runtuhnya Uni Soviet,
keadaan menunjukan kepada para peneliti HI bahwa strategi dan kebijakan pertahanan
negara Adikuasalah yang paling kuat. Dengan bantuan Eropa Barat dalam melawan Uni
Soviet dan Eropa Timur, Amerika Serikat dapat muncul sebagai satu – satunya negara
yang sangat berkuasa di dunia2. Namun selain kemunculannya sebagai pemenang
Perang Dingin, adapun isu – isu baru serta negara – negara baru merdeka yang turut
bermunculan. Saat ini negara baru merdeka tersebut dikenal dengan sebutan negara
berkembang.
Dengan keadaan yang demikian berubah, Amerika Serikat pun meningkatkan
hubungan kerjasama dengan negara lain guna mempertahankan gelarnya sebagai negara
Adidaya, dan memperluas pengaruhnya. Hubungan kerjasama tersebut tidak hanya
meliputi kerjasma politik, ekonomi, dan militer, Melainkan kerjasama yang disesuaikan
dengan perkembangan isu – isu baru yang muncul seperti kerjasama lingkungan,
kemanusiaan, social, dan lainnya. Disini Henry Kissing berpandangan bahwa hubungan
kerjasama Amerika Serikat tersebut merupakan hal yang benar. Karena sebagai negara
super power, Amerika Serikat memiliki tugas utama negara yaitu untuk memanipulasi
perimbangan kekuatan dalam ketertiban dunia.
1 Hermawan P Yulius, 2007, Tranformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu. Hal 10 2 Ibid,. Hal 10
2
Dalam menjalin hubungan kerjasamanya, Amerika Serikat sendiri mendapatkan
kemudahan karena memiliki perekonomian yang maju dan teknologi yang canggih
dibandingkan dengan negara – negara lain. Sebenarnya kedua hal tersebut merupakan
daya tarik utama Amerika Serikat dalam menjalin hubungan antarnegara khususnya
dengan negara – negara berkembang. Dan Amerika Serikat menggunakan daya tarik
tersebut salah satunya untuk menjalin hubungan kerjasama militer dengan Australia.
Australia sebelumnya merupakan negara persemakmuran Inggris yang sejak
lama berada dalam perlindungan Inggris, hal ini dapat dilihat ketika pada masa perang
dunia pertama, dimana Australia ikut berperang atas dasar kesepahamannya dengan
Inggris. Namun, pada akhir perang dunia kedua, hubungan Australia lebih dekat dengan
sekutu Inggris, yaitu Amerika Serikat. Hal ini tidak lepas dari kemunculan Amerika
Serikat sebagai negara kuat pada saat itu, dimana Amerika Serikat mampu mengalahkan
Jepang dengan menjatuhkan bom di Hiroshima dan Nagasaki. Kekalahan Jepang oleh
Amerika Serikat ini juga membuat Australia memandang bahwa Amerika Serikat
adalah negara yang cocok untuk digunakan sebagai pelindung kepentingan mereka.
Karena sebelumnya pada masa perang dunia kedua kekuatan Inggris dirasa belum
cukup untuk melindungi kepentingan Australia, dimana hal ini dapat dilihat dari
kekalahan pasukan militer Inggris di Darwin dari pasukan Jepang pada saat itu3.
Dengan kata lain awal mula kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan Australia
berlandaskan pada kepentingan Australia yang mempererat hubungannya dengan
Amerika Serikat untuk memastikan keamanan wilayahnya dari invasi Jepang.
Seperti yang sudah dijelaskan Australia kini merupakan negara sekutu Amerika
Serikat. Kedekatan hubungan Amerika Serikat dengan sekutunya ini sebenarnya sudah
terjalin begitu lama, kurang lebih sudah dari 100 tahun yang lalu. Buktinya yaitu
Amerika Serikat dan Australia bersama-sama mengirimkan pasukannya pada tahun
1900 untuk menghentikan pemberontakan Boxer di Cina4. Hubungan ini semakin
instens di masa-masa awal perang dunia pertama, dimana pada saat itu Australia dan
Amerika bersama sama berperang di dalam perang Hamel, dan perang Tsushima yang
3 Percy Spender And The Origins Of ANZUS: Australian Inisiative, http://www.adelaide.edu.au/apsa/docs_papers/Aust%20Pol/Penrose.pdf, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:14 4 Congressional Research Service, ‘Australia: Background and U.S Relations’, http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33010.pdf, diakses pada 7 Desember 2014, pukul 21:24
3
lalu ditindak lanjuti oleh Presiden Roosevelt dengan mengirimkan Armada Great White
Fleet ke Australia pada tahun 1908 untuk menangkal ancaman dari expansi militer
Jepang yang semakin agresif.5
Hubungan kerjasama Amerika Serikat dengan Australia selanjutnya semakin
menunjukan kedekatan yang sangat signifikan, hal tersebut terlihat jelas dalam
kesepakatan ANZUS (Australia, New Zealand, United States) yang dibentuk pada 1
September 1951 di San Fransisco6. Dalam hal ini ANZUS seakan menjadi salah satu
cara untuk lebih mengikat hubungan Australia dan Amerika Serikat khususnya, untuk
saling meningkatkan kerjasama dalam menghadapi ancaman bersama7.
Komitmen Amerika Serikat dan Australia dalam kesepakatan ANZUS
diwujudkan dalam menjalankan misinya untuk menjaga keseimbangan kekuatan dalam
menghadapi komunis. Yaitu dengan mendukung Korea Selatan dalam Perang Korea
dan juga menghalangi kebangkitan Jepang yang dapat mengancam stabilitas Asia
Pasifik 8. Penekanan terhadap Jepang ini didasari pada fakta yang menunjukan Jepang
sebagai negara yang berambisi dan memiliki sikap agresif militer untuk menguasai
dunia, terbukti Jepang merupakan negara pertama dan satu – satunya yang terlibat
dalam Perang Dunia ke dua.
Berbicara mengenai ANZUS, dalam menjalankan misinya ANZUS sendiri tidak
memiliki sistem pertahanan yang canggih atau pasukan khusus seperti NATO. Akan
tetapi Australia dan Amerika Serikat seringkali mengadakan latihan militer bersama.
Latihan militer ini meliputi latihan angkatan laut dan darat, pelatihan pasukan khusus
dan standardisasi peralatan persenjataan. Selain itu kedua negara juga mengoperasikan
beberapa fasilitas gabungan seperti satelit untuk peringatan dini, dan sinyal intelijen di
Asia Tenggara dan Asia Timur9 .
Melalui kerjasama militer Australia dan Amerika Serikat dalam ANZUS, dan
melihat kemenangan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II telah menunjukkan
5 Ibid,. 6 William T. Tow, 2008, Contemporary Southeast Asia, Asia’s Competitive “Strategic Geometries” : Australian Perspective, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. Hal 31 7 Department od Foreign Affairs and Trade Australia. Australia- US alliance, http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:16 8 William T. Tow, 2008, Op,.Cit. Hal 31 9 Department of Foreign Affairs and Trade Australia, Australia- US alliance. http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:19
4
pentingnya peran Amerika Serikat sebagai pengawal pertahanan dan keamanan
Australia dan Kawasan Asia Pasifik. Dengan kata lain pembentukan pertahanan
ANZUS di kawasan Asia Pasifik ini bisa pula dikatakan sebagai strategy of denial
toward United Kingdom, yang di latar belakangi oleh ketakutan dan kekhawatiran
Australia dan Selandia Baru atas ancaman dari utara10. Dimana rasa ketakutan dan
kekhawatiran tersebut mendorong kebutuhan kedua negara akan perlindungan dari
negara yang lebih besar dan lebih kuat untuk melindungi keamanan mereka.
Perhatian Amerika Serikat terhadap stabilitas kawasan Asia Pasifik bisa
dikatakan baru. Karena kebijakan luar negeri Amerika Serikat sebelumnya kita ketahui
lebih terfokuskan pada kawasan Timur Tengah terkait masalah terrorisme. Di tahun
2001, tepatnya pasca tragedi World Trade Centre (WTC), Amerika Serikat yang pada
saat itu dipimpin oleh Bush Jr berupaya untuk meningkatkan kekuatan militernya di
kawasan Timur Tengah11. Diawali dengan aksi penyerangan kelompok teroris ke
gedung WTC dan gedung Pentagon tepatnya pada 11 September 2001 yang menelan
banyak korban warga sipil yang tidak bersalah, Amerika Serikat segera merumuskan
kebijakan luar negerinya terkait pemberantasan terhadap jaringan teroris internasional12.
Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan dalam merespon tragedi tersebut dikenal
dengan Bush Doctrine13. Doktrin tersebut berisi ancaman kepada dunia internasional
dalam memerangi terorisme dan dikenal dengan kebijakan War on Terrorism 14 .
Kebijakan War on Terrorism tersebut mendapatkan dukungan penuh dari negara sekutu
Australia. Dukungan terhadap kebijakan War on Terrorism direalisasikan Australia
dengan pengiriman pasukannya ke Afghanistan pada tahun 2001 dan Irak pada tahun
200315.
10 Yuli Trisnawati, Penempatan Pasukan Militer Amerika Serikat di Australia dalam eJurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014: 59-70. Hal 65. 11 Akankah.Era.George.W.Bush.Terulang, http://internasional.kompas.com/read/2012/01/08/06202956/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:12 12 Stephen M. Walt. America and The World, Debating the New Shape of International Politics. New York: Council and Foreign Relations. 2002. Hlm. 320 13 Bush Doctrine U.S. action 'should not spill over': Beijing, http://articles.cnn.com/keyword/bush-doctrine/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:16 14 Pre-emptive strikes, http://www.bbc.co.uk/ethics/war/just/preemptive.shtml, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:14 15 Australia invokes ANZUS Treaty to stand by the US–2008-01-10, http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568C22C9/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:33
5
Tidak hanya masalah terorisme yang menjadi fokus utama kebijakan luar negeri
Amerika Serikat pada saat itu. Bush menuduh Irak memiliki dan mengembangkan
senjata pemusnah massal atau Weapons of Mass Destruction (WMD). Kemudian
doktrin ini dikenal dengan Preemptive Military Strikes Doctrine16. Dan kebijakan
Amerika Serikat ini lagi – lagi mendapat dukungan penuh dari Australia.
Hingga akhir pemerintahan Bush Jr, kebijakan luar negeri Amerika Serikat
masih tetap difokuskan ke Timur Tengah tanpa menghiraukan perkembangan kawasan-
kawasan lain. Pada tahun 2008, Amerika Serikat mengadakan pemilihan umum
(pemilu) presiden17. Barack Hussein Obama yang merupakan presiden terpilih, pada
masa-masa kampanyenya saat masih sebagai salah satu kandidat presiden Amerika
Serikat menyinggung mengenai perang di Timur Tengah. Salah satu janjinya ialah
komitmennya untuk segera menyelesaikan perang di Timur Tengah. Karena perang
tersebut dianggap telah banyak menghabiskan anggaran pertahanan Amerika Serikat.
Perang di Timur Tengah adalah salah satu penyebab krisis ekonomi Amerika Serikat.
Oleh karena itu, ia bertekad untuk membawa Amerika Serikat keluar dari krisis
perekonomian global, salah satu caranya ialah dengan menghentikan perang di Timur
Tengah.
Namun seiring berjalannya kebijakan War on Terrorism dan berlangsungnya
demokratisasi di kawasan Timur Tengah. Sejak empat dekade terakhir, negara-negara
Asia Pasifik mengalami perkembangan signifikan khususnya dalam bidang ekonomi
dan militer yang kemudian memunculkan kawasan Asia Pasifik sebagai suatu pusat
kecenderungan aktivitas dunia internasional18.
Kemajuan signifikan yang dialami negara-negara Asia Pasifik berdampak
terhadap konstelasi politik dan keamanan di kawasan tersebut. Terjadi peningkatan
masalah keamanan yang dihadapi negara-negara Asia Pasifik, salah satunya ialah
meningkatnya klaim kedaulatan atas wilayah perairan di Laut China Timur dan Laut
China Selatan hingga menjadi potensi konflik yang cukup mengkhawatirkan bagi
16 Ibid,. 17 Pemilu Presiden Amerika Serikat 2008, http://www.fnsindonesia.org/?id=3419&start1=1820&start2=0/, diakses pada 5 Oktober 2014 pukul 17:15 18 Part I: Overview of the Asia-Pacific Region, http://www.apfed.net/pub/apfed1/final_report/pdf/overview.pdf/, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:23
6
negara kawasan. Konflik wilayah perairan ini terjadi selaras dengan persaingan
peningkatan kekuatan maritim antar negara Asia Pasifik, khususnya China, Jepang, dan
India. Diantara negara-negara yang tengah membangun kekuatan maritim mereka
tersebut, China cenderung dianggap sebagai negara yang memiliki potensi konflik
paling dominan yang dapat mengganggu stabilitas kawasan 19 . Situasi tersebut
mengalihkan fokus kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang sebelumnya
terfokuskan pada kawasan Timur Tengah, menjadi ke Kawasan Asia Pasifik.
Pengalihan fokus kebijakan Amerika Serikat ini membuat Presiden Amerika Serikat
Barack Obama beserta Perdana Menteri Australia Julia untuk mengerahkan kekuatan
militernya ke kawasan Asia Pasifik sebagai misi militer utama.
Langkah awal pengalihan focus kebijakan Amerika Serikat ini dapat dilihat
penutupan basis militer Amerika Serikat dan menarik mundur pasukannya secara
bertahap dari wilayah negara Irak dan Afghanistan. Langkah ini di lakukan Amerika
Serikat karena telah berakhirnya perang Irak pada Agustus 2010 dan dimulainya proses
transisi dalam pemerintahan Afghanistan di awal tahun 201120. Pengurangan kekuatan
militer Amerika Serikat di Timur Tengah semakin menguatkan adanya indikasi
perubahan strategi dalam kebijakan militer Amerika Serikat untuk mengalihkan fokus
kebijakan militernya ke kawasan Asia Pasifik. Hal ini kemudian dipertegas oleh Obama
dalam pidato kunjungannya di Australia pada November 201, Bahwa Kawasan Asia
Pasifik akan menjadi prioritas dalam kebijakan militer Amerika Serikat21. Kebijakan
Obama tersebut kemudian di kenal sebagai Asia Pasific Pivot. Dalam
mengimplemantasikan kebijakan barunya tersebut, Amerika Serikat menggandeng
Australia denagn cara meningkatkan hubungan kerjasama militer untuk memastikan
tujuan – tujuan kebijakan Asia Pacific Pivot tersebut terlaksana dengan semestinya.
Tujuan kebijakan Asia Pacific Pivot yaitu22:
19 Prabhakar, Lawrence W., Joshua H. Ho, and Sam Bateman. 2006. The Evolving Maritime Balance of Power in the Asia Pacific”. Singapore: Institute of Defense and Strategic Security dan World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. 20 Khairunnisa . Kebijakan Militer Amerika Serikat Di Kawasan Asia Pasifik 2009-2012 Ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 589-604 ISSN 0000-0000. Hal 590 21 Remarks By President Obama to the Australian Parliament, http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/17/remarks-president-obama-australian-parliament, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:30 22 The White House Office of the Press Secretary, “Remarks By President Obama to the Australian Parliament” 20 November 2012
7
1. Amerika Serikat akan memainkan peran yang lebih besar dan dalam jangka
waktu yang panjang akan ikut membentuk masa depan kawasan Asia Pasifik.
2. Untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan Amerika Serikat.
3. Untuk ikut terlibat dalam membentuk norma dan aturan kawasan Asia-Pasifik.
4. Untuk memastikan bahwa kawasan Asia Pasifik menghormati hukum
internasional dan norma-norma yang berlaku.
1.2 Identifikasi Masalah
Pada November 2011 melalui pertemuan Australian – US Ministerial
Consultations (AUSMIN) di San Francisco, Presiden Amerika Serikat Barack Obama
dan Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengumumkan akan meningkatkan
kerjasama militer. Peningkatan kerjasama tersebut dilakukan dengan menempatkan
pangkalan militer Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2012 di pangkalan udara
Robertson Baracks, Darwin, Australia. Kesepakatan Amerika Serikat dan Australia
untuk penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Utara
ditunjukkan dengan dikirimnya 200 prajurit korps marinir Amerika Serikat (USMC)
yang tiba di Darwin pada Rabu 4 April 2012 yang direncanakan akan ditugaskan selama
enam bulan. Jenderal Joseph Dunford terlebih dulu tiba di Australia pada Jum’at 30
Maret 2012 untuk meninjau barak yang akan digunakan oleh Marinir Amerika Serikat.23
Ini adalah gelombang pertama dari rencana penempatan 2.500 prajurit Marinir Amerika
Serikat yang akan ditempatkan di Darwin tahun 2012. Penempatan 2.500 pasukan
tersebut akan tergabung dalam Marine Air Ground Task Force. Berdasarkan
kesepakatan, militer Amerika Serikat dapat mempertahankan kehadiran pasukannya di
Australia sampai 201724. Mulai tahun 2012 Australia akan menerima penguasaan kapal
– kapal Marinir Amerika Serikat di Darwin. Untuk mendukung kerjasama militer ini
23 Marinir AS Tiba di Darwin, Australia. http://www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/2012/04/120404_foto_australia.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:24 24 Pangkalan Militer AS di Darwin Hanya 820 Km Dari Indonesia. http://www.mataharinews.com/internasional/asia/1321-pangkalan-militer-as-di-darwin-hanya-820-km.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:33
8
Australia telah memfasilitasi Amerika Serikat dengan menggunakan infrastruktur
muliter yang terlah dimiliki Australia25.
Dalam hal ini, dengan kedatangan para prajurit Marinir Amerika Serikat di
Darwin, Perdana Menteri Australia Julia Gillard, beserta Menteri Pertahanan Stephen
Smith, dan Menteri Teritori Utara Paul Henderson menyambut dengan pernyataan
bahwa kerjasama militer tersebut telah menunjukan evolusi dari berbagai latihan yang
telah dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Angkatan bersenjata Australia di
Darwin26.
Berkaitan dengan hal tersebut terdapat dua alasan utama yang dikemukakan oleh
Presiden Barack Obama terkait penempatan pangkalan militernya di Darwin, yang
pertama adalah untuk menjaga dan meningkatkan kerja sama militer antara kedua
negara yang telah berlangsung lebih dari 60 tahun. Alasan kedua adalah faktor ekonomi,
secara eksplisit Obama mengatakan kehadiran marinir di Darwin untuk melindungi jalur
komersial di Pasifik, dimana jalur ini sangat vital dan merupakan salah satu kepentingan
Amerika Serikat untuk pengembangan ekonomi.27 Secara resmi, perhatian Obama yang
berkaitan dengan ekonomi Amerika Serikat adalah jalur perdagangan di Pasifik, karena
Jalur perdagangan tersebut sangat penting bagi Amerika Serikat. Selain alasan kerja
sama militer dan ekonomi, Presiden Obama juga menyatakan bahwa penempatan
marinir tersebut bertujuan untuk tanggap bencana dan latihan bersama.28
Tidak hanya Amerika Serikat yang memiliki kepentingan nasionalnya,
Melainkan Australia juga memiliki kepentingan nasionalnya tersendiri dalam kerjasama
militer yang dibentuk dengan Amerika Serikat. Kepentingan yang dimiliki Australia
terlihat pada awal pembentukan ANZUS, dimana Australia mendapat banyak bantuan
dari Amerika Serikat seperti perkembangan teknologi dan senja milter, serta
penambahan personel dan pangkalan militer. Dengan hal tersebut, menjadikan Australia
sebagai negara dengan militer dan pertahanan terkuat di Kawasan Asia Pasifik. Karena 25 Yuli Trisnawati, 2014, Op,.Cit. Hal 59. 26 Prajurit Marinir AS Tiba di Darwin, http://internasional.kompas.com/read/2012/04/04/0902072/Prajurit.Marinir.AS.Tiba.di.Darwin, diakses pada 7 November 2014, pukul 17:26 27US military base in Darwin a threat?, http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-threat.html, diakses pada 5 Oktober 2014, pukul 17:27 28 DPR: Pangkalan Militer AS di Aussie Bisa Jadi Ancaman RI, http://news.okezone.com/read/2011/11/21/337/532097/dpr-pangkalan-militer-as-di-aussie-bisa-jadi-ancaman-ri, diakses pada 7 November 2014, pukul 17:22
9
dengan menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat yang merupakan negara
super power dan memiliki hegemoni akan mempermudah Australia dalam mencapai
kepentingan nasionalnya.
Adapun berdasarkan White Paper 2003 tertulis, bahwa adanya kepentingan yang
dimiliki oleh Australia dalam menjalin kerjasama militer dengan Amerika Serikat.
Dimana dalam dokumen White Paper 2003 tersebut berisi bahwa ada kepentingan pada
keamanan domestik dan pemeliharaan Angkatan Pertahanan Australia yang kuat untuk
memenuhi tantangan keamanan nasional yang dihadapi oleh Australia.29 Dalam hal ini,
dapat dilihat dengan adanya kerjasama militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan
Australia, masing-masing kedua negara memiliki suatu kepentingannya tersendiri
terlebih dalam pengalihan fokus kerjasama tersebut ke Kawasan Asia Pasifik. Dimana
Kawasan Asia Pasifik tersebut merupakan jalur yang sangat vital dalam
mengembangkan kepentingan kedua negara tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mendalami pemahaman mengenai hubungan kerjasama militer Amerika
Serikat dan Australia. Permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut akan difokuskan
sebagai berikut:
1. Periode pada pembahasan penelitian akan dibatasi dari tahun 2011-2014.
Mengingat pada Tahun 2011 Amerika Serikat memfokuskan kebijakannya ke
dalam kawasan Asia Pasifik dan pada Tahun 2012 Amerika Serikat
menempatkan pangkalan militernya di Australia
2. Membahas bentuk-bentuk kerjasama militer yang di lakukan Amerika Serikat
dan Australia
3. Membahas proses penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin,
Australia
4. Membahas kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam menempatkan
pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia
29 White Paper 2003, Fighting Terrorism and Global Threats to Our Security
10
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah di jelaskan,
maka muncul rumusan masalah yang akan digunakan sebagai dasar analisa yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia di
Kawasan Asia Pasifik dari tahun 2011-2014?
2. Apa hambatan Amerika Serikat dan Australia dalam meningkatkan kerjasama
militer di Asia Pasifik?
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana hubungan
kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia yang terfokuskan pada
kawasan Asia Pasifik.
2. Mengetahui apa pengaruh dari penempatan pangkalan militer Amerika
Serikat di Darwin, Australia
3. Mendeteksi kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam
meningkatkan kerjasma militer dengan penempatan pangkalan militer
Amerika Serikat di Australia.
4. Menerapkan konsep dan teori hubungan internasional yang relevan
dengan topic penelitian agar pada akhirnya mampu menjawab rumusan
masalah
1.5.2 Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
memahami bagaimana hubungan kerjasama militer Amerika Serikat dan Australia
yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik dari tahun 2011-2014. Mengetahui
11
bentuk – bentuk kerjasama militer yang dilakukan Amerika Serikat dan Australia.
Mendeteksi hambatan Amerika dan Australia dalam meningkatkan kerjasma militer
dengan penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Australia. Dan
menerapkan konsep dan teori hubungan internasional yang relevan dengan topic
penelitian agar pada akhirnya mampu menjawab rumusan masalah.
2. Manfaat ilmiah penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti lain yang
memiliki permasalahan yang sejenis.
1.6 Kerangka Pemikiran
Dalam membahas kerjasama militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan
Australia, dibutuhkan teori-teori yang relevan yang mendukung analisis. Oleh karena itu
disini peneliti akan menggunakan tiga teori yaitu Konsep Collective Defence, teori
Balance of Power,dan teori National Interest.
1.6.1 Konsep Collective Defence
Collective Defence adalah kerjasama militer yang terikat dalam suatu perjanjian
untuk menghadapi ancaman musuh yang muncul.30 Dalam pengertian tradisionalnya,
bentuk kerjasama keamanan ini merupakan “action by the allies to counter ‘an armed
attack’ against any ally”31. Kerjasama militer ini dibangun atas dasar persepsi ancaman
bersama dengan gambaran musuh yang jelas. Berikut adalah konsep dari collective
defence itu sendiri:
Collective Defence organizations are perceived as systemic structures
created by the states in order to deter a common perceived threat that they
cannot balance separately. The character of such an organization is
exclusive, the nature of the threat is narrowly defined and the dividing line
between allies and enemies clear.32
30 Dr. Craig A. Snyder, 2012, Regional Approaches to Security in Europe and the Asia Pacific, diambil
dari www.ocis.org.au/papers/Snyder%20OCIS%20V%202012.doc, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 19:45
31 David S. Yos, NATO’s evolving purposes and the next strategic concept, diambil dari http://www.chathamhouse.org/sites/default/files/public/International%20Affairs/2010/86_2yost.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 20:00
32 ____, NATO: From collective defence to collective security, And the debate goes on, Diambil dari http://home.kku.ac.th/petmas/Nato.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul 20:15
12
Definisi di atas telah memperlihatkan bahwa aliansi collective defence dibentuk
karena satu negara tidak bisa menyeimbangi kekuatan negara lain yang dinilai sebagai
suatu ancaman. Pemetaan antara kawan dan lawan jelas pada aliansi ini. Dari konsep
collective defence (aliansi) tersebut terdapat beberapa karakteristik dari bentuk
pertahanan keamanan bersama ini yakni :
1. Sebagai bentuk pengaturan keamanan untuk mengahalau ancaman eksternal
bersama yang tidak dapat dihadapi sendiri,
2. Konsepnya adalah hubungan timbal balik “one for all, all for one”, prinsip
utamanya adalah serangan militer terhadap satu anggota, maka anggota lain akan
membantu melawan serangan yang muncul meskipun dengan menggunakan
kekuatan bersenjata untuk menjaga stabilitas keamanan,
3. Keanggotaannya bersifat tertutup bagi negara lain,
4. Aliansi yang dibentuk bersifat “war machine” maksudnya adalah
pembentukannya memang untuk serangan-serangan bersenjata dan untuk
berperang. Jadi pembentukan aliansi ini kecenderungannya adalah untuk
berperang bukannya menjaga perdamaian.
5. Aliansi ini bersifat eksklusif, pemetaan sekutu dan musuh tergambar secara
jelas, dan semua peraturannya berlaku hanya bagi para anggotanya,
6. Terdapat perjanjian untuk tidak saling menyerang,
7. Serta ada penggabungan kekuatan militer untuk terus meningkatkan kapabilitas
mliter negara-negara anggotanya.
Dari karakteristik di atas, dapat digambarkan dengan aliansi pertahanan yang
dilakukan Amerika Serikat dan Australia yang bertujuan untuk menjaga stabilitas
keamanan dan kepentingan kedua negara tersebut di kawasan Asia Pasifik.
1.6.2 Teori Balance of Power
Dalam Teori Balance of Power dapat dijelaskan adanya suatu distribusi power
relative antar negara dan menciptakan suatu kondisi ekuilibrium untuk mencegah
adanya dominasi salah satu kekuatan. Di dalam teori balance of power menganggap
13
kestabilan disuatu negara dapat terpelihara jika suatu power dapat diimbangi dalam
sistem internasional. ketika suatu mendapat ancaman, sebagai respon negara yang
merasa terancam akan meningkatkan power serta memperkuat kerjasama militernya
dengan negara lain untuk menyeimbangi power lawannya. Adapun menurut Waltz,
mengenai balance of power aliansi yang terbentuk dapat berubah sebagai suatu respon
dari perubahan power yang dimiliki oleh suatu negara33.
Perubahan terjadi oleh adanya peningkatan power suatu negara akibat
perkembangan politik, ekonomi dan teknologi. Ketimpangan pertumbuhan power
tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan distribusi power yang akhirnya
mengganggu status quo. Bruce M. Russet dan Harvey Starr melihat perubahan sistem
yang terjadi dapat mengganggu balance of power karena menciptakan ketidakstabilan.
Seperti yang telah disebut di atas, perubahan sistem dapat terjadi karena adanya
perubahan kapabilitas suatu negara yang antara lain disebabkan oleh34:
1) Penguasaan teritori, terutama wilayah-wilayah yang menjadi sengketa dengan
negara lain.
2) Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan signifikan sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara.
3) Peningkatan inovasi teknologi, terutama yang berkaitan dengan pengembangan
kekuatan militer melalui akuisisi dan modernisasi baik secara kualitas maupun
kuantitas, perlengkapan, peralatan serta persenjataan militer yang tidak
seimbang antar suatu negara dengan lainnya.
Teori Balance Of Power diatas akan digunakan untuk menjelaskan tujuan dari
penempatan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia. Penggunaan teori
ini didasari dengan melihat adanya potensi yang yang mengganggu stabilitas kawasan
tertentu sehingga mendorong Amerika Serikat dan Australia untuk turun tangan
menstabilkan kawasan tersebut.
1.6.3 Konsep National Interest
Adapun peneliti juga menggunakan Konsep National Interest (kepentingan
nasional) yang merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai yang berhubungan dengan 33 Waltz, Kenneth N, Theory Of Internasional Politics, Addison---Wesley Publishing 34 Yuli Trisnawati, 2014, Op,.Cit. Hal 63-64.
14
kebutuhan bangsa dan yang sudah direncanakan. Sehingga suatu negara memiliki suatu
kepentingan nasional yang relative sama antara semua negara yaitu memberikan
kesejahteraan dan keamanan terhadap masyarakatnya35. Dalam hal ini, keamanan dan
kesejahteraan dapat dijelaskan sebagai nilai-nilai dasar dari kepentingan nasional di
suatu negara. Selain itu, adapun menurut Jack C. Plano dan Roy Olton bahwa
kepentingan nasional terdapat beberapa unsur utama dalam proses nasionalisasi. Unsur
tersebut yaitu actor pembuat keputusan dan tujuan atau kepentingan nasional yang ingin
dicapai oleh suatu negara. Tujuan tersebut pada akhirnya merupakan tolak ukur dalam
keberhasilan politik luar negeri dan strategi yang disertai dengan suatu tindakan yang
rumit namun dapat ditempuh oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara
lain36.
Pandangan lain mengenai teori national interest juga muncul dari pemikiran
Hans J. Morgenthau. Menurut Morgenthau interest merupakan point dari politik
internasional, setiap negara pasti akan melakukan tindakan berdasarkan dorongan
national interest-nya, di mana national interest secara umum didefinisikan sebagai
power. Power ini sendiri pun bisa berupa power ekonomi, militer, politik, ideologi dan
kebudayaan. Hans J. Morgenthau pun mengemukakan bahwa dalam national interest
Amerika Serikat , setiap tindakan politik yang dilakukan adalah bertujuan untuk
menjaga, meningkatkan dan mendemonstrasikan power-nya. Tujuannya adalah:
pertama untuk menjaga kondisi balance of power yang ada, kedua untuk mencari power
yang lebih besar lagi dan, ketiga untuk menunjukkan power-nya guna menjaga ataupun
meningkatkan power-nya37.
Dalam hal ini, teori national interest akan digunakan untuk menganlisis
kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam menjalankan kerjasama militernya
yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik, khususnya terkait penempatan pangkalan
militer Amerika Serikat di Darwin, Australia. Dimana dalam penggunaan teori ini juga
akan mendeteksi penggunaan power oleh Amerika Serikat dan Australia dalam
memenuhi kepentingan nasionalnya. 35 Rudy, T.May. 2002. Studi Strategi, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung: Refika Aditama. Hal 116. 36 Jack C. Plano Dan Roy Olton. “The International Relations Dictionary”, Holt, Rineheart & Winston, USA, 1967, Hal. 127. 37 Rosenau, James N. 1969. Internasional Politics and Foreign Policy: Areader On Research and Theory, New York: Free Press.
15
1.7 Metodologi Penelitian
Untuk mencapai hasil yang mampu menjawab rumusan masalah dari penelitian,
di sini diperlukan metodologi penelitian yang tepat dengan memperhatikan kebutuhan
yang relevan dengan penelitian. Lebih lanjut, kebutuhan tersebut akan dipaparkan
berdasarkan bagian - bagian metodologi penelitian yang terbagi menjadi tiga
diantaranya adalah metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
1.7.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulaitatif
yang bersifat deskriptif. Penggunaan metode ini ditujukan untuk memberikan deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki melalui cara pengumpulan data setelah semua
peristiwa yang hendak dikumpulkan telah selesai berlangsung38. Metode kualitatif ini
digunakan untuk mengkaji sesuatu seperti apa adanya (variable tunggal) atau pola
hubungan (korelasional) antara dua atau lebih variabel39.
Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah hubungan kerjasama
militer Amerika Serikat dan Australia yang terfokuskan pada kawasan Asia Pasifik dan
kepentingan – kepentingan Amerika Serikat dan Australia dalam meningkatkan
hubungan kerjasama militernya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kerjasama
militer Amerika Serikat dan Australia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kepentingan Amerika Serikat dalam menempatkan pangkalan militernya di Australia.
Dalam hal ini, penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan adanya korelasi antara dua
variabel tersebut.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
38 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan ke-3, 1988. Hal 63. 39 Dr. Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Departemen Ilmu Administrasi Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006. Hal 108.
16
Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi
kepustakaan atau studi dokumen. Pengumpulan data dengan teknik studi dokumen ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur yang relevan dengan penelitian berupa
buku, artikel dari buku, surat kabar, dan jurnal ilmiah. Menurut Bailey, studi dokumen
merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang bersifat teoritis yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, yang dapat diperoleh dengan cara membaca dan
mempelajari dokumen-dokumen dan literatur-literatur yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti40.
1.7.3 Analisis Data
Dan dengan data-data yang akan didapat, peneliti mengunakan metode
penulisan yang digunakan adalah induktif. Analisa secara induktif adalah bahwa
polapola, tema-tema, dan kategorisasi bertumpu pada data yang ada, kesemuanya itu
muncul dari data dan analisisnya dilakukan secara terus menerus41. Dapat diperjelas
analisa yangakan diteliti bergantung pada data yang didapat pada wawasan pikiran
peneliti. Maka dari itu, kebenarannya dalam metode ini sangat diprioritaskan. Dalam
hal ini, penelitian akan dilakukan secara terus-menerus guna mendapatkan data-data
terbaru
40 Kenneth D. Bailey, Methodology of Social Research (2nd ed.). New York: The Free Press, A Division of MacMillan Publishing Co. Inc., 1982. Hal 38. 41 Budi Puspo, Pendekatan Kualitatif dalam Dialogue, dalam JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005: 854---867. Hal. 863.
Daftar Pustaka
Buku:
Dr. Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Departemen Ilmu Administrasi Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, 2006.
Jack C. Plano Dan Roy Olton. “The International Relations Dictionary”, Holt, Rineheart
& Winston, USA, 1967.
Kenneth D. Bailey, Methodology of Social Research (2nd ed.). New York: The Free
Press, A Division of MacMillan Publishing Co. Inc., 1982.
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cetakan ke-3, 1988.
Peter Harris dan Ben Reilly, Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan
untuk Negosiator, AMEEPRO, 2000.
Prabhakar, Lawrence W., Joshua H. Ho, and Sam Bateman. 2006. The Evolving
Maritime Balance of Power in the Asia Pacific”. Singapore: Institute of Defense
and Strategic Security dan World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Rosenau, James N. 1969. Internasional Politics and Foreign Policy: Areader On
Research and Theory, New York: Free Press.
Rudy, T.May. 2002. Studi Strategi, Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca
Perang Dingin. Bandung: Refika Aditama.
Stephen M. Walt. America and The World, Debating the New Shape of International
Politics. New York: Council and Foreign Relations. 2002.
William T. Tow, 2008, Contemporary Southeast Asia, Asia’s Competitive “Strategic
Geometries” : Australian Perspective, Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies.
Jurnal dan Majalah:
Budi Puspo, Pendekatan Kualitatif dalam Dialogue, dalam JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei
2005: 854-‐867
Khairunnisa . Kebijakan Militer Amerika Serikat Di Kawasan Asia Pasifik 2009-2012
Ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 589-604 ISSN 0000-0000.
Robert Jervis, “Cooperation under the Security Dilemma”, World Politics, Vol 30, No.
2 (January 1978), The Johns Hopkins University Press
The White House Office of the Press Secretary, “Remarks By President Obama to the
Australian Parliament” 20 November 2012
Waltz, Kenneth N, Theory Of Internasional Politics, Addison-‐Wesley Publishing
Yuli Trisnawati, Penempatan Pasukan Militer Amerika Serikat di Australia dalam
eJurnal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 1, 2014: 59-70.
Artikel Online dan Website:
Akankah.Era.George.W.Bush.Terulang,
http://internasional.kompas.com/read/2012/01/08/06202956/
Australia invokes ANZUS Treaty to stand by the US–2008-01-10,
http://www.australiandefence.com.au/D8C208B0F806118DFE0050568C22C9/
Bush Doctrine U.S. action 'should not spill over': Beijing,
http://articles.cnn.com/keyword/bush-doctrine/
David S. Yos, NATO’s evolving purposes and the next strategic concept, diambil dari http://www.chathamhouse.org/sites/default/files/public/International%20Affairs/2010/86_2yost.pdf,
Department od Foreign Affairs and Trade Australia. Australia- US alliance,
http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html
Department of Foreign Affairs and Trade Australia, Australia- US alliance.
http://www.dfat.gov.au/geo/us/australia_us_alliance.html
DPR: Pangkalan Militer AS di Aussie Bisa Jadi Ancaman RI,
http://news.okezone.com/read/2011/11/21/337/532097/dpr-pangkalan-militer-as-
di-aussie-bisa-jadi-ancaman-ri
Dr. Craig A. Snyder, 2012, Regional Approaches to Security in Europe and the Asia Pacific, diambil dari www.ocis.org.au/papers/Snyder%20OCIS%20V%202012.doc,
Indonesia Perspective on the U.S. Rebalancing Effort toward Asia diakses melalui
http://nbr.org/downloads/pdfs/outreach/Anwar_commentary_02262013.pdf
Indonesia Today. (2012). Kunjungi Darwin, Bukti Kuat SBY Antek Amerika,
http://m.itoday.co.id/peristiwa/130/9305
Marinir AS Tiba di Darwin, Australia.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/2012/04/120404_foto_australia.htm
l
NATO: From collective defence to collective security, And the debate goes on, Diambil
dari http://home.kku.ac.th/petmas/Nato.pdf, diakses pada 11 Januari 2015, pukul
20:15
Pangkalan Militer AS di Darwin Hanya 820 Km Dari Indonesia.
http://www.mataharinews.com/internasional/asia/1321-pangkalan-militer-as-di-
darwin-hanya-820-km.html
Part I: Overview of the Asia-Pacific Region,
http://www.apfed.net/pub/apfed1/final_report/pdf/overview.pdf/
Pemilu Presiden Amerika Serikat 2008,
http://www.fnsindonesia.org/?id=3419&start1=1820&start2=0/
Percy Spender And The Origins Of ANZUS: Australian Inisiative,
http://www.adelaide.edu.au/apsa/docs_papers/Aust%20Pol/Penrose.pdf
Politisi Australia dan Pasifik Siapkan Gerakan Papua Merdeka
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/24/lzuio6-politisi-
australia-dan-pasifik-siapkangerakan-papua-merdeka
Prajurit Marinir AS Tiba di Darwin,
http://internasional.kompas.com/read/2012/04/04/0902072/Prajurit.Marinir.AS.
Tiba.di.Darwin
Pre-emptive strikes, http://www.bbc.co.uk/ethics/war/just/preemptive.shtml
Remarks By President Obama to the Australian Parliament,
http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2011/11/17/remarks-president-
obama-australian-parliament
US military base in Darwin a threat?,
http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/24/us-military-base-darwin-a-
threat.html