kesejahteraan

12
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Kesejahteraan pasti berkaitan erat dengan keadilan, pada hakekatnya keadilan adalah kata sifat yang artinya adalah sifat yang adil, tidak berat sebelah. Keadilan berhubungan erat dengan tingkah laku , tingkah laku yang dapat di terima dalam sebuah komunitas yang menjamin rasa percaya satu terhadap yang lain, yang tidak dapat dinilai dengan materi, tetapi dengan nurani yang manusiawi 1 . Namun dalam kehidupan sosial masyarakat pengertian keadilan baik sebagai sifat orang per orang maupun sebagai konsep sangat sulit untuk di uraikan apalagi untuk dilaksanakan 2 sehingga konsep negara menuju kesejahteraan masyarakat selalu saja mengalami pergesekan serta penyimpangan dari masa ke masa dan menimbulkan antitesa baru dari keadaan sebelumnya yang dianggap mampu mensejahterakan masyarakat. Negara sebagai institusi yang lahir dalam upaya mensejahterakan masyarakat selalu mengalami pergesekan 1 Kumpulan Beberapa Artikel, Keadilan Sosial, Jakarta, Kompas, 2004, Hal 237 2 Ibid hal 13 1

Upload: beat-emilia

Post on 14-May-2017

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesejahteraan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana

orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai

Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara

sejahtera.

Kesejahteraan pasti berkaitan erat dengan keadilan, pada hakekatnya keadilan adalah kata

sifat yang artinya adalah sifat yang adil, tidak berat sebelah. Keadilan berhubungan erat

dengan tingkah laku , tingkah laku yang dapat di terima dalam sebuah komunitas yang

menjamin rasa percaya satu terhadap yang lain, yang tidak dapat dinilai dengan materi, tetapi

dengan nurani yang manusiawi1.

Namun dalam kehidupan sosial masyarakat pengertian keadilan baik sebagai sifat orang per

orang maupun sebagai konsep sangat sulit untuk di uraikan apalagi untuk dilaksanakan2

sehingga konsep negara menuju kesejahteraan masyarakat selalu saja mengalami pergesekan

serta penyimpangan dari masa ke masa dan menimbulkan antitesa baru dari keadaan

sebelumnya yang dianggap mampu mensejahterakan masyarakat.

Negara sebagai institusi yang lahir dalam upaya mensejahterakan masyarakat selalu

mengalami pergesekan ideologi dan konsep dalam menciptakan keadilan sosial sehingga

menarik untuk dijadikan pembhasan dalam paper ini.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pendekatan menganalisis negara dalam mewujudkan masyarakat yang sejahetera ?

2. Apa institusi yang hadir dari dialektika ideologi yang ada ?

1 Kumpulan Beberapa Artikel, Keadilan Sosial, Jakarta, Kompas, 2004, Hal 2372 Ibid hal 13

1

Page 2: Kesejahteraan

PEMBAHASAN

2.1 Liberalisme, Komunisme dan Sosial Demokrasi

Liberalisme pada perkembanganya dari segi politik akan melahirkan konsep demokrasi dan

dari ekonomi melahirkan konsep kapitalisme. Baik kapitalisme maupun demokrasi

menekankan prinsip pentingnya persaingan dan kebebasan, oleh karena itu kapitalisme dan

demokrasi memberikan tempat yang tinggi nilai nilai seperti individualisme, kebebasan dan

ketidaktergantungan serta kemajuan individu berdasarkan kemampuan dan bukan status,

peraturan atau keanggotaaan kelompok, keduanya bertujuan mencapai susunan masyarakat

yang bersifat rasional.

Selama bertahun tahun pembentukannya kapitalisme dan demokrasi bersatu dalam

perjuangan menghapus pembatasan pembatasan yang tidak terhitung jumlahnya atas tingkah

laku manusia yang terus berkembang selama masa pemerintahan feodal dan aristokrasi yang

beradab abad lamanya3.

Liberalisme berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya, Kapitalisme

berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak semata didasarkan pada

ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan kemanusiaan. J. Salwyn Schapiro menyatakan

bahwa Liberalisme adalah “… perilaku berpikir terhadap masalah hidup dan kehidupan yang

menekankan pada nilai-nilai kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”

Dalam paham liberalisme, dipercaya bahwa kebebasan individualism adalah hal yang penting

dalam menjamin kesejahteraan masyarakat. Di antara individu-individu tersebut, terdapat

persaingan kompetitif dalam usaha untuk mencapai keuntungan maksimal. Pendekatan

liberalisme sangat mendukung terwujudnya perekonomian dengan mekanisme pasar . Pasar,

sebagai institusi ideal menurut kaum Liberalisme dalam menggerakkan roda perekonomian,

merupakan tempat bersaingnya individu-individu itu secara bebas. Secara bebas dalam arti

intervensi negara harus seminimal mungkin karena kaum liberalis menganggap intervensi

negara bisa menyebabkan distorsi pasar dan sumber daya tidak bisa terkelola dengan efisien

(Gilpin, 2003). liberalisme yang dimotori oleh Adam Smith dan David Ricardo menghendaki

kebebasan sebebas-bebasnya tanpa campur tangan kepentingan politik apapun dari

pemerintah karena pasar memiliki mekanismenya sendiri. Dalam hubungannya antara pasar

dan demokrasi, posisi liberal menggaris bawahi pasar bebas dan memfokuskan kebebasan 3 Herbert Mc Clossky, Jhon Zaller, Ethos Amerika Sikap Masyarakat Terhadap Kapitalisme dan Demokrasi, Yogjakarta, Gajah Mada University Press, 1988, Hal 245

2

Page 3: Kesejahteraan

pengusaha. keputusan keputusan demokrati hanya terbatas dalam bidang kenegaraan saja

yang bertugas sebagai penjamin keberadaan pasar bebas 4.

Tugas dari negara adalah melindungi hak kepemilikan ini dan menjamin terciptanya kondisi

yang kondusif bagi berjalannya perekonomian pasar. Pasar juga dianggap sebagai alat

pengakomodasi kepentingan-kepentingan beragam dari para individu sehingga konflik bisa

diminimalisir.

Perubahan kondisi yang berkembang selama akhir dasawarsa abad 19 adanya transisi

ekonomi pedesaan dan pertanian ke dalam bentuk ekonomi kota dan industri justru

menimbulkan ketegangan antara demokrasi dan kapitalisme, kapitalisme malahan

menciptkan pembatasan pembatasan baru yang dalam beberapa hal menyerupai pembatasan

di masa lampau5. Kesenjangan dalam kekayaan dan kesempatan sebagai akibat adanya

perubahan ini mempunyai dampak merusak perilaku kehidupan demokratis, ketika demokrasi

mendukung hak rakyat untuk memerintah, kapitalisme membatasi pemberian hak semcam itu

kepada rakyat dengan cara menjauhkan masalah masalah kehidupan ekonomi dari

pengawasan rakyat.

Komunisme hadir sebagai antitesa keadaan ekonomi tersebut, Menurut Karl Marx yang

memunculkan teori Marxisme nya, alat-alat produksi seharusnya dimiliki oleh kaum proletar

(kaum buruh) agar tidak terjadi eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh kaum kapitalis.

Marx mendasarkan idenya ini ketika menjadi advokat buruh pada masa revolusi Eropa dan

melihat sendiri kekejaman kapitalisme saat itu.

Sosial demokrasi adalah azas untuk membangun sebuah tatanan politik dan sosial, dimana

semua orang akan mendapatkan kebebasan yang sama di semua bidang kehidupan melalui

solidaritas dan pengorganisasian masyarakat6. Ide sosial demokrasi ( sosdem ) berkembang

dari gerakan – gerakan buruh di eropa, Tokoh yang dianggap berpengaruh mengembangkan

ide sosial demokrasi ( sosdem ) adalah Eduard Bernstein. Lewat bukunya “Evolutionary

Socialism (terbit tahun 1899)”, Bernstein menyerang ide-ide Marx yang memiliki berbagai

kontradiksi internal dan bertentangan dengan demokrasi. Kaum sosialis, menurut Bernstein,

harus mentransformasi masyarakat menuju keadilan sosial dengan cara-cara demokratis,

bukan revolusioner seperti digagas Marx. Berbeda dengan Marx yang meyakini bahwa

4 Landasan sosial demokrasi , tobias gonberg hal 675 Herbert Mc Clossky, Jhon Zaller, Ethos Amerika Sikap Masyarakat Terhadap Kapitalisme dan Demokrasi, Yogjakarta, Gajah Mada University Press, 1988, Hal 2556 Prof.Dr. Thomas Meyer Sosial Demokrasi,Yogjakarta Center, CSDS,Hal 1

3

Page 4: Kesejahteraan

institusi negara akan menghilang digantikan kekuasaan proletariat, Bernstein berargumen

bahwa institusi negara harus dipandang sebagai mitra. Dengan demokrasi politik, negara akan

bisa diyakinkan untuk mengakomodasi hak-hak ekonomi dan politik kelas masyarakat yang

terpinggirkan oleh kapitalisme, Ide klasik sosial demokrasi (sosdem) adalah orientasi

mengatasi kesenjangan sosial ekonomi, perluasan kesempatan partisipasi kaum yang kurang

beruntung, mewujudkan keadilan sosial dan demokratisasi. Impliksi dari hadirnya ide sosdem

yang menurut saya adalah sintesis dari pertentangan liberalisme dan komunismen adalah

lahirnya konsep baru bernegara yakni sebuah negara yang hadir sebagai wasit yang adil, serta

‘pemain’ dalam setiap aspek kehidupan masyarakat dan saya yakini negara tersebut adalah

negara kesejahteraan.

2.2 Negara kesejahteraan

Negara kesejahteraan dikatakan hadir sebagai pergumulan ideologi dan teori, khususnya

yang bermatra sayap kiri seperti Marxisme, Sosialisme, dan Sosial Demokratik (Spicker,

1995). Beranjak dari pernyataan tersebut Negara kesejahteraan merupakan suatu cita cita

yang di impikan oleh sosialisme demokrasi sebab dalam garis besar, negara kesejahteraan

menunjuk pada sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada peningkatan

kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada negara dalam memberikan

pelayanan sosial secara universal dan komprehensif kepada warganya. Berbeda dengan

marxisme dan sosialisme yang mengingkan kesejahteraan masyarakat dengan meniadakan

negara dan menganti dengan diktator proletariat. Namun yang menarik, konsep negara

kesejahteraan justru tumbuh subur di negara-negara demokratis dan kapitalis, bukan di

negara-negara sosialis bahkan dalam buku bacaan sosialisme demokrasi karya Tobias

Gombert dkk model bangsa bangsa justru adalah negara negara liberal seperti Amerika

Serikat, Britania Raya Jerman Jepang Dan Swedia.

Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith (2006), ide dasar negara kesejahteraan beranjak

dari abad ke-18 ketika Jeremy Bentham (1748-1832) mempromosikan gagasan bahwa

pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness (atau welfare)

of the greatest number of their citizens. Bentham menggunakan istilah ‘utility’ (kegunaan)

untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau kesejahteraan. Berdasarkan prinsip

utilitarianisme yang ia kembangkan, Bentham berpendapat bahwa sesuatu yang dapat

menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu yang

4

Page 5: Kesejahteraan

menimbulkan sakit adalah buruk. Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus selalu diarahkan

untuk meningkatkan kebahagian sebanyak mungkin orang

Negara kesejahteraan ditujukan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial bagi seluruh

penduduk – orang tua dan anak-anak, pria dan wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat

mungkin. Ia berupaya untuk mengintegrasikan sistem sumber dan menyelenggarakan

jaringan pelayanan yang dapat memelihara dan meningkatkan kesejahteraan warga negara

secara adil dan berkelanjutan.

Negara kesejahteraan sangat erat kaitannya dengan kebijakan sosial yang di banyak negara

mencakup strategi dan upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

warganya, terutama melalui perlindungan sosial yang mencakup jaminan sosial maupun

jaring pengaman sosial.

Konsep negara kesejahteraan tidak hanya mencakup deskripsi mengenai sebuah cara

pengorganisasian kesejahteraan atau pelayanan sosial, melainkan juga sebuah konsep

normatif atau sistem pendekatan ideal yang menekankan bahwa setiap orang harus

memperoleh pelayanan sosial sebagai haknya.

Di negara-negara Barat, negara kesejahteraan sering dipandang sebagai strategi ‘penawar

racun’ kapitalisme, yakni dampak negatif ekonomi pasar bebas. Karenanya, welfare state

sering disebut sebagai bentuk dari ‘kapitalisme baik hati’ (compassionate capitalism)

(Suharto, 2005b).

Sistem negara kesejahteraan tidaklah homogen dan statis. Ia beragam dan dinamis mengikuti

perkembangan dan tuntutan peradaban. Meski beresiko menyederhanakan keragaman,

sedikitnya ada empat model negara kesejahteraan yang hingga kini masih ada.

1. Model Universal

Pelayanan sosial diberikan oleh negara secara merata kepada seluruh penduduknya, baik kaya

maupun miskin. Model ini sering disebut sebagai the Scandinavian Welfare States yang

diwakili oleh Swedia, Norwegia, Denmark dan Finlandia. Sebagai contoh, negara

kesejahteraan di Swedia sering dijadikan rujukan sebagai model ideal yang memberikan

pelayanan sosial komprehensif kepada seluruh penduduknya. Negara kesejahteraan di Swedia

5

Page 6: Kesejahteraan

sering dipandang sebagai model yang paling berkembang dan lebih maju daripada model di

Inggris, AS dan Australia.

2. Model Korporasi

Seperti model pertama, jaminan sosial juga dilaksanakan secara melembaga dan luas, namun

kontribusi terhadap berbagai skema jaminan sosial berasal dari tiga pihak, yakni pemerintah,

dunia usaha dan pekerja (buruh). Pelayanan sosial yang diselenggarakan oleh negara

diberikan terutama kepada mereka yang bekerja atau mampu memberikan kontribusi melalui

skema asuransi sosial. Model yang dianut oleh Jerman dan Austria ini sering disebut sebagai

Model Bismarck, karena idenya pertama kali dikembangkan oleh Otto von Bismarck dari

Jerman.

3. Model Residual

Model ini dianut oleh negara-negara Anglo-Saxon yang meliputi AS, Inggris, Australia dan

Selandia Baru. Pelayanan sosial, khususnya kebutuhan dasar, diberikan terutama kepada

kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups), seperti orang miskin,

penganggur, penyandang cacat dan orang lanjut usia yang tidak kaya.

4. Model Minimal

Model ini umumnya diterapkan di gugus negara-negara latin . Model ini ditandai oleh

pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial yang sangat kecil. Program kesejahteraan

dan jaminan sosial diberikan secara sporadis, parsial dan minimal dan umumnya hanya

diberikan kepada pegawai negeri, pegawai swasta yang mampu membayar premi.

Bila dilihat dari praktek pembangunan kesejahteraan, seperti pendidikan dan jaminan

kesehatan gratis bagi warga, khususnya yang tidak mampu dengan adanya jamkesmas dari

pemerintah serta beberapa kebijakan lainnya yang membukktikan pengeluaran pemerintah

untuk pembangunan sosial yang masih kecil dapat membuktikan bahwa indonesia masih

menerapkan konsep negara kesjahteraan model yang ke empat.

Perkembangan ekonomi global memiliki implikasi terhadap negara kesejahteraan. Indonesia

dalam menghadapi era globalisasi harus lebih menekankan terhadap pembangunan sumber

daya manusia dan tentunya institusi pendidikan adalah alat yang paling tepat dalam rangka

pembangunan sumber daya manusia, Ranis & Stewart (1999) dalam “The Asian Crisis and

Human Development” menyatakan bahwa pembangunan manusia mendorong pertumbuhan

ekonomi. Dan pastinya hal ini akan berkolerasi terhadap peningkatan kesejahteran

masyarakat.

6

Page 7: Kesejahteraan

KESIMPULAN

Kesejahteraan akan hadir dengan adanya keadilan, levental mengemukakan adanya tiga

justice rules yang seringkali dipakai sebagai standar untuk menilai keadailan dalam konteks

hubungan sosial, yakni

Contribution rule,

Needs rule

Equality rule

Dari ketiga indikator tersebut akan melahirkan berbagai organisasi sosial, organisasi

pelayanan dan lembaga lembaga kesejahteraan.

Negara kesejahteraan lahir sebagai jawaban atas pergumulan tentang pertentangan 2 ideologi

yang besar di dunia, konsep yang berakar dari ideologi Sosial Demokrasi atau kiri tengah .

Dengan berbagai terminologi yang berbeda, Sosialisme Demokrasi sebenarnya merupakan

cita-cita banyak negara. Pancasila pun, dengan bahasa universalnya adalah sosialisme

demokrasi, hingga kini belum benar-benar mewujud, bahkan mulai kehilangan nilai nilainya.

Ideologi apa kiranya yang akan bertahan dalam setiap negara ketika gagalnya komunisme,

dan kurang cocoknya kapitalisme ?

Rasanya hanya Sosialisme Demokrasi yang dapat menghantar kepada kesejahteraan dan

negara kesejahteraan adalah jawabannya.

7

Page 8: Kesejahteraan

Daftar pustaka

Kumpulan Beberapa Artikel, Keadilan Sosial, Jakarta, Kompas, 2004

Zaller Jhon, Herbert Mc Clossky, Ethos Amerika Sikap Masyarakat Terhadap Kapitalisme dan

Demokrasi, Yogjakarta, Gajah Mada University Press, 1988

Gonberg Tobias, Landasan Sosial Demokrasi , Friedrich Ebert Stiftung

Meyer ,Thomas , Sosial-Demokrasi,Yogjakarta , CSDS

Sumber lain

http://politik.kompasiana.com/2010/12/29/sosial-demokrasi-329433.html

http://shonz512.wordpress.com/demokrasi-sosialis/

8