kia, kb dan mtbs
DESCRIPTION
asbid komunitasTRANSCRIPT
LAPORAN MODUL ASBID KOMUNITAS
PROGRAM KIA, KB DAN MTBS
KELOMPOK 3
NAMA NIM
Suwarni Anwar 70400113056
Yuli Hartina 70400113043
Hajrah 70400113051
Desi Ratna Asiz 70400113071
Irmawati 70400113058
A.Indra Dewi 70400113055
Hasdina 70400113053
Siti Fatimah 70400113045
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN
2014/2015
A. Pengertian Program KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem
kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam,
telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB.
Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi
tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap
kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang
ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi
sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati,
2003, h.27).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari
bambang, 1986, h.9).
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri
di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita
serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :
a. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu
yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
b. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan
maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan
pengamatannya secara terus menerus.
d. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan
mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.
1. Pelayanan antenatal :
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya
sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Pemberian Imunisasi TT lengkap
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua,
dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
a) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan
dan perawat.
b) Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh
tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
c) Deteksi dini ibu hamil berisiko :
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .
Anak lebih dari 4
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih
dari 10 tahun
Tinggi badan kurang dari 145 cm
Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kengenital.
Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
1) Hb kurang dari 8 gram %
2) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90
mmHg
3) Oedema yang nyata
4) Eklampsia
5) Perdarahan pervaginam
6) Ketuban pecah dini
7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
8) Letak sungsang pada primigravida
9) Infeksi berat atau sepsis
10) Persalinan prematur
11) Kehamilan ganda
12) Janin yang besar
13) Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal.
14) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
Risiko tinggi pada neonatal meliputi :
1) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram
2) Bayi dengan tetanus neonatorum
3) Bayi baru lahir dengan asfiksia
4) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5) Bayi baru lahir dengan sepsis
6) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram
7) Bayi preterm dan post term
8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.
d) Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM
untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
Cakupan Kunjungan ibu hamil K4
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi kunjungan
minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1 kali, trimester II minimal
1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T yang dimaksud adalah :
1. Pemeriksaaan atau pengukuran tinggi dan berat badan
2. Pemeriksaaan atau pengukuran tekanan darah
3. Pemeriksaan atau pengukuran tinggi fundus
4. Pemberian imunisasi TT
5. Pemberian tablet besi
Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai standar
K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil
Cara perhitungan
Pembilang : Jumlah ibu hamil yang telah memperoelh pelayanan ANC sesuai standar
K 4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Sumber data :
1) Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar K4 diperoleh
dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
2) Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau
BPS kabupaten atau propinsi jawa timur.
Kegunaan
1) Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
2) Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan standar
dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai
standar K4 Perkiraan penduduk
3) Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan ibu hamil
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemamtauan Wilayah setempat-KIA
(PWS-KIA) dengan batasan:
Pemamtauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaaan kegiatan KIA
serta alat untuk motivasi dan komunikasi kepada sector lain yang terikat dan dipergunakan
untuk pemamtauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non
teknis, yaitu
1. Indikator Pemantauan Teknis : Indikator ini digunakan oleh para pengelola program
dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a.Indikator Akses
b. Indikator Cakupan Ibu Hamil
c.Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
d. Indicator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat
e.Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan
f. Indicator Neonatal
2. Indikator Pemamtauan Non teknis :
Indikatorini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun
masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di mengerti
dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini dipergunakan dalam
berbagai tingkat administradi, yaitu :
Indikator pemerataan pelayanan KIA
a. Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA :
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan
memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-desamana
yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta penggalian
sumber daya setempat yang diperlukan.
1. Ketentuan Kartu Insentif Anak (KIA).
a. Sebagai Kartu Insentif Anak yang berdomisili di Kota Surakarta.
b. Memberikan fasilitas tertentu pada berbagai bidang sesuai kebutuhan anak.
c. KIA bisa digunakan pula sebagai Kartu Identitas Anak sebelum anak memiliki
Identitas Resmi (KTP)
d. Waktu penyelesaian KIA untuk perseorangan 7 (tujuh) hari kerja dan untuk kolektif
14 (empatbelas) hari kerja.
e. Pembuatan KIA tidak dipungut biaya (gratis).
f. KIA dapat diperoleh dengan menunjukan Akta Kelahiran, hal ini dimaksudkan agar:
Orang tua memiliki kesadaran yang tinggi terhadap anaknya untuk mencarikan akta
kelahiran.
Mendukung RENSTRANAS tahun 2011, bahwa semua anak Indonesia
tercatat kelahirannya.
Mendukung RENSTRA Kota Surakarta Tahun 2011, bahwa semua anak
Surakarta tercatat kelahirannya.
Mendukung Program Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak.
Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak untuk menjamin
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar baik jasmani , rohani
maupun sosial.
2. Persyaratan
a. Mengisiformulirpermohonan KIA.
b. Foto copy Akta Kelahiran Anak.
c. Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga Orang Tua.
d. Pas foto anakberwarnaukuran 2 X 3 (2 lembar).
3.Mekanisme.
a. Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) melapor ke Dinas.
b. Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa)mengisi dan menandatangani
formulir permohonan KIA
c. Petugas Dinas melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan.
d. Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base KIA.
e. Dinas menerbitkan KIA dengan diberikan kepada pemohon.
A.MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
1. PENGERTIAN MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan
kesehatan,dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun
maupun penangan dan konseling yang diberikan.MTBS merupakan suatu program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka
kesakitan.
2. TUJUAN MTBS
Meningkatkan keterampilan petugas
Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Memperbaiki sistem kesehatan
3. RUANG LINGKUP MTBS
Penilaian,klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut
4. PROTAP PELAYANAN MTBS
Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan
utama,lamanya sakit,pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas,suhu tubuh,adanya
infeksi,ikterus,gangguan pencernaan,BB,status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum,respirasi,derajat dehidrasi,suhu,periksa telinga,status
gizi,imun,penialaian pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi,tindakan,penyuluhan dan konsultasi dokter.
5. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
c. Petugas melaksanakan anamnesa
d. Petugas melakukan pemeriksaan
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan
memberikan penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke
ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
6. PENERAPAN MTBS
Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
A. Informasi mengenai MTBS kpd seluruh petugas
B. Persiapan penilaian,obat2 dan alat yang digunakan untuk pelayanan
C. Persiapan pengadaan formulir
D. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
E. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
7. IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare.tindakan
MTBS mencangkup 3 rencana terapi :
a) Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi,cairan yang biasa diberikan berupa
oralgula-garam,sayuran dan sup yang mengandung garam.
b) Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO.
c) Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL
8. KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien
sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang
dihadapi.
KONSELING BAGI IBU
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :
I. Menilai cara pemberian makan anak:
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu cara
pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit.bandingkan jawaban ibu
dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :
Apakah ibu menyusui anaknya?
berapa kali?
apa ibu juga meneteki pada malam hari?
Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
makanan/minuman apa?
berapa kali sehari?
alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak
makan/minum yang diberikan?
Apakah anak dapat porsi tersendiri?
Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
Selama anak sakit,apakah pemberian makan anak di ubah?bila ya,bagaimana
caranya?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat
0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI
ex:pisang,pepaya,air jeruk dan air tomat,makan pendamping diberikan 2x/hari,sesi
pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah kuning
telur,tempe,tahu,ayam,ikan,daging,wortel,bayam,kacang hijau,santan/minyak.frek 7-8
sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap
dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga.berikan 3x/hari frek 9-11
sendok,dan beri makanan selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau,pisang,biskuit dll
diantara waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,beri nasi lunak yang ditambah
telur,ayam,ikan,tempe,tahu,daging,wortel,bayam,kacang,santan minyak.beri 3x/hari
dan makanan selingan 2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi,lauk pauk,sayur dan
buah,makanan selingan 2x/hari.
Jika anak diare,beri ASI lebih sering dan lebih lama.jangan diberi susu kental.
II.Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit
Untuk setiap anak sakit:
Beri ASI lebih sering dan lebih lama
Tingkatkan pemberian cairan ex:beri kuah sayur dan air putih
Untuk anak diare :
Diberi cairan tambahan terapi A dan B sesuai pengobatan
Untuk anak mungkin DBD :
Cairan tambahan sangat penting ex: oralit
III.Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk
permasalahan anaknya.
Anak dengan : Kunjungan ulang:
Pnemonemia
Disentri
Malaria
Demam
Campak
Dbd
2 hari
Diare
Infeksi telinga
Masalah pemberian makan
Penyakit lain jika tidak ada perubahan
5 hari
Anemia 4 minggu
BB menurut umur sangat rendah 4 minggu
kunjungan berikutnya :
nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti :
Setiap anak sakit Tidak mau minum/menetek,bertambah parah dan
timbul demam.
Anak batuk,bukan pnemonia Nafas cepat dan sukar bernafas
Anak diare Bab campur darah,malas minum
mungkin dbd/demam Ada tanda2 perdarahan,ujung extermitas
dgn,nyeri ulu hati/gelisah dan sering muntah.
IV.Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya
Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan dan kesehatan
dirinya
Periksa status imunisasi ibu,k/p beri imunisasi TT
Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan terhadap: program
KB,konseling PMS dan pencegahan
Anjurka ibu untuk deteksi dini
E.MASALAH DAN PEMECAHAN
Bayi rewel Ini terkait dgn pemberian ASI,periksa popok,gendong
bayi,mungkin perlu perhatian.
Bayi tdk tidur
sepanjang malam
Bayi menolak
menetek
Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi ASI,jangan beri
makanan lain
Mgkn bayi bingung puting,beri ASI,beri perhatian dan kasih
sayang.
Bayi BBLR Beri ASI sesering mungkin
Bayi ikterik Meneteki segera setelah lahir,ASI sesering mungkin
ASI tdk cukup Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI
ibu mengatakan ASI
tdk keluar
Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI,teteki bayi
sesering mungkin.
ibu mengeluh puting
terasa sakit
Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6jam,tetap beri ASI pada
bayi.perbaiki posisi dan perlekatan saat memberi ASI
Ibu mengeluh
payudara penuh
Usaha meneteki bayi sampai payudara kosong,kompres payudara
dgn air hangat dan teteki bayi segera mungkin
Mastitis dan abses Beri antibiotik,beri obat penghilang rasa sakit,kompres
hangat,tetap beri ASI.jika abses hentikan ASI dulu
Ibu sakit dan tdk
mau meneteki
Teteki bayi dulu baru ibu minum obat
Ibu bekerja Teteki bayi pada pagi hari,pada waktu pulang kerumah dan lebih
sering pada malam hari.
Program Keluarga Berebcana
1. Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga
yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk merencanakan
jumlah anak serta jarak kehamilan menggunakan alat kontrasepsi. Memiliki keluarga
ideal adalah dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana (KB) merupakan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita,
meskipun tidak selalu diakui demikian.
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana Nasional di Indonesia adalah :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
2. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3. Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
3. Cara-cara atau Metode Pelaksanaan Program Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara
atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut
termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang
reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek
lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak
lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode
kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan
tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya
yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi
sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode
kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun
berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi
(pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan,
frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk
melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan
kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya
mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama,
kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari
kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali
abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi.
Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa
menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita
tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang dari
50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.
Metode kontrasepsi terdiri dari :
1. Kontrasepsi hormonal Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral progestin
Kontrasepsi suntikan progestin kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Implant
progestin Kontrasepsi Patch
2. Kontrasepsi barrier (penghalang)
Kondom (pria dan wanita)
Diafragma dan cervical cap
3. Spermisida
4. IUD (spiral)
5. Perencanaan keluarga alami
6. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
7. Metode amenorea menyusui
8. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat hormonal
Kontrasepsi darurat IUD
9. Sterilisasi
Vasektomi
Ligasi tuba
4. Dampak positif Program Keluarga Berencana
Perempuan dibawah usia 17 tahun rentan mengalami kematian sewaktu
persalinan. Hal ini dikarenakan perkembangan tubuhnya belum sempurna dan
belum cukup matang serta siap dilewati bayi. Sang bayi pun terancam resiko
kematian sebelum usianya mencapai satu tahun.
Kehamilan terlalu "telat" Perempuan berusia terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan memiliki banyak resiko berbahaya. Terlebih jika
memiliki masalah-masalah kesehatan lain atau terlalu sering hamil dan
melahirkan. Kehamilan-kehamilan jarak dekat Kehamilan dan persalinan
membutuhkan banyak energi dan kekuatan. Jika Ibu belum pulih dari satu
pesalinan namun sudah hamil kembali, tubuh tidak akan sempat memulihkan
kebugarannya. Berbagai masalah bahkan kematian pun akan dihadapi saat
berhadapan dengan situasi kehamilan jarak dekat. Terlalu sering hamil dan
melahirkan Perempuan memiliki lebih dari empat anak beresiko menghadapi
kematian akibat pendarahaan hebat dan kelainan-kelainan lainnya.
Tidak ada paksaan dan tidak ada yang boleh memaksa Ibu untuk
mengikuti program Keluarga Berencana ataupun tidak. Namun pekerja kesehatan
akan menyarankan Ibu untuk mengikuti program ini jika terjadi sesuatu yang
dapat membahayakan diri Ibu. Dibutuhkan kesadaran dalam diri sendiri, mengenai
pentingnya mengikuti program Keluarga Berencana, baik untuk kebaikan diri
sendiri, anak, juga kesejahteraan keluarga.
Tidak ada yang boleh memaksa Ibu mengikuti program Keluarga
Berencana, dan tidak ada paksaan untuk Ibu mengenakan alat KB tertentu. Namun
jika alat KB yang Ibu pilih dapat membahayakan diri sendiri, maka konsultasikan
terlebih dahulu hal tersebut pada dokter kandungan.
6. Dampak Negatif Program Keluarga Berencana
Selain memiliki dampak positif, program keluarga berencana ini juga memiliki
dampak-dampak negative antara lain:
1) Menerima efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi
2) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
3) Sering menaikkan Berat Badan
4) Peningkatan risiko infeksi
5) Frekuensi bersenggama
6) Kemudahan untuk kembali hamil lagi
7) Efek samping ke laktasi
8) Efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan
9) Memiliki keturunan terbatas
Daftar Pertanyaan:
1. Mengapa MTBS perlu dilakukan?
2. Apa penyebab utama kematian balita di Indonesia?
3. Apakah program KB di Indonesia sejauh ini cukup efektif dalam menangani
kepadatan penduduk yang sudah terjadi?
4. Apakah MTBS yang dilakukan cukup efektif?
5. Bagaimanakah dampak , jika kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan ibu
hamil, tidak terlaksana?
6. Jika program KB tidak terlaksana dengan baik, bagaimanakah dampak yang akan
terjadi setelahnya?
Jawab :
1. Karena MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS juga merupakan upaya
yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll. Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif
(pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling
(promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS
sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
2. Penyebab utama dari kematian anak balita adalah infeksi (diare, pneumonia,
meningitis), malaria, campak. Malnutrisi.
3. .
4. Cukup efektif, karena turut membantu dalam upaya pemerataan pelayanan
kesehatan dan membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang terpadu.
5. Dampak yang akan terjadi dalam Pelayanan Kesehatan ibu hamil tidak dapat
terlaksana secara efesien dan efektif, akan berakibat pada hubungan seks mudah
berisiko kanker, resiko persalinan yang akan terjadi, pengguguran kandungan,
angka kematian ibu.
KESIMPULAN
Pengertian Program KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan
dan persalinan.
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
PENGERTIAN MTBS
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan secara
terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling
yang diberikan.MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka
kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.
TUJUAN MTBS
Meningkatkan keterampilan petugas
Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
Memperbaiki sistem kesehatan
Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk merencanakan jumlah
anak serta jarak kehamilan menggunakan alat kontrasepsi. Memiliki keluarga ideal adalah
dambaan setiap orang dan dengan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak
selalu diakui demikian.
Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana Nasional di Indonesia adalah :
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
2. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3. Meningkatnya kesehatan Keluarga Berencana dengan cara penjarangan kelahiran.
Saran
KIA,MTBS,dan KB harus di lakukan dengan baik agar kesejahteraan dalam meningkatkan
kesehatan, pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan
anak balita serta anak prasekolah. Dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi,status
gizi, Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah, Sebagai
pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit, Memperbaiki sistem kesehatan,
status imun maupun penangan dan konseling yang diberikan.