komponen dalam berbasis sekolah]

23
KOMPONEN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TUGAS MATA KULIAH PENULISAN KARYA ILMIAH Dosen Pengampu Drs. Suhartono, M.Pd Disusun Oleh : Nama : Amalia Ningsih NIM : X7210006 Kelas : A Semester : 6 PROGRAM STUDI S-1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: wahyuardi99

Post on 20-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

KOMPONEN DALAM

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

TUGAS MATA KULIAH

PENULISAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu

Drs. Suhartono, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Amalia Ningsih

NIM : X7210006

Kelas : A

Semester : 6

PROGRAM STUDI S-1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 2: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

2011

Page 3: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah :Komponen Dalam Manajemen Berbasis Sekolah

Peneliti

Nama : Amalia Ningsih

NIM : X7210006

Kelas : A

Semester : VI

Kebumen, 25 Maret 2011

Penulis

Amalia Ningsih

NIM X7210006

Mengesahkan

Sekretaris Program PGSD

Drs. Wahyudi, M.Pd

NIP 19621210 198803 1 001

Dosen Pembimbing

Drs. Suhartono, M.Pd

Page 4: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komponen Dalam Manajemen

Berbasis Sekolah.

Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah semester VI Program S-1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen. Penulisan makalah ini dapat dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd selaku Sekretaris Program S1 PGSD Kampus VI

Kebumen;

2. Bapak Drs. Suhartono, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Penulisan Karya

Ilmiah;

3. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan

makalah ini.

Kebumen, 25 Maret 2011

Penulis,

Page 5: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

……………………………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN

………………………………………………………………… ii

KATA

PENGANTAR…………………………………………………………………………….

iii

DAFTAR ISI

………………………………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….

1

A. Latar

Belakang……………………………………………………………………………

.. 1

B. Rumusan Masalah

……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

……………………………………………………………………… 3

A. Komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah …………………………………. 3

A. Manajemen Kurikulum

…………………………………………………………………. 4

Page 6: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

B. Manajemen Pembelajaran

……………………………………………………………… 5

C. Manajemen Tenaga Kependidikan

…………………………………………………. 6

D. Manajemen Kesiswaan

…………………………………………………………………. 7

E. Manajemen Keuangan

………………………………………………………………….. 8

F. Manajemen Sarana dan Prasarana

………………………………………………….. 9

G. Manajemen Hubungan Kemasyarakatan …………………………………………

10

H. Manajemen Layanan

Khusus………………………………………………………… 11

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………….. 12

A. Kesimpulan

………………………………………………………………………………… 12

B. Saran………………………………………………………………………………

………….. 12

DAFTAR

PUSTAKA…………………………………………………………………………….. 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Page 7: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Dewasa ini globalisasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam

berbagai lingkungan termasuk lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan

mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah Manajem Berbasis Sekolah.

Pemerintah telah melakukan sosialisasi ditingkat sekolah dasar pada khususnya

tentang pengaruh dan kegunaan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap peningkatan

mutu dan kualitas sekolah menuju kearah yang lebih baik, akan tetapi hal tersebut

seolah tidak mendapat respon yang positif dari pihak sekolah. Terbukti dengan masih

banyaknya angka partisipasi pendidikan nasional yang kurang baik dan kualitas

pendidikan tetap menurun. Diharapkan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga Manajemen Berbasis Sekolah dapat

berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan masalah pendidikan yang ada. Hal

tersebut diharapkan akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di

Indonesia.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah memiliki wewenang yang besar

dalam mengelola kebijakannya. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah dalam

mengelola sekolah sangatlah penting, selain peran guru, siswa, maupun peran serta

masyarakat tentunya. Dalam pengeolaan sekolah diperlukan suatu kemampuan

manajerial. Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah, Nurkholis (2003: 120)

menyatakan bahwa: “Sebagai manajer, kepala sekolah harus memerankan fungsi

manajerial dengan melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan

dan mengoordinasikan.”

Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangatlah

vital dalam pengelolaan sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah

sekolah apabila kepala sekolah tidak memiliki kemampuan manajemen ( sebagai

manajer ) maka yang terjadi adalah kesemrawutan pengelolaan, baik itu pengelolaan

kurikulum, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan tenaga pendidik dan

kependidikan, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan

prasarana, pengelolaan hubungan kemasyarakatan, serta pengelolaan layanan khusus.

Akan tetapi, pengelolaan tersebut tidak semata-mata tugas dari kepala sekolah saja.

Dibutuhkan kerjasama yang baik antara komponen sekolah itu sendiri. Baik dari guru,

Page 8: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

siswa, orang tua siswa, maupun komite sekolah. Apabila kerjasama terjalin dengan

baik, maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat

beberapa rumusan masalah dalam kaitannya dengan komponen Manajemen Berbasis

Sekolah, yaitu sebagai berikut:

A. Apakah pengertian dari komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah?

B. Bagaimanakah Manajemen Kurikulum?

C. Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran atau Pengajaran?

D. Bagaimanakah Manajemen Ketenagaan?

E. Bagaimanakah Manajemen Kesiswaan?

F. Bagaimanakah Manajemen Keuangan dan Pembiayaan?

G. Bagaimanakah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan?

H. Bagaimanakah Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat?

I. Bagaimanakah Manajemen Layanan Khusus?

Untuk menjawab beberapa rumusan masalah di atas, berikut penjelasannya

dalam Bab II.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 9: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

A. KOMPONEN DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto,

1984: ). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.

Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis

(2003: ) menyatakan bahwa:

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil, prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional, efisien dan efektif dalam rangka peningkatan mutu.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009: ) menyatakan bahwa: “MBS adalah salah

satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk

menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.”

Tidak terlalu berbeda dengan pendapat di atas, Rohiat (2008: ) juga

menyatakan bahwa:

MBS adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi, memberikan fleksibilitas atau keluwesan pada sekolah, mendorong partisipasi sekolah secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat dan guna meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen

merupakan bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud

adalah MBS. Jadi komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari

Manajemen Berbasis Sekolah. Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen

Kurikulum, Manjemen Keuangan, dan sebagainya.

B. MANAJEMEN KURIKULUM

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurikulum SDN

3 Tamanwinangun, 2010: 5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional

Page 10: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan

peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang

ada di daerah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya

telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal ( sekarang Kementerian

Pendidikan Nasional-red ) pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan

menyesuaiakan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,

sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Menurut Nurkholis (2003: 45) menyatakan bahwa: “Sekolah dapat

mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara

nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan

untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.”

Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya

Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum

tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam

kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.

Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional,

sekolah tidak berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan

lokal yang disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-

masing.

C. MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN ATAU PENGAJARAN

Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta

melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan

program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam

arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.

Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung

jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan

program pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat

Page 11: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

langkah yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009: 41) , empat langkah tersebut

yaitu: menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan

kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan

program, serta menilai perubahan program.

Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang paling efektif (Nurkholis, 2003: 45). Dalam kaitannya dengan hal

tersebut, maka dalam proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat

terpusat pada siswa.

Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008: 65) menyatakan

bahwa:

Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu diterapkan.

Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program

pengajaran:

1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;

2. Bersifat sederhana dan fleksibel;

3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;

4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;

5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.

Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan

yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah

harus ada pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program

pembelajaran. Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan

teratur.

D. MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN

Page 12: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik

maupun tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan

yang satu dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan

pembelajaran di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan

personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan

dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6)

kompensasi, (7) penilaian pegawai.

Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga

kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan

tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan

pegawai) secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan

instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan

kondisi pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.

E. MANAJEMEN KESISWAAN

Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009: 46-47) menyatakan bahwa:

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan

dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan

lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Page 13: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985) dalam Mulyasa

(2009: 46) sebagai berikut:

1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan

itu;

2. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid kelas dan program

studi;

3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar;

4. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti :

pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa;

5. Pengendalian dan disiplin murid;

6. Program bimbingan dan penyuluhan;

7. Program kesehatan dan keamanan;

8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.

Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 67) menyatakan bahwa: “Yang

diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah intensitas dan ekstensinya.”

Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah

tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus

mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-

keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen,

emosional, maupun spiritualnya.

F. MANAJEMEN KEUANGAN

Keuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung

menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi

pengelolaan pendidikan. Dalam MB, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena

menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta

mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan secara transparan.

Page 14: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung

pada pemerintah (Nurkholis, 2003: 46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa

sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah

seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009: 66)

Mulyasa (2009: 48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan

sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah,

(2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat.”

Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang

besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai

sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal

peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga

sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.

G. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

( FASILITAS )

Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009: 49) menyatakan

bahwa:

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan

sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan

baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.

Page 15: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 66) sepakat bahwa pengelolaan

fasilitas seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan

perbaikan hingga pengembannya.

Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS,

sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk

pengembangan sekolahnya masing-masing.

H. MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKAT

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu

sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan

pribadi peserta didik di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari hubungan sekolah dengan

masyarakat adalah:

1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;

2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

masyarakat;

3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui

laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran

sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit),

penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.

Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian,

kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial

yang dari dulu telah didesentralisasikan {Nurkholis (2003: 46-47) dan Rohiat (2008:

67)}

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan

sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya

jalinan atau hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung

Page 16: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

tingggi. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan

masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan

demi tercapainya tujuan pendidikan Indonesia.

I. MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS

Menurut Mulyasa (2009: 52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen

perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.

1) Manajemen perpustakaan

Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang

perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan .

Disamping itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan

pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode

bervariasi, misalnya belajar individual.

2) Manajemen Kesehatan

Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan

bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya bertugas

mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus meningkatkan

jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai

tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha

Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.

3) Manajemen Keamanan

Dengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti

proses belajar dan mengajar bagi komponen sekolah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 17: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]

Dari beberapa komponen MBS yang telah diuraikan di atas, sebenarnya

ada benang merah dari pelaksanaan MBS, yaitu bahwa sekolah mempunyai

kewenangan dalam mengelola sekolahnya. Alasan yang menguatkan hal tersebut

karena sekolah dianggap lebih memahami dan mengetahui kondisi yang ada di

sekolah, baik mengenai program pembelajaran, ketenagaan, kesiswaan, keuangan,

sarana dan prasarana, hubungan dengan masyarakat serta layanan khusus. Akan

tetapi kewenangan tersebut tidak dalam arti semuanya merupakan kewenangan

sekolah. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya dalam hal kurikulum.

Sekolah hanya berwenang menjabarkan kurikulum nasional dan mengembangkan

kurikulum muatan lokal sesuai dengan karakteristik daearahnya masing-masing.

Jadi konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana telah

diuraikan di atas, esensinya adalah kewenangan yang besar pada sekolah dengan

tuntutan kemampuan manajerial dari kepala sekolah dengan dukungan dari guru,

peserta didik, masyarakat, serta pemerintah.

B. Saran

1. Komponen-komponen MBS seperti diuraikan di atas akan berjalan dengan baik apabila kemampuan manajerial kepala sekolah baik dengan didukung oleh semua komponen sekolah yang ada;

2. Sebaiknya semua komponen dalam sekolah memahami tugas dan kewajibannya masing-masing sehingga akan tercipta kondisi yang baik demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Pengembang Kurikulum. 2010. Kurikulum SD Negeri 3 Tamanwinangun.

Page 18: KOMPONEN DALAM Berbasis Sekolah]