kti perhepi

Upload: fitriah

Post on 07-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    1/24

    TRANSFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN TRADISIONAL MENUJU TEKNOLOGI

    MODERNISASI YANG BERBASIS ALAT TANAM BENIH LANGSUNG (ATABELA)

    PADA PADI SAWAH

    Disusun Oleh:

    Ketua : Hertin NIM : D1A1 11033, Jurusan : Agribisnis

    Anggota : 1. Fitriah NIM : F1D1 11 092, Jurusan : Kesehatan Masyarakat

    2. Melianti NIM : D1A1 11 187, Jurusan : Agribisnis

    Disampaikan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)

    dalam Rangka Konperensi Nasionnal PERHEPI XVII dan Kongres PERHEPI XVI

    UNIVERSITAS HALU OLEO

    KENDARI

    2014

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    2/24

    Abstrak

    Transformasi pertanian tradisional menuju pertanian teknologi modern merupakan

    kebutuhan bagi negara Indonesia dalam rangka memajukan atau meningkatkan produktifitas pertanian yang berdaya saing. Dengan demikian sejak tahap dini atau proses

    oenanaman suatu komoditi (padi sawah) pertanian membutuhkan pengalihan teknologi dari

    teknologi tradisional ke teknologi modern untuk lebih mendongkrak hasil produksi

    pertanian itu sendiri dengan menggunakan alat tanam benih langsung (ATABELA). Untuk

    mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan

    teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif,

    sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap

    daerah , terutama pertanian dalam arti luas , kehutanan , perkebunan, kelautan , pertambangan , pariwisata ,serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk

    mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual dan

    pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

    guna kepentingan masyarakat dan Negara.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    3/24

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

    ABSTRAK .................................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ....................... .............................. ........................... .............. iii

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv

    LEMBAR PERNYATAAN ................................. ........................... ............ v

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................... ........................... ......................... ... 1

    B. Perumusan Masalah ..................... .............................. ....................... 3

    C. Tujuan Penulisan ......................... .............................. ....................... 3

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Modern

    (Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah ........ ..... .. 4

    B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi ................... 6

    C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi

    Alat Tamam Benih Langsung (ATABELA) ........................ .............. 7

    D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap

    Transformasi Teknologi.............................................. ..................... 10

    BAB III. METODE PENULISAN

    A. Tempat dan Waktu ...................... .............................. ....................... 11B. Metode Pengumpulan Data ........................ ........................... ............ 11

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Modern

    (Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah ........ ..... .. 12

    B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi

    Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) ........................... ............ 14

    C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi

    Alat Tamam Benih Langsung (Atabela) ....................... ..................... 14

    D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap

    Transformasi Teknologi Bagi Padi Sawah ........................ .............. 17

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................ .............................. ......................... ....... 18

    B. Saran ......................... .............................. ........................... .............. 18

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    4/24

    LEMBAR PENGESAHAN

    1. Judul Karya Tulis : Transformasi Teknologi Pertanian Tradisional Menuju

    Teknologi Modernisasi yang Berbasis Alat Tanam Benih

    Langsung (ATABELA) pada Padi Sawah

    2. Sub Tema : Teknologi Pertanian 3. Ketua Kelompok

    a. Nama Lengkap : HERTIN

    b. NIM : D1A1 11 033

    c. Jurusan/Prodi/Departemen : AGRIBISNIS

    d. Universitas : HALU OLEO

    e. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP. 085394537826

    4. Anggota Kelompok

    a. Nama Lengkap Anggota 1 : FITRIAH

    b. NIM/ Jurusan/Universitas : F1D1 11 092

    c. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP: 085241841583

    d. Nama Lengkap Anggota 2 : MELIANTI

    e. NIM/Jurusan/Universitas : D1A1 11 187

    f. Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP : 082290187204

    5. Dosen Pembimbing

    a. Nama Lengkap dan Gelar :Dr. Ir. Lukman Yunus, M.,Si

    b. NIP/NIDN : 19660924 199203 1002

    c. Alamat email dan No. HP : [email protected]

    Kendari, 20 juni 2014

    Dosen pembimbing

    Dr. Ir.Lukman Yunus, M.,SiNIP: 19660924 199203 1002

    Ketua Kelompok

    HertinNIM. D1A1 11 033

    Menyetujui:

    Ketua Prodi/Jurusan/Departemen Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo

    Awaluddin Hamzah, SP, M.Si NIP: 19730921 200212 1 002

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    5/24

    Lembar Pernyataan:

    PERNYATAAN ORISINALITAS DAN TIDAK MENGANDUNG PLAGIARISME

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mewakili kelompok saya:

    Nama : Hertin NIM : D1A1 11 033

    Jurusan/Prodi/Dep : Agribisnis

    Universitas : Halu Oleo

    Alamat email dan No. HP : [email protected] No HP: 085394537826

    Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis kelompok kami yang berjudul:

    Transformasi Teknologi Pertanian Tradisional Menuju Teknologi Modernisasi Yang

    Berbasis Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) Pada Padi Sawah

    yang diikutsertakan pada kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dalam rangka pelaksanaanKONPERNAS PERHEPI XVII dan KONGRES PERHEPI XVI pada tahun 2014 adalah benar

    karya tulis kami dan belum pernah diikutsertakan diikutsertakan perlombaan sejenis dan

    dipublikasikan dalam bentuk media apapun, serta tidak mengandung unsur plagiarism (menjiplak

    karya orang lain), setiap rujukan/referensi dan kutipan karya orang lain telah disebutkan sumbernya

    dalam daftar pustaka.

    Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Apabila ditemukan informasi yang

    disampaikan tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

    Kendari, 20 Juni 2014

    Atas Nama Kelompok LKTI,

    Anggota Kelompok:

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    6/24

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masyarakat adalah makhluk sosial yang cenderung selalu berubah dan mengalami

    proses evolusi. Pada zaman modern ini, masyarakat dituntut untuk bisa berubah dari

    masyarakat yang dulunya masih sederhana menjadi masyarakat yang lebih modern,

    mandiri dan sanggup berinovasi untuk mendorong kemajuan negara. Dalam proses

    pembangunan, dibutuhkan keterlibatan teknologi agar bisa memecahkan segala masalah

    dan tantangan lingkungan/zaman. Sehingga manusia diwajibkan untuk melek terhadap

    teknologi pertanian yang modern dan. Dengan ini, diperlukan pemikiran-pemikiran

    inovatif agar tercipta masyarakat yang bisa berpikir maju, kritis, kreatif, mandiri dan

    berjiwa tangguh.

    Tentang istilah “alih” atau “pengalihan” merupakan terjemahan dari kata transfer. Sedang kata transfer berasal dari bahasa latin transfere yang berarti jarak lintas (trans,

    accross) dan ferre yang berarti memuat (besar). Kata alih atau pengalihan banyak dipakai

    para ahli dalam berbagai tulisan, walaupun adapula yang menggunakan istilah lain seperti

    “pemindahan” yang diartikan sebagai pemindahan sesuatu dari satu tangan ke tangan yang

    lain, sama halnya dengan pengoperan atau penyerahan. Pendapat inilah yang menekankan

    makna harfiahnya, pendapat lain dengan istilah “pelimpahan” sedangkan para ahli

    menghendaki makna esensinya dengan memperhatikan insir adaptasi, asimilasi, desiminasi

    atau difusikannya obyek yang ditransfer (teknologi).

    Alih teknologi itu meliputi perubahan atas sistem teknologi yang sebelumnya

    mengandalkan tenaga manusia beralih dengan teknologi mesin, termasuk saat penanaman

    dan saat panen sehingga hasil panen lebih optimal dan mampu mendongkrak produksi

    produk pertanian itu sendiri.

    Untuk mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan

    kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan

    komperatif, sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di

    setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, perkebunan, kelautan,

    pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk

    mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual serta

    pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

    guna kepentingan masyarakat dan Negara.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    7/24

    Berdasarkan uraian di atas, perkembangan pertanian menuju pertanian yang lebih

    maju dan mandiri ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Oleh sebab itu penulis

    menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Transformasi Teknologi Pertanian

    Tradisional Menuju Teknologi Modernisasi Yang Berbasis Alat Tanam Benih Langsung

    (ATABELA) Pada Padi Sawah”.

    B. Perumusan Masalah

    Sesuai penjelasan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam Karya Tulis

    Ilmiah ini yaitu :

    1. Mengapa Penting Transformasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern

    (Alat Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah?

    2. Bagaimana Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi Tersebut?3. Bagaimana Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Aktifitas Teknologi Tersebut?

    4. Bagaimana Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap

    Transformasi Teknologi Tersebut?

    C. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk mengetahui :

    1. Pentingnya Transfarmasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat

    Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah.

    2. Adaptasi Masyarakat Terhadap Trasformasi Teknologi Tersebut.

    3. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Aktifitas Trasformasi Teknologi Tersebut.

    4. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi

    Tersebut.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    8/24

    BAB II. TINJAUAN PUTAKA

    A . Pentingnya Transformasi Teknologi ogi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat

    Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah

    Lingkungan strategis yang berubah terus menerus, merupakan konsekuensi yang

    harus dihadapi oleh Indonesia yang sedang membangun. Perubahan lingkungan strategis

    global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan

    membawa berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di

    pasar internasional. Sementara itu dari lingkungan dalam negeri semangat reformasi, yang

    menuntut terwujudya demokrasi politik, dan ekonomi, dengan tuntutan keadilan, hak azasi

    manusia, termasuk tatanan social budaya masyarakat mempengaruhi perubahan paradigm

    pembangunan pertanian terutama adanya semangat otonomi daerah pada akhir akhir ini.

    Pada prinsipnya petani modern dalam konteks sistem dan usaha agribisnis yang

    berdaya saing, memiliki ciri produktivitas dan efisiensi tinggi, hasil pertaniannya

    berkualitas dan bernilai tambah tinggi, serta diusahakan sesuai dengan lingkungan

    produksi (sumber daya lahan dan air). Inovasi teknologi dan efisiensi usaha tani yang

    tinggi dan terus meningkat disesuaikan dengan perkembangan sosial masyarakat. Kaidah-

    kaidah komersial diterapkan dalam sistem usaha tani tersebut, dimana komersialiasi

    ditandai dengan sistemnya yang memiliki profitability tinggi, produknya sudah specialized

    ( tingkat diversifikasi tinggi), input yang digunakan tradable ( IRRI, 1999). Lebih spesifik, beberapa ciri utama yang dapat dirangkum adalah sebagai berikut:

    a) Produksi pertanian bermutu tinggi dan berubah jumlahnya sesuai permintaan pasar

    b) Perubahan biaya produksi yang disebabkan oleh adanya perubahan teknologi yang

    terus menerus diusahakan.

    c) Penggunaan sumber daya lahan air, tenaga kerja dan modal pada usaha tani efisien.

    d) Usaha tani fleksibel, dinamis, terus meningkat produktifitasnya dan dikelola secara

    komersial dan didukung oleh tersedianya fasilitas transportasi dan tata niaga bisnis,

    fasilitas kredit, industri produktif yang menghasilkan sarana produk modern seperti

    pupuk, pestisida serta alat-alat dan mesin lainnya dan fasilitas penyuluh dan

    peneliti.

    e) Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol dalam setiap karya yang

    dihasilkan.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    9/24

    f) Perekayasaan harus menggantikan ketergantungan pada alam, sehingga setiap

    produk yang dihasilkan senantiasa sesuai dengan yang dikehendaki dalam mutu,

    jumlah, bentuk, rasa, dan sifat sifat lainnya.

    Karena itulah Ginanjar (1996) menyebutkan perlunya suatu transformasi pertanian

    dari pertanian tradisonal ke pertanian modern yang intinya adalah pertanian berbudaya

    dengan menggunakan alat tanam benih langsung (ATABELA).

    ATABELA adalah alat tanam benih langsung yang digunakan untuk membantu

    melakukan penanaman dengan tanpa melakukan persemaian terlebih dulu. Sehingga cara

    ini sangat potensi pada berkurangnya tingkat stres tanaman padi. Salah satu dasar

    dikembangkannya teknologi ini adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi, terutama

    efisiensi didalam penggunaan tenaga kerja tanam. Disamping itu , teknologi ini juga

    memiliki beberapa kelebihan antara lain memperpendek umur panen dan dapat

    meningkatkan hasil panen.

    Lebih lanjut dalam pemahaman saat ini, pertanian modern adalah modernisasi

    sistem dan usaha agribisnis yang harus mampu menjamin pengadaan pangan yang cukup

    untuk bangsa dan masyarakat. Pengadaan pangan itu didasarkan atas pemanfaatan sumber-

    sumber alam, mutu sumber daya manusia dan inovasi teknologi yang berkembang dalam

    wadah bangsa itu sendiri, tanpa adanya ketergantungan dari sumber-sumber luar negeri

    (Birowo, 1977).

    Pertanian modern dalam pemahaman Sistem dan Usaha Agribisnis modernmemberikan (a) lapangan kerja yang merata bagi warganya dan (b) penghasilan yang

    cukup untuk membina kesejahteraan umum yang merata. Dengan kesejahteraan yang

    semakin meningkat itu, sektor pertanian mampu menyerap hasil-hasil industri dan jasa-

    jasa, baik yang bersifat menunjang usaha produksi, maupun yang berupa barang konsumsi.

    Karakteristik lain dari sistem dan usaha agribisnis yang modern adalah mempunyai

    cadangan tenaga kerja yang terampil serta fleksibel karena terus menerus mau mendalami

    kemajuan, dan mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang berkelanjutan, yang sewaktu-

    waktu dapat dimanfaatkan di dalam sektor industri (industri pertanian—agro industri

    ataupun sector lainnya). Transformasi struktural dalam tenaga kerja tersebut dari sector

    pertanian ke sektor yang lain itu merupakan akibat yang wajar dari peningkatan

    produktifitas di dalam sektor pertanian.

    Pertanian modern yang berwawasan agribisnis dikembangkan dan dibangun dari

    pertanian tradisional melalui proses modernisasi. Pada prinsipnya, modernisasi menuntut

    terjadinya perubahan dan pembaharuan sistim nilai dan budaya ( Birowo, 1977; Ginanjar,

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    10/24

    1996) Modernisasi berarti melakukan reformasi terhadap norma dan budaya yang tidak

    sesuai lagi dengan perubahan zaman, kurang produktif, kurang efisien dan tidak memiliki

    daya saing. Perubahan tersebut perlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak

    hanya mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga aspek penghidupan

    sosio-kulturil.

    Alih teknologi itu meliputi perubahan atas sistem teknologi yang sebelumnya

    mengandalkan tenaga manusia beralih dengan teknologi mesin, termasuk saat proses

    buidaya suatu tanaman sehingga hasil panen lebih optimal dan mampu mendongkrak

    produksi dari produk pertanian itu sendiri.

    Untuk mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan

    kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan

    komperatif ,sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di

    setiap daerah , terutama pertanian dalam arti luas , kehutanan , perkebunan, kelautan ,

    pertambangan , pariwisata ,serta industri kecil dan kerajinan rakyat. Dan untuk

    mewujudkan hal tersebut maka pemanfaatan alih teknologi atas kekayaan intelektual serta

    pengembangan mampu memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

    guna kepentingan masyarakat dan Negara.

    B. Adaptasi Masyarakat Terhadap Transformasi Teknologi Alat Tanam Benih

    Langsung (ATABELA)

    Secara sederhana, konsep alih teknologi dapat diartikan sebagai salah satu cara

    untuk memperoleh kemampuan teknologi, di mana saluran yang dapat dipakai juga

    bermacam-macam. Sebagai contoh: alih teknologi dapat dilakukan dengan menggunakan

    alat tanam benih lansung (ATABELA).

    adaptasi masyarakat terhadap alih teknologi dapat dilihat dari segi Konsep alih

    teknologi yang dipahami secara berbeda-beda, seperti juga konsep kemampuan teknologi.

    Santikar (1981) menunjukkan bahwa ada empat macam konsep alih teknologi, di mana

    masing-masing konsep membutuhkan kemampuan teknologi dan pendalaman teknologi

    yang berbeda-beda. Keempat konsep alih teknologi tersebut adalah:

    1. Alih teknologi secara geografis.

    Konsep ini menganggap alih teknologi telah terjadi jika teknologi tersebut telah

    dapat digunakan di tempat yang baru, sedangkan sumber-sumber masukan sama

    sekali tidak diperhatikan.

    2. Alih teknologi kepada tenaga kerja lokal.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    11/24

    Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika tenaga kerja lokal sudah mampu

    menangani teknologi impor dengan efisien, yaitu jika mereka telah dapat

    menjalankan mesin-mesin, menyiapkan skema masukan-keluaran, dan

    merencanakan penjualan.

    3. Transmisi atau difusi teknologi.Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika teknologi menyebar ke unit-unit

    produktif lokal lainnya. Hal ini dapat terjadi melalui program sub-contracting atau

    usaha-usaha diseminasi lainnya.

    4. Pengembangan dan adaptasi teknologi.

    Dalam konsep ini, alih teknologi baru terjadi jika tenaga kerja lokal yang telah

    memahami teknologi tersebut mulai mengadaptasinya untuk kebutuhan-kebutuhan

    spesifik setempat ataupun dapat memodifikasinya untuk berbagai kebutuhan. Pada

    kasus-kasus tertentu yang dianggap berhasil, tenaga kerja lokal dapat

    mengembangkan teknik-teknik baru berdasarkan teknologi impor tadi.

    Dalam hal ini adaptasi masyarakt terhadap alih teknologi tersebut adalah adanya

    partisipasi masyarakat dalam menerima dan memproduksi serta menerapakan dan

    memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia, menciptakan

    kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan produknya dalam

    era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan kapabilitas

    teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.

    C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi Alat Tamam Benih

    Langsung (ATABELA)

    Dalam melakukan pengadaan suatu teknologi baru pasti akan mempunyai dampak,

    baik dampak positif maupun dampak negatif, dampak positif dari transformasi teknologi

    alat tanam benih langsung (ATABELA) yaitu:

    1. Meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani,

    2. Memperpendek umur panen dan dapat meningkatkan hasil panen,

    3. Menghemat tenaga kerja, serta

    4. hemat waktu.

    Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa

    kelemahan dari mekanisasi pertanian tersebut, diantaranya yaitu sebagai berikut :

    1. Dapat menggeser tenaga kerja manusia dan memberikan dampak negatif terhadap

    pemerataan pendapatan ,

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    12/24

    2. Membutuhkan biaya yang banyak dalam pengadaan dan perwatan alat-alat mekanis

    tersebut,

    3. Dapat memperbanyak pengangguran,

    4. Timbulnya sikap individualistis, Serta

    5. Mengakibatkan kesenjangan sosialSedangkan Soerjanto Poespowardojo ( 1989:68-69 ) juga menyebut empat bidang

    yang dijangkau oleh penerapan teknologi, yaitu: ekonomi, sosial, politik dan pandangan

    hidup. Diakui amatlah sukar membuat daftar dampak negatif teknologi berdasarkan

    jenisnya. Hal itu sesuai dengan sifat kemenduaan teknologi. Di bidang informasi dan

    komunikasi, misalnya, teknologi memiliki dampak negatif sendiri selain kegunaannya bagi

    manusia dalam segenap aspek kehidupannya.

    Melalui pengamatan yang dilakukannya sejak Repelita I Orde Baru, Soerjanto

    Poespowardojo menyebutkan empat kecenderungan masyarakat yang merupakan masalah

    kita bersama, yaitu: reifikasi, manipulasi, fragmentasi dan individualisasi . Segala sesuatu

    harus diwujudkan dengan dan dalam bentuk-bentuk lahiriah yang nyata agar dapat diukur

    secara kuantitatif. Kecenderungan reifikasi (Lat. res = benda) mengabaikan dimensi etis

    dan religius manusia, seolah-olah segala kebenaran hanya dapat dibuktikan secara ilmiah

    ( scientism ), sebagaimana telah dinyatakan melalui penemuan-penemuan teknologi yang

    didasarkan pada pretensi kemampuannya dalam mengubah dan memberikan arah serta arti,

    makna yang baru dalam kehidupan manusia. Dengan cara yang sama, manipulasi pun berkembang melalui berbagai iklan produk, tontonan dan pemberitaan yang

    mempermainkan fantasi dan imajinasi masyarakat.

    Disiplin dan struktur hirarkis ilmu dan teknologi memengaruhi pembaruan strata

    sosial masyarakat melalui gejala-gejala fragmentasi yang menyertai proses pembangunan

    dan modernisasi. Yang terakhir, individualisasi merupakan kecenderungan yang bersifat

    mendua. Satu mengarah ke individualisme dalam arti positif dengan ciri-ciri kesadaran dan

    kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dalam berinisiatif dan berprestasi, bertindak

    lebih rasional dan bertanggung jawab. Arah lain yang negatif adalah egoisme yang tidak

    sehat, sikap mau menang dan benar sendiri, seperti tampak nyata dalam kehidupan sehari-

    hari: kesemrawutan lalu-lintas, penyerobotan, over-lapping , dan sebagainya.

    Dampak teknologi modern jika di lihat dalam semua bidang tersebut berlangsung

    dalam keterkaitan satu sama lain. Produksi, distribusi, dan konsumsi dalam pola ekonomi

    modern merusak biosfer. Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-

    besaran, selain menguranginya sekaligus juga merusak lingkungan hidup, memanaskan

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    13/24

    atmosfer, membocorkan lapisan ozon, memperluas padang gurun, menipiskan cadangan air

    tanah (tawar), dan menjadikan hama semakin resisten. Lebih dari itu teknologi moden

    terbukti mampu mengubah struktur masyarakat dan tingkah laku yang menyertai

    modernisasi, mengarah pada dehumanisasi, merusak kesehatan raga dan jiwa manusia.

    Apalagi, transfer of technology tak pernah hanya sekadar pemindahan teknologi belaka,

    tetapi juga selalu membawa kultur tempat lahir teknologi itu, seperti dikatakan oleh

    Jacques Ellul: “Teknik membawa ideologinya sendiri. Dan setiap realisasi teknik

    menimbulkan pembenaran-pembenaran ideologisnya.”

    Sedemikian hebatnya pengaruh teknologi modern itu tampak pula pada

    kemampuannya menguasai ilmu yang semula dianggap sebagai ibunya. Kini, ilmu

    mendapatkan bantuan dari teknologi dan bersamaan dengan itu diabdikan pula untuk

    penyempurnaannya. Sekadar contoh, dapat dikemukakan bahwa ilmuwan kini jauh lebih

    mudah mengembangkan ilmu berkat teknologi komputer. Berbagai simulasi dapat

    dilakukan dalam waktu yang jauh lebih cepat dan tepat daripada cara-cara konvensional.

    Dengan cara yang sama, teknologi mengambil alih kegiatan produktif manusia, dan dengan

    demikian ia pun menguasai seluruh kegiatan manusia.

    D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Transformasi

    Teknologi Tersebut

    Sejak awal kelahirannya pada masa Pencerahan, teknologi telah menghancurkanmitos-mitos dan pola pikir masyarakat tradisional yang dibatasi oleh berbagai legitimasi

    tradisi kebudayaan seperti mitologi, teknologi, filsafat, yang semuanya berfungsi integratif.

    Pola tersebut disadari sebagai ideologi dalam fungsi distorsif karena bertentangan dengan

    kepentingan, pencerahan yang melahirkan berbagai penemuan yang menjadi cikal-bakal

    Revolusi Industri. Ideologi yang kemudian muncul sebagai legitimasi baru mengganti pola

    tradisional dengan pola modern yang membentuk sistem integrasi sosial baru, seperti

    proses penanaman padi sawah yang dulunya mengandalkan tenaga manusia yang begitu

    banyak merekruk tenaga kerja sekarang beralih pada teknologi modern yaitu menggunkan

    alat tanam benih langsung (ATABELA) dengan tujuan Suntuk mengoptimalkan sumber

    daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

    Kita ketahui bersama beras merupakan salah bahan pangan yang paling mendasar

    di negara indonesia khususnya dimana diketahui bahwa makanan pokok warga atau

    masyarakat Indoseia 98% membutuhkan bahan pangan tersebut. Dengan demikian upaya

    untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    14/24

    dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang

    mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi.

    Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta

    jiwa dengan angka pertumbuhan 1.7 % pertahun. Angka tersebut mengindentifikasikan

    Betapa besarnya bahan pangan yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan justru

    menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang

    terus menurun. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan

    akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan pangan dengan

    kesenjangan semakin melebar. untuk mengantisipasi hal tersebut para petani dalam

    membudidayakan tanaman padi sawah mereka lebih memilih menggunakan alat tanam

    benih langsung dengan tujuan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam rangka

    memenuhi kebutuhan pangan.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    15/24

    BAB III. METODE PENULISAN

    A. Tempat dan Waktu

    Penulis memulai menulis karya ilmiah ini pada tanggal 13 Juni 2014 hingga tanggal

    20 Juni 2014 bertempat di rumah penulis sendiri.

    B. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penyusunan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menggunakan metode

    sebagai berikut:

    1. Studi Pustaka

    Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi melalui buku-buku

    dan tulisan sebagai referensi dalam karya tulis ini.

    2. Pencarian Dunia Maya

    Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan

    sewaktu studi pustaka. Cara ini dilakukan dengan mencari data-data melalui

    website diinternet yang terkait dengan masalah yang di bahas.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    16/24

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pentingnya Transformasi Teknologi Tradisional Ke Teknologi Modern (Alat

    Tanam Benih Langsung) Bagi Tanaman Padi Sawah

    Pentingnya transformasi teknologi tradisional ke teknologi modern yaitu untuk

    membantu mempercepat adanya proses pasca panen terhadap pertanian menciptakan

    kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan hasil produknya

    dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan

    kapabilitas teknologinya yang masih relatif terbelakang.

    Alat tanam benih langsung (ATABELA) merupakan salah satu alternatif yang

    dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman padi. Alat Tanam benih padi secara

    langsung, dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses

    penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda denga budidaya padi sistem pindah tanamatau transplanting, dalam hal pembibitannya. Kegiatan lainnya relatif sama. Dalam sistem

    pindah tanam, benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah dengan lahan

    budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan lahan semai, penyebaran

    benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam, dan tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga

    transportasi untuk memindah bibit dari lokasi penyemaian menuju ke lokasi budidaya,

    karena seringkali lahannya berjauhan. Dalam tabela tenaga untuk melakukan

    kegiatankegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan tabela dapat mengurangi penggunaan

    tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga

    kerja upahan atau buruh tani.

    Menanam padi biasanya dimulai dengan menyemaikan benih pada 3-5% lahan

    sawah. Di beberapa daerah yang mulai kesulitan tenaga kerja, penyiapan pesemaian akan

    menjadi kendala usaha. Dengan teknik alat ini (tanam benih langsung), disamping tidak

    memerlukan lahan, juga menghemat biaya tenaga kerja.

    Pengolahan tanah untuk alat ini menghendaki sesempurna mungkin agar saat benih

    ditanam dapat tumbuh serempak dan pertumbuhan gulma dapat ditekan. Saat tanam lahan

    harus dalam keadaan macak-macak, paling lambat dua hari setelah olah tanah selesai.

    Benih disiapkan dengan merendamnya dalam air yang bersih selama 24 jam atau 48 jam.

    Jika benih melewati waktu yang telah ditentukan dan telah berakar, berarti sudah terlambat

    untuk alat penabur benih ini.

    Cara tanamnya cukup dengan meletakkan 10-15 butir benih per titik tanam yang

    telah ditentukan. Jika diperkirakan akan turun hujan maka harus ditunda karena akan

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    17/24

    menghanyutkan benih.Masa kritis untuk padi adalah sampai tanaman berumur 30 hari.

    Disamping ada resiko benih hanyut karena air melimpah atau hujan, juga adanya

    persaingan dengan gulma. Jika dalam masa kritis tersebut dapat ditangani, maka

    produktivitas alat penabur benih ini sama dengan tanam biasa.

    Masa panen alat penabur benih padi lebih singkat misalnya, masa panen varitas

    padi yang ditanam secara disemai memerlukan waktu antara 110- 115 hari, tetapi sistim

    tabela hanya umur 90 hari sudah bisa panen. "Pemakaian benih lebih hemat yakni sekitar

    17-20 kilogram per hekto are. Cara tradisional bisa butuh benih 30-35 kilogram per hekto

    are hingga 40 kilogram per hekto are,"Kutipan Abdul kadir” salah satu petani asal desa

    lamedai kecamatan watubangga kabupaten Kolaka.

    Alat penabur benih padi atau tanam benih langsung memang memiliki beberapa

    keunggulan yang membuat sistem ini dengan cepat bisa menarik perhatian petani. Adapun

    keunggulannya adalah : Sistem tabela hemat kebutuhan air hingga 20% per musimnya,

    hemat kebutuhan tenaga kerja tanam serta waktu yang digunakan dalam pengoperasiannya

    lebih spesifik dibandingkan dengan tanaman bibit yang disemai.

    Dengan sistem ini kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah

    lima orang tenaga kerja dengan waktu kurang lebih 2 jam sehingga besar biayaakan jauh

    lebih murah jika dibandingkan dengan budidaya dengan sistem yang selama ini dipakai

    petani, hemat waktu karena tidak diperlukan kegiatan persemaian, Tanaman tumbuh lebih

    cepat karena tidak memerlukan waktu untuk penyesuaian lahan dan menghasilkan anakanyang dapat berproduksi secara maksimal. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan dengan

    sistem tanam pindah dan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang.

    Akan tetapi beberapa keunggulan tersebut tidak serta merta membuat tabela jauh

    dari kelemahan. Salah satu yang mengemuka adalah jatuhnya benih tidak merata pada

    waktu penyebarannya. Hal ini disebabkan system tabela menggunakan alat bantu (alat

    tanam benih langsung) atau peralatan yang dilengkapi dengan roda.

    B.

    Adaptasi Masyarakat Terhadap Transfarmasi Teknologi Alat Tanam BenihLangsung (ATABELA)

    Adaptasi masyarakat terhadap transformasi teknologi tersebut terdapat adanya

    partisipasi atau keinginan masyarakat atau petani dalam menerima dan memproduksi serta

    menerapakan dan memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia,

    dalam menciptakan kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    18/24

    memajukan hasil produknya dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan

    sumber daya manusia dan kapabilitas teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.

    Dimana teknologi “baru” yang dihasilkan mampu mengukuhkan kepercayaan

    bahwa dengan mekanisasi pertanian ( penerapan kaidah keteknikan) dapat diwujudkan

    suatu sistem usaha tani dengan kepastian hasil tinggi yang dinyatakan dengan ciri fisik

    seperti kuantitas, kualitas, produktivitas dan efisiensi.

    C. Dampak (Positif Dan Negatif) Dari Transformasi Teknologi Alat Tamam Benih

    Langsung (ATABELA)

    Dalam melakukan pengadaan suatu teknologi baru pasti akan mempunyai dampak,

    baik dampak positif maupun dampak negatif, dampak positif dari transformasi teknologi

    alat tanam benih langsung (ATABELA) yaitu:

    1. Meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani

    Usaha peningkatan produksi padi di Indonesia dilakukan pemerintah

    melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan

    memperbaiki teknologi anjuran untuk meningkatkan produktivitas lahan,

    sedangkan ekstensifikasi ditujukan untuk memperluas areal produksi. Perluasan

    areal umumnya diarahkan ke lahan baru serta lahan tidur atau meningkatkan indeks

    panen (IP) pada lahan yang mempunyai IP rendah.

    Pada sistem usaha tani padi intensif dengan tenaga kerja banyak tersediadan murah, sistem tanam pindah (TAPIN) umum dilakukan petani. Namun, di

    daerah dengan tenaga kerja sukar dan mahal sementara harga mesin tanam pindah

    tidak terjangkau petani, sistem tanam benih langsung (TABELA) dapat menjadi

    alternatif bagi petani. Kelangkaan tenaga kerja sering menyebabkan waktu tanam

    terlambat, sehingga petani terpaksa menanam bibit padi yang sudah tua sehingga

    hasil panen rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka budi daya padi tabela

    diintroduksikan. Tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja

    yang terkonsentrasi pada waktu yang bersamaan seperti pengolahan tanah dan

    tanam, serta untuk menghindari pembuatan dan pemeliharaan persemaian. Efisiensi

    tenaga kerja tersebut dapat menekan biaya tenaga kerja yang mahal serta mengejar

    masa tanam yang serempak dengan biaya relatif murah.

    2. Memperpendek umur panen dan dapat meningkatkan hasil panen

    Masa panen alat penabur benih padi lebih singkat misalnya, masa panen

    varitas padi yang ditanam secara disemai memerlukan waktu antara 110- 115 hari,

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    19/24

    tetapi sistim tabela hanya umur 90 hari sudah bisa panen. "Pemakaian benih lebih

    hemat yakni sekitar 17-20 kilogram per hekto are. Cara tradisional bisa butuh benih

    30-35 kilogram per hekto are hingga 40 kilogram per hekto are,"Kutipan Abdul

    kadir” salah satu petani asal desa lamedai kecamatan watubangga kabupaten

    Kolaka

    3. Menghemat tenaga kerja, serta

    IRRI (1989) telah mengantisipasi kelangkaan tenaga kerja yang terjadi pada

    tahun 2000-an serta perkembangan teknologi maju pada waktu itu. Berdasarkan

    pemikiran tersebut, maka sistem tabela diharapkan semakin populer di Asia

    khususnya pada sistem usaha tani padi intensif. Menurut De Datta dan Flinn

    (1986), Moody (1990), dan Washio (1992), sistem tabela mampu memberikan hasil

    panen yang sebanding dengan hasil panen padi tapin, bahkan lebih tinggi dengan

    pengelolaan yang optimum.

    4. Hemat waktu.

    Dengan sistem ini kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar

    adalah lima orang tenaga kerja dengan waktu kurang lebih 2 jam sehingga besar

    biaya akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan budidaya dengan sistem

    yang selama ini dipakai petani,

    Persemaian, Tanaman tumbuh lebih cepat karena tidak memerlukan waktu

    untuk penyesuaian lahan dan menghasilkan anakan yang dapat berproduksi secaramaksimal. Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam pindah

    dan tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penggerek batang.

    Disamping banyaknya keunggulan dari mekanisasi di atas, terdapat juga beberapa

    kelemahan dari mekanisasi pertanian tersebut, diantaranya yaitu sebagai berikut :

    1. Timbulnya sikap individualistis.

    Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan tehnologi maju membuat

    mereka tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Kadang-kadang

    mereka lupa akan dirinya sebagai mahluk sosial. Mereka cenderung untuk hidup

    sendiri-sendiri tanpa memperhatikan orang lain, rasa getong royong, ramah tamah

    dan sopan santun mulai mundar. Nilai-nilai yang telah dijunjung sesuai budaya

    leluhur mereka akan mulai di tinggalkan,akibat dari memudarnya nilai-nilai budaya

    local akan menimbulkan sikap individualistis.

    2. Membutuhkan biaya yang banyak dalam pengadaan dan perwatan alat-alat mekanis

    tersebut

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    20/24

    Untuk mengadakan teknologi atau alat baru membutuhkan biaya yang

    cukup untuk perawatan teknologi tersebut, untuk menunjang pemakaian atau

    pemanfaatan alat tersebut dala jangka waktu yang lama.

    3. Dapat memperbanyak pengangguran.

    Dengan adanya teknologi yang modern masyarakat ataupun petani dalam

    menyelesaikan pekerjannya lebih memelih untuk mengerjakan pekerjaan sendiri,

    daripada menyewah buruh tanih.

    4. Mengakibatkan kesenjangan sosial

    Pergeseran alih teknologi tradisional ke modern tidak lepas dari pengaruh

    modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat

    mengikuti pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan social. Kesenjangan social

    akan menyebabkan jarak anatara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa merusak

    nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalikan bangsa Indonesia. Hal ini juga akan

    memicu prasangka sosial, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat

    orang tersebut frustasi, maka orang akan timbulah tindak kriminal seperti

    permpaokan hanya untuk alasan pemenuhan kebutuhan.

    D. Perubahan Nilai Atau Cara Pandang Masyarakat Terhadap Alih Teknologi

    Tersebut

    Mengamati permasalahan pembangunan pertanian yang sudah, sedang dan akan

    berlangsung di Indonesia, dan perubahan teknologi yang sangat cepat di dalam negeri, di

    kawasan regional dan global, diperlukan suatu teknologi yang dapat menunjang pertanian

    yang berkelanjutan. Teknologi tersebut bertujuan untuk memberikan landasan yang kuat

    bagi berlangsungnya perkembangan mekanisasi pertanian, yang dimana merupakan

    sebagai wahana perubahan pertanian tradisional ke pertanian industrial atau modern.

    Meskipun perubahan tersebut menuntut waktu yang cukup lama sebagai proses

    pembelajaran namun tetap merupakan langkah yang harus ditempuh oleh petani untuk

    menujang kehidupan yang berkelanjutan.

    Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai dari

    kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan. Sementara ketersediaan tenaga

    kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi muda enggan untuk terjun

    ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang berperan dalam kegiatan tanam

    dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua. Di masa mendatang diperkirakan akan

    semakin sulit mencari tenaga kerja untuk tanam padi. Dan biasanya masa tanam yang

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    21/24

    serempak sehingga pada masa itu terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja, dilain pihak

    ketersediaanya terbatas. Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha

    budidaya padi yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.

    Dilihat dari segi pelaksanaan panen dengan sistem penanaman yang menggunakan

    alat tanam benih lansung (ATABELA) lebih mudah untuk di aplikasikan oleh petani,

    dimana ATABELA merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

    meningkatkan hasil dari produktifitas pertanian padi sawah, dimana kurangnya tenaga

    kerja ketika petani melakukan kegiatan usahatani padi, baik proses budidaya maupun

    proses pasca panen, jadi dengan tabela ATABELA dapat mengurangi penggunaan tenaga

    kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja

    upahan atau buruh tani.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    22/24

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Alat tanam benih langsung (ATABELA) merupakan salah satu alternatif yang

    dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman padi sawah, dimana benih padi langsung

    disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu.

    Adaptasi masyarakat terhadap transformasi teknologi merupakan adanya

    partisipasi masyarakat dalam menerima dan memproduksi serta menerapakan dan

    memanfaatkan teknologi tersebut untuk memenuhi kebutuhan manusia, menciptakan

    kemandirian bagi petani, dan memanfaatkan teknologi untuk memajukan hasil produknya

    dalam era globalisasi, serta untuk meingkatkan kemampuan sumber daya manusia dan

    kapabilitas teknologinya yang masih sistemnya terbelakang.

    Pergeseran alih teknologi tradisional ke teknologi modern tidak lepas dari pengaruh

    modernisasi dan pengaruh globalisasi, bila ada beberapa individu yang dapat mengikuti

    pengaruh tersebut akan terjadi kesenjangan sosial. Hal ini juga akan memicu prasangka

    sosial, persaingan dalam kehidupan cenderung akan mebuat orang tersebut frustasi, maka

    orang akan timbulah tindak kriminal seperti perampokan hanya untuk alasan pemenuhan

    kebutuhan.

    Pelaksanaan panen dengan sistem penanaman yang menggunakan alat tanam benih

    lansung (ATABELA) lebih mudah untuk di aplikasikan oleh petani, dimana ATABELAmerupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil dari

    produktifitas pertanian padi sawah, dimana kurangnya tenaga kerja ketika petani

    melakukan kegiatan usahatani padi, baik proses budidaya maupun proses pasca panen, jadi

    dengan tabela ATABELA dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat

    mengurangi biaya produksi jika menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani.

    B. Saran

    Diharapkan kepada para pemerintah dan petani agar lebih menerapkan dan

    mengaplikasikan alat tanam benih langsung (ATABELA) guna untuk meningkatkan hasil

    produktifatas pertanian padi sawah dan untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa dan

    Negara.

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    23/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Birowo A.T. 1977. Strategi Mekanisasi Pertanian untuk Pembangunan . Makalah pada

    Seminar dan Kongres PERMETA, 1976. Jakarta

    Bungaran Saragih, 1999 . Agribisnis. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis

    Pertanian . Kumpulan Pemikiran.70-

    Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan dan

    Pemerataan . CIDES.

    Kasryno, F, dkk. 2002. Pemikiran Mengenai Visi Pembangunan Pertanian Indonesia 2020

    dan Implikasinya Bagi Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Makalah dalam

    Rapat Kerja Badan Litbang 2002

    M.A. Bell; D. Dawe, M.B. Douthwaite;1999. Increasing the Impact of Engineering in

    Agricultural and Rural Development . IRRI Discussion Paper Series No.30.

    http ://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/

    http://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_india

    http ://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola -bertani-tradisional-ke-

    modern.html

    http ://kurniowe n.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp ://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-t eknologi/

    http ://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-t eknologi/

    http ://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13379

    http://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/http://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/13379http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://ruhcitra.wordpress.com/2008/10/25/masalah-pengembangan-dan-alih-teknologi/http://kurniowen.blogspot.com/2012/06/kontrak-lisensi-alih-teknologi-di.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://dispertan.kaltimprov.go.id/artikel-200-ibrahim-alihkan-pola-bertani-tradisional-ke-modern.htmlhttp://artikel.sabda.org/indonesia_ayo_kita_kejar_china_dan_indiahttp://arisandi21.wordpress.com/2013/05/08/pengertian-alih-teknologi/

  • 8/18/2019 KTI PERHEPI

    24/24

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Hertin selaku ketua kelompok LKTI, lahir di Kendari

    pada tanggal 01 Agustus 1991. Pada tahun 2011 penulis

    melanjutkan sekolah di perguruan tinggi Fakultas Pertanian

    Jurusan Agribisnis Universitas Halu Oleo Kendari, pada

    tahun 2013 penulis aktif di organisasi himpunan jurusan

    agribisnis (HIMJAGI) dan perna menjadi bendahara dalam

    kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Agribisnis

    (LADSKAR) untuk mahasiswa baru (MABA) angkatan

    2013.

    Nama Fitriah selaku anggota kelompok I, lahir di Kendari

    pada tanggal 09 Maret 1994. Pada tahun 2011 penulis

    melanjutkan sekolah di perguruan tinggi Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu

    Oleo Kendari, pada tahun 2014 penulis aktif di Organisasi

    Epidemiologist Community (EPIDCOM) selaku ketua

    organisasi EPIDCOM.

    Nama Melianti selaku anggota II, lahir di Buton Utara pada

    tanggal 13 Mei 1992. Pada tahun 2011 penulis melanjutkansekolah di perguruan tinggi Fakultas Pertanian Jurusan

    Agribisnis Universitas Halu Oleo Kendari, pada tahun 2013

    penulis aktif di organisasi himpunan jurusan agribisnis

    (HIMJAGI) selaku sekretaris umum II.