kuliah 3 - classical conditioning
DESCRIPTION
Pembentukan perilaku berdasarkan classical conditioningTRANSCRIPT
-
CLASSICAL CONDITIONING
Pertemuan ke - 3
-
Konsep-konsep dalam Classical
Conditioning
a. Acquisition
b. Extinction dan Spontaneous
Recovery
c. Generalization
d. Discrimination
arianaginanjar
-
ACQUISITION (Pemerolehan)
Proses dimana organisme belajar mengasosiasikan antara CS dan UCS untuk
menghasilkan CR
arianaginanjar
-
acquisition
Aspek-aspek penunjang :
1. Contiguity - timing
- Dua stimulus harus terjadi scr berdekatan dalam waktu dan tempat (contiguity) agar asosiasi dapat terbentuk.
- Pengkondisian paling efektif jika CS mendahului UCS kira-kira detik atau hampir bersamaan , namun kurang efektif scr progresif saat waktu antara CS dan UCS meningkat.
arianaginanjar
-
acquisition
2. Contingency / predictability
- Robert Rescorla (1967)
- CS merupakan sinyal bahwa UCS akan muncul = signal learning.
- Untuk terjadinya pengkondisian, harus ada probabilitas yang tinggi bahwa UCS akan terjadi jika CS dipresentasikan.
- Faktor kognitif terlibat.
arianaginanjar
-
acquisition
arianaginanjar
Associative bias : suatu stimulus kemungkinan besar terasosiasikan dengan UCS
tertentu dibandingkan stimulus lain.
Semakin menarik stimulus netral maka semakin
besar kemungkinan untuk menjadi CS ketika
dipasangkan dgn UCS (Rachlin et.al dalam
Ormrod, 2009)
-
EXTINCTION
(Pemadaman)
Melemahnya atau hilangnya CR karena
ketiadaan UCS
arianaginanjar
-
extinction
arianaginanjar
Apabila CS diberikan secara
berulang tanpa disertai UCS maka
CR akan semakin melemah
CS sebagai stimulus inhibitorik.
Extinction tidak dapat diprediksikan akan
terjadi atau tidak.
-
extinction
Spontaneous recovery
munculnya kembali respon terkondisikan (CR) ketika periode
pemadaman diikuti dengan periode
istirahat.
CR yang muncul pada spontaneous recovery
cenderung lebih lemah dari CR awal dan dapat
menghilang dengan cepat.
arianaginanjar
-
GENERALISASI
Yaitu kecenderungan untuk berespon sama
terhadap stimulus lain yg mirip dengan
CS.
arianaginanjar
-
generalisasi
arianaginanjar
Semakin mirip kedua stimulus, semakin
besar kemungkinan generalisasi terjadi.
Berguna untuk mencegah proses belajar
hanya terkait dgn stimulus tertentu.
Generalisasi pada respon takut yg
dikondisikan dapat meningkat sejalan
dengan waktu.
-
DISKRIMINASI STIMULUS
Proses belajar untuk berespon pada stimulus tertentu dan tidak pada stimulus
yg lain.
Melalui penguatan diferensial.
arianaginanjar
-
Higher-Order Conditioning
Langkah 1
NS1 (bel) + UCS (daging) UCR (saliva)
awal
Langkah 2
CS1(bel) CR(saliva)
Langkah 3
NS2(cahaya) + CS1(bel) CR(saliva)
higher
Langkah 4 order
CS2(cahaya) CR(saliva) arianaginanjar
-
Takut
John Watson menyatakan bahwa banyak dari ketakutan kita dapat dipelajari melalui classical conditioning.
Percobaan pada bayi Albert oleh John Watson dan Rosalie Rayner (1920)
Dieliminasi dengan counterconditioning.
arianaginanjar
-
Little Albert
arianaginanjar
-
arianaginanjar
-
SENSORY PRECONDITIONING
arianaginanjar
Langkah 1
NS1 (sekolah) + NS2 (tes) tidak ada respon
Langkah 2
NS1(sekolah) + UCS (peristiwa traumatis) UCR(cemas)
Langkah 3
CS1(sekolah) CR(cemas)
Langkah 4
CS2(tes) CR(cemas)
-
Upaya menghilangkan respon yg tidak
diinginkan
1. Extinction
2. Counterconditioning Langkah :
- Memilih respon baru yg tidak sama / berlawanan
dengan CR yg ada
- Identifikasi stimulus yg memunculkan respon baru
- Stimulus yg memunculkan respon baru ditampilkan
pada individu dan CS yg memunculkan respon yg tidak
diinginkan perlahan ditampilkan.
arianaginanjar
-
Counterconditioning
Mary Cover Jones (1924) pada peter.
Kondisi awal
tikus putih takut
Conditioning
kelinci + biskuit dan susu perasaan senang
Kondisi akhir
kelinci perasaan senang
arianaginanjar
-
Selain pada takut, classical conditioning
pun dapat digunakan untuk menjelaskan :
- emosi yg menyenangkan
- masalah kesehatan dan mental
- penggunaan obat-obatan
- dll.
arianaginanjar