landfill

45
Landfill Landfill adalah fasilitas fisik yang digunakan untuk pembuangan residu buangan padat di permukaan tanah pada suatu areal tertentu. Pada waktu sebelumnya, istilah sanitary landfill digunakan untuk menunjukan suatu landfill dimana sampah ditempatkan dan ditutup setiap operasi harian berakhir. Sedangkan saat ini sanitary landfill memiliki pengertian sebagai suatu fasilitas yang dirancang sebagai tempat pembuangan limbah padat perkotaan yang didesain dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak pembuangan sampah terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Klasifikasi landfill berdasarkan jenis perlakuan terhadap sampahnya : a. Landfill sampah tercampur Merupakan jenis landfill yang paling banyak ditemukan di Indonesia maupun di negara lain. Digunakan untuk menampung segala jenis sampah yang ada dalam timbulan sampah perkotaan maupun lumpur instalasi pengolahan air limbah berbagai industri yang telah dikeringkan sehingga kadar solidnya menjadi 51 % atau lebih. Material penutup intermediat dan penutup akhir diambil dari tanah galian landfill. b. Landfill sampah yang telah mengalami pengolahan Sampah yang telah dipotong atau digiling dapat memperkecil ruang pemakaian landfill hingga 35 % dibandingkan sampah yang tidak diolah. Sampah olahan dapat dipadatkan membentuk suatu permukaan yang lebih seragam dan rapat. Keuntungan lain yaitu sampah yang

Upload: kartika-pratama-syafitri

Post on 24-Jul-2015

165 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Landfill

Landfill

Landfill adalah fasilitas fisik yang digunakan untuk pembuangan residu buangan padat

di permukaan tanah pada suatu areal tertentu. Pada waktu sebelumnya, istilah sanitary

landfill digunakan untuk menunjukan suatu landfill dimana sampah ditempatkan dan ditutup

setiap operasi harian berakhir. Sedangkan saat ini sanitary landfill memiliki pengertian

sebagai suatu fasilitas yang dirancang sebagai tempat pembuangan limbah padat perkotaan

yang didesain dan dioperasikan untuk meminimalkan dampak pembuangan sampah terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Klasifikasi landfill berdasarkan jenis perlakuan terhadap sampahnya :

a. Landfill sampah tercampur

Merupakan jenis landfill yang paling banyak ditemukan di Indonesia maupun di

negara lain. Digunakan untuk menampung segala jenis sampah yang ada dalam

timbulan sampah perkotaan maupun lumpur instalasi pengolahan air limbah

berbagai industri yang telah dikeringkan sehingga kadar solidnya menjadi 51 %

atau lebih. Material penutup intermediat dan penutup akhir diambil dari tanah

galian landfill.

b. Landfill sampah yang telah mengalami pengolahan

Sampah yang telah dipotong atau digiling dapat memperkecil ruang pemakaian

landfill hingga 35 % dibandingkan sampah yang tidak diolah. Sampah olahan dapat

dipadatkan membentuk suatu permukaan yang lebih seragam dan rapat.

Keuntungan lain yaitu sampah yang telah dipotong dapat pula dimanfaatkan untuk

memproduksi kompos yang dapat dipakai sebagai material penutup intermediet.

Kelemahan dari metoda ini adalah dibutuhkannya fasilitas pemotongan (shredding)

dan perlunya untuk mengoperasikan suatu bagian konvensional landfill yang akan

menampung sampah-sampah yang sulit dipotong. Metoda ini sangat cocok untuk

daerah dengan curah hujan sangat rendah atau musiman.

c. Landfill sampah tertentu

Dikenal juga dengan istilah monofill, dimana abu hasil pembakaran, asbestos, dan

limbah lain yang sejenis (designated waste) umumnya ditempatkan di monofill

untuk mengisolasinya dari material-material sampah yang diletakkan di landfill

sampah tercampur.

d. Jenis landfill lainnya

• Landfill yang didesain untuk memaksimalkan produksi gas

Page 2: Landfill

Landfill jenis ini perlu dirancang khusus apabila kuantitas gas landfill yang

dihasilkan dekomposisi anaerob material sampah akan dimaksimalkan. Cara-

cara yang umum dilakukan diantaranya penggunaan barisan sel secara

individu dengan kedalaman yang cukup tanpa menggunakan lapisan penutup

intermediat dan lindi akan direcycle untuk meningkatkan proses dekomposisi.

Kelemahan dari sistem ini adalah diperlukannya operasional tambahan dimana

timbulan lindi yang berlebihan harus dibuang

• Landfill sebagai unit pengolahan terintegrasi

Metoda operasi yang diterapkan antara lain pemisahan sampah organik dan

meletakkannya di landfill terpisah sehingga laju biodegradasi dapat meningkat

seiring dengan pertambahan kadar air sampah, baik hasil dari recycle lindi

maupun melalui seeding dengan lumpur instalasi pengolahan air limbah yang

telah digesti. Material terurai akan digali dan digunakan sebagai material

penutup untuk area landfill baru, sel-sel yang digali selanjutnya diisi dengan

sampah baru.

• Landfill di daerah basah

Pada metoda ini area landfill dibagi menjadi sel-sel baru atau beberapa lagoon

dan dilakukan penjadwalan operasi pengisian sehingga 1 sel individu atau

lagoon akan terisi masing-masing 1 tahun. Seringkali sampah diletakkan

langsung di atas air. Alternatif lain, material pengisi bersih ditambahkan

sehingga mencapai atau sedikit diatas muka air sebelum operasi pengisian

landfill dimulai. Untuk meningkatkan stabilitas struktural, dibangun tanggul

dari material sampah yang membagi sel atau lagoon sebagai penambahan

terhadap material pengisi bersih. Untuk mencegah pergerakan lindi dan gas

dari sel atau lagoon yang telah penuh maka digunakan tanah liat dan lapisan

baja ringan atau lapisan kayu.

Berdasarkan kondisi lokasi yang ada, metoda landfill dibagi menjadi :

1. Metoda Area

• Dapat diterapkan pada lokasi yang relatif datar;

• Sampah disebarkan dan dipadatkan diatas tanah yang akan ditimbun;

• Sampah membentuk sel-sel sampah yang saling dibatasi oleh tanah penutup;

• Setelah pengurugan sampah selesai akan membentuk slope.

2. Metoda Slope/Ramp

• Sebagian tanah digali;

Page 3: Landfill

• Sampah kemudian diurug ke dalam galian;

• Tanah penutup diambil dari tanah galian;

• Setelah lapisan pertama selesai, operasi selanjutnya seperti metoda area.

3. Metoda Parit/Trench

• Dapat digunakan untuk daerah datar atau sedikit bergelombang;

• Site yang ada digali, sampah disebarkan didalam galian, dipadatkan dan

ditutup setiap hari setelah operasi selesai;

• Tanah yang digali dapat digunakan untuk tanah penutup;

• Digunakan bila air tanah cukup rendah sehingga zone non aerasi di bawah

landfill cukup tinggi (> 1,5 m);

• Ukuran parit biasanya panjang 30 – 60 m, lebar 5 – 15 m dan kedalaman 1-3

m;

• Slope 1,5 : 1 sampai 2 : 1;

• Operasi selanjutnya seperti metoda area.

4. Metoda Pit/Canyon

• Diterapkan untuk jurang atau ngarai;

• Pengurugan sampah dimulai dari dasar;

• Penempatan sampah sesuai dengan topografi;

• Tanah penutup dapat diambil dari dinding ngarai atau dasarnya;

• Penyebaran dan pemadatan sampah seperti metoda area.

Penanganan yang dilakukan terhadap sampah di landfill juga bervariasi antara lain :

1. Penanganan sampah sebelum di landfilling.

• Sampah tanpa pemotongan, sampah yang ada langsung diurug tanpa dilakukan

proses pemotongan.

• Sampah dengan pemotongan/shredding.

- Biasanya sampah dipotong antara 50 – 80 mm.

- Sampah menjadi lebih homogen, lebih padat dan dapat ditimbun lebih

tebal.

- Dapat digunakan sebagai pengomposan di landfill khususnya untuk

sampah-sampah organik.

- Binatang pengerat seperti tikus dapat dikurangi karena rongga-rongga

dalam timbunan dihilangkan dan sampah menjadi lebih padat.

- Densitas bisa mencapai 0,8 – 1 ton/m3

Page 4: Landfill

- Memungkinkan proses aerobik yang menghasilkan panas sehingga dapat

menghindari lalat.

- Bila tidak ada masalah bau maka tidak perlu tanah penutup.

- Untuk sampah organik fermentasi lebih cepat sehingga stabilitas juga

lebih cepat.

- Membutuhkan alat pemotong yang mengakibatkan biaya menjadi mahal.

• Sampah dengan pemadatan/baling.

- Sampah dipadatkan dengan mesin pemadat sehingga kepadatan

mencapai 1 ton/m3.

- Transportasi lebih murah karena sampah lebih padat dan berbentuk

praktis.

- Pengurugan di lapangan lebih mudah.

- Pengaturan sel lebih mudah dan sistematis, misalnya setiap ketinggian 3

m diaplikasikan tanah penutup 10 cm.

- Butuh investasi alat/mesin dan biaya yang mahal.

- Dihasilkan air lindi hasil pemadatan yang perlu mendapat perhatian.

2. Penanganan sampah di lokasi landfill.

• Secara tradisional.

- Sampah diletakkan lapis perlapis (0,5 – 0,6 m) sampai ketinggian sekitar

1,2 – 1,5 m.

- Urugan sampah membentuk sel-sel dan membutuhkan ketelitian operasi

alat berat.

- Kepadatan sampah mencapai kepadatan 0,6 – 0,8 m ton/m3.

- Membutuhkan penutup harian 10 – 30 cm paling tidak dalam waktu 48

jam.

- Lapisan teratas bersifat aerobik.

- Bagian-bagian sampah yang besar diletakkan di bawah agar tidak terjadi

rongga.

- Tanah penutup harus cukup homogen agar cukup permeabel.

• Dengan alat berat pemadat (compactor)

- Banyak digunakan untuk lahan yang besar.

- Proses yang terjadi menjadi anaerob.

- Karena densitas yang tinggi, serangga dan tikus sulit bersarang.

Page 5: Landfill

- Keuntungannya dibandingkan dengan lahan urug tradisional adalah

tanah penutup lebih sedikit, truk mudah berlalu lalang dan masa layan

yang lebih lama.

- Kerugiannya biaya operasi menjadi meningkat.

Dilihat dari cara penanganan lindi, terdapat 4 jenis landfill yaitu :

• Controlled landfill.

Lokasi landfill telah dipilih dan dipersiapkan dengan baik, namun aplikasi

tanah penutup tidak dilakukan setiap hari.

• Sanitary landfill dengan tanah penutup harian.

Peningkatan dari controlled landfill, lahan penimbunan dibagi atas beberapa

area yang dibatasi oleh tanggul/parit. Penutupan timbunan tanah dilakukan

setiap hari sehingga masalah bau, asap dan lalat dapat dikurangi.

• Sanitary landfill dengan sirkulasi lindi.

Masalah lindi sudah diperhatikan, dibutuhkan sarana untuk mengalirkan lindi

dari dasar landfill ke penampungan, biasanya kolam yang diaerasi. Lindi

kemudian dikembalikan ke timbunan sampah melalui ventilasi biogas tegak

atau langsung ke timbunan sampah.

• Sanitary landfill dengan pengolahan lindi.

Lindi yang dikumpulkan melalui sistem pengumpul lindi kemudian diolah

secara lengkap seperti layaknya limbah cair, pengolahan yang diterapkan

biasanya secara kimia dan biologi.

Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam timbunan Landfill terbagi atas:

• Anaerobic landfill

- Merupakan landfill yang banyak dikenal saat ini;

- Timbunan sampahnya berlapis-lapis;

- Menghasilkan lebih banyak gas CH4, H2S yang menimbulkan bau;

- Stabilitas sampah tidak tercapai;

- Konsentrasi lindi tinggi.

• Semi-aerobic landfill

- Dapat menghindari genangan lindi dalam timbunan;

- Tanah penutup hariannya tidak kedap udara;

- Kandungan air sampahnya rendah;

- Udara disuplai ke timbunan sampah melalui saluran pengumpul lindi.

• Aerobic landfill

Page 6: Landfill

- Terdapat pipa penyuplai udara pada saluran pengumpul lindi dan pada

timbunan sampah;

- Dilakukannya pembalikan sampah;

- Proses pembusukan sampah lebih cepat;

- Kualitas lindi lebih baik daripada anaerobic landfill;

- Bau berkurang;

- Tidak perlu penutup harian.

Salah satu dari jenis Semi-aerobic landfill yang banyak digunakan adalah Metode

Fukuoka. Pada tahun 1975 Universitas Fukuoka dan pemerintah Kota Fukuoka bekerja sama

untuk mengembangkan pendekatan untuk pengelolaan sampah yang dikenal dengan Metode

Fukuoka. Latar belakang dikembangkan Metode Fukuoka adalah jenis landfill pada

kebanyakan negara berkembang adalah tipe Anaerobik (Open Dumping) dan menghasilkan

gas metan (CH4) secara kontinu, dimana sekitar 30 % gas metan yang ada dihasilkan oleh

landfill. Selain itu kebanyakan negara berkembang mempunyai presipitasi yang tinggi, hal ini

membuat dekomposisi lambat dan menjadikan landfill ke kondisi Anaerobik.

Metode Fukuoka didesain untuk meminimalkan biaya investasi landfill, biaya

perawatan, dan menciptakan landfill yang ramah lingkungan. Sekarang ini, 70 % landfill di

Jepang menggunakan tipe ini. Konsep metode fukuoka cocok digunakan pada negara-negara

berkembang karena hemat biaya, pemeliharaan yang mudah, dan dapat digunakan kembali.

Struktur Metode Fukuoka:

• Lindi dikumpulkan pada kolam pengumpul lindi melalui pipa berlobang yang

telah dipasang.

• Outlet dari pipa pengumpul lindi selalu terbuka ke udara, udara segar masuk

sampai ke lapisan dengan demikian tercipta kondisi aerobik di sekeliling pipa

• Mengurangi kandungan air didalam sel sampah.

Keunggulan Metoda Fukuoka:

a. Strukturnya sangat mudah dan murah. Bisa menggunakan material lokal

seperti bambu, ban bekas, drum bekas, dll.

b. Dekomposisi cepat dan tidak terlalu menimbulkan bau busuk.

c. Lindi dapat dihentikan segera setelah terkumpul, dengan demikian dapat

mengurangi rembesan.

d. Tekanan gas dihilangkan melalui pipa ventilasi, mengurangi kemungkinan

terjadinya ledakan.

Page 7: Landfill

e. Pengolahan lindi menjadi lebih mudah.

f. Membantu meringankan global warming karena mengurangi sejumlah

produksi CH4 (25 kali lebih berbahaya dari CO2).

g. Dapat merehabilitasi open dumping menjadi sanitary landfill.

Sarana dan Prasarana TPA

Fasilitas Umum

• Jalan Masuk

Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

- Dapat dilalui kendaraan truk sampah dan 2 arah;

- Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2 – 3 % ke arah saluran

drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan

tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan

ketentuan Ditjen Bina Marga).

• Jalan Operasi

Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 2 jenis, yaitu:

- Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat

dapat ditimbun dengan sampah;

- Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/ pos jaga, bengkel, tempat

parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.

• Bangunan Penunjang

Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan

mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain

pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana pengoperasian TPA,

tempat cuci kendaraan kamar mandi/wc dan gudang.

• Sistem Drainase

Sistem drainase di lokasi TPA mempunyai tujuan utama untuk menyalurkan air

hujan, baik dari sekeliling landfill maupun dari permukaan landfill agar tidak

masuk ke dalam area pembuangan sampah. Berkurangnya jumlah air hujan yang

masuk ke dalam timbunan sampah sangat berpengaruh terhadap volume total lindi

yang akan dihasilkan.

Perletakan saluran drainase:

- Fasilitas drainase untuk aliran air permukaan di sekitar landfill.

Page 8: Landfill

- Fasilitas ini berfungsi untuk mengalirkan air di sekitar landfill ke daerah yang

lebih rendah. Untuk keperluan ini biasanya digunakan saluran terbuka

berbentuk “U”. Apabila kemiringan dasar landfill sangat curam dapat

digunakan lebih dari satu fasilitas drainase seperti diatas. Strukturnya dapat

berupa pasangan batu, corrugated flume, gutter berbentuk “U” dan lain-lain.

- Fasilitas drainase untuk daerah yang sedang dioperasikan.

Fasilitas ini biasanya dibentuk berdasarkan pembagian wilayah yang sedang

dioperasikan dengan membentuk tanggul dan selanjutnya

dialirkan/dihubungkan dengan fasilitas drainase utama. Strukturnya dapat

berupa corrugated flume, perforated hume pipe dan lain-lain.

- Fasilitas drainase untuk daerah yang telah selesai dioperasikan.

- Air juga akan meresap ke dalam landfill yang telah dioperasikan. Untuk itu

perlu dicegah dengan membuat fasilitas drainase yang telah disesuaikan

dengan rencana pemanfaatan lahan setelah selesai pengoperasian landfill.

Struktur fasilitas drainasenya dapat berupa “U”, hume pipe, atau pipa lainnya

yang tidak tembus air.

• Pagar

Pagar berfungsi untuk melindungi lokasi landfill dari segala macam gangguan yang

datang dari luar area operasi seperti gangguan dari binatang-binatang liar. Pagar

biasanya dibuat mengelilingi lokasi dengan menggunakan bahan dari besi yang

dilengkapi dengan kawat berduri. Selain itu pagar dapat berupa pagar tanaman

sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga setebal 5 m.

• Papan Nama

Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja.

Fasilitas Perlindungan Lingkungan

• Pembentukan Dasar TPA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan dasar TPA antara lain (DPU,

2006):

- Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap ke dalam

tanah dan tidak mencemari air tanah, koefisien permeabilitas lapisan dasar

TPA harus lebih kecil dari 10-6 cm/det;

- Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA

dengan tanah lempung yang dipadatkan (25 cm x 2) atau geomembran setebal

5 mm

Page 9: Landfill

- Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan

minimal 2 % ke arah saluran pengumpul maupun penampung lindi.

- Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan urutan

zona/ blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolam pengolahan

lindi.

• Pengelolaan Lindi

Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam

timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut atau

tersuspensi. Komposisi lindi berasal dari beberapa sumber seperti air hujan,

drainase permukaan, air tanah, mata air dan termasuk juga materi organik hasil

proses dekomposisi biologis.

Dalam perancangan prasarana sebuah TPA, terdapat dua besaran debit lindi yang

digunakan yaitu:

1. Perancangan saluran penangkap dan pengumpul lindi dengan skala waktu

dalam orde kecil (biasanya skala jam), artinya saluran tersebut mampu

menampung lindi maksimum yang terjadi pada waktu tersebut.

2. Perancangan pengolahan lindi yang biasanya mempunyai skala hari, dikenal

dengan debit rata-rata harian

Lindi yang timbul setelah pengoperasian selesai dan pada kondisi dimana seluruh lahan

akan ditutupi tanah penutup akhir diperkirakan dengan menggunakan suatu metoda yang

disebut metoda neraca air. Metoda ini didasarkan asumsi bahwa lindi yang dihasilkan dari

curah hujan berhasil meresap kedalam timbulan sampah (perkolasi). Sumber lain seperti air

hasil dekomposisi sampah, infiltrasi muka air tanah, dan aliran air permukaan lainnya dapat

diabaikan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas perkolasi adalah presipitasi,

evapotranspirasi, surface run off, dan kelembaban tanah. Berdasarkan Pedoman Perencanaan

Tempat Pembuangan Akhir Sampah Metoda Sanitary Landfill (DPU, 2006) terdapat

beberapa ketentuan dalam pengelolaan lindi:

1. Saluran pengumpul lindi

Saluran pengumpul lindi terdiri dari saluran pengumpul sekunder dan primer:

Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah sebagai berikut:

a. Dipasang memanjang di tengah blok/ zona penimbunan;

b. Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dan dasar lahan, dengan

kemiringan minimal 2%;

c. Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC.

Page 10: Landfill

Kriteria saluran pengumpul primer:

a. Menggunakan pipa PVC berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul lindi tidak

berlubang).

b. Saluran primer dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak

kontrol, yang berfungsi pula sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan

pengumpul gas vertikal.

Syarat pengaliran lindi adalah:

a. Gravitasi;

b. Kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det;

c. Kedalaman air dalam saluran atau pipa (d/D) maksimal 80%, dimana d =

tinggi air dan D = diameter pipa.

Perhitungan desain debit lindi adalah menggunakan model atau dengan

perhitungan yang didasarkan atas asumsi-asumsi:

a. Hujan terpusat pada 4 jam sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktor

puncak = 5,4;

b. Maksimum hujan yang jatuh 20 - 30 % diantaranya menjadi lindi. Dalam

1 bulan, maksimum terjadi 20 hari hujan;

c. Data presipitasi diambil berdasarkan data harian atau tahunan maksimum

dalam minimal 5 tahun terakhir.

2. Penampungan Lindi

Lindi yang mengalir dalam saluran primer pengumpul lindi dapat ditampung pada

bak penampung lindi dengan kriteria teknis sebagai berikut:

- Bak penampung lindi harus kedap air dan tahan asam;

- Ukuran bak penampung lindi disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Pengolahan Lindi

Salah satu dari penanganan yang dapat dilakukan dalam pengolahan lindi,

alternatifnya adalah antara lain:

- Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran

lindi tidak menuju aliran tanah;

- Mengisolasi lahan urug landfill sehingga eksternal tidak masuk dan lindinya

tidak keluar;

- Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yang baik

untuk menetralisir cemaran;

- Mengembalikan (resirkulasi) lindi ke arah timbunan sampah;

Page 11: Landfill

- Mengalirkan lindi menuju pengolahan air buangan domestik;

- Mengolah lindi dengan unit pengolahan sendiri.

Pemilihan proses secara mandiri sangat ditentukan oleh berbagai faktor, yang

terpenting adalah baku mutu (standar) effluen lindi, ketersediaan lahan, kemampuan sumber

daya manusia dan kemampuan ekonomi. Untuk kapasitas perancangan unit pengolahannya,

digunakan acuan sebagai berikut:

a. Debit pengumpul lindi

Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian, dari data minimal 5 tahun terakhir;

Dengan asumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jam sebanyak 90%.

b. Debit pengolah lindi

Dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data minimal 5 tahun;

Dihitung dari neraca air, sehingga diperoleh besarnya perkolasi kumulasi bulanan

yang maksimum.

Sedangkan alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untuk mengolah lindi

adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan dengan Proses Biologis

a. Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang

memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:

i. Kolam anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1);

ii. Kolam anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Wetland (alternatif 2)

b. Kombinai Proses Pengolahan Anaerobik – Aerobik, untuk lokasi dengan

ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic

Baffle Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).

2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia

Pengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluen lindi yang

lebih baik sehingga dapat digunakan untuk proses penyiraman dan pembersihan

peralatan dalam lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun

2001). Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

i. Proses Koagulasi – Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR

(alternatif 4);

ii. Proses Koagulasi – Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II

(alternatif 5).

3. Evaporasi / Penguapan Lindi

Page 12: Landfill

Sistem pengelolaan lindi ini menggunakan kolam evaporasi yang telah dilapisi

dasarnya (lined pond) untuk menghindari perkolasi lindi ke dalam tanah. Proses

yang diharapkan dari sistem ini adalah penguapan lindi ke udara dan untuk lindi

yang tidak menguap disemprotkan lagi ke landfill yang sedang beroperasi.

Penguapan lindi membutuhkan lahan yang cukup luas agar penyemprotan efluen

dapat dilakukan secara kontinu. Untuk mengontrol bau maka dilakukan aerasi di

permukaan.

Cara penanganan lindi yang telah dilakukan antara lain:

- Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran

lindi tidak menuju ke air tanah;

- Mengisolasi lahan-urug tersebut agar air eksternal tidak masuk dan lindi tidak

keluar;

- Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan baik untuk

menetralisir cemaran (soil filter & evaporation ponds);

- Mengembalikan lindi (resirkulasi) ke arah timbunan sampah;

- Mengalirkan lindi menuju pengolah air buangan domestik.

- Mengolah lindi dengan unit pengolahan sendiri.

Tipe pemasangan sistem pengumpul lindi (underdrain) terdiri atas 2 macam, yaitu

(DPU, 2006):

1. Pola Garis Lurus

Dasar landfill dibagi atas beberapa bidang persegi panjang yang diberi

pembatas menggunakan material tanah yang memiliki permeabilitas rendah

seperti lempung dengan lebar sesuai lebar sel. Pipa diletakkan tepat diatas

lapisan penghalang (lempung) memanjang sesuai dengan profil sel. Pipa

ditanam dengan jarak pipa satu sama lain adalah 6 meter dan ditutup dengan

pasir setebal 60 cm sebelum pengurugan dimulai dengan kemiringan 1,2 – 1,8

%. Lapisan pasir berfungsi untuk menyaring lindi sebelum dikumpulkan dan

disalurkan ke unit pengolahan.

2. Pola Tulang Ikan

Dasar landfill dibagi menjadi beberapa petak miring (sloped teracce) dengan

kemiringan melintang 1 – 5 %, kemiringan pipa drainase 0,5 – 1 %,

selanjutnya diletakkan pipa pengumpul lindi pada pertemuan sisi terendah dari

2 teras yang berdekatan. Pipa pengumpul ini bermuara pada pipa/saluran

pengumpul sekunder yang diletakkan dengan posisi memanjang untuk

Page 13: Landfill

menyalurkan lindi ke tempat penampungan atau unit pengolahan. Pola tulang

ikan ini dapat dilihat pada gambar 2.10.

• Pengelolaan Gas

• Tempat pembuangan akhir sampah dapat disebut sebagai sebuah reaktor

biokimia dengan sampah dan air sebagai bahan baku (input) utama dan

gas serta lindi sebagai produk (output). Kandungan material yang

terdapat di TPA mencakup material organik biodegradable dan non-

biodegradable. Oleh karena itu sistem pengontrol gas di TPA diadakan

untuk mencegah penyebaran gas yang tidak diinginkan ke atmosfer.

Unsur-unsur gas yang dihasilkan dari dekomposisi materi organik di

TPA antara lain ammonia (NH3), karbondioksida (CO2), karbon

monoksida (CO), hidrogen (H2), hidrogen sulfida (H2S), metan (CH4),

nitrogen (N2), dan oksigen (O2). Meskipun secara kuantitas jumlah gas-

gas tersebut kecil tetapi untuk beberapa jenis gas dapat bersifat racun

dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Adanya gas metan tidak dapat dihindari dalam suatu proses biodegradasi secara

anaerob yang merupakan hasil akhir dari proses tersebut. Secara mikro timbulnya gas

tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bila tidak ditangani secara baik karena akan

menimbulkan ledakan bila berada di udara terbuka dengan konsentrasi sekitar 15 %. Secara

global gas metan mempunyai potensi yang lebih besar dalam masalah efek rumah kaca

dibandingkan produk akhir lain dari proses degradasi karbon yaitu CO2. Oleh karena itu gas

metan yang terbentuk harus dikonversi menjadi CO2 dengan jalan membakarnya sehingga

dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Secara umum material organik dalam sampah terbagi menjadi 2 klasifikasi:

1. Material yang terdekomposisi secara cepat (3 bulan – 5 bulan)

2. Material yang terdekomposisi lambat ( > 50 tahun)

Pergerakan gas di landfill perlu dikontrol untuk mengurangi emisi gas ke atmosfer,

untuk meminimasi migrasi gas di bawah permukaan dan untuk memperoleh energi dari

metan. Sistem kontrol yang dilakukan adalah sistem kontrol pasif dan kontrol aktif. Sistem

kontrol gas pasif berarti tekanan yang dihasilkan dalam landfill digunakan sebagai pendorong

gerakan gas sedangkan sistem kontrol gas aktif berarti energi dalam bentuk induksi vakum

digunakan untuk mengontrol aliran gas.

Page 14: Landfill

Pemasangan penangkap gas yang ideal dimulai pada saat lahan-urug tersebut

dioperasikan, dengan demikian metode penangkapannya dapat disesuaikan dengan kondisi

lapangan yaitu:

- Secara vertikal

Sistem vertikal ini menggunakan pipa PVC ukuran 4 – 6 inci yang dilubangi

dengan gergaji, dikelilingi oleh kerikil, kemudian sistem ini naik secara progresif

sesuai dengan kenaikan timbulan sampah. Namun sistem ini kurang begitu

berfungsi dengan baik terutama karena pipa PVC perforasinya yang kurang dapat

diandalkan. Beberapa lubang ventilasi ternyata tidak dapat difungsikan sama

sekali.

- Secara horizontal

Penangkap gas horizontal biasanya dipasang di antara parit-parit yang selanjutnya

mengalir menuju pipa gas manifold dan diteruskan ke pembangkit tenaga listrik.

Desain saluran biasanya dibuat mengikuti kemiringan sel.

- Kombinasi antara sistem vertikal dan horizontal.

Kriteria teknis dalam pengelolaan gas/ventilasi gas (DPU, 2006):

- Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan gas;

- Pipa ventilasi gas dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap lapisan

sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul lindi;

- Pipa ventilasi gas berupa pipa PVC diameter 150 mm (diameter lubang maksimum

1,5 cm) dan berlubang yang dikelilingi oleh saluran bronjong berdiameter 400 mm

dan diisi batu pecah diameter 50 – 100 mm;

- Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan (setiap lapisan

sampah ditambah 50 cm);

- Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa besi diameter 150

mm;

- Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau dimanfaatkan sebagai

energi alternatif;

- Jarak antara pipa ventilasi gas 50 – 100 m.

• Sistem Pelapis Dasar

Pada sebuah landfill yang baik biasanya dibutuhkan sistem pelapis dasar

yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas lindi ke dalam air tanah.

Sebuah liner yang efektif akan mencegah migrasi cemaran ke lingkungan,

khususnya air tanah. Namun kenyataannya belum ada sistem liner yang

Page 15: Landfill

efektif 100 %, karena timbulan lindi tidak terelakkan (Damanhuri, 1995).

Sistem pelapis dasar terdiri atas 3 macam, yaitu (Hughes, et.al, 2005):

1. Sistem pelapis dasar tunggal (single liner system)

Sistem liner ini terdiri atas lapisan tanah liat, lapisan geosintetis, atau

sebuah lapisan geomembran. Sistem liner ini biasanya digunakan

untuk landfill yang didesain untuk menampung sampah sisa-sisa

konstruksi bangunan seperti beton, aspal, kayu, kaca, dll.

2. Sistem pelapis dasar campuran (composite liner system)

Sistem pelapis dasar campuran terdiri atas lapisan geomembran yang

dikombinasikan dengan lapisan tanah liat. Sistem ini lebih efektif

untuk meminimasi migrasi lindi daripada sistem liner tunggal. Selain

itu sistem pelapis dasar campuran cocok untuk landfill yang

menampung sampah kota (municipal solid waste).

3.Sistem pelapis dasar ganda (double liner system)

Sistem pelapis dasar ganda dapat berupa dua buah sistem liner

tunggal, dua buah sistem liner campuran, atau sebuah sistem pelapis

dasar tunggal dan sebuah sistem pelapis dasar campuran. Lapisan

teratas berfungsi untuk mengumpulkan lindi, dan lapisan dibawahnya

(lapisan kedua) berfungsi untuk mendeteksi kebocoran sistem liner

tersebut dan menyokong fungsi lapisan diatasnya. Sistem pelapis

dasar ganda digunakan pada landfill untuk sampah kota dan sampah

B3.

Komponen sistem pelapis dasar yang yang sering digunakan adalah:

1. Tanah liat; digunakan untuk melindungi air tanah dari

kontaminan yang dihasilkan landfill. Sebagai liner ketebalan

tanah liat yang digunakan berkisar 0,5-1,5 m. Penggunaan tanah

liat yang dipadatkan dengan kelembaban yang tinggi lebih efektif

daripada tanah liat yang dipadatkan dengan kelembaban yang

rendah. Karena tanah liat dengan kelembaban yang rendah

memiliki resiko yang lebih besar untuk retak dan pecah sehingga

memperbesar jumlah lindi yang meresap ke air tanah.

2. Geomembran; dikenal dengan Flexible Membrane Liner (FML).

Jenis liner ini dibuat dari bermacam-macam material plastik

termasuk polyvinyl chloride (PVC) dan high density

Page 16: Landfill

polyethylene (HDPE). Jenis liner ini tahan terhadap sejumlah

besar bahan kimia dan kedap air (impermeable). Di Ohio, HDPE

geomembran harus memiliki ketebalan minimimal 15 mm untuk

landfill sampah kota. Geomembran dan geokomposit digunakan

sebagai lapisan penghalang untuk mencegah masuknya lindi ke

dalam air tanah. Salah satu jenis geomembran yang banyak

digunakan adalah Carbofol. Carbofol merupakan jenis

geomembran yang terbuat dari HDPE dan diproduksi dengan

beragam ketebalan lapisan, yaitu 1,5 mm – 3 mm. Carbofol

biasanya digunakan sebagai pelapis dasar untuk melindungi air

tanah dari kontaminasi pencemar. Untuk melindungi air tanah

biasanya digunakan Carbofol dengan ketebalan 1,5 mm bahkan

lebih tipis lagi. Carbofol ini tahan lama, dan tahan terhadap zat-

zat kimia serta radiasi sinar – UV. Jenis Carbofol dengan

permukaan seperti kaca memiliki kelebihan karena dapat

memperlihatkan kebocoran yang terjadi sehingga dapat dilakukan

perbaikan dengan segera. Selain itu Carbofol juga mudah, cepat,

dan efisien dalam pemasangan.

3. Geotekstil; digunakan sebagai filter untuk mencegah masuknya

material-material tanah ke dalam sistem drainase, dan juga untuk

mengatur aliran dalam sistem drainase. Selain itu untuk

melindungi geomembran dari kerusakan dan mencegah terjadinya

penyumbatan pada sistem pengumpul lindi.

Adapun jenis-jenis geotekstil, antara lain:

- Terrafix

Terrafix merupakan jenis geotekstil yang terbuat dari 100%

serat sintetis. Memiliki struktur serat tiga dimensi yang

membentuk labirin seperti bukaan pori-pori pada struktur

tanah. Terrafix merupakan material serbaguna, seperti

sebagai single layer dan multi layers filter, serta sebagai

lapisan pelindung. Terrafix juga berfungsi sebagai penahan

tanah, dan mempercepat pertumbuhan perakaran tanaman.

Terrafix mudah dalam penggunaanya dan memiliki efisiensi

yang lebih baik dibandingkan lapisan filter konvensional

Page 17: Landfill

seperti kerikil, selain itu tahan terhadap cuaca dan radiasi

sinar – UV. Terrafix memiliki angka permeabilitas yang

bervariasi tergantung dari jenis bahannya.

- Secutex

Secutex banyak digunakan sebagai penghalang/pemisah,

filter, pelindung, dan untuk lapisan drainase. Secutex juga

terbuat dari 100% serat sintetis seperti Polprorylene (PP),

Polyseter (PES), yang banyak digunakan dalam pekerjaan

sipil seperti perancangan hidrolika, pembuatan jalan, landfill.

Secutex dibuat dengan ketebalan yang bervariasi dengan

nilai permebilitas yang bermacam-macam pula. Spesifikasi

jenis-jenis Secutex sesuai dengan ketebalannya dapat dilihat

pada Tabel 2.15.

Kelebihan Secutex adalah memiliki biaya yang rendah dalam

pemasangan, pemeliharaan namun memiliki performance

yang sangat baik. Selain itu Secutex memiliki kualitas yang

bagus karena kapasitas regangannya tinggi serta tahan lama.

4. Geosynthetic Clay Liner (GCL); sudah mulai banyak digunakan

sebagai sistem pelapis dasar. Liner ini terdiri atas lapisan tanah

liat yang tipis (4-6 mm) yang berada diantara dua lapisan

geotekstil. Liner ini lebih mudah digunakan daripada lapisan

tanah liat yang tradisional. Salah satu jenis GCL adalah Bentofix

yang merupakan kombinasi antara serat (fiber) dan mineral tanah

liat. Memiliki angka permeabilitas yang sangat kecil yaitu 2 x 10-

11, memiliki ketebalan 7 mm dengan ukuran bentangan tiap

lembarnya 4,85 m x 40 m. Bentofix dapat dibentangkan 8% dari

ukuran bentangannya dengan kekuatan regangan maksimal 20

kN/m Bentofix efektif sebagai penahan/penghalang terhadap

cairan, uap, dan gas. Selain itu Bentofix juga dapat digunakan

sebagai:

- Lapisan pelindung pada tanah dan air tanah dari kontaminasi

limbah;

- Lapisan dasar (liner) pada landfill, lapisan pelindung

geomembran.

Page 18: Landfill

5. Geonet; merupakan liner yang berupa jaring plastik seperti

selimut drainase yang digunakan sebagai sarana drainase dan

lapisan pengumpul lindi. Geonet membawa cairan lebih cepat

daripada tanah dan kerikil. Salah satu jenis geonet adalah

Secudrain. Secudrain terbuat dari Polypropylene terdiri atas 2-3

lapisan dan merupakan filter tiga dimensi yang stabil dan

merupakan sistem drainase yang tahan terhadap tekanan tinggi.

Secudrain terdiri dari monofilamen kasar yang bergelombang dan

lapisan nonwoven yang saling terkait dengan ikatan yang sangat

kuat pada salah satu sisinya. Secudrain memiliki angka

permeabilitas yang tinggi, yaitu 1 x 10-1, dengan ketebalan 2,5

mm dan ukuran bukaan pori-porinya 0,12 mm. Ukuran bentangan

Secudrain tiap lembarnya adalah 1,9/3,8 m x 35 m.

Sistem pelapis dasar yang dianjurkan adalah dengan geosintetis

atau Flexible Membran Liner (FML), geosintetis yang sering

digunakan adalah:

- Geotekstil digunakan sebagai filter untuk mencegah

masuknya material-material tanah ke dalam sistem drainase,

dan juga untuk mengatur aliran dalam sistem drainase.

- Geonet digunakan sebagai sarana drainase.

- Geomembran dan geokomposit digunakan sebagai lapisan

penghalang untuk mencegah masuknya leacahte ke dalam air

tanah, untuk bahan geomembran dipilih yang memiliki

permeabilitas yang rendah.

Tanah liner yang dipilih mempunyai kemampuan adsorpsi,

biodegradasi, penukaran ion, pengenceran dan pengendapan.

Contoh liner tersebut adalah:

- Natrium bentonit dan zeolit: bahan yang dapat mengurangi

transport cemaran anorganik.

- Abu terbang berkarbon tinggi: bahan yang dapat menahan

cemaran organik.

- Tanah liat dengan modifikasi kandungan organik: lebih

efektif untuk menahan cemaran organik dengan berat

molekul lebih tinggi.

Page 19: Landfill

Untuk TPA di Indonesia disarankan untuk melapisi dengan tanah yang relatif kedap

dan dipadatkan sampai densitas proctor 95 %, kemiringan dasar TPA diusahakan ke arah

tertentu yaitu tempat lindi terkumpul untuk kemudian ditangani lebih lanjut. Beberapa jenis

desain liner yang biasa digunakan adalah:

Model 1

- Lapisan tanah liat dan geomembran berfungsi sebagai penghalang pergerakan lindi dan

gas.

- Lapisan pasir dan kerikil berfungsi sebagai lapisan pengumpul dan drainase lindi dari

dalam landfill.

- Lapisan geotekstil berfungsi untuk meminimasi tercampurnya tanah dan lapisan

pasir/kerikil.

- Tanah penutup akhir digunakan untuk melindungi lapisan drainase dan lapisan

penghalang.

- Modifikasi liner mencakup pemasangan pipa pengumpul dan lapisan pengumpul lindi.

Model 2

- Geonet (dari anyaman jala plastik terbuka) dan geotekstil (dari kain filter) diletakkan

diatas lapisan tanah liat yang dikompaksi, sedangkan lapisan tanah pelindung

diletakkan diatas geotekstil.

- Geonet dan geotekstil berfungsi sebagai lapisan drainase untuk membawa lindi ke

sistem pengontrol lindi. Filter geotekstil mudah tersumbat sehingga cenderung

menggunakan lapisan pasir atau kerikil sebagai lapisan drainase.

Model 3

- Liner 2 komposit yaitu liner komposit primer dan sekunder, liner pertama berfungsi

sebagai pengumpul lindi sedangkan lapisan komposit sekunder berfungsi sebagai

sistem deteksi kebocoran dan penyangga liner komposit primer.

- Modifikasi sistem liner dari lapisan drainase pasir ke sistem drainase menggunakan

geonet.

Model 4

- Liner hampir sama dengan model 3, hanya lapisan tanah liat di bawah liner

geomembran pertama diganti dengan lapisan tanah liat geosintetis (GCL).

- GCL merupakan buatan pabrik yang terbuat dari bahan tanah liat bentonite kualitas

tinggi dan material pengikat. Tanah liat bentonite mempunyai kapasitas absorbsi 10 x

beratnya dalam air, ketika mengabsorbsi air bentuknya seperti dempul dan sangat

Page 20: Landfill

resistan terhadap gerakan air. GCL memiliki permeabilitas yang rendah yaitu 10-10

cm/dt dan biasanya berbentuk lembaran yang besar.

Model 5 dan 6

- Memiliki 2 lapis sistem liner, sensor kebocoran diletakkan diantara kedua liner.

• Tanah Penutup Harian dan Tanah Penutup Antara

Tanah penutup harian memiliki ketebalan 15 – 20 cm (DPU, 2006) yang

digunakan untuk mengontrol sampah agar tidak terbang, vektor penyakit

seperti tikus dan lalat tidak masuk atau keluar dari landfill dan juga untuk

mencegah masuknya air kedalam landfill. Jenis material yang biasanya

digunakan sebagai penutup harian adalah geocyntetic clay, sisa konstruksi,

sisa-sisa hasil pertanian dan material hasil komposting.

Pada Sanitary Landfill pemasangan tanah penutup harian dilakukan setiap kali

selesai melakukan operasi landfill setiap harinya sedangkan Controlled

Landfill setiap 5 – 7 hari. Selain penutup harian juga dilakukan penutupan

antara (lapisan intermediate) setebal 30 – 40 cm (DPU,2006). Kemiringan

tanah penutup harian harus cukup untuk dapat mengalirkan air hujan keluar

dari atas lapisan penutup tersebut.

• Tanah Penutup Akhir

Sumber terbesar dari timbulnya lindi adalah akibat infiltrasi air melalui bagian

atas landfill, baik melalui presipitasi langsung atau melalui limpasan yang

masuk. Oleh karenanya aplikasi penutup akhir pada landfill memiliki peranan

yang sangat penting. Rancangan penutup akhir hendaknya mempertimbangkan

aspek kesehatan, keselamatan, estetika, permeabilitas, kekuatan dan

pemanfaatan lahan setelah ditutup kelak. Ketebalan penutup akhir ini berkisar

50 – 100 cm tergantung rencana peruntukkan bekas TPA nantinya.

Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya tidak lebih dari 30o (perbandingan

1:3) untuk menghindari erosi. Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan

tanah media tanam (top soil/vegetable earth). (DPU, 2006).

Penutup akhir ini diharapkan tetap berfungsi walaupun sarana ini sudah tidak

digunakan lagi yang mungkin membutuhkan waktu sampai 30 tahun. Fungsi

yang diharapkan adalah:

a. Pengontrol gerakan air ke sarana supaya timbulan lindi dibatas.

b. Pengontrol limpasan air agar ke luar sarana.

c. Pengontrol binatang atau vektor penyakit.

Page 21: Landfill

d. Pengamanan terhadap adanya kontak langsung limbah terhadap manusia.

e. Pengontrolan terhadap gas yang terbentuk sehingga tidak menurunkan

kualitas udara.

f. Mengurangi kemungkinan kebakaran dengan mencegah emisi udara.

g. Menjamin stabilitas lahan-urug akibat kemungkinan bergeraknya massa

limbah.

h. Pengontrol debu.

i. Pengatur tampilan landfill ditinjau dari sudut estetika.

j. Menjamin agar tanaman atau tumbuhan dapat tumbuh secara baik

setelah saran ditutup.

Drainase lateral di bawah media pendukung tanaman (topsoil) terdiri

dari media berpori seperti kerikil, geonet, dan geokomposit. Tujuannya

adalah untuk menyalurkan presipitasi yang masuk agar tidak mengalir ke

bawahnya. Dalam beberapa kasus sistem drainase lateral ini dilengkapi

dengan sistem perpipaan. Lapisan filter atau geotekstil dapat diletakkan

di bawah pendukung tanaman atau di atas lapisan drainase, geotekstil

akan berperan untuk membatasi kedua media tersebut serta untuk

mengurangi migrasi cemaran. Tanpa adanya lapisan geotekstil partikel

halus dari topsoil akan dapat bergerak ke bagian drainase yang dapat

menyumbat lapisan drainase.

Di bawah lapisan drainase disusun pula beberapa lapisan penahan

lainnya yang terdiri atas lapisan geomembran, tanah liat atau campuran.

Setelah lapisan penahan dipasang sistem pengumpul gas yang terbuat

dari media berpori seperti pasir kerikil atau sistem perpipaan. Lapisan

paling bawah dari sistem penutup akhir ini adalah lapisan subgrade

untuk menanggulangi bila permukaan lahan urug kurang stabil, lapisan

ini akan membantu pembentukan kemiringan yang diinginkan untuk

mempercepat drainase lateral.

Disamping sistem penutup akhir, aliran limpasan dari luar dapat juga

dihindari dengan pengaturan drainase permukaan. Sasarannya adalah

bagaimana menghindari sebanyak mungkin air masuk ke area

penimbunan yang masih aktif, kontrol aliran ini dapat juga dilakukan

dengan pengaturan kemiringan serta penanaman tanaman.

Page 22: Landfill

• Sumur Monitoring

Konstruksi dari sumur monitoring harus didasarkan pada data ketinggian muka

air. Selain itu sumur monitoring juga harus memperhatikan komposisi dari

material yang akan dipergunakan, material yang biasa digunakan untuk

pemasangan dan konstruksi adalah PVC, teflon, lapisan seng, stainless stell

dan beton. Pemilihan material konstruksi harus didasarkan pada kekuatan,

kemudahan dalam pemasangan, biaya dan karakteristik geofisika. Pada tabel

2.16 berikut akan diperlihatkan keuntungan dan kerugian dari material yang

digunakan.

Fasilitas Penunjang

• Jembatan Timbang

Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk ke TPA

dengan ketentuan sebagai berikut (DPU, 2006):

- Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/ pos jaga dan terletak

pada jalan masuk TPA;

- Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton;

- Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m.

• Air Bersih

Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan kantor, pencucian

kendaraan (truck dan alat berat), maupun fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air

bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.

• Bengkel/Garasi

Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaiki

kendaraan atau alat besar yang rusak. Luas bangunan yang akan direncanakan

harus dapat menampung 3 kendaraan. Peralatan bengkel minimal yang harus ada di

TPA adalah peralatan untuk pemeliharaan dan kerusakan ringan

• Peralatan / Alat berat

Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator,

dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakterisitik yang berbeda

dalam operasionalnya, yaitu:

- Bulldozer, sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang

dalam kemampuan penggalian;

- Excavator, sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam

perataan sampah;

Page 23: Landfill

- Loader, sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah namun

kurang dalam kemampuan pemadatan.

Secara sepintas, metode landfill relatif mudah dilakukan dan bisa menampung sampah

dalam jumlah besar. Akan tetapi, anggapan ini kurang tepat karena jika tidak dilakukan

secara benar, landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan

lingkungan. Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi

(leachate) yang dihasilkan. Selain itu, gas metana yang dihasilkan oleh landfill dan tidak

dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global. Jika termampatkan di dalam tanah,

gas metana bisa meledak. Oleh sebab itu, dalam sistem landfill yang baik diperlukan adanya

unit pengolahan air lindi dan unit pengolahan biogas.

- Unit Pengolahan Air Lindi (leachate)

Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang

terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air

lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya

tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani

dengan baik, air lindi dapat menyerap dalam tanah sekitar landfill kemudian dapat

mencemari air tanah di sekitar landfill. Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu

dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah kandungan

inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi

dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya.

Pengolahan air lindi dapat dilakukan dengan berbagai alternatif seperti :

Resirkulasi air lindi kembali ke dalam landfill. Hal ini dapat meningkatkan laju

dekomposisi kandungan organik menjagi biogas hingga sekitar 70%. Resirkulasi

air lindi dapat dilakukan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan, air

lindi harus diolah untuk mengurangi volumenya.

Pengolahan air lindi dengan menggunakan pengolahan limbah secara biologis.

Pengolahan ini biasa dilakukan dengan menggunakan lumpur aktif yang berfungsi

mendegradasi kandungan organik yang terdapat dalam air lindi. Setelah kandungan

organik dalam air lindi turun drastis, kemudian dapat dilakukan pemurnian kembali

dengan menggunakan alat filtrasi. Air keluaran yang diharapkan dari pengolahan

semacam ini dapat langsung dibuang ke lingkungan karena tidak berbahaya bagi

lingkungan.

Pengolahan air lindi dengan menggunakan pengolahan limbah secara kimiawi

Pengolahan air lindi dengan menggunakan membran. Selain untuk mengurangi

Page 24: Landfill

kekeruhan atau turbiditas, pengolahan dengan membran dimaksudkan untuk

mengurangi kadar COD, BOD serta kandungan logam pada air lindi. Umumnya

diperlukan pengolahan bertahap untuk menghasilkan limbah yang memenuhi

syarat baku mutu limbah seperti bioreaktor dengan membran (membrane

bioreactor) atau integrasi antara ultrafiltrasi dan karbon aktif.

- Unit Pengolahan Biogas

Unit pengolahan biogas terbagi dalam 2 proses utama yaitu proses pembentukan

dan penyaluran gas serta sistem pemrosesan gas. Proses pembentukan gas dalam

landfill melibatkan reaksi yang kompleks sehingga laju pembentukan gas akan

bervariasi antar-landfill. Laju maksimum dicapai ketika kondisi lingkungan

mencapai kondisi optimum yaitu pH mendekati netral, kelembaban cukup, serta

temperatur yang moderat. Hal yang paling mengganggu adalah kehadiran oksigen

yang akan menghentikan reaksi anaerobik menjadi aerobik. Pada kondisi optimum,

stabilisasi sampah berlangsung antara 10-20 tahun yang ditandai dengan

berhentinya pembentukan gas. Jika kurang optimum, stabilisasi bisa mencapai 30

tahun. Hal yang sulit dilakukan adalah penentuan waktu pembentukan metana

dalam jumlah cukup besar. Hingga saat ini belum ada metode pasti untuk

memprediksi waktu tersebut. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan

membandingkannya dengan waktu pembentukan metana landfill yang terdekat

kondisinya. Gas yang dihasilkan dari landfill didominasi oleh metana dan

karbondioksida. Kandungan metana berkisar antara 45-55% sedangkan karbon

dioksida berkisar antara 40-50%. Kandungan metana yang lebih tinggi juga pernah

dilaporkan. Kombinasi kedua gas bisa mencapai 99% dari semua gas. Walaupun

demikian, satu persen gas sisanya harus sangat diperhatikan karena bisa bersifat

korosif, beracun, ataupun berbau tak sedap. Dalam kondisi ideal, kalor jenis gas

yang dihasilkan bisa mencapai 450-540 Btu/SCF.

Komposisi gas yang dihasilkan relatif konstan selama puncak pembentukan. Ketika

sampah sudah memasuki masa stabilisasi, pembentukan gas mulai menurun secara

asimtot. Oleh karena itu, total waktu pembentukan gas sering dinyatakan dalam

bentuk waktu paruh. Selama periode penurunan ini, komposisi gas yang dihasilkan

relatif tetap. Akan tetapi, laju pembentukan yang menurun ini akan berakibat pada

penurunan tekanan dan rembesan udara ke dalam landfill. Oleh karena itu, besar

kemungkinan terbawanya nitrogen dan oksigen karena sulit untuk mengambil gas

tanpa tercampur dengan udara.

Page 25: Landfill

Gambar 2 Skema pengolahan sampah dengan landfill yang menghasilkan gas

Sistem pemrosesan gas terdiri atas beberapa sumber gas dan pipa-pipa yang saling

terhubung kepada pompa vakum. Pada sistem yang sederhana, pompa yang dipakai berupa

blower sentrifugal.

Saat ini, pengambilan gas dilakukan dengan memasukkan pipa (well) berlubang secara

vertikal ke dalam sampah kira-kira hingga ¾ kedalaman landfill. Lubang-lubang itu biasanya

kecil-kecil. Lubang-lubang itu akan diisi dengan bebatuan atau kerikil untuk mencegah

masuknya sampah. Lubang-lubang diletakkan di bagian bawah pipa untuk mencegah

masuknya udara dari luar. Segel beton diletakkan di atas kerikil. Bagian atas diisi dengan

tanah.

Plastik pipa biasanya digunakan sebagai selubung pipa sumber (well). Besi atau baja

kurang disukai karena potensial terkorosi serta kecenderungan landfill yang berubah seiring

dekomposisi sampah. Material plastik (polimer) yang banyak digunakan adalah polivinil

klorida (PVC), polietilen (PE), dan serat kaca (fiberglass) karena lebih tahan korosi dan

fleksibel.

Biogas yang dikeluarkan selanjutnya diubah menjadi listrik melalui sistem konversi

termal yang melibatkan gas engine dan boiler untuk menghasilkan uap air yang akan

menggerakkan turbin.

Penyelesaian Masalah Landfill

Arsitek dan Insinyur Tekhnologi BPPT, Dipl. –Ing. Ir H. B. Henky Sutanto

menjelaskan, Reusable Sanitary Landfill (RSL) adalah sebuah sistem pengolahan sampah

yang berkesinambungan dengan menggunakan metode Supply Ruang Penampungan Sampah

Padat. RSL diyakini Henky bisa mengontrol emisi liquid, atau air rembesan sampai sehingga

tidak mencemari air tanah.

Page 26: Landfill

Sistem ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya

lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol populasi lalat di sekitar

TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit. Cara kerjanya, di RSL, sampah

ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah tersebut sebelumnya digali dan tanah

liatnya dipadatkan. Lahan ini desbut ground liner. Usai tanah liat dipadatkan, tanah kemudian

dilapisi dengan geo membran, lapisan mirip plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5

milimeter yang terbuat dari High Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi.

Lapisan ini lah yang nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau yang berasal dari

sampah), sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah.

Di atas lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang gunanya memfilter kotoran

sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi ini dikeringkan. Sebelum

dipadatkan, sampah yang menumpuk diatas lapisan geo textille ini kemudian ditutup dengan

menggunakan lapisan geo membran untuk mencegah menyebarnya gas metan akibat proses

pembusukan sampah (yang dipadatkan) tanpa oksigen.

Geo membran ini juga akan menyerap panas dan membantu proses pembusukan.

Radiasinya akan dipastikan dapat membunuh lalat dan telur-telurnya di sekitar sampah.

Sementara hasil pembusukan sampah dalam bentuk kompos bisa dijual. Gas metan ini juga

yang pada akhirnya digunakan untuk memanaskan air hujan yang sebelumnya ditampung

untuk mencuci truk-truk pengangkut sampah. Jadi truk sampah yang bentuknya tertutup

dicuci setiap kali habis mengangkut sampah, tidak akan menebarkan bau ke lokasi TPA.

Page 27: Landfill

Gambar

Page 28: Landfill

Sumber :

http://yusmanov.blogspot.com/2010/03/reusable-sanitary-landfill-alternatif.html

http://my.opera.com/MaRph0amat0nte/blog/landfill

http://majarimagazine.com/2010/04/landfill-part-1-unit-pengolahan-leachate-dan-biogas/