lapak gl
TRANSCRIPT
LAPORAN AWAL
PRAKTIKUM GEOFISIKA 2
PENENTUAN RAPAT MASSA RATA-RATA
GRAV - V
Nama : Asry Prastiwi
Npm : 140310090011
Hari/ tanggal : Selasa / 24 April 2012
Waktu Percobaan : 07.00 -09.30 WIB
Asisten :
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM GEOFISIKA 2
PENENTUAN RAPAT MASSA RATA-RATA
GRAV-V
Nama : Asry Prastiwi
Npm : 140310090011
Hari/ tanggal : Selasa / 24 April 2012
Waktu Percobaan : 07.00 -09.30 WIB
Asisten :
Jatinangor, 24 April 2012
Asisten
Speaken Lap. Awal Praktikum
(.................................)
GL – 01PENDAHULUAN
I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mempelajarinya di
permukaan bumi.
2. Mengetahui dan memahami beberapa metode geolistrik.
II. PERALATAN
1. 2 elektroda arus
2. 2 elektroda potensial
3. Voltmeter
4. Amperemeter
III. TEORI DASAR
Metoda Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Parameter yang
diukur dalam pengukuran geolistrik, diantaranya potensial,arus,dan medan elektromagnetik
yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.
Ada beberapa metoda geofisika, yaitu :
1. Resistivitas (tahanan jenis)
2. Induced Polarization (IP)
3. Self potential (SP)
4. Magnetotelluric, dll
Metoda Resistivitas (tahanan jenis)
Dalam metoda resistivitas, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui 2 elektroda arus.
Sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui 2 elektroda potensial. Pengukuran
geolistrik dengan menggunakan resistivitas bertujuan untuk menetapkan distribusi potensial
listrik pada permukaan tanah.Hal tersebut secara tidak langsung merupakan penetuan
resistivitas lapisan tanah.
Perumusan dasar geolistrik resistivitas
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan hubungan antara nilai tahanan yang sebanding dengan nilai
potensial dan berbanding terbalik dengan nilai arus.
R = V / I
Dimana , R : tahanan (Ohm)
V : beda potensial (volt)
I : arus (ampere)
2. Arus listrik searah
Arus listrik I yang melewati suatu medium dengan luas penampang A, panjang
medium L dan memiliki beda potensial V antara kedua ujungnya, secara matematis
dituliskan :
I A/L V , atau I = A/L V
Dengan,
= 1 / = konstan
Kedua konsep diatas dapat digabungkan menjadi :
I = AV / L
Dimana, = tahanan jenis (ohm.m)
= konduktivitas (siemens/meter)
Sifat Listrik Batuan
Pengukuran resisitivitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti homogenitas batuan,
kandungan air, porositas, permeabilitas, dan kandungan mineral.
Aliran arus listrik dalam batuan atau mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Konduksi Elektronik
Terjadi jika batuan / mineral memilki banyak elektron bebas sehingga arus listrik
dialirkan dalam batuan / mineral tersebut oleh elektron-elektron bebas.
2. Konduksi Elektrolit
Terjadi jika batuan / mineral bersifat porus dan pori – pori terisi oleh cairan – cairan
elektrolit. Pada konduksi ini, arus listrik dibawa oleh ion –ion elektrolit.
3. Konduksi Dielektrik
Terjadi jika batuan / mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik yaitu terjadi
polarisasi saat bahan dialiri listrik.
Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan / mineral digolongkan menjadi 3, yaitu :
1. Konduktor baik : 10-8 < < 1 m
2. Konduktor pertengahan : 1 < < 107 m
3. Isolator : > 107 m
Tabel Resisitivitas Batuan
Metoda pengukuran yang digunakan dalam geolistrik :
Konsep Resistivity – Sounding
Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi resisitivitas secara
vertikal. Pengukuran juga dilakukan pada 1 titik tetap (titik sounding) dengan spasi
elektroda bervariasi. Pada prinsipnya semua konfigurasi elektroda dapat digunakan
untuk sounding. Vertical electrical sounding (VES) umumnya menggunakan
konfigurasi schlumberger. Karena :
Praktis, hanya elektroda arus yang perlu dipindahkan untuk memperbesar
spasi elektroda.
Lapisan Batuan
Hambatan Listrik
Kering Basah
Permeable Gravel 1.000 - 15.000 200 - 10.000
Sand & Gravel 1.000 - 7.000 200 - 5.000
Sand 300 - 7.000 100 - 700
Conglomer
at
300 - 1.800 100 - 500
Sandstone 200 - 2.500 100 - 500
Aquiclude Loam 500 - 5.500 100 - 1.000
(A
)
Tuff 100-1.000
Aquiclude Silt < 100
(B
)
Clay < 100
Marlstone < 100
Shale < 100
Granite 1.000 - 10.000
Andesite 200 - 10.000
Basalt 20.000
Schist 200 - 20.000
Gneiss 200 - 20.000
Lava 1.000 - 20.000
Limestone 60 - 500.000
I
L
0 NM BA
a
bb
Sumber
Tidak terganggu oleh heterogenitas dekat permukaan, karna spasi elektroda
potensial yang kecil.
Konsep resistivity mapping
Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi resistivitas secara lateral.
Pengukuran dilakukan pada beberapa titik dengan spasi elektroda tetap. Spasi
elektroda diubah untuk memperoleh variasi lateral pada kedalaman yang berbeda.
Macam – macam konfigurasi pada metoda geolistrik tahanan jenis (resistivity) :
1. Konfigurasi Schlumberger
Dalam susunan elektroda schlumberger, idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya.
Sehingga jarak antara dua elektroda arus AB lebih besar daripada jarak potensial MN.
Perubahan jarak MN sebaiknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Berdasarkan
besaran fisis yang diukur, susunan elektroda schlumberger ini bertujuan untuk
mengukur gradien potensial listriknya. Besar faktor geometris untuk susunan
elektroda schlumberger :
Gambar susunan elektroda schlumberger
K= 2π
( 1r 1
−1r2)−( 1
r3−
1r 4 )AM=BN=r1=r4=b−a/2AN=BM=r2=r1=b+a /2
sehingga :K=π ( b2
a−a
4 )
Jadi, ρ=π (b2
a−a
4 ) ΔVI2. Konfigurasi Wenner
Elektroda potensial mempunyai jarak yang sama yaitu AM=MN=NB=a. Jadi jarak antar
elektroda arus adalah 3 kali jarak antar elektroda potensial. Pada resistivitas mapping, jarak
spasi elektroda tetap untuk setiap datum yang diamati (a tetap), sedangkan pada resistivitas
sounding, jarak spasi elektroda diperbesar secara bertahap untuk satu titik sounding. Besar
pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Makin sensitif
dan makin besar arus yang dihasilkan alat,maka makin leluasa dalam memperbesar jarak
spasi elektroda. Sehingga makin dalam lapisan yang terdeteksi.
dimana : MNK .2 K = 2a
3. Konfigurasi dipole - dipole
Pada konfigurasi dipole-dipole, menggunakan 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial
yang ditempatkan terpisah dengan dengan jarak na, sedangkan spasi masing – masing
elektroda a.
k=n(n+1 )(n+2 )πa
G L – 02PENGENALAN
ALAT RESISTIVITY
METER
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami fungsi bagian-bagian alat resistivity meter
2. Mampu mengoperasikan alat resistivity meter.
II. PERALATAN
1. Resisitivity meter Naniura NRD22 dan Naniura NRD 300HF
2. Res & IP meter Supersting R8 multichannel
III. TEORI DASAR
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan
jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC
yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Untuk mengukur geolistrik tahanan
jenis ini digunakan alat Resisitivity meter. Adapun macam – macam alat resistivity
meter, seperti :
Resistivity meter Naniura NRD22
Resistivity meter Naniura NRD 300HF
Resistivity & IP meter Supersitng R8 multichannel
Resisitivity meter Naniura NRD22 dan Naniura NRD 300HF merupakan alat ukur
geolistrik yang masih menggunakan 1 channel. Dari alat ini, parameter yang akan
didapatkan yaitu beda potensial (V) dan arus (I). Dimana dari parameter tersebut,
nantinya akan didapatkan nilai tahanan jenis ().Resistivity meter Naniura NRD22 dan
Resistivity meter Naniura NRD 300HF biasanya digunakan untuk pengukuran sounding
1-D. Pengukuran sounding 1-D ini bisa dilakukan dengan bentangan elektroda saperti
pada konfigurasi Schlumberger, Wenner, dll. Cara ini digunakan untuk mengetahui
distribusi harga resistivitas pada suatu titik target sounding di bawah permukaan bumi.
Dan dinamakan 1-D karena resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertikal.
Resistivity meter Naniura NRD22
Alat ini terdiri dari :
1) 1 unit pemancar (transmitter) dan penerima (receiver) , main unit
2) Kabel arus
3) Kabel potensial
4) Elektroda potensial (tembaga)
5) Elektroda arus (stainless)
6) Aki (accu)
7) Pengisi aki (charger)
8) Kabel-kabel penghubung
*gambar alat ada di lampiran
Adapun spesifikasi dari transmitter dan receiver :
Pemancar (transmitter)
Catu daya / DC in (power supply)
Daya keluar (output power)
Tegangan keluar (output voltage)
Arus keluar ( output current)
Ketelitian arus (current accuracy)
Sistem pembacaan : digital
Catu daya digital meter : 9V, baterai kering
Fasilitas
Penerima (receiver)
Impedansi maksimum : 10M
Batas ukur pembacaan : 0,1 mV s/d 500V
Ketelitian : 0,1mV
Kompensator kasar : 10x putar
Kompensator halus : 1x putar
Sistem pembacaan : digital
Catu daya digital meter : 3V (2 baterai keringAA)
Fasilistas pembacaan` : data disimpan di memori
Massa alat : 5,5 kg
RES & IP METER SUPERSTINGG R8 multichannel
Alat ini berbeda dengan Naniura NRD 255 dan NaniuraNRD 300HF yang hanya
menggunakan 1 channel.Res & IP meter supersting R8 multichannel menggunakan lebih
dari 1 channel (multichannel) dengan penyimpanan memori bacaan dan siklus ukuran yang
ditetapkan pengguna. Alat ini menghasilkan akurasi yang tinggi dan kebisingan yang rendah
di industri.
Supersting R8 menggunakan multichannel baru otomatis mode ganda multi-elektroda kabel.
Dengan kabel itu, sangat efisien untuk merekam data 3-D dan menggunakan jumlah yang
hampir tak terbatas dari elektroda dalam tata letak tunggal elektroda ini sekarang menjadi
16 bit, yang berkisar 65000 elektroda.
Manffat utama Supersting R8 multichannel :
Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan resistivity meter single channel.
Daya pemancar yang tinggi. Dapat menggunakan daya 12V dan 24V baterai untuk daya
tambahan.
Keakuratan tinggi dan terbaik.
Kapasitas memori internal yang besar untuk penyimpanan hasil pengukuran.
Hasil pengukuran dapat dilihat langsung di lapangan.
Spesifikasi Supersting Res & IP R8 meter :
Rentang pengukuran : 1-10V
Pengukuran mode : Resistivitas semu, induksi polarisasi (IP), tegangan baterai
Pengukuran resolusi : maks 30nv, tergantung tingkat tegangan
Resolusi layar : 4 angka dalam teknik notasi
Arus keluaran : 1mA – 1,25A , secara berkelanjutan
Tegangan keluaran : 800Vp-p
Daya output : 200W
Masukan channel : 8 channels
Impedansi masukan : > 150 M
Tegangan masukan : max 10V
Jenis pengukuran IP : domain waktu
IP saat transmisi : on+, off, on-, mati
Pengukuran siklus : rata-rata pengukuran ditampilkan setelah setiap siklus. Siklus
otomatis akan berhenti jika kesalahan membaca turun dibawah batas pengguna /
pengguna max siklus selesai.
Pemrosesan sinyal : teru menerus rata-rata setelah setiap siklus lengkap. Kesalahan
kebisingan dihitung dan ditampilkan sebagai presentase reading. Reading ditampilkan
sebagai resistansi (dV/I) dan resistivitas semu.Resistivitas dihitung menggunakan jarak
elektroda.
Kebisingan : lebih baik dari 100dB pada f>20Hz
Jumlah akurasi : lebih baik 1% dari membaca banyak kasus (lab.pengukuran).
Lapangan akurasi pengukuran tergantung pada kebisingan tanah dan resistivitas.
Sistem kalibrasi : digital oleh mikroprosessor berdasarkan nilai-nilai koreksi
yang disimpan dalam memori.
Konfigurasi : schlumberger, wenner, dipol-dipol
Data yang ditampilkan : resistivitas semu, intensitas arus, tegangan
Tampilan : grafis LCD
Sistem operasi : disimpan di re-programmable flash memory
Berat : 10,7 kg (23,5 lb)
Ukuran : lebar 184mm (7,25”), panjang 406mm (16”), dan tinggi
273mm (10,75”)
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Meletakkan alat resistivity meter di tempat yang aman dari sinar matahari langsung.
2. Memeriksa, apakah sumber tegangannya baik dab beterai analognya juga baik (jika
baik, harga arus atau tegangan menunjukkan angka 000.0)
3. Menginjeksikan elektroda potensial dan arus pada jarak yang telah ditentukan.
4. Manghubungkan kabel penghubung elektroda potensial dan arus pada alat resistivity
meter (perhatika tanda + dan – jangan sampai tertukar)
5. Memperhatikan tanda (jarum) galvanometer pada alat resistivity meter, jika jarum
penunjuk tersebut belum berada pada daerah merah, maka salah satu elektroda arus
belum tertanam dengan baik (kurang dalam)
6. Melihat counter digital tegangan (volt), mengatur kompensator course (kasar) agar
nilai tegangan mendekati nol. Jika telah mendekati nol, putar kompensator fine
(halus) sampai counter tegangan menunjukkan harga nol.
7. Mebekan tombol start, sebelumnya memastika tidak ada yang memegang elektroda
arus. Menekan tombol start sampai diperoleh harga arus (mA) yang konstan, setelah
itu tekan tombol hold.
8. Mencatat data pengukuran I terlebih dahulu kemudian data V, karna hanya data V saja
yang disimpan pada alat.
GL - 03
PENGAMBILAN
DATA
GEOLISTRIK
SOUNDING
I. TUJUAN
Memahami cara pengambilan data dengan cara sounding dengan menggunakan
konfiguras schlumberger, wenner, dipole-dipole, dan pole dipole serta pengolahan
datanya.
II. PERALATAN
1) Resitivitymeter Naniura NRD 300HF dan NRD22 : 1 buah
2) Kabel arus : 1 gulung
3) Kabel potensial : 2 gulung
4) Elektroda arus : 2 buah
5) Elektroda potensial : 2 buah
6) Alat tulis : 1 set
7) Kalkulator : 1 buah
8) Tabel pengamatan : 2 buah
9) Fotokopi kertas bilog : 2 buah
III. TEORI DASAR
PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK SOUNDING
Pengambilan data geolistrik sounding digunakan untuk mengetahui distribusi harga
resistivitas di bawah suatu titik sounding di permukaan bumi sebagai fungsi dari
kedalaman. Cara pengukurannya dilakukan pada satu titik sounding dengan jarak antar
elektroda bervariasi (bergantung pada jenis konfigurasi yang digunakan). Kemudian hasil
pengukurannya di plot pada grafik bilog untuk mendapatkan kurva lapangan. Konfigurasi
yang dapat digunakan yaitu konfigurasi wenner dan schlumberger.
Prosedur Resistivity Sounding
1) Menentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda yang digunakan
2) Menentukan satu lintasan pengukuran
3) Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan
4) Jarak elektroda diubah untuk pengukuran pada titik yang sama
5) Memplotkan resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak pada lintasan)
Konfigurasi Schlumberger
Gambar : resistivitas sebagai fungsi kedalaman pada titik sounding dengan konfigurasi
schlumberger
Resistivitas semu untuk konfigurasi ini dirumuskan dengan ;
ρa=πn(n+1 )a ΔVI
a : resistivitas semu (apparent dip)
πn(n+1 ) : faktor geometri konfigurasi schlumberger
V : beda potensial (mV)
I : besar arus yang diinjeksikan ke bumi (mA)
Kedalaman yang diperoleh dari pengukuran di lapangan tergantung dari panjang
bentangan elektroda. Semakin panjang bentangan elektroda, semakin besar pula
kedalaman yang dihasilkan.
Analisa Data Hasil pengukuran
Semakin lebar jarak elektroda arus, menyebabkan nilai beda potensial yang terukur akan
semakin kecil. Sehingga untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat, elektroda potensial
juga lebih dilebarkan pada saat-saat tertentu.
Fenomena ini menyebabkan kurva hasil pengukuran lapangan menghasilkan beberapa
segmen. Dan interpretasi dilakukan segmen per segmen, sampai semua lapisan
terselesaikan.
AB/2
a
Tipe - H
a
AB/2
Tipe - K
Tipe - A
aa
AB/2AB/2
Tipe - Q
Terdapat 4 tipe kurva lapangan :
Setelah mengetahui tipe kurva lapangan, kita mencocokan kurva dengan meletakannya di
atas kurva bantu dan kita akan mendapatkan koordinat kurva bantu pada kertas grafik
lapangan yang dilambangkan dengan (df0, fo).
Setelah itu, kita melakukan interpretasi litologi. Dari interpretasi tahap akhir ini, kita akan
mendapatkan informasi mengenai :
Letak akuifer, baik secara vertikal maupun lateral
Jenis akuifer
Penyebaran / arah aliran akuifer
Ketebalan dan kedalaman akuifer
Setelah ini, dilakukan pemodelan untuk merekonstruksi penampang bawah permukaan
(akuifer) sesuai dengan kondisi geologi yang sesungguhnya.
Aplikasi sounding, diantaranya :
Eksplorasi air di bawah permukaan tanah
Monitoring polusi air bawah permukaan
Prospek mineral
Selain data diolah manual dengan kurva matching, data juga dapat diolah dengan software.
PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK 2-D MENGGUNAKAN ALAT NANIURA
Alat naniura merupakan salah satu alat geolistrik yang menggunakan single channel. Naniura
yang digunakan yaitu Naniura NRD 22 dan Naniura NRD 33HF. Data yang diperoleh dari
alat ini : beda potensial (V), arus (I). Dimana dari data ini,bisa diperoleh harga tahanan jenis
semu (apparent).
Namun, pada umumnya alat resistivity meter Naniura masih banyak digunakan pada
pengukuran sounding 1-D, karna jika dilakukan untuk pengukuran 2-D kita harus membuat
dahulu geometri pengukuran (stacking chart), tabel akusisi, format konversi data lapangan ke
format data software (dilakukan secara manual) dan pelaksanaan pengukuran di lapangan
cukup lama.
Misalkan untuk pengukuran geolistrik 2-D dengan panjang lintasan 300m dan elektroda 30
buah dengan konfigurasi wenner maka dibutuhkan waktu sekitar 5-6 jam, tergantung kondisi
medan di lapangan.
Alat ini terdiri dari 2 bagian yaitu pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Dimana
seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK MENGGUNAKAN ALAT GEOLISTRIK
SUPERSTING
Selain resistivity meter Naniura, terdapat juga alat geolistrik Res&IP meter Supersting.
Dimana alat yang dimiliki oleh jurusan fisika Unpad, menggunakan supersting R8
multichannel dengan 28 elektroda. Berbeda dengan resisitivity meter naniura, alat ini bisa
digunakan untuk mengukur geolistrik tahanan jenis 1D, 2D, 3D, bahkan 4D, dan dapat juga
digunakan untuk geolistrik induced polarization (IP) 2D, 3D, dan 4D. Data yang didapatkan
dari alat ini yaitu nilai tahanan jenis semu (apparent) yang tersimpan langsung di dalam alatnya.
Alat geolistrik Res&IP meter Supersting R8 multichannel terdiri dari 1 switch box, 28
elektroda, dan bentangan kabel maksimal 945m.
Beberapa kelebihan pengukuran menggunakan supersting :
Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan resistivity meter single channel.
Tidak perlu melakukan konversi data secara manual, karna sudah tersedia software akusisi
datanya yaitu software AGIS Admin.
Hasil pengukuran dapat dilihat langsung di lapangan (quick look).
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a
C1 P2P1 C2
n = 1
n = 2
n = 3
Gambar (1) Geometri pengukuran sounding
IV.1 Pengukuran resistivity 1D (Sounding)
1) Melakukan pengukuran sounding dengan menggunakan konfigurasi schlumberger.
2) Pada gambar diatas, pengukuran pertama dilakukan dengan membuat jarak (spasi) a. Dari
pengukuran ini diperoleh 1 titik pengukuran. Pengukuran kedua dilakukan dengan
membuat jarak (spasi) antara C1-P1 dan C2-P2 menjadi 20 dan diperoleh titik pengukuran
berikutnya.
3) Melakukan pengukuran sebanyak 2x, kemudian mencatat harganya pada tabel pengamatan
seperti di bawah ini :
AB/2 MN/2 K I V ρa (Ohm-m)
1,5
2
250
Setelah itu hitung nilai ρa , kemudian plot harga ρa terhadap AB/2 pada kertas bilog. Jika
dalam pengeplotan terdapat data yang tidak smooth maka lakukan pengukuran ulang, atau
pengukuran overlap.
4) Melakukan pengukuran sampai dengan bentangan yang telah ditentukan.
IV.2 Pengukuran resisitivity 2-D
1) Melakukan pengukuran dengan menggunakan konfigurasi wenner.
2) Pada gambar di modul,geometri pengukuran 2D menggunakan wenner. Untuk grup
pertama (n=1), spasi dibuat bernilai a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektroda
selanjutnya digeser ke kanan sejauh a (C1 dipindahkan ke P1, P1 dipindah ke P2 dan P2
ke C2) sampai jarak maksimum yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan lagi dengan n=2
dengan prosedur pengukuran yang sama.
3) Melakukan pengukuran sebanyak 2x, kemudian mencatat harganya pada tabel pengamatan
yang telah disediakan.
4) Setelah pengukuran dengan menggunakan konfigurasi wenner selesai, selanjutnya
mencoba pengukuran menggunakan konfigurasi dipole-dipole dan pole-dipole (caranya
bisa ditanyakan ke asisten).
GL-04
PENAFSIRAN
DATA LAPANGAN
DENGAN METODE
PENCOCOKAN
KURVA
I. TUJUAN
1) Mengerti cara pengolahan data sounding resistivitas dengan menggunakan kurva matching
2) Dapat mempresentasikan hasil penafsiran data resistivitas di lapangan.
II. PERALATAN
1) Kertas bilog
2) Alat tulis
3) Kurva matching
III. TEORI DASAR
Setelah mendapatkan data di lapangan, kita akan melakukan interpretasi. Interpretasi
geolistrik resistivity dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi. Secara manual, dapat
digunkan metode pencocokan kurva (curve matching). Sedangkan secara komputerisasi dapat
dilakukan dengan menggunakan program seperti program Resint, resis, resix, resty, progress
earth,dll. Untuk pengolahan data digunakan software.
Hasil pengukuran yang akan kita dapat pada percobaan menggunakan metode geolistrik
resistivity, berupa tahanan jenis semu.
RESISTIVITAS SEMU
Bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis yang berbeda. Sehingga potensial
yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Harga tahanan jenis yang
terukur bukan harga tahanan jenis untuk satu lapisan saja. Nilai tahanan jenis yang terukur
juga tidak tergantung atas spasi elektrodanya. Dimana ρa=k ΔV
I
Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-masing lapisan
mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda. Tahanan jenis semu merupakan resistivitas
dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau.
Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari 2 lapis yang mempunyai
resistivitas berbeda (1 dan 2) dianggap sebagai suatu medium satu lapis homogen yang
mempunyai satu harga resistivitas yaitu resistivitas semu dengan konduktansi lapisan fiktif
sama dengan jumlah konduktansi masing-masing lapisan. Nilai tahanan jenis terukur diplot
sebagai fungsi jarak elektroda dengan bentuk yang sama. Lengkung ini dapat dibandingkan
langsung dengan lengkung teoritik dengan cara superposisi sumbu tegak dan datar. Dan
AB/2
a
Tipe - H
a
AB/2
Tipe - K
Tipe - A
aa
AB/2AB/2
Tipe - Q
menjaga agar kedua lengkung tetap sejajar. Kurva lapangan ini menggambarkan susunan
batuan yang ada di bawah permukaan.
TAHAP INTERPRETASI
A. Interpretasi Lapangan
a) Penentuan bentangan maksimal
b) Penentuan tipe kurva lapangan
Dalam melakukan interpretasi kurva lapangan dilakukan dengan mencocokkannya terhadap
kurva induk 2 lapis (teoritik). Untuk interpretasi lapangan yang terdiri dari beberapa lapisan
dapat digunakan kurva induk 2 lapis dan diperlukan kurva bantu.
Macam-macam kurva bantu :
1. Kurva batu tipe A : bentuk kurva monoton baik. Bentuk kurva semacam ini dapat
dihubungkan dengan perubahan resistivitynya ρ1< ρ2<ρ3 .
2. Kurva bantu tipe H : kurva lapangan mempunyai bentuk yang mengandung minimum.
Hala ini dihubungkan dengan adanya urutan tiga lapisan yang resistivitasnya berubah
menurut: ρ1> ρ2<ρ3 .
3. Kurva bantu tipe K : kurva lapangan mempunyai bentuk yang mengandung
maksimum, dan dihubungkan dengan adanya uruten tiga lapisan resistivitasnya
berubah menurut: ρ1< ρ2>ρ3 .
4. Kurva bantu tipe Q : tipe kurva bantu ini kebalikan dari kurva tipe A, bentuknya
monoton turun dan dapat dihubungkan dngan perubahan keadaan resistivitasnya
dimana: ρ1> ρ2>ρ3 .
B. Interpretasi Pendahuluan
Pada interpretasi pendahuluan, langkah-langkahnya sudah dapat dilihat di bagian prosedur
percobaan.
C. Interpretasi tahap akhir
Pada tahap ini, hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan dengan data lainnya
misalnya data geologi.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Kurva Matching
Tahapan ini dilakukan untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan
menggunakan kurva standar dan kurva bantu. Tahapannya :
1) Memplot data lapangan dimana harga a sebagai sumbu y dan ½ jarak elektroda arus
(AB/2) sebagai sumbu x pada kertas bilog.
2) Mencocokan segmen kurva yang berspasi pendek dengan kurva standar 2 lapis. Setelah
cocok, kedudukan pusat koordinat kurva standar pada kertas bilog lapangan akan
memberikan data d1 dan d2 denag menggunakan perbandingan 1/2 yang terbaca pada
kurva yang cocok, sehingga 2 dapa ditentukan.
3) Untuk menginterpretasikan segmen-segmen kurva selanjutnya, menggabungkan lapisan-
lapisan sebelumnya yang sudah diketahui harga resistivitasnya dan kedalamannya menjadi
1 lapisan fiktif yang mempunyai resistivitas dan kedalaman d yang masing-masing
dapat ditentukan dengan cara :
a) Meletakkan kurva lapangan di atas kurva bantu yang sesuai dengan tipenya sehingga
pusat koordinat kurva bantu terletak pada koordinat (d, ) pada kertas bilog lapangan.
b) Menentukan kedudukan (df0, fo) yang sesuai dengan perbandingan resistivitas kedua
lapisan yang digabungkan (berupa garis).
c) Mencocokkan kurva berikutnya dengan kurva standar harus selalu berada pada tempat
kedudukan df0 dan f0 dapat ditentukan. Dalam hal ini perbandingan 3/f0 dengan
demikian 3 dapat diketahui.
d) Jika jumlah lapisan lebih dari 3 lapisan, maka mengulangi cara diatas untuk
meneruskan percobaan segmen-segmen berikutnya.
GL-05
PENAMPANG
TAHANAN JENIS
DAN
PETA ISO
TAHANAN JENIS
I. TUJUAN
1) Dapat membuat penampang 2D tahanan jenis (pseudotion) dan penampang 2D tahanan
jenis sebenarnya.
2) Dapat melakukan penafsiran dari penamnpang 2D tahanan jenis sebenarnya.
3) Dapat menganalisa penyebaran variasi tahanan jenis semu secara lateral
4) Dapat memetakan variasi tahanan jenis semu secara horisontal dan membuat peta iso
tahanan jenis.
II. PERALATAN
1) Alat tulis : 1 set
2) Kertas milimeter : 3 lembar
3) Pensil warna : 1 set
III. TEORI DASAR
Lintasan pengukuran geolistrik terdiri dari beberapa titik sounding. Jika titik-titik sounding
dikorelasikan dan digabung dengan titik-titik sounding semua lintasan, maka data geolistrik
dapat diolah dalam beberapa bentuk tampilan seperti : penampang 2D tahanan jenis semu,
penampang 2D tahanan jenis sebenarnya, peta tahanan jenis semu, dan peta 3D tahanan jenis
sebenarnya.
Peta tahanan jenis semu dapat dibuat dengan mengetahui posisi titik sounding, tahanan jenis
semu dan azimuth dari lintasannya. Sedangkan untuk peta 3D tahanan jenis sebenarnya yang
harus diketahui posisi titik sounding, kedalaman, dan nilai tahanan jenis sebenarnya dari
setiap titik sounding.
Peta tahanan jenis semu hanya menafsirkan secara kualitatif saja. Yaitu hanya bisa
mengetahui pola kontur dan variasi harga tahanan jenis secara lateral, sedangkan
kedalamannya tidak bisa diketahui. Sedangkan untuk peta 3D tahanan jenis sebenarnya, kita
dapat menafsirkan baik secara kialitatif maupun kuantitatif. Karena selain dari pola dan
sebaran harga tahanan jenis sebenarnya, harga kedalaman juga dapa diketahui.
Dalam melakukan penafsiran di geolistrik, selain dari peta 3D tahanan jenis sebenarnya,
dapat juga dilakukan dengan menggunakan penampang 2D tahanan jenis sebenarnya dan
penampang 2D tahanan jenis semu.
Penampang 2D tahanan jenis sebenarnya dapat dibuat dengan menghubungkan harga tahanan
jenis sebenarnya antar titik sounding. Dimana harga tahanan jenis sebenarnya ini diperoleh
dari penafsiran dengan menggunakan program.
Untuk membuat penampang 2D tahanan jenis sebenarnya kita harus memplotkan terlebih
dahulu harga tahanan jenis sebenarnya dan harga kedalaman di tiap titik-titik sounding.
Kemudian dikorelasikan antara titik sounding dengan harga tahanan jenis sebenarnya. Dari
penampang 2D tahanan jenis sebenarnya, kita dapat melakukan interpretasi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Interpretasi secara kualitatif dapat dilakukan dengan melihat pola lapisan batuan dan sebaran
nilai tahanan jenisnya. Sedangkan interpretasi secara kuantitatif kita dapat langsung
mengetahui kedalaman dari tiap lapisan penampang tahanan jenis.
Untuk penampang 2D tahanan jenis semu, dapat dibuat dengan cara mengkorelasikan harga
tahanan jenis semu antar titik sounding dengan AB/2 yang telah ditentukan sebelumnya. Dari
penampang 2D tahanan jenis semu ini, hanya bisa melakukan penafsiran secara kualitatif
saja.
Nilai tahanan jenis semu ini, bisa didapatkan karna bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan
nilai tahanan jenis yang berbeda-beda. Dimana nilai tahanan jenisnya bergantung dari spasial
elektrodanya. Dengan nilai tahanan jenis semu : ρa=k ΔV
I
Teknik ini memanfaatkan dengan memasang elektroda arus dan potensial yang dimasukkan
ke dalam permukaan tanah. Dengan mengukur nilai tegangan antar elektroda, potensi nilai
tahanan jenis semu dapat ditentukan. Dengan begini, profil 2D dari bawah permukaan dapat
dihasilkan.
Elektroda juga dihubungkan oleh kabel multi inti ke komputer lapangan. Setelah data
didapatkan di komputer, data diolah sebagai cek kontrol kualitas awal. Data ini nantinya
diinversikan ke dalam perangkat lunak pencitraan Res2dinv/Res3dinv untuk melihat model
resistivitas dan kedalaman yang ada di bawah permukaan tanah. Disini, kita sudah dapta
mengetahui jenis dan sifat dari batuan yang ada di bawah permukaan tanah dan dapat
dihubungkan dengan data geologi yang tersedia.
Hasilnya misalkan seperti lanau, lempung, gambut. Cenderung memiliki nilai tahanan jenis
yang rendah. Sedangkan pasir dan kerikil cenderung memiliki resistivitas tinggi. Nilai
resistivitas batuan ini bergantung dari porositas dan permeabilitasnya.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
IV.1 Penampang tahanan jenis sebenarnya
1) Memplotkan hasil penafsiran kurva matching pada setiap titik sounding pada kertas
milimeter blok.
2) Mengkorelasikan harga dan d untuk setiap titik sounding berdasarkan harga nya.
IV.2 Penampang tahanan jenis semu (pseudosection)
1) Memplotkan harga semu terhadap ½ jarak bentangan elektroda arus (AB/2 =
50,100,200,250, dan 300) tiap titik sounding.
2) Mengkorelasikan hasil ploting untuk setiap titik sounding dengan jarak titik sounding
50m.
3) Menghubungkan harga tahanan jenis semu yang sama pada setiap titik sounding.
IV.3 Peta iso tahanan jenis semu
1) Memplot ( semu) semua titik sounding berdasarkan posisinya.
2) Membuat peta kontur iso tahanan jenis semu untuk jarak elektroda arus (AB/2 = 50m)
3) Mengulangi prosedur 2 dengan AB/2 = 100m,200m,dan 300m.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Djoko.2002.”Pengantar Teknik Geofisika”, Bandung : ITB
Keller and Frischknecht.1996.”Electrical Methods in Geophysical Prospecting”, USA :
Pergaman Press
Tellford W and Sheriff.1982.Applied Geophysics,Cambridge University Press : Cambridge
Hendrajaya Lilik dan Arif Idarn.1990.Monograf,Geolistrik Tahanan Jenis.Laboratorium
Fisika Bumi, Bandung : ITB
Sudaryo Broto dan Rahima Afifah.Pengolahan data geolistrik dengan metoda schlumberger.
Wijatmoko, Bambang.2007.Diktat Praktikum Geofisika II, Bandung :Universitas Padjadjaran
http://www.geo-data.blogspot.com
http://www.agiusa.com/supersting
http://www.agusmu.AGI earth imager 2D inversion.com
PENGOLAHAN DATA
Konfigurasi Schlumberger
ab/2mn/2
I (mA) V(mV) semu0,5 5
1 2,36 200 4.01 V 47,318
1,5 6,28 242 2.095 V 54,366
2,5 18,84 239 0.758 V 59,75
4 49,46 225 267,6 58,69
6 112,26 3,45 227 102,9 50,88
8 200,18 12,25 257 53,6 41,74
10 313,22 23,55 234 28,6 39,62
12 451,38 37,37 260 21,6 37,5
15 705,72 62,8 238 12,4 36,8
20 1255,22 117,75 231 6,6 35,86
25 1961,72 188,4 185 3,5 37,11
30 2825,22 274,75 271 3,9 40,65
40 5023,22 494,55 138 1,2 43,68
50 7849,22 777,15 189 0,9 37,37
60 11303,22 1122,55 208 0,8 43,47
75 17661,72 1758,4 177 0,4 39,91
100 31399,72 3132,15 206 0,1 32,15
Konfigurasi Wenner
AB spasi I V
120 10 231 197.9
110 10 247 224.5
100 10 183 175.7
90 10 196 203.1
80 10 185 184.1
70 10 161 151.4
60 10 173 208.3
50 10 219 224.6
40 10 178 322.9
30 10 190 147.1
20 10 347 246.4
10 10 240 123.9
0 10 444 378.2
0 20 236 95.5
10 20 280 123.4
20 20 268 111.9
30 20 285 110.1
40 20 193 80.2
50 20 222 95.2
60 20 179 75.3
70 20 165 71.2
80 20 205 86.2
90 20 229 93.7
60 30 200 59.2
50 30 252 76.4
40 30 170 51.5
30 30 285 81.5
20 30 261 72.6
10 30 252 72
0 30 261 76.8
0 40 313 68.1
Data Induced Polarized (Kang Arif)
AB spasi tipe
Chargebilit
y
0 10 1 790.7 12.7
10 10 1 638.98 0
30 10 1 898.18 0
50 10 1 941.96 0
70 10 1 1070.59 0
80 10 1 1468.64 0
90 10 1 1135.56 0
100 10 1 1340.71 0
200 10 1 314.07 1.3
210 10 1 253.53 0
230 10 1 261.66 0
240 10 1 594.52 0
260 10 1 1561.6 0
270 10 1 1657.1 0
280 10 1 1855.6 0
300 10 1 22878.3 69.5
310 10 1 3507.72 0
330 10 1 707.53 0
340 10 1 631.13 0
350 10 1 335.98 0
390 10 1 1240.53 13.5
400 10 1 1436.75 0
410 10 1 1229.54 0
420 10 1 1079.79 0
430 10 1 614.03 3.3
0 10 2 346.87 0
10 10 2 409.39 6.4
20 10 2 472.15 0
30 10 2 457.89 3.2
40 10 2 476.27 9.6
60 10 2 605.41 0
70 10 2 790.39 18.8
80 10 2 777.07 8.6
100 10 2 638.11 0
200 10 2 287.87 1.8
210 10 2 255.34 0.6
220 10 2 304.12 3.9
230 10 2 406.95 47.8
240 10 2 448.99 7.6
250 10 2 794.4 6.1
260 10 2 960.06 48.4
280 10 2 859.03 0
310 10 2 371.14 0
330 10 2 431.06 0
350 10 2 148.29 25.5
360 10 2 108.48 133.5
370 10 2 8138.79 0
380 10 2 527.82 0
390 10 2 510.42 7.6
400 10 2 530.71 0
410 10 2 690.85 0
420 10 2 354.51 0
0 10 3 308.46 0
10 10 3 363.16 0
20 10 3 265.17 0
30 10 3 251.94 0
40 10 3 383.02 0
50 10 3 380.46 29.3
80 10 3 331.21 0
90 10 3 422.45 0
200 10 3 364.55 10.5
210 10 3 366.32 25.1
220 10 3 391.9 29.8
240 10 3 546.24 31.9
260 10 3 428.12 117.1
270 10 3 426.86 21.5
290 10 3 62798.4 0
300 10 3 68.44 0
310 10 3 227.76 0
330 10 3 174.22 0
350 10 3 170.25 29.6
360 10 3 26198.43 0
370 10 3 301.29 101.6
380 10 3 278.22 0
390 10 3 441.28 0
400 10 3 279.57 0
0 10 4 323.96 0
10 10 4 260.02 0
20 10 4 180.31 0
30 10 4 235.2 57.9
40 10 4 286.04 23.7
60 10 4 418.57 0
70 10 4 303.67 0
110 10 4 300.41 0
150 10 4 42650.83 0
160 10 4 206.13 37.9
200 10 4 416.93 10.4
210 10 4 373.05 47.6
220 10 4 277.67 7.9
240 10 4 349.45 579.6
250 10 4 332.3 138.2
260 10 4 331.86 122.3
310 10 4 330.09 95.3
330 10 4 133.03 0
340 10 4 124.52 0
360 10 4 68.42 345.3
370 10 4 367.05 31.1
380 10 4 283.07 0
0 10 5 246.13 0
10 10 5 123.77 171.6
20 10 5 231.35 0
40 10 5 331.15 0
50 10 5 464.26 0
100 10 5 368.15 0
120 10 5 1762.05 0
150 10 5 276.11 0
160 10 5 380.81 13.7
200 10 5 386.02 53.6
220 10 5 503.75 72.9
230 10 5 462.77 447.6
240 10 5 243.45 459.6
250 10 5 377.73 0
260 10 5 27864.28 0
290 10 5 251.92 3.7
310 10 5 264.02 0
330 10 5 127.93 0
350 10 5 127.86 0
0 10 6 141.46 0
20 10 6 229.66 0
30 10 6 397.42 0
90 10 6 380.69 0
150 10 6 427.6 53.1
160 10 6 329.82 197.9
200 10 6 295.7 32.8
210 10 6 507.34 117.9
220 10 6 665.6 267.6
230 10 6 487.28 0
240 10 6 66.51 231.2
250 10 6 36221.18 0
290 10 6 469.78 39.4
300 10 6 293.42 0
310 10 6 169.16 0
340 10 6 193.15 0
0 30 2 246.32 0
10 30 2 352.63 0
60 30 2 625.43 0
70 30 2 508.35 0
110 30 2 25246.06 0
120 30 2 25980.56 0
150 30 2 454.24 2.3
160 30 2 436.13 49.6
200 30 2 686.33 7
210 30 2 552.92 7.2
220 30 2 64.58 0
240 30 2 194.32 95
250 30 2 162.94 322.3
270 30 2 129.19 390.5
280 30 2 490.43 0
290 30 2 385.86 0
300 30 2 236.11 51.6
30 30 2.3333 489.91 0
50 30 2.3333 617.6 0
60 30 2.3333 621.18 0
130 30 2.3333 378.43 0
160 30 2.3333 449.93 69.5
200 30 2.3333 498.49 0
220 30 2.3333 23602.74 0
230 30 2.3333 366.72 136.3
260 30 2.3333 175.66 495.5
270 30 2.3333 391.85 27.8
280 30 2.3333 461.24 0
290 30 2.3333 202.6 133.1
10 30 2.6667 537.7 0
20 30 2.6667 597.69 0
40 30 2.6667 711.85 0
50 30 2.6667 669.13 0
120 30 2.6667 354.34 0
150 30 2.6667 490.24 35.5
160 30 2.6667 463.26 11.7
210 30 2.6667 91541.05 0
250 30 2.6667 175.61 371.8
260 30 2.6667 458.92 37.9
270 30 2.6667 403.96 0
0 30 3 651.43 0
10 30 3 648.69 0
30 30 3 786.08 0
40 30 3 656.25 0
80 30 3 7933.39 469.5
90 30 3 303.05 0
120 30 3 419.3 0
130 30 3 453.75 7.3
150 30 3 428.26 0
160 30 3 331.68 0
200 30 3 32845.44 0
210 30 3 451.62 222.1
220 30 3 241.35 177.8
240 30 3 317.33 158.6
250 30 3 484.75 34
260 30 3 400.56 185.7
0 30 3.3333 764.88 0
20 30 3.3333 790.83 0
30 30 3.3333 743.07 0
100 30 3.3333 265.48 127
110 30 3.3333 413.95 14.5
120 30 3.3333 448.1 0
130 30 3.3333 508.57 0
150 30 3.3333 418.67 2.1
160 30 3.3333 842.49 0
200 30 3.3333 625.4 59.6
210 30 3.3333 182.6 630.9
230 30 3.3333 198.57 248
240 30 3.3333 454.58 192.3
10 30 3.6667 998.53 0
20 30 3.6667 718.36 0
90 30 3.6667 290.72 35.2
100 30 3.6667 383.34 10.5
110 30 3.6667 455.2 0
120 30 3.6667 272.28 0
130 30 3.6667 348.24 0
150 30 3.6667 1162.86 4.2
200 30 3.6667 405.48 0
220 30 3.6667 153.89 448.1
0 30 4 909.25 0
80 30 4 284.07 34.3
90 30 4 360.12 0
100 30 4 104.96 0
110 30 4 253.7 106.7
120 30 4 234.56 0
130 30 4 361.11 0
150 30 4 905 103.4
0 30 4.3333 615.43 94.8
70 30 4.3333 359.97 0
80 30 4.3333 257.56 0
90 30 4.3333 156.82 24.1
110 30 4.3333 387.03 13.4
130 30 4.3333 1285.95 7.6
150 30 4.3333 506.82 343.9
20 30 4.6667 68046.84 553.1
70 30 4.6667 281.99 13.1
90 30 4.6667 280.11 148.7
100 30 4.6667 83.52 0
110 30 4.6667 498.19 0
120 30 4.6667 1062.22 7.3
130 30 4.6667 951.69 0
160 30 4.6667 697.68 123.5
10 30 5 40128.79 726
60 30 5 178.05 0
70 30 5 201.68 438.8
90 30 5 371.96 0
100 30 5 383.83 0
110 30 5 1173.5 6.8
120 30 5 972.22 0
130 30 5 1242.54 0
50 30 5.3333 341.1 52.2
70 30 5.3333 295.98 251.8
80 30 5.3333 369.18 0
90 30 5.3333 226.96 0
100 30 5.3333 802.31 5.2
110 30 5.3333 913.6 3.6
120 30 5.3333 1400.62 0
50 30 5.6667 259.05 356.9
60 30 5.6667 455.7 0
70 30 5.6667 379.07 0
80 30 5.6667 134.17 0
90 30 5.6667 985.71 8.8
100 30 5.6667 984.09 38.6
30 30 6 388.34 54.5
40 30 6 378.83 59.9
50 30 6 415.25 30.3
60 30 6 375.6 0
70 30 6 148.97 0
80 30 6 1353.09 14.7
20 50 3.6 389.46 9.3
30 50 3.6 456.9 5.3
40 50 3.6 461.92 0
50 50 3.6 282.41 0
60 50 3.6 1055.74 15
10 50 3.8 449.79 21.9
20 50 3.8 506.81 0
30 50 3.8 441 0
40 50 3.8 549.15 0
0 50 4 571.85 0
10 50 4 545 0
20 50 4 509.04 0
0 50 4.2 582.43 0
HASIL RES2DINV KONFIGURASI WENNER
Bad Datum Point
Wenner dengan topografi
INDUCED POLARIZATION (IP)
INTERPRETASI
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi ini didapatkan nilai resistivitas semu dari batuan di tiap lapisan.
Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya ( n) dapat menggunakan teknik
pencocokan kurva (kurva matching). Dari hasil pencocokan kurva didapat nilai
sebagai berikut :
d h semu n Kurva yang digunakan
1 1 47,3 47,3 1,5 Kurva tipe A
4,1 3,1 62 70,95 0,5 Kurva tipe Q
24 21,2 39 35,5
Interpretasi Data:
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger, pengolahan data menggunakan kertas bilog dengan
metode pencocokan kurva (kurve matching). Pencocokan kurva dilakukan dengan
cara memplotkan data spasial jarak elektroda dengan (AB/2) dengan nilai resistivitas
semu. Dengan menggunakan kurva bantu dan kurva standar, akan didapatkan tipe
kurva untuk data yang kita dapatkan di lapangan.
Dari hasil pencocokan kurva di kertas bilog, data yang didapatkan di lapangan dapat
dibuat menjadi 3 lapisan. Dimana 3 lapisan ini menggunakan tipe yang berbeda karna
lapisan permukaan bumi yang tidak rata. Lapisan pertama didapatkan dengan kurva
tipe A karena nilai resistivitas semu : 1 < 2 < 3 . Lapisan kedua menggunakan tipe
kurva Q dengan nilai resistivitas semu 1>2>3 . Sehingga setelah mendapatkan tipe
kurva ini, kita akan mendapatkan data berupa ketebalan, kedalaman, dan nilai
resistiitas sebenarnya dari batuan di tiap lapisan. Karena nilai resistivitas yang tidak
jauh berbeda di tiap lapisannya, maka batuan yang tersebar di lapangan merah ini
relatif sama.
Konfigurasi Wenner
Pada konfigurasi wenner, pengolahan data menggunakan software Res2dinv. Dimana
data didapatkan di daerah Kebon Muncang. Dari data ini, kita ingin mengetahui
keadaan di bawah lapisan permukaan bumi dengan menginput nilai resistivitas semu
untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya. Setelah diinputkan data yang didapat
di lapangan, hasil pengolahan Res2din dapat dilihat di atas. Untuk data tanpa
topografi didapatkan nilai Rms error 1,42% . Namun, sayangnya nilai Rms error ini
harus mengedit data yang didapatkan sehingga bad datum point nya pun akan
berubah. Berbeda dengan menggunakan data asli tanpa mengedit datum point, nilai
Rms errornya 9,2%.
Untuk data yang telah ditambahkan nilai topografi, hasilnya akan sama saja. Namun,
disini digunakan data asli tanpa mengedit datum point sehingga niali Rms error tinggi
yaitu sekitar 9%. Karena saat menggunakan data yang sudah diedit, nilai datum point
tidak dapat ditampilkan.
Dengan melihat hasil yang didapat, dari hasil resistivity kita dapat mengetahui apakah
batuan di bawah lapisan mengandung fluida atau tidak. Dari nilai resisitivity yang
dihasilkan dapat diketahui batuan yang tersebar di daerah kebon muncang clay
(lempung). Clay dominan terlihat di jarak 80-120m. Sedangkan diatas 120m,
kandungan clay relatif rendah karena lapisan yang semakin basah.
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan :
Dengan menggunakan metode geolistrik dapat mengetahui keadaan di bawah
permukaan bumi, seperti di kebon muncang yang didominasi oleh lempung.
Pengolahan data untuk Schlumberger digunakan kartas bilog dengan
didaptkan 3 lapisan dan untuk Wenner digunakan Res2dinv dengan nilai Rms
error 1,42%.
Hasil Res2dinv menggunakan topografi dengan tidak menggunakan topografi
hasilnya tidak akan jauh berbeda.
Konfigurasi Schlumberger digunakan dengan sounding sedangkan wenner
dengan mapping.
LAMPIRAN
ALAT GRAVITY METER
Worden Gravity meters
La coste and Romberg Gravity meter