lapak gl

67
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM GEOFISIKA 2 PENENTUAN RAPAT MASSA RATA-RATA GRAV - V Nama : Asry Prastiwi Npm : 140310090011 Hari/ tanggal : Selasa / 24 April 2012 Waktu Percobaan : 07.00 -09.30 WIB Asisten : LABORATORIUM GEOFISIKA

Upload: afinanisa1

Post on 08-Feb-2016

112 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapak GL

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM GEOFISIKA 2

PENENTUAN RAPAT MASSA RATA-RATA

GRAV - V

Nama : Asry Prastiwi

Npm : 140310090011

Hari/ tanggal : Selasa / 24 April 2012

Waktu Percobaan : 07.00 -09.30 WIB

Asisten :

LABORATORIUM GEOFISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: lapak GL

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM GEOFISIKA 2

PENENTUAN RAPAT MASSA RATA-RATA

GRAV-V

Nama : Asry Prastiwi

Npm : 140310090011

Hari/ tanggal : Selasa / 24 April 2012

Waktu Percobaan : 07.00 -09.30 WIB

Asisten :

Jatinangor, 24 April 2012

Asisten

Speaken Lap. Awal Praktikum

Page 3: lapak GL

(.................................)

Page 4: lapak GL

GL – 01PENDAHULUAN

Page 5: lapak GL

I. TUJUAN

1. Mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mempelajarinya di

permukaan bumi.

2. Mengetahui dan memahami beberapa metode geolistrik.

II. PERALATAN

1. 2 elektroda arus

2. 2 elektroda potensial

3. Voltmeter

4. Amperemeter

III. TEORI DASAR

Metoda Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran

listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Parameter yang

diukur dalam pengukuran geolistrik, diantaranya potensial,arus,dan medan elektromagnetik

yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.

Ada beberapa metoda geofisika, yaitu :

1. Resistivitas (tahanan jenis)

2. Induced Polarization (IP)

3. Self potential (SP)

4. Magnetotelluric, dll

Metoda Resistivitas (tahanan jenis)

Dalam metoda resistivitas, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui 2 elektroda arus.

Sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui 2 elektroda potensial. Pengukuran

geolistrik dengan menggunakan resistivitas bertujuan untuk menetapkan distribusi potensial

listrik pada permukaan tanah.Hal tersebut secara tidak langsung merupakan penetuan

resistivitas lapisan tanah.

Perumusan dasar geolistrik resistivitas

1. Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakan hubungan antara nilai tahanan yang sebanding dengan nilai

potensial dan berbanding terbalik dengan nilai arus.

R = V / I

Dimana , R : tahanan (Ohm)

V : beda potensial (volt)

I : arus (ampere)

Page 6: lapak GL

2. Arus listrik searah

Arus listrik I yang melewati suatu medium dengan luas penampang A, panjang

medium L dan memiliki beda potensial V antara kedua ujungnya, secara matematis

dituliskan :

I A/L V , atau I = A/L V

Dengan,

= 1 / = konstan

Kedua konsep diatas dapat digabungkan menjadi :

I = AV / L

Dimana, = tahanan jenis (ohm.m)

= konduktivitas (siemens/meter)

Sifat Listrik Batuan

Pengukuran resisitivitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti homogenitas batuan,

kandungan air, porositas, permeabilitas, dan kandungan mineral.

Aliran arus listrik dalam batuan atau mineral dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Konduksi Elektronik

Terjadi jika batuan / mineral memilki banyak elektron bebas sehingga arus listrik

dialirkan dalam batuan / mineral tersebut oleh elektron-elektron bebas.

2. Konduksi Elektrolit

Terjadi jika batuan / mineral bersifat porus dan pori – pori terisi oleh cairan – cairan

elektrolit. Pada konduksi ini, arus listrik dibawa oleh ion –ion elektrolit.

3. Konduksi Dielektrik

Terjadi jika batuan / mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik yaitu terjadi

polarisasi saat bahan dialiri listrik.

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan / mineral digolongkan menjadi 3, yaitu :

1. Konduktor baik : 10-8 < < 1 m

2. Konduktor pertengahan : 1 < < 107 m

3. Isolator : > 107 m

Tabel Resisitivitas Batuan

Page 7: lapak GL

Metoda pengukuran yang digunakan dalam geolistrik :

Konsep Resistivity – Sounding

Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi resisitivitas secara

vertikal. Pengukuran juga dilakukan pada 1 titik tetap (titik sounding) dengan spasi

elektroda bervariasi. Pada prinsipnya semua konfigurasi elektroda dapat digunakan

untuk sounding. Vertical electrical sounding (VES) umumnya menggunakan

konfigurasi schlumberger. Karena :

Praktis, hanya elektroda arus yang perlu dipindahkan untuk memperbesar

spasi elektroda.

Lapisan Batuan

Hambatan Listrik

Kering Basah

Permeable Gravel 1.000 - 15.000 200 - 10.000

Sand & Gravel 1.000 - 7.000 200 - 5.000

Sand 300 - 7.000 100 - 700

Conglomer

at

300 - 1.800 100 - 500

Sandstone 200 - 2.500 100 - 500

Aquiclude Loam 500 - 5.500 100 - 1.000

(A

)

Tuff 100-1.000

Aquiclude Silt < 100

(B

)

Clay < 100

Marlstone < 100

Shale < 100

Granite 1.000 - 10.000

Andesite 200 - 10.000

Basalt 20.000

Schist 200 - 20.000

Gneiss 200 - 20.000

Lava 1.000 - 20.000

Limestone 60 - 500.000

Page 8: lapak GL

I

L

0 NM BA

a

bb

Sumber

Tidak terganggu oleh heterogenitas dekat permukaan, karna spasi elektroda

potensial yang kecil.

Konsep resistivity mapping

Pengukuran untuk memperoleh informasi mengenai variasi resistivitas secara lateral.

Pengukuran dilakukan pada beberapa titik dengan spasi elektroda tetap. Spasi

elektroda diubah untuk memperoleh variasi lateral pada kedalaman yang berbeda.

Macam – macam konfigurasi pada metoda geolistrik tahanan jenis (resistivity) :

1. Konfigurasi Schlumberger

Dalam susunan elektroda schlumberger, idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya.

Sehingga jarak antara dua elektroda arus AB lebih besar daripada jarak potensial MN.

Perubahan jarak MN sebaiknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Berdasarkan

besaran fisis yang diukur, susunan elektroda schlumberger ini bertujuan untuk

mengukur gradien potensial listriknya. Besar faktor geometris untuk susunan

elektroda schlumberger :

Gambar susunan elektroda schlumberger

K= 2π

( 1r 1

−1r2)−( 1

r3−

1r 4 )AM=BN=r1=r4=b−a/2AN=BM=r2=r1=b+a /2

Page 9: lapak GL

sehingga :K=π ( b2

a−a

4 )

Jadi, ρ=π (b2

a−a

4 ) ΔVI2. Konfigurasi Wenner

Elektroda potensial mempunyai jarak yang sama yaitu AM=MN=NB=a. Jadi jarak antar

elektroda arus adalah 3 kali jarak antar elektroda potensial. Pada resistivitas mapping, jarak

spasi elektroda tetap untuk setiap datum yang diamati (a tetap), sedangkan pada resistivitas

sounding, jarak spasi elektroda diperbesar secara bertahap untuk satu titik sounding. Besar

pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Makin sensitif

dan makin besar arus yang dihasilkan alat,maka makin leluasa dalam memperbesar jarak

spasi elektroda. Sehingga makin dalam lapisan yang terdeteksi.

dimana : MNK .2 K = 2a

3. Konfigurasi dipole - dipole

Pada konfigurasi dipole-dipole, menggunakan 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial

yang ditempatkan terpisah dengan dengan jarak na, sedangkan spasi masing – masing

elektroda a.

k=n(n+1 )(n+2 )πa

Page 10: lapak GL

G L – 02PENGENALAN

ALAT RESISTIVITY

METER

Page 11: lapak GL

I. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami fungsi bagian-bagian alat resistivity meter

2. Mampu mengoperasikan alat resistivity meter.

II. PERALATAN

1. Resisitivity meter Naniura NRD22 dan Naniura NRD 300HF

2. Res & IP meter Supersting R8 multichannel

III. TEORI DASAR

Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan

jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC

yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Untuk mengukur geolistrik tahanan

jenis ini digunakan alat Resisitivity meter. Adapun macam – macam alat resistivity

meter, seperti :

Resistivity meter Naniura NRD22

Resistivity meter Naniura NRD 300HF

Resistivity & IP meter Supersitng R8 multichannel

Resisitivity meter Naniura NRD22 dan Naniura NRD 300HF merupakan alat ukur

geolistrik yang masih menggunakan 1 channel. Dari alat ini, parameter yang akan

didapatkan yaitu beda potensial (V) dan arus (I). Dimana dari parameter tersebut,

nantinya akan didapatkan nilai tahanan jenis ().Resistivity meter Naniura NRD22 dan

Resistivity meter Naniura NRD 300HF biasanya digunakan untuk pengukuran sounding

1-D. Pengukuran sounding 1-D ini bisa dilakukan dengan bentangan elektroda saperti

pada konfigurasi Schlumberger, Wenner, dll. Cara ini digunakan untuk mengetahui

distribusi harga resistivitas pada suatu titik target sounding di bawah permukaan bumi.

Dan dinamakan 1-D karena resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertikal.

Resistivity meter Naniura NRD22

Alat ini terdiri dari :

1) 1 unit pemancar (transmitter) dan penerima (receiver) , main unit

2) Kabel arus

3) Kabel potensial

4) Elektroda potensial (tembaga)

5) Elektroda arus (stainless)

6) Aki (accu)

Page 12: lapak GL

7) Pengisi aki (charger)

8) Kabel-kabel penghubung

*gambar alat ada di lampiran

Adapun spesifikasi dari transmitter dan receiver :

Pemancar (transmitter)

Catu daya / DC in (power supply)

Daya keluar (output power)

Tegangan keluar (output voltage)

Arus keluar ( output current)

Ketelitian arus (current accuracy)

Sistem pembacaan : digital

Catu daya digital meter : 9V, baterai kering

Fasilitas

Penerima (receiver)

Impedansi maksimum : 10M

Batas ukur pembacaan : 0,1 mV s/d 500V

Ketelitian : 0,1mV

Kompensator kasar : 10x putar

Kompensator halus : 1x putar

Sistem pembacaan : digital

Catu daya digital meter : 3V (2 baterai keringAA)

Fasilistas pembacaan` : data disimpan di memori

Massa alat : 5,5 kg

RES & IP METER SUPERSTINGG R8 multichannel

Alat ini berbeda dengan Naniura NRD 255 dan NaniuraNRD 300HF yang hanya

menggunakan 1 channel.Res & IP meter supersting R8 multichannel menggunakan lebih

dari 1 channel (multichannel) dengan penyimpanan memori bacaan dan siklus ukuran yang

ditetapkan pengguna. Alat ini menghasilkan akurasi yang tinggi dan kebisingan yang rendah

di industri.

Supersting R8 menggunakan multichannel baru otomatis mode ganda multi-elektroda kabel.

Dengan kabel itu, sangat efisien untuk merekam data 3-D dan menggunakan jumlah yang

hampir tak terbatas dari elektroda dalam tata letak tunggal elektroda ini sekarang menjadi

16 bit, yang berkisar 65000 elektroda.

Manffat utama Supersting R8 multichannel :

Page 13: lapak GL

Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan resistivity meter single channel.

Daya pemancar yang tinggi. Dapat menggunakan daya 12V dan 24V baterai untuk daya

tambahan.

Keakuratan tinggi dan terbaik.

Kapasitas memori internal yang besar untuk penyimpanan hasil pengukuran.

Hasil pengukuran dapat dilihat langsung di lapangan.

Spesifikasi Supersting Res & IP R8 meter :

Rentang pengukuran : 1-10V

Pengukuran mode : Resistivitas semu, induksi polarisasi (IP), tegangan baterai

Pengukuran resolusi : maks 30nv, tergantung tingkat tegangan

Resolusi layar : 4 angka dalam teknik notasi

Arus keluaran : 1mA – 1,25A , secara berkelanjutan

Tegangan keluaran : 800Vp-p

Daya output : 200W

Masukan channel : 8 channels

Impedansi masukan : > 150 M

Tegangan masukan : max 10V

Jenis pengukuran IP : domain waktu

IP saat transmisi : on+, off, on-, mati

Pengukuran siklus : rata-rata pengukuran ditampilkan setelah setiap siklus. Siklus

otomatis akan berhenti jika kesalahan membaca turun dibawah batas pengguna /

pengguna max siklus selesai.

Pemrosesan sinyal : teru menerus rata-rata setelah setiap siklus lengkap. Kesalahan

kebisingan dihitung dan ditampilkan sebagai presentase reading. Reading ditampilkan

sebagai resistansi (dV/I) dan resistivitas semu.Resistivitas dihitung menggunakan jarak

elektroda.

Kebisingan : lebih baik dari 100dB pada f>20Hz

Jumlah akurasi : lebih baik 1% dari membaca banyak kasus (lab.pengukuran).

Lapangan akurasi pengukuran tergantung pada kebisingan tanah dan resistivitas.

Sistem kalibrasi : digital oleh mikroprosessor berdasarkan nilai-nilai koreksi

yang disimpan dalam memori.

Konfigurasi : schlumberger, wenner, dipol-dipol

Data yang ditampilkan : resistivitas semu, intensitas arus, tegangan

Tampilan : grafis LCD

Page 14: lapak GL

Sistem operasi : disimpan di re-programmable flash memory

Berat : 10,7 kg (23,5 lb)

Ukuran : lebar 184mm (7,25”), panjang 406mm (16”), dan tinggi

273mm (10,75”)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Meletakkan alat resistivity meter di tempat yang aman dari sinar matahari langsung.

2. Memeriksa, apakah sumber tegangannya baik dab beterai analognya juga baik (jika

baik, harga arus atau tegangan menunjukkan angka 000.0)

3. Menginjeksikan elektroda potensial dan arus pada jarak yang telah ditentukan.

4. Manghubungkan kabel penghubung elektroda potensial dan arus pada alat resistivity

meter (perhatika tanda + dan – jangan sampai tertukar)

5. Memperhatikan tanda (jarum) galvanometer pada alat resistivity meter, jika jarum

penunjuk tersebut belum berada pada daerah merah, maka salah satu elektroda arus

belum tertanam dengan baik (kurang dalam)

6. Melihat counter digital tegangan (volt), mengatur kompensator course (kasar) agar

nilai tegangan mendekati nol. Jika telah mendekati nol, putar kompensator fine

(halus) sampai counter tegangan menunjukkan harga nol.

7. Mebekan tombol start, sebelumnya memastika tidak ada yang memegang elektroda

arus. Menekan tombol start sampai diperoleh harga arus (mA) yang konstan, setelah

itu tekan tombol hold.

8. Mencatat data pengukuran I terlebih dahulu kemudian data V, karna hanya data V saja

yang disimpan pada alat.

Page 15: lapak GL

GL - 03

PENGAMBILAN

DATA

GEOLISTRIK

SOUNDING

Page 16: lapak GL

I. TUJUAN

Memahami cara pengambilan data dengan cara sounding dengan menggunakan

konfiguras schlumberger, wenner, dipole-dipole, dan pole dipole serta pengolahan

datanya.

II. PERALATAN

1) Resitivitymeter Naniura NRD 300HF dan NRD22 : 1 buah

2) Kabel arus : 1 gulung

3) Kabel potensial : 2 gulung

4) Elektroda arus : 2 buah

5) Elektroda potensial : 2 buah

6) Alat tulis : 1 set

7) Kalkulator : 1 buah

8) Tabel pengamatan : 2 buah

9) Fotokopi kertas bilog : 2 buah

III. TEORI DASAR

PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK SOUNDING

Pengambilan data geolistrik sounding digunakan untuk mengetahui distribusi harga

resistivitas di bawah suatu titik sounding di permukaan bumi sebagai fungsi dari

kedalaman. Cara pengukurannya dilakukan pada satu titik sounding dengan jarak antar

elektroda bervariasi (bergantung pada jenis konfigurasi yang digunakan). Kemudian hasil

pengukurannya di plot pada grafik bilog untuk mendapatkan kurva lapangan. Konfigurasi

yang dapat digunakan yaitu konfigurasi wenner dan schlumberger.

Prosedur Resistivity Sounding

1) Menentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda yang digunakan

2) Menentukan satu lintasan pengukuran

3) Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan

4) Jarak elektroda diubah untuk pengukuran pada titik yang sama

5) Memplotkan resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak pada lintasan)

Konfigurasi Schlumberger

Page 17: lapak GL
Page 18: lapak GL

Gambar : resistivitas sebagai fungsi kedalaman pada titik sounding dengan konfigurasi

schlumberger

Resistivitas semu untuk konfigurasi ini dirumuskan dengan ;

ρa=πn(n+1 )a ΔVI

a : resistivitas semu (apparent dip)

πn(n+1 ) : faktor geometri konfigurasi schlumberger

V : beda potensial (mV)

I : besar arus yang diinjeksikan ke bumi (mA)

Kedalaman yang diperoleh dari pengukuran di lapangan tergantung dari panjang

bentangan elektroda. Semakin panjang bentangan elektroda, semakin besar pula

kedalaman yang dihasilkan.

Analisa Data Hasil pengukuran

Semakin lebar jarak elektroda arus, menyebabkan nilai beda potensial yang terukur akan

semakin kecil. Sehingga untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat, elektroda potensial

juga lebih dilebarkan pada saat-saat tertentu.

Fenomena ini menyebabkan kurva hasil pengukuran lapangan menghasilkan beberapa

segmen. Dan interpretasi dilakukan segmen per segmen, sampai semua lapisan

terselesaikan.

Page 19: lapak GL

AB/2

a

Tipe - H

a

AB/2

Tipe - K

Tipe - A

aa

AB/2AB/2

Tipe - Q

Terdapat 4 tipe kurva lapangan :

Setelah mengetahui tipe kurva lapangan, kita mencocokan kurva dengan meletakannya di

atas kurva bantu dan kita akan mendapatkan koordinat kurva bantu pada kertas grafik

lapangan yang dilambangkan dengan (df0, fo).

Setelah itu, kita melakukan interpretasi litologi. Dari interpretasi tahap akhir ini, kita akan

mendapatkan informasi mengenai :

Letak akuifer, baik secara vertikal maupun lateral

Jenis akuifer

Penyebaran / arah aliran akuifer

Ketebalan dan kedalaman akuifer

Setelah ini, dilakukan pemodelan untuk merekonstruksi penampang bawah permukaan

(akuifer) sesuai dengan kondisi geologi yang sesungguhnya.

Aplikasi sounding, diantaranya :

Eksplorasi air di bawah permukaan tanah

Monitoring polusi air bawah permukaan

Page 20: lapak GL

Prospek mineral

Selain data diolah manual dengan kurva matching, data juga dapat diolah dengan software.

PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK 2-D MENGGUNAKAN ALAT NANIURA

Alat naniura merupakan salah satu alat geolistrik yang menggunakan single channel. Naniura

yang digunakan yaitu Naniura NRD 22 dan Naniura NRD 33HF. Data yang diperoleh dari

alat ini : beda potensial (V), arus (I). Dimana dari data ini,bisa diperoleh harga tahanan jenis

semu (apparent).

Namun, pada umumnya alat resistivity meter Naniura masih banyak digunakan pada

pengukuran sounding 1-D, karna jika dilakukan untuk pengukuran 2-D kita harus membuat

dahulu geometri pengukuran (stacking chart), tabel akusisi, format konversi data lapangan ke

format data software (dilakukan secara manual) dan pelaksanaan pengukuran di lapangan

cukup lama.

Misalkan untuk pengukuran geolistrik 2-D dengan panjang lintasan 300m dan elektroda 30

buah dengan konfigurasi wenner maka dibutuhkan waktu sekitar 5-6 jam, tergantung kondisi

medan di lapangan.

Alat ini terdiri dari 2 bagian yaitu pemancar (transmitter) dan penerima (receiver). Dimana

seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.

PENGAMBILAN DATA GEOLISTRIK MENGGUNAKAN ALAT GEOLISTRIK

SUPERSTING

Selain resistivity meter Naniura, terdapat juga alat geolistrik Res&IP meter Supersting.

Dimana alat yang dimiliki oleh jurusan fisika Unpad, menggunakan supersting R8

multichannel dengan 28 elektroda. Berbeda dengan resisitivity meter naniura, alat ini bisa

digunakan untuk mengukur geolistrik tahanan jenis 1D, 2D, 3D, bahkan 4D, dan dapat juga

digunakan untuk geolistrik induced polarization (IP) 2D, 3D, dan 4D. Data yang didapatkan

dari alat ini yaitu nilai tahanan jenis semu (apparent) yang tersimpan langsung di dalam alatnya.

Alat geolistrik Res&IP meter Supersting R8 multichannel terdiri dari 1 switch box, 28

elektroda, dan bentangan kabel maksimal 945m.

Beberapa kelebihan pengukuran menggunakan supersting :

Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan resistivity meter single channel.

Tidak perlu melakukan konversi data secara manual, karna sudah tersedia software akusisi

datanya yaitu software AGIS Admin.

Hasil pengukuran dapat dilihat langsung di lapangan (quick look).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Page 21: lapak GL

a

C1 P2P1 C2

n = 1

n = 2

n = 3

Gambar (1) Geometri pengukuran sounding

IV.1 Pengukuran resistivity 1D (Sounding)

1) Melakukan pengukuran sounding dengan menggunakan konfigurasi schlumberger.

2) Pada gambar diatas, pengukuran pertama dilakukan dengan membuat jarak (spasi) a. Dari

pengukuran ini diperoleh 1 titik pengukuran. Pengukuran kedua dilakukan dengan

membuat jarak (spasi) antara C1-P1 dan C2-P2 menjadi 20 dan diperoleh titik pengukuran

berikutnya.

3) Melakukan pengukuran sebanyak 2x, kemudian mencatat harganya pada tabel pengamatan

seperti di bawah ini :

AB/2 MN/2 K I V ρa (Ohm-m)

1,5          

2          

           

           

250          

Setelah itu hitung nilai ρa , kemudian plot harga ρa terhadap AB/2 pada kertas bilog. Jika

dalam pengeplotan terdapat data yang tidak smooth maka lakukan pengukuran ulang, atau

pengukuran overlap.

4) Melakukan pengukuran sampai dengan bentangan yang telah ditentukan.

IV.2 Pengukuran resisitivity 2-D

Page 22: lapak GL

1) Melakukan pengukuran dengan menggunakan konfigurasi wenner.

2) Pada gambar di modul,geometri pengukuran 2D menggunakan wenner. Untuk grup

pertama (n=1), spasi dibuat bernilai a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektroda

selanjutnya digeser ke kanan sejauh a (C1 dipindahkan ke P1, P1 dipindah ke P2 dan P2

ke C2) sampai jarak maksimum yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan lagi dengan n=2

dengan prosedur pengukuran yang sama.

3) Melakukan pengukuran sebanyak 2x, kemudian mencatat harganya pada tabel pengamatan

yang telah disediakan.

4) Setelah pengukuran dengan menggunakan konfigurasi wenner selesai, selanjutnya

mencoba pengukuran menggunakan konfigurasi dipole-dipole dan pole-dipole (caranya

bisa ditanyakan ke asisten).

Page 23: lapak GL

GL-04

PENAFSIRAN

DATA LAPANGAN

DENGAN METODE

PENCOCOKAN

KURVA

Page 24: lapak GL

I. TUJUAN

1) Mengerti cara pengolahan data sounding resistivitas dengan menggunakan kurva matching

2) Dapat mempresentasikan hasil penafsiran data resistivitas di lapangan.

II. PERALATAN

1) Kertas bilog

2) Alat tulis

3) Kurva matching

III. TEORI DASAR

Setelah mendapatkan data di lapangan, kita akan melakukan interpretasi. Interpretasi

geolistrik resistivity dapat dilakukan secara manual atau komputerisasi. Secara manual, dapat

digunkan metode pencocokan kurva (curve matching). Sedangkan secara komputerisasi dapat

dilakukan dengan menggunakan program seperti program Resint, resis, resix, resty, progress

earth,dll. Untuk pengolahan data digunakan software.

Hasil pengukuran yang akan kita dapat pada percobaan menggunakan metode geolistrik

resistivity, berupa tahanan jenis semu.

RESISTIVITAS SEMU

Bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis yang berbeda. Sehingga potensial

yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Harga tahanan jenis yang

terukur bukan harga tahanan jenis untuk satu lapisan saja. Nilai tahanan jenis yang terukur

juga tidak tergantung atas spasi elektrodanya. Dimana ρa=k ΔV

I

Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-masing lapisan

mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda. Tahanan jenis semu merupakan resistivitas

dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau.

Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya terdiri dari 2 lapis yang mempunyai

resistivitas berbeda (1 dan 2) dianggap sebagai suatu medium satu lapis homogen yang

mempunyai satu harga resistivitas yaitu resistivitas semu dengan konduktansi lapisan fiktif

sama dengan jumlah konduktansi masing-masing lapisan. Nilai tahanan jenis terukur diplot

sebagai fungsi jarak elektroda dengan bentuk yang sama. Lengkung ini dapat dibandingkan

langsung dengan lengkung teoritik dengan cara superposisi sumbu tegak dan datar. Dan

Page 25: lapak GL

AB/2

a

Tipe - H

a

AB/2

Tipe - K

Tipe - A

aa

AB/2AB/2

Tipe - Q

menjaga agar kedua lengkung tetap sejajar. Kurva lapangan ini menggambarkan susunan

batuan yang ada di bawah permukaan.

TAHAP INTERPRETASI

A. Interpretasi Lapangan

a) Penentuan bentangan maksimal

b) Penentuan tipe kurva lapangan

Dalam melakukan interpretasi kurva lapangan dilakukan dengan mencocokkannya terhadap

kurva induk 2 lapis (teoritik). Untuk interpretasi lapangan yang terdiri dari beberapa lapisan

dapat digunakan kurva induk 2 lapis dan diperlukan kurva bantu.

Macam-macam kurva bantu :

Page 26: lapak GL

1. Kurva batu tipe A : bentuk kurva monoton baik. Bentuk kurva semacam ini dapat

dihubungkan dengan perubahan resistivitynya ρ1< ρ2<ρ3 .

2. Kurva bantu tipe H : kurva lapangan mempunyai bentuk yang mengandung minimum.

Hala ini dihubungkan dengan adanya urutan tiga lapisan yang resistivitasnya berubah

menurut: ρ1> ρ2<ρ3 .

3. Kurva bantu tipe K : kurva lapangan mempunyai bentuk yang mengandung

maksimum, dan dihubungkan dengan adanya uruten tiga lapisan resistivitasnya

berubah menurut: ρ1< ρ2>ρ3 .

4. Kurva bantu tipe Q : tipe kurva bantu ini kebalikan dari kurva tipe A, bentuknya

monoton turun dan dapat dihubungkan dngan perubahan keadaan resistivitasnya

dimana: ρ1> ρ2>ρ3 .

B. Interpretasi Pendahuluan

Pada interpretasi pendahuluan, langkah-langkahnya sudah dapat dilihat di bagian prosedur

percobaan.

C. Interpretasi tahap akhir

Pada tahap ini, hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan dengan data lainnya

misalnya data geologi.

Page 27: lapak GL

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Kurva Matching

Tahapan ini dilakukan untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan

menggunakan kurva standar dan kurva bantu. Tahapannya :

1) Memplot data lapangan dimana harga a sebagai sumbu y dan ½ jarak elektroda arus

(AB/2) sebagai sumbu x pada kertas bilog.

2) Mencocokan segmen kurva yang berspasi pendek dengan kurva standar 2 lapis. Setelah

cocok, kedudukan pusat koordinat kurva standar pada kertas bilog lapangan akan

memberikan data d1 dan d2 denag menggunakan perbandingan 1/2 yang terbaca pada

kurva yang cocok, sehingga 2 dapa ditentukan.

3) Untuk menginterpretasikan segmen-segmen kurva selanjutnya, menggabungkan lapisan-

lapisan sebelumnya yang sudah diketahui harga resistivitasnya dan kedalamannya menjadi

1 lapisan fiktif yang mempunyai resistivitas dan kedalaman d yang masing-masing

dapat ditentukan dengan cara :

a) Meletakkan kurva lapangan di atas kurva bantu yang sesuai dengan tipenya sehingga

pusat koordinat kurva bantu terletak pada koordinat (d, ) pada kertas bilog lapangan.

b) Menentukan kedudukan (df0, fo) yang sesuai dengan perbandingan resistivitas kedua

lapisan yang digabungkan (berupa garis).

c) Mencocokkan kurva berikutnya dengan kurva standar harus selalu berada pada tempat

kedudukan df0 dan f0 dapat ditentukan. Dalam hal ini perbandingan 3/f0 dengan

demikian 3 dapat diketahui.

d) Jika jumlah lapisan lebih dari 3 lapisan, maka mengulangi cara diatas untuk

meneruskan percobaan segmen-segmen berikutnya.

Page 28: lapak GL

GL-05

PENAMPANG

TAHANAN JENIS

DAN

PETA ISO

TAHANAN JENIS

Page 29: lapak GL

I. TUJUAN

1) Dapat membuat penampang 2D tahanan jenis (pseudotion) dan penampang 2D tahanan

jenis sebenarnya.

2) Dapat melakukan penafsiran dari penamnpang 2D tahanan jenis sebenarnya.

3) Dapat menganalisa penyebaran variasi tahanan jenis semu secara lateral

4) Dapat memetakan variasi tahanan jenis semu secara horisontal dan membuat peta iso

tahanan jenis.

II. PERALATAN

1) Alat tulis : 1 set

2) Kertas milimeter : 3 lembar

3) Pensil warna : 1 set

III. TEORI DASAR

Lintasan pengukuran geolistrik terdiri dari beberapa titik sounding. Jika titik-titik sounding

dikorelasikan dan digabung dengan titik-titik sounding semua lintasan, maka data geolistrik

dapat diolah dalam beberapa bentuk tampilan seperti : penampang 2D tahanan jenis semu,

penampang 2D tahanan jenis sebenarnya, peta tahanan jenis semu, dan peta 3D tahanan jenis

sebenarnya.

Peta tahanan jenis semu dapat dibuat dengan mengetahui posisi titik sounding, tahanan jenis

semu dan azimuth dari lintasannya. Sedangkan untuk peta 3D tahanan jenis sebenarnya yang

harus diketahui posisi titik sounding, kedalaman, dan nilai tahanan jenis sebenarnya dari

setiap titik sounding.

Peta tahanan jenis semu hanya menafsirkan secara kualitatif saja. Yaitu hanya bisa

mengetahui pola kontur dan variasi harga tahanan jenis secara lateral, sedangkan

kedalamannya tidak bisa diketahui. Sedangkan untuk peta 3D tahanan jenis sebenarnya, kita

dapat menafsirkan baik secara kialitatif maupun kuantitatif. Karena selain dari pola dan

sebaran harga tahanan jenis sebenarnya, harga kedalaman juga dapa diketahui.

Dalam melakukan penafsiran di geolistrik, selain dari peta 3D tahanan jenis sebenarnya,

dapat juga dilakukan dengan menggunakan penampang 2D tahanan jenis sebenarnya dan

penampang 2D tahanan jenis semu.

Penampang 2D tahanan jenis sebenarnya dapat dibuat dengan menghubungkan harga tahanan

jenis sebenarnya antar titik sounding. Dimana harga tahanan jenis sebenarnya ini diperoleh

dari penafsiran dengan menggunakan program.

Page 30: lapak GL

Untuk membuat penampang 2D tahanan jenis sebenarnya kita harus memplotkan terlebih

dahulu harga tahanan jenis sebenarnya dan harga kedalaman di tiap titik-titik sounding.

Kemudian dikorelasikan antara titik sounding dengan harga tahanan jenis sebenarnya. Dari

penampang 2D tahanan jenis sebenarnya, kita dapat melakukan interpretasi baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

Interpretasi secara kualitatif dapat dilakukan dengan melihat pola lapisan batuan dan sebaran

nilai tahanan jenisnya. Sedangkan interpretasi secara kuantitatif kita dapat langsung

mengetahui kedalaman dari tiap lapisan penampang tahanan jenis.

Untuk penampang 2D tahanan jenis semu, dapat dibuat dengan cara mengkorelasikan harga

tahanan jenis semu antar titik sounding dengan AB/2 yang telah ditentukan sebelumnya. Dari

penampang 2D tahanan jenis semu ini, hanya bisa melakukan penafsiran secara kualitatif

saja.

Nilai tahanan jenis semu ini, bisa didapatkan karna bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan

nilai tahanan jenis yang berbeda-beda. Dimana nilai tahanan jenisnya bergantung dari spasial

elektrodanya. Dengan nilai tahanan jenis semu : ρa=k ΔV

I

Teknik ini memanfaatkan dengan memasang elektroda arus dan potensial yang dimasukkan

ke dalam permukaan tanah. Dengan mengukur nilai tegangan antar elektroda, potensi nilai

tahanan jenis semu dapat ditentukan. Dengan begini, profil 2D dari bawah permukaan dapat

dihasilkan.

Elektroda juga dihubungkan oleh kabel multi inti ke komputer lapangan. Setelah data

didapatkan di komputer, data diolah sebagai cek kontrol kualitas awal. Data ini nantinya

diinversikan ke dalam perangkat lunak pencitraan Res2dinv/Res3dinv untuk melihat model

resistivitas dan kedalaman yang ada di bawah permukaan tanah. Disini, kita sudah dapta

mengetahui jenis dan sifat dari batuan yang ada di bawah permukaan tanah dan dapat

dihubungkan dengan data geologi yang tersedia.

Hasilnya misalkan seperti lanau, lempung, gambut. Cenderung memiliki nilai tahanan jenis

yang rendah. Sedangkan pasir dan kerikil cenderung memiliki resistivitas tinggi. Nilai

resistivitas batuan ini bergantung dari porositas dan permeabilitasnya.

Page 31: lapak GL

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

IV.1 Penampang tahanan jenis sebenarnya

1) Memplotkan hasil penafsiran kurva matching pada setiap titik sounding pada kertas

milimeter blok.

2) Mengkorelasikan harga dan d untuk setiap titik sounding berdasarkan harga nya.

IV.2 Penampang tahanan jenis semu (pseudosection)

1) Memplotkan harga semu terhadap ½ jarak bentangan elektroda arus (AB/2 =

50,100,200,250, dan 300) tiap titik sounding.

2) Mengkorelasikan hasil ploting untuk setiap titik sounding dengan jarak titik sounding

50m.

3) Menghubungkan harga tahanan jenis semu yang sama pada setiap titik sounding.

IV.3 Peta iso tahanan jenis semu

1) Memplot ( semu) semua titik sounding berdasarkan posisinya.

2) Membuat peta kontur iso tahanan jenis semu untuk jarak elektroda arus (AB/2 = 50m)

3) Mengulangi prosedur 2 dengan AB/2 = 100m,200m,dan 300m.

Page 32: lapak GL

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Djoko.2002.”Pengantar Teknik Geofisika”, Bandung : ITB

Keller and Frischknecht.1996.”Electrical Methods in Geophysical Prospecting”, USA :

Pergaman Press

Tellford W and Sheriff.1982.Applied Geophysics,Cambridge University Press : Cambridge

Hendrajaya Lilik dan Arif Idarn.1990.Monograf,Geolistrik Tahanan Jenis.Laboratorium

Fisika Bumi, Bandung : ITB

Sudaryo Broto dan Rahima Afifah.Pengolahan data geolistrik dengan metoda schlumberger.

Wijatmoko, Bambang.2007.Diktat Praktikum Geofisika II, Bandung :Universitas Padjadjaran

http://www.geo-data.blogspot.com

http://www.agiusa.com/supersting

http://www.agusmu.AGI earth imager 2D inversion.com

Page 33: lapak GL

PENGOLAHAN DATA

Page 34: lapak GL

Konfigurasi Schlumberger

ab/2mn/2

I (mA) V(mV) semu0,5 5

1 2,36 200 4.01 V 47,318

1,5 6,28 242 2.095 V 54,366

2,5 18,84 239 0.758 V 59,75

4 49,46 225 267,6 58,69

6 112,26 3,45 227 102,9 50,88

8 200,18 12,25 257 53,6 41,74

10 313,22 23,55 234 28,6 39,62

12 451,38 37,37 260 21,6 37,5

15 705,72 62,8 238 12,4 36,8

20 1255,22 117,75 231 6,6 35,86

25 1961,72 188,4 185 3,5 37,11

30 2825,22 274,75 271 3,9 40,65

40 5023,22 494,55 138 1,2 43,68

50 7849,22 777,15 189 0,9 37,37

60 11303,22 1122,55 208 0,8 43,47

75 17661,72 1758,4 177 0,4 39,91

100 31399,72 3132,15 206 0,1 32,15

Konfigurasi Wenner

AB spasi I V

120 10 231 197.9

110 10 247 224.5

100 10 183 175.7

90 10 196 203.1

80 10 185 184.1

70 10 161 151.4

60 10 173 208.3

50 10 219 224.6

Page 35: lapak GL

40 10 178 322.9

30 10 190 147.1

20 10 347 246.4

10 10 240 123.9

0 10 444 378.2

0 20 236 95.5

10 20 280 123.4

20 20 268 111.9

30 20 285 110.1

40 20 193 80.2

50 20 222 95.2

60 20 179 75.3

70 20 165 71.2

80 20 205 86.2

90 20 229 93.7

60 30 200 59.2

50 30 252 76.4

40 30 170 51.5

30 30 285 81.5

20 30 261 72.6

10 30 252 72

0 30 261 76.8

0 40 313 68.1

Data Induced Polarized (Kang Arif)

Page 36: lapak GL

AB spasi tipe

Chargebilit

y  

0 10 1 790.7 12.7

10 10 1 638.98 0

30 10 1 898.18 0

50 10 1 941.96 0

70 10 1 1070.59 0

80 10 1 1468.64 0

90 10 1 1135.56 0

100 10 1 1340.71 0

200 10 1 314.07 1.3

210 10 1 253.53 0

230 10 1 261.66 0

240 10 1 594.52 0

260 10 1 1561.6 0

270 10 1 1657.1 0

280 10 1 1855.6 0

300 10 1 22878.3 69.5

310 10 1 3507.72 0

330 10 1 707.53 0

340 10 1 631.13 0

350 10 1 335.98 0

390 10 1 1240.53 13.5

400 10 1 1436.75 0

410 10 1 1229.54 0

420 10 1 1079.79 0

430 10 1 614.03 3.3

0 10 2 346.87 0

10 10 2 409.39 6.4

20 10 2 472.15 0

30 10 2 457.89 3.2

40 10 2 476.27 9.6

60 10 2 605.41 0

70 10 2 790.39 18.8

Page 37: lapak GL

80 10 2 777.07 8.6

100 10 2 638.11 0

200 10 2 287.87 1.8

210 10 2 255.34 0.6

220 10 2 304.12 3.9

230 10 2 406.95 47.8

240 10 2 448.99 7.6

250 10 2 794.4 6.1

260 10 2 960.06 48.4

280 10 2 859.03 0

310 10 2 371.14 0

330 10 2 431.06 0

350 10 2 148.29 25.5

360 10 2 108.48 133.5

370 10 2 8138.79 0

380 10 2 527.82 0

390 10 2 510.42 7.6

400 10 2 530.71 0

410 10 2 690.85 0

420 10 2 354.51 0

0 10 3 308.46 0

10 10 3 363.16 0

20 10 3 265.17 0

30 10 3 251.94 0

40 10 3 383.02 0

50 10 3 380.46 29.3

80 10 3 331.21 0

90 10 3 422.45 0

200 10 3 364.55 10.5

210 10 3 366.32 25.1

220 10 3 391.9 29.8

240 10 3 546.24 31.9

260 10 3 428.12 117.1

Page 38: lapak GL

270 10 3 426.86 21.5

290 10 3 62798.4 0

300 10 3 68.44 0

310 10 3 227.76 0

330 10 3 174.22 0

350 10 3 170.25 29.6

360 10 3 26198.43 0

370 10 3 301.29 101.6

380 10 3 278.22 0

390 10 3 441.28 0

400 10 3 279.57 0

0 10 4 323.96 0

10 10 4 260.02 0

20 10 4 180.31 0

30 10 4 235.2 57.9

40 10 4 286.04 23.7

60 10 4 418.57 0

70 10 4 303.67 0

110 10 4 300.41 0

150 10 4 42650.83 0

160 10 4 206.13 37.9

200 10 4 416.93 10.4

210 10 4 373.05 47.6

220 10 4 277.67 7.9

240 10 4 349.45 579.6

250 10 4 332.3 138.2

260 10 4 331.86 122.3

310 10 4 330.09 95.3

330 10 4 133.03 0

340 10 4 124.52 0

360 10 4 68.42 345.3

370 10 4 367.05 31.1

380 10 4 283.07 0

Page 39: lapak GL

0 10 5 246.13 0

10 10 5 123.77 171.6

20 10 5 231.35 0

40 10 5 331.15 0

50 10 5 464.26 0

100 10 5 368.15 0

120 10 5 1762.05 0

150 10 5 276.11 0

160 10 5 380.81 13.7

200 10 5 386.02 53.6

220 10 5 503.75 72.9

230 10 5 462.77 447.6

240 10 5 243.45 459.6

250 10 5 377.73 0

260 10 5 27864.28 0

290 10 5 251.92 3.7

310 10 5 264.02 0

330 10 5 127.93 0

350 10 5 127.86 0

0 10 6 141.46 0

20 10 6 229.66 0

30 10 6 397.42 0

90 10 6 380.69 0

150 10 6 427.6 53.1

160 10 6 329.82 197.9

200 10 6 295.7 32.8

210 10 6 507.34 117.9

220 10 6 665.6 267.6

230 10 6 487.28 0

240 10 6 66.51 231.2

250 10 6 36221.18 0

290 10 6 469.78 39.4

300 10 6 293.42 0

Page 40: lapak GL

310 10 6 169.16 0

340 10 6 193.15 0

0 30 2 246.32 0

10 30 2 352.63 0

60 30 2 625.43 0

70 30 2 508.35 0

110 30 2 25246.06 0

120 30 2 25980.56 0

150 30 2 454.24 2.3

160 30 2 436.13 49.6

200 30 2 686.33 7

210 30 2 552.92 7.2

220 30 2 64.58 0

240 30 2 194.32 95

250 30 2 162.94 322.3

270 30 2 129.19 390.5

280 30 2 490.43 0

290 30 2 385.86 0

300 30 2 236.11 51.6

30 30 2.3333 489.91 0

50 30 2.3333 617.6 0

60 30 2.3333 621.18 0

130 30 2.3333 378.43 0

160 30 2.3333 449.93 69.5

200 30 2.3333 498.49 0

220 30 2.3333 23602.74 0

230 30 2.3333 366.72 136.3

260 30 2.3333 175.66 495.5

270 30 2.3333 391.85 27.8

280 30 2.3333 461.24 0

290 30 2.3333 202.6 133.1

10 30 2.6667 537.7 0

20 30 2.6667 597.69 0

Page 41: lapak GL

40 30 2.6667 711.85 0

50 30 2.6667 669.13 0

120 30 2.6667 354.34 0

150 30 2.6667 490.24 35.5

160 30 2.6667 463.26 11.7

210 30 2.6667 91541.05 0

250 30 2.6667 175.61 371.8

260 30 2.6667 458.92 37.9

270 30 2.6667 403.96 0

0 30 3 651.43 0

10 30 3 648.69 0

30 30 3 786.08 0

40 30 3 656.25 0

80 30 3 7933.39 469.5

90 30 3 303.05 0

120 30 3 419.3 0

130 30 3 453.75 7.3

150 30 3 428.26 0

160 30 3 331.68 0

200 30 3 32845.44 0

210 30 3 451.62 222.1

220 30 3 241.35 177.8

240 30 3 317.33 158.6

250 30 3 484.75 34

260 30 3 400.56 185.7

0 30 3.3333 764.88 0

20 30 3.3333 790.83 0

30 30 3.3333 743.07 0

100 30 3.3333 265.48 127

110 30 3.3333 413.95 14.5

120 30 3.3333 448.1 0

130 30 3.3333 508.57 0

150 30 3.3333 418.67 2.1

Page 42: lapak GL

160 30 3.3333 842.49 0

200 30 3.3333 625.4 59.6

210 30 3.3333 182.6 630.9

230 30 3.3333 198.57 248

240 30 3.3333 454.58 192.3

10 30 3.6667 998.53 0

20 30 3.6667 718.36 0

90 30 3.6667 290.72 35.2

100 30 3.6667 383.34 10.5

110 30 3.6667 455.2 0

120 30 3.6667 272.28 0

130 30 3.6667 348.24 0

150 30 3.6667 1162.86 4.2

200 30 3.6667 405.48 0

220 30 3.6667 153.89 448.1

0 30 4 909.25 0

80 30 4 284.07 34.3

90 30 4 360.12 0

100 30 4 104.96 0

110 30 4 253.7 106.7

120 30 4 234.56 0

130 30 4 361.11 0

150 30 4 905 103.4

0 30 4.3333 615.43 94.8

70 30 4.3333 359.97 0

80 30 4.3333 257.56 0

90 30 4.3333 156.82 24.1

110 30 4.3333 387.03 13.4

130 30 4.3333 1285.95 7.6

150 30 4.3333 506.82 343.9

20 30 4.6667 68046.84 553.1

70 30 4.6667 281.99 13.1

90 30 4.6667 280.11 148.7

Page 43: lapak GL

100 30 4.6667 83.52 0

110 30 4.6667 498.19 0

120 30 4.6667 1062.22 7.3

130 30 4.6667 951.69 0

160 30 4.6667 697.68 123.5

10 30 5 40128.79 726

60 30 5 178.05 0

70 30 5 201.68 438.8

90 30 5 371.96 0

100 30 5 383.83 0

110 30 5 1173.5 6.8

120 30 5 972.22 0

130 30 5 1242.54 0

50 30 5.3333 341.1 52.2

70 30 5.3333 295.98 251.8

80 30 5.3333 369.18 0

90 30 5.3333 226.96 0

100 30 5.3333 802.31 5.2

110 30 5.3333 913.6 3.6

120 30 5.3333 1400.62 0

50 30 5.6667 259.05 356.9

60 30 5.6667 455.7 0

70 30 5.6667 379.07 0

80 30 5.6667 134.17 0

90 30 5.6667 985.71 8.8

100 30 5.6667 984.09 38.6

30 30 6 388.34 54.5

40 30 6 378.83 59.9

50 30 6 415.25 30.3

60 30 6 375.6 0

70 30 6 148.97 0

80 30 6 1353.09 14.7

20 50 3.6 389.46 9.3

Page 44: lapak GL

30 50 3.6 456.9 5.3

40 50 3.6 461.92 0

50 50 3.6 282.41 0

60 50 3.6 1055.74 15

10 50 3.8 449.79 21.9

20 50 3.8 506.81 0

30 50 3.8 441 0

40 50 3.8 549.15 0

0 50 4 571.85 0

10 50 4 545 0

20 50 4 509.04 0

0 50 4.2 582.43 0

HASIL RES2DINV KONFIGURASI WENNER

Page 45: lapak GL

Bad Datum Point

Wenner dengan topografi

Page 46: lapak GL
Page 47: lapak GL

INDUCED POLARIZATION (IP)

INTERPRETASI

Konfigurasi Schlumberger

Page 48: lapak GL

Pada konfigurasi ini didapatkan nilai resistivitas semu dari batuan di tiap lapisan.

Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya ( n) dapat menggunakan teknik

pencocokan kurva (kurva matching). Dari hasil pencocokan kurva didapat nilai

sebagai berikut :

d h semu n Kurva yang digunakan

1 1 47,3 47,3 1,5 Kurva tipe A

4,1 3,1 62 70,95 0,5 Kurva tipe Q

24 21,2 39 35,5    

Interpretasi Data:

Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger, pengolahan data menggunakan kertas bilog dengan

metode pencocokan kurva (kurve matching). Pencocokan kurva dilakukan dengan

cara memplotkan data spasial jarak elektroda dengan (AB/2) dengan nilai resistivitas

semu. Dengan menggunakan kurva bantu dan kurva standar, akan didapatkan tipe

kurva untuk data yang kita dapatkan di lapangan.

Dari hasil pencocokan kurva di kertas bilog, data yang didapatkan di lapangan dapat

dibuat menjadi 3 lapisan. Dimana 3 lapisan ini menggunakan tipe yang berbeda karna

lapisan permukaan bumi yang tidak rata. Lapisan pertama didapatkan dengan kurva

tipe A karena nilai resistivitas semu : 1 < 2 < 3 . Lapisan kedua menggunakan tipe

kurva Q dengan nilai resistivitas semu 1>2>3 . Sehingga setelah mendapatkan tipe

kurva ini, kita akan mendapatkan data berupa ketebalan, kedalaman, dan nilai

resistiitas sebenarnya dari batuan di tiap lapisan. Karena nilai resistivitas yang tidak

jauh berbeda di tiap lapisannya, maka batuan yang tersebar di lapangan merah ini

relatif sama.

Konfigurasi Wenner

Pada konfigurasi wenner, pengolahan data menggunakan software Res2dinv. Dimana

data didapatkan di daerah Kebon Muncang. Dari data ini, kita ingin mengetahui

keadaan di bawah lapisan permukaan bumi dengan menginput nilai resistivitas semu

untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya. Setelah diinputkan data yang didapat

di lapangan, hasil pengolahan Res2din dapat dilihat di atas. Untuk data tanpa

topografi didapatkan nilai Rms error 1,42% . Namun, sayangnya nilai Rms error ini

harus mengedit data yang didapatkan sehingga bad datum point nya pun akan

Page 49: lapak GL

berubah. Berbeda dengan menggunakan data asli tanpa mengedit datum point, nilai

Rms errornya 9,2%.

Untuk data yang telah ditambahkan nilai topografi, hasilnya akan sama saja. Namun,

disini digunakan data asli tanpa mengedit datum point sehingga niali Rms error tinggi

yaitu sekitar 9%. Karena saat menggunakan data yang sudah diedit, nilai datum point

tidak dapat ditampilkan.

Dengan melihat hasil yang didapat, dari hasil resistivity kita dapat mengetahui apakah

batuan di bawah lapisan mengandung fluida atau tidak. Dari nilai resisitivity yang

dihasilkan dapat diketahui batuan yang tersebar di daerah kebon muncang clay

(lempung). Clay dominan terlihat di jarak 80-120m. Sedangkan diatas 120m,

kandungan clay relatif rendah karena lapisan yang semakin basah.

KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan :

Dengan menggunakan metode geolistrik dapat mengetahui keadaan di bawah

permukaan bumi, seperti di kebon muncang yang didominasi oleh lempung.

Pengolahan data untuk Schlumberger digunakan kartas bilog dengan

didaptkan 3 lapisan dan untuk Wenner digunakan Res2dinv dengan nilai Rms

error 1,42%.

Hasil Res2dinv menggunakan topografi dengan tidak menggunakan topografi

hasilnya tidak akan jauh berbeda.

Konfigurasi Schlumberger digunakan dengan sounding sedangkan wenner

dengan mapping.

LAMPIRAN

ALAT GRAVITY METER

Page 50: lapak GL

Worden Gravity meters

La coste and Romberg Gravity meter